• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BUKU 1 RKPA 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BUKU 1 RKPA 2016"

Copied!
701
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

D a f t a r I s i | R e n c a n a K e r ja P e m e r in ta h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...

i

DAFTAR TABEL ...

iii

DAFTAR GAMBAR ...

vi

BAB I

PENDAHULUAN

...

I - 1

1.1 Latar Belakang ... I - 2

1.2 Landasan Hukum Penyusunan ... I - 3

1.3 Hubungan Antar Dokumen ... I - 3

1.4 Sistematika Dokumen RKPA ... I - 4

1.5 Maksud dan Tujuan ... I - 4

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPA TAHUN 2012 DAN

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH

... II - 1

2.1 Gambaran Umum Kondisi Aceh ...

II - 1

2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi ...

II - 1

2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat ...

II - 8

2.1.3 Aspek Pelayanan Umum ... II - 23

2.1.4 Aspek Daya Saing Daerah ... II - 51

2.2 Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPA 2014 ... II - 63

2.2.1 Capaian Indikator Makro ... II - 63

2.2.2 Realisasi Terhadap Proyeksi Kebijakan Keuangan ... II - 64

2.3 Hasil Evaluasi Pelaksanaan ... II - 67

2.4 Permasalahan Pembangunan Daerah ... II - 183

2.4.1 Permasalahan Daerah yang berhubungan dengan

Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah ... II -183

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN

KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

...

III - 1

3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Aceh ...

III - 1

3.1.1 Kondisi Ekonomi Global dan Nasional ... III - 1

3.1.2 Kondisi Ekonomi Aceh Tahun 2014 ...

III - 3

3.1.3

Perkiraan Tahun 2015 ...

III - 8

3.1.4

Tantangan dan Prospek Perekonomian Aceh

Tahun 2016 dan Tahun 2017 ...

III - 12

3.2 Arah Kebijakan Keuangan Aceh ...

III - 11

3.2.1 Proyeksi Keuangan Aceh dan Kerangka Pendanaan

Proyeksi Keuangan Aceh ...

III - 15

3.2.2 Arah Kebijakan Keuangan Aceh ...

III - 16

BAB

IV

PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN ACEH ...

IV - 1

4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan ...

IV - 2

4.1.1 Sasaran Utama Pembangunan pada Tahun 2016 ... IV - 2

4.2 Prioritas dan Sasaran Pembangunan ... IV - 7

4.2.1 Nawacita ...

IV - 7

4.2.2 Prioritas Pembangunan Aceh Tahun 2016 ... IV - 9

BAB V

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS ACEH ...

V - 1

(6)

ii

R e n c a n a K e r ja P e m e r in t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 16 | D a f t a r I s i

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Aceh Tahun 2010-2013 ...

II - 6

Tabel 2.2

Rasio Ketergantungan Penduduk ...

II - 7

Tabel 2.3

Perkembangan Nilai dan Kontribusi Sektor-sektor terhadap PDRB

Aceh Tahun 2010-2014 Atas dasar Harga Konstan Tahun 2000 ...

II - 10

Tabel 2.4

Kontribusi Sektor-sektor Terhadap PDRB Aceh Dengan Migas

Selama Tahun 2010 S.d 2014 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan

Harga Konstan (Hk) ...

II - 11

Tabel 2.5

IHK dan Tingkat Inflasi Kota Banda Aceh Desember 2014, Tahun

Kalender 2014, dan Year on Year menurut Kelompok Pengeluaran

(2007=100) ...

II - 13

Tabel 2.6

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota

Tahun 2008-2013 ...

II - 14

Tabel 2.7

Angka Melek Huruf di Provinsi Aceh Tahun 2009-2013 ...

II - 15

Tabel 2.8

Persentase Penduduk Buta Huruf menurut Kelompok Umur dan

Daerah Tempat Tinggal Tahun 2013 ...

II - 16

Tabel 2.9

Angka Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi Aceh tahun 2009-2013 ...

II - 17

Tabel 2.10 Persentase Penduduk Berdasarkan Pendidikan Tinggi yang

Ditamatkan ...

II - 17

Tabel 2.11

Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

...

II - 19

Tabel 2.12

Atlet, Pelatih, Sekolah, Club dan Gedung Olah Raga

...

II - 21

Tabel 2.13

Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Nusantara yang Datang ke Aceh

Tahun 2012– 2013

...

II - 22

Tabel 2.14 Jumlah

Da’i di Wilayah Perbatasan dan Terpencil

...

II - 23

Tabel 2.15

Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kelompok Usia Sekolah

di

Provinsi

Aceh Tahun 2013

...

II - 24

Tabel 2.16

Indikator Pelayanan Pendidikan TK dan RA/BA Tahun 2013-2014

...

II - 25

Tabel 2.17

Rasio Ideal Guru dan Anak Berdasarkan Permendiknas Nomor 58 Tahun

2009

...

II - 26

Tabel 2.18 Data TK dan RA/BA Tahun 2013 – 2014 ...

II - 26

Tabel 2.19 Indikator Pemerataan SD dan MI Tahun 2013-2014 ...

II - 27

Tabel 2.20 Data Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Tahun 2013-2014 ...

II - 29

Tabel 2.21 Data Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah

(MTs) Tahun 2013-2014 ...

II - 31

Tabel 2.22 Data Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), dan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tahun 2013-2014 ...

II - 33

Tabel 2.23 Jumlah Dayah dan Balai Pengajian di Aceh ...

II - 36

Tabel 2.24 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2013 ...

II - 37

Tabel 2.25 Tenaga Kesehatan Tahun 2013 ...

II - 37

Tabel 2.26 Pola Pangan Harapan (PPH) Tingkat Ketersediaan Pangan

Berdasarkan Neraca Bahan Makanan Provinsi Aceh Tahun 2013

Tetap ...

II - 38

Tabel 2.27 Target Dan Realisasi Capaian Investasi ...

II - 43

Tabel 2.28 Jumlah Tindak Pidana Menonjol di Aceh Tahun 2010 – 2013 ...

II - 51

Tabel 2.29 Produktivitas Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Usaha ...

II - 52

Tabel 2.30 Nilai Tukar Petani Berdasarkan Sub Sektor Tahun 2011-2014 ...

II - 54

Tabel 2.31 Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Tahun 2008

– 2012 ...

II - 56

Tabel 2.32 Status Jalan Nasional dan Jalan Provinsi di Aceh Tahun 2009 s.d.

2014 ...

II - 59

Tabel 2.33 Proyeksi dan Realisasi Pendanaan 2013-2014 ...

II - 64

(7)

D a f t a r I s i | R e n c a n a K e r ja P e m e r in ta h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6

iii

Tabel 2.35 Proyeksi dan Realisasi Belanja 2013-2014 ...

II - 66

Tabel 2.36 Proyeksi dan Realisasi Pembiayaan 2013-2014 ...

II - 67

Tabel 2.37 Kriteria Kinerja ...

II - 68

Tabel 2.38 Evaluasi Pelaksanaan RKPA Tahun 2014 ...

II - 69

Tabel 2.39 Kondisi Saluran Irigasi Berdasarkan Kewenangan ...

