• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN HASIL PENELITIAN (LHP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN HASIL PENELITIAN (LHP)"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL PENELITIAN (LHP)

TAHUN 2015

INOVASI TEKNIK PENGOLAHAN ROTAN

1. Dr. Krisdianto, S.Hut., MSc.

2. Dra. Jasni, MSi.

3. Drs. D. Martono

4. Prof.Ris.Drs.Dr. Adi Santoso, MSi.

5.

Ir. Achmad Supriadi, MS

.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN

BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN

TAHUN 2015

INOVASI TEKNIK PENGOLAHAN ROTAN

Bogor, Desember 2015 Mengetahui

Ketua Kelti, Ketua Tim Pelaksana,

Dr. Krisdianto, S.Hut, MSc. Dr. Krisdianto, S.Hut, MSc. NIP. 19731001 1998031 002 NIP. 19731001 1998031 002

Menyetujui Mengesahkan Koordinator, Kepala Pusat,

Ir. Jamal Balfas, MSc. Dr.Ir. Dwi Sudharto, MSc. NIP. 19580604 1986031 005 NIP. 19591117 1986031 003

(3)

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

Abstrak ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Sasaran ... 3

C. Luaran ... 3

D. Hasil yang Telah Dicapai ... 3

E. Ruang Lingkup ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

BAB III. METODE PENELITIAN ... 8

A. Lokasi Penelitian ... 8

B. Bahan dan Peralatan ... 8

C. Prosedur Kerja ... 8

1. Perhitungan energi microwave ... 8

2. Pengujian laju pengeringan rotan berukuran pendek ... 9

3. Pengujian laju pengeringan rotan berukuran panjang ... 9

D. Analisis Data ... 10

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 11

(4)

iv

B. Perhitungan Energi Microwave ... 11

B. Pengeringan Rotan Pendek ... 13

C. Pengeringan Rotan Panjang ... 25

D. Modifikasi Microwave Untuk Pengolahan Rotan ... 30

E. Analisis Cairan ... 36

F. Analisis Data ... 39

F. Analisis Biaya ... 42

BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

A. KESIMPULAN ... 44

B. SARAN ... 45

UCAPAN TERIMA KASIH ... 45

(5)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kadar air segar rotan semambu dan kesur ... 11

Tabel 2. Hasil pengukuran suhu air setelah pemanasan 60 detik ... 12

Tabel 3. Hasil pengukuran suhu air setelah pemanasan 60 detik ... 12

Tabel 4. Rata-rata nilai warna batang rotan ... 29

Tabel 5. Hasil uji data berpasangan dengan buku dan tanpa buku ... 39

Tabel 6. Hasil analisa sidik ragam perlakuan microwave dan penggorengan ... 40

Tabel 7. Uji lanjut perlakuan microwave dan penggorengan rotan pendek ... 40

Tabel 8. Hasil analisa sidik ragam penurunan kadar air berbagai perlakuan ... 41

Tabel 9. Uji lanjut perlakuan microwave dan penggorengan rotan panjang ... 41 Tabel 10. Asumsi dan perkiraan biaya pengeringan dengan microwave . 43

(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penurunan kadar air rotan semambu pada empat kekuatan

dan perbandingannya dengan digoreng ... 13

Gambar 2. Grafik pengurangan berat akibat penurunan kadar air rotan semambu pada empat tingkat kekuatan dan digoreng ... 14

Gambar 3. Grafik pengurangan berat akibat penurunan kadar air rotan kesur pada empat tingkat kekuatan dan digoreng ... 15

Gambar 4. Penurunan kadar air rotan kesur pada empat kekuatan dan perbandingannya dengan digoreng ... 16

Gambar 5. Persentase penyusutan diameter rotan semambu pada berbagai tingkat dan waktu pemanasan ... 18

Gambar 6. Persentase penyusutan diameter rotan kesur pada berbagai tingkat dan waktu pemanasan ... 18

Gambar 7. Keriput pada permukaan rotan semambu setelah perlakuan microwave (A) dan tidak berkeriput setelah digoreng (B) .... 20

Gambar 8. Keriput pada permukaan rotan kesur setelah perlakuan microwave (A) dan tidak berkeriput setelah digoreng (B) .... 20

Gambar 9. Grafik suhu (°C) rotan semambu setelah pemanasan ... 23

Gambar 10. Grafik suhu (°C) rotan kesur setelah pemanasan ... 24

Gambar 11. Penurunan kadar air rotan semambu dan kesur dengan beberapa perlakuan ... 26

Gambar 12. Batang rotan semambu setelah dipanaskan dengan microwave 100% (A), 75% (B), 50% (C), 25% (D) dan digoreng (E) ... 27

Gambar 13. Batang rotan kesur setelah dianaskan dengan microwave 100% (A), 75% (B), 50% (C), 25% (D) dan digoreng (E) ... 28

Gambar 14. Modifikasi micrwave generasi pertama ... 31

Gambar 15. Skema modifikasi microwave oven ... 32

Gambar 16. Modifikasi microwave oven generasi kedua ... 34

Gambar 17. Modifikasi microwave oven generasi kedua untuk pelengkungan rotan ... 35

(7)

vii

Gambar 18. Proses pelengkungan dengan microwave dan hasil

pelengkungannya ... 36 Gambar 19. Cairan yang keluar dari batang rotan selama proses

pemanasan dengan micowave ... 37 Gambar 20. Hasil analisa cairan yang keluar dari batang rotan semambu

(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil analisa cairan yang keluar dari batang rotan semambu . 48 Lampiran 2. Hasil analisa cairan yang keluar dari batang rotan kesur ... 54

(9)

ix

Abstrak

Peningkatan nilai tambah rotan di masyarakat hulu diupayakan dengan mengembangkan perekayasaan pengolahan rotan seperti penggorengan dengan minyak tanah yang sesuai dengan kemajuan teknologi. Teknologi gelombang mikro (microwave) merupakan salah satu alternatif pengeringan rotan dengan proses relatif bersih dan terjangkau. Penelitian ini mempelajari efektivitas pengeringan rotan dengan teknologi microwave oven yang tersedia di pasaran. Rotan diameter besar (d>18 mm) jenis semambu (Calamus scipionum Lour.) dan rotan kesur (Calamus ornatus Blume ex. Schult.f.) dikumpulkan dari Bengkulu untuk dibandingkan pengeringannya dengan microwave dan digoreng dengan minyak tanah. Rotan pendek berukuran 10 cm dan rotan panjang berukuran 2 m diujicobakan pada microwave dan penggorengan dengan minyak tanah sebagai perbandingan. Hasil penelitian menunjukkan kadar air menurun secara nyata, semakin besar energi microwave, semakin besar penurunan kadar airnya dan penurunan kadar air lebih besar dari penurunan kadar air dengan digoreng. Namun, pada tingkat energi 100% dan 75%, batang rotan menjadi keriput akibat penyusutan dimensi secara cepat. Untuk menghindari keriput disarankan untuk menggunakan microwave oven 1 kW (input) dengan kekuatan energi microwave 50% atau lebih rendah. Pengeringan rotan dengan microwave generasi pertama dilakukan per-satu batang dan perlu dikembangkan modifikasi microwave generasi kedua untuk mengeringkan rotan dalam ikatan besar. Setelah pemanasan dengan microwave rotan perlu diusap dengan kain yang telah dicelupkan dalam minyak tanah. Analisis biaya pengeringan rotan dengan microwave energi 50% sebesar Rp 205 per-batang rotan panjang 2 m. Secara umum, pengeringan batang rotan dengan microwave cukup terjangkau dan efektif untuk menurunkan kadar air rotan.

(10)

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

‘Rotan’ merupakan suatu istilah yang diberikan untuk kelompok tumbuhan memanjat yang batangnya dapat digunakan untuk berbagai macam produk, seperti mebel, keranjang dan peralatan rumah tangga (Dransfield & Manokaran, 1994; Alrasjid, 1989). Rotan adalah salah satu komoditi yang termasuk dalam kategori Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Daerah penghasil rotan tersebar di Pulau Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua dengan perkiraan potensi 622.000 ton/tahun. Sebelum tahun 1986, Indonesia merupakan pengekspor bahan baku rotan terbesar di dunia, namun industri pengolahan rotan nasional saat itu belum berkembang. Sejak dikeluarkannya SK Menteri Perdagangan No. 274/KP/X/1986 tentang larangan ekspor bahan baku rotan, industri pengolahan rotan mengalami perkembangan yang pesat, sedangkan industri pengolahan rotan di luar negeri mengalami kebangkrutan dan mengalihkan usahanya ke Indonesia, khususnya Cirebon.

Dalam perkembangan selanjutnya ketika ekspor bahan baku rotan dibuka kembali pada tahun 2005, dengan SK Menteri Perdagangan No.12/M-DAG/PER/6/2005 tentang ketentuan ekspor rotan, laju industri pengolahan rotan nasional mulai melambat dan berdampak pada menurunnya jumlah produksi mebel rotan, yang berakibat tutupnya beberapa industri rotan di dalam negeri. Sebaliknya dengan dibukanya kran ekspor, industri rotan di China, Taiwan dan Italia mendapat kesempatan untuk bangkit kembali dan mulai berkembang. Melihat hal tersebut, pada tahun 2009, Departemen Perdagangan menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 36 Tahun 2009 tentang regulasi tata niaga rotan, dengan mewajibkan pasokan rotan ke industri dalam negeri. Namun hal tersebut belum juga berhasil meningkatkan industri rotan di dalam negeri, sehingga Menteri Perdagangan menetapkan pelarangan

(11)

2

ekspor rotan mentah, asalan, ws (washed and sulfured) dan setengah jadi menurut Peraturan Menteri Perdagangan No. 35/M_DAG/PER/11/2011.

