BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS
2.1 Kerangka Teori
Infark Miokard Akut
Faktor-faktor yang mempengaruhi KKM
Usia
Riwayat Diabetes Melitus Heart rate
Tekanan darah sistolik Hemoglobin
Leukosit Neutrofil Mieloperoksidase
Kadar gula darah Kadar asam urat
Gambar 3.1 Kerangka Teori Keterangan :
: Diteliti
: Teori
KKM : Kejadian Kardiovaskular Mayor
Gagal Jantung Kongestif Aritmia
Kardiogenik syok Kematian
3.2 Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Usia
Jenis Kelamin Riwayat DM Riwayat Merokok Heart rate
Tekanan Darah Sistolik
Kadar Hemoglobin Nilai Leukosit Kadar Natrium Darah
Kadar LDL Darah
Gambar 3.2 Kerangka Konsep
3.3 Hipotesis
1. Usia merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA.
2. Jenis Kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA.
3. Riwayat DM merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA.
4. Riwayat Merokok merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA.
5. Heart rate merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA.
6. Tekanan darah sistolik merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA.
Variabel Terikat
7. Kadar hemoglobin merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA.
8. Nilai leukosit merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA.
9. Kadar natrium darah sistolik merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian analitik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovakular Mayor (KKM) pada pasien Infark Miokard Akut (IMA). Desain penelitian ini menggunakan pendekatan case control untuk memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien Infark Miokard Akut.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik Medan. Lokasi ini dipilih atas pertimbangan bahwa RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan utama di wilayah Sumatera Utara.. Berdasarkan survei di RSUP Haji Adam Malik Medan, didapati sebanyak 468 kasus Infark Miokard Akut pada tanggal 1 Januari 2014- 31 Desember 2015, sehingga cukup representatif untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 10 bulan, yaitu dimulai dari bulan Maret 2016 sampai bulan Desember 2016. Waktu penelitian terhitung mulai dari awal pembuatan proposal pada bulam Maret 2016 sampai seminar hasil pada bulan Desember 2016.
4.3 Populasi dan Subjek Penelitian
4.3.1 Populasi Target
Populasi target penelitian adalah pasien dengan Infark Miokard Akut (IMA).
4.3.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah pasien Infak Miokard Akut (IMA) yang dirawat di ICCU RSUP Haji Adam Malik Medan. Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penelitian.
Pengambilan sampel dilakukan pada penelitian ini adalah dengan cara consecutive sampling.26
4.3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a) Kriteria Inklusi
Pasien yang didiagnosis menderita Infark Miokard Akut dan dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan antara bulan Januari 2014 sampai bulan Desember 2015.
b) Kriteria Eksklusi
Data rekam medis tidak lengkap.
4.3.5 Perkiraan Besar Sampel
Pada penelitian ini digunakan rumus:27
Maka jumlah sampel minimal adalah 116 subyek
Keterangan:
n1 = jumlah kasus minimal n2 = jumlah kontrol minimal Zα = Tingkat kemaknaan [1,96]
Zβ = power [0,842]
P1 = perkiraan proporsi efek pada kontrol [0,5] Q1 = 1-P1 [0,5]
P2 = perkiraan proporsi efek pada kasus [0,25] P2 = P1: [OR(1-P1)+P1]
Q2 = 1-P2 [0,75]
Q = 1-P [0,625]
OR = rasio odds yang dianggap bermakna secara klinis [3]
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui rekam medis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengambilan data rekam medis pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) pada tahun 2014-2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di Instalasi Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik. Kemudian data yang telah dikumpulkan, dianalisa dan dicatat sesuai dengan variabel yang diteliti.
