BAB III
DESKRIPSI LOKASI
3.1 GAMBARAN UMUM KOTA PEMATANGSIANTAR
Kota Pematangsiantar merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi
Sumatera Utara. Secara administratif kota Pematangsiantar dibagi atas delapan
kecamatan. Tabel dibawah ini akan menggambarkan nama-nama Kecamatan,
jumlah kelurahan, luas areal dan jumlah penduduk Kota Pematangsiantar.
Tabel 3.1. Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kota Pematangsiantar
NO KECAMATAN
Sumber: Kota Pematangsiantar Dalam Angka, diolah
3.1.1 Visi Kota Pematangsiantar
Adapun visi dari Kota Pematangsiantar yaitu “Pematangsiantar Mantap,
Mantap : dalam arti bahwa semua potensi daerah baik sumber daya alam
maupun sumber daya manusia dalam keadaan stabil sehingga mampu
memberikan andil dalam pembangunan daerah.
Maju : dalam arti kinerja pembangunan daerah ditandai oleh adanya laju
pertumbuhan dan peningkatan grafik di sektor-sektor prioritas yang
secara langsung berdampak positif bagi peningkatan kualitas kehidupan
serta penguatan posisi daya saing ekonomi, sosial dan budaya
masyarakat kota Pematangsiantar secara berkelanjutan.
Jaya : dalam arti hasil pembangunan daerah yang telah dilaksanakan oleh
pemerintah kota dan masyarakat Pematangsiantar berhasil dengan
sukses sesuai dengan target.
3.1.2 Misi Kota Pematangsiantar
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Untuk mewujudkan visi kota
“Pematangsiantar Mantap, Maju dan Jaya”, ditetapkan tujuh misi sebagai berikut :
1. Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih
Pemerintahan yang bersih mempunyai makna bahwa proses penyusunan
kebijakan dan perencanaan pembangunanmelalui proses yang demokratis dan
transparan dengan mengikutsertakan masyarakat sehingga kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah memenuhi azas keadilan. Pemerintahan yang
akuntabel menggambarkan kemampuan untuk menjawab harapan masyarakat
yang terbaik bagi warga kota serta pertanggungjawaban secara konstruktif dan
proporsional.
Untuk itu, tujuan yang akan diwujudkan sebagai cermin dari penyelesaian
perjalanan misi ke-1 ini pada akhir nantinya adalah meningkatkan kualitas tata
kelola pemerintah yang baik. Berdasarkan tujuan yang diwujudkan sebagai bentuk
akhir dalam menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang
dicita-citakan maka sasaran pembangunan yang ditetapkan adalah :
a. Meningkatnya kinerja PNS/THL di lingkungan Pemerintahan Kota
Pematangsiantar
b. Terwujudnya pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabel
2. Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Pendidikan yang ingin diwujudkan oleh Pemerintah Kota Pematangsiantar
adalah pendidikan yang terjangkau bagi warga kota serta pendidikan mampu
menyiapkan generasi penerus yang cerdas, terampil, mandiri dan berwawasan
global sehingga mampu menghadapi perubahan serta tantangan perkembangan
kemajuan zaman.
Untuk itu, tujuan yang akan diwujudkan sebagai cermin dari penyelesaian
perjalanan misi ke-2 ini pada akhir nantinya, adalah :
a. Meningkatnya kualitas pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu
dan teknologi
b. Meningkatnya kualitas keterampilan generasi muda
3. Meningkatnya Pelayanan Kesehatan
Misi ini dimaksudkan untuk mewujudkan Pematangsiantar sehat melalui
diwujudkan sebagai cermin dari penyelesaian perjalanan misi ke-3 ini pada akhir
nantinya adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
4. Memperkuat Sistem Ekonomi, Usaha Kecil Menengah (UKM) dan
Koperasi
UMKM merupakan penyangga ekonomi masyarakat kota yang cukup
signifikan sehingga kemampuan UMKM dari segi penataan, pengelolaan
manajemen, teknologi, dan permodalan perlu mendapat perhatian. Pertumbuhan
dunia usaha diharapkan bersama-sama antara pengusaha besar dengan UMKM
melalui kerjasama yang saling menguntungkan dalam konteks kemitrasejajaran
yang didukung oleh iklim yang kondusif bagi berkembangnya dunia usaha dan
investasi. Untuk itu, tujuan yang akan diwujudkan sebagai cermin dari
penyelesaian perjalanan misi ke-4 ini adalah meningkatnya kesejahteraan
masyarakat dari usaha UMKM, koperasi, perdagangan dan pariwisata.
5. Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Infrastruktur
Misi ini bertujuan melakukan percepatan pembangunan dan
pengembangan infrastruktur kota berbasis lingkungan hidup (green city) dan
estetika (keindahan) kota. Upaya ini dilakukan melalui penataan lingkungan kota
dan peningkatan fungsi maupun kapasitas prasarana, sarana dan utilitas
lingkungan kota melalui kerjasama dan peran serta masyarakat.
6. Menata Sistem Pelayanan Publik Yang Lebih Baik dan Profesional
Misi ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas aparatur pemerintah.
Berdasarkan tujuan yang akan diwujudkan sebagai bentuk akhir dalam
menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang dicita-citakan maka
a. Terciptanya sistem informasi pelayanan perijinan dan administrasi
pemerintah yang efektif dan efisien berbasis e-government guna
mewujudkan pelayanan prima
b. Tersosialisasinya PERDA serta diikuti dengan penegakan yang
transparan
c. Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman,
keindahan) efektif dan efisien di Kota Pematangsiantar
d. Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah
Manajemen Kebakaran (WMK) yang memadai
e. Tersedianya sarana dan prasarana perkantoran pemerintahan kelurahan
yang baik
f. Tersedianya Sistem Informasi Manajemen Pemda Kota
Pematangsiantar
7. Menata sistem alokasi dana penggunaan anggaran yang efisien dan pro
rakyat
Misi ini bertujuan untuk mewujudkan kemandirian keuangan daerah,
efisiensi, penggunaan anggaran, pengentasan kemiskinan, pengangguran dan
perbaikan iklim kerja. Berdasarkan tujuan yang akan diwujudkan sebagai bentuk
akhir dalam menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang
dicita-citakan maka sasaran pembangunan yang ditetapkan adalah :
a. Meningkatnya tatanan sistem pengeolaan anggaran yang efisien dan
terpadu dengan perencanaan
b. Menurunnya angka kemiskinan menjadi 6,9% dan tingkat
3.1.3 Aspek Geografis
Wilayah administratif Kota Pematangsiantar terletak pada garis 20
53’20’’-3001’00’’ Lintang Utara dan 9901’00’’-9906’35” Bujur Timur, berada di Provinsi
Sumatera Utara dengan jarak ke ibukota Provinsi yaitu Kota Medan sejauh ±128
km, terdiri dari 8 (delapan) kecamatan dan 53 (lima puluh tiga) kelurahan. Seluruh
wilayah administratif Kota Pematangsiantarberbatasan langsung dan dikelilingi
oleh wilayah administratif Kabupaten Simalungun.
Kota Pematangsiantar terletak pada ketimggian 400-500 diatas permukaan
laut, memiliki luas wilayah sebesar 79,97 km2 atau 0,11% dari luas wilayah
Provinsi Sumatera Utara. Kondisi Kota Pematanagsiantar sebagian besar datar dan
berbukit-bukit. Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, Kota
Pematangsiantar mengalami dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan.
Selama tahun 2009, kelembaban udara rata-rata berkisar 84% sedangkan curah
hujan rata-rata 257 mm. Suhu maksimum rata-rata 30,00C dan suhu minimum
rata-rata 21.00C.
Struktur daerah di Kota Pematangsiantar berwujud daerah perkotaan
dengan pertanian berupa sawah dan ladang yang berada di pinggiran kota. Secara
geografis Kota Pematangsiantar diapit oleh Kabupaten Simalungun yang memiliki
kekayaan perkebunan karet, sawit, teh dan pertanian. Letak geografis kota
Pematangsiantar sangat straegis sebagai “jembatan” yang menghubungkan
wilayah timur (pantai) dan wilayah barat (pegunungan) Provinsi Sumatera Utara,
sehingga keberadaan kawasan-kawasan ini merupakan wilayah hinterland kota
3.1.4 Aspek Demografis
Jumlah penduduk Kota Pematangsiantar pada tahun 2009 sebesar 250.997
jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata sebesar 3.146 jiwa/Km2, namun sebagai
catatan kepadatan penduduk tidak tersebar merata, di pusat kota (Kecamatan
Siantar Barat) kepadatan penduduk mencapai 15.230 jiwa/ Km2 sedangkan
dipinggiran kota (Kecamatan Siantar Marimbun) kepadatan penduduk hanya
mencapai 744 jiwa/Km2.