Pelarangan ekspor rotan tersebut diharapkan dapat meningkatkan industri rotan dalam negeri yang telah menurun kinerjanya akibat berbagai hal. Selain menutup kran ekspor, peningkatan industri pengolahan rotan dilakukan dengan meningkatkan teknologi pengolahan rotan di hulu maupun di hilir. Hal ini telah disampaikan Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 199/M-Ind/Per/10/2009 tentang upaya peningkatan nilai tambah rotan di masyarakat hulu dengan mengembangkan perekayasaan pengolahan rotan yang sesuai dengan kemajuan teknologi.

Salah satu proses pengolahan rotan di tingkat hulu yang bersifat tradisional adalah penggorengan rotan dalam minyak tanah yang dipanaskan (Rachman & Jasni, 2008). Penggorengan rotan merupakan salah satu proses percepatan pengeringan rotan. Tanpa perlakuan, batang rotan segar memerlukan waktu sekitar empat bulan untuk mencapai kondisi kering angin (Rachman, 2001). Penggorengan rotan dalam minyak tanah saat ini merupakan perlakuan pendahuluan yang paling efektif sebelum pengeringan rotan di tempat terbuka (Rachman & Jasni, 2008). Penggorengan rotan dilakukan dengan memasukkan rotan basah ke dalam minyak tanah yang dipanaskan pada suhu sekitar 80°C selama 2 sampai 4 jam. Setelah digoreng, rotan kemudian dijemur di tempat terbuka untuk menurunkan kadar airnya sampai dengan kering angin. Penjemuran di luar ruangan membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua minggu tergantung cuaca di luar ruangan. Dengan adanya program konversi penggunaan minyak tanah menjadi gas menyebabkan pasokan minyak tanah berkurang di pasaran. Langkanya minyak tanah mengharuskan petani rotan mencari bahan alternatif untuk memanaskan rotan, seperti oli bekas, air kapur dan solar. Namun hasilnya tidak sebaik menggunakan minyak tanah. Salah satu kemungkinan pengembangan pengolahan rotan adalah mencari inovasi teknologi pengeringan rotan untuk menggantikan proses penggorengan dengan minyak tanah.

(12)

3

Penggunaan teknologi gelombang mikro (microwave) telah berkembang untuk bahan lignoselulosa seperti kayu dan bambu (Vinden & Torgovnikov, 2000, Sugiyanto, 2011). Microwave telah menjadi proses alternatif pengeringan dan modifikasi kayu (Vinden & Torgovnikov, 2000, Zielonka & Dolowy, 1998). Mirip dengan kayu, rotan merupakan bahan berlignoselulosa yang diduga dapat dikeringkan dengan gelombang mikro. Adanya air di dalam sel-sel rotan memungkinkan penggunaan

Microwave sebagai perlakuan pendahuluan sebelum dikeringkan.

Penelitian bertujuan mempelajari penggunaan teknologi microwave untuk mengeringkan rotan.

Penggunaan teknologi microwave untuk mengeringkan rotan memberikan dukungan terhadap IKK eselon I Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di antaranya: Peningkatan Usaha Jasa Lingkungan Hutan Produksi dan HHBK (K3) sasaran pertama, meningkatnya produksi HHBK dan investasi usaha jasa lingkungan; dan mitigasi perubahan iklim (K2) sasaran kedua, penurunan konsumsi bahan perusak ozon.

B. Tujuan dan Sasaran

Penelitian ini bertujuan mempelajari penggunaan teknologi microwave untuk mengeringkan rotan. Sasaran dari kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan microwave sebagai alternatif untuk mengeringkan rotan.

C. Luaran

Luaran kegiatan tahun 2015 adalah Laporan Hasil Penelitian (LHP) dan draft Karya Tulis Ilmiah (KTI) penggunaan microwave untuk mengeringkan rotan. Selain data dan informasi ilmiah juga akan diperoleh modifikasi microwave oven yang sesuai untuk mengeringkan rotan.

D. Hasil yang Telah Dicapai

Kegiatan penelitian ini merupakan kegiatan tahun pertama sehingga belum ada hasil yang telah dicapai sebelumnya.

(13)

4

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan penelitian tahun ini adalah: 1. Pengujian laju pengeringan rotan berukuran pendek. 2. Pengujian laju pengeringan rotan berukuran panjang. 3. Penyusutan dan cacat pengeringan.

(14)

5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan ukurannya, rotan dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu rotan berdiameter kecil (diameter kurang dari 18 mm) dan rotan berdiameter besar (lebih dari 18 mm) (Rachman & Jasni, 2008). Untuk rotan berdiameter kecil perlakuan pendahuluan pengeringan rotan dilakukan untuk menghilangkan lapisan silika di bagian kulit batangnya, yang disebut dengan proses merunti. Peruntian dilakukan dengan menarik rotan kecil diantara dua batang kayu yang saling bersebelahan untuk merusak jaringan silika dalam kulit rotan. Rusaknya jaringan silika yang menyelubungi batang rotan menyebabkan air di dalam rotan mudah keluar dari batangnya setelah dirunti dan rotan menjadi kering. Untuk rotan berukuran besar, peruntian tidak dapat dilakukan karena rotan besar tidak selentur rotan kecil, sehingga perusakan jaringan silika dilakukan dengan menggoreng rotan di dalam minyak panas.

Sebagai tumbuhan monokotil, aliran air di dalam batang rotan melalui jaringan ikatan pembuluh yang memanjang secara longitudinal (Weiner & Liese, 1993, Bhat, Nasser & Thulasidas, 1993). Demikian juga dalam pengeringan rotan aliran air keluar dari batang rotan secara longitudinal sedangkan minyak panas membantu melarutkan getah dan merusak jaringan silika dalam kulit sehingga air dalam rotan tidak hanya keluar secara longitudial, namun juga ke segala arah (Rachman, 2001). Salah satu permasalahan dalam penggorengan dengan minyak tanah adalah ketersediaannya yang semakin langka di pasaran. Hal ini berkaitan dengan program pemerintah untuk konversi penggunaan minyak tanah ke gas.

Bahan lain telah diujicobakan untuk menggoreng rotan, seperti oli bekas, solar dan air kapur, namun hasilnya kurang optimal. Oli bekas yang panas terlalu kental dan menjadikan rotan berwarna hitam, sedangkan solar merusak jaringan rotan dan menyebabkan rotan lebih mudah patah. Penggunaan air kapur juga mampu menurunkan kadar air,

(15)

6

tetapi sisa-sisa kapur yang menempel pada batang rotan sukar dibersihkan dan kualitas batang rotan menurun (Krisdianto et al., 2011).

Penggorengan rotan dilakukan dengan memasukkan rotan basah ke dalam minyak tanah yang dipanaskan dengan suhu sekitar 80°C selama 2 sampai 4 jam. Setelah digoreng, rotan dijemur di tempat terbuka untuk menurunkan kadar airnya sampai dengan kering angin. Penjemuran di luar ruangan untuk mendapatkan rotan kering angin, diperlukan waktu sekitar satu sampai dua minggu tergantung cuaca di luar ruangan.

Penggunaan teknologi gelombang mikro (microwave) telah berkembang tidak hanya sebagai pemanas dan penghangat makanan, namun telah berkembang untuk memanaskan bahan lignoselulosa seperti kayu dan bambu (Vinden & Torgovnikov, 2000; Sugiyanto, 2011). Aplikasi

microwave telah digunakan untuk mempercepat pengeringan kayu

(Vinden & Torgovnikov, 2000; Harris, 2009). Mirip dengan kayu, rotan merupakan bahan berlignoselulosa yang diduga dapat dikeringkan dengan microwave. Adanya air di dalam sel-sel rotan memungkinkan penggunaan microwave untuk perlakuan pendahuluan sebelum dikeringkan (Torgovnikov pers. comm., 1 Oktober 2009).

Microwave dalam bentuk oven telah digunakan untuk memasak

atau sekedar menghangatkan makanan di dapur saat ini. Microwave oven tersebut mempunyai kekuatan bervariasi yaitu 450 watt sampai 1200 watt. Intensitas energinya bervariasi sesuai dengan kebutuhan penggunaan oven yaitu untuk memasak makanan atau hanya sebagai penghangat makanan. Kapasitas microwave oven bervariasi dari 15 liter sampai 30 liter dengan dimensi ruang pemanasan berbentuk empat persegi panjang. Setiap microwave oven dilengkapi dengan piring yang bisa berputar ditengahnya. Piring yang berputar berfungsi mendistribusikan panas secara merata ke dalam makanan. Bentuk dasar microwave oven empat persegi panjang perlu dimodifikasi untuk memanaskan batang rotan yang berbentuk seperti pipa panjang dengan diameter sekitar 10 – 20 mm dengan panjang komersial mencapai 2 – 4 meter.

