• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Keluarga

2.1.1 Defenisi Keluarga

Keluarga adalah suatu ikatan atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendiri dengan atau tanpa anak, dan tinggal disuatu rumah tangga. Menurut UU No. 10 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera (Suprajitno, 2004).

Keluarga merupakan subsistem komunikasi sebagai sistem sosial yang bersifat unik dan dinamis. Oleh Karena itu perawat komunitas perlu memberikan intervensi pada keluarga untuk membantu keluarga dalam peningkatan pemberdayaan peran keluarga. Allender & Spradley, (1997, dalam achjar, 2010) memberikan alasan mengapa keluarga menjadi penting, karena keluarga sebagai sistem, membutuhkan pelayanan kesehatan seperti halnya individu agar dapat meilakukan tugas sesuai perkembangannya. Tingkat kesehatan individu berkaitan dengan tingkat kesehatan keluarga, begitu juga sebaliknya dan tingkat fungsional keluarga sebagai unit terkecil dari komunitas dapat mempengaruhi derajat kesehatan sistem diatasnya. Keluarga sebagai suatu sistem, dimana sistem keluarga merupakan bagian dari suprasistem yang lebih besar dan disusun dari beberapa subsistem, perubahan pada salah satu anggota keluarga akan

(2)

mempengaruhi semua anggota keluarga. Mempelajari keluarga secara utuh lebih mudah dari pada mempelajari masing-masing anggotanya.

2.1.2 Fungsi Keluarga

Adapun fungsi keluarga secara spesifik menurut siswanto (2006), adalah sebagai berikut :

1. Reproduksi

Fungsi keluarga bukan hanya mempertahankan dan mengembangkan keturunan atau generasi, tetapi juga merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal (menyeluruh), diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks bagi anak, dan yang lain.

2. Sosialisasi

Anak akan menyesuaikan diri dengan kebudayaan, kebiasaan, dan situasi sosial dalam perkembangan perilakunya, akan ada proses pembentukan identitas diri dalam proses hubungan anak dengan anggota keluarga yang lain. Akhirnya anak akan belajar peran model sesuai dengan jenis kelaminnya dan akan berusaha menjalankan apa yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Pertumbuhan Individu

Di dalam keluarga individu (anak) akan tumbuh dan berkembang menjadi individu yang matang (mature) dan mandiri (independence). Kemantangan individu meliputi fisik dan psikisnya. Fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikis berupa kebutuhan makan dan pembinaaan kepribadian.

(3)

4. Pendidikan

Pada dasarnya, ketika seseorang telah terlahir ke dunia ia telah dilengkapi berbagai perangkat seperti panca indera dan akal untuk menyerap berbagai ilmu. Keluarga mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya dalam menambah dan mengasah ilmu untuk menghadapi kehidupan dewasanya.

5. Religius (Agama dan Keyakinan)

Fungsi keluarga dalam hal ini yakni membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga, memberikan contoh konkret dalam hidup sehari-hari dalam pengalaman dari ajaran agama, melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang tidak atau kurang diperolehnya di sekolah dan masyarakat, dan membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan berkeluarga beragama sebagai fondasi menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

6. Rekreasi

Keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di rumah maupun di luar rumah.

7. Perawatan Kesehatan

Keluarga masih merupakan unit utama dimana pencegahan dan pengobatan penyakit dilakukan. Masih sangat ditemukan keterlibatan dan dukungan dalam keluarga dimana tanpa hal ini proses rehabilitas akan susah dilakukan di dalam keluarga.

(4)

2.1.3 Tipe Keluarga

Menurut Suprajitno (2004), pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu :

1. Keluarga Inti (Nuclear Family)

Adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

2. Keluarga Besar (Extended Family)

Adalah keluarga inti ditambahkan anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).

Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain kedua di atas berkembang menjadi :

1. Keluarga bentukan kembali (Dyadic Family)

Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasanganya.

2. Orang tua tunggal (single parent family)

Adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.

3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan ( The unmarried teenage mother)

4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah.

(5)

5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya ( The nonmarital heterosexual cohabiting family).

6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (Gay and lesbian family).

Terdiri dari kelompok orang-orang yang benar-benar dihubungkan dengan ikatan darah dan hidup bersama dengan ideology yang sama atau kepentingan ekonomi yang sama.

2.1.4 Tugas keluarga

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sikap negatif dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. 3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti

bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.

(6)

4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakkan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.

