• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. program untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Salah satu dari anak berkebutuhan khusus adalah anak gifted.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. program untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Salah satu dari anak berkebutuhan khusus adalah anak gifted."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan individu dapat mengembangkan dan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki oleh dirinya. Banyak program pendidikan yang ditawarkan kepada peserta didik. Program tersebut ada yang diberikan kepada siswa reguler dan ada juga program untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Salah satu dari anak berkebutuhan khusus adalah anak gifted. Gifted atau very superior berIQ 130-139, menurut Renzulli Anak yang tergolong dalam kelompok gifted adalah memiliki ciri-ciri kemampuan akademik di atas rata-rata, kreativitas, peningkatan diri atau tanggung jawab terhadap tugas yang tinggi (Renzulli, dkk dalam Munandar, 1992).

Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur pendidikan bagi anak cerdas istimewa dinyatakan dalam UU No 20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 4. Program pendidikan khusus bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa (PDCI) dapat berupa program pengayaan (enrichment) dan gabungan program percepatan dengan pengayaan (acceleration-enrichment). Kurikulum 2013 Kementrian Pendidikan dan Budaya menerapkan kelas Pendalaman Minat (program pengayaan) pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Kelas ini dirancang untuk dapat memperkaya pengetahuan

(2)

tentang mata pelajaran di sekolah menengah dengan mata kuliah di perguruan tinggi yang sesuai. Fokus layanan pada program belajar ini adalah pada peluasan atau pendalaman materi yang dipelajari dan bukan pada kecepatan waktu belajar dikelas (Balai Pengembangan Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan, 2012).

Salah satu sekolah di Purwakarta yaitu SMAN 1 Purwakarta mengadakan kelas Cerdas Istimewa (CI) program pengayaan untuk anak yang memiliki taraf kecerdasan diatas rata-rata, yaitu siswa yang memiliki IQ ± 130 keatas. Program ini baru berjalan selama 2 tahun sejak keluarnya kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Program pengayaan ini dikhususkan untuk jurusan IPA saja. Menurut guru bimbingan konseling di SMAN 1 Purwakarta, proses seleksi untuk dapat memasuki program kelas cerdas istimewa ini ada beberapa tahap. Tahap pertama dilihat dari nilai rata-rata raport yaitu harus diatas 7.5 setiap mata pelajarannya selain itu dilihat dari hasil Ujian Nasional SMP dengan nilai rata-rata 8.0. Tahap kedua, siswa diberikan test tertulis dengan mata pelajaran yang sama pada saat UN dengan nilai rata-rata minimal 8.0. Siswa yang memiliki prestasi akademik minimal juara 1 tingkat kabupaten hal tersebut akan menjadi salah satu pertimbangan untuk dapat memasuki program kelas pendalaman ini. Terakhir siswa harus ikut serta dalam tes inteligensi, tes kreatifitas dan skala task commitment yang diadakan oleh sekolah yg bekerja sama dengan UNJANI dan siswa tersebut direkomendasikan oleh pihak yang mengadakan psikotes (psikolog) untuk dapat mengikuti program kelas pendalaman.

Pada awalnya kelas CI program pengayaan ini hanya dilihat dari taraf inteligensinya saja (dalam peraturan gubernur hanya tercantum setiap siswa yang

(3)

memiliki taraf inteligensi diatas rata-rata dimasukan kedalam program kelas cerdas istimewa). Namun setelah ditinjau lebih jauh ternyata syarat siswa dapat mengikuti program kelas cerdas istimewa ini juga tidak hanya dilihat dari taraf inteligensinya saja, tetapi siswa tersebut juga harus mendapatkan rekomendasi dari pihak penyelenggara psikotes disekolah tersebut. Tahun ini proses seleksi yang dilakukan lebih ketat dibandingkan tahun sebelumnya sehingga siswa yang layak untuk memasuki program kelas cerdas istimewa ini hanya berjumlah 35 orang.