II - 190

Tabel 2.40 Luas daerah Irigasi Berdasarkan Kewenangan ...

II - 190

Tabel 2.41 Daerah Irigasi dan Luasannya Berdasarkan D.I. ...

II - 191

Tabel 3.1

Perkembangan Niali Ekspor Aceh Tahun 2013-2014 (FOB,USD) ...

III - 4

Tabel 3.2

Perkembangan Indikator Makro Tahun 2013-2014 dan Proyeksi

Tahun 2015 ...

III - 11

Tabel 3.3

Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Aceh Tahun 2013 s.d.

Tahun 2017 ...

III - 16

Tabel 3.4

Realisasi dan Proyeksi/Target Belanja Aceh Tahun 2013 s.d.

Tahun 2017 ...

III - 17

Tabel 3.5

Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Tahun 2013

s.d. Tahun 2017 ...

III - 18

Tabel 4.1

Hubungan Visi/Misi dan Tujuan/Sasaran Pembangunan ...

IV - 3

Tabel 4.2

NAWACITA ...

IV - 8

Tabel 4.3

Penjelasan Program Pembangunan Daerah Tahun 2016 ...

IV - 14

Tabel 5.1

Proporsi Usulan Rencana Program Kegiatan Berdasarkan Isu

Strategis Pembangunan RKPA Tahun 2016 ...

V - 2

Tabel 5.2

Program dan Kegiatan SKPA Provinsi Aceh Tahun 2016 ...

V - 3

-

Dinas Pendidikan ...

V - 3

-

Badan Dayah ...

V - 51

-

Sekretariat Majelis Pendidikan Daerah ...

V - 58

-

Dinas Kesehatan ...

V - 65

-

Rumah Sakit Umum dr.Zainoel Abidin ...

V - 84

-

Rumah Sakit Jiwa ...

V - 94

-

Rumah Sakit Ibu dan Anak ...

V - 98

-

Dinas Bina Marga ...

V - 108

-

Dinas Pengairan ...

V - 116

-

Dinas Cipta Karya ...

V - 127

-

BAPPEDA ...

V - 138

-

Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan Telematika ...

V - 148

-

BAPEDAL ...

V - 161

-

Dinas Registrasi Kependudukan ...

V - 172

-

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ...

V - 178

-

Dinas Sosial ...

V - 187

-

Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk ...

V - 203

-

Dinas Koperasi dan UKM ...

V - 209

-

Badan Investasi dan Promosi ...

V - 214

-

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ...

V - 220

-

Majelis Adat Aceh ...

V - 231

-

Keurukon Katibul Wali ...

V - 236

-

Dinas Pemuda dan Olahraga ...

V - 242

-

Badan KesbangLinmas ...

V - 253

-

Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah ...

V - 265

-

DPRA ...

V - 273

-

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah ...

V - 274

-

Sekretariat Daerah ...

V - 275

-

Sekretariat DPRA ...

V - 277

-

Dinas Keuangan ...

V - 284

-

Inspektorat ...

V - 293

(8)

iv

R e n c a n a K e r ja P e m e r in t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 16 | D a f t a r I s i

-

Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan ...

V - 303

-

Dinas Syariat Islam ...

V - 312

-

Majelis Permusyawaratan Ulama ...

V - 321

-

Baitul Maal ...

V - 326

-

Badan Penanggulangan Bencana Aceh ...

V - 330

-

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu ...

V - 336

-

Sekretariat KORPRI ...

V - 341

-

Dinas Pendapatan dan Kekayaan Aceh ...

V - 346

-

Biro Umum dan Protokol ...

V - 352

-

Biro Tata Pemerintahan ...

V - 356

-

Biro Keistimewaan dan Kesejahteraan Rakyat ...

V - 362

-

Biro Hubungan Masyarakat ...

V - 367

-

Biro Hukum ...

V - 369

-

Biro Administrasi Pembangunan ...

V - 372

-

Biro Ekonomi ...

V - 375

-

Biro Organisasi ...

V - 381

-

Kantor Perwakilan Pemeritah Aceh di Medan ...

V - 386

-

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan ...

V - 390

-

Badan Pemberdayaan Masyarakat ...

V - 396

-

Badan Arsip dan Perpustakaan ...

V - 405

-

Dinas Pertanian Tanaman Pangan ...

V - 413

-

Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan ...

V - 420

-

Dinas Perkebunan ...

V - 429

-

Dinas Kehutanan ...

V - 444

-

Dinas Pertambangan dan Energi ...

V - 452

-

Dinas Kelautan dan Perikanan ...

V - 462

(9)

D a f t a r I s i | R e n c a n a K e r ja P e m e r in ta h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor-sektor Terhadap PDRB Aceh

Tahun 2010-2014 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 ... II - 9

Gambar 2.2

Kelompok Sektor PDRB Aceh Dengan Migas Selama Tahun 2010

s.d 2014 Atas Dasar Harga Konstan (Hk) ... II - 12

Gambar 2.3

Perkembangan Inflasi Banda Aceh, Lhokseumawe, Meulaboh dan

Provinsi Aceh Januari - Desember 2014 ... II - 12

Gambar 2.4

Perkembangan Investasi Berskala Nasional (PMA/PMDN)

Tahun 2014 ... II - 42

Gambar 2.5

Produksi Perikanan Tahun 2010-2013 (Ton) ... II - 47

Gambar 2.6

Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Perikanan Terhadap PDRB

Aceh 2010-2013 (Persen) ... II - 48

Gambar 2.7

Kontribusi Sub Sektor Peternakan Terhadap PDRB 2009-2013

(Persen) ... II - 49

Gambar 2.8

Kontribusi Subsektor Peternakan Terhadap PDRB Sektor Pertanian

Tahun 2009-2013(persen) ... II - 49

Gambar 2.9

Perkembangan Populasi Ternak Ruminansia (Ekor) ... II - 50

Gambar 2.10 Perkembangan Produktivitas Tenaga Kerja ... II - 53

Gambar 2.11

Distribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan

Tahun 2012-2013 ...

II - 55

Gambar 2.12

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Tahun 2012-2013 ...

II - 55

Gambar 2.13

Sebaran TPT Kabupaten /Kota di Aceh Tahun 2013-2014 ...

II - 185

Gambar 2.14 Perkembangan TPT Provinsi Aceh 2012-2014 ...

II - 185

Gambar 3.1

Gini Ratio dan Indeks Williamson ...

III - 6

Gambar 3.2

Sebaran Tingkat Kemiskinan Aceh per Kabupaten Kota Tahun 2013..

III - 7

(10)

B a b I | R e n c a n a K e r ja P e m e r i n t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 16

I - 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rencana Kerja Pemerintah Aceh yang selanjutnya disingkat (RKPA) merupakan

dokumen perencanaan Aceh untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut juga Rencana

Pembangunan Tahunan daerah yang disusun berdasarkan penjabaran Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) Tahun 2012-2017, Rencana Strategis

SKPA serta Rancangan Awal Rencana Kerja SKPA sebagaimana yang diamanatkan oleh

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004.

Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan pelaksanaan

dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan

Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan

Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan Pengendalian

dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Permendagri Nomor 59 tahun

2007 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.

54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah. Khusus untuk Pemerintah Aceh sesuai dengan Qanun Aceh Nomor

1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh, rencana kerja tahunan pembangunan

daerah ini disebut dengan Rencana Kerja Pembangunan Aceh (RKPA).

Pemerintah Aceh sebagai perpanjangan tangan Pemerintah di daerah dalam

menyusun Rencana Kerja harus mendukung tercapainya sasaran dan 1 (satu) lintas bidang

serta 9 (Sembilan) bidang pembangunan yang merupakan turunan dari 9 (Sembilan)

prioritas Pembangunan Pemerintah (NAWACITA) sesuai dengan potensi dan kondisi di

Aceh, mengingat keberhasilan pencapaian pembangunan tersebut sangat tergantung pada

sinkronisasi kebijakan antara Pemerintah Aceh dengan Pemerintah yang dituangkan dalam

RKPA.

Berdasarkan Qanun Aceh Nomor 12 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Aceh (RPJMA) 2012-2017, pelaksanaan Rencana Kerja Pemerintahan

Aceh Tahun 2016 ini merupakan penjabaran tahun ke empat pelaksanaan RPJMA tahun

2012-2017 yang menitikberatkan kepada pewujudan Aceh yang sejahtera dan melalui

PERATURAN GUBERNUR NOMOR 28 TAHUN 2015

(11)

I - 2

R e n c a n a K e r ja P e m e r in t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6 | B a b I

mendukung kebijakan pembangunan tahun 2016 Penurunan angka kemiskinan dan

pengangguran, Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat, Ketahanan

pangan dan nilai tambah produksi, Peningkatan infrastruktur, investasi dan pengembangan

kawasan-kawasan strategis serta Reformasi birokrasi, dinul islam, adat dan budaya serta

keberlanjutan perdamaian.

1.2 LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN

1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom

Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Permerintahan Daerah

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor

12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah;

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh;

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembanguan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Daerah;

11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengeah Nasional Tahun 2015-2019;

12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2015 tentang Rincian

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2015;

13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2015 tentang Rencana

Kerja Pemerintah Tahun 2016;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

(12)

B a b I | R e n c a n a K e r ja P e m e r i n t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 16

I - 3

Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2016;

17. Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh;

18. Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan

Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus;

19. Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Aceh Tahun 2012 – 2032;

20. Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Qanun Aceh Nomor 2

Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak

dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus;

21. Qanun Aceh Nomor 12 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Aceh (RPJMA) 2012-2017;

22. Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh

(RTRWA) Tahun 2013-2033;

23. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 79 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis

Pengelolaan Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Dana Otonomi

Khusus.

1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN

Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2016

merupakan penjabaran dari

Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) Tahun 2012-2017.

RKPA akan ditindak lanjuti dengan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon

Anggaran Sementara (KUA-PPAS) dan menjadi pedoman dalam penyusunan RAPBA Tahun

Anggaran 2016 serta menjadikan Dokumen perencanaan nasional yang terdiri dari Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 dan Rencana Kerja

Pemerintah Aceh (RKP) Thaun 2016 sebagai dasar penyusunan RKPA dalam rangka

mendukung pencapaian NAWACITA Pemerintah..

1.4 SISTEMATIKA DOKUMEN RKPA

(13)

I - 4

R e n c a n a K e r ja P e m e r in t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6 | B a b I

hubungan antar dokumen, sistematika dokumentasi RKPA serta maksud

dan tujuan.

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPA TAHUN 2014 DAN CAPAIAN

KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH

, yang memuat Kondisi

tahun 2014, permasalahan dan tantangan pembangunan tahun 2016.

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN

KEUANGAN ACEH

, yang memuat rancangan kerangka ekonomi makro

serta arah kebijakan keuangan Aceh.

BAB IV

PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN ACEH

, yang memuat

tujuan dan sasaran pembangunan, sandingan kebijakan pembangunan

Pemerintah Aceh dan Nasional (NAWACITA), serta rancangan prioritas

pembangunan tahun 2016.

BAB V

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS ACEH

, yang

memuat penjabaran program dan kegiatan tahun 2016 beserta kerangka

pendanaan.

BAB VI

PENUTUP

1.5 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari Penyusunan RKPA Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

1. Menjadi pedoman bagi Pemerintah Aceh, DPRA, Dunia Usaha dan masyarakat

dalam menentukan program dan kegiatan tahunan yang akan dituangkan ke

dalam KUA dan PPAS Tahun 2016;

2. Komitmen Pemerintah Aceh dalam melaksanakan pembangunan sesuai

kebutuhan masyarakat dalam rangka mensejahterakan masyarakat, serta

mendukung pencapaian target pembangunan pemerintah di Aceh.

Sedangkan Tujuan Penyusunan RKPA Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

1.

Mewujudkan Aceh yang mandiri dan sejahtera melalui pemenuhan aksesibilitas,

peningkatan investasi dan penciptaan ketahanan pangan;

2. Tercapainya sasaran Pembangunan sebagaimana yang sudah diamanahkan

(14)

B a b I I | R a n c a n g a n A k h ir R e n c a n a K e r ja P e m e r in t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6

II - 1

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPA TAHUN 2014 DAN

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH

2.1. Gambaran Umum Kondisi Aceh

2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi

A. Kondisi Geografis Daerah

Wilayah Aceh terletak di ujung utara Pulau Sumatera dan sekaligus merupakan wilayah paling

barat di Indonesia. Selaras dengan penetapan dalam UU No. 26 Tahun 2007 dan PP No.26

Tahun 2008, bahwa ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, ruang udara,

termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk

lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya; maka ruang wilayah

Aceh dalam konteks RTRWA (Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh) meliputi: wilayah daratan,

wilayah laut, wilayah udara, dan dalam bumi.

Berdasarkan Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Aceh Tahun 2013-2033 skala 1:250.000, wilayah daratan Aceh secara geografis

terletak pada 02

0

00’00” – 06

0

00’00” LU dan 95

0

00’ 00” – 98

0

30’00” BT. Dengan batas-batas

wilayah adalah:

- sebelah utara

: Selat Malaka dan Laut Andaman/Teluk Benggala;

- sebelah timur

: Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara;

- sebelah selatan

: Provinsi Sumatera Utara dan Samudera Hindia;

- sebelah barat

: Samudera Indonesia.

(15)

II - 2

R e n c a n a K e r ja P e m e r in t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6 | B a b II

wilayah laut tersebut, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Wilayah

dalam bumi Aceh adalah ruang dalam bumi yang terletak di bawah wilayah darat dan

wilayah laut tersebut, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Secara

administratif, Aceh terdiri terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota, 289 kecamatan, 761 mukim

dan 6.464 gampong/desa (Keputusan Gubernur Aceh Nomor: 140/911/2013 Tanggal

Nopember 2013).

