• Tidak ada hasil yang ditemukan

Miskonsepsi pada pembelajaran matematika materi bangun datar segitiga kelas IV Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Miskonsepsi pada pembelajaran matematika materi bangun datar segitiga kelas IV Sekolah Dasar"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. MISKONSEPSI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR SEGITIGA KELAS IV SEKOLAH DASAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: Hanifa Rahmi Norma Suha NIM: 111134118. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. MISKONSEPSI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR SEGITIGA KELAS IV SEKOLAH DASAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: Hanifa Rahmi Norma Suha NIM: 111134118. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015. i.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. MOTTO. “Jangan pernah berhenti di sini, perjalanan kita masih panjang. Dan jangan pernah kau gadaikan masadepan kita dengan keputusan hidup” “Jangan pernah membohongi diri sendiri, apa yang kamu rasakan lakukanlah apapun itu” “Sukses adalah tujuan kita dan yakin adalah pondasinya. Raihlah kesuksesanmu dengan segala keyakinanmu” “Jadikan kegagalanmu sebagai cambuk untuk masadepanmu dan bangunlah kamu dari kegagalanmu” “Jangan ternina bobokan dengan zona yang memebrikanmu kenyamanan, tapi sadarilah hari esok telah menantimu” “Hidup ini pilihan, diam dalam kesiasiaan atau bergerak maju ke sebuah masa depan. iv.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk:  Allah swt yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah, dan anugerahNya untukku, serta selalu membukakan pintu maaf bagiku.  Pribadiku yang selalu memiliki keinginan yang baik dalam segala hal, termasuk dalam menjadi calon pendidik yang berkualitas.  Kedua orang tuaku yaitu bapak Rochman dan ibu Kusdiarti yang selalu memberikan dukungan dalam segala bentuk, semangat, motivasi, dan bimbingan agar aku dapat menjadi manusia yang lebih baik, menerima segala bentuk suka maupun dukaku, serta memberikan doa yang tak pernah putus.  Kedua kakakku Ratih Setyo Rini dan Meilan Resti Fauzi yang selalu memotivasiku untuk segera menyelesaikan skripsiku dan doa yang selalu tercurahkan untuku.. v.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRAK Hanifa Rahmi Norma Suha. 2015. Miskonsepsi Pada Pembelajaran Matematika Materi Bangun Datar Segitiga Kelas IV Sekolah Dasar. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis miskonsepsi apa saja yang terdapat pada materi bangun datar segitiga kelas IV SD N Adisucipto 2 Yogyakarta serta untuk mengetahui faktor penyebab miskonsepsi yang dialami siswa kelas IV SD N Adisucipto 2 Yogyakarta pada materi bangun datar segitiga. Data penelitian dikumpulkan dengan cara memberikan tes tertulis dan wawancara. Tes tertulis bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi-miskonsepsi yang dialami siswa dalam mengerjakan soal uraian pada aspek bangun datar segitiga. Wawancara bertujan untuk mengetahui faktor yang menyebabkan miskonsepsi. Hasil penelitian ini adalah yang mengalami miskonsepsi jenis teoretik yaitu dalam menjelaskan fakta-fakta konsep pada bangun datar segitiga. Faktor-faktor yang menyebabkan miskonsepsi pada aspek bangun datar segitiga yaitu: (1) Jika mengalami kesulitan siswa enggan bertanya langsung dengan guru, siswa lebih suka bertanya dengan teman yang belum tentu benar,(2) pelajaran Matematika di sekolah lebih menekankan soal yang berkaitan dengan rumus atau hitung menghitung, (3) minat siswa terhadap pelajaran Matematika rendah sehingga siswa kurang suka untuk mempelajarinya, (4) guru tidak menggunakan alat peraga dalam pembelajaran, (5) siswa tidak pernah mengulang pelajaran yang telah diajarkan di sekolah sehingga materi yang sudah diajarkan cepat dilupakan. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan perlunya menganalisis hasil pekerjaan siswa untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami siswa, sehingga nantinya siswa tidak mengulangi kesalahan yang sama. Menggunakan alat peraga dalam pembelajaran agar siswa tidak mengalami miskonsepsi dan siswa tertarik pada pembelajaran Matematika.. Kata kunci: Miskonsepsi, teoretik, pembelajaran Matematika.. viii.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRACT. Hanifa Rahmi Norma Suha. 2015. Misconception on Plane Triangle Material of Mathematics Learning in Grade IV Elementary School. Thesis. Yogyakarta. Department of Teacher Training of Elementary School. Teacher& Education Faculty of Sanata Dharma University.. This researchuses descriptive qualitative as the method. The aim of this researchto find out what kind of misconceptions on plane triangle material in grade IV of Adisucipto 2 Elementary School with the misconception’s causes that faced by students of Adisucipto 2 Elementary School on triangle plane material. Research data is gathered by giving written test and interview. Diagnostics test is aimed to find out the misconceptions that faced by students in doing essay exercise on plane triangle aspect. Interview is ainmed to know the cause factors of misconception. The result of research showed that theoretical misconceptions happened in explaining the draft’s facts in plane triangle. The factors causing the misconceptions in plane triangle aspects are : (1) if students faced difficulties, they were reluctant to ask about it to teacher directly, they prefered to ask their friends who hot yet really were right, (2) Mathematics subject at school prefered to emphasize on exercise relating with formula & counting, (3) student’s interests on Mathematics subject were very low so that students didn’t really like to learn about it, (4) teacher didn’t use media in teaching, (5) students never reviewed the subjects learned at school so that the learned material could be forgotten quickly. Based on this research, it can be concluded the need to analyze the result of students works to know the misconception faced by students, so that students don’t repeat doing the same mistakes. Using props in learning so that students do not experience misconceptions and students interested in learning Mathematics.. Keywords: Misconception, teoretik, Mathematics learning.. ix.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL..........................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................ii HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................iii MOTTO.............................................................................................................iv PERSEMBAHAN...............................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................................vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.........................................................vii ABSTRAK.......................................................................................................viii ABSTRACT.........................................................................................................ix KATA PENGANTAR.........................................................................................x DAFTAR ISI.....................................................................................................xii DAFTAR TABEL............................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xv BAB 1.PENDAHULUAN..................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah...........................................................................1 B. Rumusan Masalah......................................................................................4 C. Tujuan Penelitian......................................................................................5 D. Definisi Operasional.................................................................................5 E Manfaat Penelitian.....................................................................................7 BAB II. LANDASAN TEORI............................................................................8 A. Kajian Pustaka..........................................................................................8 1. Konsep.................................................................................................8 2. Konsepsi.............................................................................................11 3. Miskonsepsi........................................................................................12 4. Pembelajaran Matematika..................................................................20 xii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Halaman 5. Segitiga..............................................................................................23 B. Penelitian yang Relevan........................................................................27 C.Kerangka Berpikir..................................................................................32 BAB III. METODE PENELITIAN................................................................34 A.Jenis Penelitian.......................................................................................34 B. Setting Penelitian...................................................................................34 C.Desain Penelitian....................................................................................37 D.Teknik Pengumpulan Data.....................................................................38 E.Instrumen Penelitian...............................................................................41 F.Kredibilitas dan Tranferabilitas..............................................................49 G.Teknik Analisis Data..............................................................................51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................54 A. Hasil Peneltian...................................................................................... 54 1.Deskripsi Hasil Lokasi Penelitian......................................................54 2. Deskripsi Hasil Penentuan Subjek....................................................55 3. Deskripsi Pengumpulan Data Penelitian.......................................... 56 4. Hasil Analisis Data Penelitian.......................................................... 57 B. Pembahasan......................................................................................... 87 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................91 A. Kesimpulan........................................................................................... 91 B. Keterbatasan Penelitian........................................................................ 92 C. Saran..................................................................................................... 92 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................93 LAMPIRAN.....................................................................................................[1]. xiii.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Tes....................................................................46 Tabel 3.2 Soal Sebelum Direvisi Dan Sesudah Direvisi..................................47 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pertanyaan Wawancara Siswa..........................................49 Tabel 4.1 Daftar Subjek Terwawancara...........................................................56 Tabel 4.2 Pelaksanaan Wawancara..................................................................57 Tabel 4.3 Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek N1.................................59 Tabel 4.4 Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek N1.................................61 Tabel 4.5 Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek N1.................................63 Tabel 4.6 Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek N1.................................65 Tabel 4.7 Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek N1.................................67 Tabel 4.8 Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek N2.................................70 Tabel 4.9 Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek N2.................................72 Tabel 4.10 Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek N2...............................74 Tabel 4.11 Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek N2...............................76 Tabel 4.12 Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek N3...............................79 Tabel 4.13 Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek N3...............................81 Tabel 4.14 Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek N4...............................84 Tabel 4.15 Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek N4...............................86. xiv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Transkip Wawancara...................................................................[1] Lampiran 2. Validasi Instrimen Tes Tertulis.................................................[11] Lampiran 2. Validasi Wawancara..................................................................[19] Lampiran 3. Instrumen Soal...........................................................................[21] Lampiran 4. Hasil Jawaban Siswa..................................................................[27] Lampiran 5. Tabulasi Empiris........................................................................[47] Lampiran 6. Surat Ijin Sebelum Penelitian.....................................................[69] Lampiran 6. Surat Ijin Setelah Penelitian.......................................................[70] Lampiran 7. Biodata Penulis...........................................................................[71]. xv.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 1. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok di Sekolah Dasar. Hakikatnya, Matematika tidak hanya dapat dipelajari di sekolah-sekolah, tetapi secara tidak langsung siswa telah belajar Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini membuktikan bahwa Matematika sangatlah penting, karena sebagai sarana berpikir logis dan sangat berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Susanto, 2013: 185). Pentingnya Matematika dapat diamati dari waktu yang digunakan dalam pelajaran Matematika di sekolah, yaitu waktu yang digunakan lebih lama dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya (Hudojo, 1981: 61). Belajar Matematika tidak dapat dilakukan hanya dengan menghafal, namun siswa harus mempunyai konsep dasar yang kuat agar proses pembelajaran selanjutnya maupun di jenjang kelas berikutnya siswa tidak merasa kesulitan. Matematika identik dengan soal penalaran, maka siswa harus banyak berlatih soal untuk memperkuat pemahaman dan penalaran (Susanto, 2013: 186).. 1.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. Apabila siswa tidak aktif terhadap informasi yang disampaikan guru, maka siswa akan beranggapan bahwa pelajaran Matematika sangat sulit dipelajari. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara dengan siswa pada tanggal 10 Mei 2014. Setelah wawancara siswa mengenai mata pelajaran Matematika, siswa menganggap bahwa mata pelajaran tersebut sangat sulit untuk dipelajari, apalagi mengenai materi bangun datar segitiga. Siswa masih kesulitan untuk membedakan nama-nama sudut dengan jenis sudut.Selain itu, siswa juga belum paham mengenai pengertian bangun datar segitiga dengan tepat. Kenyataan yang ditemui di lapangan jarang ditemukan pembelajaran tentang konsep Matematika, namun mengajarkan Matematika dengan menghadapkan pada bermacam-macam rumus. Hal ini membuat siswa hanya menghafal rumus tanpa memperdulikan konsep yang ada didalamnya. Pembelajaran tersebut menjadi pemicu kesalahan atau kekeliruan konsep yang dialami siswa. Kekeliruan atau kesalahan konsep ini disebut juga dengan miskonsepsi. Siswa mengalami miskonsepsi pada bagian nama-nama sudut dan jenis sudut serta pengertian bangun datar segitiga. Siswa belum bisa untuk membedakan mana yang termasuk nama-nama sudut dan jenis sudut. Jawaban siswa masih terbalik-balik, yang. seharusnya. menyebutkan nama sudut. menyebutkan jenis sudut.. tetapi siswa. justru.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. A Contohnya:B. C dari gambar di samping siswa menjawab nama. sudutnya yaitu sudut lancip. Padahal seharusnya nama gambar tersebut adalah sudut ABC. Selain itu siswa juga belum dapat menyebutkan pengertian-pengertian bangun datar segitiga dengan tepat. Apabila siswa tidak menguasai konsep-konsep bangun datar segitiga, maka siswa akan mengalami miskonsepsi. Menurut Suparno (2005: 2), miskonsepsi adalah konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah dan tidak sesuai dengan konsep yang diakui para ahli. Mengingat pentingnya penguasaan dan pemahaman konsep yang telah diberikan, maka setiap siswa harus memahami konsep tersebut, agar tidak terjadi miskonsepsi. Berdasarkan wawancara kepada guru kelas IV SD N Adisucipto 2 pada tanggal 8 Mei 2014, kenyataan di lapangan menyatakan bahwa masih ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi atau salah konsep dalam menangkap materi tentang bangun datar terutama bangun datar segitiga.Hal ini dikarenakan siswa tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika guru menerangkan. Setiap pembelajaran berlangsung, siswa main-main sendiri, bercerita dengan teman sebangkunya dan keluar masuk kelas yang alasannya ke kamar mandi. Peneliti menemukan permasalahn miskonsepsi pada materi bangun datar segitiga di SD Negeri Adisucipto 2, yaitu beberapa siswa masih.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. mengalami miskonsepsi pada bagian nama-nama sudut dan pengertian bangun datar segitiga. Hasil tersebut didapatkan melalui uji soal dan dikuatkan dengan wawancara bersama seorang guru dan siswa kelas IV SD Negeri Adisucipto 2, pada tanggal 8 dan 10 Mei 2014. Berdasarkan hal tersebut miskonsepsi merupakan kondisi yang harus ditangani karena akan berdampak pada pengetahuan siswa terhadap pelajaran terutama pelajaran Matematika materi bangun datar segitiga, maka. perlunya. mendiagnosis. faktor-faktor. penyebab. terjadinya. miskonsepsi pada pembelajaran Matematika materi bangun datar segitiga. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik dan bermaksud untuk mengadakan penelitian mengenai“Miskonsepsi padaPembelajaran Matematika Materi Bangun Datar Segitiga Kelas IV SD N Adisucipto 2 Yogyakarta”.. B. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitiaan ini adalah: 1. Jenis miskonsepsi apa sajakah yang terdapat pada materi bangun datar segitiga kelas IV SD N Adisucipto 2 Yogyakarta? 2. Apa faktor penyebab miskonsepsi yang dialami siswa kelas IV SD N Adisucipto 2 Yogyakarta pada materi bangun datar segitiga?.