Siswa yang mengikuti program kelas Cerdas Istimewa (CI) setiap harinya selalu ada tugas dan ujian yang diberikan oleh setiap guru mata pelajaran kepada siswa dikelas tersebut. Selain itu ada beberapa mata pelajaran yang seharusnya diberikan di kelas 3 namun sudah mereka terima ketika mereka berada di kelas 1. Program pengayaan ini dihususkan untuk mata pelajaran IPA, Matematika dan bahasa inggris. Siswa-siswa dikelas ini sudah dipersiapakan belajar untuk persiapan memasuki perguruan tinggi. Selain itu diberikan pembelajaran lebih mendalam tentang mata pelajaran yang diajarkan (Contohnya ketika siswa belajar mata pelajaran matematika dan membahas tentang logaritma siswa diberikan pembelajaran bagaimana dan berasal dari mana rumus-rumus logaritma tersebut). Dalam pelaksanaannya kelas ini juga bekerja sama dengan salah satu perguruan tinggi negri terkemuka di Bandung yaitu Institut Teknologi Bandung.

Kerja sama yang dilakukan berupa membuat program pembelajaran yang diberikan kepada siswa, diantaranya adalah setiap sebulan sekali didatangkan pengajar khusus dari ITB untuk memberikan pengajaran kepada siswa kelas CI

(4)

program pengayaan ini. Pengajar tersebut menjelaskan dengan lebih detail dan lebih terperinci mengenai mata pelajaran yang akan diadakan pada saat UN, seperti matematika, fisika, kimia, biologi ditambah bahasa inggris atau mata pelajaran yang ada dalam test-test untuk memasuki perkuliahan seperti TPA dan matematika dasar. Karena program pengayaan ini hanya dikhususkan untuk jurusan IPA saja, maka materi pelajaran yang dipelajari hanya pelajaran IPA dan bahasa inggris.

Siswa juga diajak ke ITB langsung. Kegiatan disana lebih kepada pengenalan lingkungan kampus. Misalnya siswa akan diajak ke beberapa jurusan di ITB, dan akan dijelaskan fakultas apa saja yang tergabung dalam jurusan tersebut. Siswa diajak ke laboratorium dan diperlihatkan kegiatan-kegiatan apa saja yang biasanya dilakukan di laboratorium tersebut. Sehingga hal tersebut diharapkan akan menjadi motivasi tambahan agar siswa dapat lebih berjuang dan akhirnya dapat berkuliah di universitas yang mereka harapkan.

Pihak sekolah dengan pengajar khusus dari ITB serta orang tua selalu mengadakan pertemuan rutin tiap semesternya atau setiap akan diberlakukannya program pembelajaran baru untuk anak-anaknya. Pertemuan tersebut biasanya membahas bagaimana kondisi anak dan sejauh mana kesiapan anak untuk menghadapi sekolahnya baik itu untuk persiapan menghadapi UTS atau UAS. Biasanya jika akan diberlakukan program baru, orang tua harus membayar sejumlah uang tertentu untuk membantu agar program tersbut nantinya dapat terlaksana. Pada kelas CI program pengayaan ini rata-rata orang tuanya memiliki tingkat ekonomi menengah keatas, sehingga orang tua tidak merasa keberatan untuk membayar

(5)

sejumlah uang ketika diberlakukannya program baru untuk anak-anaknya. Orang tua juga sangat komunikatif jika diadakan diskusi pada pertemuan tersebut. Menurut pihak sekolah respon yang diberikan orang tua kepada program kelas CI ini sangat baik.

Dari hasil wawancara masalah yang sering muncul pada siswa CI diantaranya adalah kejenuhan dalam proses pembelajaran. Siswa juga terbebani dengan tugas-tugas yang berat, bentuk tugas-tugas yang diberikan kepada siswa ada proyek individu dan proyek kelompok. Contoh tugas untuk proyek kelompok dalam pelajaran Biologi pada suatu pembahasan siswa akan diberikan tugas untuk membuat yoghurt, tape, dan nata de coco. Siswa juga harus menuliskan hasil dari kerja kelompok dan hasil dari proyek yang mereka kerjakan dalam bentuk laporan yang nantinya akan dipresentasikan dikelas. Selain itu ada tugas yang harusnya diberikan pada anak kela XII namun sudah diberikan kepada siswa CI kelas X, yaitu tugas Bahasa Inggris. Contoh untuk tugas individu siswa harus mengerjakan soal-soal yang ada pada buku paket yg mereka gunakan dalam proses pembelajaran, atau setiap guru mata pelajaran akan memberikan latihan soal sendiri yang nantinya harus dikerjakan oleh siswa.

