• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLOTIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLOTIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

PERANAN GALATEA DALAM PENCEGAHAN PENULARAN

HIV/AIDS DI KALANGAN PENGGUNA NARKOBA SUNTIK

KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

OLEH :

DINA FITRIANI LUBIS 040902004

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLOTIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

DINA FITRIANI LUBIS 040902004

PERANAN GALATEA DALAM PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI KALANGAN

PENGGUNA NARKOBA SUNTIK KOTA MEDAN

Masalah HIV/AIDS sudah menjadi ancaman yang serius. Bentuk penularan HIV/AIDS berawal dari hubungan seks heteroseksual yang mana penyebab penularannya melalui hubungan seks yang tidak aman. Namun, lambat laun pola penularan itu berubah melalui jarum suntik yang digunakan secara bergantian oleh pengguna narkoba suntik. Menurut data yang ada dan yang telah dikumpulkan pola penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik adalah yang tertinggi saat ini. Untuk itu diperlukan penanganan yang serius dalam penyelesaiannya.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggambarkan hasil penelitian sebagaimana adanya. Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah 7 orang staff Galatea dan 2 orang Penasun sebagai subjek tambahan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan studi lapangan. Dengan terjun langsung ke lokasi penelitian dalam hal ini Yayasan Galatea DIC dan mewawancarai secara langsung staff Galatea dan juga Penasun yang aktif dalam program-program Galatea.

Melalui program harm reduction Galatea mencegah peningkatan penularan HIV/AIDS di kalangan pengguna narkoba suntik. Dalam menjalankan program pencegahan tersebut Galatea mengalami hambatan dimana komunitas Penasun merupakan komunitas yang tertutup sehingga agak sulit untuk mendekati mereka. Penasun merasakan manfaat yang positif setelah bergabung dengan Yayasan Galatea karena mereka mendapat informasi yang berguna seputar HIV/AIDS. Dengan begitu mereka dapat merubah kebiasaan mereka dalam menyuntik sehingga terhindar dari tertular HIV/AIDS.

(3)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT dan tak lupa penulis ucapkan Salawat dan Salam atas junjungan kita Rasulullah SAW beserta para sahabatnya. Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan pada Allah SWT yang dimana atas Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi penulis yang berjudul “Peranan Galatea dalam Pencegahan Penularan HIV/AIDS Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota Medan”

Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat kesalahan dan kekurangan yang dimana semua itu tidak terlepas dari kekhilafan dan ketidak sempurnaan penulis.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu atau memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Dosen Wali Penulis.

(4)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

3. Ibu Dra. Tuti Atika, M.SP selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan, nasehat dan waktu yang telah dicurahkan untuk membantu penulis

4. Seluruh Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan seluruh Dosen FISIP dan Staf-staf lainnya yang telah memberikan ilmu yang berguna untuk penulis selama masa perkuliahan.

5. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk kak Ita yang secara tidak langsung telah memberikan dukungannya pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Teruntuk kedua orang tuaku, terima kasih atas doa yang tiada henti, kesabaran dan dukungannya baik moril maupun materi selama ini untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Buat saudara-saudaraku, yaitu kak Irma, Mas Donny, adikku Denny dan Deddy serta adikku Tia. Terima kasih buat dukungannya.

8. Terima kasih juga penulis ucapkan buat Udak dan Etekku di Sunggal yang telah memberi dukungan kepada penulis dengan memperbolehkan ngeprin di sana serta buat adik-adik sepupuku Dani, Elda, Kiki dan Eva.

9. Terima kasih juga penulis ucapkan pada Direktur Yayasan Galatea Ibu Fachnita yang telah mengizinkan penulis mengadakan penelitian di Yayasan Galatea. 10. Buat Bang Candra yang telah penulis repotkan selama ini. Terima kasih atas

waktu, dukungan, dan informasi yang diberikan kepada penulis sehingga penullis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(5)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

11. Kepada seluruh staf Yayasan Galatea yang telah bersedia meluangkan waktu dan kesabarannya untuk penulis dalam sesi wawancara yang pastinya membosankan. 12. Buat teman-temanku tersayang Uci, Irma, Septi, Tanti, Dian dan Hikmah (yang

menghilang entah kemana), terima kasih sudah membantu penulis menyelesaikan skripsi (khususnya mamak) dan yang lain makasih atas doanya.

13. Teman-teman Kessos stambuk 04 yang tidak mungkin disebut namanya semuanya, terima kasih sudah menjadikan masa-masa perkuliahan menjadi lebih berwarna.

14. Dan terima kasih juga buat kalian semua yang merasa ikut membatu penulis menyelesaikan skripsi ini dan tidak sempat penulis tuliskan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.

Medan, Februari 2009 Penulis

(6)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009 DAFTAR ISI ABSTRAK ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... v BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Peranan ... 11

2.2. Konsep Lembaga sosial ... 12

2.3. Konsep HIV/AIDS ... 14

2.4. Konsep Narkoba ... 18

2.5. Konsep Program Harm Reduction ... 24

2.6. Kerangka Pemikiran ... 39

(7)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian ... 44

3.2. Lokasi Penelitian ... 44

3.3. Subjek Penelitian ... 44

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.5. Teknik Analisa Data ... 46

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Sejarah Berdirinya Galatea ... 47

4.2. Visi dan Misi serta Nilai-nilai Galatea ... 48

4.3. Visi dan Misi Program Lembaga ... 50

4.4. Program-Program Kegiatan Lembaga ... 51

4.5. Struktur Organisasi Lembaga ... 52

4.6. Program Strategis ... 53

4.7. Jaringan Organisasi ... 53

4.8. Sarana dan Prasarana Yayasan Galatea ... 54

BAB V ANALISA DATA 5.1. Identitas Responden ... 60

5.2. Peranan Galatea ... 64

(8)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009 5.4. Pendapat Penasun ... 110 BAB VI PENUTUP ... 125 6.1. Kesimpulan ... 125 6.2. Saran ... 128 DAFTAR PUSTAKA

(9)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Saat ini masyarakat Indonesia sedang dihadapkan pada ancaman HIV/AIDS dan narkotika yang sudah mewabah hampir ke seluruh pelosok tanah air. Fakta ini dapat dilihat melalui media massa baik elektronik maupun media cetak yang banyak mengangkat topik yang berhubungan dengan persoalan HIV/AIDS dan narkotika. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sebuah organisme kecil yang menyerang makhluk hidup dengan berkembang biak dan sindromnya disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan oleh virus HIV (Granich, 2003 : 5-6).