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. C. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan masalah yang diuraikan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan jenis miskonsepsi apa saja yang terdapat pada materi bangun datar segitiga kelas IV SD N Adisucipto 2 Yogyakarta. 2. Mengetahui faktor penyebab miskonsepsi yang dialami siswa kelas IV SD N Adisucipto 2 Yogyakarta pada materi bangun datar segitiga.. D. Definisi Oprasional 1. Konsep Konsep merupakan ide abstrak yang menggambarkan pemikiran siswa mengenai suatu permasalahan atau objek dari kejadian yang memiliki ciri-ciri untuk mempermudah dalam berkomunikasi dan yang memungkinkan manusia berfikir. 2. Konsepsi Konsepsi merupakan tafsiran awal yang didapat oleh siswa sebelum diajarkan oleh guru. 3. Miskonsepsi Miskonsepsi merupakan penggunaan konsep yang salah tidak sesuai dengan acuan atau konsep dasar yang di tetapkan para ahli. Selain itu juga kesalahan konsep yang dialami siswa sebagai akibat dari pengetahuan awal yang dikonstruksi kepada siswa berbeda dengan yang diterangkan atau dijelaskan oleh para ahli..

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. 4. Pembelajaran Matematika Pembelajaran Matematika tidak hanya pada guru dan siswa, tetapi dari kehidupan sehari-hari. Sebagi salah satu contoh makan sehari berapa kali, uang saku setiap hari jika dalam satu minggu jumlahnya sampai berapa dan masih banyak lainnya. Selain itu juga pendidikan matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. 5.. Bangun datar segitiga Segitiga merupakan bangun datar yang dibatasi tiga ruas garis lurus dan mempunyai titik sudut. Jumlah sudut pada segitiga 1800 dan mempunyai jenis diantaranya panjang sisi dan besar sudut. Selain itu juga ada macam-macam bangun datar segitiga yang berdasarkan sudut dan sisi..

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 7. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Manfaaat bagi Guru Bagiguru, penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan atau. wawasan. mengenai. miskonsepsi. serta. faktor. yang. mempengaruhi siswa terutama pada pelajaran Matematika materi bangun datar segitiga. b. Manfaat peneliti Menambah pengetahuan,wawasan, dan pengalaman tentang penelitian yang diteliti sehingga dapat ditularkan kepada guru Sekolah Dasar atau mahasiswa PGSD. Apabila peneliti telah menjadi pendidik atau pengajar hal ini dapat mengupayakan suatu metode pembelajaran yang tidak mengakibatkan siswa mengalami miskonsepsi. 2. Manfaat teoritis Menambah pengetahuan bidang pendidikan dasar terutama pada miskonsepsi yang terjadi pada siswa SD terutama pada pelajaran Matematika bangun datar segitiga..

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 8. BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan teori 1. Konsep a. Pengertian konsep Mertodihardjo dan Mulyono (1980: 4) menjelaskan bahwa konsep merupakan abstraksi dari kejadian atau hal-hal yang memiliki ciri-ciri yang sama atau merupakan ide tentang sesuatu di dalam fikiran. Mengandung penafsiran dan penilaian, bukan hanya fakta,. dan. membantu. dalam. mengadakan. pembedaan,. penggolongan atau penggabungan fakta di lingkungan sekitar. Selain itu juga dapat diartikan bahwa konsep tidak dapat dipelajari tanpa pengetahuan yang relevan dengan gejala/kejadian yang akan di “konsepkan”. Berg (1991: 8) menyatakan bahwa konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah untuk berkomunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir. Menurut Dahar (2011: 79), belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep merupakan batu-batu pembangun berfikir, dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip generalisasi-generalisasi. Orang akan banyak memperoleh pengertian atau konsep melalui proses belajar. 8.