Dari luas daratan yang terdapat di Aceh, pola pemanfaatan penggunaan lahan/hutan

di Aceh disesuaikan dengan fungsi lahan/hutan itu sendiri sehingga dapat menjamin

kelestarian produksi dan keseimbangan lingkungan hidup. Pola sebaran permukiman

penduduk berkaitan erat dengan kondisi topografi, yaitu berada di kawasan yang datar di

sepanjang pantai utara-timur, sebagian wilayah pantai barat-selatan dan lembah-lembah

sungai.

Kondisi topografi di wilayah Aceh terhitung beragam yang tergolong ke dalam wilayah

datar hingga bergunung. Wilayah dengan topografi daerah datar dan landai sekitar 32 persen

dari luas wilayah, sedangkan berbukit hingga bergunung mencapai sekitar 68 persen dari luas

wilayah. Daerah dengan topografi bergunung terdapat dibagian tengah Aceh yang merupakan

gugusan pegunungan bukit barisan dan daerah dengan topografi berbukit dan landai terdapat

dibagian Utara dan Timur Aceh.

Secara geologi dapat dilihat bahwa sebagian terbesar wilayah Aceh terdiri atas

batuan tersier dan quarter. Pada bagian-bagian tertentu, khususnya di punggungan

pegunungan terdapat batuan yang lebih tua, berupa singkapan. Sejalan dengan itu pada

peta hidrogeologi dapat diidentifikasikan jenis litologi batuan (

lithological rock types

) serta

potensi dan prospek air tanah (

groundwater potential and prospects

). Berturut-turut relatif

dari kompleks punggungan hingga ke pesisir atau pantai dapat diidentifikasikan jenis litologi

batuan dikelompokan menjadi: (1). Batuan beku atau malihan (

igneous or metamorphic

rocks

) terletak pada kompleks pegunungan mulai dari puncak atau punggungan; dengan

potensi air tanah sangat rendah; (2). Sedimen padu - tak terbedakan (

consolidated sediment

– undifferentiated

) terletak di bagian bawah/hilir batuan beku di atas namun masih pada

kompleks pegunungan hingga ke kaki pegunungan, dan juga terdapat di Pulau Simeulue;

dengan potensi air tanah yang juga sangat rendah; (3). Batu gamping atau dolomit

(

limestones or dolomites

), yang terletak setempat-setempat, yaitu di pegunungan di bagian

(16)

B a b I I | R a n c a n g a n A k h ir R e n c a n a K e r ja P e m e r in t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6

II - 3

Seulawah, dan G. Peut Sagoe; dengan potensi air tanah rendah; dan (5). Sedimen lepas

atau setengah padu – kerikil, pasir, lanau, lempung (

loose or semi-consolidated sediment

(gravel, sand, silt, clay

) yang terdapat di bagian paling bawah/hilir yaitu di pesisir, baik di

pesisir timur maupun pesisir barat dan di cekungan Krueng Aceh; dengan potensi air tanah

sedang sampai tinggi. Struktur batuan juga ditunjukkan adanya indikasi sesar/patahan yang

relatif memanjang mengikuti pola pegunungan yang ada di wilayah Aceh (relatif berarah

barat laut – tenggara).

Terkait dengan aspek hidrogeologi, selanjutnya dikemukakan juga mengenai

cekungan air tanah (CAT) yang ada di wilayah Aceh. Dengan mengacu kepada Atlas

Cekungan Air Tanah Indonesia yang diterbitkan Departemen Energi dan Sumber Daya

Mineral tahun 2009, pada halaman lembar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dapat

diidentifikasikan ada 14 (empat belas) Cekungan Air Tanah (CAT) di wilayah Aceh meliputi :

CAT Banda Aceh (Aceh Besar, Banda Aceh, Pidie), CAT Sigli (Pidie, Pidie Jaya), CAT

Jeunib (Bireuen, Pidie Jaya), CAT Peudada (Bireuen, Aceh Utara, Bener Meriah), CAT

Lhokseumawe (Aceh Utara, Lhoseumawe, Aceh Timur), CAT Langsa (Aceh Timur, Langsa,

Aceh Tamiang), CAT Keumiki (Pidie, Pidie Jaya), CAT Lampahan (Aceh Tengah, Bener

Meriah), CAT Telege (Aceh Tengah), CAT Siongol-ongol (Gayo Lues, Aceh Tengah), CAT

Kutacane (Aceh Tenggara), CAT Meulaboh(Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh

Barat Daya), CAT Kota Fajar (Aceh Selatan), dan CAT Subulussalam(Aceh Singkil,

Subullusalam, Aceh Selatan).

Potensi sumber daya air sungai dikelompokkan menjadi 3 (tiga) wilayah yaitu; (1)

Wilayah Krueng Aceh hingga Krueng Tiro, yang termasuk wilayah kering dengan curah

hujan kurang dari 1.500 mm/tahun dengan debit andalan 4 liter/detik, (2) Wilayah Krueng

Meureudu dan sepanjang pantai Timur termasuk wilayah sedang dengan curah hujan 1.500

– 3.000 mm/tahun dengan debit andalan 7 – 8 liter/detik, dan (3) Wilayah pantai Barat, yang

termasuk wilayah basah dengan curah hujan 3.000 – 4.000 mm/tahun dan dengan debit

andalan 17 – 18 liter/detik.

(17)

II - 4

R e n c a n a K e r ja P e m e r in t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6 | B a b II

Simeulue, yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Simeulue.

Pada beberapa muara sungai, endapan sedimen yang terjadi telah menyebabkan

hambatan aliran banjir dan mengganggu lalu-lintas kapal/perahu nelayan, yaitu di muara:

Krueng Aceh (Banda Aceh/Aceh Besar), Krueng Baro (Pidie) dan Krueng Ulim (Pidie Jaya),

Krueng Peudada (Bireuen), Krueng Idi (Aceh Timur), Krueng Langsa (Langsa), Krueng

Tamiang (Aceh Tamiang), Krueng Teunom (Aceh Jaya), Krueng Meureubo (Aceh Barat),

Krueng Seunagan dan Krueng Tripa (Nagan Raya), Lawe Alas – Krueng Singkil (Aceh

Singkil).

Sedangkan rata-rata curah hujan selama 10 tahun terakhir berkisar dari 80,10

mm/bulan pada bulan Februari hingga 159,40 mm/bulan pada bulan Oktober. Rata-rata

temperatur udara di Aceh pada tiga wilayah yaitu Banda Aceh, Aceh Utara dan Nagan

Raya berkisar dari 26,35 hingga 26,92

o

C dengan temperatur terendah 24,55

o

C dan

tertinggi 27,80

o

C dengan rata-rata kelembaban udara berkisar dari 80,73 persen hingga

80,73 persen.

B. Potensi Pengembangan Wilayah

Penetapan kawasan strategis Aceh didasarkan pada pengaruh yang sangat penting

terhadap pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan secara bersinergi. Rencana

Tata Ruang Aceh Tahun 2013-2033 telah menetapkan 4 kawasan sebagai bagian dari

rencana pengembangan kawasan strategis Aceh yang meliputi:

a. Kawasan pusat perdagangan dan distribusi Aceh atau ATDC (

Aceh Trade and

Distribution Center)

tersebar di 6 (enam) zona, meliputi;

1.

