26
Vera Diana Towidjojo & Nensy Tandungan, Hubungan Kadar Trombosit dan Hematokrit ... HUBUNGAN KADAR TROMBOSIT DAN HEMATOKRIT DENGAN DERAJATKEPARAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA PASIEN DEWASA
(Suatu Penelitian Cross Sectional di RSU Anutapura Palu)
Vera Diana Towidjojo*, Nensy Tandungan**
* Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako
** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako
ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of several infectious diseases that became the world foremost health problems of developing countries. By relying on WHO’s laboratory criteria, thrombocytopenia and leakage of plasma with hemoconcentration are indicators of the severity of the DHF. But some cases do not meet the clinical criteria of WHO and the symptoms are not typical in most of cases. To find out the possibility of shifting the laboratory criteria of DHF, authors interested to conduct research assess relationship between platelet count and hematocrite with the degree of DHF.
The research was carried out using the method of cross sectional analysis. Simple random sampling is used to get 94 samples. The number of people who research 94 samples retrieved from medical record in RSU Anutapura Palu accordance with the inclusion and exclusion criteria.
Relationship between platelets count and the clinical degree of DHF analysis by Spearman correlation. Spearman correlation values (r) of -0.529 its mean that correlation is negative with moderate strength correlation (0,400 - 0,599). And the relationship between hematocrite count and the clinical degree of DHF analysis by Spearman correlation values (r) of 0.345 its mean that correlation is positive with weak correlation (0.20 - 0.399).
There is a significant association between platelet counts and hematocrite with degrees of DHF although weak to moderate strength relationship.
27
Vera Diana Towidjojo & Nensy Tandungan, Hubungan Kadar Trombosit dan Hematokrit ... ABSTRAKPenyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan satu dari beberapa penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di dunia terutama negara berkembang. Dengan mengandalkan kriteria laboratorium WHO maka jumlah trombosit yang rendah (trombositopenia) dan kebocoran plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi merupakan indikator keparahan penyakit DBD. Namun beberapa kasus tidak memenuhi kriteria klinis WHO, gejalanya tidak khas pada sebagian besar kasus, disamping hasilnya yang variatif terutama pada awal penyakit. Untuk mengetahui kemungkinan perubahan pola manifestasi laboratorium DBD tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kadar trombosit dan hematokrit terhadap derajat DBD.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode cross sectional analisys. Jumlah sampel penelitian 94 orang yang diperoleh dari data rekam medis di RSU Anutapura Palu, menggunakan teknik randomisasi sederhana (simple randomized) sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Hubungan kadar trombosit dengan derajat DBD secara statistik bermakna (p<0,05). Derajat hubungan yang diuji dengan Spearman didapatkan hubungan terbalik berderajat sedang (r = -0,529). Hubungan kadar hematokrit dengan derajat DBD secara statistik bermakna (p<0,05). Derajat hubungan yang diuji dengan Spearman didapatkan hubungan searah berderajat lemah (r = 0,345).
Ada hubungan yang bermakna antara kadar trombosit dan hematokrit dengan derajat keparahan DBD walaupun kekuatan hubungan lemah-sedang.
28
Vera Diana Towidjojo & Nensy Tandungan, Hubungan Kadar Trombosit dan Hematokrit ...A. PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) biasa disebut Dengue Haemorrahagic
Fever (DHF) merupakan satu dari beberapa
penyakit menular yang menjadi masalah
kesehatan di dunia terutama negara
berkembang. Penyakit ini disebabkan oleh 4
serotipe virus dengue dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus.
Insidensi demam berdarah dengue
meningkat secara dramatis di seluruh dunia
dalam beberapa dekade ini. Diperkirakan saat
ini sekitar 50 juta kasus demam dengue
ditemukan setiap tahun, dengan 500.000 kasus
memerlukan penanganan di Rumah Sakit. Dari
kasus di atas, sekitar 25.000 jumlah kematian
terjadi setiap tahunnya. Kejadian luar biasa
(KLB) terbesar terjadi pada tahun 1998
dengan Incidence rate (IR) 35,19 per 100.000
penduduk dan (CFR) 2%.
Di Indonesia penyakit ini pertama
kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya
dengan jumlah penderita 58 orang dan
kematian 24 orang dengan Case Fatality Rate
(CFR) 41,3%. Pada tahun 1994, kasus DBD
telah ditemukan di seluruh propinsi di
Indonesia. Dan pada tahun 2004, Indonesia
melaporkan CFR (1,12%) tertinggi di Asia
Tenggara. Di Sulawesi Tengah terjadi kasus
DBD sebanyak 2.092 kasu. Kota Palu tercatat
sebagai urutan pertama dengan jumlah kasus
sebesar 1.325.