Laju pertumbuhan penduduk 10 (sepuluh) tahunan di Kota
Pematangsiantar berdasarkan sensus penduduk yang dilaksanakan setiap 10
(sepuluh) tahun sekali yakni pada tahun 1961, 1971, 1980, dan pada tahun 2000
diperoleh rata-rata pertumbuhan penduduk sebagai berikut : pertumbuhan
penduduk pada tahun 1961-1971 sebesar 1,18% per tahun, tahun 1971-1980
sebesar 1,70% per tahun, tahun 1980-1990 sebesar 3,85% per tahun, tahun
1990-2000 sebesar 0,97% per tahun, dan laju pertumbuhan pada tahun 1990-2000-2003
sebesar 0,91% per tahun. Sedangkan rata-rata laju pertumbuhan pada tahun
2004-2009 adalah sebesar 0,43%.
Apabila dibandingkan dengan angka pertumbuhan regional dan nasional
maka kondisi ini dapat menunjukkan salah satu indikator keberhasilan pemerintah
3.2 PROFIL BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH
3.2.1 Visi
Visi adalah suatu gambaran tentang keadaan masa depan yang berisikan
cita-cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi pemerintah, dengan
ditetapkannya visi yang kuat maka suatu instansi akan menjadi lembaga yang
mampu mengatur irama kegiatan operasional, mengatur pengelolaan sumberdaya,
mampu mengembangkan indikator kinerja dan cara pengukurannya. Disamping
itu agar terselenggaranya good government (pemerintahan yang baik) tentunya
diperlukan rencana yang baik pula dan itu merupakan prasyarat bagi setiap
instansi pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai
tujuan serta cita-cita masyarakat. Menurut Undang-Undang nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah, pendayagunaan aparatur pemerintah dengan tuntutan
untuk mewujudkan administrasi daerah yang mampu mendukung kelancaran dan
keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggara pemerintahan dan
pembangunan dapat diartikan bahwa daerah tersebut mempraktekkan
pemerintahan yang baik. Dalam fenomena kehidupan masyarakat yang tergambar
dalam berbagai tuntutannya menghendaki agar pelaksanaan pemerintah bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Visi Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Pematangsiantar adalah
“Terselenggaranya Sistem dan Prosedur Administrasi Pengelolaan
Adapun maksud dari defenisi visi tersebut diatas adalah :
1. Terwujudnya Tertib Administrasi dan Operasional pemungutan sumber-sumber pendapatan daerah yang memberikan pelayanan yang maksimal dan
prima kepada masyarakat dan wajib pajak.
2. Pemungutan seluruh sumber pendapatan daerah yang mampu mendukung otonomi daerah, dengan tercapainya pemungutan sumber-sumber pendapatan
yang maksimal.
3. Terselenggaranya sistem dan prosedur administrasi pengelolaan keuangan dengan konsep yang ditetapkan oleh pemerintah yang mencakup pendapatan,
penerimaan, pengeluaran dan pembiayaan daerah.
4. Tercapainya peningkatan dan pengelolaan aset daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3.2.2 Misi
Untuk mencapai visi tersebut, Badan PengelolaKeuangan Daerah Kota
Pematangsiantar menjabarkannya kedalam Misi sebagai berikut :
1. Melaksanakan tugas berdasarkan ketentuan Peraturan Undang-Undang
yang berlaku.
2. Melaksanakan Pemungutan Pajak-pajak Daerah, dan koordinasi pada Unit
Kerja Pengelola Sumber Pendapatan lainnya.
3. Meningkatkan Kapasitas Sumber Daya Aparatur serta pemanfaatan Sarana
dan Prasarana Tugas.
5. Meningkatkan Pengembangan Sistem dan Prosedur Administrasi
Pengelolaan Keuangan yang mencakup Pendapatan, Penerimaan,
Pengeluaran serta Pembiayaan Daerah.
6. Melaksanakan Pengawasan dan Penggunaan / Pemanfaatan, Pemeliharaan
/Perawatan Aset Daerah.
3.2.3 Susunan Kepegawaian
1. Kepala DinasBadan Pengelola Keuangan 2. Sekretaris
1) Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
2) Kepala Sub Bagian Data dan Program
3) Kepala Sub Bagian Keuangan
3. Kepala Bidang Pendapatan
1) Kepala Seksi Pendaftaran dan Pendataan
2) Kepala Seksi Penetapan dan Penagihan
3) Kepala Seksi Evaluasi dan Pelaporan
4. Kepala Bidang Anggaran
1) Kepala Seksi Anggaran Pendapatan dan Pembiayaan
2) Kepala Seksi Anggaran Belanja Tidak Langsung
3) Kepala Seksi Anggaran Belanja Langsung
5. Kepala Bidang Perbendaharaan 1) Kepala Seksi Belanja Pegawai
2) Kepala Seksi Belanja Non Pegawai
6. Kepala Bidang Akuntansi 1) Kepala Seksi Verifikasi
2) Kepala Seksi Pencatatan dan Pelaporan APBD
3) Kepala Seksi Pencatatan dan Pelaporan Non APBD
7. Kepala Bidang Pengelolaan Kekayaan Daerah 1) Kepala Seksi Pendataan dan Aset Dearah
2) Kepala Seksi Pemeliharaan, Perawatan,dan Optimalisasi Aset
3) Kepala Seksi Monitoring dan Evaluasi
8. Kepala UPTD PAJAK 2 (PBB dan BPHTB)
Susunan Kepegawaian berdasarkan Jabatan Struktural dan
Pangkat/Golongan dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 3.2 Susunan Kepegawaian berdasarkan Jabatan Struktural
No. JABATAN JUMLAH/ORANG
1. Kepala Dinas 1
2. Sekretaris 1
3. Kepala Bidang 5
4. Kasi/Kasubag 18
5. Staf 110
Tabel 3.3. Susunan Kepegawaian berdasarkan Pangkat/Golongan
No. PANGKAT GOLONGAN JUMLAH
1. Pembina Utama Muda IV/C 2
2. Pembina Tk.1 IV/B 1
3. Pembina IV/A 2
4. Penata Tk. 1 III/D 15
5. Penata III/C 16
6. Penata Muda Tk.1 III/B 10
7. Penata Muda III/A 20
8. Pengatur Tk.1 II/D 6
9. Pengatur II/C 5
10. Pengatur Muda Tk.I II/B 15
11. Pengatur Muda II/A 2
12. Juru Tk.I I/D 2
13. Tenaga Harian Lepas - 39
3.2.4 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Pematangsiantar
Kel. Jabatan Fungsi
KEPALA BADAN
Sekretaris
Subbag. Umum & Kepegawaian
Subbag. Data & Program
Subbag. Keuangan
Bidang Perbendaharaan
Bidang Akuntansi Bid. Pengelolaan Kekayaan Daerah
Seksi Bel. Pegawai
Seksi Verifikasi Seksi Pendataan & Aset Daerah
& Pelaporan
3.2.5 Tugas Pokok dan Fungsi
1. Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Pematangsiantar (BPKD)
Badan Pengelola Keuangan daerah mempunyai tugas
melaksanakan kewenangan Pemerintah Daerah di bidang pendapatan
pengelolaan keuangan dan aset daerah.
Penjabaran tugas adalah sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan fungsi pengelolaan keuangan daerah yang
mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pengendalian, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan lingkup
APBD yang mencakup pendapatan dan/atau penerimaan, pengeluaran
serta pembiayaan daerah;
b. Menyelenggarakan fungsi pengelolaan kas non anggaran yang
mencakup penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi
anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan pemerintah daerah yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada dan/atau
perjanjian dengan pihak ketiga menjadi tugas/tanggung jawab dinas
pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah;
c. Menyelenggarakan fungsi pengelolaan aset daerah maupun kekayaan
pihak lain dan atau investasi yang dikuasakan kepada daerah
yang mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan/pengadaan,
d. Menyelenggarakan fungsi manajemen internal dinas pendapatan,
pengelolaan keuangan dan aset daerah yangmencakup kegiatan
penggalian dan pemungutan sumber-sumber pendapatan;
e. Menyelenggarakan fungsi pembinaan dan pengendalian terhadap
UPTD di bidang pendapatan;
f. Menyelenggarakan fungsi asistensi terhadap kepala daerah dalam
rangka pembuatan kebijakan dan/atau peraturan perundang-undangan
ditingkat daerah di bidang keuangan dan aset;
g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala daerah sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya.
