• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pemilihan Angkutan Taksi Di Kota Medan (Teknik Stated Preference)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Model Pemilihan Angkutan Taksi Di Kota Medan (Teknik Stated Preference)"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMILIHAN ANGKUTAN TAKSI DI KOTA MEDAN

(TEKNIK STATED PREFERENCE)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh

Ujian Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh:

050404010

KHAIRUNNISA LUBIS

BIDANG STUDI TRANSPORTASI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati prilaku perjalanan angkutan taksi, yaitu mengetahui dan menganalisis karekteristik pengguna taksi di kota Medan dan melihat preferensi pemilihan moda akibat perubahan ongkos, pelayanan (fasilitas) dan tingkat keandalan (waktu). Yaitu: apakah pemilihan angkutan taksi lebih dipengaruhi oleh perubahan ongkos, perubahan pelayanan atau waktu tunggu taksi.

Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi survei awal dan survei utama yaitu melalui pembagian kuisioner yang disusun dengan metoda stated preference. Penelitian ini dilakukan kepada 120 responden dan terkumpul sebanyak 62 yang memenuhi syarat (valid). Kuisioner tersebut dibagikan di pusat-pusat perbelanjaan, bandara, rumah sakit, pusat perkantoran dan perumahan warga.

Hasil kuisioner selanjutnya diolah untuk mendapatkan karakteristik pengguna taksi dan model pemilihan taksi. Beberapa karakteristik pengguna taksi di Kota Medan berikut ini telah berhasil diperoleh: sebagian besar pengguna taksi di Medan berpenghasilan antara Rp. 2.000.000 sampai Rp. 4.000.000; sebagian besar perjalanan yang dilakukan berasal dari rumah atau menuju ke rumah. Sebagian besar pengguna menggunakan taksi 2 – 4 kali sebulan atau seminggu sekali. Dalam banyak hal, kemudahan/mobilitas dan kecepatan/waktu merupakan alasan utama penggunaan taksi.

Model pemlihan angkutan taksi yang telah diperoleh dalam bentuk persamaan

linier: y = 0.144 - 0.0000686X1 - 0.256X2 + 0.022X3. Dengan 3 atribut yaitu: X1

adalah ∆ cost, X 2 adalah ∆ time dan X3 adalah ∆ service. Hasil pengukuran

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Tugas Akhir ini.

Adapun judul dari tugas akhir ini adalah “Model Pemilihan Angkutan Taksi Kota Medan (Teknik Stated Preference)”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata I (S1) di

Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari

bimbingan, dukungan dan bantuan dari semua pihak. Penulis hanya dapat

mengucapkan terima kasih atas segala jerih payah, motivasi dan doa yang diberikan

hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara, terutama kepada :

1. Bapak Medis S Surbakti, ST MT, selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran untuk membantu,

membimbing dan mengarahkan penulis hingga selesainya tugas akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Kepala Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Teruna Jaya, M.Sc, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Joni Harianto, Ibu Ir Filiyanti T.A Bangun, ST, Dipl.Urban,

(4)

telah memberikan masukan dan kritikan yang membangun dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Bapak/Ibu Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera

Utara.

6. Ayahanda Chairuddin Lubis dan Ibunda Asmah tercinta, yang selalu

mendukung, membimbing, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan

tugas akhir ini.

7. Kepada kedua abangku Hanafi Lubis, ST dan Irham Lubis, Spd (sukses buat

S2 nya) terima kasih buat semua dukungan, motivasi dan rasa sayang nya

buat penulis.

8. Buat sahabat-sahabatku : Ida, Ina, Enny, dan Af (sobatqiu), terima kasih

untuk selalu membantu dalam hal apapun (thanks buat kebersamaan kita).

9. Buat teman-teman ’05 Mumu, Rio, Andreas, Widi, Tanti, Wida, Ica, Henny,

Vika, Arie, Kace, Rini, Abah, Habibie, Zime’, Uje’, Grace, Nensi, Lady,

Sakinah dan teman-teman CIV05 yang tidak dapat disebutkan namanya satu

persatu, thanks buat bantuan dan dukungannya.

10. Abang-abang senior 04: Bang Leo, bang Cris, bang Roy, bang Emir, bang

Sawal, bang Meijer dan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat dan karuniaNya

kepada kita semua, dan atas dukungan yang telah diberikan penulis ucapkan terima

kasih. Akhirnya, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2010 Hormat Saya

(5)

DAFTAR ISI

II.1.1 Pemodelan Transportasi ... 14

II.1.2 Konsep Dasar Pemodelan Transportasi ... 15

II.2. Model Pemilihan Jenis Kendaraan/Moda ... 15

II.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Moda ... 18

II.2.2 Pemilihan Moda Transportasi ... 21

II.2.3 Pendekatan Model Pemilihan Moda ... 22

II.2.3.1 Pendekatan Agregat ... 23

II.2.3.2 Pendekatan Disagregat ... 24

a. Pendekatan Disagregat Determinstik ... 24

b. Pendekatan Disagregat Stokastik ... 24

II.3 Model Pemilihan Diskrit ... 25

II.4 Model Logit Biner / Binomial ... 28

II.5 Teknik Stated Preference ... 30

II.5.1 Identifikasi Pilihan ... 32

II.5.2 Analisa Data Stated Preference ... 33

II.5.4 Estimasi Parameter Stated Preference ... 34

II.6 Studi Terdahulu Yang Berkaitan Dengan Moda Choice ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

III.1 Umum ... 40

III.2 Pendekatan dan Pemecahan Masalah ... 44

III.3 Penjelasan Rencana Kerja ... 45

III.3.1 Studi Pendahuluan dan Kajian Pustaka ... 45

III.3.2 Perancanaan dan Survei Pendahuluan ... 45

(6)

III.3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 49

III.3.5 Analisa Validasi dan Uji Statistik ... 51

III.3.6 Uji Sensitivitas ... 51

III.3.7 Kesimpulan dan Saran ... 52

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 53

IV.1 Gambaran Umum Wilayah Studi ... 53

IV.2 Perusahaan (Operator) Yang Melayani Taksi di Kota Medan ... 54

IV.3 Operator Moda Taksi Yang Diteliti ... 56

IV.4.3 Pelaksanaan Survei Pengumpulan Data... 62

IV.4.4 Pemaparan Hasil Survei ... 63

IV.5 Analisa Regresi Linier ... 71

IV.5.1 Analisis Persamaan Fungsi Selisiih Utilitas ... 71

IV.5.2 Kompilasi Data ... 73

IV.5.3 Korelasi ... 74

IV.5.4 Alternatif Persamaan Fungsi Utilitas ... 75

IV.5.5 Interpretasi Hasil Kalibrasi ... 76

IV.5.6 Validasi dengan Uji Statistik... 78

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Pemilihan Moda (pilihan lebih dari 2 moda)

Gambar 2.2 Langkah-langkah Pemilihan Kendaraan (moda choice)

(8)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Distribusi Responden Pengguna Moda Taksi Matra dan Taksi

Express di Kota Medan

Grafik 4.2 Distribusi Asal Perjalanan Responden Pengguna Taksi Matra dan

Taksi Express untuk perjalanan di sekitar/kawasan kota Medan

Grafik 4.3 Distribusi Tujuan Perjalanan Responden Pengguna Taksi Matra dan

Taksi Express untuk perjalanan di sekitar/kawasan kota Medan

Grafik 4.4 Distribusi Tingkat Pendapatan Responden Pengguna Taksi Matra

dan Taksi Express untuk perjalanan di sekitar/kawasan kota Medan

Grafik 4.5 Distribusi Alasan Pemilihan Moda Responden Pengguna Taksi

Matra dan Taksi Express untuk perjalanan di sekitar/kawasan kota

Medan

Grafik 4.6 Pemilihan Moda

Grafik 4.7 Sensitivitas Model Terhadap Perubahan Atribut Cost

Grafik 4.8 Sensitivitas Model Terhadap Perubahan Atribut Time

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Operator-operator yang melayani pengguna moda taksi di kota

Medan

Tabel 4.2 Acuan menentukan jumlah sampel : probabilitas individu memilih

taksi Matra/taksi Express

Tabel 4.3 Kusioner yang tidak memenuhi syarat

Tabel 4.4 Distribusi reponden pengguna moda Taksi Matra dan Taksi Express

untuk perjalanan di sekitar/kawasan kota Medan

Tabel 4.5 Distribusi Asal Perjalanan Responden Pengguna Taksi Matra dan

Taksi Express untuk perjalanan di sekitar/kawasan kota Medan

Tabel 4.6 Distribusi Tujuan Perjalanan Responden Pengguna Taksi Matra dan

Taksi Express untuk perjalanan di sekitar/kawasan kota Medan

Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Pendapatan/Penghasilan Responden Pengguna

Taksi Matra dan Taksi Express untuk perjalanan di sekitar/kawasan

kota Medan

Tabel 4.8 Distribusi Alasan Pemilihan Moda Responden Pengguna Taksi

Matra dan Taksi Express untuk perjalanan di sekitar/kawasan kota

Medan

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Rata-rata Responden Pengguna Taksi untuk

perjalanan di sekitar/kawasan kota Medan

Tabel 4.10 Distribusi Responden Pengguna Moda Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.11 Nilai Skala Numerik

(10)