Setiap minggunya selalu diberikan ujian, karena setiap satu bab selesai dipelajari dan dibahas bersama maka pertemuan berikutnya akan diadakan ujian (pembelajaran seperti ini berlaku disetiap mata pelajaran yang ada). Menurut guru bagian kurikulum soal ulangan yang diberikan kepada siswa kelas CI program pengayaan ini dirancang lebih sulit dibandingkan dengan kelas reguler. Siswa juga kesulitan dalam membagi waktu karna padatnya jam sekolah, sekolah dimulai dari hari Senin sampai hari

(6)

Jumat. Pada hari Sabtu biasanya siswa mengikuti kegiatan ekstra kurikuler karena siswa diwajibkan untuk mengikuti salah satu ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Siswa juga mengikuti kegiatan organisasi lainnya, contohnya seperti kepengurusan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) dan MPK (Majelis Perwakilan Kelas). Siswa-siswa juga akan mendapatkan pelajaran tambahan di hari Sabtu baik itu untuk mengerjakan tugas kelompok ataupun siswa-siswa tersebut mendapatkan pembelajaran dari pengajar ITB. Kegiatan belajarnya seperti belajar didalam kelas, dan pengajar dari ITB menjelaskan materi-materi yang belum dipahami oleh siswa. Biasanya program ini berjalan 1-3 bulan sekali. Selain disibukan dengan kegiatan di sekolah, hampir semua siswa mengikuti program pembelajaran di luar sekolah. Dalam satu minggu mereka juga disetiap harinya ada jadwal mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Setiap hari setelah selesai belajar di sekolah, kegiatan siswa selanjutnya adalah mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah.

Kegiatan sekolah dimulai dari pukul 07.00 sampai 15.00 atau sampai 16.00, dilanjutkan dengan kegiatan bimbingan belajar di luar sekolah yang dimulai pada pukul 16.30 sampai 19.30. Terkadang siswa juga harus mengerjakan tugas kelompok yang diberikan oleh guru. Mereka akan mengerjakan tugas kelompoknya setelah selesai belajar di sekolah atau setelah program bimbingan belajar di luar sekolah selesai dan mengerjakannya ditempat mereka mengikuti program bimbingan belajar. Tidak jarang pada hari Sabtu atau Minggu mereka akan kesekolah atau berkumpul dirumah temannya untuk mengerjakan proyek kelompok. Selain itu juga ada tugas individu yang harus mereka kerjakan masing-masing. Belum lagi jika keesokan

(7)

harinya akan diadakan ulangan, maka siswa tidak dapat langsung beristirahat ketika sampai dirumah. Siswa akan belajar sampai tengah malam dan mengulang untuk membaca dan mempelajari materi kembali yang akan diulangankan agar mereka lebih memahami materi yang akan diujiankan esok hari dan mereka mendapatkan nilai diatas standar yang telah ditentukan. Selain sibuk mengikuti kegiatan belajar di luar sekolah, siswa juga mengikuti kegiatan organisasi dan kegiatan ekstra kurikuler yang diadakan oleh sekolah. Terkadang siswa juga mengalami kesulitan membagi waktu antara belajar dengan kegiatan organisasi dan ekstrakurikuler yang mereka ikuti. Siswa kelas CI memiliki banyak minat sehingga mereka sulit untuk membagi waktu antara kegiatan belajar disekolah dengan kegiatan lainnya seperti ekstrakurikuler. Siswa merasakan kelelahan ketika berada dalam kelas Cerdas Istimewa, namun siswa tetap berusaha untuk mengikuti setiap program pembelajaran yang ada pada kelas CI ini agar suatu saat siswa dapat berkuliah diperguruan tinggi negeri ternama di Indonesia.