(16)

7

Microwave adalah gelombang elektromagnetik dengan frekuensi

gelombang bervariasi dari 300 MHz sampai 300 GHz. Microwave tidak tampak oleh mata, namun dapat dipantulkan dan energinya dapat memanaskan molekul air yang dilaluinya. Frekuensi gelombang yang aman untuk digunakan dalam proses pemanasan adalah 0.98 GHz dan 2.45 GHz (Sugiyanto et al., 2008). Microwave domestic oven yang digunakan di masyarakat relatif murah dan penggunaannya termasuk ekonomis karena penggunaannya hanya dalam hitungan detik atau menit dan menggunakan listrik, sehingga prosesnya cenderung cepat dan bersih. Dengan kata lain, penggunaan microwave merupakan proses pemanasan dengan keunggulan prosesnya cepat dan bersih.

Untuk mengeringkan rotan yang memiliki panjang komersial rata-rata empat meter, maka microwave oven perlu dimodifikasi agar dapat memanaskan batang rotan yang panjang. Piring yang berputar di bagian tengah yang berfungsi mendistribusikan energi microwave secara rata perlu dihilangkan dan digantikan dengan modifikasi lubang yang dibuat sebagai aliran penguapan air dari dalam rotan (Torgovnikov, pers. comm., 1 Oktober 2009). Pengumpan batang rotan ke dalam microwave oven dilakukan dengan menarik batang rotan dengan kekuatan motor penggerak ke dalam microwave oven. Parameter yang dapat dijadikan pengukuran proses pengeringan rotan dengan microwave adalah energi kekuatan energi microwave oven dan kecepatan pengumpan rotan ke dalam oven (Torgovnikov, pers.comm., 1 Oktober 2009).

Hasil penelitian terkait penggunaan microwave untuk kayu telah dilakukan oleh beberapa peneliti di antaranya Vinden dan Torgovnikov (2000), Sugiyanto et al. (2008), Zielonka dan Dolowy (1998) dan Harris (2009). Hasil penelitian terhadap kayu tersebut memaparkan bahwa

microwave dapat mengeringkan kayu dalam waktu singkat tanpa

menimbulkan cacat pengeringan. Selain itu, penelitian perlakuan teknologi

microwave terhadap batang rotan juga telah dilakukan untuk

pelengkungan rotan oleh Krisdianto et al. (2007) namun perlakuan

(17)

8

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi pengumpulan rotan dilakukan dari Bengkulu, sedangkan pengujian perlakuan dengan microwave dilakukan di Laboratorium Puslitbang Hasil Hutan, Bogor. Hasil penelitian diuji dan disosialisasikan pada beberapa industri rotan di Cirebon, Jawa Barat.

B. Bahan dan Peralatan

Dua jenis rotan yang dikumpulkan dari Taba Pananjung, Bengkulu adalah rotan semambu (Calamus scipionum Lour.) dan rotan kesur (Calamus ornatus Blume ex. Schult.f.). Kedua jenis rotan termasuk rotan diameter besar dengan diameter rata-rata diatas 18 mm. Kedua jenis rotan dikumpulkan dari hutan rakyat di Taba, Pananjung, Bengkulu dan telah diperdagangkan secara komersial. Microwave oven yang digunakan adalah microwave berkekuatan 1000 watt input listrik. Untuk mengetahui penurunan kadar air, dilakukan penimbangan dengan timbangan digital secara berkala. Untuk mengetahui penyusutan dan cacat akibat pengeringan, dilakukan pengukuran diameter dengan kaliper digital dan observasi cacat secara visual serta alat pengukur warna.

C. Prosedur Kerja

1. Perhitungan energi microwave

Perhitungan energi microwave dilakukan berdasarkan pendekatan energi yang dibutuhkan untuk memanaskan air sebanyak 250 ml, selama 1 menit. Metode ini dikembangkan oleh Torgovnikov dan Sugiyanto (2011) sebagai kalibrasi energi yang dihasilkan dari microwave. Perhitungan daya yang dihasilkan oleh microwave dihitung berdasarkan rumus perhitungan:

(18)

9 = Daya yang dihasilkan (watt) = waktu (detik)

= Energi yang dihasilkan (Joule)

= kapasitas pemanasan air (4,19 Jl/g°K) = massa air (g)

= perbedaan suhu air setelah dan sebelum pemanasan (°C) 2. Pengujian laju pengeringan rotan berukuran pendek

Pengujian laju pengeringan batang rotan dilakukan dengan mengukur perubahan kadar air melalui perubahan berat setelah rotan segar dipanaskan dengan microwave dan digoreng. Pengujian dilakukan pada rotan berukuran pendek dengan memanaskan rotan segar sepanjang 10 cm dengan atau tanpa buku dan mengamati perubahan kadar airnya pada tingkat kekuatan microwave yang berbeda-beda (25%-100%) dengan variasi waktu. Setelah dipanaskan dengan microwave, potongan rotan kemudian dikeringanginkan di luar ruangan.

3. Pengujian laju pengeringan rotan berukuran panjang

Batang rotan dengan panjang 2 meter dimasukan ke dalam

microwave oven yang sudah dimodifikasi dan dipanaskan. Kecepatan

pengumpanan rotan dicatat untuk memperhitungkan energi microwave yang digunakan. Sampel rotan kemudian ditimbang beratnya untuk mengetahui kadar airnya. Penimbangan dihentikan setelah beratnya konstan.

4. Penyusutan dan cacat pengeringan

Dalam setiap proses pengeringan dengan microwave dan digoreng, diameter dan panjang batang rotan diukur untuk mengetahui penyusutan batang rotan dan cacat yang terjadi dianalisa secara visual. 5. Analisis biaya

Analisis biaya dilakukan pada proses pengeringan rotan dengan

microwave. Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pengolahan rotan

dengan microwave dianalisis dengan memperhitungkan biaya produksi langsung dan tidak langsung. Biaya produksi langsung merupakan biaya yang terkait langsung dengan proses pengolahan. Biaya produksi tidak langsung adalah biaya yang tidak terkait dengan proses pengolahan

(19)

10

secara langsung seperti biaya pemeliharaan, biaya penyusutan, administrasi, bunga bank dan pajak. Pada penelitian ini, biaya langsung yang diperhitungkan meliputi biaya bahan baku rotan, biaya tenaga kerja langsung dan pemakaian tenaga listrik. Perhitungan biaya langsung diperhitungkan berdasarkan upah minimum regional (UMR) kota Bogor, sedangkan biaya listrik didasarkan pada tarif dasar listrik industri dan tenaga listrik (watt) yang digunakan.

D. Analisis Data

Analisa kecepatan pengeringan dengan metode gelombnag mikro dan penggorengan secara tradisional dilakukan dengan menghitung penurunan kadar air rotan berdasarkan pengurangan beratnya. Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan model umum:

Dimana:

= nilai penurunan kadar air = nilai rataan umum

= pengaruh perlakuan = error

(20)

11

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Rotan

Dua jenis rotan komersial yang dikumpulkan berasal dari hutan rakyat di Bengkulu adalah rotan semambu (Calamus scipionum Lour.) dan rotan kesur (Calamus ornatus Blume ex. Schult.f.). Kedua jenis rotan termasuk rotan diameter besar dengan diameter rata-rata di atas 18 mm. Contoh uji rotan dikelompokkan ke dalam rotan pendek dan rotan panjang. Untuk mengetahui pengaruh buku terhadap pengeringan rotan, contoh uji rotan pendek dikelompokkan menjadi dua yaitu rotan pendek (10 cm) dengan buku dan tanpa buku. Untuk pengeringan rotan panjang, contoh uji dipersiapkan dalam potongan panjang 2 meter. Kadar air segar kedua jenis rotan dari potongan pendek rotan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kadar air segar rotan semambu dan kesur

Jenis rotan Kadar air (%) Berat Jenis* Semambu (dengan buku) 84,70 ± 3,80 0,51 ± 0,02 Semambu (tanpa buku) 87,53 ± 3,77 0,49 ± 0,02 Kesur (dengan buku) 92,37 ± 1,45 0,48 ± 0,01 Kesur (tanpa buku) 94,10 ± 1,34 0,47 ± 0,01 Keterangan *= berdasarkan kondisi kering oven

B. Perhitungan Energi Microwave

Perhitungan energi yang dihasilkan oleh berbagai tingkat kekuatan

microwave dibagi menjadi dua yaitu microwave oven untuk rotan pendek

dan rotan panjang. Untuk rotan pendek digunakan microwave oven Electrolux type EMM2007X. Kekuatan input (gauge) menunjukkan angka daya tinggi (800W), sedang (600W), rendah (400 W) dan sangat rendah (200 W). Hasil pengukuran suhu 250 ml air setelah pemanasan selama 60 detik dan perhitungan daya yang dihasilkan disajikan dalam Tabel 2.

(21)

12

Tabel 2. Hasil pengukuran suhu air setelah pemanasan 60 detik

Tingkat daya Suhu* (°C) (Joule) Eg (watt) P Tinggi (100%, 800 W, gauge) 26,4 – 50,03 24749,57 412,49 Sedang (75%, 600 W, gauge) 26,6 – 43,52 17721,80 295,36 Rendah (50%, 400 W, gauge) 27,0 – 37,92 11435,21 190,59 Sangat rendah (25%, 200 W, gauge) 26,5 – 31,74 5487,29 91,45 Keterangan *= rata-rata dari 6 titik pengukuran

Perhitungan energi yang dihasilkan oleh berbagai tingkat kekuatan

microwave oven untuk rotan panjang menggunakan microwave oven

Sharp seri R-240F disajikan dalam Tabel 3. Microwave oven untuk rotan panjang telah dimodifikasi sedemkian rupa sehingga dapat digunakan untuk memanaskan batang rotan yang panjang.

