• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prospek Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Bambu Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Di Kota Binjai Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prospek Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Bambu Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Di Kota Binjai Chapter III V"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menganalisis bagaimana prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat yang berada di Kota Binjai dan merupakan jenis penelitian analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode tabel matriks.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Binjai dengan alasan pemilihan lokasi sebagai berikut :

1. Untuk melihat prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu yang berada di kota binjai

2. Belum adanya penelitian yang menganalisis tentang prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Binjai

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 2 bulan yaitu Februari 2016 sampai dengan Maret 2016.

(2)

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalah pahaman dalam pembahasan hasil penelitian, maka beberapa batasan operasional yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan industri kecil adalah cara atau perbuatan yang dilakukan untuk memajukan atau memperluas industri kecil dengan mengandalkan ide dan pngetahuan dari sumber daya manusia di Kota Binjai. Indikator untuk mengukur variabel pengembangan industri kecil adalah modal, tenaga kerja dan lama usaha.

2. Sebagai objek dari penelitian ini terdiri dari pengembangan industri kecil kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Binjai. 3. Penelitian ini menggunakan data yang di publikasikan oleh BPS, Kantor Dinas

Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan.

3.4 Defenisi Operasional

Penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Modal

Modal merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha industri kerajinan bambu dalam pembuatan kerajinan bambu. Biaya tersebut meliputi biaya pembelian bahan dasar dan bahan penolong serta biaya pembayaran upah pekerja dalam jangka waktu satu bulan dan diukur dalam satuan rupiah.

(3)

Tenaga kerja adalah banyaknya pekerja yang digunakan atau turut serta dalam proses pembuatan kerajinan bambu.

3. Lama Usaha

Lama usaha merupakan lamanya pengusaha industri kerajinan bambu telah menjalankan usahanya yang diukur dalam satuan tahun.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1 Populasi

Populasi menunjukkan keadaan dan jumlah objek penelitian secara keseluruhan yang memiliki karakteristik tertentu (Teguh, 2005:125). Populasi penelitian ini adalah pengusaha industri kerajinan bambu di Kota Binjai yang memiliki 112 industri yang terletak di lima kecamatan yaitu: Kecamatan Binjai Timur, Kecamatan Binjai Selatan, Kecamatan Binjai Barat, Kecamatan Utara dan Binjai Kota.

Tabel 3.1

Data-data IKM Berdasarkan Jenis Produk dan Jumlah Pemilik Usaha

No. Jenis Produk Jumlah Pengusaha (Org)

1. Anyaman Bambu 108

2. Sulaman Bordir 15

3. Meubel Bambu 4

4. Barang-barang Tekstil 60

(4)

13. Alat Musik 2

Sumber: Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Perdagangan (2015)

3.5.2 Sampel Penelitian

(5)

� = + ��2

Keterangan :

N : Populasi

n : Sampel

e : Tingkat kesalahan penarikan sampel 10% dan tingkat kepercayaan 90%.

Sehingga berdasarkan rumus Slovin, maka jumlah sampel, yaitu:

� = + , 2

� = , � = 5 ,8

Dari perhitungan di atas maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 53 orang.

3.6 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Data primer merupakan data yang diambil secara langsung melalui peninjauan langsung kepada objek penelitian dalam hal ini adalah pengusaha kecil industri kerajinan bambu di Kota Binjai. Dalam penelitian ini pengambilan data primer menggunakan teknik wawancara, observasi, dan di bantu dengan kuisioner. 2. Data sekunder merupakan data yang didapat tidak secara langsung dari objek

(6)

pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial. Data yang diperoleh dari sumber data yang terkait dengan penelitian ini yaitu Kantor Badan Pusat Statistik (BPS), Kantor Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Kota Binjai, serta dari sumber lainnya.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut : 1. Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, yang dapat diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet dan lain-lain.

2. Observasi, merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat (partisipatif) ataupun nonpartispatif. Maksudnya, pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang melibatkan penelitian dalam kegiatan orang yang menjadi sasaran penelitian, tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang bersangkutan dan tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi dirinya selaku peneliti (Idrus, 2009:101).