Berdasarkan hasil wawancara, siswa mengatakan jika ingin belajar dengan baik moodnya harus dalam keadaan baik juga. Ketika mereka dalam kondisi yang lelah maka moodnya menjadi tidak baik, mereka juga mengatakan sangat sulit untuk meningkatkan mood belajarnya. Jika kondisi moodnya sedang tidak baik, materi yan dipelajari akan sulit untuk dicerna. Siswa-siswa tersebut melakukan bagai macam cara untuk membuat mood menjadi baik agar mereka dapat belajar dengan baik. Diantaranya ada yang akan membaca komik terlebih dahulu sebelum belajar, ada yang bermain games, dan ada yang senang untuk mengobrol terlebih dahulu di group

(8)

chat kelas dan bercanda dengan teman-temannya, ada juga yang akan tetap memaksakan belajar meski moodnya dalam kondisi yang tidak baik. Setelah merasa moodnya cukup membaik, maka siswa akan kembali mengerjakan tugasnya atau belajar untuk ujian esok hari.

Siswa juga merasa mendapatkan banyak tuntutan dari orang tua untuk lebih berprestasi dikarenakan orang tuanya mengetahui bahwa mereka masuk kedalam program pembelajaran kelas CI program pengayaan. Ada beberapa siswa yang memiliki kakak yang bersekolah di Perguran Tinggi Negri ternama dan secara tidak langsung orang tuanya menuntut siswa agar dapat berkuliah di Perguruan Tinggi Negeri ternama juga. Siswa juga terkadang merasa dibanding-bandingkan dengan anggota keluarganya yang lain ketika prestasi belajarnya menurun. Orang tua siswa kelas CI program pengayaan ini memiliki latar belakang pendidikan yang baik, rata-rata jenjang pendidikan orang tua siswa kelas CI program pengayaan ini yaitu diploma dan sarjana. Hal tersebut secara tidak langsung membuat siswa harus tetap mempertahankan prestasi belajarnya dengan baik agar kelak siswa juga dapat bersekolah setara atau lebih tinggi dari jenjang pendidikan orang tuanya.

Pada proses pembelajarannya, guru hanya menjelaskan tentang poin-poin pentingnya saja. Selanjutnya guru memberikan contoh soal kepada siswa dan menyuruh siswa mengerjakannya. Guru menekankan agar siswa yang mengambil program kelas CI untuk dapat belajar mandiri. Ketika mereka tidak memahami materi yang diberikan oleh guru, mereka akan berdiskusi dengan teman-temannya yang lebih

(9)

menguasai materi pembelajaran atau mereka akan belajar kembali di luar kegiatan pembelajaran dikelas.

Hasil wawancara dengan wali kelas CI program kelas pengayaan yaitu siswa yang berada pada program pengayaan ini mengalami tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan siswa kelas reguler. Tekanan tersebut berasal dari tuntutan guru-guru yang menuntut siswa-siswa tersebut agar lebih berprestasi dan dapat mengoptimalkan kemampuannya secara maksimal. Selain itu guru juga menuntut agar attitude siswa kelas CI ini harus lebih baik dibandingkan dengan kelas reguler. Siswa juga mendapatkan tuntutan dari orang tua agar kelak anaknya dapat lebih berprestasi dalam bidang akademik, karena mengetahui jika anaknya memiliki kemampuan diatas rata-rata, dan orang tua mengharapkan agar kelak anaknya dapat memasuki perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia, ada juga orang tua yang mengharapkan kelak anaknya akan dapat berkuliah di luar negeri. Selain itu siswa juga mendapatkan tuntutan dan tekanan dari teman-temannya sendiri, bentuk tekananya seperti persaingan akademik yang ada didalam kelas itu sendiri maupun persaingan akademik dengan kelas reguler, karena jika ada siswa kelas regular yang nilai ujiannya lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti program pengayaan hal terebut akan menjadi perbincangan diantara siswa.

Proses pembelajaran di dalam kelas lebih interaktif antara guru dan siswa, tidak jarang ada siswa yang mengoreksi penjelasan gurunya jika penjelasan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang telah mereka ketahui. Siswa juga lebih fokus dalam memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru dikelas. Ketika akan diadakan

(10)

ujian siswa-siswa berusaha untuk belajar dengan serius dan menanyakan materi pembelajaran yang belum mereka pahami kepada temannya agar mereka dapat mengerjakan soal ujian dan mendapatkan nilai yang baik.