2. Sekretaris BPKD
Sekretariat yang dipimpin oleh sekretaris mempunyai tugas
membantu kepala badan dalam menjalankan fungsi manajemen internal
Badan Pengelola Keuangan daerah dalam rangka mengoptimalkan kinerja
organisasi dinas.Untuk menyelenggarakan tugas sekretariat mempunyai
fungsi :
a. pelaksanaan pengelolaan administrasi surat-menyurat, ketatausahaan,
arsip dan perlengkapan;
b. pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan dan inventaris
kantor;
c. pelaksanaan urusan rumah tangga kantor serta perawatan dan
pemeliharaan aset dinas;
e. pembinaan pegawai dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
Penjabaran tugas pada sekretariat adalah sebagai berikut :
a. Sub bagian umum dan kepegawaian :
1. menyiapkan bahan-bahan dan tempat rapat;
2. mengarsipkan surat masuk dan keluar;
3. melaksanakan pengadaan, pemeliharaan alat-alat/barang-barang
inventaris kantor;
4. melaksanakan rencana dan program hubungan masyarakat;
5. mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan/data untuk
pelaksanaan tata usaha, administrasi umum barang, perlengkapan
dan pelayanan perjalanan dinas;
6. menyusun kelengkapan dan administrasi kepegawaian;
7. menyiapkan absensi kehadiran aparatur, penegakan disiplin dan
pembinaan aparatur;
8. melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris dinas sesuai
bidang tugas dan fungsinya.
b. Sub bagian data dan program :
1. menyusun rencana dan program kerja dinas;
2. menyajikan data pelaksanaan di bidang pendapatan, pengelolaan
keuangan dan aset daerah;
3. menyiapkan bahan penyusunan dan menelaah peraturan
4. melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris dinas sesuai
bidang tugas dan fungsinya.
c. Sub bagian keuangan :
1. menyusun rencana anggaran operasional dinas;
2. melaksanakan pengurusan gaji pegawai;
3. mengkoordinir segala pungutan dan setoran pajak sesuai dengan
peraturan yang berlaku;
4. mengkoordinir penyelesaian dan pertanggungjawaban administrasi
keuangan;
5. melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap aparatur
pengelola keuangan;
6. melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris dinas sesuai
bidang tugas dan fungsinya.
3. Bidang Pendapatan
Bidang pendapatan merupakan unsur pelaksana yang dipimpin
seorang kepala bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada kepala badan;Bidang pendapatan
yang dipimpin oleh kepala bidang pendapatan mempunyai tugas
membantu kepala dinas di bidang pendapatan daerah yang berkaitan
dengan pendataan, pendaftaran/penetapan, penelitian dan pengembangan
serta legalisasi surat-surat berharga, pajak dan retribusi daerah, dana
perimbangan/bagi hasil, penerimaan lainnya serta menangani keberatan
a. menyelenggarakan fungsi koordinasi dalam perumusan kebijakan
teknis dalam bidang perencanaan, pembinaan, pemantauan,
pengendalian dan pengembangan pendapatan daerah;
b. melaksanakan segala urusan dan kegiatan pemungutan, pengumpulan
dan pemasukan pendapatan ke kas daerah secara maksimal, baik
terhadap sumber pendapatan daerah yang baru berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan kepala daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
c. melaksanakan penelitian dan evaluasi tata cara pemungutan pajak,
retribusi dan pemungutan-pemungutan lainnya yang telah ada;
d. mengkoordinasikan seluruh usaha di bidang pemungutan dan
pendapatan daerah berdasarkan ketentuan yang telah digariskan
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah;
e. melaksanakan koordinasi kepada instansi pengelola pendapatan asli
daerah;
f. merencanakan, menertibkan, menyelenggarakan dan mengelolapajak
daerah dan retribusi daerah;
g. merencanakan dan menyusun jadwal kegiatan/program 1 (satu)
tahun anggaran dalam hal pendataan, pemuktahiran data dan
berkoordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah sebagai pengelola
pendapatan;
h. melaksanakan perencanaan pencapaian target pendapatan 1 (satu)
yang ada dan berkoordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah
sebagai pengelola pendapatan daerah;
i. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala badan sesuai
bidang tugas dan fungsinya.
Penjabaran tugas pada bidangpendapatan adalah sebagai berikut:
a. Seksi pendaftaran dan pendataan mempunyai tugas :
1. menyusun program dan melaksanakan pengendalian sistem
pendaftaran dan pendataan subjek pajak daerah;
2. melaksanakan perhitungan untuk penetapan pajak daerah, retribusi
daerah yang terhutang;
3. menghitung penetapan pajak daerah, retribusi daerah;
4. melaksanakan penertiban dan pendistribusian Surat Ketetapan
Pajak Daerah (SKPD);
5. mengkoordinir pembuatan SPTPD Pajak;
6. melaksanakan perhitungan penetapan tambahan pajak daerah,
retribusi daerah dengan menggunakan hasil dari pemeriksaan
lokasi/lapangan;
7. menyiapkan surat penolakan angsuran
pemungutan/pembayaran/penyetoran bagi surat permohonan
angsuran yang disetujui;
8. mempersiapkan Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang
Bayar;
9. mempersiapkan Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD),
10.mempersiapkan Penerbitan Surat Ketetapan Pajak/Retribusi
Daerah (SKP/RD) Angsuran dan Tambahan;
11.melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala bidang pendapatan
sesuai dengan bidang tugasnya.
b. Seksi penetapan dan penagihan mempunyai tugas :
1. menyusun program dan melaksanakan pengendalian sistem dan
prosedur penetapan dan penagihan pajak daerah dan retribusi
daerah;
2. mengkoordinir pelaksanaan penagihan berdasarkan SSPD dan
SSRD;
3. mengkoordinir pembuatan laporan rekapitulasi penagihan
berdasarkan SSPD dan SSRD yang tidak tertagih;
4. melaksanakan penagihan kepada Wajib Pajak Daerah yang telah
menerima SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan belum melunasi
pemungutan/pembayaran/penyetorannya hingga waktu yang belum
ditentukan;
5. Melaksanakan monitoring pelaksanaan pengelolaan retribusi
daerah pada SKPD pengelola retribusi daerah;
6. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang timbul dalam
pengelolaan retribusi daerah oleh SKPD pengelola;
7. melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala bidang pendapatan
c. Seksi evaluasi dan pelaporan mempunyai tugas :
1. melakukan evaluasi dan pelaporan realisasi pajak daerah, dan
Retribusi Daerah dan Pendapatan lain yang sah;
2. membukukan dan melaporkan tunggakan pajak daerah,
menfasilitasi dan memonitor tunggakan retribusi daerah;
3. melaporkan benda berharga serta membukukan dan melaporkan
realisasi penerimaan;
4. menerima dan mencatat semua SKPD, SKPDKB, SKPDKBT,
SKPD Angsuran, SKRD, SKRDKB, SKRDKBT, SKRD Angsuran
beserta daftarnya kekolom yang tersedia pada kartu jenis Pajak
Daerah, Retribusi Daerah dan Kartu Wajib Pajak Daerah, Retribusi
Daerah dan mencatat semua Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang
Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT) yang tercantum dalam DHKP
kedalam kartu Wajib Pajak PBB;
5. menerima dan mencatat semua SKPD, SKPDKB, SKPDKBT,
SKPD Angsuran, SKRD, SKRDKB, SKRD Angsuran yang telah
dibayar lunas kedalam Buku Penerimaan sejenis, ke kolom kredit
dalam Kartu Jenis Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Kartu Wajib
Pajak Daerah;
6. menghitung tunggakan dengan jalan menjumlahkan isi kolom
penetapan dan isi kolom pembayaran/pemungutan/ penyetoran
pada Kartu Jenis Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Kartu Wajib
7. melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala bidang pendapatan
sesuai dengan bidang tugasnya.
4. Bidang Anggaran
Bidang anggaran merupakan unsur pelaksana yang dipimpin
seorang kepala bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada kepala badan;Bidang anggaran yang
dipimpin oleh kepala bidang anggaran mempunyai tugas membantu kepala
badan dalam melaksanakan pengelolaan keuangan daerah.
Penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud meliputi :
a. menyelenggarakan fungsi penyusunan rancangan peraturan daerah
tentang APBD dan perubahan APBD beserta dokumen lampirannya;
b. menyelenggarakan fungsi penyusunan rancangan peraturan daerah
penjabaran APBD dan penjabaran perubahan APBD beserta dokumen
lampirannya;
c. menyelenggarakan fungsi penyusunan rancangan peraturan
perundang-undangan di tingkat daerah lainnya yang menyangkut penyusunan
anggaran;
d. menyelenggarakan fungsi asistensi dan sinkronisasi dalam proses
penyusunan rencana kerja anggaran dan pengesahan dokumen
pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat daerah.
