• Tidak ada hasil yang ditemukan

REFERAT CICI FIXX 4 Tinnitus handicap inventory Copy Copy Copy Copy Copy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REFERAT CICI FIXX 4 Tinnitus handicap inventory Copy Copy Copy Copy Copy"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Tinitus termasuk keluhan yang cukup banyak kita dapati dalam praktek sehari hari. Menghadapi kasus tinnitus merupakan tantangan dari bagi kemampuan pengetahuan di bidang THT terutama bidang audiologi, karena patofisiologinya yang beragam sehingga penanganannya cukup rumit.1

Tinitus bukanlah suatu diagnosis penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Tinitus mungkin dapat timbul dari penurunan fungsi pendengaran yang dikaitkan dengan usia dan proses degenerasi, trauma telinga ataupun akibat dari penyakit vaskular.2

Tinitus merupakan sebuah gejala yang berkaitan dengan banyak penyebab dan kofaktor pemicunya. Tinitus dapat menjadi persisten, mengganggu, dan menghabiskan biaya yang tinggi. Tinitus dapat terjadi pada satu atau dua sisi kepala dan dapat muncl dari dalam atau luar kepala. Tinitus sering terjadi bersamaan dengan kehilangan pendengaran sensorineural, terutama pada pasien dengan tinitus yang mengganggu dan tanpa adanya patologi telinga yang jelas. Kualitas tinitus dapat bervariasi, yaitu bunyi telepon, berdengung, klik, pulsasi, dan gangguan lain yang digambarkan oleh pasien.2

Pada kondisi, efek tinitus yang berkaitan dengan kualitas hidup, dengan beberapa pasien mengalami kecemasan, depresi, dan perubahan hidup yang ekstrim. Pasien dengan tinitus disertai dengan kecemasan atau depresi berat perlu dilakukan identifikasi dan intervensi mengenai kecenderungan bunuh diri.2

(2)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pendengaran A. Anatomi Sistem Pendengaran

Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. 2

Gambar 1. Anatomi system pendengaran2 B. Telinga luar

Telinga luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membrana timpani. 2

(3)

Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit tipis. 2

Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga luar dan tulang di dua pertiga dalam. Liang telinga memiliki panjang kira-kira 2,5 - 3 cm. Di dalam liang telinga terdapat banyak

kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga tengah. 2

C. Telinga tengah

Telinga tengah adalah ruangan yang berbentuk kubus. Isinya meliputi gendang telinga, 3 tulang pendengaran (malleus, incus, dan stapes). muara tuba Eustachii juga berada di telinga tengah. 2

Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan getaran ke tulang berikutnya. Tulang stapes yang merupakan tulang terkecil di tubuh meneruskan getaran ke koklea. 2

(4)

Telinga tengah dan saluran pendengaran akan terisi udara dalam keadaan normal. Tidak seperti pada bagian luar, udara pada telinga tengah tidak berhubungan dengan udara di luar tubuh. Saluran Eustachius menghubungkan ruangan telinga tengah ke belakang faring. Dalam keadaan biasa, hubungan saluran Eustachii dan telinga tengah tertutup dan terbuka pada saat mengunyah dan menguap. 2

D. Telinga dalam

Telinga dalam terdiri dari labirin osea, yaitu sebuah rangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe. 2

Di depan labirin terdapat koklea. Penampang melintang koklea terdiri atas tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang stapes melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat. 2

Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organ corti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organ corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak dengan N.vestibulokoklearis. 2

(5)

Gambar 4. Telinga dalam2

2.2. Fisiologi Pendengaran

Gelombang bunyi ditangkap oleh daun telinga dan diteruskan ke dalam liang telinga. Gelombang bunyi akan diteruskan ke telinga tengah dengan menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar, maleus, incus dan stapes, ke foramen oval.4

Getaran Struktur koklea pada tingkap lonjong akan diteruskan ke cairan limfe yang ada di dalam skala vestibuli. Getaran cairan ini akan menggerakkan membrana Reissner dan menggetarkan endolimfa. Sehingga akan menimbulkan gerakan relatif antara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion akan terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius. Lalu di lanjutkan ke nukleus auditoris sampai korteks pendengaran di area 39-40 lobus temporalis.