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 9. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan ide abstrak yang menggambarkan pemikiran siswa mengenai suatu permasalahan atau obyek dari kejadian yang memiliki ciri-ciri untuk mempermudah dalam berkomunikasi dan yang memungkinkan manusia berfikir.. b. Jenis-jenis konsep Konsep yang diperoleh setiap orang tentunya memiliki perbedaan. Seseorang yang memiliki konsep dengan proses yang benar, maka akan memiliki ingatan yang lebih kuat. Menurut Moh. Amien (1987). Berdasarkan bentuknya konsep dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: 1) Konsep klasifikasional, mencakup bentuk konsep yang didasarkan atas klasifikasi fakta-fakta ke dalam bagan-bagan yang terorganisir. Misal mengklasifikasikan konsep segitiga atau konsep trigonometri. 2) Konsep korelasional, mencakup kejadian-kejadian khusus yang saling berhubungan, atau observasi-observasi yang terdiri atas dugaan-dugaan terutama berbentu formulasi prinsip-prinsip umum. Misal konsep luas persegi panjang sebagai hasil kali dari panjang dan lebar. 3) Konsep. teoretik,. mencakup. bentuk. konsep. yang. mempermudahkan kita dalam mempelajari fakta-fakta atau.

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 10. kejadian-kejadian dalam sistem yang terorganisir. Misalnya konsep titik, bilangan, himpunan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk konsep. terbagi. korelasional,. menjadi dan. 3. yaitu:. teoretik.. konsep. klasifikasional,. Klasifikasional. adalah. mengklasifikasikan konsep, misalnya mengklasifikasikan bangun datar segitigita berdasarkan jenisnya. korelasinoal yaitu konsep yang saling berhubungan. Teoretik merupakan konsep yang mempelajarai fakta-fakta kejadian-kejadian dalam sistem yang terorganisir. Pada penelitian ini misalnya menyebutkan macammacam bangun datar segitiga dan pengertian bangun datar segitiga.. c. Ciri-ciri konsep Adapun ciri-ciri konsep menurut Hamalik (2005: 162) sebagai berikut. 1) Atribut konsep adalah suatu konsep yang membedakan antara konsep satu dengan konsep lainnya. Atribut nilai-nilai, adanya variasi yang terdapat pada suatu atribut. 2) Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut. 3) Jumlah atribut juga bermacam-macam antara satu konsep dengan konsep lainnya. Semakin kompleks suatu konsep.

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 11. semakin banyak jumlah atributnya dan semakin sulit untuk mempelajarinya. 4) Kodomain atribut, menunjuk pada kenyataan bahwa beberapa atribut atau lebih dominan (obvious) daripada yang lainnya. Berdasakan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ciriciri konsep dibagi menjadi 4, yaitu atribut konsep sifat yang membedakan antara konsep, atribut nilai-nilai merupakan variasi yang ada pada atribut, jumlah atribut banyaknya atribut konsep bermacam-macam dan kodomain atribut menunjuk pada kenyataan bahwa beberapa atribut atau lebih dominan.. 2. Pengertian konsepsi Tafsiran konsep oleh seseorang disebut konsepsi (Berg, 1991: 8). Contoh konsepsi bola, bola dapat ditafsirkan oleh seorang anak sebagai suatu benda kecil, bulat, dan menggelinding. Konsepsi dapat berbeda kengan konsepsi fisikawan terhadap konsep tertentu (Berg, 1991: 10). Konsepsi fisikawan pada umumnya akan lebih canggih, lebih komplek, lebih rumit, melibatkan lebih banyak hubungan antar konsep dari pada konsepsi siswa. Konsepsi siswa sama dengan konsepsi fisikawan yang disederhanakan tidaklah dikatakan salah, tetapi jika konsepsi siswa bertentangan dengan konsepsi fisikawan maka dikatakan siswa mengalami miskonsepsi. Konsepsi merupakan tafsiran awal yang didapat oleh siswa sebelum diajarkan oleh guru..

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 12. 3. Pengertian miskonsepsi Miskonsepsi merupakan suatu konsep yang salah atau tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para pakar pada bidangnya (Suparno, 2005: 4). Salah konsep atau misconception terjadi karena adanya penambahan atau penghilangan dari apa yang ada pada konsep tersebut. Salah konsep (misconception) seringkali muncul ketika konsep awal (prakonsepsi) yang diterima oleh siswa melalui pengalaman yang mereka alami belum matang. Apabila sebuah konsep merupakan hasil penyimpulan atau pensederhanaan yang dilakukan oleh siswa, maka konsep siswa tidak dapat dikatakan salah.Seperti yang dijelaskan Berg (1991: 10) yang dimaksud. dengan. miskonsepsi. yaitu. apabila. konsep. siswa. bertentangan dengan konsep para ahli maka hal itu disebut dengan miskonsepsi. namun. jika. konsep. siswa. tersebut. hasil. dari. pensederhanaan konsep para ahli maka siswa tidak dapat dikatakan miskonsepsi. Salah konsep juga dapat diartikaan sebagai sebuah kesalahan terhadap konsep-konsep yang terjadi apabila konsepsi seorang siswa berbeda dengan konsepsi para ahli yang secara teoritis konsep tersebut dianggapa benar dan baku, dan secara obyektif keilmuaan konsepsi tersebut memang salah (Budi, 1992: 114)..

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 13. Menurut Suparno (2005: 4), miskonsepsi merupakan konsep yang tidak sesuai atau bertentangan dengan konsep yang diterima para ahli. Miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar (Flower dalam Suparno, 2005: 5). Menurut Suparno (2005: 2), miskonsepsi adalah konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmia. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi merupakan penggunaan konsep yang salah tidak sesuai dengan acuan atau konsep dasar yang di tetapkan para ahli. Selain itu juga kesalahan konsep yang dialami siswa sebagai akibat dari pengetahuan awal yang dikonstruksi kepada siswa berbeda dengan yang diterangkan atau dijelaskan oleh para ahli.. a. Penyebab Terjadinya Miskonsepsi Penyebab terjadinya miskonsepsi sangat beragam. Tergantung dari sifat konsep dan bagaimana konsep tersebut diajarkan. Menurut Suparno (2005: 30), pengetahuan itu dibentuk oleh siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan, dan bahan yang dipelajari siswa yang mengkontruksi suatu pengetahuan dan mengalami ketidakcocokan terhadap konsep para pakar, maka siswa.

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 14. tersebut akan mengalami miskonsepsi. Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik (Djamarah, 2005:21). Miskonsepsi yang dialami siswa juga dapat diakibatkan dari guru yang belum menguasai materi dalam suatu bidang studi. Selain itu guru yang tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk menyampaikan gagasannya dapat menyebabkan pula terjadinya miskonsepsi. Karena guru tidak akan pernah tau gagasan yang telah dipahami siswa tersebut sudah benar atau belum (Suparno, 2005: 42). Menurut Suparno (2005: 29), penyebab miskonsepsi secara garis besar ada lima kelompok. 1) Dari siswa itu sendiri. Penyebab dari siswa dapat terdiri dari berbagai hal seperti prakonsepsi awal, kemampuan, tahap perkembangan, minat, cara berpikir, dan teman lainnya. 2) Dari guru. Penyebab dari guru, misalnya ketidakmampuan guru, kurangnya penguasaan bahan, cara mengajar yang tidak tepat, atau sikap guru yang berelasi dengan siswa yang kurang baik. 3) Dari buku teks. Penyebab miskonsepsi dari buku teks biasanya terdapat pada penjelasan yang salah dalam buku tersebut. 4) Konteks. Penyebab miskonsepsi dari segi konteks misalnya budaya,. agama,. dan. bahasa. sehari-hari.. Pembahasan-. pembahasan yang salah dan diterima siswa, menjadikan siswa mempunyai miskonsepsi..

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 15. 5) Dari metode mengajar. Metode mengajar hanya menekankan kebenaran satu segi sering memunculkan salah pengertian pada siswa. Berdasarkan paparan tentang penyebab miskonsepsi di atas, bahwa penyebabnya tidak hanya dari satu sisi atau aspek. Melainkan dari berbagai aspek, diantaranya guru, siswa, buku teks, konteks dan cara mengajaranya. Metode pengajarannyapun harus diperhatikan agar tidak terjadi miskonsepsi. Selain itu penyebab miskonsepsi diantaranya adalah dari diri pribadi siswa itu sendiri yang kurang memahami mengenai suatu konsep, dan lingkungan serta orang lain yang memberikan pengaruh terhadap miskonsepsi tersebut.. b. Mendeteksi adanya miskonsepsi Menurut Suparno (1998: 23), ada banyak cara bagi seorang guru untuk mendeteksi salah pengertian siswa dalam hal probabilitas. Peneliti sendiri menggunakan empat cara, yaitu: 1). Tes pilihan ganda dengan suatu pertanyaan terbuka “mengapa?”. 2). Tes pilihan ganda digabungkan wawancara pribadi. 3). Map konsep dengan wawancara, dan 4). Tes esai..