Perkembangan permasalahan HIV/AIDS semakin lama semakin

mengkhawatirkan baik dari sisi kuantitatif maupun kualitatif. Walaupun secara geografi, yang semula diharapkan dapat menghambat perkembangan jumlah Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di dunia namun pada kenyataannya dalam kurun waktu 20 tahun terakhir jumlahnya telah mencapai lebih dari 60 juta orang dan 20 juta di antaranya telah meninggal. Tidak mengherankan bila permasalahan HIV/AIDS telah menjadi epidemi di hampir 190 negara (Depkes RI, 2006).

Data dari The Joint United Nation Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) pada Desember 2004 tercatat 35,9 – 44,3 juta ODHA dan 2,0 – 2,6 juta di antaranya adalah

(10)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

anak-anak dibawah usia 15 tahun . Data UNAIDS menunjukkan pula bahwa proporsi perempuan mencapai 49,74% yang berarti semakin besar kemungkinan perempuan yang melahirkan bayi yang kemungkinan telah atau akan terinfeksi HIV. Selain itu akan semakin banyak pula anak-anak yatim piatu karena orang tuanya meninggal karena AIDS ( Depkes RI, 2006:1).

HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks yang tidak aman, penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan secara bergantian, tranfusi darah yang terinfeksi HIV, dan penularan dari ibu yang terinfeksi HIV ke anak yang dikandungnya. Pada awal perkembangan HIV/AIDS di dunia, pola penularannya terjadi pada kelompok homoseksual. Hal ini menimbulkan penilaian bahwa AIDS adalah penyakit orang yang mempunyai perilaku seks ‘menyimpang’. Hal tersebut tidak terjadi di Indonesia, pada awal penyebaran HIV/AIDS, penularan telah didominasi oleh hubungan seks heteroseksual bukan homoseksual yang menjadi stigma selama ini (Depkes RI, 2006:4).

Ini membuktikan bahwa HIV/AIDS dapat mengenai siapa saja, bukan hanya orang-orang ‘khusus’. Hal ini dibuktikan bahwa kasus-kasus yang ditemukan banyak yang mempunyai perilaku hubungan seks heteroseksual serta ditemukan pada kelompok perempuan ‘baik-baik’. Pola ini terus berlanjut sampai sekarang dengan data penularan melalui hubungan seks pada kelompok heteroseksual masih mendominasi pola penyebaran HIV/AIDS di Indonesia.

Pola penularan HIV/AIDS bertambah pada saat ditemukannya kasus seorang ibu yang sedang hamil diketahui telah terinfeksi HIV. Bayi yang dilahirkan ternyata

(11)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

juga positif terinfeksi HIV. Ini menjadi awal dari penambahan pola penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi yang dikandungnya di samping penularan melalui hubungan seks. Hal serupa digambarkan dari hasil survei pada tahun 2000 di kalangan ibu hamil di propinsi Riau dan Papua yang memperoleh angka kejadian infeksi HIV 0.35% dan 0.25%. Sedangkan hasil tes sukarela pada ibu hamil di DKI Jakarta ditemukan infeksi HIV sebesar 2.86%. Berbagai data tersebut membuktikan bahwa epidemi AIDS telah masuk ke dalam keluarga yang selama ini dianggap tidak mungkin tersentuh AIDS (Siaran Pers UNAIDS / Waspadai Peningkatan Jumlah

Pengguna Narkoba Suntika n!/http: //situs .kesrepro .info/ pmshivaids/ jul / 2005 /

pms05.htm).

Pada sekitar tahun 2000, di Indonesia terjadi perubahan yang sangat menyolok pada pola penularan HIV/AIDS, yaitu melalui penggunaan jarum suntik yang tidak steril secara bergantian pada kelompok pengguna narkoba suntik (Penasun). Narkoba menurut Smith Kline adalah zat-zat atau obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan syaraf (Makaro, dkk, 2005:18). Narkotika dapat menularkan HIV/AIDS bukan karena dalam obat-obatan terlarang itu terdapat virus HIV melainkan karena HIV dapat ditularkan lewat jarum-jarum suntik yang digunakan para pemakai narkotika untuk menyuntikkan obat-obat terlarang yang pernah digunakan oleh orang lain.

Seseorang yang memasukkan jarum suntik kotor yang terdapat sedikit darah orang lain dimana dalam darah itu mengandung HIV ke dalam tubuhnya, maka dia

(12)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

dapat tertular HIV. Orang-orang yang sudah kecanduan obat-obatan terlarang yang tidak menggunakan narkoba suntik juga berisiko tertular HIV/AIDS. Tidak sedikit dari mereka yang menjual seks demi obat-obatan dan uang. Mereka mungkin sangat membutuhkan obat-obatan sehingga mereka berhubungan seks yang tidak aman.

Sampai saat ini di Indonesia diperkirakan terdapat 500 ribu – 1,3 juta pengguna narkoba suntik (Injecting Drug User-IDU) dan di kota Medan diperkirakan terdapat 3500 IDU (Galatea:2007). Pemerintah sudah mengelurkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika sebagai upaya untuk menekan angka pengguna maupun pengedar narkotika di Indonesia. Namun sepertinya penyalahgunaan narkotika tetap saja terjadi dan semakin meluas khususnya pengguna narkotika suntik.

