• Tidak ada hasil yang ditemukan

Miskonsepsi Materi Geometri Siswa Sekolah Dasar amini rina kusumayanti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Miskonsepsi Materi Geometri Siswa Sekolah Dasar amini rina kusumayanti"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Miskonsepsi Materi Geometri Siswa Sekolah Dasar Oleh : amini

Miskonsepsi dalam bahasa inggris dikenal dengan misconception. Conception is an understanding or a belief of what something is or what something should be (Oxford Dictionary). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konsepsi adalah pengertian; pendapat (paham). Mis sendiri dapat diartikan sebagai salah atau tidak sesuai. Sehingga miskonsepsi dapat didefinisikan sebagai suatu pemahaman yang salah atau tidak sesuai terhadap konsep tertentu. Atau dengan kata lain dapat dinyatakan sebagai konsepsi yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para ilmuwan.

Munculnya miskonsepsi dalam pembelajaran dapat mengakibatkan salahnya pemahaman siswa mengenai konsep tertentu. Hal ini akan berdampak pada pembelajaran selanjutnya. Hirarki matematika sebagai suatu bidang yang memiliki keterkaitan pembahasan satu dengan lainnya

menyebabkan timbulnya miskonsepsi merupakan hal yang sangat fatal. Jika seorang siswa

mengalami kesalahan pemahaman saat menerima suatu konsep pembelajaran pertama kali, akan berdampak tidak hanya pada saat siswa itu belajar konsep tersebut. Namun akan berakibat pula pada pembelajaran selanjutnya yang merupakan pengembangan dari konsep tersebut.

Di sekolah dasar, konsep-konsep matematika yang diberikan merupakan konsep dasar untuk membangun pemahaman siswa terhadap matematika. Maka dari itu sekecil mungkin kesalahan pemahaman siswa terhadap suatu konsep matematika sebaiknya ditiadakan. Diharapkan saat siswa belajar di jenjang SD mereka benar-benar telah memahami apa yang mereka pelajari.

(2)

Salah satu topik permasalahan yang diangkat adalah geometri, sesuai dengan ruang lingkup materi SD yaitu bilangan, geometri dan pengukuran serta pengolahan data. Pada kelas 1 semester 2 sesuai dengan kompetensi dasar siswa sudah dikenalkan dengan bangun datar sederhana, selanjutnya mengenal segitiga, segi empat, dan lingkaran, kemudian mengelompokkan bangun datar menurut bentuknya. Berdasarkan kompetensi dasar tersebut identifikasi bangun geometri terutama bangun segi empat merupakan bahasan yang awal dalam matematika SD.

Untuk mengetahui pemahaman siswa SD kelas rendah (diambil kelas 3) terhadap identifikasi bangun segi empat, beberapa pertanyaan diberikan untuk siswa diantaranya:

Pertanyaan di atas, diujicobakan ke siswa SD kelas 3 dan diperoleh sebanyak 65,18% siswa menjawab dengan benar dan 33,93% yang mengalami miskonsepsi. Secara rinci, terdapat 13,39% siswa yang juga memilih bangun persegipanjang (yang bukan persegi) sebagai persegi, 7,14% siswa hanya memilih bangun persegi biasa yaitu dalam posisi “mendatar“ (menurut arah pandang pembaca), dan 13,39% siswa mengalami miskonsepsi dengan beragam bentuk.

Siswa yang mengalami miskonsepsi menganggap suatu bangun adalah persegi jika ukurannya sama dan merupakan persegipanjang jika ukuran sisinya ada yang tidak sama.

(3)

Untuk pertanyaan di atas, tidak ada siswa yang menjawab dengan benar. Sebanyak 99,11% responden mengalami miskonsepsi yang terdiri dari 10,71% siswa menganggap persegipanjang hanya dalam posisi biasa yaitu dengan sisi mendatar (dalam arah pandang pembaca) adalah sisi terpanjang, 81,25% siswa memilih salah satu atau semua bentuk persegi panjang yang bukan persegi, dan 7,14% siswa mengalami miskonsepsi dengan ragam bentuk yang lain.