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 16. Tes pilihan ganda dengan pertanyaan terbuka “mengapa?”. Pertanyaan pilihan ganda (multiple choice) digunakan untuk melihat dengan cepat apakah siswa menjawab dengan benar persoalaan probabilitas atau tidak. Bahan pertanyaan dipilih yang sungguh mengungkapkan konsep yang sangat penting dalam probabilitas. Sedangkan pertanyaan terbuka “mengapa” akan memberikan pengertian kepada peneliti alasan siswa memilih jawaban tersebut, benar atau salah. Apabila guru atau peneliti menggunakan tes pilihan ganda digabungkan dengan wawancara. Siswa diberi pertanyaan pilihan ganda, dari hasil pilihan ganda dapat dikethui konsep mana yang kebanyakan masih salah. Berdasarkan beberapa konsep yang memiliki kesalahan yang paling banyak, peneliti mengadakan wawancara dengan siswa yang menjawab salah. Setelaha wawancara siswa ditanya mengapa berpendapat demikian dan dari mana siswa mendapatkan salah pengertian tersebut. Hal yang terpenting dalam wawancara klinis itu adalah mencoba mengerti bagaimana prosesnya sampai siswa mendapatkan salah pengertian tersebut. Wawancara ini tentu saja memakan waktu yang lama dan membutuhkan kepiawaian peneliti untuk memancing gagasan dan jalan pikiran siswa. Peneliti menggunakan map konsep dan wawancara, maka penulis sendiri pernah menggunakan metode map konsep. Siswa diminta membuat map konsep mengenai probabilitas yang telah mereka.

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 17. ketahui. Setelah siswa membuat map konsep tersebut dapat dilihat ataupun relasi. antar konsep yang tidak pas atau yang salah.. Berdasarkan konsep dan relasi yang tidak tepat itulah diadakan wawancara untuk lebih memperdalam alasan sebenarnya. Ketika wawancara peneliti mencoba menggali bagaimana pikiran siswa sampai pada konsep yang salah. Jika peneliti menggunakan tes esai, hal ini dapat digunakan untuk mendeteksi apakah siswa mempunyai salah pengertian tentang probabilitas.Seperti pada tes pilihan ganda, bahan tes esai harus mencakup semua konsep yang pokok dalam bidang probabilitas. Pada tes esai siswa diminta menjawab persoalan yang diajukan dengan menuliskan semua penalaran mereka sehingga kesimpulan tertentu. Penalaran yang dituliskan itulah, peneliti mencari salah konsep yang dibawa siswa. Menurut Budi (1992: 127), peneliti dapat mengetahui adanya salah konsepsi yang terjadi, melakukan remidiasi dan berusaha agar kesalahan-kesalahan yang sama dapat dihindari atau dikurangi. Mendeteksi salah konsepsi adalah suatu proses yang sangat penting dalam proses belajar. Salah konsepsi dapat dideteksi antara lain dengan cara sebagai berikut. 1) Hakikat atau makna suatu konsep difahami dengan baik dan dinyatakan dengan jelas..

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2) Berdasarkan. pemahaman. yang. benar. tersebut. 18. dicari. kemungkinan-kemungkinan salah konsepsi yang dapat terjadi. 3) Berdasarkan kemungkinan salah konsespi yang dapat terjadi, disusun soal (dapat berbentuk uraian bebas, isian singkat, maupun pilihan ganda) yang memungkinkan kesalahan dapat dideteksi. 4) Setelah tes dilaksanakan (dapat secara lisan atau tertulis), hasil dianalisi untuk mengetahui secara tepat kesalahan-kesalahan yang sungguh terjadi. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mendeteksi kesalahan dapat dilihat dengan langkah-langkah dalam mengambil data. Bisa menggunakan tes esai, pilihan ganda dan disertakan wawancara. Hal ini bertujuan untuk mengetahui semakin dalam permasalahan apa yang menyebabkan adanya miskonsepsi pada siswa tersebut.. c. Kiat mengatasi miskonsepsi Menurut Suparno (2005: 57), secara garis besar langkah yang digunakan untuk membantu mengatasi miskonsepsi sebagai berikut. 1) Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa. 2) Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut. 3) Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi..

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 19. Kiat yang tepat untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi adalah mencari bentuk kesalahan yang dimiliki siswa, mencari sebab-sebabnya, dan dengan pengertian dapat menentukan cara yang sesuai untuk mengatasi. Membantu siswa mengatasi miskonsepsi, pertama-tama guru perlu mengerti kerangka berpikir siswa, dengan mengetahui cara berpikir, cara menangkap, dan bagaimana gagasan siswa, guru dapat. mengetahui dengan tepat. dimana letak. miskonsepsi pada siswa sehingga dapat membantunya. Memahami gagasan siswa beberapa hal dapat dibuat: 1) Guru memberi pertanyaan kepada siswa tentang konsep yang biasanya membuat siswa bingung dan siswa diminta menjawab secara jujur. Pertanyaan ini dapat dilakukan secara pribadi maupun umum di kelas, dari jawaban yang jujur itu dapat dilihat apakah gagasan siswa benar atau tidak. 2) Guru mengajak siswa untuk berdiskusi tentang bahan tertentu yang biasanya mengandung miskonsepsi, dan guru membiarkan siswa berdiskusi dengan bebas. Guru memantau dari jalannya diskusi konsep-konsep yang salah. Berdasarkan paparan tentang kiat mengatasi miskonsepsi di atas, bahwa Kiat. yang tepat untuk membantu siswa mengatasi. miskonsepsi adalah mencari bentuk kesalahan, sebab-sebabnya, dan dengan pengertian yang dimiliki oleh siswa. Hal ini dapat.

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. menentukan cara yang sesuai untuk mengatasi dan dapat melurusakan sesuai kesalahan yang dilakukannya.. 4. Pengertian Pembelajaran Matematika Menurut Susanto (2013: 186), Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan. berpikir. siswa. dan. mengkonstruksi. pengetahuan. barusebagai upaya peningkatan penguasaan yang baik terhadap materi Matematika. Matematika adalah ilmu yang berkenaan dengan gagasan terstruktur yang ditunjukkan melalui hubungan-hubungan yang logis, bersifat abstrak dengan penalaran deduktif berdasarkan landasan kesepakatan yang membentuk suatu system (Hudojo, 1981: 46). Menurut Susanto (2013: 185), adalah salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan pendapat di atas menyatakan bahwa pembelajaran Matematika tidak hanya pada guru dan siswa, tetapi dari kehidupan sehari-hari. Sebagai salah satu contoh makan sehari berapa kali, uang.

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 21. saku setiap hari jika dalam satu minggu jumlahnya sampai berapa dan masih banyak lainnya.Selain itu juga pendidikan matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. a. Komponen Pembelajaran Matematika Menurut Wina (2008: 9), komponen pembelajaran Matematika di sekolah meliputi siswa, kondisi pembelajaran dan sumber-sumber belajar. 1) Siswa Analisis siswa merupakan suatu hal yang penting sebelum merencanakan. suatu. proses. merencanakan. suatu. proses. perencanaan pembelajaran. Pada kegiatan belajar mengajar, siswa merupakan subyek yang belajar. Proses belajar mengajar inilah diharapkan siswa dapat meningkatkan dan mengembangkan perilaku kehidupan yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari baik aspekintelektual atau kognitif, emosional atau afektif maupun keterampilan atau psikomotor. Karakter tiap siswa di dalam kelas sangatlah beragam, untuk itu sebagai guru perlu memperhatikan kemampuan setiap siswanya dengan selalu mengarahkan mereka pada peningkatan kualitas belajar yang lebih baik. 2) Kondisi Pembelajaran Kondisi pembelajaran merupakan berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar siswa dapat mencapai tujuan.Pengalaman belajar hars didorong agar siswa aktif belajar baik secara fisik.

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 22. maupun non fisik. Dalam perencanaan pembelajaran design yang akan diterapkan haruslah sesuai dengan gaya belajar para siswa, agar siswa dapat belajar dengan motivasi dan gairah. 3) Sumber-Sumber Belajar Sumber. belajar. memungkinkan. berkaitan siswa. dengan. untuk. segala. sesuatu. memperoleh. yang. pengalaman. belajar.Sumber belajar bisa ditemukan dimana saja seperti lingkungan sekitar, perpustakaan, buku pelajaran serta media yang akan digunakan siswa juga dapat dijadikan sebagaisumber belajar. Proses pembelajaran dan perencanaan harus dapat menggambarkan apa yang harus dilakukan guru dan siswa dalam memanfaatkan sumber belajar agar dapat dilakukan secara optimal. Sedangkan mendesain pembelajaran perlu juga dicermati pada pelaksanaan untuk. menentukan. sumber. belajar. ada. dan. bagaimana. memanfaatkannya. Berdasarkan beberapa komponen di atas dapat disimpulkan bahwa, ada beberapa hal yang harus diperhatika diantaranya yaitu siswa, kondisi dan sumber-sumber. Hal ini harus benar-benar diperhatikan ketika dalam pembelajan. Pada dasarnya siswa diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan perilaku kehidupan yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari baik aspek intelektual atau kognitif. Kondisi pembelajaranpun harus dirancang.