Penjabaran tugas pada bidanganggaran adalah sebagai berikut :
1. menyelenggarakan fungsi perencanaan anggaran yang menyangkut
pendapatan daerah dan pembiayaan daerah serta fungsi
pengendalian pelaksanaan anggaran dalam hal ketersediaan
anggaran secara periodik;
2. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang
anggaran sesuai dengan bidang tugasnya.
b. Seksi anggaran belanja tidak langsung mempunyai tugas :
1. menyelenggarakan fungsi perencanaan anggaran yang menyangkut
belanja tidak langsung serta fungsi asistensi dan pengendalian
dalam penyusunan rencana kerja perangkat daerah;
2. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang
anggaran sesuai dengan bidang tugasnya.
c. Seksi anggaran belanja langsung mempunyai tugas :
1. menyelenggarakan fungsi perencanaan anggaran yang menyangkut
belanja langsung serta fungsi asistensi dan pengendalian dalam
penyusunan rencana kerja perangkat daerah;
2. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang
anggaran sesuai dengan bidang tugasnya.
5. Bidang Perbendaharaan
Bidang perbendaharaan merupakan unsur pelaksana yang dipimpin
seorang kepala bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada kepala badan. Bidang
mempunyai tugas membantu kepala badan yang berkaitan dengan
penetapan dan penerbitan SP2D, menguji kebenaran tagihan, membina
ketatausahaan keuangan, penyelesaian masalah perbendaharaan dan ganti
rugi serta membina bendaharawan. Penyelenggaraan tugas dimaksud
meliputi :
a. menyelenggarakan fungsi pengelolaan kas baik yang bersifat
anggaran maupun non anggaran yang menjadi
tanggungjawab/kewenangan dinas;
b. mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan untuk menyusun
pedoman teknis dalam pengembangan pembinaan kegiatan
perbendaharaan dan kas daerah;
c. menyusun pedoman dan pengendalian perbendaharaan dan kas;
d. menyusun pedoman dan petunjuk teknis di bidang pengelolaan gaji;
e. menyelenggarakan kegiatan pelayanan teknis administratif keuangan
f. menyelenggarakan fungsi penyusunan rancangan peraturan
perundang-undangan di tingkat daerah yang menyangkut kegiatan
pengelolaan kas dan penatausahaan keuangan;
g. menyelenggarakan fungsi pengendalian dalam proses pengelolaan kas
dan penatausahaan keuangan daerah;
h. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai
bidang tugas dan fungsinya.
Penjabaran tugas pada bidangperbendaharaan adalah sebagai berikut :
1. menyelenggarakan fungsi pelaksanaan dan pengendalian
pengelolaan kas dan penatausahaan keuangan untuk jenis belanja
pegawai yang termasuk dalam kelompok belanja tidak langsung;
2. melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala bidang
perbendaharaan sesuai dengan bidang tugasnya.
b. Seksi belanja non pegawai mempunyai tugas :
1. menyelenggarakan fungsi pelaksanaan dan pengendalian
pengelolaan kas dan penatausahaan keuangan untuk kelompok
belanja langsung serta jenis belanja non pegawai dalam
kelompok belanja tidak langsung;
2. melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala bidang
perbendaharaan sesuai dengan bidang tugasnya.
c. Seksi fasilitas pengelolaan keuangan daerah mempunyai tugas:
1. menyelenggarakan penyusunan perancangan dan sosialisasi
sistem, prosedur dan/atau peraturan perundang-undangan dalam
rangka proses pengelolaan kas dan penatausahaan keuangan
daerah;
2. melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala bidang
perbendaharaan sesuai dengan bidang tugasnya.
6. Bidang Akuntansi
Bidang akuntansi merupakan unsur pelaksana yang dipimpin seorang
kepala bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan
oleh kepala bidang akuntansi mempunyai tugas membantu kepala dinas
dalam melaksanakan pencatatan akuntasi pendapatan dan belanja daerah,
membuat laporan keuangan daerah dan meneliti laporan keuangan yang
disampaikan oleh bendahara Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Penyelenggaraan tugas tersebut meliputi :
a. menyelenggarakan fungsi pelaksanaan sistem akuntansi pemerintah
daerah yang meliputi prosedur akuntansi penerimaaan dan pengeluaran
kas serta prosedur selain kas diluar prosedur akuntansi asset
tetap/barang milik daerah;
b. menyelenggarakan fungsi pengendalian atas pelaksanaan
kebijakan akuntansi pemerintah daerah;
c. menyelenggarakan fungsi penyusunan rancangan peraturan
perundang-undangan di tingkat daerah yang menyangkut kegiatan akuntansi
pemerintahan daerah;
d. melaksanakan pengkoordinasian penyusunan laporan pendapatan dan
belanja serta pembiayaan pada setiap bulan, triwulan dan semester;
e. melaksanakan pengkoordinasian pelaksanaan pengujian, investigasi
komfirmasi, rekonsiliasi atas aset fisik maupun non fisik untuk
penyusunan laporan keuangan;
f. melaksanakan pengkoordinasian penelitian terhadap SPJ dan tata cara
pembukuannya terhadap pelaksanaan APBD yang dikelola oleh
bendahara SKPD;
g. mengkoordinasikan tata cara pembuatan Laporan Pertanggungjawaban
h. melaksanakan pencatatan transaksi pada buku jurnal, buku besar, buku
pembantu serta register lainnya;
i. membina dan melaksanakan akuntansi pada unit SKPD sebagai
penggunaan anggaran;
j. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai
dengan bidang tugasnya,
Penjabaran tugas pada bidangakuntansi adalah sebagai berikut :
a. Seksi verifikasi mempunyai tugas :
1. menyelenggarakan fungsi pengendalian pelaksanaan prosedur
akuntansi pengeluaran kas dalam kerangka penyusunan laporan
realisasi anggaran dan arus kas;
2. memeriksa dan meneliti Surat Pertanggungjawaban Pengeluaran
dari SKPD;
3. mengkoordinir dan melaksanakan sistem akuntasi dan pelaporan
keuangan daerah;
4. melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala bidang akuntansi.
b. Seksi pencatatan dan pelaporan APBD mempunyai tugas :
1. menyelenggarakan fungsi penyusunan laporan keuangan APBD;
2. membuat laporan penerimaan kas daerah perbulan, triwulan,
semester dan tahunan;
3. menyiapkan bahan untuk penyusunan laporan keuangan dan
laporan pertanggungjawaban APBD;
c. Seksi pencatatan dan pelaporan non APBD mempunyai tugas:
1. menyelenggarakan fungsi pelaksanaan pelaporan arus kas aktivitas
non APBD;
2. melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala bidang akuntansi.
7. Bidang Pengelolaan Kekayaan Daerah
Bidang pengelolaan kekayaan daerah merupakan unsur pelaksana
yang dipimpin seorang kepala bidang yang dalam melaksanakan tugasnya
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala badan;Bidang
pengelolaan kekayaan daerah yang dipimpin oleh kepala bidang
pengelolaan kekayaan daerah mempunyai tugas membantu kepala
badan dalam melaksanakan analisa rencana kebutuhan pemeliharaan
barang milik daerah, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan,
pengamanan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan,
pengawasan dan pengendalian barang milik daerah. Penyelenggaraan
tugas meliputi :
a. mengkoordinasikan penyiapan konsep penyempurnaan dan
penyusunan kebijakan, ketentuan dan standar analisa rencana
kebutuhan barang milik daerah dan rencana kebutuhan pemeliharaan
barang milik daerah, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan,
pengamanan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan,
b. menyelenggarakan analisa rencana kebutuhan barang milik daerah dan
rencana kebutuhan pemeliharaan barang milik daerah, penggunaan,
penatausahaan, pemanfaatan, pengamanan penilaian, penghapusan,
pemidahtanganan pembinaan, pengawasan dan pengendalian barang
milik daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
c. menyelenggarakan fungsi pengelolaan kekayaan daerah baik yang
dikelola sendiri atau pihak ketiga;
d. menyelenggarakan fungsi pelaksanaan prosedur penatausahaan dan
penilaian asset tetap;
e. menyelenggarakan fungsi penyusunan rancangan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan di tingkat daerah yang menyangkut
pengelolaan barang milik negara dan/atau akuntansi asset tetap;
f. melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala dinas sesuai bidang
tugas dan fungsinya.