5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga (Achajar, 2010).

2.1.5 Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai peran di bidang kesehatan meliputi :

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.

2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara

(7)

keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.

3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. 5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga

(Friedman, 2010).

2.2 Konsep Peran

2.2.1 Defenisi Peran

Peran adalah separangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran merujuk kepada beberapa perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefenisikan dan diharapkan secara normative dari seseorang peran dalam situasi social tertentu (Mubarak, 2009). Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat ( Setiadi, 2008).

(8)

2.2.2 Peran Ayah

1. Ayah sebagai sex partner

Ayah merupakan sex partner yang setia bagi istrinya. Sebagai sex partner, seorang ayah harus dapat melaksanakan peran ini dengan diliputi oleh rasa cinta kasih yang mendalam. Seorang ayah harus mampu mencintai istrinya dan jangan minta dicintai oleh istrinya.

2. Ayah sebagai pencari nafkah

Tugas ayah sebagai pencari nafkah merupakan tugas yang sangat penting dalam keluarga. Penghasilan yang cukup dalam keluarga mempunyai damapak yang baik sekali dalam keluarga. Penghasilan yang kurang cukup menyebabkan kehidupan keluarga yang kurang lancar. Lemah kuatnya ekonomi tergantung pada penghasilan ayah. Sebab segala segi kehidupan dalam keluarga perlu biaya untuk sandang, pangan, perumahan, pendidikan dan pengobatan. Untuk seorang ayah harus mempunyai pekerjaan yang hasilnya dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

1. Ayah sebagai pendidik

Peran ayah sebagai pendidik merupakan peran yang penting. Sebab peran ini menyangkut perkembangan peran dan pertumbuhan pribadi anak. Ayah sebagai pendidik terutama menyangkut pendidikan yang bersifat rasional. Pendidikan mulai diperlukan sejak anak umur tiga tahun ke atas, yaitu saat anak mulai mengembangkan ego dan super egonya. Kekuatan ego (aku) ini sangat diperlukan untuk mengembangkan kemampuan realitas hidup yang terdiri dari segala jenis persoalan yang

(9)

harus dipecahkan. Jika peran ini difokuskan pada keinginan orangtua ataupun ayahnya maka tumbuh kembang anak terganggu baik fisik maupun psikologinya. Dan akan merasa tertekan, jika hal ini berkelanjutan akan menimbulkan dampak pada psikologi yang abnormal seperti depresi, sifat yang agresif dan gangguan psikologi yang lain (Hurerah, 2007).

2. Ayah sebagai tokoh dan identifikasi anak

Ayah sebgai modal sangat diperlukan bagi anak-anak untuk identifikasi diri dalam rangka membentuk super ego (aku ideal) yang kuat. Super ego merupakan fungsi kepribadian yang memberikan pegangan hidup yang benar, susila dan baik. Oleh karena itu seorang ayah harus memiliki pribadi yang kuat. Pribadi ayah yang kuat akan memberikan makna bagi pembentukan pribadi anak. Pribadi anak mulai terbentuk sejak anak itu mencari “aku” dirinya. Aku ini akan terbentuk dengan baik jika ayah sebagai model dapat memberikan kepuasaan bagi anak untuk identifikasi diri. Jika ayah menunjukkan sifat yang keras dalam memberikan pengasuhan kepada anak maka ketika dewasa anak akan membawa sifat yang sering dirasakan sewaktu masa kecil (Shochib, 1998).

3. Ayah sebagai pembantu pengurus rumah tangga

Pengurusan rumah tangga merupakan tanggung jawab ibu sebagai istri. Dalam perkembangan lebih lanjut maka ayah diperlukan sebagai pengelola kerumahtanggaan. Sebab keluarga merupakan lembaga social

(10)

yang mengelola segala keperluan yang menyangkut banyak segi. Oleh karena itu ayah sebagai kepala keluarga juga ikut bertanggung jawab dalam jalannya keluarga sebagai lembaga social yang memerankan berbagai fungsi kehidupan menusia. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ayah mempunyai banyak peran (berperan ganda). Agar dapat melaksanakan peran ganda ini maka seorang ayah dituntut untuk bekerja keras,dan berpengetahuan yang memadai. Pengetahuan sangat diperlukan karena persoalan-persoalan kehidupan makin lama makin sulit dan kompleks.