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 23. agar siswa dapat mencapai tujuan, sumber yang diberikan harus sesuai dengan tingkatan siswa. 5. Bangun datar segitiga Menurut Wirasto (1982: 45) segitiga merupakan bangun datar yang memiliki dua jenis yaitu segitiga dengan sisi berlainan, samakaki (yang tidak samasisi), dan samasisi. Segitiga sisi berlainan ialah yang ketiga sisinya berlainan panjangnya, disebut samakaki jika memiliki dua sisi yang sama. Masih ada kemungkinan bahwa sisi yang ketiga juga sama panjang. Segitiga disebut samakaki tidak samasisi jika memiliki dua sisi yang sama panjang, sedangkan sisi yang ketiga berlainan panjangnya. Segitiga samasisi ialah yang ketiga sisinya sama panjang. Selain itu juga segitiga memiliki sudut, yaitu tumpul, siku-siku dan lancip. Segitiga disebut tumpul jika salah satu sudutnya tumpul. Segitiga disebut siku-siku jika salah satu sudutnya siku-siku. Segitiga disebut lancip jika semua sudutnya lancip. Menurut Senar, Narno dkk (2008: 151) segitiga adalah bangun datar yang dibatasi tiga ruas garis lurus dan mempunyai titik sudut. Jumlah sudut pada segitiga 1800 dan mempunyai jenis diantaranya panjang sisi dan besar sudut. Jenis segitiga berdasarkan panjang sisi ada sama kaki, yaitu yang dua buah.

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 24. sisinya sama panjang karena dua sisi sama panjang menyebabkan dua sudut sama besar. Segitiga sama sisi yaitu yang ketiga sisinya sama panjang. Segitiga sembarang yaitu yang panjang ketiga sisinya tidak sama. Jenis berdasar besar sudut, sudut lancip yaitu ketiga sudutnya sudut lancip (besar kurang dari 90 0). Segitiga sikusiku yaitu yang salah satu sudutnya sudut siku-siku (900). Sedangkan segitiga tumpul yaitu yang satu sudutnya tumpul. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa segitiga merupakan bangun datar yang dibatasi tiga ruas garis lurus dan mempunyai titik sudut. Jumlah sudut pada segitiga 180 0 dan mempunyai jenis diantaranya panjang sisi, besar sudut, panjang sisi dan besar sudutnya. Selain itu juga ada macam-macam bangun datar segitiga yang berdasarkan sudutnya, sisi dan sifat. a. Macam-Macam Segitiga 1). Berdasarkan sudut Dilihat dari sudut-sudutnya, segitiga dibedakan menjadi tiga, yaitu: a). Segitiga lancip Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga sudutnya berbentuk lancip. Besar sudutnya antara 00 sampai dengan 900 ..

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 25. C. A. B. b). Segitiga tumpul Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu dari tiga sudutnya merupakan sudut tumpul atau besar sudutnya antara 90° dan 180°. R. P. Q. Pada gambar, segitga PQR adalah segitiga tumpul < p merupakan sudut tumpul. c). Segitiga siku-siku Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya siku–siku atau besar sudutnya 90°. C. A. B.

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 26. 2). Berdasarkan sisi a). Segitiga sembarang Segitiga sembarang adalah segitiga yang ketiga sisinya berbeda panjangnya dan ketiga sudutnya berbeda besarnya. C. A. B. b). Segitiga sama sisi Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang. M. K. L. c). Segitiga sama kaki Segitiga. sama. kaki. adalah. mempunyai dua sisi sama panjang. R. P. Q. segitiga. yang.

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 27. b. Unsur-Unsur Bangun Datar Segitiga Unsur segitiga terdiri dari: sisi, titik sudut dan titik puncak 1). Sisi terdiri dari 3 ruas garis yang membentuk segitiga dan merupakan batas yang membedakan antara bagian dalam dengan bagian luar segitiga. 2). Titik sudut merupakan perpotongan antara dua ruasgaris atau pertemuan ujung-ujung 3). Titik puncak suatu segitiga adalah titik sudut yang berhadapan dengan alas dari segitiga tersebut. titik puncak. titik puncak. alas. alas. alas. titik puncak. B. Penelitian yang relevan 1. Penelitian yang dilakukan oleh Rohma (2013) yang berjudul “Miskonsepsi Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Materi Bangun Datar Segi Empat Kelas VII SMP Negeri 34 Semranga Tahun Ajaran 2012/2013”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan letak miskonsepsi yang dialami siswa pada materi bangun datar segi empat beserta faktor penyebabnya..

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 28. Penelitian yang tergolong deskripsi kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa 4 subyek terpilih mengalami miskonsepsi dalam menyelesaikan soal materi bangun datar segi empat. Miskonsepsi. ini. dikelompokan. dalam. klasifikasional,. korelasional, dan teoretik. Miskonsepsi klasifikasional yang terjadi yaitu kesalahan mengklasifikasikan jenis dan sifat terkait konsep bangun datar segi empat, miskonsepsi korelasional yaitu kesalahan menentukan hubungan suatu konsep dengan konsepyang lainnya, hubungan antara rumus dengan proses penyelesainnya, dan miskonsepsi teoretik yaitu kesalahan menjelaskan fakta terkait bangun datar segi empat. Adapun faktor penyebab miskonsepsi adalah: minat siswa dalam mempelajari konsep sangat rendah, kebiasaan siswa memahami gambar berdasarkan yang ada dalam buku pada umumnya kebiasaan siswa mencontek teman yang salah, pelajaran matematika di sekolah lebih menekankan pada soal yang berkaitan dengan hitung-menghitung. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu mendeteksi adanya miskonsepsi, materi bangun datar, mencari penyebab. terjadinya. miskonsepsi,. dan. penglompokan. miskonsepsi yaitu klasifikasional, korelasional, dan teoretik. Penelitian ini juga memiliki perbedaan dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti, yaitu penelitian ini meneliti miskonsepsi.

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 29. bangun datar segi empat pada tingkat SMP sedangkan penlitian penelti miskonsepsi bangun datar segitiga pada tingkat Sekolah Dasar. 2. Penelitian yang dilakuakan Tyas (2013) yang berjudul “Tingkat Miskonsepsi Pada Aspek Bilangan Di Kalangan Siswa Baru SMP N 2 Wonosobo Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat miskonsepsi dan faktor-faktor intern yang menyebabkan miskonsepsi pada aspek bilangn di kalangan siswa baru SMP N 2 Wonosobo tahunajaran 2013/2014. Metode penelitian yang digunakan adalah peneltian deskripsi kualitatif. Hasil penlitian menunjukan bahawa (1) tingkat miskonsepsi pada aspek bilangn cacah mencapai 53,33%. (2) tingkat miskonsepsi pada aspek bilangan bulat mencapai 20%. (3) tingkat miskonsepsi pada aspek pecahana sebenarynay mencapai 60%. (4) tingkat miskonsepsi pada aspek suatu bilangan bulat yang lebih besar, lebih kecil atau sama dengan bilangan bulat lainnya mencapai 53,33%, (5) tingkat miskonspsi pada aspek penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat mencapai 56,6%. (6) tingkat miskonsepsi pada aspek FBP dan KPK mencapai 6,67%. (7) tingkat miskonsepsi pada aspek pecahan sebagai bagian dari keseluruhan mencapai 53,33%. (8) tingkat miskonsepsi pada aspek pecahan senialai mencapai 10%. (9) tingkat miskonsepsi pada aspek operasi.

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 30. campuran bilangan pecahan dalam pecahan masalah mencapai 3,33%. (10) tingkat miskonsepsi pada aspek pecahan sebagai rasio mencapai 6,67%. (11) tingkat miskonsepsi pada aspek akar pangkat. tinga. mencapai. 3,70%.. Kesalahan. dalam. membandingkan bilangan, menggunakan sifat dan pemberian definisi. merupakan. faktor-faktor. penyebab. miskonsepsi.. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu mendeteksi adanya miskonsepsi, jenis penelitian. menggunakan. deskripsi. kualitatif,. dan. mencaripersentase miskonsepsi pada aspek yang mengalami miskonsepsi. Penelitian ini juga memiliki perbedaan dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti, yaitu penelitian ini lebih difokuskan pada aspek bilangan bulat pada tingkat SMP, sedangkan peneliti meneliti tentang bangun datar segitiga tingkat Sekolah Dasar. 3. Penelitian yang dilakukan Kurniati (2013) yang berjudul “Miskonsepsi Siswa Sekolah Menengah Pertama (Smp) Dalam Bilangan Bulat, Operasi Dan Sifat-Sifatnya”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) miskonsepsi yang dialami siswa SMP Negeri 2 Sungguminasa terkait dengan bilangan bulat, operasi. dansifat-sifatnya,. dan. 2). faktor-faktor. yang. menyebabkan miskonsepsi-miskonsepsitersebut. Adapun hasil penelitian ini adalah: (1) Miskonsepsi-miskonsepsi yangdialami.

