BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank
Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998
pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam (Standar Akuntansi
Keuangan, 1999: 31.1) bank adalah merupakan suatu lembaga yang berperan
sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan
pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran.
Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir, 2003: 11).
Dari pengertian diatas maka dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu bank
dapat diartikan sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, jadi
aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan sehingga berbicara
2.1.2 Tugas dan Fungsi Bank
Tugas pokok bank menurut Undang-Undang No.19 tahun 1998 adalah
membantu pemerintah dalam hal mengatur, menjaga dan memelihara stabilitas
nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas
kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut (Siamat, 2005 : 276) fungsi bank adalah :
1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam
kegiatan ekonomi
2. Menciptakan uang
3. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat
4. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain
2.1.3 Jenis-Jenis Bank
Menurut (Kasmir, 2002) menyatakan bahwa Bank terbagi atas 5 (lima) jenis yaitu:
1. Dilihat dari segi fungsinya
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 14 tahun 1967, jenis
perbankan menurut fungsinya terdiri dari:
a. Bank Umum
b. Bank Pembangunan
c. Bank Tabungan
d. Bank Pasar
e. Bank Desa
f. Lumbung Desa
h. dan bank lainnya
Setelah keluarnya Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan
ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI nomor 10 Tahun 1998
maka jenis perbankan terdiri dari:
a. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Dilihat dari segi fungsi dan tujuan usahanya
a. Bank Central
Bank Central adalah bank yang bertindak sebagai bankers bank pimpinan
penguasa moneter, mendorong dan mengarahkan semua jenis bank yang ada.
b. Bank Umum
Bank Umum adalah bank milik negara, swasta, maupun koperasi yang dalam
pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro, deposito,
serta tabungan dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek.
c. Bank Tabungan
Bank Tabungan adalah bank milik negara, swasta, maupun koperasi yang
tabungan sedangkan usahanya terutama memperbanyak dana dengan kertas
berharga.
d. Bank Penbangunan
Bank pembangunan adalah bank milik negara, swasta, maupun koperasi yang
dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk
deposito dan mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan panjang.
Sedangkan usahanya terutama memberikan kredit jangka menengah dan panjang
di bidang pembangunan.
3. Dilihat dari segi kepemilikannya
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki
bank tersebut. Kepemilikan ini dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham
yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan
tersebut adalah:
a. Bank Milik Pemerintah
Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga
seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.
b. Bank Milik Swasta Nasional
Bank jenis ini seluruh atau sebahagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional
serta akte pendiriannya didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian
keuntungannya untuk keuntungan pihak swasta.
c. Bank Milik Koperasi
Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan
d. Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, bank milik
swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar
negeri.
e. Bank Milik Campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta
nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh Warga Negara
Indonesia.
4. Dilihat dari segi status
Status bank yang dimaksud adalah:
a. Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang
berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
b. Bank Non Devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi
sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti bank
devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas Negara.
5. Dilihat dari segi cara menentukan harga
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
b. Bank yang berdasrkan prinsip syariah, aturan perjanjian berdasarkan hukum
islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan
2.1.4 Kinerja Perbankan dan Laporan Keuangan
Kinerja keuangan dapat di ukur dengan menggunakan efisiensi sedangkan
efisiensi dapat diartikan sebagai rasio perbandingan antara masukan dan keluaran.
efisiensi kinerja keuangan perusahaan diukur dari efisiensinya diproksikan dengan
beberapa tolak ukur yang tercermin didalam keuangan. Dengan pengeluaran
biaya tertentu diharapkan memperoleh hasil yang optimal atau dengan hasil
tertentu diharapkan mengeluarkan biaya seminimal mungkin.
Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan
operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya
dengan baik melalui cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku (Susilo
dkk, 2002).
Menurut (Januarti, 2002) faktor-faktor kinerja perusahaan perbankan yang
digunakan untuk menilai kesehatan bank adalah sebagai berikut:
a. Capital
Modal merupakan faktor yang penting dalam rangka pengembangan usaha
dan untuk menampung risiko kerugiannya. Modal berfungsi untuk membiayai
operasi, sebagai instrumen untuk mengantisipasi rasio, dan sebagai alat untuk
ekpansi usaha. Penilaian dari capital ini adalah capital yang ada didasarkan pada
kewajiban penyediaan modal minimum bank (Dendawijaya, 2001).
Penilaian ini didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah
ditetapkan BI. CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal
yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan
Perbandingan rasio tersebut adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang
Menurut Resiko (ATMR). Modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.
ATMR adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan
masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak beresiko
diberi bobot 0% dan aktiva yang paling beresiko diberi bobot 100%.