2.2.3 Peran ibu

1. Sebagai ibu dan pendidik

Peran ini dapat dipenuhi dengan baik, bila ibu mampu menciptakan iklim psikis yang gembira, bahagia dan bebas sehingga suasana rumah tangga menjadi semarak dan bisa memberikan rasa aman, bebas, hangat, menyenangkan serta penuh kasih sayang. Dengan begitu anak-anak dan suami akan betah tinggal di rumah. Iklim psikologis penuh kasih sayang, kesabaran, ketenangan, dan kehangatan itu memberikan semacam vitamin psikologi yang merangsang pertumbuhan anak-anak menuju pada kedewasaan.

2.Sebagai pengatur rumah tangga

Peran ini sangat berat. Dalam hal ini terdapat relasi-relasi formal dan semacam pembangian kerja (devesion of labour) : dimana suami terutama sekali bertindak sebagai pencari nafkah, dan istri berfungsi sebagai

(11)

pengurus rumah tangga, tetapi sering kali juga berperan sebagai pencari nafkah. Dalam hal ini ibu harus mampu membagi waktu dan tenaga karena jika tidak ada keseimbangan antara pekerjaan dengan peran sebagai ibu untuk anak-anak, inilah yang mengakibatkan anak menjadi terlantar sehingga anak-anak merasa tidak disayang dalam keluarga.

3. Sebagai partner hidup

Peran ini ditujukan bagi suami yang memerlukan kebijaksanaan, mampu berpikir luas, dan sanggup mengikuti gerak langkah karir suaminya. Sehingga akan terdapat kesamaan pandangan, perasaan, dan berinteraksi secara lancar dengan mereka.

2.2.3 Peran anak

Peran anak dalam keluarga untuk melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingakat perkembangannya baik fisik, mental, social, dan spiritual ( Setiadi, 2008).

Menurut Mubarak, dkk (2009) terdapat dua peran yang mempengaruhi keluarga yaitu peran formal dan informal.

1. Peran Formal

Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait sejumlah perilaku yang berkurang lebih bersifat hpmogen. Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggotanya seperti cara mansyarakat membagi peran-perannya menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem. Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain

(12)

sebagai provider atau penyedia, pengatur rumah tangga perawat anak baik sehat maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi, memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal, peran tearupetik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), dan peran sosial.

2. Peran Informal

Peran-peran informal bersifat implicit, biasanya tidak tampak,hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran adaptif antara lain :

a. Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan mendorong, memuji, dan menerima konstribusi dari orang lain. Sehingga ia dapat memukul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk di dengarkan.

b. Pengharmonisan yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota, penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.

c. Inisiator-inisiator yang mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok

d. Pendamai berarti jika terjadi dalam keluarga maka konflik dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai.

(13)

e. Pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam memnuhi kebutuhan,baik material maupun non material anggota keluarganya

f. Perawatan keluarga adalah peran yang dijalankan terkait merawat anggota keluarga jika ada yang sakit.

g. Penghubung keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim dan memonitori komunikasi dalam keluarga.

h. Poinir keluarga adalah membawa keluarga pindah ke suatu wilayah asing mendapat pengalaman baru.

i. Sahabat, penghibur, dan coordinator yang berarti mengorganisasikan dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat keakraban dan memerangi kepedihan. j. Pengikut dan sanksi, kecuali dalam beberapa hal, sanksi lebih

pasif, sanksi hanya mengamati dan tidak melibatkan dirinya. 2.2.5 Peran keluarga dibidang kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan keparawatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dan tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan (Setyowati, 2008).

(14)

2.1.6 Pemulihan (Rehabilitasi Medik) pasien

Pemulihan merupakan rehabilitasi medik yang cacat akibat suatu penyakit kepada kemampuan fisik, mental, emosi, social, vokasosial dan ekonomi yang sebesar-besarnya dan bila mampu berkarya diberi kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai (Festy,P. 2009)

Menurut WHO, Pemulihan atau rehabilitas medic adalah semua tindakan yang ditujukan guna mengurangi dampak keadaan cacat dan bersikap serta meningkatkan kemampuan klien mencapai integrasi social (Thamrihsyam H, 1992). Tahap pemulihan pasien antara lain :

1.Pemulangan

Suatu proses dimana pasien mulai mendapat pelayanan kesehatan yang diberikan dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya (Pamila, 2009). Salah satu hal yang diharapkan dari perawatan pasien hospitalisasi ataupun pasien rawat jalan adalah penghentian status pasien serta mempersiapkan pasien dan keluarga untuk perawatan lanjutan di rumah (Stuart, 2001).