(7)

3.8 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif. Analisa ini merupakan pendekatan yang akan mengambarkan karakteristik suatu permasalahan yang berasal dari data pengolahan data kualitatif. Untuk mengetahui prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu penulis menggunakan metode deskriptif yaitu metode analisis dengan mengumpulkan data secara sistematis, menganalisis, dan menginterpretasikan data sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai. Ada beberapa alasan peneliti menggunakan metode deskriptif, salah satu di antaranya adalah bahwa metode ini telah digunakan secara luas dan dapat meliputi lebih banyak segi dibanding dengan metode-metode penyelidikan lain. Menurut Umar (2003), teknik ini menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan merumuskan sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Sementara menurut Consuelo (1993:71-72) penelitian dengan metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung). Adapun tahapan dalam melakukan analisis data sebagai berikut :

a. Tabulasi Data, hasil kuesioner yang telah dilakukan akan diterjemahkan dalam bentuk angka, tabel-tabel yang terdiri dari masing-masing jawaban setiap responden terhadap aspek yang ingin diketahui.

(8)

memperluas data yang telah dikumpulkan yang pada akhirnya nanti akan memberi kemudahan untuk melakukan penarikan kesimpulan dari aspek yang diinginkan.

(9)

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Binjai 4.1.1 Kondisi Geografis

Secara geografis Kota Binjai berada pada 3’31’40’’-3’40’2”Lintang Utara

dan 98’27’3’’-98’32’32’’ Bujur Timur dan terletak 28 m diatas permukaan

laut.Wilayah Kota Binjai seluas 90.23km2, terletak 28 M diatas permukaan laut dan dikelilingi oleh Kab. Deli Serdang, Batas area di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab. Deli Serdang di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei Kab. Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kab. Deli Serdang dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kab. Langkat.

(10)

Binjai memang sangat terkenal. Bibit rambutan asal Binjai ini telah tersebar dan dibudidayakan di berbagai tempat di Indonesia seperti Blitar, Jawa Timur menjadi komoditi unggulan daerah tersebut.Kota Binjai terbagi atas 5kecamatanyang kemudian dibagi lagi menjadi 37 kelurahandan desa. Lima kecamatan tersebut masing-masing adalah:

1. Binjai Kota 2. Binjai Utara 3. BinjaiSelatan 4. Binjai Barat 5. Binjai Timur

(11)

4.1.2 Kondisi Iklim

Kota Binjai adalah daerah yang teriklim tropis dengan 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan dan musim kemarau biasanya ditandai dengan jumlah hari hujan pada tiap bulan terjadinya musim. Kecamatan Binjai Timur dan Binjai Kota curah hujannya cukup besar dibanding dengan kecamatan lainnya di Kota Binjai yaitu 266mm/11hari hujan, diikuti dengan Kecamatan Binjai Utara 249mm/11hari hujan.

4.2 Tenaga Kerja Di Kota Binjai

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Binjai tahun 2015 pada survei angkatan kerja nasional 2014, menjelaskan bahwa jumlah angkatan kerja yang terdapat di kota Binjai sebanyak 111.172 orang, yang terdiri dari 72.273 laki-laki dan 38.899 perempuan.

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Kota Binjai Berumur 15 Tahun Ke atas yang Bekerja Selama Seminggu

Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin Tahun 2014

No. Lapangan Pekerjaan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,

Perburuan, dan Perikanan 4.800 914 5.714 2. Pertambangan dan Penggalian 508 - 508

3. Industri 6.209 3.752 9.961

4. Listrik, Gas dan Air Minum 602 - 602

5. Konstruksi 15.494 323 15.817

6. Perdagangan Besar, Rumah Makan,

dan Akomodasi 18.579 17.369 35.975

7. Transportasi, Pergudangan, dan

Komunikasi 9.959 528 10.487

8. Lembaga Keuangan, Usaha

(12)