Melihat tingginya tingkat pengguna narkoba suntik di Indonesia maka akan bertambah pula kasus HIV/AIDS, karena menurut laporan terakhir Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta menyebutkan, 60% pecandu narkoba khususnya pengguna narkoba suntik (penasun) terinveksi HIV (Ragam/ Indonesia,di Antara Epidem iHIV dan Penasun /http: // satudunia .one world.net/external/?url=http%3A%2F%2Fwww.kr.co.id%2Fweb%2Fdetail.php%3Fs id%3D150508%26actmenu%3D45).

Sementara itu, epidemik HIV/AIDS di kota Medan yang berpenduduk 2.606.796 jiwa (tetap 2.036.185 jiwa; tidak tetap 566.611 jiwa), terdiri dari laki-laki 1.012.040 jiwa, dan perempuan 1.024.145 jiwa, remaja usia 15-19 tahun berjumlah 238.504 jiwa. Jumlah kasus HIV/AIDS di kota Medan meningkat secara signifikan

(13)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

dari tahun ke tahun. Hingga Oktober 2006 secara kumulatif kasus HIV berjumlah 216 orang dan AIDS 166 orang (Galatea:2007).

Penularan ini terjadi karena sesama pengguna saling menukar jarum suntik. HIV/AIDS juga berkembang dari para pengguna narkoba suntik kepada pasangan mereka yang bukan merupakan pengguna narkoba suntik. Jika seorang wanita menjadi hamil, dia bisa menularkan HIV/AIDS kepada kepada bayinya.

Pada kurun waktu 10 tahun mulai 1995 – Maret 2005 proporsi penularan melalui penggunaan jarum suntik tidak steril meningkat lebih 50 kali lipat, dari 0,65% pada tahun 1995 menjadi 35,87% pada tahun 2004 (Galatea:2007). Pada kurun waktu yang sama, proporsi penularan melalui hubungan seksual menurun cukup besar. Bahkan selama Januari-Maret 2005, penambahan kasus HIV/AIDS dengan faktor risiko pada kelompok Penasun mencapai proporsi 59,27%, yang merupakan faktor risiko terbesar. Sedangkan untuk faktor risiko heteroseksual hanya mencapai 26,30% setengah dari kelompok Penasun (Galatea:2007). Hal ini semakin membukt ikan bahwa penularan melalui penggunaan jarum suntik tidak steril menjadi penularan utama, dan mungkin hal tersebut akan terus menjadi pola penularan utama.

Sampai saat ini, di seluruh Indonesia terdapat lebih dari 30 lembaga yang telah bekerja secara langsung dengan kelompok pengguna narkoba suntik dalam bentuk kegiatan pencegahan penularan HIV/AIDS dan pengembangan layanan-layanan kesehatan terkait yang dibutuhkan. Upaya ini melibatkan berbagai institusi baik dari unsur pemerintah, ataupun Lembaga Sosial salah satunya adalah Yayasan Galatea. Yayasan Galatea memiliki program pencegahan penularan HIV/AIDS yaitu

(14)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

program Harm Reduction (pengurangan dampak buruk). Yayasan Galatea memperkirakan sekitar 40 persen dari 4.000 orang pengguna narkoba dengan media jarum suntik dipastikan terinveksi HIV.

Di kota Medan, berdasarkan data yang didapat dari Yayasan Galatea, sampai Desember 2007 jumlah Penasun (pengguna narkoba suntik) yang berhasil di kontak mencapai 5.293 orang (individu), dimana 736 individu merupakan kontak baru selama tahun 2007 dan 4.557 orang merupakan kontak lama sampai tahun 2007.

Dari data di atas dapat dilihat bahwa pengguna narkoba suntik di kota Medan cukup tinggi, maka penggunaan jarum suntik sebagai alat yang digunakan untuk menyuntikkan narkoba ke dalam tubuh mereka juga cukup banyak. Jarum suntik yang dibagikan oleh Galatea sebagai pelaksanaan dari salah satu program Harm Reduction (pengurangan dampak buruk) yaitu program layanan jarum suntik steril atau NEP (Needle Exchange Program) bertambah jumlahnya setiap bulan. Pada Desember 2007 saja Yayasan Galatea sudah memberikan 17.384 jarum suntik kepada Penasun agar para Penasun bisa memakai jarum suntik steril dan menghilangkan kebiasaan saling bertukar jarum suntik sesama Penasun agar terhindar dari ancaman tertular HIV.

Meski tujuannya bagus, untuk mengurangi penularan HIV terutama di kalangan IDU, program Harm Reduction khususnya NEP masih menjadi masalah di masyarakat. Masih banyak anggota masyarakat yang beranggapan bahwa pemberian jarum suntik secara cuma-cuma pada pemakai narkoba suntik akan memberikan kemudahan bagi para pemakai narkoba untuk mendapatkan jarum suntik. Sehingga

(15)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

secara tidak langsung NEP dianggap sebagai kegiatan yang mendukung peredaran narkoba di suatu tempat.

Di dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, jarum suntik steril masuk ke dalam barang bukti kejahatan. Namun pertukaran jarum suntik juga mempunyai dasar hukum. Yakni, Peraturan Menkokesra RI Selaku Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Nasional No. 2/Per/Menko/Kesra/I/2007 tentang Kebijakan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Suntik.

Sampai awal 2005, kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pencegahan HIV/AIDS di kalangan Penasun sudah semakin banyak dilakukan. Kurang lebih 25 LSM dan lembaga pemerintahan yang terlibat langsung dalam penjangkauan, pendampingan dan penyediaan layanan kepada Penasun. Pengurangan dampak buruk Napza (Harm Reduction) lebih menekankan tujuan jangka pendek daripada tujuan jangka panjang. Upaya pencegahan infeksi HIV harus dilaksanakan sesegera mungkin. Kalau hal ini tidak dilakukan, semua tujuan jangka panjang, seperti penghentian penggunaan Napza akan sia-sia belaka, oleh karena itu pengurangan dampak buruk Napza (Harm Reduction) mengacu pada prinsip :

 Penasun didorong untuk berhenti memakai Napza.