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 31. siswa SMP Negeri 2 Sungguminasa dalam menyelesaikan soal bilangan bulat, operasi dan sifat-sifatnnya adalah a) dalam membandingkan nilai bilangan bulat, b) dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, c) dalam perkaliandan pembagian bilangan. bulat,. d). dalam. operasi. campuran,. e). dalammenyederhanakan persamaan linear satu variabel, dan f) dalam memahami sifatdistributif. (2) Penyebab miskonsepsi ini adalah: a) kecenderungan beberapa siswayang mengartikan bilangan yang bernilai lebih besar akan berada lebih jauhdarinol, b)kesalahpahaman beberapa siswa dalam memahami aturan “bilangannegatif dikali bilangan negatif hasilnya bilangan positif”, c) kesalahpahaman beberapa siswa dalam memahami fungsi tanda negatif, d) kecenderungan beberapa siswa yang menyamakan atauoperasi. operasi operasi. pembagian penjumlahan. sebagai sebagai. pengurangan perkalian,. d). kesalahpahaman beberapasiswa dalam mengaplikasikan sifat komutatif, dan e) kesalahan beberapa siswadalam memahami aturan distributif, dimana siswa mengalikan semua bilanganyang ada tanpa memperhatikan letak tanda kurung. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu mendeteksi adanya miskonsepsi dan faktor penyebab terjadinya miskonsepsi. Penelitian ini juga memiliki perbedaan dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti, yaitu Penelitian ini juga.

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 32. memiliki perbedaan dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti, yaitu penelitian ini lebih difokuskan pada aspek bilangan bulat dan sifat-sifatnya pada tingkat SMP, sedangkan peneliti meneliti tentang bangun datar segitiga tingkat Sekolah Dasar.. C. Kerangka berfikir Matematika merupakan ilmu yang pada dasarnya dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.Selain itu juga sebagai sarana berpikir logis dan sangat berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga mempunyai konsepkonsep dasar, apabila siswa tidak menguasai konsep-konsep dasarnya maka akan terjadi miskonsepsi. Sekolah adalah tempat mengajarkan siswa untuk berfikir dan membentuk konsep dalam pengetahuannya. Pembelajaran Matematika adalah proses belajar mengajar yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa terhadap pembelajaran Matematika serta bisa terjadi interaksi yang baik antara guru dan siswa. Selain itu juga dengan adanya pembelajaran Matematika akan mengajarkan siswa dalam berlangsungnya kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya kehidupan sehari-haripun sangat membutuhkan Matematika. Jika tidak bisa menguasai Matematika maka manusia tidak akan bisa berlangsung hidup dengan baik. Pelajaran Matematika pada materi bangun datar segitiga terkadang terjadi kesalahan konsep pada siswa.Hal ini.

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 33. dikarenakan konsep-konsep yang diketahui oleh siswa tidak sesuai dengan para ahli. Miskonsepsi dapat ditanggulangi yaitu dengan cara memberikan soal dan wawancara untuk memperkuat dugaandugaan. Siswa diberikan soal dan diwawancara untuk mendeteksi apa yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada siswa. Penelitian ini akan menditeksi adanya miskonsepsi dan faktorfaktor terjadinya miskonsepsi pada siswa khususnya materi bangun datar segitiga kelas IV SD. Hasil kemudian disajikan dengan menggunakan jenis kualitatif deskreptif..

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 34. BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan terhadap satu variabel tanpa membandingkan dengan variabel lain, yang bermaksud untuk mengetahui suatu variabel, gejala dan keadaan dan bertujuan untuk meneliti suatu fenomena yang benar-benar terjadi atau dialami oleh subjek yang sedang diteliti (Moleong, 2006: 5). Penelitian tersebut nantinya akan menghasilkan data deskriptif dalam bentuk. kata-kata. mengungkapkan. dan sesuatu. bahasa. yang. Penelitian terjadi. ini. bertujuan. berkaitan dengan. untuk masalah. miskonsepsi di Sekolah Dasar terutama pada kelas IV yang berkaitan dengan materi bangun datar segitiga.. B. Setting Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SD N Adisucipto 2 yang beralamat di Jalan Lanud Adisucipto Yogyakarta. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan pada pertimbangan sebagai berikut.. 34.

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 35. 1) Lokasi yang strategis dan mudah dijangkau oleh peneliti. 2) Sekolah tersebut memiliki permasalahan yang sesuai dengan permasalahan miskonsepsi yang ada. 3) Kondisi siswa yang heterogen. 4) Belum pernah diadakan penelitian mengenai miskonsepsi yang dilakukan kepada siswa. Hal ini peneliti dapatkan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru kelas dan siswa, terdapat miskonsepsi pada pelajaran matematika khususnya bangun datar segitiga sehingga peneliti ingin melakukan penelitian di sekolah tersebut. b. Waktu Penelitian Berdasarkan rancangan yang telah disusun oleh peneliti, sebelum diadakannya penelitian, peneliti mengadakan wawancara terlebih dahulu kepada guru pada tanggal 8 Mei 2014.Hal ini dilakukan untuk mengetahui adanya miskonsepsi pada siswa dan penyebabnya.Kemudian dilanjutkan wawancara kepada siswa pada tanggal 10 Mei 2014, yang bertujuan untuk mengetahui bagian mana yang merupakan miskonsepsi.Penelitian berlangsung pada bulan Agustus sampai Desember 2014. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti selama 5 bulan yaitu analisis kebutuhan, perijinan penelitian, pra-penelitian dan wawancara, penyusunan instrumen, melakukan validasi, penyebaran uji empiris, perbaikan soal.

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. berdasarkan. validitas,. penyusunan laporan. pertimbangan. bahwa. penelitian,. pengumpulan. data,. 36. dan. Penelitian tersebut berlangsung dengan siswa. yangbersangkutan. mengalami. miskonsepsi khususnya mata pelajaran Matematika materi bangun datar segitiga. Selain itu juga telah mendapatkan perizinan dari kepala sekolah dan wali kelas. 2. Subjek Penelitian Proses penentuan respondent ini awal mulanya peneliti melakukan observasi yang berkaitan dengan masalah yangakan diteliti yaitu pelajaran Matematika pokok bahasan bangun datar segitiga. Observasi dilakukan peneliti dengan cara memberikan pertanyaan secara spontan kepada beberapa siswa kelas IV, dari hasil tanya jawab tersebut kemudian peneliti berkonsultasi dengan wali kelas IV. Berdasarkan konsultasi yang telah dilakukan, subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Adisucipto 2 dengan jumlah 30 siswa. Beragam karaketeristik pada sekolah tersebut. Sebagian besar siswa yang sekolah di SD tersebut merupakan anak dari anggota TNI-AU Adisucipto, selain itu sebagian siswa merupakan pindahan dari luar kota karena mengikuti tugas orang tuanya. Prestasi yang dimiliki oleh siswa pada SD tersebut dapat dikatakan baik dan sekolah tersebut terakreditasi A. Proses penentuan subjek penelitian sesuai kriteria yang telah ditentukan, melihat hasil jawaban siswa yang paling banyak mengalami miskonsepsi.Subjek penelitian yang terpilih diharapkan.

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 37. mampu mengungkapkan konsep yang dipahaminya secara tertulis maupun lisan. 3. Objek Penelitian Objek. penelitian. ini. adalah. miskonsepsi. pada. pelajaran. Matematika tentang materi bangun datar segitiga.. C. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman. tentang. kenyataan. melalui. proses. berfikir. induktif. (Suwandi,2008: 1-2). Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap satu variabel tanpa membandingkan dengan variabel lain, yang bermaksud untuk mengetahui suatu variabel, gejala dan keadaan. Teknik yang digunakan dalam memperoleh data adalah dengan menggunakan test tertulis atau uji soal dan wawancara untuk memperkuat. Pada penelitian ini, peneliti melakukan langkahlangkah penelitian untuk sampai pada hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.Langkah-langkah tersebut. dijelaskan sebagai. berikut. 1.. Menyusun kerangka penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dasar pemikiran peneliti, alur pemikiran peneliti, alasan peneliti melakukan penelitian dan desain penelitian yang digunakan untuk pengambilan data..