(6)

Gambar 5. Fisiologi pendengaran2

2.3. Definisi Tinitus

Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik. Keluhan suara yang di dengar sangat bervariasi, dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, mengaum, atau berbagai macam bunyi lainnya. Suara yang didengar dapat bersifat stabil atau berpulsasi. Keluhan tinitus dapat dirasakan unilateral dan bilateral.1

Istilah tinnitus berasal dari kata Latin tinnire, yang berarti berdering. Biasanya, seseorang merasakan suara tanpa adanya suara di luar, dan persepsi tidak terkait dengan sumber eksternal manapun.3

(7)

2.4. Klasifikasi Tinitus

Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus objektif dan tinitus subjektif. 1

a. Tinitus objektif

Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya bersifat vibratorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga.1

Umumnya tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular, sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma. Tinitus objektif juga dapat dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan penyakit sendi temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot telinga tengah atau mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten juga dapat menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga tengah. 1 b. Tinitus Subjektif

Tinnitus objektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar oleh penderita saja. Jenis ini sering sekali terjadi. Tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif dan perubahan degeneratif traktus auditoris mulai sel-sel rambut getar sampai pusat pendengaran.

Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa pasien dapat mengeluh mengenai sensasi pendengaran dengan intensitas yang rendah, sementara pada orang yang lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi. 1

2.5. Etiologi Tinitus 1,6

(8)

1) Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang a. Trauma kepala dan Leher

Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin akan mengalami tinitus yang sangat mengganggu. Tinitus karena cedera leher adalah tinitus somatik yang paling umum terjadi. Trauma itu dapat berupa fraktur tengkorak atau whisplash injury.

b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ)

Biasanya orang dengan artritis TMJ akan mengalami tinitus yang berat. Hampir semua pasien artritis TMJ mengakui bunyi yang di dengar adalah bunyi menciut. Tidak diketahui secara pasti hubungan antara artritis TMJ dengan terjadinya tinitus.

2) Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis

Tinitus juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang menghubungkan antara telinga dalam dan korteks serebri bagian pusat pendengaran. Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan dari N. Vestibulokoklearis, diantaranya infeksi virus pada N. VIII, tumor yang mengenai N. VIII, dan Microvascular compression syndrome (MCV). MCV dikenal juga dengan vestibular paroksismal. MCV menyebabkan kerusakan N. VIII, karena adanya kompresi dari pembuluh darah. Tapi hal ini sangat jarang terjadi.

3) Tinitus karena kelainan vaskular

Tinitus yang di dengar biasanya bersifat tinitus yang pulsatil. Akan didengar bunyi yang simetris dengan denyut nadi dan detak jantung. Kelainan vaskular yang dapat menyebabkan tinitus diantaranya:

a. Atherosklerosis.

(9)

b. Hipertensi

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada pembuluh darah koklea terminal.

c. Malformasi kapiler

Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara koneksi arteri dan vena dapat menimbulkan tinitus.

d. Tumor pembuluh darah

Tumor pembuluh darah yang berada di daerah leher dan kepala juga dapat menyebabkan tinitus. Misalnya adalah tumor karotis dan tumor glomus jugulare dengan ciri khasnya yaitu tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa adanya gangguan pendengaran. Ini merupakan gejala yang penting pada tumor glomus jugulare.

4) Tinitus karena kelainan metabolik

Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinitus. Seperti keadaan hipertiroid dan anemia (keadaan dengan viskositas darah sangat rendah) dapat meningkatkan aliran darah dan terjadi turbulensi. Sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi irama, atau yang kita kenal dengan tinitus pulsatil.

Kelainan metabolik lainnya yang bisa menyebabkan tinitus adalah defisiensi vitamin B12, begitu juga dengan kehamilan dan keadaan hiperlipidemia.

5) Tinitus akibat kelainan neurologis

(10)

6) Tinitus akibat kelainan psikogenik

Keadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinitus yang bersifat sementara. Tinitus akan hilang bila kelainan psikogeniknya hilang. Depresi, anxietas dan stress adalah keadaan psikogenik yang memungkinkan tinitus untuk muncul.