DAFTAR ISTILAH

Agrometer Meter taksi sebagai alat penunjuk pemakaian atau

penyewaan taksi

Cost Ongkos / Biaya perjalanan

Correlation Mengukur ketepatan garis regresi dalam menjelaskan

nilai variabel

Discrate Choice Model Model pemilihan yang didasarkan pada pendekatan

terhadap prilaku individu

Deterministic Dapat terukur

Door to door Pelayanan pintu ke pintu

Inteerview Survey Survei wawancara

Kalibrasi Proses penentuan nilai parameter dalam suatu

persamaan yang memberikan hasil terbaik dengan

hasil pengamatan di lapangan

Model Logit Biner Model dimana pengambilan keputusan dihadapkan

pada alternatif yang dipilih yang mempunyai utilitas

(keistimewaan, maksimum) terbesar

Option Pilihan

Probability Peluang dalam memilih

Random Utility Utilitas acak

Skala Semantik Pilihan terhadap jawaban yang diberikan

Skala Numerik Suatu nilai yang menyatakan respon individu

(11)

Sensistivity Models Perubahan nilai pobabilitas bila dilakukan perubahan

nilai atribut

Service Pelayanan/fasilitas yang diberikan

Surveyor Petugas survei

Teknik Stated Preference Teknik yang digunakan kepada responden mengenai

pilihan apa yang diinginkan untuk melakukan sesuatu

Time Waktu

Traveller Pelaku perjalanan

Utilitas Ukuran istimewa seseorang dalam menentukan

(12)

DAFTAR NOTASI

a : Konstanta regresi

b1,…bn : Koefisien masing-masing atribut/ Parameter model

Cn : Sekumpulan alternative yang dapat dipilih

g : Galat yang dikehendaki

k : Jumlah atribut

n : Jumlah observasi

εin : Kesalahan acak (random error)

PMatra : Probabilitas memilih taksi Matra

PExpress : Probabilitas memilih taksi Express

Pin : Probabilitas memilih alternatif i bagi individu n

R² : Koefisien determinasi, yaitu untuk mengetahui seberapa besar

persentase pengaruh seluruh atribut terhadap utilitas pemilihan moda

Uin : Utilitas alternatif I bagi pembuat keputusan n

Vin : Fungsi deterministic utilitas i bagi individu n

xi….xn : Nilai atribut/atribut pelayanan

X1 : Selisih tarif minimum antara taksi Matra dan taksi Express

X2 : Selisih waktu tunggu antara taksi Matra dan taksi Express

X3 : Selisih pelayanan/service antara taksi Matra dan taksi Express

Zα : Nilai kritis distribusi

α : Tingkat keberartian

σ : Standard deviasi sampel

t-test : Uji t, yaitu pengujian hipotesa terhadap koefisen regresi

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati prilaku perjalanan angkutan taksi, yaitu mengetahui dan menganalisis karekteristik pengguna taksi di kota Medan dan melihat preferensi pemilihan moda akibat perubahan ongkos, pelayanan (fasilitas) dan tingkat keandalan (waktu). Yaitu: apakah pemilihan angkutan taksi lebih dipengaruhi oleh perubahan ongkos, perubahan pelayanan atau waktu tunggu taksi.

Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi survei awal dan survei utama yaitu melalui pembagian kuisioner yang disusun dengan metoda stated preference. Penelitian ini dilakukan kepada 120 responden dan terkumpul sebanyak 62 yang memenuhi syarat (valid). Kuisioner tersebut dibagikan di pusat-pusat perbelanjaan, bandara, rumah sakit, pusat perkantoran dan perumahan warga.

Hasil kuisioner selanjutnya diolah untuk mendapatkan karakteristik pengguna taksi dan model pemilihan taksi. Beberapa karakteristik pengguna taksi di Kota Medan berikut ini telah berhasil diperoleh: sebagian besar pengguna taksi di Medan berpenghasilan antara Rp. 2.000.000 sampai Rp. 4.000.000; sebagian besar perjalanan yang dilakukan berasal dari rumah atau menuju ke rumah. Sebagian besar pengguna menggunakan taksi 2 – 4 kali sebulan atau seminggu sekali. Dalam banyak hal, kemudahan/mobilitas dan kecepatan/waktu merupakan alasan utama penggunaan taksi.

Model pemlihan angkutan taksi yang telah diperoleh dalam bentuk persamaan

linier: y = 0.144 - 0.0000686X1 - 0.256X2 + 0.022X3. Dengan 3 atribut yaitu: X1

adalah ∆ cost, X 2 adalah ∆ time dan X3 adalah ∆ service. Hasil pengukuran

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Umum

Transportasi atau pengangkutan merupakan fasilitas yang penting untuk

perkembangan pembangunan dari suatu negara, karena semua kegiatan

pembangunan suatu negara tidak akan terlepas transportasi. Pembangunan akan

berjalan dengan lancar jika ditunjang oleh transportasi yang baik yang nantinya

juga akan berdampak baik bagi perekonomian penduduknya (Desfine Silitonga,

2006).

Penduduk merupakan faktor utama dalam perkembangan suatu kota, seiring

dengan makin besarnya jumlah penduduk maka makin besar tingkat pergerakan dan

kebutuhan akan transportasi. Perjalanan merupakan aktivitas yang sudah menjadi

bagian dari kehidupan sehari-hari, terutama penduduk kota dimana kegiatan

ekonomi merupakan aktivitas yang paling banyak berlangsung, selain itu di kota

besar juga terdapat pusat-pusat kegiatan pemerintahan, pusat-pusat pelayanan

umum, misalnya: rumah sakit, bandar udara, pusat-pusat perbelanjaan atau mall

(Desfine Silitonga, 2006).

Transportasi yang handal, aman dan nyaman merupakan beberapa alasan

penduduk di daerah perkotaan memilih moda transportasi yang akan

memudahkannya dalam mencapai tempat tujuannya. Dimana dasar pemilihan moda

oleh pelaku perjalanan (Tamin, 2000) dipengaruhi oleh: a)income atau pendapatan,

(15)

Pada umumnya penduduk di daerah perkotaan (penduduk kota besar) yang

memiliki income yang besar serta social standing yang tinggi memilih angkutan

taksi sebagai alat (moda) transportasinya jika mereka tidak dapat menggunakan

kendaraan pribadi mereka.

Beberapa karekteristik angkutan taksi dan menjadi salah satu pertimbangan

konsumen memilih angkutan taksi (Suharto A.M, 2007)antara lain:

 Angkutan taksi adalah kendaraan angkutan penumpang umum yang

melayani trayek tidak tetap (tidak dalam trayek) yang mengangkut

penumpang dari satu tempat ke tempat lainnya di wilayah perkotaan dengan

menggunakan argometer (meter taksi) sebagai alat penunjuk pemakaian

atau penyewaan.

 Pelayanan angkutan taksi merupakan pelayanan angkutan dari pintu ke

pintu dalam wilayah operasi terbatas meliputi daerah kota atau perkotaan.

 Pelayanan angkutan taksi diselenggarakan dengan ciri-ciri: tidak berjadwal,

tarif angkutan berdasarkan argometer serta dilayani dengan mobil

penumpang umum jenis sedan atau station wagon dan van yang memiliki

konstruksi seperti sedan, sesuai standar teknis yang ditetapkan oleh Direktur

Jendral Perhubungan sehingga privasi penumpang terjaga.

I.2 Latar Belakang

Kota Medan sekarang ini merupakan salah satu kota besar di Indonesia

selain Jakarta, Surabaya, Bandung dan Yogyakarta. Saat ini kota Medan sebagai

ibukota provinsi Sumatera Utara telah menjadi pusat kegiatan pemerintahan

(16)

Bagi penduduk kota yang memiliki aktivitas yang padat dan memiliki

mobilitas yang tinggi, maka transportasi yang cepat, aman dan nyaman adalah salah

satu solusi yang terbaik. Misalnya saja dalam satu keluarga terdiri dari beberapa

orang anggota keluarga, maka masing-masing orang memiliki kegiatan atau

aktivitas masing-masing dan membutuhkan angkutan umum alternatif yang dapat

digunakan untuk mengantarkan mereka ketempat tujuan seperti yang dimiliki jenis

angkutan umum, seperti : angkutan kota, becak bermotor dan taksi.

Di negara - negara maju, angkutan taksi sudah menjadi alternatif pemakaian

alat transportasi yang sangat penting karena karekteristiknya yang berbeda dengan

angkutan penumpang umum lainnya.(Suharto A.M, 2007)

Muncul sejumlah nama-nama baru operator yang melayani penumpang

taksi seperti: Express Limo Nusantara, Taksi, Angkasa Bakti,dan Koka Pura. Dari

sekian banyak jenis taksi yang muncul, faktor-faktor apakah yang mempengaruhi

pelaku perjalanan dalam memilih angkutan taksi tersebut? Apakah faktor tarif

(biaya), service (pelayanan) dan waktu memberikan pengaruh yang signifikan

dalam pemilihan tersebut?

Data Dinas Peruhubungan Kota Medan pada akhir tahun 2008, membuat

daftar realisasi taksi kota Medan, dari data tersebut terdapat 10 nama perusahaan

taksi di medan yang masih mendaftarkan atau memperpanjang izin beroperasinya

diantaranya adalah: PT.Angkasa Bakti, PT.Express Limo Nusantara, PT.Yuki, CV

Eka Prasetya, Kostar Taksi, KPUM Taksi, PT. Karsa, PT. Deli Cepat, Koka Pura

dan PT. Ridha Almunawarah.