9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan

Perorangan 12.720 15.188 27.908

Jumlah

72.273 38.899 111.17 2

Sumber: BPS Kota Binjai 2015

Berdasarkan Binjai pada kurun waktu 2014 yang bekerja menurut lapangan usaha utama. Jumlah seluruhnya tenaga kerja bekerja pada semua sektor yang ada di Kota Binjai adalah 111.172 dengan tenaga kerja laki-laki yang berjumlah 72.273 dan tenaga kerja perempuang yang berjumlah 38.899. lapangan usaha yang paling besar dalam memberikan kontribusi penyerapan tenaga kerja adalah pada sektor perdagangan besar, rumah makan dan jasa akomodasi yaitu sebanyak 35.975. Ini di karenakan besarnya permintaan atas produk usaha yang bergerak dibidang tersebut dan juga mudahnya membuka usaha dalam bidang tersebut menyebabkan tingginya jumlah usaha yang bergerak pada sektor tersebut. Selanjutnya lapangan pekerjaan yang berasal dari sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 27.908 orang, yang kemudian di susul pada sektor konstruksi sebanyak 15.817 tenaga kerja.

(13)

kerja sebanyak 4200. Kondisi penyerapan tenaga kerja yang berasal dari listrik, gas, dan air minum sebanyak 602 dan pertambangan dan penggalian sebanyak 508 tenaga kerja.

4.3 Perkembangan Industri di Kota Binjai

Selama periode 2012-2014 jumlah perusahaan industri di Binjai mengalami penurunan. Dibanding tahun 2014 jumlah perusahaan industri meningkat sampai dengan tahun 2013, dan tahun 2014 perusahaan industri meningkat bila dibandingkan tahun 2013. Sektor industri pada tahun 2014 menjadi sektor yang paling besar peranannya dalam struktur perekonomian di Binjai. Potensi produk unggulan di kota Binjai berupa industri pengolahan lainnya.

Tabel 4.2

Statistik Industri di Kota Binjai Tahun 2012 - 2014

No. Kelompok Industri 2012 2013 2014

1. Makanan dan Minuman 7 1 1

2. Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit 0 0 0 3. Kayu dan Barang-barang dari Kayu 0 1 1 4. Kertas, Barang-barang dari kertas,

percetakan, penerbitan

0 1 1

5. Kimia, Barang-barang dari kimia, Minyak bumi, Batu bara, Karet dan Plastik

0 0 0

6. Barang galian bukan logam 0 0 0

7. Logam Dasar 0 1 1

8. Baramg-barang dari logam, mesin dan perlengkapannya

1 0 0

9. Pengelolaan lainnya 1 1 2

(14)

4.4 Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.4.1 Karakteristik Industri Kecil Kerajinan Bambu

4.4.1.1 Profil Industri Kecil Kerajinan Bambu di Kota Binjai

Industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai tersebar di 5 Kecamatan antara lain Kecamatan Binjai Timur, Kecamatan Binjai Barat, Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai Selatan, dan Kecamatan Binjai Utara.Terdapat sekitar 112 industri kecil kerajinan bambu.Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 53 industri kecil kerajinan bambu. Pada penelitian ini mengungkapkan profil usaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai adalah latar belakang mendirikan usaha, modal awal, daerah pemasaran, bahan baku, umur pengusaha, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok pengusaha dan status kepemilikan usaha.

4.4.1.2 Latar Belakang Mendirikan Usaha

Berdasarkan hasil penelitian dapat diterangkanbahwa latar belakang pemilik mendirikan usaha kerajinan bambu di Kota Binjai sebagai berikut :

Tabel 4.3

Latar Belakang Mendirikan Usaha Kerajinan Bambu di Kota Binjai

No. Latar Belakang Mendirikan Usaha Jumlah Usaha Persen (%)

1. Mata Pencaharian Utama 53 100

2. Mata Pencaharian Tambahan 0 0

Jumlah 53 100

Sumber: diperoleh dari data primer

(15)

100% atau 53 pengusaha,.Hal ini menunjukkan bahwa industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai adalah sebagai mata pencaharian utama bagi pemiliknya.