Berdasarkan kriteria laboratorium
WHO, jumlah trombosit yang rendah
(trombositopenia) dan kebocoran plasma yang
ditandai dengan hemokonsentrasi merupakan
indikator keparahan penyakit DBD.
Kadar hematokrit dan trombosit adalah
memiliki kelemahan. Beberapa kasus tidak
memenuhi kriteria klinis WHO, gejala tidak
khas pada sebagian besar kasus, di samping
hasilnya yang variatif terutama pada awal
penyakit.
Untuk mengetahui kemungkinan
perubahan pola manifestasi DBD di Palu
khususnya di RSU Anutapura, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
hubungan kadar trombosit dan hematokrit
terhadap derajat DBD di Rumah Sakit Umum
Anutapura Palu tahun 2012.
B. METODE
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
dengan analisis data sekunder dari rekam
medis pasien DBD tahun 2011-2012.
Pengambilan sampel dilakukan dengan simple
random sampling . Perhitungan besar sampel
memakai rumus Slovin didapatkan 94 sampel.
Data yang terkumpul, disajikan dalam
29
Vera Diana Towidjojo & Nensy Tandungan, Hubungan Kadar Trombosit dan Hematokrit ... program komputer. Besar serta pola hubungandianalisis menggunakan uji korelasi
Spearman.
C. HASIL
Total 94 sampel didapatkan rerata umur
20 tahun dengan umur terendah 20 tahun dan
tertinggi 40 tahun. Berikut adalah tabel
distribusi kasus DBD berdasarkan umur pada
pasien DBD di RSU Anutapura Palu :
Tabel 1. distribusi kasus DBD berdasarkan
umur pada
pasien DBD di RSU Anutapura Palu
Berdasarkan tabel 1 terlihat tidak
dijumpai DBD derajat IV; 77,7 % sampel
masuk dalam DBD derajat I dan secara umum
prevalensi DBD tertinggi dijumpai pada
kelompok umur 20-22 tahun yaitu berjumlah
46 orang (48,9%). Pada tabel I ini juga tampak
kecenderungan penurunan persentase DBD
pada kelompok umur yang lebih tua.
Tabel 2.Distribusi kasus DBD berdasarkan
jenis kelamin pada pasien DBD
di RSU Anutapura Palu
derajat DBD, laki-laki lebih banyak
menderita DBD daripada perempuan.
Tabel 3. Distribusi kasus DBD berdasarkan
kadar trombosit dan derajat DBD pada
pasien DBD di RSU Anutapura Palu
Pada tabel 3 didapatkan hasil bahwa
kadar trombosit tertinggi didapatkan pada
DBD derajat I sebesar 95.917 ± 35.912
dengan rentang 27.000-196.000/mm³,
sedangkan yang paling rendah pada derajat III
sebesar 14.273 ± 20.525 dengan rentang
10.00-58.000. Pada pasien DBD derajat I, II,
III didapatkan rata – rata (mean) nilai trombosit masing-masing 95.917/mm³,
30
Vera Diana Towidjojo & Nensy Tandungan, Hubungan Kadar Trombosit dan Hematokrit ... juga dapat dilihat bahwa semakin tinggiderajat DBD semakin menurun pula kadar
trombosit.
Tabel 4. Distribusi kasus DBD berdasarkan
Kadar Hematokrit dan derajat DBD pada
pasien DBD di RSU Anutapura Palu
Dari tabel 4, didapatkan hasil bahwa
kadar hematokrit yang paling tinggi pada
pasien DBD derajat III sebesar 49 ± 4,67
dengan rentang 43,4 - 55,8 %, sedangkan
kadar hematokrit terendah pada pasien DBD
derajat I sebesar 41 ± 4,74 dengan rentang
27,5 – 55,8%. Pada pasien DBD derajat I, II, III didapatkan rerata (mean) nilai hematokrit
masing-masing, 41% , 45%, dan 49%.
Hubungan Antara Kadar Trombosit dan
Hematokrit dengan Derajat DBD
Tabel 5. Hasil analisis statistik korelasi
Spearman Nilai Trombosit
dengan Derajat DBD
Kadar Trombosit Derajat DBD
Koefisien korelasi -0,529
Sig. (2-Tailed) p: 0,000
Dari hasil analisis statistik hubungan
antara kadar trombosit dengan derajat DBD,
didapatkan adanya korelasi antara kadar
tombosit dan derajat DBD yang bermakna
secara statistik (p<0,05). Nilai korelasi
Spearman (r) didapatkan sebesar -0,529,
dengan korelasi derajat sedang (0,400-0,599).
Hal ini menunjukkan bahwa semakin berat
derajat DBD maka akan semakin rendah kadar
trombosit walaupun korelasi ini dalam derajat
sedang.