Zona Pusat

: Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan Pidie

dengan lokasi pusat

agro industry

di Kabupaten Aceh Besar.

2.

Zona Utara

: Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kota Lhokseumawe,

Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah dengan

lokasi pusat

agro industry

di Kabupaten Bireuen

3.

Zona Timur

: Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa, Aceh Tamiang

dengan lokasi pusat

agro industry

di Kabupaten Aceh Tamiang

4.

Zona Tenggara : Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tenggara, Kota Subulussalam,

Kabupaten Singkil, Pulau Banyak dengan lokasi pusat

agro

industry

di Kabupaten Aceh Tenggara

(18)

B a b I I | R a n c a n g a n A k h ir R e n c a n a K e r ja P e m e r in t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6

II - 5

pusat

agro industry

di Kabupaten Aceh Barat

b. Kawasan agrowisata yang tersebar di 17 (tujuh belas) kabupaten yang tidak termasuk ke

dalam lokasi pusat agro industri;

c. Kawasan situs sejarah terkait lahirnya MoU Helsinki antara Pemerintah Indonesia

dengan Gerakan Aceh Merdeka; dan

d. Kawasan khusus.

C. Wilayah Rawan Bencana

Aceh merupakan wilayah dengan kondisi alam yang kompleks sehingga menjadikannya sebagai

salah satu daerah berpotensi tinggi terhadap ancaman bencana, khususnya bencana alam.

Tingkat resiko bencana Aceh diperoleh dengan menggabungkan indeks probabilitas, indeks

dampak, indeks kapasitas dan indeks kerugian daerah akibat suatu potensi bencana. Hal ini

disebabkan karena Aceh berada tepat di jalur pertemuan lempeng Asia dan Australia, serta

berada di bagian ujung patahan besar Sumatera yang membelah pulau Sumatera dari Aceh

sampai Selat Sunda. Berdasarkan catatan sejarah, Aceh pernah mengalami bencana gempa

dan tsunami yang cukup besar pada tahun 1797, 1891, 1907 dan 2004. Selain

bencana-bencana berskala besar yang pernah tercatat dalam sejarah, Aceh juga tidak lepas dari

bencana yang terjadi hampir setiap tahun yang menimbulkan kerugian tidak sedikit.

Permasalahan utama dalam penanggulangan bencana di Aceh antara lain: belum

sistematis dalam penanganan penanggulangan bencana, sehingga seringkali terjadi tumpang

tindih dalam penanganannya, masih lemahnya kapasitas kelembagaan dan partisipasi

masyarakat dalam pengurangan resiko bencana, masih lemahnya koordinasi dalam

penanggulangan bencana (fase tanggap darurat), terbatasnya sarana dan prasarana penunjang

kebencanaan serta masih lemahnya kemitraan dan keterpaduan dalam penggunaan dana

rehabilitasi dan rekonstruksi.

D. Aspek Demografi

(19)

II - 6

R e n c a n a K e r ja P e m e r in t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6 | B a b II

kabupaten/kota. Daerah terpadat adalah Kota Banda Aceh yang rata-rata per kilometer

wilayahnya dihuni oleh sekitar 4.451 jiwa, lalu Kota Lhokseumawe dan Kota Langsa

masing-masing 1 189 jiwa/km dan 773 jiwa/km. Sebaliknya, daerah yang paling jarang penduduknya

yaitu Kabupaten Gayo Lues dengan 15 jiwa/km

2

.

Laju pertumbuhan penduduk Aceh pada tahun 2013 yaitu sebesar 2,09%. Dengan

laju pertumbuhan rata-rata 2 persen per tahun, diperkirakan pada tahun 2030 nanti Aceh

akan menjadi salah satu daerah yang mengalami bonus demografi, yaitu suatu kondisi

dimana dimana angka beban ketergantungan antara penduduk usia produktif dengan

penduduk usia tidak produktif mengalami penurunan sehingga mencapai angka di bawah 50

persen. Dengan arti bahwa setiap penduduk usia produktif menanggung lebih sedikit

penduduk usia tidak produktif.

Bonus Demografi ini memiliki dua sisi, di mana di satu sisi akan menjadi suatu

potensi pembangunan yang besar apabila mendapat penanganan secara baik dan tepat,

namun di sisi lain akan menjadi beban yang besar apabila tidak dilakukan penanganan

dengan baik dari awal. Untuk mendapatkan bonus demografi, maka kualitas sumber daya

manusia harus ditingkatkan secara maksimal melalui pendidikan, pelayanan kesehatan dan

penyediaan lapangan pekerjaan. Beberapa prasyarat harus dipenuhi agar bonus demografi

maksimal, yaitu: penduduk harus berkualitas, terserap dalam pasar kerja, meningkatnya

tabungan rumah tangga, serta meningkatnya perempuan yang masuk dalam pasar kerja.

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Aceh Tahun 2010 – 2013

No

Kabupaten/

Kota

Jumlah

2010

2011

2012

2013

1

Simeulue

80.674

82.521

82.762

83.173

2

Aceh Singkil

102.509

104.856

107.781

110.706

3

Aceh Selatan

202.251

206.881

208.002

210.071

4

Aceh Tenggara

179.010

183.108

184.150

186.083

5

Aceh Timur

360.475

368.728

380.876

393.135

6

Aceh Tengah

175.527

179.546

182.680

185.733

7

Aceh Barat

173.558

177.532

182.945

187.459

8

Aceh Besar

351.418

359.464

371.412

383.477

9

Pidie

379.108

387.787

393.225

398.446

10 Bireuen

389.288

398.201

406.083

413.817

(20)

B a b I I | R a n c a n g a n A k h ir R e n c a n a K e r ja P e m e r in t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6

II - 7

Kota

2010

2011

2012

2013

12 Aceh Barat Daya

126.036

128.922

131.087

133.191

13 Gayo Lues

79.560

81.382

82.962

84.511

14 Aceh Tamiang

251.914

257.681

261.125

264.420

15 Nagan Raya

139.663

142.861

146.243

149.596

16 Aceh Jaya

76.782

78.540

82.172

85.908

17 Bener Meriah

122.277

125.076

128.538

131.999

18 Pidie Jaya

132.956

136.000

138.415

140.769

19 Banda Aceh

223.446

228.562

238.784

249.282

20 Sabang

30.653

31.355

31.782

32.191

21 Langsa

148.945

152.355

154.722

157.011

22 Lhoksumawe

171.163

175.082

178.561

181.976

23 Subulussalam

67.446

68.990

70.707

72.414

Aceh

4.494.410

4.597.308

4.693.934

4.791.924

Sumber: BPS (2014)

Berdasarkan data Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (Bappenas, 2013),

diperkirakan bahwa Aceh akan mengalami Bonus Demografi sejak tahun 2020 sampai

dengan tahun 2035. Dengan kondisi seperti ini, proporsi penduduk usia 0-14 tahun relatif

menurun, sedangkan penduduk dewasa yaitu usia 15-60 tahun dan penduduk lanjut usia

yaitu usia di atas 60 tahun terus mengalami peningkatan. Meningkatnya jumlah dan

persentase penduduk usia produktif ini berdampak pada penurunan rasio ketergantungan

dan akan mencapai titik terendah antara tahun 2028-2035.