4.4.1.3 Modal Awal Pengusaha

Modal merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendirikan usaha, tanpa modal yang mencukupi maka usaha yang dibangun tidak akan berjalan dengan normal. Untuk mengetahui besarnya modal awal yang digunakan oleh pengusaha pada industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4

Modal Awal Pada Industri Kecil Kerajinan Bambu di Kota Binjai

(16)

4.4.1.4 Daerah Pemasaran

Daerah pemasaran yang dimaksud dalam hal ini adalah daerah pemasaran hasil industri kecil ini ditujukan.Untuk lebih jelasnya mengenai pemasaran yang dilakukan oleh para pengusaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5

Pemasaran Hasil Industri Kecil Kerajinan Bambu di Tujukan

No. Pemasaran Jumlah Usaha Persen (%)

1. Hanya Dalam Negeri 53 100

2. Ekspor Keluar Negeri - -

Jumlah 53 100

Sumber: diolah dari data primer

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa daerah pemasaran kerajinan bambu yaitu hanya dalam negeri saja.Pemasaran industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai hanya berpusat pada daerah yang berada di dalam negeri.

4.4.1.5 Bahan Baku

(17)

Tabel 4.6

Sumber Bahan Baku yang Diperoleh untuk Kerajinan Bambu di Kota Binjai

No. Sumber Bahan Baku Jumlah Usaha Persen (%)

1. Daerah Kota Binjai 24 45,28

2. Luar daerah Kota Binjai 23 43,40

3. Campuran daerah Binjai dan Luar daerah 6 11,32

Jumlah 53 100

Sumber: diolah dari data primer

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa bahan baku yang diperoleh pada industri kerajinan bambu berasal dari daerah Kota Binjai sebanyak 45,28 % atau 24 usaha dan bahan baku yang diperoleh dari luar daerah Kota Binjai sebanyak 43,40 % atau 23 usaha, sedangkan bahan baku yang diperoleh dari kedua daerah luar dan dalam Kota Binjai sebanyak 11,32 % atau 6 usaha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan baku yang diperoleh industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai tidak hanya diperoleh dari daerah Kota Binjai saja. Ini di karenakan di Kota Binjai bahan baku tersebut tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pengusaha kerajinan bambu. Beberapa pengusaha memperoleh sumber bahan baku dari luar daerah Kota Binjai seperti Deli Serdang dan Stabat.

4.4.1.6 Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil peneltian dapat diterangkan bahwa jenis kelamin pengusaha pada industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai sebagai berikut.

Tabel 4.7

Data Responden Pengusaha Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)

Laki-laki 31 58

Perempuan 22 42

Total 53 100

(18)

Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa pengusaha pada industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai lebih banyak pengusaha laki-lakinya yaitu sebesar 58 orang atau 58% dari total pengusaha. Sedangkan responden perempuan sebesar 42 % atau 22 orang dari total responden.Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari sampel responden industri kecil kerajinan bambu yang di ambil berjenis kelamin laki-laki dan tenaga maupun fisiknya lebih kuat dibandingkan dengan perempuan, disamping itu laki-laki sebagai kepala rumah tangga yang bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.

4.4.1.7 Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Usia

Dalam penelitian ini usia responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini berkisar 31-55 tahun, hal ini ditunjukkan melalui pendistribusian sampel penelitian sebagai berikut ini.

Tabel 4.8

Data Responden Pengusaha Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Usia Responden

Sumber : Diolah oleh dari data primer

(19)

responden atau 24% dari keseluruhan total responden yang di teliti. Kemudian usia diantara 31 – 35 tahun dengan responden sebanyak 2 responden atau 4% dan usia diantara 51 – 55 tahun dengan responden sebanyak 4 responden atau 8% dari total sampel secara keseluruhan.

4.4.1.8 Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden merupakan bagian dari penentuan sampel penelitian sebagai acuanmengetahui hubungan jenis usaha yang dijalankan dengan tingkat pendidikan terakhir yang dilalui oleh responden. Hal ini ditunjukkan melalui tabel distribusi sampel responden berikut ini.

Tabel 4.9

Data Responden Pengusaha Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Orang Persen(%)

1. Tidak Bersekolah - -

(20)

dengan responden sebanyak 1 atau 2 % dari total keseluruhan sampel yang di teliti. Diketahui bahwa tingkat pendidikan pengusaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai sebagian besar pengusahanya berpendidikan SMP.