7) Tinitus akibat obat-obatan

Obat – obatan yang dapat menyebabkan tinitus umumnya adalah obat-obatan yang bersifat ototoksik. Diantaranya:

a. Analgetik, seperti aspirin dan AINS lainnya.

b. Antibiotik, seperti golongan aminoglikosid (mycin), kloramfenikol, tetrasiklin, minosiklin.

c. Obat-obatan kemoterapi, seperti Bleomisin, Cisplatin, Mechlorethamine, Methotrexate, Vinkristin.

d. Diuretik, seperti Bumatenide, Ethacrynic acid, Furosemide. e. Lain-lain, seperti Kloroquin, Quinine, Merkuri, Timah. 8) Tinitus akibat gangguan mekanik

Gangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinitus objektif, misalnya pada tuba eustachius yang terbuka sehingga ketika kita bernafas akan menggerakkan membran timpani dan menjadi tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius serta otot – otot palatum juga akan menimbulkan tinitus.

9) Tinitus akibat gangguan konduksi

Gangguan konduksi suara seperti infeksi telinga luar (sekret dan edema), serumen impaksi, efusi telinga tengah dan otosklerosis juga dapat menyebabkan tinitus. Biasanya suara tinitusnya bersifat suara dengan nada rendah.

10) Tinitus akibat sebab lainnya a. Tuli akibat bising

(11)

reseptor pendengaran korti di telinga dalam. Yang sering mengalami kerusakan adalah alat korti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000Hz sampai dengan 6000Hz. Yang terberat kerusakan alat korti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000Hz.

b. Presbikusis

Tuli saraf sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris kanan dan kiri, presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000Hz atau lebih. Umumnya merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga berhubungan dengan faktor – faktor herediter, pola makanan, metabolisme, aterosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran berangsur dan kumulatif. Progresivitas penurunan pendengaran lebih cepat pada laki – laki disbanding perempuan.

c. Sindrom Meniere

Penyakit ini gejalanya terdiri dari tinitus, vertigo dan tuli sensorineural. Etiologi dari penyakit ini adalah karena adanya hidrops endolimf, yaitu penambahan volume endolimfe, karena gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada membran labirin.

(12)

2.6. Patofisiologi Tinitus1

Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditoris yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri. Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga.1

Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah seperti bergemuruh atau nada tinggi seperti berdenging. Tinitus dapat terus menerus atau hilang timbul. 1

Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut (tinitus pulsatil). 1

Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis dan lain-lainnya. Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus jugulare. 1,6

Tinitus objektif sering ditimnbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya seirama dengan denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas membran timpani bergerak dan terjadi tinitus. 1.2

Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, serta otot-otot palatum dapat menimbulkan tinitus objektif. Bila ada gangguan vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis (carotid body tumor), maka suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga. 1,2

(13)

terdengar bergemuruh atau berdengung. Gangguan ini disertai dengan vertigo dan tuli sensorineural. 1,6

Gangguan vaskuler koklea terminal yang terjadi pada pasien yang stres akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil dapat juga timbul tinitus dan gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya sudah normal kembali. 1,2

2.7. Diagnosis Tinitus 1,2,6

Untuk mendiagnosis pasien dengan tinitus, diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang baik.

A) Anamnesis

Anamnesis adalah hal yang sangat membantu dalam penegakan diagnosis tinitus. Dalam anamnesis banyak sekali hal yang perlu ditanyakan, diantaranya:

 Kualitas dan kuantitas tinitus

 Lokasi, apakah terjadi di satu telinga ataupun di kedua telinga

 Sifat bunyi yang di dengar, apakah mendenging, mendengung, menderu, ataupun mendesis dan bunyi lainnya

 Apakah bunyi yang di dengar semakin mengganggu di siang atau malam hari

 Gejala-gejala lain yang menyertai seperti vertigo dan gangguan pendengaran serta gangguan neurologik lainnya.

 Lama serangan tinitus berlangsung, bila berlangsung hanya dalam satu menit dan setelah itu hilang, maka ini bukan suatu keadaan yang patologik, tetapi jika tinitus berlangsung selama 5 menit, serangan ini bias dianggap patologik.