Siswa-siswa kelas CI program pengayaan ini memiliki strategi dan taktik dalam proses pembelajarannya. Siswa berusaha untuk merubah cara belajarnya agar lebih efektif dan nantinya siswa akan mendapatkan nilai sesuai dengan apa yang diharapkan. Contohnya dalam proses pembelajarannya pada awalnya siswa akan mengerjakan tugas-tugas sekolahnya di hari Sabtu dan Minggu. Namun ternyata hari sabtu dan minggu selalu berbentrokan dengan kegiatan organisasi dan ekstrakirikuler yang diadakan disekolah. Akibatnya siswa menjadi tidak dapat mengerjakan tugas dengan maksimal. Kemudian siswa mengganti strategi mengerjakan tugasnya dengan mengerjakan tugas pada malam hari. Meskipun akhirnya membuat jam tidur mereka menjadi sangat kurang, tapi siswa mengatakan dengan mengerjakan tugas malam hari tugasnya bisa selesai sesuai dengan apa yang mereka harapkan dan mendapatkan nilai yang baik. Selain itu siswa juga akan membuat rangkuman-rangkuman untuk mempermudah belajar siswa ketika akan menghadapi UTS atau UAS.

Banyaknya permasalahan tuntutan belajar yang harus dihadapi oleh siswa menyebabkan 4 orang siswa mundur dari program pembelaran kelas CI ini. Dari 4 orang siswa, 1 siswa merasa kelelahan dengan kegiatan pembelajaran disekolah dan di luar sekolah (bimbingan belajar di luar sekolah) dan menyebabkan kurang mendapatkan waktu istirahat. Merasa terbebani dengan predikat siswa kelas CI dan merasa tidak siap dengan program pembelajaran yang padat di kelas CI 1 orang siswa

(11)

mengundurkan diri dari awal sebelum berlangsungnya program pembelajaran. 2 orang lainnya mengundurkan diri karena merasa kelelahan dengan padatnya jam belajar yang harus mereka ikuti, dan nilai yang mereka dapatkan berada dibawah standar. Hal tersebut membuktikan bahwa tidak semua siswa dapat bertahan untuk mengikuti program pembelajaran di kelas CI. Banyaknya tugas dan ulangan yang harus dihadapi oleh siswa, serta padatnya jam belajar yang harus mereka ikuti bukanlah hal yang mudah untuk dihadapi oleh siswa

Siswa-siswa yang berada pada kelas CI ini tetap bertahan dalam situasi yang kurang menyenangkan. Meskipun siswa dihadapkan pada banyaknya tugas (baik tugas kelompok ataupun tugas individu) yang diberikan oleh guru, seringnya diadakan ujian harian untuk mengevaluasi proses pembelajaran dan mengikuti program pembelajaran diluar sekolah agar dapat menerima pelajaran tambahan, siswa berusaha untuk mengikuti setiap program pembelajaran. Banyak tuntutan yang mereka terima dari orang-orang disekitar mereka juga tidak membuat siswa menyerah dan memilih untuk pindah kekelas regular. Siswa-siswa di kelas CI tetap berusaha bertahan karena memiliki tujuan yang harus mereka gapai, yaitu ingin berkuliah di perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia.

Pada konsep psikologi ada yang dinamakan grit. Grit adalah kegigihan dan semangat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Grit diikuti dengan bekerja keras menghadapi tantangan, mempertahankan usaha dan kepentingan jangka panjang meskipun dihadapkan pada resiko untuk gagal, tantangan, dan kesulitan pada prosesnya orang yang gritty melihat prestasi sebagai sebuah perjalanan panjang yang

(12)

mana kebosanan dan kekecewaan akan terjadi pada orang lain, namun orang gritty tetap mampu bertahan( Duckworth, 2007).

Siswa kelas CI ini memiliki usaha yang keras untuk mencapai tujuan jangka panjangnya. Disaat 4 orang siswa mengundurkan diri dari kelas CI, 31 siswa lainnya memilih untuk tetap bertahan meskipun mereka harus menghadapi tantangan atau pun tekanan selama mereka menjalani proses pembelajaran, merasakan kelehan dengan padatnya pembelajaran yang ada, namun mereka tetap bertahan dan tetap berjuang agar mereka dapat berkuliah di perguruan tinggi negri terkemuka di Indonesia. Siswa juga mampu mempertahankan minatnya pada satu tujuan. Ketika siswa lain akan lebih memilih untuk bermain dari pada belajar, sedangkan mereka selalu berusaha untuk mempertahankan minatnya pada belajar dan berusaha untuk memprioritaskan belajar dibandingkan kegiatan-kegiatan lainnya, hal tersebut menunjukan bahwa siswa memiliki konsistensi minat yang tinggi.