4.4.1.9 Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Status Kepemilikan Usaha

Berdasarkan hasil penelitian dapat diterangkan bahwa status kepemilikan usaha pada industri kerajinan bambu di Kota Binjai sebagai berikut.

Tabel 4.10

Status Kepemilikan Usaha Pada Industri Kerajinan Bambu di Kota Binjai

(21)

4.4.1.10 Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil penelitian dapat diterangkan bahwa rata-rata penggunaan tenaga kerja pada industri kecil kerajinan bambu adalah sebagai berikut.

Tabel 4.11

Penggunaan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Kerajinan Bambu di Kota Binjai

No. Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Usaha

1. 0 – 5 43

2. 6 – 10 8

3. 11 – 15 1

4. 16 – 20 1

Jumlah 53

Sumber : Diolah dari data primer

(22)

4.4.1.11 Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Rata-Rata Produksi yang Dihasilkan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diterangkan bahwa rata-rata produksi yang dihasilkan pada industri kecil kerajinan bambu tiap harinya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.12

Rata-Rata Produksi yang Dihasilkan Tiap Hari

No. Rata-rata produksi (Unit) Jumlah Usaha Persen (%)

1. 1 – 5 45 84,90

2. 6 – 10 6 11,32

3. ≥ 10 2 3,78

Jumlah 53 100

Sumber: diolah dari data primer

(23)

4.4.2 Prospek Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Bambu

4.4.2.1 Prospek Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Bambu dari Aspek Tenaga Kerja

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendasar pada keberlangsungan kegiatan industri kecil. Dalam prakteknya, tenaga kerja banyak dijadikan sebagai alat pengukur kondisi perkembangan usaha yang secara mikro akan mempengaruhi produktivitas industri. Secara teori, ketenagakerjaan memiliki peranan penting sebagai salah satu faktor produksi atau dengan kata lain tenaga kerja sebagai motor penggerak produksi unit usaha yang memainkan peran penting dalam proses kegiatan ekonomi.

Perekonomian Kota Binjai sejatinya mempunyai potensi yang sangat dari penyediaan jumlah tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari jumlah populasi penduduk Kota Binjai yang cukup memadai untuk menyediakan tenaga kerja bagi industri. Dari sektor industri kecil di Kota Binjai secara umum menunjukkan tren yang sangat baik terutama yang berasal dari penyerapan dan penyediaan tenaga kerja baru. Hal ini ditunjukkan melalui tabel berikut ini tentang potensi industri kecil kerajinan bambu yang dilihat dari aspek tenaga kerja.

(24)

dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mengurangi lonjakkan pencari kerja yang berada di Kota Binjai.

Pada industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai ini dapat menyerap tenaga kerja atau menciptakan lapangan pekerjaan dengan tidak memperhatikan tingkat pendidikan dari tenaga kerjanya.Peningkatan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai pada dasarnya membantu dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4.4.2.2 Prospek Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Bambu dari Aspek Pendapatan Perhari

(25)

menentu dan biaya yang dikeluarkan sangat mempengaruhi kondisi penerimaan suatu usaha.

Tabel 4.13

Data Responden Menurut Jumlah Pendapatan Perhari

No. Jumlah Pendapatan Jumlah Usaha Persen (%)

1. ≤ Rp. 100.000,00 39 73,58

Berdasarkan data yang telah diperoleh diungkapkan bahwa sebesar 73.58% atau sekitar 39 unit usaha industri kerajinan bambu mampu memperoleh pendapatan dibawah Rp. 100.000,00 per hari, sedangkan pada pendapatan yang berkisar Rp. 100.000,00 – Rp. 500.000,00 per hari yang dihasilkan 12 unit usaha industri kecil kerajinan bambu atau berkisar 22,64 %. Ada sebagian kecilindustri kerajinan bambuyang memiliki pendapatan Rp. 500.001,00 – Rp. 1.000.000,00 per hari yang di peroleh 2 unit usaha industri kecil kerajinan bambu atau sebesar 3,78%. Dapat disimpulkan dari data pada tabel 4.10 bahwa pendapatan pada industri kecil kerajianan bambu yang berada di Kota Binjai sebagian besar berpendapatan kurang dari Rp. 100.000,00 per hari, hal ini disebabkan usaha tersebut bergerak dalam skala kecil dengan permodalan yang tidak terlalu besar. Tetapi ada sebagian usaha yang mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 100.000,00

– Rp. 500.000,00 per hari bahkan ada yang menghasilkan sebesar Rp. 500.001,00

– Rp. 1.000.000,00. Dalam penelitian ini penulis melihat berdasarkan kuesioner

(26)

produksi yang dihasilkan setiap harinya dan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri kecil kerajinan bambu.