Penjabaran tugas pada bidangpengelolaan kekayaan daerah adalah sebagai
berikut :
a. Seksi pendataan dan aset daerah :
1. melaksanakan tugas penatausahaan barang milik daerah yang
meliputi pembukuan, inventarisasi, pelaporan, pemanfaatan,
pengamanan dan penilaian;
2. melaksanakan koordinasi dalam pencatatan dan pendaftaran barang
milik daerah untuk menghimpun ke dalam Daftar Barang Milik
3. menghimpun seluruh hasil perhitungan, pengurusan,
penyelenggaraan, pengaturan, pencatatan data dan pelaporan
barang milik daerah dari seluruh SKPD dan disusun menjadi Buku
Inventaris;
4. menghimpun seluruh laporan penggunaan barang semesteran,
tahunan dan 5 (lima) tahunan dari masing-masing SKPD dan
membuat rekapitulasinya untuk disampaikan kepada kepala daerah
melalui pengelola;
5. membuat konsep Keputusan Walikota tentang kode lokasi SKPD di
lingkungan Pemerintah Kota Pematangsiantar;
6. membuat konsep Keputusan Walikota tentang
penyimpanan barang dan pengurusan barang satuan kerja perangkat
daerah di lingkungan Pemerintah Kota Pematangsiantar;
7. menyimpan dan memelihara Dokumen Aset Daerah;
8. melaksanakan Sertifikasi Aset Tanah Milik Daerah;
9. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang
pengelolaan kekayaan daerah sesuai bidang tugasnya.
b. Seksi pemeliharaan, perawatan dan optimalisasi aset :
1. menyelenggarakan fungsi pemeliharaan, perawatan dan optimal
aset dan/atau kekayaan daerah;
2. menyiapkan konsep Keputusan Walikota Pematangsiantar tentang
pemanfaatan barang milik daerah yang meliputi pinjam pakai,
kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah dan bangun serah
3. menyiapkan konsep Keputusan Walikota Pematangsiantar tentang
pembentukan panitia penghapusan barang milik negara;
4. menghimpun daftar usulan penghapusan barang dari SKPD dan
menyiapkan konsep Keputusan Walikota Pematangsiantar tentang
persetujuan atas barang yang akan dihapus dan selanjutnya
membuat konsep penetapan pengelolaan atas nama kepala daerah
tentang penghapusan barang milik daerah;
5. menyiapkan konsep Keputusan Walikota tentang
pemindahtanganan barang milik daerah meliputi penjualan,
tukar-menukar, hibah dan penyertaan modal pemerintah daerah;
6. membantu majelis pertimbangan Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
dalam pelaksanaan penyelesaian tuntutan ganti rugi;
7. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang
pengelolaan kekayaan daerah sesuai dengan tugasnya.
c. Seksi monitoring dan evaluasi mempunyai tugas:
1. menyelenggarakan fungsi pengawasan Barang Milik Daerah secara
administrasi fisik dan hukum;
2. melaksanakan penyiapan/penyusunan dan menghimpun Daftar
Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) dan Daftar
Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah
(RKPBMD) untuk satu tahun anggaran yang diperlukan oleh setiap
SKPD berdasarkan standarisasi sarana dan prasarana kerja
3. menyiapkan konsep Keputusan Walikota Pematangsiantar tentang
Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (DKPBMD)
berdasarkan Rencana Tahunan Barang dan Rencana Tahunan
Pemeliharaan Barang dari semua SKPD;
4. menghimpun daftar hasil pengadaan barang milik daerah dari
semua SKPD setiap 6 (enam) bulan dan disusun menjadi Daftar
Hasil Pemeliharaan Barang Milik Daerah;
5. menyiapkan konsep Keputusan Walikota Pematangsiantar tentang
Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Daerah pada
masing-masing SKPD;
6. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang
pengelolaan kekayaan daerah sesuai dengan tugasnya.
8. UPTD PAJAK 2 (PBB dan BPHTB)
UPTD mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas badan di
bidang pemungutan dan pelayan Pajak Daerah.
Penjabaran tugas pada UPTD adalah sebagai berikut :
1. pelaksanaan penyusunan program kegiatan pemungutan dan
pelayanan pajak.
2. pelaksanaan pendaftaran dan pendataan wajib pajak dan objek
pajak.
3. pelaksanaan penilaian, verifikasi dan penghitungan usulan besarnya
4. pelaksanaan penyampaian SPOP dan SPTPD kepada Wajib Pajak
serta menghimpun dan mengolah kembali hasil SPOP dan SPTPD.
5. pelaksanaan penyampaian SPPT dan SKPD kepada Wajib Pajak.
6. pelaksanaan Penagihan Pajak Daerah sesuai kewenangannya.
7. pelaksanaan penerimaan dan penyetoran pajak ke Rekening Kas
Umum Daerah.
8. pelaksanaan pemrosesan permohonan keringanan, keberatan,
pembetulan, pembatalan, angsuran dan penundaan pembayaran,
banding, pembebasan, restitusi, mutasi dan pengurangan sanksi
administrasi pajak serta penghapusan piutang pajak.
9. pelaksanaan analisa data dan uji kelayakan atas surat permohonan
yang diajukan Wajib Pajak.
10.pelaksanaan pengawasan objek pajak.
11.pelaksanaan pembukuan, pelaporan, dan pengendalian atas
pungutan dan penyetoran pajak.
12.pelaksanaan ketatausahaan UPTD.
BAB IV
PENYAJIAN DATA
Pada bab ini Penulis menyajikan data-data yang diperoleh selama
penelitian dilapangan yaitu pada Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota
Pematangsiantar yang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Bentuk penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Dalam bab ini penulis akan
menyajikan data dari hasil pengamatan dan penelitian yang didapat melalui proses
wawancara terkait Implementasi Kebijakan Peralihan Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Menjadi Pajak Daerah di Badan Pengelola
Keuangan Daerah Kota Pematangsiantar.
Dalam melakukan pengumpulan data penelitian ada beberapa tahapan
yang harus peneliti lakukan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan
penelitian, yaitu dimulai dari pengumpulan berbagai jenis dokumen serta
peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kebijakan peralihan pajak bumi dan
bangunan perdesaan dan perkotaan menjadi pajak daerah di Kota
Pematangsiantar. Setelah itu, peneliti melakukan wawancara kepada informan
untuk mengetahui lebih mendalam lagi tentang Implementasi Kebijakan Peralihan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan Menjadi Pajak Daerah di Kota
Pematangsiantar yang menjadi pembahasan di penelitian ini.
Tipe wawancara yang dipilih penulis adalah tipe wawancara terstruktur,
dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar
pertanyaan yang akan di ajukan. Pertanyaan yang disusun jelas berhubungan
Perdesaan Perkotaan Menjadi Pajak Daerah. Namun didalam proses wawancara
penulis tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru
yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan kunci maupun
informan tambahan sehingga seluruh permasalahan yang diangkat penelitian ini
dapat terjawab.
4.1 Deskripsi Hasil Wawancara
Setelah peneliti melakukan penelitian dan melakukan wawancara dengan
beberapa informan, maka dapat diperoleh beberapa informasi terkait Implementasi
kebijakan peralihan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan PBB-P2
menjadi pajak daerah studi pada Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota
Pematangsiantar, antara lain :
1. Komunikasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi oleh si pemberi
pesan melalui media tertentu kepada si penerima pesan dengan tujuan tertentu.
Salah satu cara untuk menyampaikan informasi adalah melalui komunikasi.
Komunikasi merupakan salah satu variabel penting yang mempengaruhi
implementasi kebijakan publik, komunikasi sangat menentukan keberhasilan
pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif
akan terlaksana, jika para pembuat keputusan mengetahui mengenai apa yang
akan mereka kerjakan. Informasi yang diketahui para pengambil keputusan hanya
bisa didapat melalui komunikasi yang baik.
Transmisi merupakan tahap awal penyaluran komunikasi. Dalam tahap
awal ini merupakan bagian yang tidak boleh diabaikan oleh para penyampai
pesan. Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu
implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi masalah dalam penyaluran
komunikasi yaitu adanya salah pengertian yang disebabkan banyaknya
tingkatan birokrasi yang harus dilalui dalam proses komunikasi, sehingga apa
yang diharapkan tidak dapat berjalan dengan baik.
Dalam pelaksanaan kebijakan peralihan pajak bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan menjadi pajak daerah di Kota pematangsiantar dapat
terlaksana apabila penyampaian informasi yang dilakukan itu baik, dimulai dari
implementor hingga masyarakat sebagai objek yang terkena kebijakan.
Kasi penetapan dan penagihan:
“Sudah dilakukan sosialisasi ke masyarakat dan dilakukan sejak tahun
peralihan PBB P2 yaitu pada tahun 2013 melalui kelurahan-kelurahan di Kota
Pematangsiantar”.
Namun pernyataan diatas bertolak belakang dengan apa yang dikatakan
oleh Bapak Ronny Sinaga sebagai Kabid Pendapatan, beliau menyatakan bahwa
belum ada melakukan sosialisasi. Sosialisasi masih berdasarkan media spanduk.
Berikut pernyataan beliau :
“kita masih miskin sosialisasi, Sosialisasi yang dilakukan ke masyarakat
Hal senada juga disampaikan oleh salah satu wajib pajak PBB Kota
Pematangsiantar Ibu Kamsia Simbolon warga Kecamatan Siantar Martoba yang
belum mengetahui adanya kebijakan peralihan PBB-P2, berikut pernyataan
beliau:
“setau saya tidak ada sosialisasi, saya hanya dengar dari orang-orang
saja kalau sekarang bayar PBB di BPKD saja”.