 Jika Penasun bersikeras untuk tetap menggunakan Napza, maka didorong untuk berhenti menggunakan dengan cara suntik.

 Kalau tetap bersikeras menggunakan jarum suntik, maka didorong dan dipastikan mengunakan peralatan suntik sekali pakai atau baru;

(16)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

 Jika tetap terjadi penggunaan bersama peralatan jarum suntik, maka didorong dan dilatih untuk menyucihamakan peralatan suntik.

Harm Reduction (pengurangan dampak buruk) yang dilakukan oleh Yayasan

Galatea bertujuan untuk mengurangi laju penularan HIV/AIDS di kalangan pengguna narkoba suntik atau injecting drugs user (IDU). Karena itu diperlukan upaya Harm

Reduction agar penularan HIV/AIDS di kalangan IDU tidak bertambah banyak.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk membuat suatu penelitian dalam rangka penulisan karya ilmiah untuk lebih mengetahui tentang peranan Yayasan Galatea dalam pencegahan penularan HIV/AIDS di kalangan pengguna narkoba suntik kota Medan melalui program Harm Reduction.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana peran Galatea dalam pencegahan penularan HIV/AIDS di kalangan pengguna narkoba suntik kota Medan”.

1.3. Tujuan Penelitian

(17)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

1. Untuk mengetahui peran Galatea dalam pencegahan penularan HIV/AIDS di kalangan pengguna narkoba suntik kota Medan.

2. Untuk mengetahui apa saja hambatan yang didapat dalam pelaksanaan program Harm Reduction yang dilaksanakan oleh Yayasan Galatea.

3. Untuk mengetahui tanggapan para Penasun mengenai program Harm

Reduction yang mereka jalani.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam rangka pengembangan konsep-konsep, teori-teori, terutama dalam pemecahan masalah penularan HIV/AIDS dikalangan pengguna narkotika suntik oleh Yayasan Galatea untuk mengetahui peran Galatea dalam pencegahan penularan HIV/AIDS dikalangan pengguna narkoba suntik kota Medan serta hambatan dan manfaat dalam pelaksanaan program tersebut.

(18)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

1.5. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.

(19)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat tentang berdirinya Galatea dan gambaran umum mengenai lokasi dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisis pembahasannya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Peranan

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain.

(20)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal, yaitu :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Soekanto, 2000 : 268).

2.2. Konsep Lembaga Sosial

Lembaga sosial adalah sebagai wadah pelaksana usaha-usaha kesejahteraan sosial memiliki tujuan, sasaran, dan misi yang sesuai dengan bidang kegiatannya (Nurdin, 1990).

Alfin L. Bertrand, mengemukakan bahwa lembaga sosial pada hakekatnya adalah kumpulan dari norma-norma sosial (struktur-struktur) yang diciptakan untuk dapat melaksanakan fungsi masyarakat. Lebih jauh Roucek dan Werren menyatakan

(21)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

lembaga sosial adalah pola-pola (patterns) yang telah mempunyai kekuatan tetap atau pasti untuk mempertemukan beragam kebutuhan manusia, yang muncul dari kebiasaan-kebiasaan dan telah mendapatkan persetujuan dari cara-cara yang sudah mapan untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat dan menghasilkan suatu instruktur.

Berikutnya koentjaraningrat menggunakan istilah pranata untuk menyatakan lembaga (institusi) adalah mengenai kelakuan yang berpola dari manusia dalam kebudayaannya. Lebih jelasnya, koentjaraningrat mendefenisikan lembaga sosial adalah seluruh total dari kelakuan manusia yang berpola beserta kompenen-kompenennya yaitu ; sistem norma, tata kelakuannya, ditambah manusia yang melaksanakan kelakuan berpola (Nasution, 2003 : 14)

Leopold Von Wiese dan Howard Becker melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut dan fungsinya. Lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai suatu jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya (Soekanto, 2000:219).

Fungsi lembaga kemasyarakatan terdiri dari beberapa hal, antara lain:

1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, yang terutama menyangkut kebutuhan pokoknya.

(22)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

3. Memberikan pegangan kepada masyakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control), artinya sistem pengawasan dari masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya (Soekanto, 2000:245).

Gillin dan Gillin di dalam karyanya yang berjudul General Features of Social

Institution, telah menguraikan beberapa cirri umum lembaga kemasyarakatan sebagai

berikut:

1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah organisasi pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.

2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri semua lembaga kemasyarakatan. 3. Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.

4. Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan.

5. Lembaga biasanya juga merupakan ciri khas lembaga kemasyarakatan.

6. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai suatu tradisi tertulis atau tidak tertulis (Soekanto, 2000:230).

2.3. Konsep HIV/AIDS 2.3.1. Pengertian HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) atau virus pelemah kekebalan tubuh manusia’:’human’(manusia) karena virus ini menyebabkan penyakit hanya pada tubuh manusia; ‘immunodeficiency’ (pelemah kekebalan tubuh) karena sistem kekebalan yang normalnya melindungi seseorang dari penyakit, menjadi lemah;

(23)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

‘virus’ karena seperti virus lainnya, HIV adalah sebuah organisme kecil yang menyerang makhluk hidup dengan berkembang biak (Granich, 2003:6).

HIV menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah sekumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia yang didapat (bukan keturunan) dan disebabkan oleh virus HIV. Seseorang baru disebut AIDS apabila sudah menampakkan berbagai gejala penyakit yang menyerang tubuh karena hilangnya daya tahan tubuh (Ajisuksmo, 2004:84).

HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh dapat menyebabkan masalah serius, karena tubuh membutuhkan sistem’immune’(kekebalan) untuk melindungi tubuh dari penyakit. Inilah mengapa ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) menjadi sakit oleh organisme yang biasanya mudah diusir oleh mereka yang sehat. Bakteri, jamur, virus lain, dan parasit mengambil ‘kesempatan’ tersebut untuk menyerang orang yang memiliki sistem kekebalan yang lemah.