Dengan kondisi demikian, potensi pendapatan dari usaha kerajinan bambu sangat bisa diandalkan bagi masyarakat yang ingin memulai usaha, namun dalam memulai usaha tersebut harus memiliki kreatifitas dan inovasi yang baik agar mampu bersaing dengan usaha-usaha lainnya.Dalam memulai industri kecil kerajinan bambu seorang pengusaha tidak harus mengeluarkan modal yang cukup besar, tetapi cukup dengan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam berinovasi. Sebab suatu hal yang baru dan unik akan dengan mudah menarik perhatian masyarakat untuk mendapatkan barang-barang tersebut.

4.4.3 Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Bambu di Kota Binjai Dalam menentukan strategi pengembangan industri kerajinan bambu di Kota Binjai, ada beberapa hal yang dapat diketahui dan sebagai acuan untuk melihat kondisi usaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai seperti gambaran usaha, potensi, permasalahan yang saat ini menjadi tantangan, jenis pelatihan dan upaya dalam perkembangan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai.

(27)

Tabel 4.14

Dari tabel 4.14 diketahui bahwa sebagian besar industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai bersumber dari modal sendiri sebanyak 35 usaha atau 66,04 % dan sebanyak 18 usaha atau 33,96 % mengungkapkan bahwa modal yang mereka dalam memulai usaha berasal dari modal pinjaman (koperasi atau pinjaman keluarga) dan modal pribadi.

Selain itu terkait kondisi industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai, terdapat juga beberapa kendala yang ditemukan, hal ini di pertegas melalui dari hasil wawancara kepada 53 responden kerajinan bambu yang mengemukakan beberapa kendala dalam menjalankan usahanyaa, hal tersebut dijelaskan pada tabel berikut.

5. Tingginya Harga Bahan Baku Produksi 7 13,21

Jumlah 53 100

Sumber: diolah dari data primer

(28)

menjadi masalah utama dalam pengembangan usaha yang mereka miliki. Responden menjadikan modal sebagai kendala utamanya beralasan bahwa tingginya permintaan atas barang hasil produksi sehingga disatu sisi tidak mampu dipenuhi kebutuhannya atas permintaan produksi barang tersebut.

Terdapat 11 responden atau 20,75% mengatakan bahwa ketersediaan bahan baku di Kota Binjai sangat minim, ini menyebabkan sulitnya para pengusaha dalam mencari bahan baku di luar daeraah dan memakan biaya tambahan lainnya dalam proses pengangkutan bahan baku dari luar daerah. Kemudian, pada 9 responden atau 16,98% mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan atas pemasaran produk yang mereka miliki menjadikan permasalahan utama dalam menjalankan usahanya. Dalam hal ini penulis menemukan bahwa keterbatasan akses informasi atas pemasaran produk yang mereka milikis menjadi alasan kurangnya pemasaran produk yang mereka produksi.Sebagian besar responden tersebut menginginkan adamya perhatian khusus terkait pemasaran produk yang mereka miliki secara lebih luas lagi.

(29)

Selanjutnya yang terakhir adalah sebanyak 1 responden atau 1,89% dari total keseluruhan responden mengungkapkan bahwa kurangnya tenaga kerja terampil menjadi permasalahan utama dalam menjalankan usaha yang dimilikinya. Responden yang mengungkapkan permasalahan tersebut beralasan bahwa kurangnya tenaga kerja terampil menghambat perkembangan kreatifitas dan inovasi-inovasi dalam pengembangan industri kerajinan bambu di Kota Binjai.