Metode sosialisasi yang digunakan tak berhenti sampai disitu saja, BPKD
Kota Pematangsiantar berencana akan melakukan berbagai metode sosialisasi
yang lain. Seperti pernyataan yang disampaikan oleh informan kepada peneliti
melalui wawancara berikut ini :
“Kami juga berencana untuk melakukan metode sosialisasi yang lain
yaitu melalui mobil keliling, melalui radio dan juga melalui koran.”
Upaya yang telah dilakukan oleh BPKD Kota Pematangsiantar dalam hal
memberikan sosialisasi terkait kebijakan peralihan PBB-P2 dari pusat ke daerah
nampaknya masih belum maksimal dilakukan.
b. Kejelasan Komunikasi
Jika kebijakan ingin diimplementasikan dengan sebagaimana mestinya,
maka petunjuk dari pelaksanaan tersebut tidak hanya harus dipahami, melainkan
juga petunjuk itu harus jelas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti terhadap informan terkait kejelasan dan pemahaman akan kebijakan
peralihan PBB-P2 menjadi pajak daerah sudah sangat jelas. Seperti yang
disampaikan oleh Bapak Hamdani Lubis selaku kasi penetapan dan penagihan
“Karena memang sudah amanat undang-undang peralihan tersebut mau
tidak mau harus diterima daerah.jadi untuk dasar-dasar hukum dan peraturan
terkait kebijakan tersebut ya kita mengadopsi dari peraturan kementrian
keuangan, serta undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah selanjutnya kita sesuaikan dengan kondisi daerah dengan
mengeluarkan peraturan daerah kota Pematangsiantar nomor 6 tahun 2011
tentang pajak daerah. Perda tersebut juga menjadi acuan petugas dalam
melaksanakan tugasnya dilapangan.”
Dalam pelaksanaan kebijakan peralihan pajak bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan komunikasi merupakan hal yang penting, para pelaksana
kebijakan harus mengetahui apa yang mereka kerjakan dan apa yang harus
dilakukan. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi tugas mereka, maka
keputusan-keputusan maupun dasar hukum lainnya harus jelas.
Pada kebijakan peralihan PBB-P2 menjadi pajak daerah, secara internal
Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Pematangsiantar yang mengelola
PBB-P2 adalah bidang pendapatan berikut dengan seksi pendaftaran dan pendataan,
seksi penetapan dan penagihan, serta seksi evaluasi dan pelaporan. Berikut
pernyataan dari Bapak Ronny Sinaga sebagai Kepala bidang pendapatan :
“Kita di BPKD yang mengelola PBB-P2 mulai dari pendaftaran,
pendataan hingga pelaporan yaa bidang pendapatan”.
c. Konsistensi
Segala aturan dari kebijakan peralihan PBB-P2 menjadi pajak daerah telah
yang diubah-ubah dimulai dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Tahapan Persiapan dan
Pelaksanaan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Sebagai Pajak Daerah hingga Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 6
tahun 2011 Tentang Pajak daerah.
2. Sumber Daya
Sumber daya merupakan unsur terpenting dalam keberhasilan suatu
implementasi kebijakan. Karena sumber daya merupakan syarat berjalannya suatu
organisasi. Sebuah implementasi akan sulit dilaksanakan apabila sumber daya
yang ada di dalam organisasi tersebut tidak memadai dari segi kuantitas maupun
kualitas. Sama halnya dengan keberhasilan kebijakan peralihan PBB-P2 menjadi
pajak daerah tidak terlepas dari sumber daya yang ada. Sumber daya memiliki
empat indikator dalam mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu staf,
informasi, wewenang dan fasilitas. Pada bagian berikut akan dibahas mengenai
empat indikator sumber daya tersebut.
a. Staf
Staf merupakan sumber daya paling penting yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan dalam suatu implementasi kebijakan. Jumlah
SDM/staf harus memadai secara jumlah sesuai kapasitas yang dibutuhkan serta
memiliki kemampuan atau skill yang mumpuni di bidangnya.
Dalam pelaksanaan kebijakan peralihan pajak bumi dan bangunan
daya manusia yang cukup memadai untuk mencapai keberhasilan peralihan
PBB-P2.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap
informan. Pemenuhan sumber daya manusia merupakan salah satu kendala yang
dihadapi BPKD Kota Pematang siantar dalam proses peralihan PBB-P2. Karena
untuk saat ini jumlah sumber daya manusia yang ada di BPKD Kota
Pematangsiantar belum cukup, baik itu secara kualitas maupun kuantitas. Seperti
yang disampaikan oleh Bapak Ronny Sinaga selaku Kepala Bidang Pendapatan
BPKD Kota Pematangsiantar
“Kendala yang dihadapi dalam proses peralihan PBB P2 ini yaitu
kebutuhan Sumber Daya Manusia yang belum cukup. BPKD Kota
Pematangsiantar masih membutuhkan beberapa tenaga seperti di bagian
penilaian dan programmer untuk mengolah data PBB-P2”.
Oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan ataupun skill pegawai,
BPKD akan mengirimkan pegawainya untuk melakukan pelatihan dalam
pengelolaan PBB-P2 sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Ronny Sinaga
sebagai berikut :
“Terkait SDM dalam kebijakan peralihan ini pastinya kami mengirimkan
minimal dua orang untuk pelatihan dan itu tergantung dengan pelatihan yang
kita butuhkan . biasanya yang kita butuhkan yaitu menambahi kualifikasi penilai
dan memperdalam kemampuan admin komputer sampai dia kepada kemampuan
programmer. Sehingga kita tidak perlu lagi mencari orang pihak ketiga. Karena
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Leonard Oloan selaku staf
bidang pendapatan :
“kita juga mempersiapkan SDM melalui kursus kursus yang dibuka oleh
kementrian keuangan untuk pengelolaan PBB dan juga sedang kita persiapkan
untuk operator dan programmernya”.
Berikut ini merupakan data yang diterima oleh peneliti terkait jumlah
sumber daya manusia yang terdapat di BPKD Kota Pematangsiantar khususnya
bidang pendapatan yang bertugas mengelola pemungutan PBB-P2 :
Tabel 4.1 Jumlah pegawai BPKD Kota Pematangsiantar Bidang Pendapatan
No. PANGKAT GOLONGAN JUMLAH
1. III/D Penata Tk. 1 1
2. III/B Penata Muda Tk. 1 4
3. III/A Penata Muda 3
4. II/C Pengatur 1
5. II/B Pengatur Muda Tk.1 3
6. Tenaga harian lepas - 6
JUMLAH 19
Sumber data : BPKD Kota Peamatangsiantar
b. Informasi
Informasi yang baik dan sesuai dengan semua pihak tentu akan
mendukung keberhasilan implementasi kebijakan peralihan pajak bumi dan
Kota pematangsiantar merupakan salah satu kota terbaik di sumatera utara
terkait pelaksanaan implementasi kebijakan peralihan PBB-P2 dari pusat ke
daerah. Sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh Bapak Hamdani Lubis
sebagai Kasi penetapan dan penagihan:
“kalau tentang implementasi PBB P2 di kota Pematangsiantar
dibandingkan kota-kota lain di Sumatera Utara kita lah yang terbaik. Dengan
indikator secara administrasi dan secara pemungutan sudah berhasil
dilaksanakan dengan perbandingan dilihat dari target yang telah ditetapkan.
Dimana pada tahun 2016 realisasinya sudah mencapai 90%.”
Hal ini juga sesuai dengan data sekunder yang didapat oleh peneliti, yaitu
data realisasi penerimaan PBB-P2 dari tahun 2013 hingga 2016 :
DATA REALISASI PENERIMAAN PBB-P2 KOTA PEMATANGSIANTAR
SETELAH TAHUN PERALIHAN
Tabel 4.2 Data Realisasi Penerimaan PBB-P2 Kota Pematangsiantar
TAHUN Target PBB-P2 Realisasi PBB-P2 Persen (%)
2013 7.333.745.859 936.058.740 12%
2014 7.557.247.432 1.390.083.707 18%
2015 7.781.604.503 2.255.242.114 28%
2016 7.905.741.010 5.131.506.907 64%
JUMLAH 7.386.749.021 93%
Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Pematangsiantar
Apabila dilihat dari tabel diatas penerimaan PBB-P2 meningkat tajam
mulai peralihan yaitu tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan yang
diberikan oleh BPKD Kota Pematangsiantar dalam pemungutan PBB-P2 semakin
membaik.
c. Wewenang
Segala tugas dan wewenang dari semua pihak yang terkait di dalam
Implementasi Kebijakan Peralihan PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah di Kota
Pematangsiantar ini sudah jelas tercantum didalam dasar hukum :
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
2. Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Tahapan Persiapan dan
Pelaksanaan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan Sebagai Pajak Daerah
3. Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 6 tahun 2011
Tentang Pajak daerah
4. Peraturan walikota nomor 16 tahun 2013 tentang pengelolaan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
d. Fasilitas
Fasilitas merupakan salah satu penunjang keberhasilan implementasi
kebijakan. Sumber daya peralatan seperti gedung, tanah dan sarana semuanya
Terbatasnya fasilitas tidak dapat mendorong motivasi pelaku kebijakan dalam
melaksanakan tugasnya.