 Riwayat medikasi sebelumnya yang berhubungan dengan obat-obatan dengan sifat ototoksik

 Kebiasaan sehari-hari terutama merokok dan meminum kopi

 Riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik

(14)

Umur dan jenis kelamin juga dapat memberikan kejelasan dalam mendiagnosis pasien dengan tinitus. Tinitus karena kelainan vaskuler sering terjadi pada wanita muda, sedangkan pasien dengan myoklonus palatal sering terjadi pada usia muda yang dihubungkan dengan kelainan neurologi.

Pada tinitus subjektif unilateral perlu dicurigai adanya kemungkinan neuroma akustik atau trauma kepala, sedangkan bilateral kemungkinan intoksikasi obat, presbikusis, trauma bising dan penyakit sistemik. Jika pasien susah untuk mendeskripsikan apakah tinitus berasal dari telinga kanan atau telinga kiri, hanya mengatakan di tengah kepala, kemungkinan besar terjadi kelainan patologis di saraf pusat, misalnya serebrovaskuler, siringomelia dan sklerosis multipel.

Kelainan patologis pada putaran basal koklea, saraf pendengar perifer dan sentral pada umumnya bernada tinggi (mendenging). Tinitus yang bernada rendah seperti gemuruh ombak adalah ciri khas penyakit telinga koklear (hidrop endolimfatikus).1

B) Pemeriksaan fisik

(15)

Pada tinitus subjektif, yang mana suara tinitus tidak dapat didengar oleh pemeriksa saat auskultasi, maka pemeriksa harus melakukan pemeriksaan audiometri. Hasilnya dapat beragam, di antaranya:

 Normal, tinitus bersifat idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya.

 Tuli konduktif, tinitus disebabkan karena serumen impak, otosklerosis ataupun otitis kronik.

 Tuli sensorineural, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan BERA (Brainstem Evoked Response Audiometri). Hasil tes BERA, bisa normal ataupun abnormal. Jika normal, maka tinitus mungkin disebabkan karena terpajan bising, intoksikasi obat ototoksik, labirinitis, meniere, fistula perilimfe atau presbikusis. Jika hasil tes BERA abnormal, maka tinitus disebabkan karena neuroma akustik, tumor atau kompresi vaskular.

Jika tidak ada kesimpulan dari rentetan pemeriksaan fisik dan penunjang di atas, maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa CT scan ataupun MRI. Dengan pemeriksaan tersebut, pemeriksa dapat menilai ada tidaknya kelainan pada saraf pusat. Kelainannya dapat berupa multipel sklerosis, infark dan tumor.

2.8. Penatalaksanaan Tinitus1,2,6

Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenomena psikoakustik murni, sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahui penyebab tinitus agar dapat diobati sesuai dengan penyebabnya. Misalnya serumen impaksi cukup hanya dengan ekstraksi serumen. Tetapi masalah yang sering di hadapi pemeriksa adalah penyebab tinitus yang terkadang sukar diketahui.

(16)

1) Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinitus masker.

2) Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan dan dengan mengajarkan relaksasi setiap hari.

3) Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer, antidepresan, sedatif, neurotonik, vitamin, dan mineral.

4) Tindakan bedah dilakukan pada tinitus yang telah terbukti disebabkan oleh akustik neuroma. Pada keadaan yang berat, dimana tinitus sangat keras terdengar dapat dilakukan Cochlear nerve section. Menurut literatur, dikatakan bahwa tindakan ini dapat menghilangkan keluhan pada pasien. Keberhasilan tindakan ini sekitar 50%. Cochlear nerve section merupakan tindakan yang paling terakhir yang dapat dilakukan.

Pasien tinitus sering sekali tidak diketahui penyebabnya, jika tidak tahu penyebabnya, pemberian antidepresan dan antiansietas sangat membantu mengurangi tinitus. Hal ini dikemukakan oleh Dobie RA, 1999. Obat-obatan yang biasa dipakai diantaranya Lorazepam atau klonazepam yang dipakai dalam dosis rendah, obat ini merupakan obat golongan benzodiazepine yang biasanya digunakan sebagai pengobatan gangguan kecemasan. Obat lainnya adalah amitriptyline atau nortriptyline yang digunakan dalam dosis rendah juga, obat ini adalah golongan antidepresan trisiklik.4

Pasien yang menderita gangguan ini perlu diberikan penjelasan yang baik, sehingga rasa takut tidak memperberat keluhan tersebut. Obat penenang atau obat tidur dapat diberikan saat menjelang tidur pada pasien yang tidurnya sangat terganggu oleh tinitus itu. Kepada pasien harus dijelaskan bahwa gangguan itu sukar diobati dan dianjurkan agar beradaptasi dengan gangguan tersebut.