Tabel 3. Hasil pengukuran suhu air setelah pemanasan 60 detik

Tingkat daya Suhu* (°C) Eg P

Tinggi (100%, 800 W, gauge) 26,2 – 48,27 23118,33 385,31 Sedang (75%, 600 W, gauge) 26,4 – 40,33 14591,68 243,19 Rendah (50%, 400 W, gauge) 26,2 – 35,02 9238,95 153,98 Sangat rendah (25%, 200 W, gauge) 26,4 – 29,14 2870,15 47,83 Keterangan *= rata-rata dari 6 titik pengukuran

Tabel 2 dan 3 menunjukkan bahwa tingkat energi microwave dapat diatur sesuai keinginan, yaitu tingkat energi tinggi (100%), sedang (75%), rendah (50%) dan sangat rendah (25%). Sistem pengaturan tingkat energi

microwave berlaku pada seluruh microwave oven di pasaran, sehingga

energi yang keluar dapat diatur sesuai keperluan. Tingkat kekuatan sedang sampai tinggi umumnya digunakan untuk memasak di dalam oven

microwave. Tingkat kekuatan rendah digunakan untuk menghangatkan

makanan, sedangkan tingkat energi sangat rendah digunakan untuk

defrost atau mencairkan makanan yang beku.

Dalam penelitian ini, keempat tingkatan energi ini digunakan dalam pengaturan parameter energi microwave yang digunakan. Daya yang dikeluarkan dalam setiap microwave oven berbeda akibat modifikasi

microwave oven maupun kemampuan alat dengan tipe tertentu. Dalam

(22)

13

EMM2007X untuk mengeringkan rotan dalam ukuran kecil, dan

microwave oven SHARP type R-240F yang telah dimodifikasi untuk

mengeringkan rotan berukuran panjang. Modifikasi microwave untuk rotan panjang akan didiskusikan di bagian D.

B. Pengeringan Rotan Pendek

1. Penurunan kadar air

Penurunan kadar air rotan yang berukuran pendek dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang memiliki buku dan yang bebas buku. Hasil penurunan kadar air rotan semambu dalam berbagai tingkat kekuatan

microwave dan penggorengan dengan minyak disajikan dalam Gambar 1

dan 2, sedangkan pengurangan berat dan penurunan kadar air rotan kesur disajikan dalam Gambar 3 dan 4.

Gambar 1. Penurunan kadar air rotan semambu pada empat kekuatan dan perbandingannya dengan digoreng

Keterangan:

SB 80 = Rotan semambu dengan buku dipanaskan dengan microwave 100%/800 W STB 80 = Rotan semambu tanpa buku dipanaskan dengan microwave 100%/800 W SB 60 = Rotan semambu dengan buku dipanaskan dengan microwave 75%/600 W STB 60 = Rotan semambu tanpa buku dipanaskan dengan microwave 75%/600 W SB 40 = Rotan semambu dengan buku dipanaskan dengan microwave 50%/400 W STB 40 = Rotan semambu tanpa buku dipanaskan dengan microwave 50%/400 W SB 20 = Rotan semambu dengan buku dipanaskan dengan microwave 25%/200 W STB 20 = Rotan semambu tanpa buku dipanaskan dengan microwave 25%/200 W

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 K ad ar air ( % ) Waktu (detik) SB 80 STB 80 SB 60 STB 60 SB 40 STB 40 SB 20 STB 20 S Minyak

(23)

14

Gambar 2. Grafik pengurangan berat akibat penurunan kadar air rotan semambu pada empat tingkat kekuatan dan digoreng

Keterangan: SB 80 = Rotan semambu dengan buku dipanaskan dengan microwave 100%/800 W; STB 80 = Rotan semambu tanpa buku dipanaskan dengan

microwave 100%/800 W; SB 60 = Rotan semambu dengan buku dipanaskan dengan microwave 75%/600 W; STB 60 = Rotan semambu tanpa buku dipanaskan dengan microwave 75%/600 W; SB 40= Rotan semambu dengan buku dipanaskan dengan microwave 50%/400 W; STB 40 = Rotan semambu tanpa buku dipanaskan dengan microwave 50%/400 W; SB 20= Rotan semambu dengan buku dipanaskan dengan

microwave 25%/200 W; STB 20 = Rotan semambu tanpa buku dipanaskan dengan microwave 25%/200 W

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0 30 60 90 12 0 15 0 18 0 21 0 24 0 27 0 30 0 33 0 36 0 39 0 42 0 45 0 48 0 51 0 54 0 57 0 60 0 63 0 66 0 69 0 72 0 75 0 78 0 81 0 84 0 87 0 90 0 93 0 96 0 99 0 10 20 B e rat (gr ) Waktu (detik) SB 80 STB 80 SB 60 STB 60 SB 40 STB 40 SB 20 STB 20 S Minyak

(24)

15

Gambar 3. Grafik pengurangan berat akibat penurunan kadar air rotan kesur pada empat tingkat kekuatan dan digoreng

Keterangan: SB 80 = Rotan kesur dengan buku dipanaskan dengan microwave 100%/800 W; STB 80 = Rotan kesur tanpa buku dipanaskan dengan

microwave 100%/800 W; SB 60 = Rotan kesur dengan buku dipanaskan dengan microwave 75%/600 W; STB 60 = Rotan kesur tanpa buku dipanaskan dengan microwave 75%/600 W; SB 40= Rotan kesur dengan buku dipanaskan dengan microwave 50%/400 W; STB 40 = Rotan kesur tanpa buku dipanaskan dengan microwave 50%/400 W; SB 20= Rotan kesur dengan buku dipanaskan dengan microwave 25%/200 W; STB 20 = Rotan kesur tanpa buku dipanaskan dengan microwave 25%/200 W

0 5 10 15 20 25 30 35 40 0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 510 540 570 600 630 660 690 720 750 780 810 840 870 900 930 B e rat (gr ) Waktu (detik) KB 80 KTB 80 KB 60 KTB 60 KB 40 KTB 40 KB 20 KTB 20 K Minyak

(25)

16

Gambar 4. Penurunan kadar air rotan kesur pada empat kekuatan dan perbandingannya dengan digoreng

Keterangan:

SB 80 = Rotan kesur dengan buku dipanaskan dengan microwave 100%/800 W STB 80 = Rotan kesur tanpa buku dipanaskan dengan microwave 100%/800 W SB 60 = Rotan kesur dengan buku dipanaskan dengan microwave 75%/600 W STB 60 = Rotan kesur tanpa buku dipanaskan dengan microwave 75%/600 W SB 40 = Rotan kesur dengan buku dipanaskan dengan microwave 50%/400 W STB 40 = Rotan kesur tanpa buku dipanaskan dengan microwave 50%/400 W SB 20 = Rotan kesur dengan buku dipanaskan dengan microwave 25%/200 W STB 20 = Rotan kesur tanpa buku dipanaskan dengan microwave 25%/200 W

Grafik yang disajikan dalam Gambar 1, 2, 3 dan 4 menunjukkan penurunan kadar air yang nyata antara empat tingkatan energi

microwave. Pada pemanasan dengan microwave energi penuh (100%),

penurunan kadar air paling cepat dengan waktu pengeringan sekitar 3 menit, semakin rendah tingkat energinya maka pengurangan kadar air rotan semakin kecil, yaitu sekitar 5 menit pada microwave energi sedang (75%), 10 menit pada microwave energi rendah (50%) dan 15 menit pada tingkat energi microwave sangat rendah (25%). Namun demikian, laju kecepatan pengurangan kadar air dengan teknologi microwave lebih cepat daripada pengurangan kadar air dengan metode penggorengan.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0 60 120 180 240 300 360 420 480 540 600 660 720 780 840 900 K ad ar air ( % ) Waktu (detik) KB 80 KTB 80 KB 60 KTB 60 KB 40 KTB 40 KB 20 KTB 20 K Minyak

(26)

17

Seperti telah disebutkan dalam pendahuluan, bahwa setelah dikeringkan dengan cara digoreng dalam minyak, batang rotan membutuhkan waktu sekitar 2 – 4 minggu untuk dikeringkan di luar ruangan, namun pengeringan dengan microwave hanya membutuhkan waktu sekitar 1–2 hari untuk mencapai kadar air udara seimbang. Kecepatan laju pengeringan rotan setelah perlakuan dengan microwave mempercepat proses produksi mebel rotan dan menghindarkan rotan dari serangan organisme perusak.

Perbedaan kecepatan pengeringan rotan semambu dan kesur yang berbuku dan tidak berbuku menunjukkan keduanya tidak berbeda secara nyata. Batang rotan yang berbuku memiliki kecepatan pengeringan hampir sama dengan rotan yang tidak berbuku. Begitu pula dengan proses penggorengan, rotan yang berbuku memiliki laju pengeringan relatif sama dengan rotan yang tidak berbuku.