Namun dalam menyiapkan dan menyediakan berbagai fasilitas yang akan
mendukung BPKD dalam melakukan tahap peralihan PBB-P2 seperti kegiatan
pendataan, penilaian, penagihan, penerimaan hingga pelayanan tentunya
membutuhkan dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu Pemerintah Kota
Pematangsiantar pada tahun 2013 telah menganggarkan ke dalam APBD untuk
kebijakan peralihan PBB-P2 ini. Seperti yang dikatakan informan kepada peneliti
: “jadi semua kegiatan proses peralihan PBB-P2 dari pusat ke daerah sudah ada
biayanya, sudah kita anggarkan ke dalam APBD. Jadi akan kita gunakan
semaksimal mungkin untuk berbagai kegiatan perencanaan hingga
pelaksanaannya.”
Dalam mengoptimalkan potensi pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
perkotaan terkait proses administrasi, maka komponen penting yang harus
dipenuhi adalah sarana dan prasarana yang memadai. Sarana prasarana ini terdiri
dari ruangan atau gedung yang digunakan sebagai tempat para pegawai yang
menjalankan tugas pemungutan PBB P2 dan peralatan yang digunakan oleh
pegawai untuk mengelolah PBB P2 ini.
BPKD memberikan salah satu ruangan yang ada dikantor BPKD kota
Pematangsiantar untuk dijadikan tempat para pegawai dalam mengolah
pemungutan PBB P2. Adapun peralatan yang dibutuhkan dalam pengelolaan PBB
P2 yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang
P2 sudah tersedia dan dimiliki oleh Bidang Pendapatan yang bertugas mengelola
pemungutan PBB-P2.
Tabel 4.3. Daftar Perangkat keras Pengelolaan PBB-P2 yang dimiliki BPKD
No. Nama Perangkat Keras Jumlah
1.
Unit Power Supply
Handy Cam
Personal Computer (PC)
Laptop
GPS (Global Positioning System)
Alat ukur
Mesin kas register
3 buah
Sumber data : BPKD Kota Pematangsiantar
Dalam tahap peralihan PBB-P2 dari pusat ke daerah, BPKD tidak hanya
menyiapkan perangkat keras (hardware) namun juga menyiapkan sistem
perangkat lunak (software) berupa sebuah sistem yaitu aplikasi SISMIOP (Sistem
Manajemen Informasi Objek Pajak), berikut adalah pernyataan yang disampaikan
oleh informan yaitu Bapak Leonard Oloan sebagai staf bidang pendapatan kepada
”Selain itu kita juga sudah menyiapkan sistem dalam bentuk aplikasi yaitu
SISMIOP namanya. Dimana aplikasi ini bisa melakukan pembayaran,
pengelolaan data dan lain sebagainya. Kebetulah di Indonesia aplikasi ini sama”
Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) merupakan sistem
pengelolaan pangkalan data PBB mulai dari identifikasi dan registrasi objek dan
wajib pajak, penentuan nilai objek pajak, penghitungan pajak yang terhutang,
pemungutan pajak dan pelayanan. Sistem tersebut dioperasikan melalui bantuan
komputer.
Dalam proses peralihan PBB-P2 ke daerah, BPKD Kota Pematangsiantar
tidak hanya menyiapkan hardware dan softwareuntuk mengelola PBB-P2. Namun
BPKD memberikan fasilitas tambahan dalam proses pemungutan PBB-P2 di Kota
Pematangsiantar untuk mengoptimalkan pemungutan PBB-P2. Fasilitas yang
disiapkan oleh BPKD Kota Pematangsiantar yaitu mobil keliling pelayanan
pembayaran PBB-P2.
Berikut pernyataan Kasi Penetapan dan Penagihan Bapak Hamdani Lubis :
“jadi kita sudah sediakan dua unit mobil keliling untuk meningkatkan
Gambar 4.1 Mobil Layanan Keliling Pembayaran PBB-P2
Gambar 4.2 Mobil Keliling berada di Kecamatan Siantar Marihat
Sejak dilakukannya peralihan PBB-P2 menjadi pajak daerah pemerintah daerah
Kota Pematangsiantar gencar dalam melakukan proses pemungutan agar dapat
mengoptimalkan penerimaan PBB-P2. Mengingat PBB-P2 merupakan pajak
akan masuk ke kas daerah. Tentunya hal ini merupakan suatu potensi yang harus
dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh Pemerintah Kota Pematangsiantar. Oleh
karena itu dalam meningkatkan pelayanan dalam pemungutan PBB-P2, BPKD
Kota Pematangsiantar telah menyediakan dua unit mobil keliling pelayanan
PBB-P2 yang telah diluncurkan sejak 2016 lalu.
3. Struktur Birokrasi
Birokrasi menjadi salah satu organisasi yang paling sering menjadi
pelaksana kebijakan. Menurut Edward ada dua karakteristik utama dari birokrasi,
yaitu prosedur-prosedur kerja atau Standar Operasional Prosedur(SOP) dan
fragmentasi. SOP merupakan pedoman pelaksanaan kebijakan bagi setiap
implementor. SOP mampu menyeragamkan tindakan-tindakan dari organisasi
yang kompleks dan tersebar luas.
a. Standar Operasional Prosedur (SOP)
SOP merupakan peraturan dan petunjuk yang ada di organisasi dan
menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Dalam
mengimplementasikan kebijakan peralihan pajak bumi dan bangunan perdesaan
dan perkotaan menjadi pajak daerah, BPKD Kota Pematangsiantar sudah
mempunyai standar operasional prosedur secara resmi. Maka dari itu segala
bentuk pelayanan pengurusan PBB-P2 di BPKD kota Pematangsiantar sudah
diatur terkait apa saja yang menjadi syarat administratif dalam pengurusan
PBB-P2. Didalam SOP tersebut juga sudah jelas dicantumkan berapa waktu yang
tercantum pihak-pihak mana saja yang ikut terlibat dan bertanggung jawab pada
setiap pelayanan masing-masing.
Seperti kutipan wawancara dengan Pak Hamdani Lubis Selaku Kasi
Penetapan dan Penagihan berikut ini :
“Karena pegawai disini bekerja berdasarkan SOP yang berlaku, dimana SOP
ini diangkat dari perda No 6 2011 tentang pajak daerah. Karena dilapangan juga
masyarakat ataupun wajib pajak menanyakan apa ini pajak dan untuk apa
gunanya pajak ini”.
Sejak tahun peralihan PBB-P2 menjadi pajak daerah, BPKD telah melakukan
berbagai bentuk pelayanan yang meliputi sebagai berikut :
1. Penerbitan SPPT PBB-P2
2. Pemecahan SPPT PBB-P2
3. Mutasi objek pajak PBB-P2
4. Pembetulan SPPT PBB-P2
5. Keberatan PBB-P2
6. Pengurangan PBB-P2 terutang
7. Pembatalan SPPT
b. Fragmentasi
fragmentasi merupakan penyebaran tanggung jawab suatu kebijakan
kepada beberapa badan yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi. Pada
umumnya, semakin besar koordinasi yang diperlukan untuk melaksanakan
kebijakan, semakin berkurang kemungkinan keberhasilan program atau kebijakan.
lembaga/instansi dalam proses peralihan PBB-P2, berikut adalah pernyataan dari
informan terkait kerjasama yang dilakukan oleh BPKD dengan instansi/lembaga
lain:
“kita sudah melakukan kerjasama dengan KPP Pratama, untuk KPP
Pratama kita melakukan bimbingan terkait pengolahan data PBB-P2. Seperti peta
PBB-P2 dalam bentuk soft copy, data objek dan subjek PBB-P2, data piutang dan
pendampingan proses pelaksanaan PBB-P2. Karena masih ada data yang
diadopsi dari KPP-Pratama dimana objek/subjek pajak yang tidak sesuai dengan
fakta dilapangan. Oleh karena itu BPKD melakukan updating data yang
didampingi oleh KPP Pratama.”
Tak hanya dengan KPP Pratama, BPKD Kota Pematangsiantar juga
melakukan kerjasama dengan kantor pertanahan dan Notaris :
“dalam hal pengurusan sertifikat kita menjalin kerja sama dengan kantor
pertanahan dan notaris”.
Meskipun dalam proses peralihan PBB-P2 dari pusat ke daerah sudah
dilaksanakan dengan melakukan kerjasama ke beberapa instansi/lembaga terkait.