4.5 Defenisi Operasional
1. Pasien Infark Miokard Akut
a. Defenisi operasional : Pasien yang dinyatakan menderita Infark Miokard Akut (IMA), berdasarkan hasil diagnosis dokter sesuai dengan yang tercatat pada rekam medis. b. Cara ukur : Observasi
c. Alat ukur : Rekam medis
d. Hasil ukur : Ya, apabila terdiagnosis IMA
Tidak, apabila tidak terdiagnosis IMA e. Skala ukur : Nominal
2. Usia
a. Defenisi operasional : Usia pasien saat pemeriksaan dilakukan b. Cara ukur : Observasi
c. Alat ukur : Rekam medis
d. Hasil ukur : Dikelompokkan menjadi >65 tahun dan
≤65 tahun
e. Skala ukur : Nominal 3. Jenis Kelamin
a. Defenisi operasional : Indikasi jenis kelamin ketika lahir sebagai laki-laki atau perempuan
d. Hasil ukur : Dikelompokkan antara laki-laki dan perempuan e. Skala ukur : Nominal
4. Riwayat Diabetes Melitus
a. Defenisi operasional : Riwayat DM pada pasien sesuai rekam medis b. Cara ukur : Observasi
c. Alat ukur : Rekam medis
d. Hasil ukur : Ya, jika terdapat riwayat DM dan Tidak, jika tidak terdapat riwayat DM
e. Skala ukur : Nominal 5. Riwayat Merokok
a. Defenisi operasional : Riwayat merokok pada pasien sesuai rekam medis b. Cara ukur : Observasi
c. Alat ukur : Rekam Medis
d. Hasil ukur : Ya, jika memiliki riwayat merokok aktif dan tidak, jika tidak memiliki riwayat merokok aktif
e. Skala ukur : Nominal 6. Heart Rate
a. Defenisi operasional : Jumlah denyut jantung admisi yang dihitung per
menit
b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Rekam Medis
d. Hasil ukur :Dikelompokkan menjadi >100 x/menit dan ≤100 x/menit
e. Skala ukur : Ordinal 7. Tekanan darah sistolik
a. Defenisi operasional : Data awal tekanan darah sistolik admisi dalam
mmHg
b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Rekam medis
d. Hasil ukur : Dikelompokkan menjadi <100 mmHg dan ≥100 mmHg
8. Kadar Hemoglobin
a. Defenisi operasional : Nilai hasil pemeriksaan hemoglobin darah admisi sesuai dengan yang tercatat pada rekam medis. b. Cara ukur : Observasi
c. Alat ukur : Rekam medis
d. Hasil ukur : Normal pada laki-laki apabila ≥13 mg/dl,
pada wanita apabila ≥12 mg/dl.
Anemia pada laki-laki apabila <13 mg/dl, pada wanita apabila <12mg/dl.
e. Skala ukur : Ordinal 9. Nilai Leukosit
a. Defenisi operasional : Nilai hasil hitung leukosit darah admisi sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.
b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Rekam medis d.
Hasil ukur : Dikelompokkan menjadi >104/mm3 dan ≤104/mm3 e. Skala ukur : Ordinal
10. Kadar Natrium Darah
a. Defenisi operasional : Kadar natrium darah admisi sesuai dengan yang tercatat di rekam medis
b. Cara ukur : Observasional c. Alat ukur : Rekam medis
d. Hasil ukur : Dikelompokkan menjadi <135 mEq/L dan ≥135 mEq/L
e. Skala ukur : Ordinal 11. Kadar LDL darah
a. Defenisi operasional : Kadar LDL darah admisi sesuai yang tercatat pada rekam medis
b. Cara ukur : Observasional c. Alat ukur : Rekam medis
e. Skala ukur : Ordinal
12. Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM)
a. Defenisi operasional : Kejadian komplikasi kardiovaskular yang terdiri atas kematian, kardigenik syok, aritmia dan gagal jantung kongestif.
b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Rekam medis
d. Hasil ukur : Dikelompokkan menjadi KKM dan Tidak KKM e. Skala ukur : Nominal
13. Kematian
a. Defenisi operasional :Suatu keadaan matinya batang otak, baik yang disebabkan oleh kardiovaskular maupun nonkardiovaskular sesuai dengan yang tercatat pada rekam medis.
b. Cara ukur :Observasi c. Alat ukur :Rekam medis
d. Hasil ukur :Meninggal atau Hidup e. Skala ukur : Nominal
14. Gagal Jantung Kongestif
a. Defenisi operasional :Suatu keadaan jantung tidak dapat memompa darah sesuai dengan yang terdiagnosis dan tercatat di rekam medis
b. Cara ukur : Observasi c. Alat Ukur : Rekam medis
d. Hasil ukur : Ya, apabila terdiagnosis gagal jantung kongestif. Tidak, apabila tidak terdiagnosis gagal jantung kongestif.