Indutri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai memerlukan berbagai pelatihan untuk menunjang industri mereka.Dalam penelitian ini penulis telah mendapatkan beberapa jenis penelitian yang diharapkan oleh para pengusaha. Ada pun jenis penelitian tersebut yaitu: keterampilan produksi, pelatihan pengembangan usaha, dan pemasaran. Berikut ini akan dijelaskan pada jenis pelatihan mana yang diharapkan oleh para pengusaha.

Tabel 4.16

Jenis Pelatihan yang Diharapkan untuk Pengembangan Usaha

No. Jenis Pelatihan Jumlah Usaha

1. Keterampilan Produksi 15

2. Pelatihan Pengembangan Usaha 34

3. Pemasaran 4

Jumlah 53

Sumber: diolah dari data primer

(30)

pengembangan usaha sebanyak 34 usaha.Selanjutnya pelatihan ketrampilan produksi sebanyak 15 usaha dan jenis pelatihan pemasaran sebanyak 4 orang.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai menginginkan pelatihan pengembangan usaha mereka.Hal ini bertujuan untuk memajukan usaha yang mereka miliki agar mampu bersaing dengan industri lainnya.Diharapkan agar pemerintah dapat membuat pelatihan-pelatihan yang di inginkan oleh para pengusaha agar dapat memajukan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai.

Begitu pula para pengusaha juga mengharapakan adanya bantuan untuk peningkatan dari aspek nonfinansial industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai.Berikut ini data para pengusaha yang mengharapkan adanya bantuan untuk peningkatan dari aspek nonfinansial.

Tabel 4.17

Upaya yang Diperlukan Untuk Peningkatan Usaha dari Aspek Nonfinansial

No. Upaya yang Diharapkan Jumlah Usaha

1. Penyediaan Tempat Usaha 13

2. Peningkatan Kualitas Produk 14

3. Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja 8

4. Perluasan Pemasaran Produk 12

5. Menjalin Kemitraan 6

Jumlah 53

Sumber: diolah dari data primer

(31)

Binjai adalah peningkatan kualitas produk sebanyak 14 usaha dan penyediaan tempat usaha sebanyak 13 usaha. Kemudian perluasan pemasaran produk sebanyak 12 orang serta peningkatan kualitas tenaga kerja sebanyak 8 usaha.Dan juga upaya dalam menjalin kemitraan juga dibutuhkan beberapa pengusaha sebanyak 6 usaha.Hal ini dapat disimpulkan bahwa upaya yang dominan diharapkan adalah peningkatan kualitas produk, ini sesuai dengan jenis pelatihan yang ingin didapatkan para pengusaha yaitu pelatihan pengembangan produk.Dengan begitu pengembangan industri kerajinan bambu di Kota Binjai dapat berjalan dengan baik karena diikut oleh pelatihan-pelatihan yang menunjang industri kecil ini.Para pengusaha mengharapkan agar dapat terealisasi dengan benar program-program yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Kota Binjai.Karena industri kecil kerajinan bambu sangat berpengaruh kepada perekonomian di Kota Binjai.

(32)

Pemasaran juga merupakan hal yang paling mendasar dalam pengembangan industri kecil kerajinan bambu yang ada di Kota Binjai. Kegiatan yang berupa pameran produk tentu sangat member manfaat yang sangat besar bagi para pelaku usaha terutama untuk memperkenalkan produk yang lebih berinovasi lagi. Dengan adanya kegiatan tersebut bukan tidak mungkin akan memberikan pangsa pasar yang lebih luas lagi bagi para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya.

Selain itu, adapun faktor berupa ketersediaan informasi yang baik akan memberikan kemudahan bagi masyarakat dan pelaku usaha untuk mengetahui perkembangan kreativitas yang saat ini menjadi ketertarikan bagi masyarakat secara umum. Sehingga kreativitas dan inovasi tersebut dapat diterima dengan mudah apabila memiliki pengaruh yang baik bagi masyarakat. Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan para pelaku usaha yang tertuang pada tabel 4.16, sebanyak 34 para pelaku usaha mengingingkan adanya jenis pelatihan untuk pengembangan usaha agar dapat bersaing dengan produk yang berada di pasaran. Dan juga sebanyak 15 para pelaku usaha menginginkan pelatihan berupa keterampilan produksi untuk meningkatkan jenis-jenis produk yang dihasilkan agar lebih berinovasi lagi.