Namun dalam proses memudahkan pemungutan PBB-P2 yang dilakukan BPKD
belum sepenuhnya optimal, karena BPKD Kota Pematangsiantar belum
melakukan kerjasama dengan Bank Daerah yang ada di Kota Pematangsiantar,
berikut pernyataan informan :
“untuk memudahkan proses pemungutan kita belum menjalin kerja sama
mengajukan proses pemungutan ke Bank Sumut, tapi sampai sekarang belum ada
tangapan. Padahal sudah dari tahun lalu kita ajukan itu.”
Tidak berhenti sampai disitu saja, BPKD akan mencari jalan lain untuk
memudahkan proses pemungutan PBB-P2. Berikut pernyataan informan :
“kalau tidak ada tanggapan lagi kami rencana akan beralih ke kantor pos
ataupun indomaret untuk melaksanakan kemudahan pemungutan PBB-P2 ini”.
4. Disposisi Implementor
Disposisi merupakan sikap dan kepribadian para implementor dalam
menjalankan tugasnya. Jika para pelaksana mempunyai kecenderungan atau sikap
positif atau adanya dukungan terhadap implementasi kebijakan maka terdapat
kemungkinan yang besar implementasi kebijakan akan terlaksana sesuai dengan
keputusan awal. Demikian sebaliknya, jika para pelaksana bersikap negatif atau
menolak terhadap implementasi kebijakan karena konflik kepentingan maka
implementasi kebijakan akan menghadapi kendala yang serius.
Dalam pelaksanaan kebijakan peralihan PBB-P2 menjadi pajak daerah di
kota pematangsiantar tentunya harus ada pengawasan yang dilakukan oleh
implementor. Berikut adalah pernyataan yang disampaikan oleh informan yitu
Bapak Ronny Sinaga sebagai Kabid Pendapatan BPKD yang menanggungjawabi
pengelolaan PBB-P2 terkait sikap implementor dalam menyikapi kebijakan
“bagaimana kepedulian walikota terhadap PBB tentunya peduli. Karena
sekali tiga bulan kami melakukan evaluasi yang mana kelurahan yang masih
belum bagus realisasinya pasti akan ditanyakan oleh walikota”
Hasil wawancara dengan Bapak Hamdani Lubis sebagai Kasi Penetapan
dan penagihan juga memperkuat pernyataan dari Bapak Kabid Pendapatan:
“Pengecekan rutin juga dilakukan namun hanya bersifat administratif,
maksudnya walikota mengontrol melalui surat surat yang disampaikan BPKD ke
BAB V
ANALISIS DATA
Pada bab ini peneliti akan menyajikan analisis semua data yang diperoleh
dari hasil penelitian selama dilapangan baik itu berupa wawancara dengan
informan, catatan lapangan hingga studi dokumentasi. Data dan informasi tersebut
akan disusun secara sistematis dengan cara mengorganisasikan data kedalam
beberapa kategori kemudian menjabarkannya dan menyusunnya sehingga dapat
dipahami dengan baik oleh peneliti dan orang lain hingga dapat menghasilkan
kesimpulan atas permasalahan yang sedang diteliti. Adapun analisis data yang
dilakukan adalah dengan analisis deskriptif kualitatif dengan tetap mengacu pada
hasil interpretasi data dan informasi tersebut.
Pada penelitian ini peneliti melihat Implementasi Kebijakan Peralihan
PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah di BPKD Kota Pematangsiantar melalui empat
variabel antara lain komunikasi, sumber daya, struktur organisasi serta disposisi
implementor. Variabel-variabel tersebut pastinya memberikan pengaruh terhadap
implementasi dari suatu kebijakan.
5.1. Implementasi Kebijakan Peralihan PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah di BPKD
Kota Pematangsiantar
1. Komunikasi
Komunikasi merupakan faktor terpenting dalam implementasi sebuah
kebijakan. Komunikasi merupakan variabel penting dalam mempengaruhi
keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik. Suatu
komunikasi yang tersalurkan dengan baik secara langsung akan menghasilkan
suatu implementasi yang baik pula, hal ini ditandai dengan setiap implementor
harus memahami apa yang harus mereka kerjakan, kegiatan apa yang harus
dilaksankan, dan bagaimana melaksanakannya serta apa tujuan dan sasaran dari
program tersebut. Pengalihan PBB-P2 menjadi pajak daerah dapat mencapai
tujuan apabila dapat diimplementasikan dengan baik. Dalam hal ini, Kota
pematangsiantar telah melakukan penyaluran komunikasi dengan baik. Hal ini
dapat diketahui dari bagaimana implementor yang terkait di dalam kebijakan
peralihan PBB-P2 menjadi pajak daerah telah mengetahui dengan baik tugas dari
jabatan mereka masing-masing. Secara internal, BPKD yang menangani PBB-P2
adalah bidang pendapatan.yaitu seksi pendaftaran dan pendataan, seksi penetapan
dan penagihan, serta seksi evaluasi dan pelaporan. Bentuk komunikasi mengenai
pemungutan PBB-P2 menjadi pajak daerah dilaksanakan sejak adanya sosialisasi
kebijakan.
Pemberian sosialisasi dan edukasi ke masyarakat merupakan hal yang
penting untuk dilakukan. Informasi yang disampaikan kepada masyarakat melalui
sosialisasi harus sesuai dengan apa yang disampaikan oleh pemerintah pusat dan
yang diterima oleh pemerintah daerah. Penyampaian informasi yang sama secara
struktural dari atas ke bawah perlu dilakukan agar tercipta kejelasan dan
konsistensi.
Namun dalam pengalihan PBB-P2 menjadi pajak daerah proses
penyaluran komunikasi ke masyarakat belum begitu baik. Hal ini dapat dilihat
media spanduk yang telah di sebar di setiap kecamatan. Oleh karena itu BPKD
berencana akan menambah metode sosialisasinya dengan melalui radio dan koran
hingga mobil keliling.
Karena PBB-P2 sudah dialihkan menjadi pajak daerah maka potensi dari
penerimaan PBB-P2 ini harus dioptimalkan, mengingat semua hasil dari
pendapatan yang diterima dari pemungutan PBB-P2 akan sepenuhnya masuk ke
kas daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah Kota Pematangsiantar untuk saat
ini tengah gencar untuk melakukan sosialisasi ke masyarakat.
2. Sumber Daya
Sebuah implementasi akan sulit dilaksanakan apabila sumber daya yang
ada didalam organisasi tersebut tidak memadai dari segi kualitas maupun
kuantitas. Ketersediaan SDM baik deri segi kuantitas dan kualitas harus disiapkan
oleh setiap pihak. BPKD Kota Pematangsiantar yang memiliki tugas dan tanggun
jawab dalam pengelolaan PBB-P2 adalah bidang pendapatan yang membawahi
tiga seksi yaitu seksi pendaftaran dan pendataan, seksi penetapan dan penagihan,
serta seksi evaluasi dan pelaporan. Namun pada saat ini untuk meningkatkan
kualitas para pegawai yang mengolah pemungutan PBB-P2 khususnya untuk
operator dan programmer, BPKD mengirimkan setidaknya dua orang untuk
mengikuti pelatihan terkait pengeloaan PBB-P2 di Kementrian Keuangan.
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pengelolaan PBB-P2 berupa
hardware dan software. Hardware yang digunakan adalah peralatan yang
komputer, printer, dan network serta fasilitas lainnya yang mendukung di ruang
pelayanan.
3. Struktur Birokrasi
Prosedur dalam pemungutan dan pengelolaan PBB-P2 di Kota
Pematangsiantar didasarkan pada petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor
6 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah dan SOP tentang sistem dan prosedur
pemungutan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan Kota
Pematangsiantar. Dalam proses pemungutan PBB-P2 di Kota Pematangsiantar
sudah dijalankan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur. Didalam SOP
tersebut sudah tertera dengan sangat jelas apa saja persyaratan dari setiap
pelayanan PBB-P2, lamanya waktu penyelesaian, pihak mana sajakah yang
terlibat didalam masing-masing jenis pelayanan sampai pada alur administrasi
dari masing-masing pelayanan tersebut tergambar sangat jelas di SOP tersebut.
sehingga dengan adanya standar operasional prosedur secara adaministrasi tidak
akan lari dari alur yang telah ditetapkan karena sudah sangat jelas bagaimana
jalannya setiap administrasi di setiap pelayanan.
Kerjasama sudah dilakukan dengan beberapa instansi/lembaga yaitu
dengan KPP Pratama Pematangsiantar, kantor pertanahan dan kantor notaris.
Dengan tujuan untuk mengoptimalkan dan memudahkan pelaksanaan proses
peralihan PBB-P2 menjadi pajak daerah. Dimulai dari kegiatan perencanaan
hingga pelaksanaan kebijakan tersebut.