(17)

dan medikamentosa bila diperlukan. Metode ini disebut dengan Tinnitus Retraining Therapy. Tujuan dari terapi ini adalah memicu dan menjaga reaksi habituasi dan persepsi tinitus dan atau suara lingkungan yang mengganggu. Habituasi diperoleh sebagai hasil modifikasi hubungan system auditorik ke sistem limbik dan system saraf otonom. TRT walau tidak dapat menghilangkan tinitus dengan sempurna, tetapi dapat memberikan perbaikan yang bermakna berupa penurunan toleransi terhadap suara.

TRT biasanya digunakan jika dengan medikasi tinitus tidak dapat dikurangi atau dihilangkan. TRT adalah suatu cara dimana pasien diberikan suara lain sehingga keluhan telinga berdenging tidak dirasakan lagi. Hal ini bisa dilakukan dengan mendengar suara radio FM yang sedang tidak siaran, terutama pada saat tidur. Bila tinitus disertai dengan gangguan pendengaran dapat diberikan alat bantu dengar yang disertai dengan masking.

TRT dimulai dengan anamnesis awal untuk mengidentifikasi masalah dan keluhan pasien. Menentukan pengaruh tinitus dan penurunan toleransi terhadap suara sekitarnya, mengevakuasi kondisi emosional pasien, mendapatkan informasi untuk memberikan konseling yang tepat dan membuat data dasar yang akan digunakan untuk evaluasi terapi.

Terapi edukasi juga dapat kita berikan ke pasien. Diantaranya:

 Hindari suara keras yang dapat memperberat tinitus.

 Kurangi makanan bergaram dan berlemak karena dapat meningkatkan tekanan darah yang merupakan salah satu penyebab tinitus.

 Hindari faktor-faktor yang dapat merangsang tinitus seperti kafein dan nikotin.

 Hindari obat-obatan yang bersifat ototoksik

(18)

2.9. Tinnitus Handicap Inventory (THI)

Tinitus dilaporkan berhubungan erat dengan dampak emosional. Tinitus dapat menimbulkan tekanan/stres, depresi, kecemasan, dan penurunan kualitas hidup.7

Pasien yang menderita tinnitus memiliki risiko yang lebih tinggi berkembang menjadi penyakit tertentu, seperti insomnia, anxietas, depresi dan menunjukkan secara keseluruhan kualitas hidup yang menurun, dibandingkan dengan populasi yang normal. Tampaknya bahwa perbedaan antar-individu dalam persepsi subjektif berkorelasi dengan kehadiran psychiatric comorbidities. Studi besar mengenai epidemiologi menunjukkan bahwa 15%

-20% dari populasi orang dewasa mengalami beberapa bentuk tinnitus dan satu dari lima pasien yang terkena mengaku emosional affected5. Alasan mengapa

beberapa pasien dapat hidup bersama dengan tinnitus, sedangkan hal itu merupakan gejala yang dapat melumpuhkan bagi orang lain, masih kontroversial dan masih dalam pembahasan. Faktor kepribadian dan kemampuan subjektif untuk mengatasi faktor stres, juga dikenal sebagai "daya tahan" atau "resilience"6, tampak terlibat dalam toleransi tinnitus. 8

Pengukuran derajat keparahan tinitus dapat menggunakan kuisioner. Beberapa kuisioner yang telah digunakan adalah Tinitus Severity Scale, Tinitus Handicap Questionnaire, Subjective Tinitus Severity Scale, Tinitus Reaction Questionnaire, Tinitus Questionare dan the Tinitus Handicap Inventory (Lim, 2010). Di antara kuisioner tersebut, the Tinitus Handicap Inventory (THI) digunakan secara luas pada praktek klinis sebagai alat untuk mengukur pengaruh tinitus dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penurunan kualitas hidup.9

(19)

Validasi THI dilakukan sesuai dengan prinsip WHO dengan uji validasi transkultural. Sebelum memulai studi, izin tertulis untuk melakukan proses validasi telah diminta dari pemegang hak cipta THI, Craig Newman MD di Cleveland, Amerika Serikat, Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuannya tentang validasi THI. Berikut table koesioner asli: 10

Table 1. koesioner asli sebelum terjemahan10

No. Question Yes No Sometimes

F1 Because of your tinnitus is it difficult for you to

concentrate?