e. Skala ukur : Nominal 15. Syok Kardiogenik
b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Rekam medis
d. Hasil ukur :Ya, apabila terdiagnosis syok kardiogenik
Tidak, apabila tidak terdiagnosis syok kardiogenik. e. Skala ukur : Nominal
16. Aritmia
a. Defenisi operasional : Gangguan pada irama jantung sesuai dengan yang terdiagnosis dan tercatat pada rekam medis.
b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Rekam medis.
d. Hasil ukur : Ya, apabila terdiagnosis aritmia
Tidak, apabila tidak terdiagnosis aritmia. e. Skala ukur : Nominal
4.6 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan Analisis data dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:27 a) Editing, yaitu data yang telah diperoleh perlu dilakukan penyuntingan
terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam komputer.
b) Coding, yaitu data berupa jumlah pasien yang mengalami STEMI sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, hasil pemeriksaan hemoglobin, leukosit, tekanan darah sistolik, heart rate, usia dan jenis kelamin dan Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) yang telah terkumpul, diberi kode secara manual.
c) Entry, yaitu data yang telah diberi kode dimasukkan ke dalam program komputer.
d) Cleaning Data, yaitu setelah seluruh data dimasukkan, maka perlu dilakuka koreksi kembali untuk melihat kemungkinan kesalahan dalam pemberian kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya.
e) Saving, yaitu data disimpan dalam komputer sebelum dilakukan analisa. f) Analisi Data, yaitu semua data yang telah diperoleh akan dianalisa
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit yang terletak di Medan, Sumatera Utara. Sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990, RSUP H .Adam Malik berdiri sebagai rumah sakit tipe A. Selain itu, berdasarkan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Rumah sakit tersebut diresmikan oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 21 Juli 1993.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Populasi dan Sampel
Pada penelitian ini, data sampel diperoleh dari rekam medis, yaitu data pasien Infak Miokard Akut di RSUP H. Adam Malik Medan mulai tanggal 1 Januari 2014 sampai 31 Desember 2015. Dari total 468kasus miokard infark yang tercatat telah menjalani rawat inap, sebanyak 116 kasus yang terdiri dari 58 kasus yang mengalami KKM dan 58 kasus yang tidak mengalami KKM yang memenuhi kriteria ekslusi dan inklusi diambil datanya dan dianalisis.
5.1.3 Karakteristik Sampel
a. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Tabel 5.1.3a Distribusi Sampel Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Total Kelompok Usia Laki-laki Perempuan
n % n % n %
b. Distribusi Jenis Kejadian Kardiovaskular Mayor Pada Pasien IMA.
Tabel 5.1.3b Distribusi Jenis KKM Pada Pasien IMA
Jenis KKM n %
1 2 1,2 1,3 1,4 2,3 2,4 3,4 1,3,4 2,3,4 1,2,3,4
33 5 3 1 1 1 1 5 2 3 3
56,9 8,6 5,2 1,7 3,4 1,7 1,7 6,9 3,4 5,2 5,2
Total 58 100%
Keterangan :
1 : Gagal jantung kongestif
2 : Aritmia
3 : Syok Kardiogenik
5.1.4 Analisis Bivariat Terhadap KKM
Tabel 5.1.4 Hasil Analisis Bivariat Terhadap KKM
Faktor-faktor KKM Tidak KKM OR
(p=0,002), hemoglobin(p=0,0001), leukosit (p=0,03), dan tekanan darah sistolik (p=0,031).
5.1.5 Analisis Multivariat terhadap KKM
Setelah dilakukan uji bivariat pada setiap faktor yang diduga berpengaruh terhadap KKM pada pasien Infark Miokard Akut, dilakukan analisis multivaraiat terhadap faktor-faktor yang memenuhi syarat nilai p<0,25. Analisis multivariat dilakukan dengan uji regresi logistik dengan metode backward wald dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 5.1.5 Hasil Analisis Multivariat Terhadap KKM
Berdasarkan hasil analisis multivariat pada tabel 5.1.5 diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap KKM pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) pada penelitian ini adalah hemoglobin (OR 5,027; CI 95% :1,811-13,953; p=0,002) dan heart rate (OR 5,148; CI 95% :1,310-20,225; p=0,019).