Kesalahan siswa disebabkan pada kebiasaan menggambar persegipanjang dalam posisi biasa, dan penjelasan guru yang membedakan bangun persegi dan persegipanjang.

Hasil yang diperoleh diketahui bahwa sebanyak 33,93% yang menjawab dengan benar dan 65,18% responden mengalami miskonsepsi. Sebanyak 15,18% siswa hanya memilih salah satu

"

# !

(4)

dari keempat bangun segiempat. Ada 38,39% siswa yang tidak menganggap bangun yang tidak bernama khusus (gambar 4) sebagai segiempat. Dan sebanyak 11,61% siswa mengalami miskonsep dengan ragam respon yang lain.

Siswa yang mengalami miskonsepsi terjebak pada nama-nama khusus dari bangun datar. Hal ini terutama disebabkan oleh fokus mempelajari bentuk-bentuk khusus segiempat tanpa menyinggung hubungan dengan segiempat yang umum.

Pertanyaan serupa juga diujikan ke guru matematika pengampu kelas yang bersesuaian. Dan hasil yang diperoleh pun tidak jauh berbeda. Konsep persegi, persegipanjang, dan segiempat menjadi konsep yang membingungkan bagi guru.

Dari tiga pertanyaan seputar permasalahan geometri dasar diatas, dapat dilihat siswa maupun guru masih menganggap persegi, persegipanjang, dan segiempat pada ciri-ciri khusus yang telah mereka ketahui. Hubungan antar persegi, persegipanjang dan segiempat secara umum belum

dipahami. Kebanyakan menganggap bahwa persegi bukanlah (termasuk) bangun persegipanjang. Kata “panjang“ dari istilah “persegipanjang“ sepertinya memberi sugesti pada siswa dan guru bahwa bangun tersebut harus ada sisi yang lebih panjang.

Kuat diduga bahwa miskonsepsi yang terjadi banyak dipengaruhi oleh kebiasaan pada kasus-kasus, pengaruh prakonsepsi (yang sebagian besar didasarkan pada makna bahasa sehari-hari), dan juga sumber belajar yang keliru. Kenyataan di lapangan, banyak praktek-praktek pembelajaran maupun sumber-sumber pembelajaran yang masih menganggap persegi, persegipanjang, segiempat sebagai himpunan yang terpisah.

Selain itu, data menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara miskonsep yang terjadi pada siswa dengan miskonsep yang terjadi pada guru. Ini mengindikasikan bahwa guru ikut mengambil peran dalam membelajarkan miskonsepsi yang terjadi.

(5)

kesempatan selanjutnya miskonsepsi dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan yang mengakibatkan siswa tanpa hambatan dalam mempelajari matematika selanjutnya.

http://www.oxfordadvancedlearnersdictionary.com/dictionary

http://kamusbahasaindonesia.org

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) siswa mengalami miskonsepsi dalam materi menghitung volume balok yakni siswa salah dalam menentukan rumus yang tepat

TIAP SUKU KATA YANG DIPAKAI ADALAH HURUF AWAL DAN AKHIR. BUAT PETA PANORAMA ARAH PANDANG

Penelitian Setyadi dan Komalasari tahun 2012 (Dewi, 2016) setelah melakukan penelitian mengenai miskonsepsi pada siswa SMA mengenai suhu dan kalor, diperoleh beberapa cara

Faktor-faktor yang menyebabkan miskonsepsi pada aspek bangun datar segitiga yaitu: 1 Jika mengalami kesulitan siswa enggan bertanya langsung dengan guru, siswa lebih suka

Pada konsep Kalor ini, rerata siswa yang mengalami miskonsepsi adalah 16.44%, dimana siswa menganggap kalor merupakan energi yang mengalir dari energi yang satu ke

Pada penelitian ini sebagian besar siswa menganggap bahwa orang dapat melihat jam karena cahaya yang menuju mata sehingga mata memantulkan cahaya untuk melihat jam

Pada konsep Kalor ini, rerata siswa yang mengalami miskonsepsi adalah 16.44%, dimana siswa menganggap kalor merupakan energi yang mengalir dari energi yang satu ke

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi yang terjadi pada siswa dan mahasiswa adalah serupa yaitu menganggap fenotip yang muncul selalu