Tabel 6 . Hasil analisis statistik korelasi
Spearman Nilai Hematokrit
dengan Derajat DBD
Dari hasil analisis statistik hubungan
antara kadar hematokrit dengan derajat DBD
yang diperoleh, didapatkan adanya korelasi
antara kadar hematokrit dan derajat DBD yang
bermakna secara statistik (p<0,05). Nilai
korelasi Spearman (r) didapatkan sebesar
0,345, dengan korelasi derajat lemah
(0,200-0,399). Hal ini menunjukkan bahwa semakin
berat derajat DBD maka akan semakin tinggi
kadar trombosit walaupun korelasi ini dalam
derajat lemah.
Kadar Hematokrit Derajat DBD
Koefisien korelasi 0,345
31
Vera Diana Towidjojo & Nensy Tandungan, Hubungan Kadar Trombosit dan Hematokrit ...D. PEMBAHASAN
Karakteristik Sampel
Pada penelitian ini, kelompok umur
paling banyak terkena penyakit DBD, adalah
umur 20-22 tahun berjumlah 46 orang (48,9
%). Hal ini mungkin berhubungan dengan
mobilitas yang tinggi atau status imunitas
yang mungkin kurang aktif atau tertekan
akibat kebiasaan makan atau tidur yang buruk
sehingga menyebabkan kelompok umur ini
rentan terutama terhadap infeksi [6]. Diperoleh
pula DBD derajat I yang paling banyak.
hematokrit yang meningkat dengan
trombositpenia < 150.000/ l. Hal ini untuk
mengantisipasi kejadian syok, sehingga
penderita disarankan diinfus kristaloid.
Hematokrit yang meningkat lebih dari 20%
dari harga normal merupakan indikator adanya
kebocoran plasma dan sebaiknya penderita
dirawat inap selama kurun waktu 12-24 jam.
Berdasarkan jenis kelamin sampel,
didapatkan laki-laki lebih banyak terkena
penyakit DBD daripada perempuan. Ini
dikarenakan laki-laki lebih banyak beraktivitas
diluar rumah yang memungkinkan untuk
terkena gigitan nyamuk [7].
Hubungan Antara Kadar Trombosit dan
Hematokrit dengan Derajat DBD
Dari hasil akhir uji analisis statistik
dengan menggunakan uji korelasi Spearman
menunjukkan bahwa antara kadar trombosit
dengan derajat DBD diperoleh nilai signifikan
0,000 yang berarti bahwa korelasi antara
trombosit dan derajat DBD adalah bermakna
(p<0,05). Nilai korelasi Spearman (r)
didapatkan sebesar -0,529 menunjukkan arah
korelasi negatif artinya semakin besar nilai
suatu variabel maka akan semakin kecil nilai
variabel lainnya dan kekuatan korelasi yang
didapati adalah sedang (0,40 – 0,599). Sedangkan pada hasil analisis statistik antara
kadar hematokrit dengan derajat DBD,
didapatkan nilai signifikan 0,000 yang
menunjukkan bahwa korelasi antara
hematokrit dan derajat DBD bermakna
(p<0,05). Nilai korelasi Spearman (r) sebesar
0,345 menunjukkan arah positif artinya
semakin besar nilai suatu variabel maka akan
semakin besar nilai variabel lainnya dan
kekuatan korelasi yang didapati adalah lemah
(0,20 – 0,399).
Dari data yang diperoleh dalam
penelitian ini, secara umum terdapat
hubungan yang bermakna antara kadar
trombosit dan hematokrit dengan derajat DBD.
Berdasarkan teori, bahwa trombosit adalah
32
Vera Diana Towidjojo & Nensy Tandungan, Hubungan Kadar Trombosit dan Hematokrit ... untuk menghentikan perdarahan. Pada infeksivirus dengue, gangguan yang ditumbulkan
virus ini antara lain terjadinya percampuran
antibodi dengan berbagai senyawa dalam
darah, yang kemudian akan terbentuk
anaphylatoxin yaitu semacam protein yang
merusak dinding pembuluh darah sehingga
menimbulkan kebocoran plasma
(hemokonsentrasi) menyebabkan penderita
DBD mengalami perdarahan interna atau
perdarahan dalam tubuh dan biasanya terjadi
di saluran cerna. Dan apabila jumlah trombosit
pada penderita DBD mengalami penurunan
(trombositopenia) maka mengindikasikan
penderita memasuki fase kritis yang terkait
dengan derajat keparahan DBD
Hemokonsentasi atau peningkatan
hematokrit menunjukkan atau mengambarkan
adanya perembesan plasma keruang
ekstravaskuler sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian
cairan intravena. Jika penderita tidak
mendapatkan cairan yang cukup, penderita
akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan
bisa mengalami renjatan bahkan kematian
Hasil penelitian serupa diperoleh oleh
Keumala Ade di Medan dan Margaret di
Semarang dalam penelitiannya yang
mengungkapkan bahwa diduga nilai trombosit
dan hematokrit dengan derajat DBD memiliki
hubungan yang bermakna meskipun
hubungannya lemah-sedang. Namun berbeda
dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
Ihsan di Surakarta dengan hasil yang
berlawanan. Dalam hasil penelitiannya
diungkapkan bahwa kadar hematokrit dan
trombosit tidak dapat dijadikan sebagai faktor
prediktor derajat klinis DBD karena dalam
penelitiannya didapati pasien yang telah
dikonfirmasi mengalami infeksi dengue,
pasien mengalami syok tetapi tidak terjadi
trombositopenia maupun hemokonsentrasi, hal
itu tidak sesuai dengan kriteria laboratorium
yang diajukan oleh WHO untuk diagnosis
DBD.