5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik Sampel
Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan dengan pengambilan data 1 Januari 2014-31 Desember 2015. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1.3a , dari 116 pasien yang didiagnosa Infark Miokard Akut, sebanyak 91 orang berjenis kelamin laki-laki (78,4%) dan sebanyak 25 orang berjenis kelamin perempuan (21,6%). Hal tersebut mendukung penelitian Jouhsilahti dkk yang menyatakan terdapat perbedaan yang nyata antara perbedaan jenis kelamin terhadap penyakit jantung koroner. Pada pasien berusia setengah baya, penyakit jantung koroner 2-5 kali lebih sering terjadi pada laki-laki meski rasio jenis kelamin tersebut bervariasi pada setiap populasi.28 Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Nallathambi yang menyatakan bahwa proporsi pasien Sindroma Koroner Akut yang berjenis kelamin laki-laki adalah 83,5% sedangkan proporsi pasien Sindroma Koroner Akut yang berjenis kelamin perempuan adalah 16,5%.29
Pada penelitian Hosseini dkk disebutkan bahwa proporsi pasien STEMI berjenis kelamin laki-laki pada usia ≤40 tahun adalah 92,7% sedangkan proporsi pasien STEMI berjenis kelamin laki-laki pada usia >40 tahun adalah 74%.30 Hal tersebut mendukung hasil penelitian pada tabel 5.1.3a yang menyatakan bahwa jumlah pasien berusia <40 tahun yang mengalami IMA pada penelitian ini adalah 2 orang pasien berjenis kelamin laki-laki (1,7%) dan tidak ada pasien berjenis kelamin perempuan. Sedangkan jumlah pasien berusia ≥40 tahun adalah 89 orang pasien berjenis kelamin laki-laki (76,7%) dan 25 orang pasien berjenis kelamin perempuan (21,6%).
lebih tinggi untuk menderita penyakit jantung dibandingkan kelompok usia 15-24 tahun.31 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1.3a , usia termuda adalah 27 tahun dan usia tertua yaitu 98 tahun. Kelompok usia terbanyak adalah usia 50-59 tahun yaitu sebanyak 49 orang (42,2%) diikuti kelompok usia 60-69 tahun sebanyak 30 orang (25,9%). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Novika yang menyatakan bahwa kelompok usia dengan proporsi tertinggi pada pasien IMA adalah kelompok usia 55-59 tahun yaitu sebanyak 19,1% (dengan proporsi laki-laki 13,6% dan perempuan 5,5%).32
5.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor
(KKM) pada Pasien Infark Miokard Akut.
Berdasarkan hasil analisis multivariat pada tabel 5.1.5 diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap KKM pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) pada penelitian ini adalah hemoglobin dan heart rate. Berdasarkan tabel 5.1.5 diketahui bahwa pada penelitian ini, jumlah pasien infark miokard akut dengan nilai hemoglobin anemia adalah 33 orang (28,4%). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Jumalang dkk yang menyatakan bahwa sebagian besar pasien infark miokard akut memiliki nilai hemoglobin yang normal (83,9%).33 Hal tersebut juga didukung penelitian Hidayat. Pada penelitian tersebut disebutkan bahwa 32,3% pasien Sindroma Koroner Akut yang diteliti mengalami anemia.8
Pada penelitian ini ditemukan hasil yang signifikan antara nilai hemoglobin dan KKM pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) dengan OR 5,027 (CI 95% :1,811-13,953; p=0,002). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hidayat yang mengatakan terdapat hubungan signifikan antara nilai hemoglobin dan KKM yang terdiri dari infark miokard berulang, kematian, revaskularisasi intervensi perkutaneus koroner berulang pada masa perawatan yang sama, serta tindakan segera CABG selama perawatan pada pasien Sindroma Koroner Akut (SKA) dengan RR 2,093 (CI 95%, 1,273-3,440, p=0,003).8
dan infark miokard berulang dengan nilai OR 0,972 (CI 95%; 0,984-0,998; p=0,033). Pada penelitian tersebut disimpulkan disamping skor risiko GRACE, peningkatan rasio neutrofil dan limfosit serta penurunan hemoglobin juga merupakan faktor prediktor independen terjadinya KKM setelah 1 tahun, khususnya pada pasien yang mendapat LVEF setelah PCI pada pasien STEMI.34 Hasil tersebut juga didukung penelitian Nikolsky dkk. Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa melalui analisis multivariat, anemia merupakan faktor prediktor terjadinya kematian selama masa perawatan di rumah sakit pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) yang menjalani primary percutaneous coronary intervention dengan HR 3,26 (CI 95% : 1.01-10,52; p=0,048).35