F2 Does the loudness of your tinnitus make it difficult for

you to hear people?

E3 Does your tinnitus make you angry?

F4 Does your tinnitus make you confused?

C5 Because of your tinnitus are you desperate?

E6 Do you complain a great deal about your tinnitus?

F7 Because of your tinnitus do you have trouble falling to

sleep at night?

C8 Do you feel as though you cannot escape your

tinnitus?

F9 Does your tinnitus interfere with your ability to enjoy

social activities (such as going out to

dinner, to the cinema)? E1

0 Because of your tinnitus do you feel frustrated?

C1

1 Because of your tinnitus do you feel that you have a terrible disease?

F12 Does your tinnitus make it difficult to enjoy life?

F13 Does your tinnitus interfere with your job or household

responsibilities?

F14 Because of your tinnitus do you find that you are often

irritable?

F15 Because of your tinnitus is it difficult for you to read?

E1

6 Does your tinnitus make you upset?

E1 7

Do you feel that your tinnitus has placed stress on your relationships with members of your

family and friends?

F18 Do you find it difficult to focus your attention away

from your tinnitus and on to other things? C1

9 Do you feel that you have no control over your tinnitus?

F20 Because of your tinnitus do you often feel tired?

E2

1 Because of your tinnitus do you feel depressed?

E2

2 Does your tinnitus make you feel anxious?

C2

3 Do you feel you can no longer cope with your tinnitus?

F24 Does your tinnitus get worse when you are under

(20)

E2

5 Does your tinnitus make you feel insecure?

Table 2. Final Indonesian version of adapted and revised THI “Tinnitus: sound in the ear (buzzing/ringing/roaring/hissing/howling/thundering)” 10

No. Pertanyaan aY Tidak Kadang-kadang

F1 Akibat tinitus anda, sulitkah bagi anda untuk

berkonsentrasi?

F2 Apakah kerasnya suara tinitus anda membuat anda sulit

mendengar suara orang?

E3 Apakah tinitus anda membuat anda marah?

F4 Apakah tinitus anda membuat anda bingung?

C5 Akibat tinitus anda, apakah anda merasa putus asa*?

E6 Apakah anda sering mengeluh mengenai tinitus yang

anda derita?

F7 Akibat tinitus anda, apakah anda sulit untuk tidur di

malam hari?

C8 Apakah anda merasa bahwa anda tidak dapat bebas dari

tinitus?

F9 Apakah tinitus anda mengganggu kemampuan anda

untuk menikmati kegiatan-kegiatan sosial (misalnya pergi keluar untuk makan malam, nonton bioskop)? E1

0 Akibat tinitus anda, apakah anda merasa frustasi?

C1

1 Akibat tinitus anda, apakah anda merasa bahwa anda menderita suatu penyakit yang mengerikan?

F12 Apakah tinitus anda membuat anda sulit menikmati

hidup?

F13 Apakah tinitus anda mengganggu pekerjaan anda atau

tanggung jawab rumah tangga anda?

F14 Akibat tinitus anda, apakah anda mendapatkan bahwa

anda sering kali mudah tersinggung?

F15 Akibat tinitus anda, sulitkah bagi anda untuk membaca?

E1

6 Apakah tinitus menyebabkan anda kesal?

E1

7 Apakah anda merasa penyakit tinitus yang anda derita menimbulkan stress pada hubungan anda dengan keluarga dan teman-teman?

F18 Apakah sukar bagi anda mengalihkan perhatian dari

tinitus yang anda derita pada hal lain? C1

9 Apakah anda merasa bahwa anda tidak dapat mengontroltinitus yang anda derita?

F20 Akibat tinitus anda, apakah anda seringkali merasa lelah?