Seseorang dapat dikatakan HIV atau AIDS melalui 4 tahap yaitu: 1. Tahap Pertama

Seseorang sudah terinveksi HIV tetapi belum terdeteksi oleh tes darah. Tahap ini akan berlangsung sekitar 1-6 bulan sejak seseorang terpapar HIV. Pada tahap ini HIV sudah dapat ditularkan.

2. Tahap Kedua

Berlangsung sekitar 2-10 tahun setelah seseorang terinveksi HIV. Pada tahap ini tes darah akan menunjukkan hasil positif HIV tetapi belum menampakkan gejala.

(24)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

3. Tahap Ketiga

Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit misalnya berkeringat yang berlebihan pada malam hari, diare terus-menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang sehingga berat badan mulai berkurang. Pada tahap ini sistem kekebalan tubuh mulai berkurang.

4. Tahap Keempat

Sudah masuk tahap AIDS. Kekebalan tubuh sangat berkurang. Penyakit yang timbul adalah kanker, sariawan, kanker kulit, infeksi paru-paru, infeksi usus dan infeksi otak (Ajisuksmo, 2004:8-85).

HIV sangat kecil ukurannya, lebih kecil dari pada seperseribu helai rambut. Virus ini bentuknya seperti bintang bulu babi (binatang laut) yang berbulu tegak dan tajam. Ketika HIV masuk dalam tubuh, maka ia akan mencari sel-sel CD4 (sel-sel pembantu yang berfungsi mengidentifikasi dan mempertahankan diri dari penyerang seperti bakteri dan virus). Ketika ia menemukan sebuah sel CD4, ia meletakkan diri pada sel dan memasukinya. Ketika sudah di dalam, HIV menemukan DNA dalam nukleus sel. HIV membuat salinan dirinya dari DNA yang mengumpulkan materi dalam sel tersebut. Salinan ini selanjutnya menyembunyikan diri dalam DNA sel-sel CD4. Dilihat dari mikroskop, DNA sel-sel tampak normal, meskipun sekarang ia bercampur dengan DNA HIV. Jika ia mulai memproduksi, ia dapat membuat ribuan HIV baru. Virus-virus baru ini meninggalkan sel itu dan merasuki sel-sel CD4 lainnya dan hal yang sama terulang lagi. Virus ini membuat milyaran salinan dirinya setiap hari.

(25)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

Ketika DNA HIV berada di dalam DNA sel, tidak ada cara bagi tubuh untuk menghilangkannya. HIV bersembunyi begitu baik sehingga tubuh bahkan tidak mengetahui ia ada di sana. Kemampuannya untuk bersembunyi menjadikan HIV menyebar di dalam tubuh. Selain membuat salinan dirinya dalam sel-sel yang terpengaruh, HIV memiliki cara lain untuk reproduksi. Ketika sel memutuskan sudah waktunya untuk membuat sel yang lain, sel akan memproduksi DNA HIV demikian juga DNA-nya sendiri. Setiap kali sel baru dibuat, HIV juga dibuat. Karena tidak ada perbedaan antara DNA dari HIV dan DNA dari sel-sel tubuh, tidak ada obat-obatan yang sepenuhnya dapat mengusir virus itu dari tubuh (Granich, 2003:9).

2.3.2. Cara Penularan HIV/AIDS

HIV/AIDS menular melalui :

 Hubungan seks yang tidak terlindungi dengan orang yang telah terinfeksi HIV.  Penggunaan jarum suntik yang tidak steril/terkontaminasi HIV secara bergantian,

bebas pakai.

(26)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

 Dari ibu ke anak melalui air susu ibu.

HIV/AIDS tidak tertular melalui :

 Interaksi sosial dengan orang yang terinfeksi HIV  Gigitan nyamuk/serangga lain

 Berpegangan tangan atau saling berpelukan  Berhubungan seks dengan menggunakan kondom

 Berbagi makanan atau menggunakan peralatan makan bersama  Menggunakan toilet bersama

 Terpapar batuk atau bersin

Penularan infeksi HIV melalui jarum suntik akibat penyalahgunaan pemakain narkoba suntik banyak terjadi. Penyalahgunaan narkotika tidak hanya mengakibatkan kecanduan, bahkan bagi pengguna narkoba suntik (Penasun) sangat berisiko terpapar penyakit berbahaya, salah satunya HIV.

2.4. Konsep Narkoba 2.4.1. Pengertian Narkoba

Narkoba merupakan singkatan dari “Narkotika dan Obat-obat Berbahaya”. Banyak istilah kemudian berkembang untuk menyebutkannya, walaupun pada hakekatnya sama saja, seperti Naza (Narkotika, Alkohol, dan zat-zat aditif), NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan zat-zat aditif).

(27)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

Sehubungan dengan pengertian narkotika, menurut Prof. Sudarto, SH., mengatakan bahwa :

“Perkataan narkotika berasal dari bahasa Yunani”Narke”, yang berarti terbius sehingga tidak merasa apa-apa (Makaro, 2005:17)”.

Sedangkan Smith Kline dan Frech Clinical Staff mengemukakan definisi tentang narkotika adalah zat-zat atau obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan susunan syaraf sentral (Makaro, 2005:18).

Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika, yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat, baik yang berasal dari tanaman maupun bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan dan kecanduan (Hudoyono, 2000:3).

Secara umum, yang dimaksud dengan narkotika adalah sejenis zat yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi orang-orang yang menggunakannya, yaitu dengan cara memasukkan ke dalam tubuh (Prakoso, dkk, 1987: 479).

Pengaruh-pengaruh tersebut dapat berupa : 1. Mempengaruhi kesadaran.