2. Perubahan dimensi

Penyusutan dimensi batang rotan yang berukuran pendek dikelompokkan dalam dua, yaitu penyusutan diameter dan penyusutan panjang. Persentase penyusutan diameter batang disajikan dalam grafik Gambar 5 untuk rotan semambu dan Gambar 6 untuk rotan kesur.

(27)

18

Gambar 5. Persentase penyusutan diameter rotan semambu pada berbagai tingkat dan waktu pemanasan

Gambar 6. Persentase penyusutan diameter rotan kesur pada berbagai tingkat dan waktu pemanasan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Per sen tase p e n yu su tan (% )

Waktu pemanasan (detik)

100% 75% 50% 25% Goreng 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Per sen tase p e n yu su tan (% )

Waktu pemanasan (detik)

100% 75% 50% 25% Goreng

(28)

19

Penyusutan diameter rotan semambu dan kesur menunjukkan pola yang hampir sama, yaitu penyusutan terbesar tampak pada batang rotan yang dipanaskan dengan microwave dengan tingkat energi 100%. Persentase penyusutan berangsur-angsur mengecil seiring dengan menurunnya tingkat energi microwave. Penyusutan batang rotan dengan tingkat energi paling rendah (25%) kurang lebih sama dengan penyusutan dengan metode penggorengan. Secara visual, penyusutan batang rotan akibat pemanasan microwave dengan tingkat energi tinggi (100%) dan sedang (75%) menyebabkan permukaan batang rotan berkeriput, sedangkan pemanasan dengan tingkat microwave rendah (50%) dan sangat rendah (25%) tidak menampakkan keriput (Gambar 7 dan 8).

Perubahan dimensi panjang batang rotan (longitudinal) pada kedua jenis rotan setelah dipanaskan tidak menunjukkan penyusutan yang berarti. Pada kedua jenis rotan, penyusutan berkisar antara 0,11%– 0,21%. Selain itu, perbandingan penyusutan pada contoh uji batang rotan yang berbuku dan tidak berbuku tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

(29)

20 (A)

(B)

Gambar 7. Keriput pada permukaan rotan semambu setelah perlakuan

microwave (A) dan tidak berkeriput setelah digoreng (B)

(A)

(B)

Gambar 8. Keriput pada permukaan rotan kesur setelah perlakuan

(30)

21

Gambar 7 dan 8 memperlihatkan permukaan rotan semambu dan kesur keriput akibat pemanasan cepat dengan microwave. Intensitas keriput bergantung pada energi microwave yang digunakan, yaitu semakin tinggi energi microwave yang digunakan maka semakin banyak keriput yang terjadi. Keriput tidak tampak pada permukaan rotan yang digoreng. Keriput yang terjadi akibat pemanasan dengan microwave mendesak air dalam rotan keluar secara cepat, sehingga terjadi gradien antara bagian dalam dan permukaan batang rotan sehingga terjadi penyusutan diameter dan menyebabkan rotan menjadi keriput. Di satu sisi keriput yang terjadi tampak mengurangi nilai batang rotan, namun keriput yang terjadi tidak terlalu dalam, yaitu kedalaman < 1 mm, sehingga keriput dapat dihilangkan dengan pengampelasan dan atau pemolesan.

3. Distribusi suhu

Untuk melihat perbandingan distribusi panas batang rotan semambu dan kesur pada saat dipanaskan dengan microwave dan digoreng dengan minyak, dilakukan pengukuran suhu sesaat setelah batang rotan dipanaskan dengan berbagai tingkat energi dan dengan penggorengan. Distribusi suhu pada batang rotan semambu disajikan dalam Gambar 9 (A-E) sedangkan distribusi suhu pada batang rotan kesur disajikan dalam Gambar 10 (A-E).

A. Pemanasan dengan microwave 100% selama 60 detik 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Su h u (d e rajat Ce lc iu s) Waktu (menit)

(31)

22

B. Pemanasan dengan microwave 75% selama 60 detik

C. Pemanasan dengan microwave 50% selama 60 detik

D. Pemanasan dengan microwave 25% selama 60 detik 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Su h u (d e rajat Ce lc iu s) Waktu (menit)

Permukaan Tengah Inti

20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Su h u (d e rajat Ce lc iu s) Waktu (menit)

Permukaan Tengah Inti

20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Su h u (d e rajat Ce lc iu s) Waktu (menit)

(32)

23

E. Penggorengan selama 60 detik

Gambar 9. Grafik suhu (°C) rotan semambu setelah pemanasan

A. Pemanasan dengan microwave 100% selama 60 detik

B. Pemanasan dengan microwave 75% selama 60 detik 20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Su h u (d e rajat Ce lc iu s) Waktu (menit)

Permukaan Tengah Inti

20 40 60 80 100 0 1,2 2,4 3,4 4,4 5,4 6,4 7,4 8,4 9,4 10,411,412,413,414,415,416,417,418,419,4 Su h u (d e rajat ce lc iu s) Waktu (menit)

Permukaan Tengah Inti

20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Su h u (d e rajat Ce lc iu s) Waktu (menit)

(33)

24

C. Pemanasan dengan microwave 50% selama 60 detik

D. Pemanasan dengan microwave 25% selama 60 detik

E. Penggorengan selama 60 detik

Gambar 10. Grafik suhu (°C) rotan kesur setelah pemanasan 20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Su h u (d e rajat Ce lc iu s) Waktu (menit)

Permukaan Tengah Inti

20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Su h u (d e raat Ce lc iu s) Waktu (menit)

Permukaan Tengah Inti

20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Su h u (d e rajat Ce lc iu s) Waktu (menit)

(34)

25

Dari grafik dalam Gambar 9 dan 10 tampak bahwa pada semua metode pemanasan, bagian inti lebih panas dari bagian tengah dan permukaannya. Bagian permukaan batang rotan paling rendah suhunya dibandingkan kedua titik pengukuran suhu lainnya. Berbeda dengan pemanasan dengan microwave, penggorengan memanaskan bagian tengah dan inti hampir sama dan selisih suhu terhadap suhu permukaan tidak begitu besar. Hal ini menandakan rambatan panas pada saat penggorengan berasal dari permukaan batang rotan kemudian menyebar ke bagian tengah dan intinya. Ini berbeda dengan pemanasan dengan

microwave, dimana bagian tengah lebih dahulu panas akibat susunan sel

bagian tengah lebih jarang dan selnya lebih tipis sehingga mudah dimasuki microwave, sedangkan bagian permukaanya memiliki sel penyusun lebih padat, sehingga lebih sulit ditembus microwave.

C. Pengeringan Rotan Panjang

Pengeringan rotan panjang dilakukan pada microwave yang sudah dimodifikasi. Modifikasi microwave oven dan kemungkinan pengembangannya akan dibahas pada bagian D.

1. Penurunan kadar air

Penurunan kadar air rotan semambu dan rotan kesur dengan panjang sekitar 2 meter disajikan dalam grafik Gambar 11.

(35)

26

Gambar 11. Penurunan kadar air rotan semambu dan kesur dengan beberapa perlakuan

Keterangan:

Goreng = Batang rotan digoreng dalam minyak panas selama 30 menit

MW-4 = Batang rotan dipanaskan dalam microwave oven, dengan kekuatan 25% MW-3 = Batang rotan dipanaskan dalam microwave oven, dengan kekuatan 50% MW-2 = Batang rotan dipanaskan dalam microwave oven, dengan kekuatan 75% MW-1 = Batang rotan dipanaskan dalam microwave oven, dengan kekuatan 100%

Dari grafik Gambar 11 tampak bahwa penurunan kadar air terbesar rotan Semambu dan Kesur setelah dipanaskan dalam microwave dengan kekuatan 100% yaitu dari rata-rata 93% menjadi 30% pada rotan semambu dan 87% menjadi 27% pada rotan kesur. Semakin rendah tingkat energi microwave, semakin rendah penurunan kadar airnya. Batang rotan semambu yang dipanaskan dengan kekuatan 25% menurunkan kadar air dari 93% menjadi 69%, sedangkan batang rotan kesur dari 87% menjadi 64%. Penurunan kadar air rotan pada tingkat energi 25% kurang lebih sama dengan penurunan kadar air rotan yang digoreng. Penurunan kadar air rotan setelah digoreng selama 30 menit dari 93% menjadi 70% pada rotan semambu dan 87% menjadi 67% pada rotan kesur. Penurunan kadar air akibat digoreng bervariasi dari 67 – 70%, hal ini sesuai dengan pernyataan Rachman dan Hermawan (2005)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Awal Goreng MW-4 MW-3 MW-2 MW-1 K ad ar air ( % ) Perlakuan Semambu Kesur

(36)

27

yang menyatakan bahwa penggorengan dengan minyak tanah mampu menurunkan kadar air sampai 40 – 70%.

Seperti telah disampaikan dalam Bagian B.2, bahwa batang rotan menyusut dan menyebabkan keriput, hal ini juga terjadi pada rotan panjang. Observasi langsung terhadap rotan yang telah dipanaskan dengan microwave memperlihatkan batang rotan menjadi keriput akibat pemanasan secara cepat. Namun, batang yang keriput tidak tampak pada pemanasan dengan tingkat energi 50% dan 25%. Permukaan batang yang keriput ditemukan pada batang yang dipanaskan pada microwave dengan tingkat energi 100% dan 75% (Gambar 12 dan 13).