E2

(21)

E2

2 Apakah tinitus membuat anda merasa cemas?

C2

3 Apakah anda merasa tidak tahan lagi dengan tinitus yang anda derita?

F24 Apakah tinitus anda menjadi lebih parah bila anda dalam

keadaan stress? E2

5 Apakah tinitus membuat anda merasa tidak aman?

*) Putus asa = despair : to lose hope or no more hope (of a cure for illness)

Beberapa kalimat telah mengalami revisi sebagai berikut (versi asli sebelum terjemahan): 10

 F18: "Apakah anda merasa sulit untuk memusatkan perhatian dari tinnitus anda dan pada hal-hal yang lain? ",

 C19: " Apakah anda merasakan bahwa anda tidak memiliki kendali atas tinnitus anda? ",

 C23: "Apakah Anda merasa tidak bisa lagi mengatasi tinnitus anda? ".

Kalimat tersebut direvisi menjadi: 10

 F18: “Apakah sukar bagi anda mengalihkan perhatian dari tinitus yang anda derita pada hal lain?”

 C19: “Apakah anda merasa bahwa anda tidak dapat mengontrol tinitus yang anda derita?”

 C23: “Apakah anda merasa tidak tahan lagi dengan tinitus yang anda derita?”

Hubungan antara frekuensi dan intensitas tinitus dengan gangguan akibat tinitus telah diteliti sebelumnya. Andersson10 (2003) menyatakan intensitas

tinitus dan nilai ambang dengar berhubungan dengan gangguan dan derajat keparahan pada tinitus subjektif. Prestes dan Gil6 (2009) menyatakan pasien

tinitus subjektif dengan kurang pendengaran memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan pasien dengan pendengaran normal.11

(22)

menjadi kualitas hidup normal (gangguan sangat ringan dan ringan) dan terganggu (gangguan sedang, berat, dan katastrofik). 11

Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Nugroho dkk tahun 2015 diperoleh hasil kualitas hidup pasien pada subjek penelitian terbanyak didapatkan gangguan sedang sebanyak 12 (38,7%), diikuti gangguan sangat ringan (normal) sebanyak 9 (29,0%), dan setereusnya bisa dilihat pada gambar berikut: 11

Namun, beberapa peneliti mendapatkan hasil yang berbeda. Penelitian

Lim dkk.di Singapura mendapatkan 33% subjek mengalami gangguan sangat

ringan dan 31% mengalami gangguan ringan, sedangkan gangguan sedang hanya dialami oleh 18% subjek. Penelitian Martines dkk.11 di Italia melaporkan

(23)

BAB III KESIMPULAN

 Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik. Impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh.

 Tinitus bukanlah suatu diagnosis penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit yang ditimbulkan oleh berbagai kelainan di luar maupun di dalam telinga.

Gambar

Gambar 1. Anatomi system pendengaran2
Gambar 3. Telinga tengah4
Gambar 4. Telinga dalam2
Gambar 5. Fisiologi pendengaran2
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Pengaruh Dimensi-Dimensi Religiusitas Terhadap Penerimaan Orang Tua Anak Autis Di Bekasi Barat ” adalah benar merupakan karya

Penguna Anggaran Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten A@h Barat mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang dan Jasa Tahun 2012 sesuai dengan Qanun Kabupaten

MinTileRow, MaxTileRow, MinTileCol, MaxTileCol elements shall shall be casted « integers » (and not PositiveIntegers). Consequences if

Dalam belajar, seorang siswa harus memiliki keterbukaan yang muncul dari dirinya.. Tanpa keterbukaan siswa tidak akan mampu menerima

orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi,. menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang

Pada hari ini, Kamis tanggal tiga belas bulan November tahun dua ribu empat belas, Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Mandailing Natal,

ketidakhadiran Saudara tanpa alasan yang jelas dan dapat diterima oleh Pokja ULP, dapat menggugurkan penawaran dan akan dikenakan sanksi administrasi

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang Nomor: W14.U10/429/PL.05/5/2017, tanggal 30 Mei 2017 Pengadaan Barang Pada Pengadilan Negeri Lamongan, maka Kelompok