2. Memberikan dorongan yang dapat berpengaruh terhadap perilaku manusia. 3. Adapun pengaruh-pengaruh tersebut dapat berupa :

(28)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

b. perangsang (bukan rangsangan sex);

c. menimbulkan halusinasi (pemakai tidak mampu membedakan antara khayalan, kehilangan kesadaran akan waktu dan tempat) (Prakoso,dkk, 1987: 480)

Narkoba pada dasarnya merupakan golongan obat-obatan yang bila pemakainnya tidak tepat atau disalah gunakan dapat menimbulkan ketergantungan terhadap obat-obatan. Kelompok obat-obatan pada umumnya bekerja pada susunan saraf pusat di otak dan dapat mempengaruhi emosi. Dalam kepentingan medis/pengobatan, obat-obatan ini digunakan untuk menghilangkan rasa sakit, rasa cemas, sukar tidur/insomnia, kelelahan, meningkatkan stamina tubuh/kebugaran dan lain-lain. Istilah narkotika yang dikenal di Indonesia berasal dari bahasa Inggris “narcotics” yang berarti obat bius, yang sama artinya dengan kata “narcosis” dalam bahasa yunani yang berarti menidurkan atau membiuskan.

2.4.2. Jenis-jenis Narkoba

Jenis-jenis narkotika di dalam Undang-Undang No. 22 tahun 1997 pada bab II Ruang Lingkup dan Tujuan pasal 2 Ayat (2) menyebutkan bahwa narkotika digolongkan menjadi :

1. Golongan narkotika (Golongan I); seperti opium, morphin, heroin, dan lain-lain. 2. Golongan psikotropika (Golongan II); seperti ganja, ectacy, shabu-shabu, hashis,

(29)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

3. Golongan zat adiktif lain (golongan III); yaitu minuman yang mengandung alkkohol seperti beer, wine, whisky, vodka, dan lain-lain.

Pada lampiran Undang-Undamg No.22 Tahun 1997 tersebut, yang dimaksud dengan golongan I, antara lain sebagai berikut :

1. Papaver, adalah tanaman papaver somniferum L, dan semua bagian-bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya.

2. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman papaver somniferum L, yang hanya mengalami pengolahan sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya.

3. Opium masak, terdiri dari ;

a. Candu, yakni hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan pengolahan, khususnya dengan pelarutan, pemanasan, dan peragian dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan lain dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.

b. Jicing, yakni sissa-sisa dari candu setelah diisap, tanpa memperhatikan apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain.

c. Jicingko, yakni hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.

4. Morfina, adalah alkaloida utama dari opium dengan rumus kimia C17 H19 NO3. 5. Koka, yaitu tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga

(30)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

6. Daun koka, yaitu daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara langsung atau melalui perubahan kimia.

7. Kokain mentah, adalah semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina.

8. kokaina, adalah metil ester-I-bensoil ekgonia dengan rumus kimia C17 H21 NO4 9. Ekgonina, adalah lekgonina dengan rumus kimia C9 H15 NO3 H2O dan ester

serta turun-turunannya yang dapat diubah menjadi ekgonia dan kokain

10. Ganja, adalah semua tanaman genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hashis.

11. Damar ganja, adalah damar yang diambil dari tanaman ganja, termasuk hasil pengolahannya yang menggunakan damar sebagai bahan dasar (Makaro, dkk, 2005: 19-21).

2.4.3. Penasun

Istilah Penasun berasal dari Pengguna narkoba suntik yang umumnya di sebut IDU (Injecting Drug User) yang berarti individu yang menggunakan obat terlarang (narkotika) dengan cara disuntikkan menggunakan alat suntik ke dalam aliran darah.

Penyuntian narkoba telah menjadi hal yang umum sejak akhir abad 20, dan melibatkan sekitar 5-10 juta orang pada sedikitnya di 125 negara. Di seluruh dunia, narkoba yang umum dipakai melalui suntikan adalah heroin, amfetamin dan kokain,

(31)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

walaupun banyak narkoba lain yang juga disuntikkan, kususnya termasuk obat penenang dan obat farmasi lainnya.

2.4.4. Narkoba Suntik

Secara umum narkoba suntik adalah penyalahgunaan narkotika yang cara mengkonsumsinya adalah dengan memasukkan obat-obatan berbahaya ke dalam tubuh melalui alat bantu jarum suntik. Narkotika yang dipakai adalah termasuk dalam jenis narkotika yang masuk pada Golongan I yaitu Heroin. Pada kadar yang lebih rendah dikenal dengan sebutan putauw dan ini adalah jenis yang paling banyak dikonsumsi oleh para pengguna narkoba suntik (IDU). Heroin didapatkan dari pengeringan ampas bunga opium yang mempunyai kandungan morfin dan kodein yang merupakan penghilang rasa nyeri yang efektif dan banyak digunakan untuk pengobatan dalam obat batuk dan obat diare.

Heroin dapat dihisap, disedot, atau disuntikan. Heroin jarang sekali ditelan, karena cara ini tidak cukup efektif. Penggunaan yang plaing popular adalah dengan cara memanaskan bubuk heroin di atas kertas aluminium foil dan menghisap asapnya dengan menggunakan pipa kecil atau gulungan kertas. Menggunakan jarum suntik juga merupakan cara lain yang sama popularnya dengan cara menghisap. Penyuntikan dapat dilakukan dengan menyuntikkan lewat otot (di bawah kulit) atau lewat pembuluh vena (pembuluh darah balik) (Siregar, 2007:12).

Heroin sedikitnya sudah dikenal oleh manusia sejak 6000 tahun lalu, dan dikenal berasal dari pohon kebahagiaan. Pada abad ke-7 atau ke-8, diduga pedagang

(32)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

Arab membawanya ke Cina dan digunakan sebagai bahan pengobatan. Setelah itu, orang-orang Inggris dan Portugis memasok Cina dengan opium dan menempatkan Inggris sebagai heroin terbesar di dunia. Baru pada tahun 1874 orang membuat heroin dan pohon opium. Ketika itu, heroin dijual sebagai pengganti morfin yang aman dan tidak menimbulkan kecanduan. Namun akhirnya disadari bahwa heroin juga menyebabkan ketergantungan yang tinggi, kemudian di Inggris dilarang pada tahun 1920 dengan undang-undang, Dangerous Drug Act.