Menurut Bank Indonesia penilaian permodalan ini dimaksudkan untuk
mengevaluasi kecukupan modal Bank dalam mengcover eksposur risiko saat ini
dan mengantisipasi eksposur risiko dimasa yang akan datang.
Sesuai dengan penilaian rasio CAR berdasarkan Surat Keputusan DIR BI
No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997, CAR minimal 8%.
Perhitungan rasio CAR sesuai dengan standar Bank Indonesia adalah sebagai
berikut:
b. Assets Quality
Menurut (Bank Indonesia, 2004) penilaian kualitas asset dimaksudkan untuk
mengevaluasi kondisi asset bank dan kecukupan manajemen resiko kredit.
Sedangkan menurut (kuncoro, 2002) aspek asset quality ini menunjukkan kualitas
asset sehubungan dengan resiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian
kredit dan investasi dana bank dalam portofolio yang berbeda. Setiap penanaman
dana bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat
kolektibilitas yaitu apakah lancar, kurang lancar, diragukan atau macet.
Modal
CAR = X 100%
Pembedaan kolektibilitas tersebut diperlukan untuk mengetahui besarnya
cadangan minimum, penghapusan aktiva produktif yang harus disediakan oleh
bank untuk menutup resiko kemungkinan kerugian yang terjadi.
Aktiva yang produktif merupakan penempatan dana oleh bank dalam asset
yang menghasilkan pendapatan untuk menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan
oleh bank. Dari aktiva inilah bank mengharapkan adanya selisih keuntungan dari
kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana. Dari pengertian aktiva produktif
tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktiva yang berkualitas adalah aktiva yang
dapat menghasilkan pendapatan dan dapat menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan
oleh bank (Mudrajad kuncoro, 2002).
Penilaian terhadap rasio kualitas aktiva produktif yang dimiliki bank didasarkan
pada dua rasio yaitu:
a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif.
Aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah jumlah aktiva produktif
yang kolektibilitasnya tidak lancar, dan jumlah yang diperhitungkan
adalah 50% dari aktiva produktif yang tergolong kurang lancar ditambah
75% aktiva produktif yang tergolong diragukan ditambah 100% aktiva
produktif yang tergolong macet. (cara penilaian kolektibilitas atau kualitas
dari masing-masing kredit yang diberikan diatur dalam SE BI
No.23/12/BPPP Tanggal 28 Februari 1991).
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk oleh bank
terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk
November 1999 tentang pembentukan PPAP, bank wajib membentuk
PPAP berupa cadangan khusus guna menutup risiko kemungkinan
kerugian.
Tujuan dari aspek ini adalah untuk menilai jenis-jenis asset yang dimiliki oleh
bank. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah dilaporkan secara berkala
kepada Bank Indonesia.
Rasio yang digunakan untuk menilai kualitas asset sebuah bank menggunakan
metode Non Performing Loan (NPL) dengan rumusnya adalah sebagai berikut:
Adapun penilaian rasio NPL berdasarkan Surat Keputusan Direktur Bank
Indonesia No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 adalah NPL <5% yang
termasuk dalam bank sehat.
c. Management
Maksud dari penilaian manajemen adalah untuk mengevaluasi kemampuan
manajerial pengurus bank dalam menjalankan usahanya, kecukupan manajemen
risiko dan kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen
kepada Bank Indonesia. manajemen yang dimaksud adalah kemampuan
manajemen bank untuk mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol
risiko-risiko yang timbul melalui kebijakan-kebijakan dan strategi bisnisnya untuk
mencapai target. Dalam manajemen ini sumber daya manusia yang handal,
Kredit bermasalah
NPL = X 100%
kepemimpinan manajemen yang profesional serta ketersediaan teknologi
informasi sangat dibutuhkan (Kuncoro, 2002).
d. Earning
Penilaian earning dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi dan kemampuan
earning atau rentabilitas bank dalam mendukung kegiatan operasional dan
permodalan. Earnings digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
menetapkan harga yang mampu menutup seluruh biaya.
Rasio yang digunakan dalam earning ini adalah menggunakan ROA, NIM
dan perbandingan biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO).
Rumus untuk ROA dan BOPO adalah:
Menurut Surat Keputusan DIR BI No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997,
adapun penilaian rasio ROA dan BOPO adalah sebagai berikut: ROA ≥ 1,215%
yang termasuk dalam bank sehat sedangkan BOPO ≤ 93,52%.
Net Interest Margin (NIM)
Menurut (Koch dan Scott, 2000) Net Interest Margin (NIM) ini penting untuk
mengevaluasi kemampuan bank dalam mengelola risiko terhadap suku bunga.