Dari data tersebut, penulis ingin mengetahui dan mengamati pelaku

(17)

mempersoalkan harga untuk memperoleh kenyamanan/pelayanan yang memuaskan

atau sebaliknya, serta apakah penghasilan sangat mempengaruhi jenis taksi yang

akan dipilih atau digunakan.

Kondisi ini menarik perhatian penulis untuk melakukan studi tentang model

pemilihan angkutan taksi di Kota Medan. Untuk itu penulis memilih 2 jenis taksi

yang akan diteliti sebagai contoh penelitian. Kedua jenis taksi tersebut adalah jenis

taksi yang memenuhi syarat angkutan taksi menurut keputusan menteri

perhubungan (KM. 35 TAHUN 2003) selain jumlahnya paling banyak

dibandingkan jenis taksi lainnya.

I.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui dan menganalisis karekteristik pengguna taksi di kota Medan.

Misalnya: berapa rata-rata penghasilan pengguna taksi, apakah konsumen

pengguna taksi memiliki kendaraan pribadi atau tidak, frekuensi

menggunakan taksi dan alasan utama menggunakan taksi.

2. Melihat preferensi pemilihan moda akibat perubahan ongkos, pelayanan

(fasilitas) dan tingkat keandalan (waktu).

I.4 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada :

1. Penelitian ini hanya mengambil pergerakan penduduk di kota Medan.

2. Responden yang dipilih adalah pengguna angkutan taksi. Kriteria

(18)

setidaknya memiliki satu kendaraan pribadi, dan lokasi responden yaitu di

mall-mall, bandara, kantor-kantor pemerintahan maupun swasta, dan

perumahan warga.

3. Teori pemilihan moda yang digunakan adalah model pemilihan diskret

yaitu model logit biner (binary choice model) didasarkan pada pendekatan

terhadap prilaku individu.

Menurut Tamin (2000), terdapat beberapa model pemilihan moda, diantaranya:

a) Model Pemilihan Moda Ujung-Perjalanan

o Model ini dalam penggunaanya akan menghasilkan besarnya

pergerakan setiap moda.

o Ciri pribadi yang berbeda-beda digunakan untuk memperkirakan

pemilihan moda; contohnya, kelompok yang berbeda dalam model

analisis kategori.

o Model pemilihan jenis ini hanya berkaitan dengan beberapa hal

seperti pendapatan, kepadatan permukiman, dan pemilikan

kendaraan.

o Dalam jangka pendek, model ini dapat sangat tepat, khususnya jika

angkutan umum tersedia diseluruh daerah kajian yang tingkat

kemacetannya rendah.

o Model ini sangat tidak peka terhadap keputusan kebijakan

(pengambil keputusan tidak dapat berbuat banyak dalam

(19)

b) Model Pemilihan Moda Pertukaran-Perjalanan

o Model ini mempunyai keuntungan karena mempertimbangkan ciri

pergerakan dan ketersediaan moda.

o Lebih sulit mempertimbangkan ciri pengguna jalan karena

pergerakan tersebut telah diagregasikan dalam bentuk matriks

asal-tujuan.

o Mempunyai dasar teori yang lemah sehingga kemampuan

peramalannya diragukan.

o Model ini mengabaikan beberapa peubah kepekaan kebijakan

misalnya tarif dan biaya parkir.

o Karena bersifat agregat, model ini tidak dapat digunakan untuk

memeodel secara tepat batasan dan ciri moda yang tersedia bagi

setiap indivdu atau rumah tangga.

c) Model Pemilihan Diskret

o Menganalisis prilaku pelaku perjalanan secara individu. Hal ini

mencakup bagaimana merumuskan tingakah laku individu kedalam

model kebutuhan transportasi.

o Model ini lebih menekankan pada analisis pilihan konsumen untuk

memaksimalkan kepuasnnya dalam mengkonsumsi pelayanan yang

diberikan oleh suatu moda transportasi pilihan. Konsumen sebagai

pembuat keputusan, akan menyeleksi berbagai alternatif dan

memutuskan memilih moda transportasi yang memiliki nilai

(20)

o Model Diskret ini lebih baik dalam menanggapi unsur kunci dalam

pemlihan moda dan efisien dalam pengumpulan data, tidak seperti

model tidak agregat yang sekarang ini jarang digunakan.

Sementara model pilihan diskret (biner) menurut Miro,2005 dibagi menjadi

3 model, diantaranya :

a. Model Logit Biner

Model logit biner ini untuk pilihan 2 moda transportasi alternatif yaitu moda

i dan moda j. Bentuk model ini berupa: probabilitas (%) peluang moda i untuk

dipilih adalah bergantung pada nilai parameter atau kepuasan menggunakan moda i

dan j serta nilai eksponensial.

b. Model Probit (Binary Probit)

Juga untuk 2 moda altenatif, tetapi model ini menekankan untuk

menyamakan peluang (kemungkinan) individu untuk memilih moda 1, bukan moda

2 dan berusaha menghubungkan antara jumlah perjalanan dengan variabel bebas

yang mempengaruhi, misalnya biaya (cost) dan variabel ini harus terdistribusi

normal.

c. Model Multi Nominal (MNL)

Model ini merupakan model pilihan diskret yang paling terkenal dan

popular. Pilihan yang dihadapi oleh konsumen dalam model ini cukup banyak

(lebih dari 2 pilihan) seperti 3 pilihan, 4 pilihan, dan seterusnya, sebagai contohnya

ada moda kendaraan pribadi, ada mikrolet, ada taksi,ada taxi, ada sepeda motor,

(21)

4. Analisis dilakukan dengan teknik Stated Preference.

Terdapat 3 metode/teknik penyelesaian yang dapat dipakai dalam

pemilihan moda, yaitu:

1) Analytic Hierarchy Process (AHP)

• Merupakan salah satu metode analisis yang dipakai untuk mengukur

atau mengetahui bobot prioritas/rangking berdasarkan

kriteria-kriteria yang telah ditetapkan melalui perbandingan berpasangan

yang diperoleh dari pengukuran aktual maupun pengukuran relatif

dari derajat kesukaan, kepentingan atau perasaan konsumen

• Biasanya meode ini dipakai dalam pengambilan keputusan teradap

suatu permasalaan setelah melalui tahap perengkingan dan tidak

dapat memberikan secara spesifik karekteristik dan sensitivitas

terhadap suatu pilihan moda

• Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian

secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran

model yang terbentuk

• Pengisisan kuesioner sulit, karena responden diminta untuk

membandingkan satu per satu tiap kriteria dengan range penilaian

yang sangat luas

2) Teknik Revealed Preference (RP)

• Analisis pilihan masyarakat berdasarkan laporan yang sudah ada.

• Dengan menggunakan teknik statistik diidentifikasi faktor-faktor yang

(22)

• Teknik terhadap suatu keadaan pelayanan yang pada saat sekarang belum

ada dan bisa jadi keadaan tersebut jauh berbeda dari keadaan yang ada

sekarang.

3) Teknik Stated Preference (SP)

Teknik SP merupakan pendekatan terhadap responden untuk mengetahui

respon mereka terhadap situasi yang berbeda. Pada teknik SP ini, peneliti dapat

mengontrol secara penuh faktor-faktor yang ada pada situasi yang dihipotesis.

Masing-masing individu ditanya tentang responnya jika mereka dihadapkan kepada

situasi yang diberikan dalam keadaan yang sebenarnya (bagaimana preferensinya

terhadap pilihan yang ditawarkan). (Charles Sitindaon)

Selanjutnya responden ditanya mengenai pilihan apa yang mereka inginkan

untuk melakukan sesuatu atau bagaimana mereka membuat rangking/rating atau

pilihan tertentu didalam satu atau beberapa situasi dugaan. (Charles Sitindaon)

Sifat utama dari stated preference survey seperti yang dikutip dari

Sitendaon adalah sebagai berikut :

1. Stated preference didasarkan pada pernyataan pendapat responden

mengenai bagaimana respon mereka terhadap beberapa alternatif hipotesa.

2. Setiap pilihan dipresentasikan sebagai “paket” dari atribut yang berbeda

seperti waktu, ongkos, headway, reability dan lain-lain.

3. Peneliti membuat alternatif hipotesa sedemikian rupa sehingga pengaruh

individu pada setiap atribut dapat diestimasi; ini diperoleh dengan teknik

(23)

4. Alat interview (questionnaire) harus memberikan alternatif hipotesa yang

dapat di mengerti oleh responden, tersusun rapi dan masuk akal.

5. Responden menyatakan pendapatnya pada setiap pilihan (option) dengan

melakukan ranking, rating dan choice pendapat terbaiknya dari sepasang

atau sekelompok pernyataan.

6. Respon sebagai jawaban yang diberikan oleh individu dianalisa untuk

mendapatkan ukuran kuantitatif mengenai hal yang penting (reality) pada

setiap atribut.