Tabel 2.2

Rasio Ketergantungan Penduduk

No.

Provinsi

2010

2015

2020

2025

2030

2035

1. Aceh

55,7

51,6

49,5

46,8

46,0

45,9

2. Sumatera Utara

58,8

53,5

50,5

48,2

49,2

50,7

3. Sumatera Barat

60,0

53,7

51,0

49,7

50,6

51,6

4. Riau

55,3

51,1

47,4

44,1

43,9

45,2

5. Jambi

51,5

48,0

45,1

42,5

42,3

43,1

6. Sumatera Selatan

52,0

48,6

46,0

43,8

43,7

44,7

7. Bengkulu

52,4

47,7

44,6

42,4

42,1

43,0

8. Lampung

51,9

47,2

45,2

43,1

43,6

45,3

(21)

II - 8

R e n c a n a K e r ja P e m e r in t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6 | B a b II

10. Kepulauan Riau

45,9

50,0

49,6

44,3

38,9

38,0

11. DKI Jakarta

36,9

38,4

39,8

39,1

38,2

38,6

12. Jawa Barat

50,9

46,9

44,5

43,3

44,6

46,7

13. Jawa Tengah

50,2

46,5

45,4

45,3

48,3

51,7

14. DI Yogyakarta

45,7

44,0

44,6

44,9

46,5

48,2

15. Jawa Timur

46,2

43,5

43,0

43,9

46,9

49,9

16. Banten

48,5

44,3

41,9

40,3

39,9

40,8

17. Bali

48,0

44,5

41,4

39,3

40,9

44,4

18. Nusa Tenggara Barat

55,5

51,9

49,1

46,6

45,6

45,8

19. Nusa Tenggara Timur

73,0

66,3

60,3

57,2

59,1

60,8

20. Kalimantan Barat

54,6

50,0

45,8

44,2

45,1

46,5

21. Kalimantan Tengah

51,0

46,5

41,9

38,9

38,6

39,5

22. Kalimantan Selatan

48,5

45,3

41,7

39,7

40,4

42,3

23. Kalimantan Timur

49,1

46,6

43,9

41,2

41,4

43,3

24. Sulawesi Utara

50,1

48,7

48,6

50,0

51,0

53,2

25. Sulawesi Tengah

57,9

53,2

47,6

45,1

45,9

48,0

26. Sulawesi Selatan

57,0

52,2

48,5

46,9

47,5

49,1

27. Sulawesi Tenggara

63,4

58,1

53,2

50,1

49,7

50,8

28. Gorontalo

55,3

49,6

45,2

43,4

45,0

47,0

29. Sulawesi Barat

66,7

58,9

51,9

48,6

49,2

50,6

30. Maluku

66,9

60,7

55,4

52,0

52,4

53,1

31. Maluku Utara

62,5

57,2

52,2

48,3

48,3

49,2

32. Papua Barat

55,7

51,4

47,6

43,1

42,5

43,2

33. Papua

56,1

48,4

42,5

39,9

39,7

41,3

Indonesia

51,1

48,2

46,6

45,7

46,0

47,2

Sumber: Bappenas (2013),

Proyeksi Penduduk 2010-2035

Bonus demografi pada suatu bangsa tidak akan terjadi dalam waktu yang lama.

Indonesia, dimana Aceh termasuk di dalamnya, akan mengalami

Window of Opportunity

pada sekitar tahun 2020-2035. Setelah itu, akan kembali menghadapi peningkatan pesat

pada kelompok usia lanjut (65+), sehingga meningkatkan kembali resiko ketergantungan

penduduk.

2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

A.

Pertumbuhan PDRB

(22)

B a b I I | R a n c a n g a n A k h ir R e n c a n a K e r ja P e m e r in t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6

II - 9

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh yang dihitung atas dasar harga

konstan selama lima tahun terakhir (2010-2014) mengalami peningkatan. Tercatat

bahwa pada tahun 2010 nilainya mencapai 33,10 trilyun dan terus meningkat hingga

tahun 2014 mencapai 38,36 trilyun.

Meskipun nilai PDRB Aceh terus meningkat, namun laju pertumbuhan ekonomi Aceh

sebaliknya mengalami penurunan baik dengan migas maupun tanpa migas. Pada tahun

2010 hingga 2012 pertumbuhan ekonomi Aceh sempat mengalami peningkatan dari 2,74

persen menjadi 5,14 persen, namun pada tahun 2013 kondisi pertumbuhan ekonomi tumbuh

melambat dari 4,18 persen hingga mencapai 0,92 persen di tahun 2014. Menurunnya

pertumbuhan ekonomi Aceh tersebut merupakan dampak dari penurunan beberapa sektor

yang cenderung negatif yakni diantara sektor pertambangan & penggalian serta sektor

industry pengolahan. Laju pertumbuhan negatif kedua sektor tersebut diduga karena

produksi migas Aceh semakin menurun dan diperkirakan akan berakhir pada tahun 2014,

sehingga mempengaruhi sumber pendanaan pembangunan dari sektor migas. Tidak hanya

dua sektor tersebut tumbuh negatif, namun lima sektor lainnya juga cenderung tumbuh

dengan lambat, dimana kelima sektor tersebut diantaranya: Sektor Pertanian, Konstruksi,

Perdagangan, Hotel & Restoran, Pengangkutan & Komunikasi, dan Jasa-jasa. Laju

pertumbuhan dan perkembangan serta kontribusi masing-masing sektor selama kurun waktu

20010-2014 secara lebih terperinci dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan Tabel 2.3.

Gambar 2.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor-sektor Terhadap PDRB Aceh

Tahun 2010-2014 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

(sumber : BPS Aceh, diolah)

-40,00

-20,00

0,00

20,00

40,00

60,00

2010

2011

2012

2013

2014 (Tw I-IV)

Pertanian

Pertambangan & Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas & Air Bersih

Konstruksi

Perdagangan, Hotel & Restoran

(23)

II - 10

R e n c a n a K e r ja P e m e r in t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6 | B a b II

sektor utama yang memberikan kontribusi terbesar diantara sektor lainnya dengan

persentase sebesar 26,95 persen. Perkembangan kontribusi sektor pertanian tersebut

bergerak fluktuatif dengan puncak nilai tertinggi pada tahun 2012 sebesar 27,12 persen.

Namun pada tahun 2013 persentasenya menurun menjadi 26,87 persen, dan sedikit

mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 26,95 persen. Penurunan tersebut

berkorelasi positif akibat dari menurunnya produksi pertanian diantaranya produksi tanaman

padi yang menurun sebesar 2,88 % pada periode Januari-Agustus 2013 dibandingkan

produksi pada periode yang sama tahun 2012.

Tabel 2.3

Perkembangan Nilai dan Kontribusi Sektor-sektor Terhadap PDRB Aceh

Tahun 2010-2014 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Sektor

2010

2011

2012

2013

2014 (Tw I-IV)

Rp

(Trilyun)

%

Rp

(Trilyun)

%

Rp

(Trilyun)

%

Rp

(Trilyun)

%

Rp

(Trilyun)

%

1.