Pada awalnya penelitian grit ini dilakukan oleh Angela Duckhwort dkk. Studi pertamanya (dimulai pada bulan April tahun 2004) dilakukan pada 1.545 orang dewasa yang usianya diatas 25 tahun (dibagi dalam 5 rentang usia, yaitu 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun dan 64 tahun keatas). Terdiri dari 73% perempuan dan 27 laki-laki. Jenjang pendidikan mulai dari siswa SMA, lulusan SMA, mahasiswa, setingkat perkuliahan, sarjana, dan S2. Hasil penelitiannya adalah orang yang memiliki kegigihan atau grit yang tinggi biasanya telah mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan usia yang lebih matang.

(13)

Studi kedua dilakukan oleh Angela Duckhwort dkk, (dimulai pada bulan September tahun 2006) masih dilakukan pada orang dewasa yang usianya diatas 25 tahun (dibagi dalam 5 rentang usia, yaitu 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun dan 55-64 tahun keatas). Hasilnya yaitu kegigihan atau grit berkorelasi dengan kesadaran. Kegigihan atau grit memiliki prediktif tambahan yaitu untuk pencapain pendidikan dan karir yang sama untuk seumur hidup.

Studi ketiga dilakukan oleh Angela Duckhwort dkk (dilakukan pada 139 mahasiswa yang masih berkuliah) (69% perempuan dan 31% laki-laki) jurusan psikologi di University of Pennsyluania. Mahasiswa mengisi kuesioner mengenai grit, IPK saat ini, tahun kelulusan yang mereka harapkan, jenis kelamin dan skor SAT. Hasilnya yaitu grit berkorelasi dengan IPK.

Studi keempat dilakukan oleh Angela Duckhwort dkk (dilakukan pada bulan Juli 2004) dilakukan kepada 1.219 (16% perempuan dan 84% laki-laki) siswa akademi militer Amerika Serikat West Point. Berasal dari berbagai macam etnis, yaitu 77% kaukasian, 8% asian, 6% hispanik, 6% orang kulit hitam, 1% Indian Amerika dan 2% etnik lainnya. Siswa diminta untuk mengisi kuesioner grit dan self control. Hasilnya kedua faktor tersebut ditambah akademik, ekstrakurikuler dan faktor kepribadian dapat digunakan untuk memprediksi performansi jangka panjang mereka dalam mengikuti pelatihan militer.

Studi kelima dilakukan oleh Angela Duckhwort dkk (dilakukan pada bulan Juni 2006) masih dilakukan pada 1.308 taruna. Mereka menyelesaikan langkah-langkah

(14)

yang sama seperti studi empat, tetapi ditambah 9 item conscientiousness. Hasilnya adalah kegigihan atau grit memiliki validitas prediktif tambahan yaitu kesadaran.

Studi keenam dilakukan oleh Angela Duckhwort dkk (dilakukan pada tahun 2006) dilakukan pada 175 finalis di Scripp Spelling Be Nasional. Usia dari mulai 7 sampai 15 tahun, 48% perempuan dan 52% laki-laki. Hasilnya adalah finalis yang memiliki kegigihan atau grit yang tinggi mencapai putaran perlombaan yang lebih tinggi.

Studi ketujuh (dilakukan pada tahun 2012) ini diprakarsai oleh Bobbi Liebenberg, ketua komisi perempuan dan profesi di ABA (AMERICAN BAR ASSOCIATION). Penelitian ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada pengacara atau kuasa hukum perempuan tentang kegigihan atau grit dan keyakinan bahwa inteligensi dapat berubah dengan berusaha.

Studi kedelepan (dilakukan pada tahun 2014) dilakukan oleh Fauzan Hakim. Penelitian ini dilakukan kepada 41 siswa akselerasi untuk melihat sumber daya psikologis yang dapat meningkatkan kegigihan atau grit. Hasilnya adalah determinan yang memiliki kontribusi paling tinggi terhadap kegigihan atau grit adalah effortful control diikuti variabel taktik dan academic mindset.