Dari ketiga metode diatas, maka metode SP merupakan metode yang tepat

digunakan dalam penelitian ini. Selain karena alasan-alasan yang dikemukakan

diatas juga dikarenakan pengisian kuisioner yang mudah dan cepat serta tidak

menyita banyak waktu konsumen yang menggunakan taksi.

I.5 Metodologi

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah:

1. Studi literatur yakni pengumpulan data-data yang berhubungan dengan tugas akhir ini yang bersumberkan buku-buku serta referensi lainnya

sebagai pendekatan teori maupun sebagai perbandingan untuk mengkaji

penelitian ini. Dalam hal ini yaitu teori-teori mengenai pemilihan moda

kendaraan yang diperoleh dari buku: ”Perencanaan dan Pemodelan

Transportasi” oleh Ofyar Z. Tamin (1997,2000 dan 2008) dan buku

”Perencanaan Transportasi” oleh Fidel Miro serta tulisan-tulisan mengenai

(24)

2. Pengambilan data. Dalam penelitian ini di gunakan dua data sumber yaitu:  Data primer diperoleh melalui metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan teknik stated preference, yaitu dengan cara

wawancara langsung kepada para pengguna jasa angkutan. Dalam

pelaksanaannya, penulis membawa lembar kuisioner dan pemilihan

responden dilakukan secara acak. Data primer diperoleh dari hasil

kuisioner pada survei penelitian. Didapat melalui 2 tahap, yaitu:

1. Pembagian kuisioner kepada responden (pengguna moda

angkutan taksi).

2. Survei dengan teknik wawancara langsung kepada pengguna

moda angkutan taksi yang dilakukan oleh surveyor. Teknik

penyebaran atau pembagian kuisioner dilakukan dengan cara

mendatangi secara langsung penguna ataupun calon pengguna

angkutan taksi.

 Data sekunder di peroleh dari data pilot survei yang dipaparkan

untuk memperkuat bukti tugas akhir ini perlu dilakukan diantaranya:

data jumlah operator taksi yang terdaftar perizinannya dan data

jumlah operator taksi (Matra dan Express). Data ini diperoleh dari

Dinas Perhubungan Kota Medan dan kantor kedua perusahaan taksi

tersebut.

3. Melakukan analisa dan pengolahan data yang menyangkut situasi di lapangan saat pengambilan data.

(25)

I.6 Hasil Yang Diharapkan

Dari penelitan ini nantinya akan diketahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaku perjalanan dalam melakukan pemilihan moda, untuk

memperoleh suatu model pemilihan moda yang dapat menjelaskan probabilitas

pelaku perjalanan dalam memilih moda angkutan taksi.

Diakhir penelitian ini akan didapat suatu persamaan model pemilihan dalam

bentuk utilitasnya dimana nilai yang terbesar merupakan atribut yang sangat besar

mempengaruhi pelaku perjalanan dalam pemilihan moda angkutan taksi di kota

(26)

Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang penelitian ini dibuat, masalah, tujuan dan

manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan tentang wilayah penelitian dan kajian pustaka yang menyangkut

judul serta mendukung istilah yang tertera pada judul penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisikan metode yang dipakai dalam penelitian ini.

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PEMBAHASAN

Berisikan tentang perhitungan dari data-data yang diperoleh dengan

menggunakan metode stated preference yaitu dengan program SPSS.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konsep Pemodelan II.1.1 Pemodelan Transportasi

Model adalah sesuatu yang dapat menggambarkan keadaan yang

sebenarnya yang ada di lapangan atau merupakan suatu alat bantu atau media yang

dapat digunakan untuk mencerminkan dan menyederhanakan suatu realita (dunia

sebenarnya) secara terukur. Model memiliki berbagai macam jenis, seperti dikutip

dari:

1. Model verbal, yakni model yang menggambarkan keadaan yang ada dalam

bentuk kalimat. Misalnya: suatu kota yang dipenuhi dengan pepohonan

yang rindang dengan sungai yang indah.

2. Model fisik, yakni model yang menggambarkan keadaan yang ada dengan

ukuran yang lebih kecil. Misalnya: model bangunan, model saluran, model

jembatan dan maket bangunan.

3. Model matematis, yakni model yang menggambarkan keadaan yang ada

dalam bentuk persamaan-persamaan matematis. Model inilah yang dipakai

pada perencanaan transportasi. Misalnya: jumlah lalu lintas yang sebanding

dengan jumlah penduduk.

Model matematis transportasi dapat dijabarkan dalam bentuk-bentuk berikut ini:

1. Deskriptif, yang menjelaskan keadaan yang ada atau keadaan jika dilakukan

suatu perubahan terhadap keadaan yang ada.

(28)

3. Planning, yang meramalkan keadaan yang akan datang disertai dengan

rencana-rencana perubahannya.

II.1.2 Konsep dasar pemodelan transportasi(model empat langkah/Four step model)

1. Model bangkitan perjalanan (Trip Generation Model)

2. Model distribusi perjalanan (Trip Distribution Model)

3. Model pemilihan jenis kendaraan/moda(Moda Choice)

4. Model pemilihan rute perjalanan(Traffiic Assignmen)

Namun dalam penelitian ini hanya akan dibahas mengenai model pemilihan

jenis kendaraan (moda choice).

II.2 Model Pemilihan Jenis Kendaraan/Moda

Pemilihan moda merupakan model penting didalam perencanaan

transportasi angkutan umum. Hal ini dikarenakan peran kunci dari angkutan umum

dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas sistem pergerakan dalam suatu sistem

transportasi (Tamin, 2000).

Model pemilihan jenis kendaraan/moda ini digunakan untuk menghitung

distribusi perjalanan beserta moda yang digunakan. Ini dapat dilakukan apabila

tersedia berbagai macam kendaraan/moda yang menuju tempat tujuan, seperti

kendaraan pribadi (misalnya mobil, sepeda motor, sepeda) serta angkutan umum

(becak, bus, kereta api). Masalah pemilihan moda dapat dikatakan sebagai tahap

terpenting dalam perencanaan dan kebijakan transportasi. Hal ini menyangkut

(29)

dijadikan prasarana transportasi, dan banyaknya pilihan moda transportasi yang

dapat dipilih penduduk (Tamin, 2000).

Sebelum masuk kedalam proses analisis pilihan moda, terlebih dahulu harus

mengelompokkan pengguna jasa dan moda transportasi kedalam beberapa

kelompok (Miro, 2005) yaitu:

A. Pengguna jasa transportasi/pelaku perjalanan

Pelaku perjalanan (konsumen jasa transportasi), terbagi menjadi 2

kelompok:

1) Golongan paksawan (captive) merupakan jumlah terbesar di negara

berkembang, yaitu golongan masyarakat yang terpaksa menggunakan

angkutan umum karena ketiadaan mobil pribadi. Mereka secara

ekonomi adalah golongan masyarakat lapisan menengah ke bawah

(miskin atau ekonomi lemah).

2) Golongan masyarakat yang mempunyai kemudahan (akses) ke

kendaraan pribadi dan dapat memilih untuk menggunakan angkutan

umum atau angkutan pribadi. Mereka secara ekonomi adalah golongan

pilihan (choice), merupakan jumlah terbanyak di negara-negara maju,

yaitu golongan masyarakat lapisan menengah ke atas (kaya atau

ekonomi kuat).

B. Bentuk alat (moda) transportasi /jenis pelayanan transportasi

Secara umum, ada 2 (dua) kelompok besar moda transportasi yaitu:

1) Kendaraan pribadi (private transportation), yaitu:

Moda transportasi yang dikhususkan buat pribadi seseorang dan

(30)

saja dia mau, bahkan mungkin juga dia tidak memakainya sama sekali

(mobilnya disimpan di garasi).

2) Kendaraan umum (public transportation), yaitu:

Moda transportasi yang diperuntukkan buat bersama (orang banyak),

kepentingan bersama, menerima pelayanan bersama, mempunyai arah

dan titik tujuan yang sama, serta terikat dengan peraturan trayek yang

sudah ditentukan dan jadwal yang sudah ditetapkan.

Dalam penulisan ini yang akan dibahas adalah angkutan umum jenis taksi.

Taksi atau angkutan taksi (Aang Gunawan, TRANSPOR Vol.22 2004) adalah kendaraan angkutan penumpang umum yang melayani trayek yang tidak tetap

(tidak dalam trayek) yang mengangkut penumpang dari satu tempat ke tempat

lainnya di wilayah perkotaan dengan menggunakan argometer (meter taksi) sebagai

alat penunjuk pemakaian atau penyewaan. Sedangkan definisi argometer adalah

suatu alat hitung pada taksi sebagai penunjuk penyewaan taksi yang secara

elektronis dihitung berdasarkan jarak dan waktu.

Sebagai informasi: menurut KM 35 Tahun 2003 mengatur tentang angkutan

tidak dalam trayek yang tertuang dalam Bab IV.

Bagian Pertama: Jenis Angkutan, pasal 28 yang berbunyi: angkutan orang dengan

kendaraan umum tidak dalam trayek, terdiri dari (a) angkutan taksi, (b) angkutan sewa, (c) angkutan pariwisata, dan (d) angkutan lingkungan.