2. Perbaikan

Pogresifitas keadaan pasien kea rah yang lebih baik dibandingkan dengankondisi sebelumnya.

(15)

3. Rehabilitasi

Proses pemulihan kondisi pasien menjadi lebih baik. 4. Pengembalian

Proses pengembaliaan ini di serahkan oleh perawat kepada keluarga yang berkewajiban merawat pasien yang mengalami pemulihan.

5. Penyembuhan

Proses yang terjadi pada klien yang mngalami sakit menjadi sehat atau masi dalam proses hamper sembuh (pemulihan.

2.1.7 Rawat Jalan

Rawat jalan merupakan salah satu unit kerja di rumah sakit yang melayani pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostic dan teraupetik. Pada waktu yang akan datang, rawat jalan merupakan bagian terbesar dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Tujuan pelayanan rawat jalan diantaranya adalah untuk memberikan konsultasi kepada pasien yang memerlukan pendapat dari seorang dokter spesialis, dengan tindakan pengobatan atau tidak. Selain itu juga untuk menyediakan pelayanan tindak lanjut bagi pasien rawat inap yang sudah diijinkan pulang tetapi masih harus dikontrol kondisi kesehatannya (Murdani, 2007).

(16)

2.3 Konsep Skizofrenia

2.3.1 Defenisi Skizofrenia

Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, efek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (sadock, 2003). Gejala skizofrenia secara garis besar dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu gejala positif dan gejala negative. Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan pikiran, gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala negatif adalah alam perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan, sedikit kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif.

2.3.2 Etiologi

Terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam menganalisa penyebab skizofrenia, antara lain :

1. Faktor Genetik

Menurut Maramis (1995), faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 – 1,8% ; bagi saudara kandung 7-15%; bagi

(17)

anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 7-16%; bila kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2-15%; bagi kembar satu telur (monozigot) 61-86%. Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut quantitative trait loci.

Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-tempat yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasi mengapa ada gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai berat) dan mengapa resiko untuk mengalami skizofrenia semakin tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini (Durand & Barlow, 2007).

2. Faktor Biokimia

Skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memumgkinkan neuron-neuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang abnormal terhadap dopamine. Banyak ahli yang berpendapat bahwa aktivitas dopamine yang berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa neurotransmitter lain seperti serotin dan neropinephirine tampaknya juga memainkan peranan (Durand, 2007).

(18)

3. Faktor Psikologis dan Sosial

Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua anak yang patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga (Wiraminaradja & Sutarjo, 2005).

Banyak penelitian yang mempelajari bagaimana interaksi dalam keluarga mempengaruhi penderita skizofrenia. Sebagai contoh, istilah schizophregenic mother kadang-kadang digunakan untuk mendeksripsikan tentang ibu yang memiliki sifat dingin, dominan, dan penolak, yang diperkirakan menjadi penyebab skizofrenia pada anak-anaknya (Durand & Barlow, 2007).

Menurut Coleman dan Marimas (1994 dalam Baihaqi et al, 2005), keluarga pada masa kanak-kanak memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian. Orang tua terkadang bertindak terlalu banyak untuk anak dan tidak member kesempatan anak untuk berkembang, ada kalanya orang tua bertindak terlalu sedikit dan tidak merangsang anak, atau tidak meberi bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya.

2.3.4 Perjalanan Penyakit

Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap individu. Perjalanan klinis skizofrenia berlangsung secara perlahan-lahan, meliputi beberapa fase yang dimulai dari keadaan premorbid, prodromal, fase aktif dan keadaan residual (sadock, 2003; Buchanan, 2005).

(19)

Pola gejala premorbid merupakan tanda pertama penyakit skizofrenia, walaupun gejala yang ada dikenali hanya secara retrospektif. Karakteristik gejala skizofrenia yang dimulai pada masa remaja akhir atau permulaan masa dewasa akan diikuti dengan perkembangan gejala prodromal yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Tanda dan gejala prodromal yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Tanda dan gejala prodromal skizofrenia dapat berupa cemas, gundah (gelisah), merasa diteror atau depresi. Penelitian retrospektif terhadap pasien dengan skizofrenia menyatakan bahwa sebagian penderita mengeluh gejala somatic, seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan otot, kelemahan dan masalah pencernaan (Saddock, 2003).

Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara klinis, yaitu adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Penilaian pasien skizofrenia terhadap realita terganggu dan pemahaman diri (tilikan) buruk sampai tidak ada. Fase residual ditandai dengan menghilangkannya beberapa gejala klinis skizofrenia. Sisa satu atau dua gejala ang tidak terlalu nyata secara klinis, yaitu dapat berupa penarikan diri (withdrawal) dan perilaku aneh (Buchanan, 2005).

2.3.5 Tipe – Tipe Skizofrenia

Diagnosa skizofrenia berawal dari diagnostic and statistical Manual of Mental Disorders (DSM) yaitu: DSM-III (American Psychiatric Assosiation, 1980) dan berlanjut dalam IV (American Psychiatric Assosiation, 1994) dan DSM-IV-TR (American Psychiatric Assosiation, 2000). Berikut ini adalah tipe skizofrenia

(20)

dari DSM-IV-TR-2000. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala yang dominan yaitu (Davison, 2006):

1. Tipe Paranoid

Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan efektif yang relative masih terjaga. Waham biasanya adalah waham kejar atau waham kebesaran, atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain (misalnya waham kecemburuan, keagamaan, atau somalisis) mungkin juga muncul. Ciri-ciri lainnya meliputi ansietas, kemarahan, menjaga jarak dan suka berargumentasi, dan agresif.

2. Tipe Disorganized (Tidak terorganisasi)

Ciri utama skizofrenia tipe disorganized adalah pembicaraan kacau, tingkah laku kacau dan efek yang datar atau inappropriate. Pembicaraan yang kacau dapat disertai kekonyolan dan tertawa yang tidak erat kaitannya dengan isi pembicaraan. Disorganisasi tingkah laku dapat membawa pada gangguan yang serius pada berbagai aktivitas hidup sehari-hari.

3. Tipe Katatonik

Ciri Utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat meliputi ketidak bergerakan motorik (waxy flexibility). Aktifitas motor yang berlebihan, negativism yang ekstrim, sama sekali tidak mau bicara dan berkomunikasi (mutism), gerakan-gerakan yang tidak terkendali, mengulang ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku ornag lain (echopraxia).

(21)

4. Tipe Undifferentiated

Tipe Undifferentiated merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan perubahan pola simptom-simptom yang cepat menyangkut semua indicator skizofrenia. Misalnya, indikasi yang sangat ruwet, kebingungan (confusion), emosi yang tidak dapat dipegang karena berubah-ubah, adanya delusi, referensi yang berubah-ubah atau salah, adanya ketergugahan yang sangat besar, autism seperti mimpi, depresi, dan sewaktu-waktu juga ada fase yang menunjukkan ketakutan.

5. Tipe Residual

Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti keyakinan-keyakinan negative, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil,inaktivitas, dan efek datar.

2.4 Perawatan Skizofrenia

Selain perawatan di rumah sakit dan rawat jalan, ada cara alternatif perawatan yaitu dirawat hanya pada siang hari atau malam hari saja di rumah sakit, selebihnya pasien berada di rumah bersama dengan keluarga atau di sekolah maupun di tempat kerja bersama teman-temannya. Selain itu, ada terapi residensial yaitu tempat semacam asrama bagi pasien skizofrenia yang sudah relative tenang atau mencapai keadaan remisi tetapi masih memerlukan rehabilitasi dan keterampilan lebih lanjut. Ada juga terapi holistik yang memerlukan perhatian baik untuk fisiknya (makanan, istirahat, medikasi, dan latihan fisik), mental emosional (psikoterapi dan konseling psikologi), dan bimbingan sosial dan keluarga yang mendukung. Terapi

(22)

okupasional (kegiatan untuk mengisi waktu) dan terapi rehabilitasi atau vokasional (melatih keterampilan kerja tertentu yang dapat digunakan pasien untuk mencari nafkah) juga dapat diberikan pada pasien skizofrenia.

2.5 Pengobatan Skizofrenia

Gangguan jiwa skizofrenia merupakan salah satu penyakit yang cenderrung berlanjutan (kronis menahun). Oleh karenanya terapi pada skizofrenia memerlukan waktu relative lama, berbulan bahkan bertahun. Hal ini dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan (relaps). Terapi yang komprehensif dan holistic atau terpadu dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita skizofrenia tidak lagi mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi terapi obat-obatan anti skizofrenia (psikofarmaka), psikoterapi, terpai psikososial, dan terapi psikoreligius (Hawari,2001).