Pertanian

8.84

26.70

9.32

26.85

9.89

27.12

10.22

26.87

10.34

26.9

5

2.

Pertambang

an dan

Penggalian

2.61

7.89

2.61

7.53

2.56

7.03

2.53

6.66

2.23

5.82

3.

Industri

Pengolahan

3.49

10.55

3.55

10.23

3.59

9.85

3.47

9.12

3.23

8.41

4.

Listrik, Gas

& Air Bersih

0.12

0.37

0.13

0.38

0.14

0.39

0.15

0.39

0.16

0.41

5.

Konstruksi

2.35

7.09

2.50

7.21

2.67

7.32

2.87

7.54

2.98

7.77

6.

Perdaganga

n, Hotel &

Restoran

6.61

19.97

7.07

20.37

7.57

20.75

8.11

21.33

8.27

21.5

6

7.

Pengangkut

an &

Komunikasi

2.43

7.34

2.58

7.43

2.72

7.46

2.85

7.50

2.96

7.70

8.

Keuangan,

Persewaan

& Jasa

Perusahaan

0.62

1.88

0.66

1.90

0.71

1.94

0.76

1.99

0.81

2.12

9.

Jasa-jasa

6.03

18.23

6.28

18.10

6.63

18.16

7.07

18.60

7.38

19.2

5

PDRB

33.10

100

34.71

100

36.48

100

38.01

100

38.36

100

PDRB Tanpa

Migas

29.07

30.73

32.59

34.33

35.39

Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh 2014

(24)

B a b I I | R a n c a n g a n A k h ir R e n c a n a K e r ja P e m e r in t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6

II - 11

Kontribusi Sektor-sektor Terhadap PDRB Aceh Dengan Migas Selama Tahun 2010 S.d 2014

Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)

No

Sektor

2010

2011

2012

2013

2014

Hb

Hk

Hb

Hk

Hb

Hk

Hb

Hk

Hb

Hk

%

%

%

%

%

%

%

%

%

%

1.

Pertanian

28.17

26.70

27.32

26.85

27.46

27.12

27.68

26.87

28.29

26.95

2.

Pertambangan &

Penggalian

11.06

7.89

11.6

7.53

10.46

7.03

9.54

6.66

8.17

5.82

3.

Industri Pengolahan

9.63

10.55

8.95

10.23

8.79

9.85

8.13

9.12

7.13

8.41

4.

Listrik, Gas & Air

Bersih

0.43

0.37

0.45

0.38

0.51

0.39

0.54

0.39

0.60

0.41

5.

Konstruksi

9.94

7.09

10.86

7.21

11.31

7.32

11.56

7.54

12.09

7.77

6.

Perdagangan, Hotel

& Restoran

15.43

19.97

16.41

20.37

17.02

20.75

17.14

21.33

17.33

21.56

7

Pengangkutan &

Komunikasi

10.58

7.34

10.64

7.43

10.65

7.46

11.04

7.50

11.25

7.70

8.

Keuangan,

Persewaan & Jasa

Perusahaan

2.63

1.88

2.56

1.90

2.89

1.94

3.11

1.99

3.28

2.12

9.

Jasa-jasa

12.13

18.23

11.2

18.10

10.91

18.16

11.26

18.60

11.86

19.25

PDRB

100

100

100

100

100

100.00

100

100

100

100

Meskipun sektor pertanian yang merupakan kelompok sektor primer memiliki kontribusi

terbesar, namun bila dilihat berdasarkan pengelompokannya, kelompok sektor tersier (sektor

PHR, sektor pengangkutan & komunikasi, sektor keuangan persewaaan, dan sektor

jasa-jasa) merupakan kelompok sektor terbesar bila dibandingkan dengan kelompok primer dan

sekunder. Terlihat dari Gambar 2.2 yang menggambarkan bahwa perkembangan sektor

tersier terus meningkat dari tahun 2010 hingga 2014 dengan persentase dari 47,41 persen

menjadi 50,63 persen.

(25)

II - 12

R e n c a n a K e r ja P e m e r in t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6 | B a b II

Gambar 2.2

Kelompok Sektor PDRB Aceh Dengan Migas Selama Tahun 2010 S.d 2014

Atas Dasar Harga Konstan (Hk)

B. Laju Inflasi

Pada bulan Desember 2014, ketiga kota di Provinsi Aceh mengalami inflasi yakni

diantaranya: Kota Banda Aceh (2,19), Kota Banda Aceh (2,19), dan Meulaboh (1,17),

sehingga secara agregat di Provinsi Aceh terjadi inflasi sebesar 1,99 persen

.

Laju Inflasi

tahun kalender sampai dengan bulan Desember 2014 untuk Kota Banda Aceh adalah

sebesar 7,83%, Kota Lhokseumawe 8,53%, Kota Meulaboh 8,20 persen dan Aceh 8,09

persen. Inflasi “year on year” (Desember 2014 terhadap Desember 2013) untuk Kota Banda

Aceh adalah sebesar 7,83 persen, Kota Lhokseumawe 8,53 persen, Kota Meulaboh 8,20

persen dan Aceh 8,09 persen.

Nilai inflasi tersebut terlihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3

Perkembangan Inflasi Banda Aceh, Lhokseumawe, Meulaboh dan

Provinsi Aceh Januari - Desember 2014

34,59

34,38

34,14

33,53

32,77

18,00

17,81

17,55

17,05

16,6

47,41

47,81

48,30

49,42

50,63

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

2010

2011

2012

2013

2014

Primer

Sekunder

Tersier

-1,50

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

(26)

B a b I I | R a n c a n g a n A k h ir R e n c a n a K e r ja P e m e r in t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6

II - 13

transpor, komunikasi dan jasa keuangan dengan inflasi sebesar 5,21 persen. Tingginya

inflasi pada kelompok tersebut akibat kenaikan harga BBM subsidi yang terjadi pada bulan

November 2014. Sedangkan kelompok lainnya yang mengalami inflasi terdapat pada

kelompok bahan makanan dengan inflasi sebesar 4,37 persen. kenaikan inflasi juga terjadi

pada empat kelompok lainnya yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau

(0,20 persen), perumahan,air,listrik,gas & bahan bakar (0.64 persen), sandang (0,64

persen), kesehatan (0,05 persen), namun kenaikannya masih sangat kecil. Ini dapat dilihat

pada Tabel 2.5 berikut.