Pada bagian kedua tentang angkutan taksi pasal 29: Pelayanan angkutan taksi

sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 huruf (a) merupakan pelayanan angkutan

(31)

perkotaan. Pelayanan angkutan taksi diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai

berikut:

a) Tidak berjadwal

b) Dilayani dengan mobil penumpang umum jenis sedan atau station wagon

dan van yang memiliki konstruksi seperti sedan, sesuai standar teknis yang

ditetapkan oleh Direktur Jendral.

c) Tarif angkutan berdasarkan argometer

d) Pelayanan dari pintu ke pintu

II.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Moda

Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang

akan menggunakan setiap moda. Pemilihan moda mempertimbangkan pergerakan

yang menggunakan lebih dari satu moda dalam perjalanan (multimoda). Jenis

pergerakan inilah yang sangat umum dijumpai di Indonesia yang terdiri dari banyak

pulau sehingga presentase pergerakan multimoda sangat tinggi. Jadi, dapat

dikatakan bahwa pemodelan pemilihan moda merupakan bagian terlemah dan

tersulit dimodelkan dari keempat tahapan model perencanaan transportasi (Tamin,

2000).

Merupakan tahapan I (pertama) dalam analisis pemilihan moda yaitu

mengidentifikasi berbagai faktor dan variable yang diasumsikan berpengaruh

terhadap perilaku pelaku perjalanan (trip maker behavior).

Ada 4 (empat) kelompok faktor yang dianggap kuat pengaruhnya terhadap

pelaku perjalanan dalam memilih suatu moda transportasi (Bruton seperti dikutip

(32)

1. Kelompok faktor karekteristik si pelaku perjalanan (traveler characteristics

factor). Beberapa variabel berikut ini diyakini sangat mempegaruhi

pemilihan moda:

• Ketersediaan atau pemilikan kendaraan pribadi (car ownership).

• Pendapatan (income), berupa daya beli sang pelaku perjalanan untuk

membiayai perjalananya.

• Kondisi kendaraan pribadi (tua, jelek, baru dll).

• Kepadatan pemukiman (density of residential development).

• Sosial ekonomi lainnya, seperti struktur dan ukuran keluarga

(pasangan muda, punya anak, pensiun atau bujangan), usia, jenis

kelamin, jenis pekerjaan, lokasi pekerjaan, punya lesensi

mengemudi (SIM) atau tidak.

2. Kelompok faktor karakteristik perjalanan (travel charecteristics factor).

Terdapat beberapa variable yang dianggap kuat pengaruhnya terhadap

perilaku pengguna jasa moda transportasi dalam memilih moda:

• Tujuan perjalanan (trip purpose) seperti pergi bekerja, sekolah,

sosial dan lain-lain.

• Waktu perjalanan (time of trip made) seperti pagi hari, siang, tengah

malam, hari libur dan seterusnya.

• Panjang perjalanan (trip length), merupakan jarak fisik (km) antara

asal dengan tujuan, termasuk panjang rute, waktu pembanding kalau

menggunakan moda-moda lain, disini berlaku bahwa semakin jauh

perjalanan, semakin orang cendrung memilih untuk naik angkutan

(33)

3. Kelompok faktor karakteristik sistem transportasi (transportation system

characteristics factor) . Hal ini dapat dikelompokkan menjadi dua kategori.

Pertama, faktor kuantitatif seperti:

• Waktu relatif perjalanan (relative travel time): mulai dari lamanya

waktu menunggu kendaraan, dan waktu diatas kendaraan.

• Biaya relative perjalanan (relative travel cost), merupakan seluruh

biaya yang timbul akibat melakukan perjalanan dari asal ke tujuan

untuk semua moda yang berkompetisi seperti tarif, bahan bakar dan

lain-lain.

• Tingkat kehandalan angkutan umum dari segi waktu (tepat waktu),

ketersediaan ruang parkir dan tarif.

Kedua, faktor kualitatif

• Tingkat pelayanan relative (relative level of service). Merupakan

variable yang cukup bervariasi dan sulit diukur, contohnya adalah

variabel kenyamanan dan kesenangan.

• Tingkat akses/indeks daya hubung/kemudahan pencapaian tempat

tujuan.

4. Kelompok faktor karakteristik kota dan zona, yaitu:

• Jarak kediaman dengan tempat kegiatan.

(34)

II.2.2 Pemilihan Moda Transportasi

Beberapa prosedur pemilihan moda memodelkan pergerakan dengan hanya

dua buah moda transportasi yaitu angkutan umum dan angkutan pribadi.

Dibeberapa negara barat terdapat pilihan lebih dari dua moda misalnya, London

mempunyai kereta api bawah tanah, kereta api, bus, dan mobil. Di Indonesia

terdapat beberapa jenis moda kendaraan bermotor (termasuk ojek) ditambah becak

dan pejalan kaki (Miro,2005).

Khusus untuk Indonesia pendekatan yang lebih cocok adalah seperti

Gambar 2.1 dibawah ini:

Melakukan Tidak Melakukan Perjalanan Perjalanan

Berjalan kaki Berkendaraan

Angkutan Umum Mobil Pribadi

Bermotor Tidak Bermotor Tidak Bermotor Bermotor (Becak/Ojek Sepeda) (Sepeda)

Jalan Raya Jalan Rel (Kereta Api) Sepeda Motor Mobil (roda 2) (roda 4)

Bus Mikrolet Taksi becak mesin

Gambar 2.1 Proses pilihan lebih dari 2 moda yang dipilih Sumber: Perencanaan transportasi (Fidel Miro)

(35)

Gambar 2.1 diatas mengilustrasikan betapa rumitnya memodelkan seluruh

moda transportasi yang ada dalam suatu sistem. Masalah lain dalam hal angkutan

pribadi adalah pengendara dan penumpang. Keduanya mempunyai atribut yang

berbeda yang sangat berpengaruh dalam proses pemlihan moda.

Rumitnya memodelkan moda transportasi membuat kondisi ini menarik

perhatian penulis untuk melakukan studi mengenai pengguna angkutan umum

terutama taksi, hal ini dikarenakan perkembangan angkutan taksi di kota-kota besar

terutama kota Medan dan juga dikarenakan kebanyakan studi yang dilakukan

adalah mengenai angkutan kota dan bus saja.

II.2.3 Pendekatan Model Pemilihan Moda

Dalam model pemilihan moda ini ada beberapa hipotesis yang diajukan

yaitu bahwa pelaku perjalanan selalu memilih moda yang salah satu atau kombinasi

dari beberapa atribut berikut yaitu: tercepat, termurah, dan ternyaman. Oleh karena

itu, untuk memodelkan pemilihan moda tersebut (Watson, 1974 seperti dikutip

Tamin, 2000) merekomendasikan asumsi-asumsi sebagai berikut :

1. Pelaku perjalanan yang waras (rasional) selalu memaksimumkan kepuasan

yang diperolehnya.

2. Dalam pemanfaatan sumber kepuasan tersebut, pelaku perjalanan

mempunyai batasan-batasan seperti pendataan dan sebagainya.

3. Pelaku perjalanan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang

(36)

4. Jatuhnya pilihan pada salah satu moda menunjukkan bahwa dia

mempertimbangkan karakteristik moda tersebut sesuai dengan karakteristik

perjalanannya.

5. Pelaku perjalanan konsisten sepanjang waktu terhadap pilihannya selama

tidak terdapat peubah pada karakteristik pribadinya.

Model pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini terhadap pemilihan

moda adalah model pemilihan diskret. Secara umum, model pemilihan diskret

dinyatakan sebagai probabilitas setiap individu memilih suatu pilihan merupakan

fungsi ciri sosioekonomi dan daya tarik pilihan tersebut. Untuk menyatakan daya

tarik suatu alternatif, digunakan konsep utilitas. Utilitas didefinisikan sebagai

sesuatu yang dimaksimumkan oleh setiap individu.(Lancaster, 1996 seperti dikutip

Tamin , 1997).

II.2.3.1 Pendekatan Agregat

Pendekatan agregat yaitu bagaimana menganalisa prilaku pelaku perjalanan

secara kelompok (sekelompok individu atau perusahaan). Menurut Manhein (1979)

seperti dikutip Miro (2005), agregat dapat dilakukan dua cara, yaitu :

a. Membagi objek atas beberapa kelompok/segmen/zona yang mempunyai

elemen-elemen yang relatif homogen.

b. Melakukan agragasi dari data agregat, dimana fungsi agregat untuk suatu

kelompok tertentu dapat diturunkan dari fungsi utilitas individu sebagai

(37)

II.2.3.2 Pendekatan Disagregat

Menganalisis prilaku pelaku perjalanan secara individu. Hal ini mencakup

bagaimana merumuskan tingakah laku individu kedalam model kebutuhan

transportasi. Pendekatan semacam ini ada dua yaitu:

a. Pendekatan Disagregat Deterministik

Asumsi pendekatan disagregat deterministik menjadi dasar dari kebanyakan

model perjalanan, dengan asumsi ini dianggap bahwa pemilihan terhadap sesuatu

tidak berubah bila pelaku perjalanan dihadapkan pada sekumpulan alternatif secara

berulang-ulang dan sama persis. Pendekatan ini mempunyai syarat-syarat sebagai

berikut :

a. Pemakai mampu mengidentifikasikan semua atribut yang ada pada setiap

alternatif.

b. Pemakai mampu merumuskan persepsi dan preferensi tentang atribut –

atribut secara eksplisit.

c. Pemakai mampu menggunakan semua informasi diatas untuk mengambil

keputusan.

b. Pendekatan Disagregat Stokastik

Asumsi bersifat stokastik adalah dengan melihat kenyataan bahwa proses

pemilihan tidak selamanya deterministik. Hal ini dikarenakan terdapat

ketidakmampuan konsumen untuk memperoleh informasi secara lengkap, baik

untuk alternatif moda maupun atributnya, dan pilihan moda yang diambil pelaku

perjalanan dapat berubah oleh pengaruh -pengaruh tertentu. Oleh karena itu, untuk

(38)

Berdasarkan pengalaman para ahli dalam menganalisa perilaku perjalanan

diperoleh kesimpulan bahwa model pemilihan determinan deterministik mungkin

akan terbatas dalam menjawab suatu permasalahan yang ada dalam kenyataan yang

sebenarnya.