(A) Microwave energi 100% (B) Microwave energi 75%

(C) Microwave energi 50% (D) Microwave energi 25%

(E) Digoreng

Gambar 12. Batang rotan semambu setelah dipanaskan dengan

(37)

28

(A) Microwave energi 100% (B) Microwave energi 75%

(C) Microwave energi 50% (D) Microwave energi 25%

(E) Digoreng

Gambar 13. Batang rotan kesur setelah dianaskan dengan microwave 100% (A), 75% (B), 50% (C), 25% (D) dan digoreng (E)

Mirip dengan rotan ukuran kecil, keriput juga terjadi pada permukaan batang rotan yang dipanaskan dengan microwave. Semakin tinggi energi microwave, semakin banyak intensitas keriput yang terjadi. Hal ini disebabkan pengeluaran air dalam waktu yang cepat menyebabkan perbedaan kadar air antara permukaan batang dan bagian tengahnya sehingga batang rotan menyusut dan menjadi keriput.

2. Perubahan warna

Perubahan warna terjadi pada batang rotan yang sudah dikeringkan. Pengeringan dengan minyak panas menghasilkan permukaan rotan yang awalnya berwarna hijau kekuningan berubah menjadi berwarna kuning mengkilap (Rachman & Hermawan, 2005; Rachman & Jasni, 2008). Perubahan warna batang rotan setelah dikeringkan dengan microwave diukur dengan sistem CIELab dn dibandingkan dengan pengeringan dengan penggorengan minyak. Sistem

(38)

29

pengukuran CIELab sudah dilakukan untuk produk kayu dan telah menjadi nilai kuantitas warna yang dapat diukur untuk dibandingkan (Krisdianto, 2007, 2013; Nishino et al., 1998). Rata-rata hasil pengukuran warna batang rotan dengan colorimeter disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata nilai warna batang rotan

Jenis rotan dan perlakuan L* a* b*

Semambu, microwave 100% 56,32 8,72 23,28 Semambu, microwave 75% 63,18 8,59 25,72 Semambu, microwave 50% 65,88 8,56 25,37 Semambu, microwave 25% 64,57 7,00 22,48 Semambu, digoreng 66,51 8,83 27,79 Kesur, microwave 100% 67,36 4,37 25,77 Kesur, microwave 75% 67,44 4,88 21.17 Kesur, microwave 50% 61,34 6,89 25,78 Kesur, microwave 25% 61,58 5,80 23,17 Kesur, digoreng 68,48 8,46 29,37

Keterangan *= rata-rata dari 10 titik pengukuran; L* = kilap (lightness), a*=kemerahan (redness); b*=kekuningan (yellowness)

Percobaan awal menunjukkan bahwa pada saat dikeringkan dengan microwave, terjadi penumpukan getah rotan di permukaan batang rotan, sehingga batang rotan mengkilap akibat akumulasi getah di permukaan batang, namun batang rotan lengket pada saat dipegang dengan tangan. Untuk itu, pengeringan dengan microwave diikuti dengan pengusapan permukaan dengan kain yang telah dibasahi dengan minyak tanah. Hasilnya menunjukkan bahwa batang rotan mengkilap dan tidak lengket.

Tabel 4 menunjukkan bahwa setelah dipanaskan dengan

microwave dan diusap dengan minyak tanah, kilap (lightness, L*) tidak

jauh berbeda dengan batang rotan yang digoreng dengan minyak. Nilai L* yang merupakan kecerahan (Lightness) permukaan batang rotan menunjukkan bahwa batang rotan yang digoreng lebih cerah/mengkilap dari rotan yang dipanaskan dengan microwave, namun selisihnya tidak besar, yaitu sekitar 10,19 – 0,63. Perbedaan nilai kilap ini tidak bisa dibedakan dengan mata biasa.

(39)

30

Nilai a* yang merupakan nilai kemerahan dan nilai b* yang merupakan nilai kekuningan. Hasil pengukuran warna yang disajikan dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa batang rotan lebih merah dan lebih kuning setelah digoreng daripada dipanaskan dengan mirowave. Perbedaan nilai kemerahan adalah berkisar antara 4,09 – 0,11, sedangkan nilai perbedaan nilai kekuningan berkisar 2,07 – 8,20. Perbedaan nilai warna E* lebih besar dari 1,5 dapat dibedakan dengan mata biasa manusia pada umumnya (Horvath & Halaz-fekete, 2005).

D. Modifikasi Microwave Untuk Pengolahan Rotan

Untuk mencapai tujuan utama penggunaan oven microwave (microwave oven) untuk mengeringkan rotan, maka modifikasi microwave dibagi dalam dua generasi. Generasi pertama adalah modifikasi

microwave dengan pembuatan lubang untuk pengumpanan batang rotan

dengan cara ditarik tali (Gambar 14). Namun berdasarkan sosialisasi masyarakat industri pengolahan rotan terdapat beberapa masukan yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan microwave generasi kedua.

(40)

31

Gambar 14. Modifikasi micrwave generasi pertama

1. Modifikasi generasi pertama

Microwave oven dengan kekuatan input daya 1 kWH dan output

energi 800 watt dimodifikasi untuk pengolahan rotan. Modifikasi dilakukan dengan prinsip-prinsip penggunaan microwave sebagai berikut:

1. Di dalam aplikator/ruang pemanas hindari penggunaan material berbahan baku logam yang bisa memantulkan energi microwave. 2. Microwave oven digunakan untuk memanaskan batang rotan yang

(41)

32

3. Sistem pengumpan masuknya batang rotan ke dalam pemanas dikendalikan oleh motor penggerak yang dapat diatur kecepatannya.

Bagan modifikasi microwave oven generasi pertama disajikan pada Gambar 15.

Keterangan:

1. Microwave oven, SHARP, R-240F, 220 V, - 50 Hz, INPUT 1,21 kW, 5,7 A, OUTPUT 800 W (IEC) FREQUENCY 2450 MHz (in)

2. Penyangga

3. Tunnel, besi aluminium, bentuk persegi, ukuran 2 x 2 cm

4. Motor penarik BALDOR Industrial Motor, 1/50 – ¾ HP@230 VAC – 50/60 Hz, Max ratings 3,5 Amps DC, 5,0 Amps AC.

5. Benang penarik rotan 6. Lubang buatan

Arah penarikan rotan

Gambar 15. Skema modifikasi microwave oven

2. Modifikasi generasi kedua

Pengembangan microwave oven generasi kedua meliputi pengaliran microwave ke aplikator yang di desain untuk mempertemukan

microwave dengan rotan yang akan dikeringkan. Dalam generasi kedua, microwave oven didesain untuk mengeringkan lebih dari satu batang

1 2 3 2 4 5 6 5 3 1 4 5 Batang rotan 2 3 6 3 2 4 4

(42)

33

rotan untuk sekali pemanasan. Modifikasi microwave oven generasi kedua disajikan dalam Gambar 16.

Dalam penggunaan microwave untuk pengolahan rotan ini, dikembangkan juga penggunaan teknologi microwave untuk pelengkungan rotan. Hal ini telah dilaporkan oleh Krisdianto et al. (2007) dan pertanyaan para pelaku industri pengolahan rotan untuk mencoba teknologi microwave untuk pelengkungan rotan. Pelengkungan rotan dengan pemanasan microwave juga dapat dilakukan dengan modifikasi

microwave generasi pertama, namun berdasarkan masukan dari para

pelaku industri rotan di Cirebon selama sosialiasi teknologi microwave ini, maka modifikasi microwave oven generasi kedua untuk pelengkungan rotan disajikan dalam Gambar 17. Percobaan pelengkungan rotan dengan menggunakan teknolgi microwave sangat berpotensi untuk dikembangkan sehingga disarankan untuk dikembangkan pada tahun kegiatan berikutnya. Hasil pelengkungan rotan ditampilkan dalam Gambar 18.

(43)

34

Gambar 16. Modifikasi microwave oven generasi kedua

1 Batang rotan

1

Keterangan:

1. Microwave oven 220 V, - 50 Hz, INPUT 1,21 kW, 5,7 A, OUTPUT 800 W (IEC) FREQUENCY 2450 MHz (in)

2. Tunnel, besi aluminium, bentuk persegi 3. Aplikator

4. Sistem pengumpan/konveyor belt arah batang rotan

4

3 2

(44)

35 Keterangan:

1. Microwave oven, SHARP, R-240F, 220 V, - 50 Hz, INPUT 1,21 kW, 5,7 A, OUTPUT 800 W (IEC) FREQUENCY 2450 MHz (in) 2. Penyangga

3. Tunnel, besi aluminium, dilengkapi motor penggerak yang fleksibel 4. Lubang buatan

5. Usulan sistem pengumpan rotan Arah penarikan rotan

Gambar 17. Modifikasi microwave oven generasi kedua untuk pelengkungan rotan 1 2 3 2 4 3 5

(45)

36

Gambar 18. Proses pelengkungan dengan microwave dan hasil pelengkungannya

E. Analisis Cairan

Selama proses pengeringan dengan microwave, cairan muncul dari batang rotan yang dikeringkan (Gambar 19). Cairan tersebut dikumpulkan dan dianalisa melalui analisa GCMS untuk diketahui zat aktif dalam cairan tersebut. Hasil analisa GCMS disajikan dalam Gambar 20, sedangkan penjelasan data hasil analisa ditampilkan dalam Lampiran 1.