Penelitian kegigihan atau grit diatas dilakukan pada orang-orang dengan latar belakang yang berbeda-beda, dimulai dari mahasiswa psikologi, siswa akademi militer, anak-anak peserta lomba mengeja, pengacara dan juga siswa yang mengikuti program kelas akselerasi. Pada studi diatas pernah dilakukan penelitian grit pada

(15)

siswa gifted (tahun 2014, oleh Fauzan Hakim), namun penelitian ini lebih meneiliti grit dengan faktor-faktor internal. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian grit dan faktor eksternal yang mempengaruhinya pada siswa gifted yang mengikuti program pengayaan, karena pada penelitian sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian kepada siswa kelas CI program pengayaan dan mencari faktor eksternal yang mempengaruhinya. Dari hal wawancara dengan siswa kelas CI XI IA 1 di SMAN 1 Purwakarta diperoleh data bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi grit yaitu dukungan sosial. Maka dari pemaparan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk menggambarkan kegigihan (grit) dan faktor ekternal yang terkait pada siswa yang mengikuti program pengayaan kelas X IA 1 di SMAN 1 Purwakarta yaitu dukungan sosial.

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini akan dilakukan kepada siswa yang memiliki taraf intelegensi di atas rata-rata, yaitu siswa gifted yang memiliki IQ 130 ke atas dan berada di kelas CI program pengayaan kelas X IA 1 di SMAN 1 Purwakarta, serta siswa tersebut masuk kedalam kriteria siswa gifted menurut Renzuli. Gifted adalah, trait dengan kemampuan diatas rata-rata, memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas, dan kreativitas yang tinggi.

Sebelumnya dilakukan seleksi kepada siswa untuk dapat mengikuti program pembelajaran dikelas CI ini. Siswa yang memenuhi criteria yang ada akan masuk dan mengikuti program pengayaan. Program pengayaan untuk siswa CI di SMAN 1

(16)

Purwakarta ini dikhususkan untuk jurusan IPA saja. Sehingga materi yang dipelajari ini hanya pelajaran matematika, fisika, kimia, biologi dan bahasa inggris.

Siswa-siswa yang berada pada kelas CI ini tetap bertahan dalam situasi yang kurang menyenangkan. Siswa-siswa tersebut tetap bertahan, tetap berusaha dan bekerja keras untuk mengoptimalkan kemampuannya agar dapat memaksimalkan kemampuan yang dimiliki meskipun banyak tantangan yang harus mereka hadapi. Selain itu siswa juga mendapatkan banyak tuntutan baik itu dari orang tua, guru dan teman-temannya. Meskipun banyak tantangan, rintangan dan tuntutan yang haru mereka hadapi tetapi mereka tetap berusaha dan mempertahankan usahanya agar siwa-siswa tersebut dapat mencapai tujuannya. Siswa-siswa tersebut juga berusaha untuk tetap konsiten pada tujuan yang mereka minati sehingga mereka dapat memenuhi harapan yang mereka inginkan yaitu mencapai tujuannya masing-masing agar dapat berkuliah di perguruan tinggi negri ternama di Indonesia. Penjelasan diatas menunjukan adanya grit yang dimiliki oleh siswa.

Grit adalah kegigihan dan semangat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Grit diikuti dengan bekerja keras menghadapi tantangan, mempertahankan usaha dan kepentingan (Duckworth,2007). Grit terdiri dari dua aspek, yaitu Konsistensi Minat (Consistency of interest) dan Kegigihan dalam Berusaha (Perseverance of effort).

Selain mendapatkan tuntutan dan tekanan dari orang tua, siswa juga mendapatkan dukungan dari orang tuanya masing. Dukungan yang diberikan berupa penyedian fasilitas belajar (seperti laptop, internet dan buku-buku pembelajaran), pemberian

(17)

informasi seputar pembelajaran dan sekolah. Orang tua siswa juga sering menemani siswa dalam belajar, datang kesekolah ketika ada rapat orang tua murid dan memberikan semangat ketika siswa akan mengikuti ujian atau ulangan. Siswa merasa mendapatkan dukungan dari orang tuanya. Orang tua juga memberikan informasi mengenai dunia perkuliahan dan pekerjaan kepada anak-anaknya. Selain itu, rata-rata latar belakang pendidikan orang tua siswa juga berpendidikan diploma dan sarjana, oleh sebab itu orang tua menekankan pentingnya pendidikan dan mengarahkan anak-anaknya agar mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya.