Tabel 2.5

IHK dan Tingkat Inflasi Kota Banda Aceh Desember 2014, Tahun Kalender 2014, dan Year on

Year menurut Kelompok Pengeluaran (2007=100)

Kelompok

Kota Banda Aceh

Kota Lhokseumawe

IHK Des

2014

Inflasi

Bulan

Des

2014

laju Inflasi

tahun

Kalender

2014

Inflasi

Year on

Year

IHK Des

2014

Inflasi

Bulan

Des 2014

laju

Inflasi

Tahun

kalender

2014

Inflasi

Year on

Year

U m u m / t o t a l

114.84

2.19

7.83

7.83

115.49

1.95

8.53

8.53

Bahan makanan

123.92

4.37

12.93

12.93

122.88

3.44

11.32

11.32

Makanan jadi,

minuman, rokok &

tembakau

108.05

0.20

1.70

1.70

107.65

0.26

4.09

4.09

Perumahan,air,listrik,ga

s & bahan bakar

108.76

0.64

6.23

6.23

114.53

0.75

10.69

10.69

Sandang

106.92

0.64

4.86

4.86

113.21

0.56

7.11

7.11

Kesehatan

104.79

0.05

1.69

1.69

104.46

0.00

2.08

2.08

Pendidikan, rekreasi

dan olah raga

110.07

0.00

3.06

3.06

108.40

0.00

2.66

2.66

Transpor,komunikasi

dan jasa keuangan

127.96

5.21

13.62

13.62

121.31

5.54

10.24

10.24

1). Persentase perubahan IHK Des 2014 terhadap IHK bulan sebelumnya

2). Persentase perubahan IHK Des 2014 terhadap IHK Desember 2012

3). Persentase perubahan IHK Des 2014 terhadap IHK Des 2013

* Sumber : BPS Aceh, 2014

C. Persentase Penduduk di atas garis kemiskinan

Aspek kesejahteraan masyarakat Aceh tercermin dari jumlah dan persentase

penduduk miskin. Perkembangan kemiskinan di Provinsi Aceh dalam kurun waktu

2008-2014 secara absolut terjadi penurunan sebesar 19.669 jiwa, dimana pada

tahun 2012 jumlah penduduk miskin berjumlah sebanyak 876.554 jiwa, sementara

pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin sebanyak 856.885 jiwa.

Penyebaran penduduk miskin terbesar tahun 2013 terdapat di Kabupaten Aceh

Utara dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 115.364 jiwa dan Pidie sebanyak

85.803 jiwa, dan terendah di Kota Sabang sebesar 5.921 jiwa. Namun secara

(27)

II - 14

R e n c a n a K e r ja P e m e r in t a h A c e h ( R K P A ) T a h u n 2 0 1 6 | B a b II

Daya, dan kabupaten Gayo Lues yang mengalami peningkatan.

Sementara untuk penyebaran tingkat kemiskinan tertinggi terdapat di

Kabupaten Aceh Barat sebesar 23,70 persen dan tingkat kemiskinan terendah di

Kota Banda Aceh sebesar 8,03 persen. Selanjutnya tingkat kemiskinan untuk

masing-masing kabupaten/kota secara rinci ditampilkan pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota

Tahun 2008-2013

No

Kabupaten/

Jumlah (000)

Persentase (%)

Kota

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2008

2009

2010

2011

2012

2013

1

Simeulue

20,57

19,11

18,90

19

18,5

17,80

26,45

24,72

23,63

22,96

21,88

20,57

2

Aceh Singkil

22,24

20,29

19,90

19,9

19,4

20,72

23,27

21,06

19,39

18,93

17,92

18,73

3

Aceh Selatan

38,82

35,41

32,20

32,3

31,5

29,30

19,40

17,50

15,93

15,52

14,81

13,44

4

Aceh Tenggara

30,89

27,87

30,00

30,2

29,4

27,78

18,51

16,77

16,79

16,39

15,64

14,39

5

Aceh Timur

76,22

68,30

66,50

66,7

64,9

64,44

24,05

21,33

18,43

18,01

17,19

16,59

6

Aceh Tengah

40,64

38,17

35,30

35,4

34,5

33,61

23,36

21,43

20,10

19,58

18,78

17,76

7

Aceh Barat

43,69

40,39

42,40

42,5

41,4

44,32

29,96

27,09

24,43

23,81

22,76

23,70

8

Aceh Besar

63,46

58,97

66,20

66,3

64,6

63,89

21,52

20,09

18,80

18,36

17,5

16,88

9

Pidie

101,77

93,80

90,20

90,4

88

85,80

28,11

25,87

23,80

23,19

22,12

21,12

10

Bireuen

79,09

72,94

76,10

76,3

74,3

73,94

23,27

21,65

19,51

19,06

18,21

17,65

11

Aceh Utara

135,70

126,59

124,40

12,7

121,4

115,36

27,56

25,29

23,43

22,89

21,89

20,34

12

Aceh Barat Daya

27,43

25,00

25,20

25,3

24,6

25,74

23,42

21,33

19,94

19,49

18,51

18,92

13

Gayo Lues

18,89

17,09

19,00

19,1

18,6

19,00

26,57

24,22

23,91

23,38

22,31

22,33

14

Aceh Tamiang

50,82

45,29

45,20

45,3

44,1

40,82

22,29

19,96

17,99

17,49

16,7

15,13

15

Nagan Raya

33,21

30,86

33,40

33,6

32,7

32,66

28,11

26,22

24,07

23,38

22,27

21,75

16

Aceh Jaya

17,24

17,13

15,60

15,6

15,2

14,60

23,86

21,86

20,18

19,8

18,3

17,53

17

Bener Meriah

31,28

28,58

32,10

32,2

31,4

30,93

29,21

26,58

26,23

25,5

24,5

23,47

18

Pidie Jaya

37,70

35,60

34,70

34,8

33,9

32,59

30,26

27,97

26,08

25,43

24,35

22,70

19

Banda Aceh

19,91

17,27

20,80

20,8

20,3

19,43

9,56

8,64

9,19

9,08

8,65

8,03

20

Sabang

7,14

6,54

6,60

6,7

6,5

5,92

25,72

23,89

21,69

21,31

20,51

18,31

21

Langsa

23,96

21,34

22,40

22,4

21,8

20,27

17,97

16,20

15,01

14,66

13,93

12,62

22

Lhoksumawe

23,94

22,53

24,00

24,2

23,6

22,98

15,87

15,08

14,07

13,73

13,06

12,47

23

Subulussalam

17,73

16,75

16,40

16,5

16,1

15,00

28,99

26,80

24,36

23,85

22,64

20,69

Aceh

959,70

892,86

861,85

900,2

876,6

856,8

23,53

21,80

20,98

19,48

18,58

17,72

Gambar

Tabel 2.2 Rasio Ketergantungan Penduduk
Gambar 2.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor-sektor Terhadap PDRB Aceh
Tabel 2.4 Kontribusi Sektor-sektor Terhadap PDRB Aceh Dengan Migas Selama Tahun 2010 S.d 2014
Gambar 2.3 Perkembangan Inflasi Banda Aceh, Lhokseumawe, Meulaboh dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2012-2017 merupakan penjabaran visi, misi dan program Bupati/Wakil Bupati yang penyusunannya

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) Tahun 2016- 2021 merupakan penjabaran visi, misi, kepala desa, arah kebijakan pembangunan pemerintah desa, serta

Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri 54 tahun 2010 merupakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah

LAMPIRAN  PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berangkat dan

Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013-2018 merupakan dokumen yang menjabarkan perencanaan strategis dan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2016 I-1 Pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Tengah telah memasuki periode awal dari.. pelaksanaan pembangunan daerah jangka

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2011-2016 Provinsi Sulawesi Tengah1. KODE BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN SKPD