Laba Bersih
ROA = X 100%
Total Aktiva
Biaya Operasional
BOPO = X 100%
Saat suku bunga berubah, pendapatan bunga dan biaya bunga juga akan
mengalami perubahan. Sedangkan menurut (Almilia dan Herdiningtyas, 2005)
Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan
pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan
bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya
pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, sehingga
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Adapun rumus NIM adalah:
e. Liquidity
Penilaian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan bank dalam
memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen risiko
likuiditas.
Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan bank tersebut mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar
kembali kepada deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang
diajukan tanpa terjadi penangguhan.
Likuiditas dinilai dengan mengingat bahwa aktiva bank kebanyakan bersifat
tidak likuid dengan sumber dana dengan jangka waktu lebih pendek. Penilaian Pendapatan bunga bersih
NIM = X 100%
likuiditas antara lain melihat kemampuan bank menyediakan asset likuid yang
dapat segera dijadikan uang tunai (Sudrajat, 2004).
Secara umum rasio ini merupakan rasio antara jumlah aktiva lancar dibagi
dengan hutang lancar. Adapun yang dianalisis dalam rasio ini adalah:
a. Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap aktiva
b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank misalnya giro,
tabungan, deposito, dan lain-lain. Rasio yang digunakan biasanya
menggunakan LDR.
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara jumlah seluruh kredit yang
diberikan bank dengan dana pihak ketiga bank.
Adapun dana pihak ketiga terdiri dari giro, tabungan dan deposito. Giro adalah
simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap waktu
dengan menggunakan surat perintah pembayaran seperti cek dan bilyet giro.
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh bank. Deposito
adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dan
bank yang bersangkutan (Sinungan, 1993).
Rumus LDR adalah:
Jumlah kredit yang diberikan
LDR = X 100%
Berdasarkan Surat Keputusan DIR BI No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997,
penilaian LDR bank yang sehat sebesar ≤ 94,75%.
2.2 Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kinerja
perbankan dengan menggunakan rasio keuangan pada perbankan yang go public
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan ada juga penelitian tentang pengukuran kinerja
perbankan dengan menggunakan rasio keuangan terhadap kinerja profitabilitas.
Penelitiannya antara lain:
Hesti Werdaningtyas (2002) tentang faktor yang mempengaruhi
profitabilitas Bank Take Over di Indonesia. Penelitian ini menggunakan variabel
terikat yaitu ROA dan variabel bebas yaitu pangsa asset, pangsa dana, pangsa
kredit, CAR, LDR. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier
berganda. Variabel bebas yang signifikan positif adalah CAR dan variabel bebas
yang signifikan negatif adalah LDR, sedangkan variabel yang tidak signifikan
adalah pangsa asset, pangsa dana dan pangsa kredit.
Penelitian Yuliani (2007) tentang hubungan efisiensi operasional dengan
kinerja profitabilitas pada sektor perbankan yang go public di BEJ. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengukur hubungan antara tingkat efisiensi
operasional terhadap kinerja profitabilitas perbankan di BEJ.
Dalam penelitian ini menggunakan variabel MSDN, CAR, BOPO dan LDR.
Variabel BOPO berpengaruh signifikan negatif, sedangkan CAR berpengaruh
signifikan positif terhadap kinerja profitabilitas perbankan. Variabel MSDN dan
Penelitian ini menggunakan metode regresi time-series cross-section. Variabel
terikat yang digunakan adalah kinerja profitabilitas perbankan.
Wisnu Mawardi (2005) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja keuangan Bank Umum di Indonesia. Rasio-rasio yang digunakan pada
variabel bebas adalah CAR, NIM, NPL dan BOPO. Didalam penelitian ini,
peneliti menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa NPL dan BOPO mempunyai pengaruh signifikan negatif.
Sedangkan NIM mempunyai pengaruh signifikan positif. Rasio CAR mempunyai
pengaruh yang tidak signifikan, variabel terikat pada penelitian ini adalah kinerja
profitabilitas perbankan (ROA).
Almalia (2005) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM dan BOPO.
Penelitian ini menggunakan metode persamaan regresi linier berganda. Hasilnya
menunjukkan bahwa CAR dan BOPO signifikan untuk memprediksi kondisi
kebangkrutan dan kesulitan keuangan pada sektor perbankan.
Tabel Penelitian Terdahulu
NO Peneliti Variabel MetodeAnalisis Kesimpulan
terhadap profitabilitas positif terhadap ROA dan Variabel BOPO dan
NPL mempunyai
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil penelitian terdahulu yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti. Dalam penelitian ini, akan dianalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan pada perbankan yang go public di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan rasio keuangan dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2010.