(46)

37

Gambar 19. Cairan yang keluar dari batang rotan selama proses pemanasan dengan micowave

(47)

38 (B)

Gambar 20. Hasil analisa cairan yang keluar dari batang rotan semambu (A) dan kesur (B)

Gambar 19 menunjukkan bahwa kandungan terbesar dari cairan yang keluar dari rotan semambu adalah 1,3 Benzenediol sebesar 41,58%. Benzenediol adalah bahan kimia organik yang memiliki dua ikatan hidroksil. 1,3 Benzenediol termasuk ke dalam bahan aromatik phenol dan lebih dikenal dengan nama resorsinol. Bersama dengan kandungan

(48)

39

phenol lain seperti phenol (CAS) Izal (10,10%), Phenol 4-ethyl (CAS) p-Cresol (10,46%) dan Phenol, 4-ethyl-(CAS) p-Ethylphenol (2,55%) maka cairan yang keluar dari rotan semambu selama proses pengeringan dengan microwave dapat digunakan sebagai bahan dasar perekat.

Berbeda dengan rotan semambu, kandungan cairan yang keluar dari rotan kesur adalah non-phenol aromatis seperti Octadecadienoic acid (16,78%) dan octadecadienoic acid lain (9,13%, 2,97%) dan hexadecanoic acid (12,76%). Octadecadienoic merupakan asam linolelaidic yang mengandung omega 6 asam lemak yang banyak ditemukan dalam minyak sayur. Kandungan cairan dalam rotan kesur dapat digunakan untuk hasil hutan bukan kayu lainnya seperti untuk obat-obatan, namun perlu pencermatan yang lebih mendalam.

Hasil analisa kedua cairan menunjukkan bahwa rotan mengandung banyak cairan yang memiliki manfaat tinggi. Dalam proses penggorengan, kandungan kimia tersebut larut oleh minyak panas, sedangkan pemanasan dengan microwave dapat mengalirkan cairan keluar dan dapat dimanfaatkan

F. Analisis Data

1. Rotan pendek

Uji statistik terhadap pengurangan kadar air antara rotan yang berbuku dan yang tidak berbuku disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Hasil uji data berpasangan dengan buku dan tanpa buku Pasangan (paired t-test) t df Sig. (2-tailed)

buku – tanpa buku -0,339 75 0,736

Dengan nilai p lebih besar dari 0,05 (p=0,736) maka penurunan kadar air pada rotan tanpa buku dan dengan buku tidak berbeda nyata. Dalam hal ini keberadaan buku dalam batang rotan tidak mempengaruhi aliran air ke luar batang rotan selama proses pengeringan. Tomlinson (1961) menuturkan bahwa struktur anatomi pada bagian buku tidak berbeda jauh dengan bagian antar buku, kecuali dengan adanya jejak daun yang melingkar ke arah buku yang ada di luar. Susunan jejak daun

(49)

40

ini menyebabkan aliran air tidak lurus, namun tidak secara nyata menghambat laju air dan udara ke luar batang rotan (Ebanyenle & Oteng-amoako, 2003).

Perbandingan perlakuan pemanasan antara microwave (empat tingkat energi) dengan metode goreng dilakukan dengan membandingkan waktu rata-rata yang diperlukan batang rotan mencapai kadar air 30%. Hasil uji F disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Hasil analisa sidik ragam perlakuan microwave dan penggorengan

Sumber df Jumlah Kuadrat F Sig.

Koreksi model 4 511470 12,819 0,000

Intercept 1 2464020 61,755 0,000

Perlakuan 4 511470 12,819 0,000

Error 15 39900

Total 20

Berdasarkan Tabel 6 tampak bahwa untuk mencapai kadar ai 30% kelima perlakuan (empat microwave dan satu penggorengan) menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05). Uji lanjutan Tukey HSD dan LSD menunjukkan bahwa perlakuan pemanasan microwave dengan tingkat kekuatan 100%, 75% dan 50% tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dengan perlakuan microwave 25% dan penggorengan. Perlakuan

microwave 25% dengan penggorengan tidak berbeda nyata. Hasil uji

lanjut Tukey HSD dan LSD, disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Uji lanjut perlakuan microwave dan penggorengan rotan pendek

Tukey HSD Nilai p LSD Nilai p

MW 100 MW 75 0,999 MW 100 MW 75 0,835 MW 50 0,823 MW 50 0,305 MW 25 * 0,015 MW 25 * 0,002 Goreng * 0,000 Goreng * 0,000 MW 75 MW 100 0,999 MW 75 MW 100 0,835 MW 50 0,911 MW 50 0,409 MW 25 * 0,023 MW 25 * 0,003 Goreng * 0,000 Goreng * 0,000 MW 50 MW 100 0,823 MW 50 MW 100 0,305 MW 75 0,911 MW 75 0,409 MW 25 * 0,023 MW 25 * 0,018 Goreng * 0,000 Goreng * 0,000 MW 25 MW 100 * 0,015 MW 25 MW 100 * 0,002 MW 75 * 0,023 MW 75 * 0,003 MW 50 * 0,109 MW 50 * 0,018

(50)

41 Goreng 0,261 Goreng 0,051 Goreng MW 100 * 0,000 Goreng MW 100 * 0,000 MW 75 * 0,000 MW 75 * 0,000 MW 50 * 0,000 MW 50 * 0,000 MW 25 0,261 MW 25 0,051

Keterangan: * berbeda nyata pada taraf 95%

2. Rotan panjang

Pengujian statistik penurunan kadar air batang rotan panjang 2 meter disajikan dalam Tabel 8. Hasil analisa uji lanjut Tukey dan LSD disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 8. Hasil analisa sidik ragam penurunan kadar air berbagai perlakuan

Sumber df Jumlah kuadrat F Sig.

Koreksi model 9 4771,103 1426,555 0,000 Intercept 1 254010,96 75949,049 0,000 Perlakuan 4 9812,944 2934,061 0,000 Jenis 1 1117,231 334,051 0,000 Perlakuan * Jenis 4 642,730 192,176 0,000 Error 90 Total 100

Tabel 9. Uji lanjut perlakuan microwave dan penggorengan rotan panjang

Tukey HSD Nilai p LSD Nilai p

MW 100 MW 75 * 0,000 MW 100 MW 75 * 0,000 MW 50 * 0,000 MW 50 * 0,000 MW 25 * 0,000 MW 25 * 0,000 Goreng * 0,000 Goreng * 0,000 MW 75 MW 100 * 0,000 MW 75 MW 100 * 0,000 MW 50 * 0,000 MW 50 * 0,000 MW 25 * 0,000 MW 25 * 0,000 Goreng * 0,000 Goreng * 0,000 MW 50 MW 100 * 0,000 MW 50 MW 100 * 0,000 MW 75 * 0,000 MW 75 * 0,000 MW 25 * 0,000 MW 25 * 0,000 Goreng * 0,000 Goreng * 0,000 MW 25 MW 100 * 0,000 MW 25 MW 100 * 0,000 MW 75 * 0,000 MW 75 * 0,000 MW 50 * 0,000 MW 50 * 0,000 Goreng * 0,000 Goreng * 0,000 Goreng MW 100 * 0,000 Goreng MW 100 * 0,000 MW 75 * 0,000 MW 75 * 0,000 MW 50 * 0,000 MW 50 * 0,000 MW 25 * 0,000 MW 25 * 0,000

(51)

42

Tabel 8 dan 9 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan nyata tehadap penurunan kadar air rotan panjang. Penurunan kadar air pada pengeringan dengan microwave berbeda nyata dengan metode penggorengan. Begitu juga dalam tingkat energi yang berbeda, penurunan kadar air batang rotan akibat pemanasan dengan microwave 100%, 75%, 50% dan 25% menunjukkan perbedaan yang nyata. Semakin tinggi energi yang digunakan, semakin besar penurunan kadar air batang rotan.

F. Analisis Biaya

Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pengolahan rotan dengan

microwave dianalisa dengan memperhitungkan biaya produksi langsung

dan tidak langsung. Biaya produksi langsung merupakan biaya yang terkait langsung dengan proses pengolahan. Biaya produksi tidak langsung adalah biaya yang tidak terkait dengan proses pengolahan secara langsung seperti biaya pemeliharaan, biaya penyusutan, administrasi, bunga bank dan pajak. Pada penelitian ini, biaya langsung yang diperhitungkan meliputi biaya bahan baku rotan, biaya tenaga kerja langsung dan pemakaian tenaga listrik. Perhitungan biaya langsung diperhitungkan berdasarkan upah minimum regional (UMR) kota Bogor, sedangkan biaya listrik didasarkan pada tariff dasar listrik industri dan tenaga listrik (watt) yang digunakan. Perhitungan biaya disajikan dalam Tabel 10 berikut ini.