(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2.. 38. Menyusun fokus penelitian yang digali dari narasumber. Hal ini dilakukan agar peneliti memiliki pedoman wawancara ketika pengambilan data.. 3.. Melakukan pengambilan data. Setelah menemukan subjek penelitian sesuai dengan prosedur pengambilan data, peneliti melakukan pemberian tes dan wawancara dengan subjek penelitian secara berkelanjutan.. 4.. Melakukan pencatatan terhadap hasil yang diperoleh dari pengambilan data.. 5.. Mengolah semua data hasil tes tertulis dan wawancara dari subjek penelitian. Hal ini dilakukan agar mempermudah peneliti dan pihaklain memeriksa ketepatan langkah-langkah yang telah diambil dan memungkinkan data tersusun rapi, sistematis dan lengkap.. 6.. Melakukan analisis data yang telah diperoleh.. D. Teknik Pengumpulan Data Setiap kegiatan penelitian harus memahami kriteria data yang baik dan mampu menetukan teknik yang tepat dalam mengumpulkan data. Jika tidak maka data yang dikumpulkan tidak akan diperoleh secara sempurna (Sangadji & Sopiah, 2010: 190). Pengambilan atau pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dua tahap. Tahap pertama adalah memberikan instrumen tes tertulis. Instrumentes tertulis sebagai alat bantu pertama. Dilanjutkan tahap kedua yaitu melaksanakan kegiatan wawancara.

(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 39. terhadap subjek yang terpilih. Wawancara dilaksanakan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dengan subjek penelitian dengan tujuan agar kegiatan wawancara ini tidak mengganggu aktivitas subjek terwawancara baik aktivitas dalam sekolah maupun di luar sekolah.Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dillihat dari setting-nya data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), misal pada sekolah dengan berbagai responden, diskusi dan lain sebagainya.Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.Sumber primer artinya data yang langsung diberikan kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan data yang tidak langsung memberikan kepada pengumpul data, misalnya lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat darisegi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan uji soal dan interview (wawancara) sebagai penguat dugaan. Pada penelitan ini, pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu. dengan. berbagai. setting,. sumber,. dan cara.. Cara. untuk. mengumpulkan data tentang faktor-faktor terjadinya miskonsepsi pada bangun datar segitiga, meliputi tingkat pemahaman siswa dalam konsep pembelajaran Matematika khusunya bangun datar segitiga, maka digunakannya uji soal.Sedangkan untuk penguat adanya dugaan dan.

(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 40. mengumpulkan data terkait faktor-faktor terjadinya miskonsepsi, peneliti menggunakan teknik wawancara. 1. Wawancara Menurut Moleong (2006: 186), menyatakan bahwa wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee). yang. memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Menurut Bungin (2001: 155), wawancara diartikan sebagai proses percakapan yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara atau yang mengajukan. pertanyaan. dengan. orang. yang. diwawancarai. ataunarasumber untuk memperoleh suatu informasi. Selain itu, untuk mempermudah peneliti dalam melakukan Tanya jawab tentang bagaimana. tanggapan. siswa. terhadap. pembelajaran. yang. dilaksanakan.Peneliti menggunakan pertanyaan berstruktur. Menurut Arifin (2011: 223) pertanyaan berstruktur adalah pertanyaan yang menuntut jawaban agar sesuai dengan apa yang terkandung dalam pertanyaan tersebut. Wawancara akan dilakukan kepada siswa. Wawancara yang dilakukan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui cara berpikir siswa dalam mengerjakan soal-soal dan mengetahui faktor penyebab kesalahan siswa dalam mengerjakan soal..

(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 41. 2. Tes tertulis Pengertian tes secara umum diungkapkan oleh Masidjo (2006:38) yang menyatakan bahwa tes merupakan suatu alat pengukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam situasi yang distandarisasikan, dan dimaksudkan untuk mengukur kemampuan danhasil belajar individu atau kelompok.Pada penelitian. ini,. peneliti. menggunakan. tes. untuk. mengetahui. miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas IV dalam mengerjakan soal dan untuk mengetahui fakto-faktor apa sajakah yang menyebabkan siswa mengalami miskonsepsi.. E. Instrumen Penelitian Pada. pelaksanaan. penelitian,. terdapat. dua. hal. utama. yang. mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Instrumen adalah alat untuk mendapatkan data yang diinginkan. Instrumen dalam penelitian ini mengunakan soal yang berisi pertanyaan mengenai materi bangun datar segitiga. Selain penggunaan soal, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara semi terstruktur. Wawancara semi tersrtuktur adalah wawancara yang ada pedomannya tetapi dengan pedoman tersebut, peneliti dapat menggembangkan sendiri sampai data yang dibutuhkan dapat diperoleh. Selain itu pedoman wawancara hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan.

(58) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ditanyakan.. 42. Penelitian ini bersifat dekripstif, sehingga peneliti sendiri. yang menjadi instrumen dalam penelitian ini. Hal ini merupakan salah satu untuk memudahkan peneliti mengetahui miskonsespi yang dialami siswa, maka diperlukan alat fasilitas untuk mempermudahkan kegiatan penelitian. Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah instrumen tes dan pedoman wawancara. 1. Instrumen tes Instrumen tes yang akan digunakan berupa soal tertulis. Bentuk soal yang digunakan adalah soal uraian, hal ini dilakukan untuk mengetahui atau menditeksi letak miskonsepsi siswa. Instrumen yang akan diberikan kepada subjek yang diteliti sebaiknya diuji cobakan terlebih dahulu, guna mengetahui layak tidaknya instrumen tersebut digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data. Peneliti merancang beberapa langkah pada saat menyusun soal tes tersebut agar soal uraian yang diperoleh memadai dan dapat mengungkapkan miskonsespsi siswa sesuai pada tujuan penelitina ini, adapun langkah yang disusun peneliti dintaranya sebagai berikut. a. Menentukan kompetensi dasar yang akan diukur. b. Menyusun kisi-kisi instrumen. c. Menyusun soal-soal tes uji coba. d. Melakukan validasi soal. e. Melakukan revisi berdasarkan validasi. f. Memperoleh soal tes yang valid berdasarkan validasi..

(59) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 43. g. Melakukan uji coba atau uji empiris. h. Menganalisis soal tes hasil uji empiris. i.. Melakukan revisi berdasrkan hasil uji empiris.. j.. Melakukan tes pengambilan data penelitian. Instrumen tes merupakan alat bantu pertama yang digunakan untuk. memperoleh data miskonsepi siswa secara tertulis. Instrumen tes yang digunakan untuk penelitian sebelumnya telah diujicobakan terlebih dahulu kepada sekolah lain yang latar belakang sekolahnya sama dengan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Selain itu jumlah siswa minimal 30, tidak boleh kurang dari 30 siswa. Hal ini bertujuan mengetahui tingkat kelayakan atau validitas soal tersebut untuk digunakan dalam penelitian. Uji coba awal dilakukan pada tanggal 06 Desember 2104. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa mengalami miskonsepsi dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Berdasarkan analisis hasil uji coba tersebut, peneliti melakukan revisi terhadap instrumen tes yang kemudian akan digunakan untuk uji tes instrumen di tempat penelitian. Tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti setelah menyusun instrumen tes adalah melakukan validasi dengan 2 validator yang memiliki latar belakang pendidikan Matematika tingkat sekolah dasar, dan 1 Guru kelas. Uji validasi ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan soal yang natinya akan diuji serta untuk mendeteksi soal-soal yang mengandung miskonsepsi. Setelah instrumen tes selesai peneliti.

(60) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 44. melakukan validasi terhadap validator berdasarkan lembar penilaian yang telah disusun.Penilaian validasi instrumen tes ini terdiri dari dua aspek, yaitu aspek visual dan konten isi. Aspek visual yaitu tampilan fisik instrumentersebut sedangkan aspek konten isi tentang materi dan bentuk soal yang akan diteliti. Berdasarkan validasi instrument soal yang dilakukan oleh ketiga validator, dapat disimpulkan bahwa soal tersebut layak digunakan dengan beberapa revisi yang disarankan oleh validator. Revisi tersebut diantaranya: a. Waktu dalam mengerjakan soal. b. Menggunakan kata “ciri Khusus/ sifat” contoh jelaskan/ sebutkan ciri khusus/ sifat bangun datar segitiga! c. Ditentukan jumlah minimal atau maksimal option/ pilihan jawaban yang diharapkan. Misal: sebutkan paling sedikit 3 sifat bangun datar segitiga yang kamu ketahui! d. Kalimat perintah dalam mengerjakan soal. e. Beberapa soal harus disesuaikan dengan tingkatan pemahaman siswa dan materi yang diajarkan. f. Jumlah soal dengan perbandingan waktu penyelesaian soal serta tingkat kesulitan soal yang dibuat juga harus seimbang antara mudah,sedang dan sulit. g. Bahasa yang digunkan harus sesuai dengan tingkatan siswa..