2.3 Perumusan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh CAR terhadap Kinerja Keuangan(ROA) Bank
Capital Adequacy Ratio (CAR) juga biasa disebut dengan rasio kecukupan
modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk menutupi risiko
kerugian yang timbul dari penanaman aktiva-aktiva yang mengandung risiko serta
membiayai seluruh benda tetap dan inventaris bank.
Menurut (Kuncoro dan Suhardjono, 2002) menyatakan bahwa seluruh bank
yang ada di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan modal minimum sebesar
8% dari ATMR. Semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka keuntungan
bank juga akan semakin besar. Dengan kata lain semakin kecil risiko suatu bank
maka semakin besar keuntungan yang diperoleh oleh bank. Besarnya modal suatu
bank akan mempengaruhi jumlah aktiva produktif, sehingga semakin tinggi asset
utilization, maka modal harus bertambah besar. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR), maka Return on Asset
(ROA) juga akan semakin besar, dalam hal ini kinerja perbankan menjadi semakin
membaik atau meningkat. Hal ini sesuai dengan penelititan yang dilakukan oleh
Hesti Werdaningtyas (2002) dan Yuliani (2007) yang menyatakan bahwa rasio
Ha = diduga rasio CAR yang berpengaruh positif terhadap ROA.
2.3.2 Pengaruh NPL terhadap Kinerja Keuangan(ROA) Bank
Rasio NPL menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola
kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio NPL maka hal
ini menunjukkan bahwa semakin buruknya kualitas kredit yang menyebabkan
jumlah kredit yang bermasalah semakin besar dan hal ini menyebabkan bank
tersebut berada dalam kondisi bermasalah yang semakin besar.
Sesuai dengan penelitian Wisnu Mawardi (2005) yang menyatakan bahwa
rasio NPL berpengaruh negatif terhadap ROA.
Ha = diduga rasio NPL berpengaruh negatif terhadap ROA.
2.3.3 Pengaruh BOPO terhadap Kinerja Keuangan (ROA) Bank
Menurut Bank Indonesia rasio BOPO yang semakin meningkat
mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasionalnya
yang dapat menimbulkan kerugian karena bank tersebut kurang efisien dalam
mengelola usahanya. Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio
BOPO adalah dibawah 90%, karena jika rasio BOPO melebihi 90% hingga
mendekati angka 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien
dalam menjalankan operasinya. Semakin tinggi efisiensi operasional yang dicapai
bank, berarti semakin efisien aktivitas bank dalam menghasilkan keuntungan.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Mawardi (2005) dan
Yuliani (2007) yang menyatakan bahwa BOPO berpengaruh signifikan negatif
terhadap ROA.
2.3.4 Pengaruh NIM terhadap Kinerja Keuangan (ROA) Bank
Peraturan Bank Indonesia No.5/8 tahun 2003 tentang risiko pasar
merupakan jenis risiko yang ada pada industri perbankan. risiko pasar adalah
gabungan yang terbentuk akibat perubahan suku bunga, perubahan nilai tukar
serta hal-hal lain yang menentukan harga pasar saham, ekuitas dan komoditas.
Rasio NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga
bersih. Pendapatan bunga bersih dapat diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi
dengan beban bunga. Semakin besar rasio ini maka akan meningkatkan
pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank, sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin kecil.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Mawardi (2005)
bahwa NIM memiliki pengaruh signifikan positif terhadap ROA.
Ha = diduga rasio NIM berpengaruh positif terhadap ROA.
2.3.5 Pengaruh LDR terhadap Kinerja Keuangan(ROA) Bank
Menurut Bank Indonesia kemampuan likuiditas bank dapat diproksikan
dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu perbandingan antara kredit dengan
dana pihak ketiga. Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang
dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak
ketiga. Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio Loan to Deposit
Ratio (LDR) adalah sebesar 80% sampai dengan 110%. Semakin tinggi LDR, hal
ini akan menunjukkan semakin riskan kondisi kualitas bank, sebaliknya semakin
sehingga hilangnya kesempatan bank untuk memperoleh laba. Apabila dana yang
dihimpun dari masyarakat sedikit, maka dalam hal ini bank tidak mampu
menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi (perantara) dengan baik.
Dengan meningkatnya laba, maka Return on Asset (ROA) juga akan
meningkat, karena laba merupakan komponen yang membentuk Return on Asset
(ROA). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2007) yang
menyatakan bahwa LDR memiliki pengaruh signifikan positif terhadap ROA.
Ha = diduga rasio LDR berpengaruh positif terhadap ROA.
2.4 Gambar Perumusan Hipotesis
Berdasarkan hipotesis yang dikemukakan diatas, maka dapat digambarkan
perumusan hipotesisnya. Adapun gambar hipotesisnya adalah sebagai berikut:
CAR (X1)
NPL (X2)
BOPO (X3)
LDR (X4)
NIM (X5)