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa anemia secara signifikan berpengaruh terhadap Kejadian Kardiovaskular Mayor pada pasien Infark Miokard Akut. Hal tersebut dimungkinkan karena anemia menyebabkan kurangnya supply oksigen ke organ termasuk jantung. Kekurangan oksigen pada sel jantung akan dikompensasi dengan peningkatan volume sekuncup dan laju jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang adekuat pada seluruh tubuh. Namun, hal tersebut malah akan memperpanjang jarak antara oxygen demand dan oxygen supply.36
dengan pasien Sindroma Koroner Akut dengan denyut jantung ≤100 kali per menit (OR 3,80; CI 95%: 1,90-6,63; p<0,001).9
Hasil penelitian ini juga didukung penelitian Salwa dkk. Pada penelitian Salwa dkk dikatakan bahwa syok kardiogenik lebih sering terjadi pada pasien STEMI dengan heart rate >100 kali per menit (p=0,021). Gejala gagal jantung paling jarang terjadi pada kelompok pasien dengan heart rate 60-69 kali per menit. Gejala gagal jantung meningkat secara signifikan terhadap peningkatan heart rate pada nilai 90 kali per menit atau diatasnya (p=0,001). Kematian pada masa perawatan di rumah sakit signifikan berhubungan pada pasien dengan heart rate <60 kali per menit (p=0,0397) , pasien dengan heart rate 90-99 kali per menit (p=0,0008) dan pasien dengan heart rate >100 kali per menit (p<0,0001). Melalui analisis multivariat, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa heart rate merupakan faktor resiko independen terhadap kematian karena sebab kardiovaskular selama perawatan di rumah sakit (OR 1.51, 95% CI 1.25– 1.82).Hal tersebut berlaku terhadap penurunan maupun penigkatan heart rate.37 Heart rate merupakan faktor resiko kardiovaskular sederhana yang menyediakan informasi prognosis yang penting pada pasien STEMI yang ditatalaksana dengan PCI.38 Namun, meskipun hubungan antara heart rate dan outcome telah banyak diteliti, untuk mengerti hubungan antara heart rate dan adverse events masih sangat menantang.38 Hal ini kemungkinan disebabkan karena heart rate merupakan faktor penyebab dan merupakan indikator terjadinya proses patofisiologi.38 Heart rate mempengaruhi kebutuhan dan supply oksigen pada miokardium sehingga perfusi miokardium mungkin dapat menjelaskan hubungan erat yang telah diamati antara heart rate dan ukuran infark.39,40
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
1. Pada penelitian ini, faktor-faktor yang signifikan berpengaruh terhadap KKM pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) adalah anemia dan heart rate.
2. Jumlah kasus Infark Miokard Akut (IMA) yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tanggal 1 Januari 2014-31 Desember 2015 adalah 468 kasus.
3. Pada penelitian ini dijumpai proporsi masing-masing jenis Kejadian Kardiovaskular Mayor yang terdiri dari gagal jantung kongestif 74,1%, aritmia 27,5%, syok kardiogenik 25,9% dan kematian 25,9%.
4. Proporsi kejadian anemia pada sampel adalah 28,5% sedangkan proporsi sampel dengan heart rate >100 x/menit adalah 15,5%.
1.2 Saran
1. Bagi Penelitian Selanjutnya
Bagi calon peneliti yang ingin meneliti terkait faktor-faktor yang mempengaruhi KKM pada pasien Infark Miokard Akut (IMA), sangat disarankan untuk meneliti dengan jumlah sampel yang lebih besar, analisis serta design penelitian prospektif. Hal-hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi bias yang terjadi selama penelitian. 2. Bagi Pihak Rumah Sakit
Pihak rumah sakit disarankan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala terkait faktor-faktor yang mempengaruhi KKM pada pasien Infark Miokard Akut (IMA). Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap prognosis penyakit pasien sehingga dapat dilakukan pencegahan-pencegahan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan pada pasien yang berisiko.
3. Bagi Instalasi Rekam Medik