2.6 Peran Keluarga Dalam Pemulihan Pasien skizofrenia

Skizofrenia merupakan gangguan sindroma kompleks yang dapat menimbulkan efek merusak pada kehidupan penderita maupun anggota keluarganya. Gangguan ini dapat menganggu persepsi, pikiran, pembicaraan dan gerakan seseorang. Semua aspek aktivitasnya terganggu, bahkan di kalangan masyarakat sering memandang rendah mereka (Hawari, 2001)

Keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam diri kita (Rakhmat, 2005). Suasana keluarga yang saling menghargai dan mempunyai dukungan positif dalam kreativitas sehingga menimbulkan suasana yang positif. Mead (dalam Rakhmat,

(23)

2008) kehangatan keluarga dapat menimbulkan perasaan positif. Ejekan, cemoohan dan hadikkan membuat perasaan negatif.

Adapun peran keluarga dalam pemulihan klien skizofrenia menurut Rasmun (2001) yaitu :

1. Membantu klien minum obat secara teratur.

Keluarga membantu klien dalam cara benar minum obat yaitu benar pasien, benar dosis, benar obat, benar rute, benar waktu.

2. Perhatikan semua kebutuhan klien berkomunikasi, makan, minum, aktivitas sehari-hari.

Peran keluarga penting dalam kebutuhan sehari-hari klien serta pemenuhan asupan gizi klien untuk peningkatan kesembuhan kesehatan klien.

3.Perhatikan hal-hal yang menimbulkan rasa sedih atau marah klien.

Memperhatikan klien dalam keadaan bagaimna pun dan tanyakan perasaan yang dirasakan klien.

4.Membantu klien dalam kehidupan sehari-hari.

Membantu klien dalam pengobatannya, aktivitasnya serta semua kebutuhannya.

5.Libatkan klien dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh keluarga.

Ikut sertakan klien dalam kegiatan keluarga jangan tumbulkan rasa malu terhadap klien, berikan rasa peduli dan tanggapan bahwa klien juga mempunyai fungsi seperti manusia normal.

(24)

yang ingin dikemukakandisampaikannya dengan penug perhatian jangan tunjukkan rasa tidak peduli kepada pasien.

7. Memberi obat sesuai dengan dosis/petunjuk dokter.

Membantu klien dalam meminum obat dan melihat petunjuk dokter yang ada agar tidak terjadi kesalahan dalam pengobatan.

8. Beri reinforcemen : bila klien dapat melakukan tugasnya.

Memberikan pujian (reinforcemen) atas semua tugas dan kegiatan yang dilakukan klien untuk merangsang akan keinginan untuk melakukan kembali. 9. Menemani klien ke pelayanan kesehatan atau rumah sakit terdekat untuk

berobat jalan secara rutin.

Keluarga mempunyai peran dalam pemenuhan dana dan transportasi serta menemani klien ke pelayanan kesehatan atau rumah sakit terdekat untuk berobat jalan secara rutin.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor lain dari persamaan suku banyak tersebut

Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada 5 ibu nifas terhadap perilaku ibu dalam memilih tenaga penolong persalinan diketahui bahwa 3 informan utama masih memilih tenaga penolong

1.96 Dalam penerapan serta pengembangan CRM tersebut, diperlukan proses yang memungkinkan perusahaan untuk menganalisa pelanggannya, sehingga perusahaan dapat

Bagi membangunkan Sistem Sokongan Pembelajaran Kendiri atas Talian bagi topik Growth and Reproduction ini, beberapa ciri dititikberatkan untuk menghasilkan sebuah

Hal ini dikarenakan dengan perpindahan pasar dari Dinoyo ke Merjosari membuat para pedagang berganti pemasok yang lebih siang apabila dibandingkan pada waktu berada

memahami makna yang terkandung dalam al- Qur‟an. Allah menurunkan al-.. Qur ‟ an menggunakan bahasa Arab untuk dipahami oleh umat Islam. Yusuf : 2). Selain sebagai alat

(3) Presentase rata-rata aktivitas belajar siswa pertemuan pertama kelas eksperimen yaitu 60%, pada pertemuan kedua presentase aktivitas siswa meningkat menjadi

hubungan waktu dengan efisiensi sistem dapat dilihat, efisiensi sistem dengan menggunakan ketiga variasi massa fluida kerja mula-mula, dengan ketinggian head pemompaan 2