Alasan digunakan model stokastik (Kanafani, 1983 seperti dikutip Tamin,

2000):

1. Perilaku dari individu – individu tidak selalu dapat mengikuti aturan

pemilihan rasional dan perilaku yang khas dari pelaku perjalanan tidak

dapat diantisipasi dalam suatu model deterministik.

2. Biasanya tidak memungkinkan untuk memasukkan semua variabel yang

dapat mempengaruhi pemilihan ke dalam suatu rumus/model pemilihan.

(Kalaupun bisa, akan diperoleh rumus yang rumit dan tidak praktis).

3. Tidak tersedianya informasi yang lengkap sehingga mengakibatkan pelaku

perjalanan yang dapat kurang mengerti tentang sistem transportasi dan

alternatif-alternatif yang diberikan.

II.3 Model Pemilihan Diskret

Secara umum, menurut Tamin (2000) pemilihan diskret dinyatakan sebagai

“the probability of individuals choosing a given option is a function of their

socioeconomics characteristics and the relative attractiveness of the option” atau

peluang setiap individu memilih suatu pilihan merupakan fungsi ciri sosioekonomi

dan daya tarik pilihan tersebut.

Model ini lebih menekankan pada analisis pilihan konsumen untuk

(39)

suatu moda transportasi pilihan. Konsumen sebagai pembuat keputusan, akan

menyeleksi berbagai alternatif dan memutuskan memilih moda transportasi yang

memiliki nilai kepuasan tertinggi (highest utility).

Utilitas didefinisikan sebagai ukuran istimewa seseorang dalam menentukan

pilihan alternatif terbaiknya atau sesuatu yang dimaksimumkan oleh setiap individu

(Tamin, 2000). Misalkan, utilitas suatu moda angkutan penumpang bagi individu

tertentu jadi dipresentasikan sebagai fungsi dari atribut-atribut berikut :

• Waktu perjalanan rata-rata

• Ongkos yang dikeluarkan

• Waktu tunggu dan waktu berjalan kaki

Dan atribut-atribut yang membuat keputusan :

• Pendapatan

• Umur

• Pekerjaan

Bentuk fungsi utilitas sulit untuk diasumsikan, oleh karena itu dengan

alasan kemudian dalam perhitungan, maka fungsi utilitas sering dipresentasikan

utilitas dari suatu pilihan/bagi individu n dapat dituliskan sebagai berikut :

Uin = β1 (waktu in) + β2 (ongkos in) ………..…(2.1)

Dimana :

Uin = Utilitas alternatif i pembuatan keputusan n

Xin1, ….. Xin2 …. Xintaksi = Sejumlah variabel taksi yang menerangkan

atribut - atribut i bagi pembuat keputusan i.

β1, β2, β taksi = Koefisien-koefisien yang diinferensi dari

(40)

Prosedur model diskret ini diawali dengan menentukan nilai-nilai parameter

(koefisien regresi) dari sebuah fungsi kepuasan yang dipengaruhi oleh beberapa

variabel bebas. Model ini untuk pertama kali diterapkan dalam transportasi, disebut

sebagai model pilihan biner (binary choice model) (Warner, 1962).

Rumus umum persamaan regresi fungsi kepuasan adalah sebagai berikut:

Vin/U = β1 xin 1 + β2 xin 2 + …….+ βk xin k………(2. 2)

Di mana:

Vin/U = Nilai kepuasan konsumen memakai moda i (maksimum kepuasan)

xin 1 s/d xin k = Sekelompok variabel bebas yang mempengaruhi kepuasan

maksimum

β1 s/d βk = Koefisien regresi/parameter variabel bebas

Sebagai contoh: utilitas biasanya didefenisikan sebagai kombinasi linier dari

beberapa peubah berikut:

Vcar = 0,25 – 1,21 IVT – 2,5 ACC – 0,31 C/I + 1,1NCAR………...…(2. 3)

IVT = Perubahan satu unit waktu selama perjalanan

ACC = Perubahan satu unit waktu tunggu

C/I = Perubahan satu unit biaya/pendapatan

Setelah nilai Vin/U didapat, maka kita masukkanlah nilai tersebut dalam beberapa

model pilihan diskret (biner).

Menurut Fidel Miro model pilihan diskret (biner) dibagi menjadi 3 jenis model

diantaranya :

d. Model Logit Biner

Model logit biner ini hanya untuk pilihan 2 moda transportasi alternatif

(41)

untuk dipilih adalah bergantung pada nilai parameter atau kepuasan menggunakan

moda i dan j serta nilai eksponensial.

e. Model Probit (Binary Probit)

Juga untuk 2 moda altenatif, tetapi model ini menekankan untuk

menyamakan peluang (kemungkinan) individu untuk memilih moda 1, bukan moda

2 dan berusaha menghubungkan antara jumlah perjalanan dengan variabel bebas

yang mempengaruhi, misalnya biaya (cost) dan variabel ini harus terdistribusi

normal.

f. Model Multi Nominal (MNL)

Model ini merupakan model pilihan diskret yang paling terkenal dan

popular. Pilihan yang dihadapi oleh konsumen dalam model ini cukup banyak

(lebih dari 2 pilihan) seperti 3 pilihan, 4 pilihan, dan seterusnya, sebagai contohnya

ada moda kendaraan pribadi, ada mikrolet, ada taksi,ada taxi, ada sepeda motor,

ada berjalan kaki, ada bus umum, atau kereta api cepat.

II.4 Model Logit Biner/ Binomial

Model ini adalah model pemilihan diskrit yang paling mudah dan sering

digunakan. Model ini biasanya didapat dengan mengasumsikan bahwa residu acak

disebarkan dengan residu Gumbel yang tersebar bebas dan identik.

Model logit biner/binomial dapat ditulis sebagai berikut :

{

j i

}

i j

v v P

P

+

(42)

(

)

Pj = Probabilitas (%) peluang moda j untuk dipilih.

Pi = Probabilitas (%) peluang moda i untuk dipilih.

Exp = eksponensial

Uj = Nilai parameter atau nilai kepuasan menggunakan moda j.

Ui = Nilai parameter atau nilai kepuasan menggunakan moda i.

Dengan menganggap bahwa fungsi utilitas linier, maka perbedaan utilitas

diekspresikan dalam bentuk perbedaan dalam sejumlah atribut n yang relevan

diantara kedua moda, dirumuskan sebagai berikut :

)

Analisa pengolahan data diperlukan guna mendapatkan hubungan

kuantitatif antara atribut dan respon yang diekspresikan dalam skala semantik

dengan rumusan model seperti pada persamaan diatas, dimana :

Uj – Ui = Respon individu pernyataan pilihan

a0 = Konstanta

a1, a2, ……., an = Koef. masing-masing atribut yang ditentukan

melalui metode least square dengan multiple linier

(43)

II.5 Teknik Stated Preference

Menurut Charles Sitendaon dalam tesisnya, dalam survei preferensi dikenal

adanya dua metode pendekatan. Pendekatan pertama adalah analisis pilihan

masyarakat berdasarkan laporan yang sudah ada. Dengan menggunakan teknik

statistik diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan. Teknik ini

disebut Revealed Preference (RP).

Kelemahan pada cara pendekatan pertama ini dicoba diatasi dengan

pendekatan kedua yang disebut teknik Stated Preference (SP). Teknik SP

merupakan pendekatan terhadap responden untuk mengetahui respon mereka

terhadap situasi yang berbeda. Pada teknik SP ini, peneliti dapat mengontrol secara

penuh faktor-faktor yang ada pada situasi yang dihipotesis. Masing-masing

individu ditanya tentang responnya jika mereka dihadapkan kepada situasi yang

diberikan dalam keadaan yang sebenarnya (bagaimana preferensinya terhadap

pilihan yang ditawarkan) (C.Sitindaon).

Kebanyakan SP menggunakan perancangan eksperimen untuk menyusun

alternatif-alternatif yang disajikan kepada responden. Rancangan ini biasanya

dibuat “orthogonal” artinya kombinasi antara atribut yang disajikan bervariasi

secara bebas satu sama lain. Salah satu keuntungannya adalah bahwa efek dari

masing-masing atribut yang direspon lebih mudah diidentifikasi (C.Sitindaon).

Selanjutnya responden ditanya mengenai pilihan apa yang mereka inginkan

untuk melakukan sesuatu atau bagaimana mereka membuat rangking/rating atau

pilihan tertentu didalam satu atau beberapa situasi dugaan.