Maka dari pemaparan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk menggambarkan kegigihan (grit) dan faktor-faktor eksternal yang terkait yaitu dukungan sosial pada siswa kelas CI yang mengikuti program pengayaan kelas X IA 1 di SMAN 1 Purwakarta. Kegigihan atau grit sendiri terdiri dari dua dimensi, yaitu konsistensi minat (consistency of interest) dengan kegigihan dalam berusaha (preseverence of effort). Kegigihan pada siswa kelas CI yang mengikuti program pengayaan ini dapat dilihat dari usaha-usaha yang dilakukan oleh siswa-siswa tersebut agar siswa-siswa tersebut dapat mencapai tujuan jangka panjangnya yaitu ingin berkuliah di Universitas ternama di Indonesia.

Dari uraian tersebut yang menjadi latar belakang penelitian penulis, dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah:

a) Bagaimana gambaran kegigihan (grit) pada siswa CI kelas X IA 1 di SMAN 1 Purwakarta?

(18)

b) Apakah dukungan sosial menjadi faktor eksternal yang terkait dengan kegigihan (grit) pada siswa gifted yang mengikuti program pengayaan kelas X IA 1 di SMAN 1 Purwakarta?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian a. Maksud Penelitian :

Maksud penelitian dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan kegigihan (grit) dan faktor yang terkait yaitu dukungan sosial pada siswa CI yang mengikuti program pengayaan kelas X IA 1 di SMAN 1 Purwakarta.

b. Tujuan Penelitian :

1) Memperoleh data empiris mengenai gambaran kegigihan (grit).

2) Mengetahui faktor eksternal yaitu dukungan sosial dapat mempengaruhi grti pada siswa yang mengikuti program pengayaan kelas X IA 1 di SMAN 1 Purwakarta.

1.4 Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis :

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman dalam ilmu Psikologi khususnya dalam bidak psikologi positif mengenai gambaran kegigihan atau Grit serta faktor eksternal yang mempengaruhinya yaitu dukungan

(19)

sosial siswa yang mengikuti program pengayaan kelas X IA 1 di SMAN 1 Purwakarta.

b. Kegunaan Praktis :

Memberikan informasi kepada sekolah bagaimana gambaran mengenain grit serta faktor yang terkait, sehingga pihak sekolah dapat menyusun program baru untuk meningkatkan grit siswa yang mengikuti program pengayaan di SMAN 1 Purwakarta.

Referensi

Dokumen terkait

daerah daerah yang sangat jauh letaknya dari awal agama islam diajarkan, sedangkan dari sisi keburukannya adalah, dalam penaklukan yang dilakukan dinasti umayah,

(2) Dalam hal Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah daripada NJOP

Berdasarkan tabel perbandingan indeks produktivitas diatas, model pengukuran marvin e mundel menunjukan terjadinya penurunan indeks produktivitas pada input metal

Sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2008 mencantumkan Standar Sarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah aliyah Kejuruan (SMK/MAK). Ruang praktik

Perjanjian ini memuat beberapa pembatasan antara lain, pembagian dividen, memperoleh tambahan pinjaman, menjaminkan atau menggadaikan pendapatan dan aktiva saat ini dan masa

 pertumbuhan ekonomi berpengaruh dan dapat memoderasi hubungan DAK pada belanja modal dengan intensitas dan arah yang berlawanan 5 Sri Cahyaning, Puspita Sari

Penyewa akan lebih tertarik untuk bekerja sama jika karyawan yang memberikan pelayanan jasa tersebut menunjukan rasa empati yang tinggi dalam melayani, sikap dari

Sebagai pranata keagamaan, wakaf punya potensi dan manfaat ekonomi karenanya pelu dikelola secara baik untuk kepentingan ibadah dan kesejahteraan masyarakat.. Untuk