(61) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 45. h. Susunan kalimat memperhatikan kaidah bahasa Indonesia yang benar.. Saran dari validator ini digunakan untuk pertimbangan dalam memperbaiki instrumen yang akan diujikan kepada responden sehingga menghasilkan data yang sesuai dengan masalah penelitian. Hasil instrumen yang telah direvisi kemudian diujakan di tempat penelitian. Hasil dari uji tes instrumen ini membuktikan adanya miskonsepsi pada siswa. Adapun kisi-kisi penulisan instrumen tes yang digunakan sebagai panduan dalam menuliskan soal-soal untuk diberikan kepada siswa, berikut adalah kisi-kisi penulisan instrumen tes..

(62) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46. Tabel 3.1KISI-KISI PENULISAN INSTRUMEN TES MATEMATIKA KELAS 3 semester II. No 1.. Standar Kompetensi. Kompetensi Dasar. 4. Memahami unsur dan sifatsifat bangun datar sederhana. 4.1 Mengidentifikasi berbagai bangun datar sederhana menurut sifat atau unsurnya. Kelas/ semester 3/ 2. Materi Pokok Segitiga. No. Soal/ item soal Essay. Indikator soal 4.1.1. Menjelaskan dan menunjukanbangun datar segitiga 4.1.2 Menyebutkan macam-macam bangun datar segitiga berdasarkan sudut 4.1.3 Menyebutkan macam-macam bangun datar segitga berdasarkan sisi 4.1.4 Menyebutkan unsur bangun datar segitiga. 4.1.5 Menentukan gambar yang memiliki sudut 4.1.6 Menggambarkan salah satu sudut yang ada di bangun datar segitiga 4.1.7 Menyebutkan jenis sudut pada gambar 4.1.8 Menentukan sudut tumpul berdasarkan gambar 4.1.9 Mengetahui panjang dan besar sudut berdasarakan bangun datar segitiga 4.1.10 Mengurutkan sudut berdasarkan besar sudutnya. 1,13,14 2 3,4 5,6,10 7 8 9 11 12 15. 46.

(63) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 47. Setelah instrumen tes selesai disusun, peneliti melakukan validasi soalkepada. validator. berdasarkan. lembar. penilain. yang. telah. disediakan.Berdasarkan hasil validitas tes uji coba/uji empiris diketahui dari lima belas soal yang diujikan, 3 soal diketahui tidak valid yaitu butir soal no 7, 8 dan 10 soal yang lainnya dinyatakan valid yaitu butir soal no 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 11, 12, 13, 14 dan 15. Selain nomor yang tidak valid juga ada beberapa soal yang direvisi sesuai dengan tingkat pemahaman siswa namun dengan indikator yang masih sama. Hal ini merupakan saran dari guru dan wawancara terhadap siswa. Namun untuk yang nomor 7 dan 10 tidak diganti karena tidak terditeksi bagian apa yang membuat tidak valid. Menurut guru soal tersebut sudah bagus dan kalimatnyapun sudah sesuai. Ketika peneliti menanyakan nomor tersebut kepada siswa. Siswa dapat menjawab dengan benar. Sehingga siswapun juga mengatakan soal tersebut sudah baik. Berikut adalah gambaran soal sebelum direvisi dan sesudah direvisi. Tabel 3.2 Soal sebelum direvisi dan setelah direvisi No Soal sebelum direvisi Soal sesudah direvisi 1. Apa yang dimaksud dengan bangun datar 1. Apa yang kamu ketahui segitiga? tentang bangun datar segitiga? Jelaskan alasanmu! 2. Sebutkan macam-macam bangun datar 2. Sebutkan macam-macam segitiga berdasarkan sudutnya! bangun datar segitiga berdasarkan sudutnya dan jelaskan! 3. Sebutkan macam-macam bangun datar 3. Sebutkan macam-macam segitiga berdasarkan sisinya! bangun datar segitiga berdasarkan sisinya dan jelaskan! 8. Gambarlah sudut tumpul yang besarnya 8. gambarlah dua buah sudut berbeda! yang besarnya berbeda!.

(64) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 48. 2. Pedoman wawancara Pedoman wawancara merupakan alat bantu kedua yang digunakan untuk memudahkan dan memperkuat peneliti memperoleh berbagai informasi terkait dengan miskonsepsi yang dialami siswa beserta faktor penyebabnya. Pedoman wawancara ini divalidasi terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian.Validator ini dilakukan oleh dua orang yang ahli dalam bidang psikolog, dua validator peneliti rahasiakan. Adanya validasi bertujuan agar instrumen wawancara sesuai dengan apa yang kita butuhkan dan bahasanya sesuai dengan tingkatnnya. Validator memberikan penilaian dan masukan di lembar penilaian yang telah disediakan oleh peneliti. Berdasarkan penilaian yang diberikan masing-masing validator, memerlukan. perbaikan.Bahasa. diubah. menjadi. komunikatif. dan. tujuannnya harus lebih jelas, disesuaikan dengan tingkatannya. Kemudian harus melakukan revisi terlebih dahulu sebelum dilakukan atau digunakan pada saat wawancara nantinya. Hasil revisi diberikan kembali kepada validator untuk dinilai. Berdasarkan penilaian yang diberikan masingmasing validator, dapat disimpulkan bahwa pedoman wawancara yang sudah direvisi layak untuk digunakan sebagai alat penelitian. Pedoman wawancara akan sangat membantu untuk menggali informasi dan memperkuat dugaan-dugaan masalah yang muncul..

(65) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 49. Tujuan wawancara adalah memastikan miskonsepsi yang terjadi oleh siswa pada materi bangun datar segitiga, beserta faktor-faktor penyebab terjadinya miskonsepsi tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan peneliti pada subjek penelitian disesuaikan dengan jawaban dari hasil tes tertulis dan pedoman wawancara yang telah dibuat dan divalidasi. Secara umum proses pengembangan pedoman wawancara dari rancangan hingga memperoleh pedoman yang siap digunakan dalam kegiatan penelitian.Berikut adalah kisi-kisi atau pedoman wawancara yang akan digunakan untuksiswa. Tebel 3.3Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara Siswa Responden. Siswa. Kisi-Kisi Pertanyaan 1. Mengetahui persiapan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran dikelas. 2. Mengetahui strategi siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru yang membantu dalam memahamai materi. 3. Mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam suatu konsep matematika. 4. Mengetahui apakah siswa paham terhadap materi bangun datar segitiga yang disampaikan oleh guru. 5. Mengetahui bagaimana cara siswa mengerjakan soal-soal matematika. 6. Mengetahui sumber belajar yang digunakan oleh siswa. 7. Mengetahui gaya belajar siswa dirumah dan disekolah. 8. Mengetahui langkah apa saja yang dilakukan oleh siswa untuk tetap dapat memelihara focus dalam belajar matematika. 9. Mengetahui alasab siswa dalam mengerjakan soal.. F. Kredibilitas dan Transferablitas 1. Kredibilitas Penelitian. dalam. penelitian. kualitatif. berfungsi. untuk. meyakinkan pembaca bahwa penelitian telah dilakukan dengan benar. Ada lima teknik yang digunakan untuk mengecek kredibilitas.

Gambar

Tabel 3.1KISI-KISI PENULISAN INSTRUMEN TES MATEMATIKA KELAS 3 semester II
Tabel 3.2 Soal sebelum direvisi dan setelah direvisi
Tabel 4.1 Daftar Subyek Terwawancara
Tabel 4.3Teknik Hasil Tes Tertulis Dan Wawancara Subjek N1  Hasil tes tertulis  Hasil wawancara  N1  mengalami  miskonsepsi  dalam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bangun datar yang telah kamu kenal yaitu lingkaran, persegi, persegi panjang, segitiga, jajargenjang, layang-layang, trapesium, dan belah ketupat.. Semua bangun datar itu

Tujuan penelitian ini adalah 1 untuk mendeskripsikan jenis dan penyebab miskonsepsi yang dialami siswa dalam materi bangun datar dengan gaya kognitif field dependent pada siswa

Miskonsepsi yang terjadi terkait konsep tinggi segitiga diantaranya responden mendefinisikan tinggi segitiga selalu berada di dalam segitiga (21 responden).Oleh karena

terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII materi bangun datar segitiga di MTsN Tunggangri tahun pelajaran 2015/2016. Windows terhadap

Materi dari buku siswa dapat diadaptasi dari beberapa buku acuan, dalam hal ini materi tentang bangun datar (segiempat dan segitiga). Materi pada buku siswa dirumuskan dalam

Pada soal uraian nomor dua berkaitan dengan menentukan contoh bangun segiempat yang merupakan persegi panjang, terdapat beberapa jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi

Mengenal Bangun Datar Segiempat dan Segitiga Bentuk segiempat dan segitiga itu bermacammacam dari yang tidak beraturan sampai yang beraturan seperti persegi, persegi panjang, jajar

Sejalan dengan itu, dalam menganalisis miskonsepsi pada siswa dalam menyelesaikan soal faktor persekutuan terbesar FPB serta kelipatan persekutuan terkecil KPK beberapa faktornya antara