Sifat utama dari stated preference survey (C.Sitindaon) adalah sebagai

(44)

7. Stated preference didasarkan pada pernyataan pendapat responden

mengenai bagaimana respon mereka terhadap beberapa alternatif hipotesa.

8. Setiap pilihan dipresentasikan sebagai “paket” dari atribut yang berbeda

seperti waktu, ongkos, headway, reability dan lain-lain.

9. Peneliti membuat alternatif hipotesa sedemikian rupa sehingga pengaruh

individu pada setiap atribut dapat diestimasi; ini diperoleh dengan teknik

desain eksperimen (eksperimental design).

10. Alat interview (questionnaire) harus memberikan alternatif hipotesa yang

dapat di mengerti oleh responden, tersusun rapi dan masuk akal.

11. Responden menyatakan pendapatnya pada setiap pilihan (option) dengan

melakukan ranking, rating dan choice pendapat terbaiknya dari sepasang

atau sekelompok pernyataan.

12. Respon sebagai jawaban yang diberikan oleh individu dianalisa untuk

mendapatkan ukuran kuantitatif mengenai hal yang penting (reality) pada

setiap atribut.

Kemampuan penggunaan stated preferance terletak pada kebebasan

membuat desain eksperimen dalam upaya menemukan variasi yang luas bagi

keperluan penelitian. Kemampuan ini harus diimbangi oleh keperluan untuk

memastikan bahwa respon yang diberikan cukup realistis.

Untuk membangun keseimbangan dalam penggunaan stated preference,

dibuat tahapan-tahapan berikut (C.Sitindaon):

1. Identifikasi atribut kunci dari setiap alternatif dan buat “paket” yang

mengandung pilihan; seluruh atribut penting harus dipresentasikan dan

(45)

2. Cara yang digunakan di dalam memilih akan disampaikan pada responden

yang diperkenankan untuk mengekspresikan apa yang lebih disukainya.

3. Bentuk penyampaian alternatif harus mudah dimengerti dalam konteks

pengalaman responden dan dibatasi.

4. Strategi sampel harus dilakukan untuk menjamin perolehan data yang

representatif.

II.5.1 Identifikasi pilihan (Identification of preference)

Berikutnya bagaimana responden akan ditanya supaya mengekspresikan

preferensi terbaiknya terhadap setiap pilihan yang ditawarkan padanya, hal ini

dibutuhkan untuk merancang kuisioner. Menurut Sitindaon ada 3 teknik/cara utama

untuk mengetahui dan mengumpulkan informasi mengenai perference pesponden

terhadap alternatif pilihan yang ditawarkan kepadanya, yaitu:

1. Ranking responses

Pendekatan ini dilakukan dengan cara menyampaikan seluruh pilihan

pendapat kepada responden. Lalu responden diminta untuk merankingnya

kedalam pilihan lain yang secara tidak langsung merupakan nilai hiraraki

dari utilitas. Dalam pendekatan ini seluruh pilihan dipresentasikan tetapi

jumlah alternatif pilihan harus dibatasi agar tidak melelahkan responden.

2. Rating techniques

Dalam kasus ini responden ditanya, untuk mengekspresikan derajat pilihan

terbaiknya, menggunakan aturan skala, sering berada diantara 1 dan 10,

dengan disertakan label spesifik sebagai angka kunci, untuk contoh 1 =

(46)

Disini diperlihatkan bahwa respon tidak lepas dari skala yang digunakan

dan label yang disertakan, untuk itu pilihan terbaik didapatkan dan

diteremahkan kedalam skala cardinal.

3. Choice Experiment

Individu hanya ditanya untuk memilih pilihan preferencenya dari beberapa

alternatif (dua atau lebih) dalam sekumpulan pilihan. Selanjutnya

memperkenankan responden untuk mengekspresikan derajat keyakinannya

kedalam pernyataan pilihan. Diakhir responden ditawarkan skala semantik

(makna). Beberapa tipe antara lain: 1)Pasti pilih pilihan pertama,

2)Mungkin menyukai pilihan pertama, 3)Tidak dapat memilih (berimbang),

4) Mungkin menyukai pilihan kedua, 5) Pasti pilih pilihan kedua. Cara

inilah nantinya yang akan penulis gunakan dalam mengidentifikasikan

pilihan dalam penulisan ini.

II.5.2 Analisa Data Stated Preference

Fungsi utilitas adalah mengukur daya tarik setiap pilihan (Skenario

hipotesa) yang diberikan pada responden. Fungsi ini merefleksikan pengaruh

pilihan responden pada seluruh atribut yang termasuk dalam stated preference.

Umumnya, fungsi utilitas berbentuk linear sebagai berikut:

U1= a+b1. x1+ b2.x2+ ... + bn. xn ...(2.8)

Dimana:

U1 = utilitas plihan i

a, b1, ..., bn = parameter model

(47)

Tujuan analisa adalah menentukan estimasi nilai sampai dimana nilai-

nilai tersebut disebut sebagai bobot pilihan atau komponen utilitas. Dari nilai

paremeter medel dapat efek relatif setiap atribut pada seluruh utilitas. Setelah

komponen utilitas dapat diestimasi, maka selanjutnya dapat digunakan untuk

berbagai tujuan seperti menentukan kepentingan relatif dari atribut yang termasuk

dalam eksperimen dan menentukan fungsi utilitas untuk peramalan model.

II. 5.3 Estimasi parameter Stated Preference

Ada beberapa cara yang secara keseluruhan dapat menetukan komponen

utilitas. Empat teknik analisa stated preferance yaitu (C.Sitindaon):

1. Naiva atau Metode Grafik

Naive atau metode garfik sangat sederhana digunakan dengan pendekatan

yang didasarkan pada prinsip bahwa tiap level dari atribut sering muncul

sama- sama dalam desain eksperimen tertentu.

Oleh karena itu, beberapa ciri utilitas dari pasangan level atribut tersebut

bisa ditentukan dengan menghitung rata- rata( mean) nilai ranking, rating,

dan choice setiap pilihan yang telah dimasukkan dalam level tersbut dan

membandingkannya dengan rata- rata mean yang sama untuk level dan

atribut yang lain.

2. Non- Metric Scaling

Metode ini menggunakan analisa Monotonic Variance (MONANOVA)

yaitu pendekatan yang digunakan untuk skala non- metric, dengan

menggunakan seluruh urutan ranking pilihan yang diperoleh dalam

(48)

utilitas melalui cara iterasi, yaitu perkiraan nilai utilitas menyesuaikan pada

setiap alternatif. Komponen utilitas yang pertama dihasilkan menggunakan

metode naive, jika komponen utilitas Naive mampu menghasilkan urutan

ranking serta pasti, proses iterasi selesai. Jika metode Naive menghasilkan

ranking yang tidak sama dengan yang diberikan oleh responden, komponen

utilitas secar sistematik divariasikan dalam suatu urutan untuk diperbaiki,

yaitu dengan menyesuaikan antara ramalan dan urutan ranking yang

diobservasi sampai dicapai nilai optimum. Metode ini diterapkan pada

setiap responden secara terpisah dan tidak memberikan secara keseluruhan

goodness of fit’ statistik mengenai ketepatan model. Oleh karena itu, teknik

ini menjadi kurang popular dalam studi pengembangan transportasi

sekarang ini.

3. Metode Regrasi

Metode regrasi secar luas digunakan pemodelan tranprtasi. Dalam

penggunaan analisa stated preference, teknik regrasi digunakan pada pilihan

rating. Pengelolaan data dilakukan untuk mendapatkan hubungan kuantitatif

antara sekumpulan atribut dan responden. Hubungan tersebut dinyatakan

dalam bentuk persamaan linear sebagai berikut:

y =a+b1.x1+ b2.x2+…+ bn. xn ………..…….(2.9)

Dimana:

y = respon individu

x1, x2,…,x3 = atribut pelayanan

a = konstanta regresi

(49)

4. Analisa logit

Teknik estimasi pilihan diskrit, seperti logit diperlukan teknik statistik yang

lebih maju dalam analisis data stated preferance dan secara umum metode

ini lebih disukai. Meskipun pada mulanya dimasukkan untuk menganalisa

choice data diskrit, tipe lain dalam mengukur pilihan seperti rating dan

ranking dapat juga dianalisa sebagai choice data melalui pendekatan

transpormasi atu rating yang diperlakukan sebaai proporsi pilihan (choice

poportion).

II.6 Studi Terdahulu Yang Berkaitan Dengan Moda Choice

Sebagai bahan pebandingan penulis mengemukakan salah satu contoh studi

terdahulu yang juga membahas tentang pemilihan moda transportasi yaitu dengan

menggunakan metode stated preference, yaitu sebagai berikut:

1. Studi lainnya yang membahas tentang moda choice yaitu taksi (“Model

Pemilihan dan tingkat kebutuhan taksi di kota Padang”:Yosritzal, ITB).

Dalam studinya beliau menggunakan metode stated preference dimana

utilitas pemilihan taksi dikembangkan dengan memanfaatkan data SP yang dianalisis dengan pendekatan multi regresi. Sensitifitas respon individu dalam memilih angkutan taksi terhadap perubahan atribut

diukur dengan menggunakan analisis elastisitas model. Model

pemilihan taksi dibangun berdasarkan analisis terhadap data stated

preference. Uji statistik yang dilakukan terhadap model menunjukkan

(50)

Analisis elastisitas menunjukkan bahwa pengaruh masing-masing

atribut berbeda menurut golongan sosio ekonomi orang. Orang dengan

pendapatan diatas Rp. 1.000.000,00, pilihannya lebih dipengaruhi oleh

perubahan waktu dari pada perubahan ongkos dan penghasilan.