Adanya perbedaan dari beberapa hasil
penelitian yang telah didapat, dapat
disebabkan oleh berbagai macam faktor antara
lain sosiodemografi (jenis kelamin, umur,
pendidikan, pekerjaan, dan mobilitas),
lingkungan (kelembaban, musim, curah hujan,
dan temperature), status gizi pasien, dan
kecepatan pengiriman atau datangnya pasien
kerumah sakit
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan tujuan penelitian yaitu
mengetahui hubungan antara kadar trombosit
dan hematokrit dengan derajat keparahan DBD
di RSU Anutapura Palu , maka kesimpulan
yang didapat adalah terdapat hubungan yang
bermakna antara kadar trombosit dan
hematokrit dengan derajat keparahan DBD di
RSU Anutapura Palu.
Antara kadar trombosit dengan derajat
DBD diperoleh arah negatif, artinya semakin
tinggi derajat DBD semakin rendah kadar
33
Vera Diana Towidjojo & Nensy Tandungan, Hubungan Kadar Trombosit dan Hematokrit ... Sedangkan antara kadarhematokrit denganderajat DBD diperoleh arah yang positif,
artinya semakin tinggi derajat DBD semakin
tinggi pula kadar hematokrit, dengan kekutan
korelasi yang lemah.
Berdasarkan hasil penelitian maka
disarankan sebagai berikut :
1. Dari penelitian ini, hanya ditemukan
5 pasien DBD derajat 3 dan tidak
ditemukan adanya pasien DBD
derajat IV. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat telah memiliki
sikap kepedulian yang tinggi untuk
tanggap dalam mengenali
gejala-gejala DBD sehingga lebih cepat
membawa pasien ke rumah sakit.
Mengingat bahwa Negara Indonesia
merupakan endemis DBD, untuk itu
penulis berharap hal tersebut tetap
dipertahankan oleh masyarakat
sehingga angka kematian akibat DBD
dapat ditekan.
2. Pemeriksaan trombosit dan
hematokrit penting dalam menunjang
diagnosis infeksi dengue.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai faktor-faktor lain
yang mempengaruhi pergeseran
derajat DBD selain trombosit dan
34
Vera Diana Towidjojo & Nensy Tandungan, Hubungan Kadar Trombosit dan Hematokrit ...F. DAFTAR PUSTAKA
1. Christantie, Effendy. Perawatan
pasien DHF. Jakarta : EGC.
2005.
2. Corwin J. Elizabeth. Buku Saku
Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta :
EGC. 2009
3. Daher EF, Rafael SA Lima, Denise M
Brunetta, Geraldo B Silva
Júnior, Rainardo A Puster,
Krasnalhia LS Abreu, et al.
Dengue hemorrhagic fever in
the state of ceará, Brazil. 2005
predisposisi terjadinya syok
pada pasien demam berdarah
dengue dewasa di RSUP Dr.
Kariadi Semarang. 2007 [Cited
2013 Februari 12].
6. Hendarwanto. Buku Ajar Penyakit
Dalam. Jilid I. 3rd ed. Jakarta:
Balai penerbit FKUI. 2009.
7. Ihsan Jaya. Hubungan kadar
hematokrit awal dengan derajat
klinis DBD. 2008 [Cited 2013
februari8]. Availableform:
http://etd.eprint.ums.id/4064/2/
J5000 60065.pdf
8. Keumala Ade P. Hubungan nilai
trombosit dan hematokrit
dengan derajat demam berdarah
perubahan patofisiologi infeksi
virus dengue. 2006 [Cited 2013
Maret 10]. Available from:
http://www.dexa-medica.com.
11.Soejoso Atmaji D. Gambaran
hematokrit, trombosit, dan
plasma protein pada penderita
DBD. 1998 [Cited 2013 Maret
15]. Available from:
http://digilib. litbang.
35
Vera Diana Towidjojo & Nensy Tandungan, Hubungan Kadar Trombosit dan Hematokrit ... 12.World Health Organization.Situation of dengue dengue
haemorrhagic fever in
South-East Asia region. 2010 [Cited
2012 December 20]. Available