(33)

sebagai strategi dalam membangun perkembangan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai.

Disamping itu, yang menjadi masalah yang paling banyak dihadapi oleh pengusaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai adalah kurangnya modal untuk mengembangkan usahanya, seperti pada tabel 4.15 kendala yang dihadapi oleh para pelaku usaha adalah kurangnya modal usaha yang mereka dapatkan. Sesungguhnya kemudahan dalam pemberian modal menjadi harapan besar bagi para pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya. Kendala pembiayaan menjadi momok tersendiri bagi para pelaku usaha dalam melakukan proses peminjaman. Dalam hal ini, pemerintah hanya membantu modal dalam bentuk perkakas, sepetii gergaji, palu, paku dan alat untuk membantu produksi kerajinan bambu.

(34)
(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjabaran tentang prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Binjai yang telah di analisis secara deskriptif, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu

a. Dilihat dari aspek tenaga kerja rata-rata mampu menyerap sebanyak 1 – 20 tenaga kerja pada setiap pengusaha kerajinan bambu. Dengan total tenaga kerja yang paling banyak diserap adalah 20 tenaga kerja pada satu pengusaha kerajinan bambu di Kota Binjai.

b. Dilihat dari aspek pendapatan perhari, rata-rata unit usaha mampu mengumpulkan pendapatan sebesar Rp. 1 – Rp. 1.000.000,00 per harinya. Pendapatan pengusaha berbeda dikarenakan jumlah tenaga kerja dan jenis produk yang dihasilkan dalan setiap unit usaha.

(36)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis tuangkan dalam pembahasan serta dengan memperhatikan kesimpulan atas temuan yang terjadi di lapangan maka penulis memberikan saran-saran terkait dengan perkembangan industri kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, adapun saran-saran tersebut yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, sehingga penambahan variabel-variabel lainnya berupa modal, tenaga kerja, lama usaha, pendapatan, pemasaran dan lain-lain untuk mengetahui prospek perkembangan industri kecil kerajinan bambu sangatlah bermanfaat dalam penelitian ini.

2. Bagi pengusaha kemudahan yang bersifat membangun seperti dari segi pembiayaan modal, pemasaran, pelatihan dan ketersediaan bahan baku beriring secara baik agar kegiatan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai mampu berjalan dan memiliki daya saing dengan usaha-usaha lainnya. Tentu hal imi sangat diharapkan oleh para pelaku usaha dalam mengembangkan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai.

(37)

Gambar

Tabel 3.1 Data-data IKM Berdasarkan Jenis Produk dan Jumlah Pemilik Usaha
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Binjai Berumur 15 Tahun
Tabel 4.2 Statistik Industri di Kota Binjai Tahun 2012 - 2014
Tabel 4.3 Latar Belakang Mendirikan Usaha  Kerajinan Bambu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan temuan data lapangan pada dasarnya saat peneliti bertanya kepada Mika dan Mirna, mereka menjawab bahwa mereka menanggapi label yang diberikan kepada

Jika mungkin temukan cara yang tepat untuk mensiasati ujian di SBMPTN (namun itu semua tidak akan banyak manfaatnya jika adik-adik datang terlambat ketika try out,

Aplikasi Katalog Online merupakan website yang dibangun untuk mempermudah mahsiswa dalam mencari buku yang tersedia di suatu perpustakaan, sehingga mahasiswa tersebut bisa

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun

Oleh sebab itu penulis membuat suatu Website yang dapat membantu masyarakat atau pelanggan dalam melakukan pemesanan barang dengan mudah, cepat, menghemat biaya

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Biro-Biro dan Pusat-Pusat di Sekretariat Jenderal Kecuali Pusat K3,

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

Tetapi layanan-layanan ini ternyata tidak hanya digunakan di ruang lingkup yang luas seperti internet saja, layanan ini juga dapat diterapkan pada suatu organisasi dengan ruang