(52)

43

Tabel 10. Asumsi dan perkiraan biaya pengeringan dengan microwave Komponen biaya

Asumsi

Pembelian sistem microwave Rp 16.000.000

Depresiasi 5 tahun

Biaya listrik per kWh Rp 1.509

UMR Kab. Bogor 2014 Rp 2.352.350

Sewa tempat (per tahun) Rp 10.000.000

Asuransi 3,15% Rp 504.000

Suku bunga 10,5% Rp 1.680.000

Perhitungan produksi per tahun

Waktu pemanasan 1 batang rotan (2 m) 12 menit

Volume 1 batang rotan (d=18 mm) 508,68 cm3

Waktu kerja 1 thn: 8 jam x 20 hr x 12 bln 1920 jam Waktu kerja 1 thn: 1920 jam x 60 menit 115.200 menit

Produktivitas pengeringan dalam 1 tahun

115.200 menit / 12 menit 1.382.400 batang

Volume rotan dalam 1 tahun

1.382.400 batang x 508,68 cm3 703.199.232 cm3

Perhitungan kebutuhan listrik per tahun

Energi microwave 50%, input 500 Wh

Energi yang dibutuhkan untuk pemanasan 1 tahun (500 Wh/60 menit) x 12 menit x 1.382.400 batang 137.687,040 kWh

Biaya listrik dalam 1 tahun Rp 207.769.743

Perhitungan biaya

Depresiasi microwave (5 tahun)

16.000.000 x 2/5 x 100% Rp 6.400.000

Biaya listrik dalam 1 tahun Rp 207.769.743

Operator (2 x 2.352.350 x 12 bulan) Rp 56.456.400

Sewa tempat (per tahun) Rp 10.000.000

Asuransi Rp 504.000

Suku bunga 10,5% Rp 1.680.000

Total biaya per tahun Rp 282.810.143

Biaya per m3 Rp 402.176

Biaya per batang (2 m) Rp 205

Berdasarkan Tabel 2, biaya pemanasan dengan microwave oven per batang (panjang 2 m) adalah sebesar Rp 205,-. Perhitungan dilakukan berdasarkan pengeringan rotan dalam satu tahun, dengan total jumlah rotan panjang 2 meter sebanyak 1.382.400 batang dengan volume 703,2 m3.

(53)

44

BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

A.1. Pengeringan rotan berukuran pendek

Microwave oven modifikasi dapat menurunkan kadar air rotan basah (>80%) menjadi 25 – 30%. Semakin tinggi energi mirowave yang digunakan, penurunan kadar air rotan semakin besar dan cepat.

 Buku pada batang rotan tidak mempengaruhi penurunan kadar air pada saat pengeringan dengan microwave dan digoreng dengan minyak.

Semakin tinggi energi microwave yang digunakan, semakin cepat rotan menjadi kering, namun pengamatan visual menunjukkan batan rotan menjadi keriput akibat penyusutan pada pemanasan microwave 100% dan 75%, sehingga disarankan pengeringan dengan microwave menggunakan kekuatan energi lebih kecil dari 50%.

 Penyusutan batang rotan arah longitudinal dapat diabaikan (0,11 – 0,21%).

 Pengukuran suhu bagian inti dan permukaan batang rotan menunjukkan bagian inti lebih cepat panas dari bagian permukaan. Pemanasan dengan microwave lebih cepat meningkatkan suhu batang rotan dari metode penggorengan.

A.2. Pengeringan rotan berukuran panjang

Microwave oven modifikasi dapat menurunkan kadar air rotan basah (>80%) menjadi 25 – 30%. Semakin tinggi energi mirowave yang digunakan, penurunan kadar air rotan semakin besar dan cepat.

Semakin tinggi energi microwave, semakin tinggi intensitas keriput batang rotan. Untuk menghindari keriput direkomendasikan penggunaan energi microwave 50%.

 Penumpukan getah di permukaan batang rotan dapat dihilangkan dengan mengusap dengan kain yang sudah dicelup minyak tanah.

(54)

45

Pengusapan meningkatkan kilap rotan sehingga tidak jauh berbeda dengan kilap rotan setelah digoreng.

 Rata-rata waktu pengeringan rotan dengan panjang 2 meter sekitar 12 menit lebih pendek dibandingkan pengeringan dengan minyak tanah selama 30 menit.

A.3. Analisis biaya

 Analisis biaya menunjukkan biaya pengeringan satu batang rotan sepanjang 2 m adalah Rp 205,- per batang, sehingga dapat diterapkan di industri kecil menengah pengrajin rotan.

B. SARAN

Dalam pemanfaatan teknologi microwave generasi pertama batang rotan masuk satu per satu dipandang kurang efisien, sehingga perlu dikembangkan sistem pengeringan rotan untuk satu bundel rotan dan/atau pengeringan satu ikatan rotan (berisi + 40 batang rotan). Selain itu, teknologi microwave juga dapat dikembangkan untuk pelengkungan rotan dengan beberapa modifikasi dari microwave untuk pengeringan rotan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Tim peneliti menyampaikan terima kasih kepada anggaran DIPA Puslitbang Hasil Hutan 2015 yang telah mendanai kegiatan penelitian ini. Selain itu, tim peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada manajemen Puslitbang Hasil Hutan yang telah mendukung segala urusan administrasi dan keproyekan kegiatan penelitian ini.

(55)

46

DAFTAR PUSTAKA

Alrasjid, H. (1989). Teknik penanaman rotan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. Tidak diterbitkan.

Bhat, K.M. & Thulasidas, P.K. (1993). Anatomy and identification of South Indian Rattan (Callamus sp.). IAWA Journal, 14 (1), 63-76.

Dransfield, J. & Manokaran, N. (1996). PROSEA 6: Rotan. Terjemahan dari judul asli Rattan. Yayasan PROSEA (Bogor) dan UGM (Yogyakarta).

Ebanyenle, E., & Oteng-Amoako, A.A. (2003). Anatomy and identification of five indigenous rattan specis of Ghana. Ghana Journal of Forestry, 11 (2), 77-90.

Harris, G. (2009). Microwave modification of wood for drying. (Master Thesis). The University of Melbourne.

Horvath, H.Z. & Halasz-fekete, M. (2005). Instrumental colour measurement of Paprika grist. Annals of the Faculty of Engineering, Hunedora, 101-107.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. (2011). Ketentuan ekspor rotan dan produk rotan.

Krisdianto. (2013). Pengukuran warna kayu dengan sistem CIELAB. FORPRO, 2

(1), 28 – 31.

Krisdianto, Jasni & Damayanti, R. (2011). The effect of microwave pre-ttreatment for rattan drying. International Conference for Indonesian Forestry Research (INAFOR), 5 – 7 December, Bogor.

Krisdianto, Jasni & Rachman, O. (2007). Pelengkungan rotan dengan gelombnag mikro. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 25, 2, 166 – 181.

Krisdianto. (2007). Colour differences of pine and eucalyptus. Journal of Forestry Research, 4 (20), 83-91.

Nishino, Y., Janin, G., Chanson, H., Detienne, P., Grill, J., & Thibaut, B. (1998). Colourimetry of wood specimens from French Guiana. Journal odf Wood Science, 44(1), 3-8.

Rachman, O & Jasni. (2008). Rotan, Sumber Daya, Sifat dan Pengolahannya. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Jakarta. Pp. 133. Rachman, O. & Hermawan, H. (2005). Pedoman penggorengan rotan. Suatu

cara menghasilkan rotan mutu prima. Puslitbang Teknologi Hasil Hutan, Bogor.

Gambar

Gambar 1. Penurunan kadar air rotan semambu pada empat kekuatan  dan perbandingannya dengan digoreng
Gambar 2. Grafik pengurangan berat akibat penurunan kadar air rotan semambu pada empat tingkat kekuatan dan  digoreng
Gambar 3. Grafik pengurangan berat akibat penurunan kadar air rotan kesur pada empat tingkat kekuatan dan  digoreng
Gambar 4. Penurunan kadar air rotan kesur pada empat kekuatan dan  perbandingannya dengan digoreng
+7

Referensi

Dokumen terkait

(4) Aset Dana Jaminan Sosial Kesehatan yang digunakan untuk investasi dalam instrumen investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan melalui investasi pada

Merupakan suatu instrumen hukum internasional untuk menyatakan kepada dunia luar bahwa bangsa Indonesia telah menjadi bangsa yang merdeka kepada dunia luar bahwa bangsa Indonesia

PROSES PENGADAAN IMPLEMENTASI KOMITMEN TKDN VERIFIKASI TKDN RISIKO • Penentuan Harga • Identifikasi komponen biaya • Identifikasi nilai TKDN setiap biaya Penggunaan Komponen

Raja-raja), karangan Bukhari al-Jauha.. Buku ini selesai dituliis pada 1603 M menguraikan adab pemerintahan yang ideal menurut Islam. Konsep-konsep dan pemerintahan

Kalium diserap dalam bentuk K + (terutama pada tanaman muda).Kalium banyak terdapat pada sel-sel muda bagian tanaman yang mengandung protein, inti-inti sel

Hasil identifikasi di lapangan menunjukkan bahwa kebutuhan kelompok tani Candi Makmur dan UD. Putra Jambu adalah perlu ada inovasi usaha baru untuk menghasilkan berbagai produk

Garuda Indonesia dalam tender pengadaan perangkat CCTV mengandung indikasi adanya praktek persaingan usaha yang tidak sehat.Berdasarkan laporan tersebut, KPPU menilai bahwa

Karakterisasi hasil sintesis konjugat yang dilakukan dengan sistem HPLC menggunakan kolom size exclusion (SE) dan detektor UV-Visible menunjukkan adanya serapan konjugat pada t R