Sedangkan orang dengan penghasilan kurang dari Rp. 500.000,00 lebih

mempertimbangkan perubahan ongkos. Pada analisis data SP, model

utilitas yang dihasilkan cukup memenuhi syarat uji statistik meskipun

koefisien determinasinya relatif rendah.

2. ”Analisa Pemilihan Moda Transportasi Pengguna Jasa Angkutan Umum

Medan-Pematang Siantar” (Desfine Silitonga, 2006).

Moda angkutan yang dipilih adalah bus Intra dan KUPJ, penelitian

dilakukan dengan metode stated preference dengan melibatkan

sebanyak 189 responden. Model pemilihan moda yang digunakan

adalah model logit binomial dan etimasi parameternya menggunakan

analisa multiple liner regression.

Berdasarkan hasil analisa diperoleh model pemilihan moda untuk bus

Intra dan KUPJ, dalam bentuk utilitasnya adalah sebagai berikut:

U (B.Intra-B.KUPJ)= -2.040+0.0012 X1+ 0.064 X2 + 0.040 X3, dari

hasil persamaan tersebut dapat diketahui koefisien regresi tiap-tiap

atribut, yaitu selisih cost (X1)= 0.0012, selisih time (X2)= 0.064, dan

selisih headway (X3)= 0.040. Sehingga diketahui bahwa atribut yang

paling sensitive mempengaruhi probabilitas pemilihan moda adalah

(51)

3. Penelitan terhadap bus AC dan non AC di kota Medan (Desy Juliana,

2008). ssDalam penelitiannya penulis menggunakan pendekatan

disagregat stokastik serta menggunakan model pemilihan diskret, yaitu

model Logit Multinominal/Binominal (Teknik Stated Preference). Hasil analisis menunjukkan alasan pemilihan terbesar untuk moda bus

non AC adalah pertimbangan kemudahan/mobilitas, sedangkan untuk

bus AC karena pertimbangan kenyamanan. Hasil pengukuran presentase

pengaruh semua atribut (R²) diperoleh nilai yang cukup rendah yaitu

11.3% dipengaruhi tiga variabel dan sisanya 88.7% dipengaruhi variabel

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Umum

Penelitan ini terlebih dahulu melakukan survei awal (observasi) khususnya

di pusat-pusat perbelanjaan, bandara, hotel, rumah sakit dan perumahan warga

sesuai dengan batasan studi yang ditentukan untuk mengetahui keadaan dilapangan

sehingga memudahkan dalam strategi penyebaran angket isian (kuisioner) kepada

penumpang pada saat pengumpulan data primer dari pelaksanaan survei

sesungguhnya. Elemen yang perlu diketahui berupa identitas responden seperti:

tujuan perjalanan, usia, pekerjaan (penghasilan), latar belakang menggunakan moda

dan frekuensi perjalanan.

Prosedur pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Karena studi merupakan penelitian sederhana,maka tahap pertama adalah

menentukan 2 jenis operator taksi yang akan diteliti dari sejumlah operator

taksi yang ada sebagai contoh aplikasi dari penelitian. Dalam hal ini yang

dipilih adalah Taksi Matra dan Taksi Express. Alasan pemilihan kedua jenis

taksi tersebut adalah:

• Dari data Dinas Perhubungan Kota Medan, jumlah armadanya

merupakan yang terbanyak.

• Kedua jenis taksi tersebut sudah memenuhi syarat/standar

kendaraan yang digunakan untuk angkutan taksi sesuai Keputusan

Menteri Perhubungan nomor: KM. 35 Tahun 2003, yang harus

(53)

a. Tulisan ”TAKSI” yang ditempatkan diatas atap bagian luar

kendaraan.

b. Dilengkapi dengan alat pendingin udara.

c. Logo dan nama perusahaan yang ditempatkan pada pintu depan

bagian tengah, dengan susunan sebelah atas adalah logo

perusahaan dan sebelah bawah adalah nama perusahaan.

d. Lampu bahaya yang ditempatkan disamping kanan tanda taksi.

e. Tanda jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard

kendaraan, yang dieluarkan oleh masing-masing perusahaan

angkutan taksi.

f. Radio komunikasi yang berfungsi sebagai alat berkomunkasi

antara pengemudi dengan pusat pengendali operasi dan/atau

sebaliknya.

g. Argometer yang disegel oleh instansi yang berwenang.

h. Nomor urut kendaraan dari setiap perusahaan angkutan yang

ditempatkan pada bagian depan, belakang, kanan atau kiri

kendaraan.

• Terdapat beberapa perbedaan yang signifikan dari kedua jenis taksi

ini misalnya: perbedaan tarif, jenis kendaraan dan kenyamanan

sehingga dapat diperbandingkan.

2. Tahap kedua adalah menentukan data-data yang diperlukan dengan survei.

Antara lain yaitu: survei awal untuk menyusun model pertanyaan misalnya,

(54)

pengumpulan data dengan survei lapangan (kuisioner) dengan metode

stated preference.

3. Tahap ketiga adalah penyajian data. Semua data yang diperoleh dari survei

lapangan disajikan dalam bentuk tabulasi.

4. Tahap terakhir adalah analisis data dari survei lapangan. Dalam penelitian

ini meliputi klasifikasi data-data yang dikumpulkan, analisis setiap

parameter, dan evaluasi kondisi angkutan taksi kota Medan.

5. Kesimpulan dan saran.

Untuk lebih jelasnya dapat diliat pada rencana program kerja dari penelitian

(55)

III.2 Pendekatan dan Pemecahan Masalah

Berdasarkan konsep utilitas (nilai guna), pengambilan keputusan

(konsumen) dalam proses pengambilan keputusan cendrung untuk

memaksimumkan utilitas. Sehingga dalam pemilihan moda transportasi, altenatif

moda yang memiliki peluang terbesar untuk dipilih adalah alternatif moda yang

memberikan utilitas tertinggi (Fidel Miro, 2005).

Dalam pemilihan moda transportasi terdapat dua aspek yang akan

dipertimbangkan oleh pelaku perjalanan (traveler) adalah:

1) Aspek penawaran, dalam hal ini variabel pelayanan yang disediakan oleh

masing-masing moda.

2) Aspek permintaan, dalam hal ini adalah atribut yang melekat pada diri

pelaku perjalanan sendiri, sebagai pengambilan keputusan, biasanya

diwakili oleh sejumlah variabel sosial ekonomi penggu na jasa.

Adanya perbedaan tingkat pelayanan dari tiap alternatif moda dan

perbedaan sosial ekonomi akan berpengaruh pada pemilihan. Dengan asumsi

bahwa pemilihan moda angkutan yang akan digunakan oleh pelaku perjalanan

merupakan keputusan individu maka penelitian ini dilakukan pada level disagregat.

Dalam kerangka alternative model pemilihan diskrit seperti pemilihan moda

ini, maka fungsi pemilihan moda ini, fungsi pemilihan moda tersebut dapat

diselesaikan dengan menggunakan model logit binomial. Pemakaian model logit

binomial dilakukan dengan pertimbangan untuk mengurangi kesulitan dalam

estimasi parameter, selain karena berdasarkan studi empiris dan studi literature

Gambar

Gambar 2.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Operator-operator yang melayani pengguna moda taksi di kota
Tabel 4.2 Acuan menentukan jumlah sampel : probabilitas individu memilih
Tabel 4.4 Distribusi reponden pengguna moda Taksi Matra dan Taksi Express
+7

Referensi

Dokumen terkait

ke monorel dari moda angkutan kota untuk atribut biaya perjalanan, waktu tempuh dan

Karena data pada survei ini dikumpulkan pada level individu, maka metoda analisis yang digunakan terhadap data tingkat bangkitan pergerakan taksi saat ini dengan

2) operasional dan pengaturan dari angkutan taksi sangat berbeda dengan angkutan umum jenis yang lain, karena sebagian bes ar dari pengemudi mengoperasikan armadanya

Penelitian ini yang berjudul “ Analisis Keseimbangan Kebutuhan Dan Penyediaan Angkutan Taksi Di Kota Denpasar “ bertujuan untuk menganalisis potensi kebutuhna (demand

Pemilihan moda merupakan suatu tahapan proses perencanaan angkutan yang bertugas dalam menentukan pembebanan perjalanan atau mengetahui jumlah (dalam arti proporsi) orang dan

Analisa Pemilihan Moda Transportasi Untuk Perjalanan Kerja (Studi Kasus : Kelurahan Mabar, Medan Deli), Universitas Sumatera Utara. Teknik Lalu Lintas, Traffic

Dari kedua hal diatas dapat disimpulkan, dengan hanya mempertimbangkan faktor waktu kedatangan antar angkutan untuk membuat pelanggan berpindah moda dari taksi

Moda yang diteliti adalah angkutan kota yang melintasi rencana rute satu monorel. Pada moda angkutan kota dikenakan atribut biaya perjalanan, waktu tempuh,