Penggunaan heroin mulai meningkat sejak awal 1990 dan mengalami booming sejak 1996. Di Indonesia jumlah penderita narkotika tahun 1995 adalah 130.000 orang (0,065%). Para pemakai narkoba ini kebanyakan anak-anak muda berusia < 26 tahun. Angka kematian akibat penggunaan heroin di Indonesia mencapai 17,6%. Nama lain dari heroin adalah : smack, junk, china ehirte, chiva, black tar, speed balling, dope, brown, dog,negra, nod, white hores, stuff (Japardi, 2002:1).

2.4.5. Efek yang timbul akibat penggunaan heroin

Menurut National Institute Drug Abuse (NIDA), (Japardi, 2002:5), efek heroin dibagi menjadi efek segera (short term) dan efek jangka panjang (long term), yaitu:

(33)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

- Gelisah

- Depresi pernafasan - Fungsi mental berkabut - Mual dan muntah - Menekan nyeri - Abortus spontan - Addiksi - HIV, hepatitis - Kolaps vena - Infeksi bakteri

- Penyakit paru (pneumonia, TBC)

2.5. Konsep Program Harm Reduction

Istilah pengurangan dampak buruk Napza (Harm Reduction) semakin banyak digunakan ketika pola penularan HIV/AIDS bergeser dari faktor penularan melalui perilaku seksual berpindah ke perilaku penggunaan jarum suntik yang tidak steril.

Harm Reduction berasal dari terjemahan Harm Reduction dan bila diartikan secara

kata perkata yaitu, harm = kerugian, kejahatan, kerusakan, kesalahan sedangkan

reduction = penurunan, pengurangan. Sehingga Harm Reduction berarti

pengurangan/penurunan kerugian/kerusakan.

World Health Organisation (WHO), sebagai badan United Nation (UN)

(Depkes RI, 2006:15) yang mengurusi bidang kesehatan mendiskripsikan Pengurangan Dampak Buruk Napza sebagai berikut:

“Konsep, yang digunakan dalam wilayah kesehatan masyarakat, yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi konsekuensi negatif kesehatan yang berkaitan dengan perilaku. Yang dimaskud dengan perilaku yaitu perilaku penggunaan Napza dengan jarum suntik dan perlengkapannya (jarum suntik dan peralatan untuk mempersiapkan Napza sebelum disuntikan). Komponen pengurangan dampak buruk Napza merupakan intervensi yang holistik/komprehensif yang bertujuan untuk mencegah penularan HIV dan infeksi lainnya yang terjadi melalui penggunaan perlengkapan menyuntik untuk menyuntikan Napza yang tidak steril dan digunakan secara bersama-sama.”

(34)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

Harm Reduction adalah pendekatan kesehatan secara umum untuk mengatasi

akibat buruk penggunaan narkoba suntik. Tingginya angka penularan HIV dan penyakit lain yang ditularkan melalui darah pada kalangan Penasun meningkatkan pentingnya kebutuhan untuk melakukan upaya khusus dalam pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.

Harm Reduction merupakan salah satu program yang dimiliki oleh Yayasan

Galatea yang ditujukan kepada para pengguna narkoba suntik, sebagai upaya pencegahan penularan HIV/AIDS. Harm Reduction mempunyai beberapa kegiatan, antara lain sebagai berikut :

1. Penjangkauan dan Pendampingan (outreach),

a. Ruang Lingkup

Penjangkauan dan Pendampingan (outreach) adalah proses penjangkauan langsung yang dilakukan secara aktif kepada Penasun baik secara kelompok maupun individu. Populasi ini sulit dijangkau dengan metode yang lebih formal karena stigma dan diskriminasi yang sangat kuat di dalam masyarakat terhadap status penggunaan napzanya. Dalam proses penjangkauan dan pendampingan para pekerja lapangan melakukan proses identifikasi lokasi yang biasa menjadi tempat Penasun berkumpul atau tempat yang memungkinkan untuk melakukan interaksi langsung dengan Penasun.

(35)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

1. Membuka akses sebesar mungkin pada komunitas Penasun yang berada di komunitas,

2. Memberikan informasi yang memadai mengenai bahaya HIV/AIDS dan dampak buruk Napza sehingga menimbulkan kesadaran Penasun untuk mengurangi risiko terhadap dampak buruk yang mungkin muncul,

3. Memotivasi dan melibatkan Penasun untuk mengurangi risiko perilaku penggunaan Napza suntik melalui berbagai upaya yang memungkinkan untuk dicoba,

4. Memberikan dukungan secara terus menerus pada Penasun untuk mempertahankan perubahan perilaku lebih aman yang mungkin terjadi, dan 5. Melibatkan Penasun agar secara aktif melakukan penyebaran informasi dan

membentuk kepedulian sesama, sehingga ikut terlibat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.

c. Sasaran

Penasun menjadi sasaran utama (primer) sedangkan pengguna Napza yang lain dan pasangan seks Penasun menjadi sasaran sekunder. Selain itu masyarakat di sekitar Penasun baik keluarga, orang kunci dan teman-temannya menjadi sasaran tersier. Sehingga proses penjangkauan dan pendampingan dilakukan di berbagai lokasi yang biasa menjadi tempat para Penasun berkumpul atau beraktivitas dalam keseharian. Tempat ini dapat berupa tempat orang muda berkumpul, taman-taman,

(36)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

titik tertentu di tempat-teman keramaian (pasar, mall, pinggir jalan), lokasi tertentu di wilayah perumahan, dan tempat-tempat lainnya.

d. Pelaksana

Kegiatan penjangkauan dan pendampingan dapat diselenggarakan oleh lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah, bahkan kelompok masyarakat. Lembaga tersebut seperti:

1. Institusi/lembaga kesehatan

2. LSM atau organisasi kemasyarakatan 3. Institusi/lembaga pemerintah

4. Institusi/lembaga non pemerintah 5. Kelompok masyarakat

Pelakasana program penjangkauan dan pendampingan adalah sebuah tim yang terdiri dari petugas lapangan dan koordinator penjangkauan. Petugas lapangan dapat yang mempunyai latar belakang mantan Penasun atau individu yang mempunyai kemampuan dan kesediaan untuk masuk dalam komunitas Penasun. Sedangkan koordinator penjangkauan berperan dalam memberikan dukungan dan pemantauan terhadap proses penjangkauan dan pendampingan di lapangan sehingga searah dengan tujuan program yang dikembangkan. Tim penjangkauan dan pendampingan, sebelum melaksanakan program sudah mendapatkan pelatihan khusus mengenai penjangkauan dan pendampingan.

(37)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

e. Prinsip-prinsip Pelaksanaan

1. Para petugas lapangan yang telah direkrut oleh lembaga pelaksana mendapatkan pelatihan khusus mengenai penjangkauan dan pendampingan. Dalam pelatihan dibahas mengenai informasi dasar HIV/AIDS, status epidemi HIV/AIDS secara umum dan pada kelompok Penasun, teknis penjangkauan dan pendampingan, pemberian informasi, mengisi laporan dan melakukan rujukan layanan.

2. Mengidentifikasi lokasi-lokasi yang merupakan tempat Penasun berkumpul. 3. Mengidentifikasi waktu yang paling optimal untuk melakukan penjangkauan

dan pendampingan di lokasi atau tempat tertentu. Hal ini dilakukan dengan proses pengamatan awal yang dilakukan dalam waktu berbeda.

4. Membuat kontak dengan anggota dari kelompok sasaran dalam lingkungan tersebut secara bertahap. Proses ini mengutamakan upaya untuk membangun kepercayaan dengan Penasun atau orang kunci yang mungkin akan membantu untuk masuk dalam komunitas Penasun yang ada.

5. Petugas lapangan memulai kontak dengan Penasun dengan memperkenalkan diri, lembaga tempat bekerja, dan tujuan berada di lapangan. Hubungan ini biasanya diperoleh dari kontak-kontak yang diperoleh melalui Penasun yang sudah dikenal sebelumnya pada saat program dikembangkan.

6. Petugas lapangan menyampaikan informasi kepada Penasun yang sudah dikenal dan menyiapkan beberapa informasi tentang perawatan Napza atau

(38)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

perawatan HIV/AIDS yang dapat bermanfaat bagi para Penasun secara berkala.

7. Petugas lapangan memotivasi Penasun untuk melakukan pengurangan risiko terinfeksi HIV ssecara berkala.

8. Petugas lapangan perlu membangun hubungan dengan masyarakat sekitar serta menjelaskan tujuan dan peran yang sedang dilaksanakan di lapangan,

tanpa menghilangkan prinsip kerahasiaan Penasun. Tokoh-tokoh atau orang

kunci yang berada di sekitar lokasi perlu dihubungi dan diupayakan untuk mendapatkan dukungannya.

9. Petugas lapangan menuliskan laporan harian mengenai proses kegiatan penjangkauan setiap hari. Laporan ini berisi mengenai lokasi tempat penjangkauan, jumlah penasun yang ditemui, diskripsi situasi, materi atau topik diskusi yang dilakukan dengan Penasun, serta kejadian penting yang ada di lapangan.

10. Secara berkala tim penjangkauan dan pendampingan melakukan pertemuan koordinasi mengenai hasil kegiatan yang telah dilakukan dan membahas masalah dan tantangan yang ditemukan di lapangan. Tim mendiskusikan dan mencari cara pemecahan bersama dan menentukan rencana kerja penjangkauan dan pendampingan ke depan.

11. Pihak menejemen program penjangkauan dan pendampingan perlu melakukan koordinasi dengan pihak KPA daerah, BNP/BNK dan institusi kepolisian setempat mengenai kegiatan yang dilakukan. Hal ini dilakukan untuk

(39)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

menghindari kesalahpahaman terhadap kegiatan penjangkauan dan

pendampingan yang dilaksanakan (Depkes RI, 2006:18).

2. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

a. Ruang Lingkup

KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), adalah kegiatan yang dikembangkan secara khusus dalam penyediaan informasi mengenai HIV/AIDS, Napza, risiko penularan HIV (berbagi peralatan jarum suntik dan hubungan seks),seksualitas, merawat diri dengan lebih baik, dan isu lain yang berhubungan dengan permasalahan kesehatan Penasun (Depkes RI, 2006:22).

b. Tujuan

1. Meningkatkan pengetahuan dan sikap yang dapat mendorong perubahan perilaku dalam mengurangi risiko terinfeksi HIV

2. Menyediakan dan memberikan informasi yang benar dan tepat guna.

c. Sasaran

Penasun menjadi sasaran utama (primer) sedangkan pengguna Napza yang lain dan pasangan seks Penasun serta keluarga penasun menjadi sasaran sekunder. Sedangkan masyarakat luas menjadi sasaran tersier.

d. Pelaksana

(40)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

2. LSM atau organisasi kemasyarakatan 3. Institusi/lembaga pemerintah

4. Institusi/lembaga non pemerintah 5. Kelompok Masyarakat

3. Pertukaran Jarum suntik (NEP)

a. Ruang Lingkup

Needle Exchange Program (NEP) atau Needle Syringe Exchange Program

(NSEP), program pertukaran jarum suntik. Program ini menekankan pada pertukaran bukan distribusi.

Hingga saat ini, Pejasun merupakan salah satu intervensi yang paling efektif di diantara program pencegahan HIV di kelompok Penasun. Evaluasi intensif terhadap program Pejasun telah dilakukan pada berbagai Negara lain telah membuktikan secara meyakinkan bahwa program Pejasun memang berhasil mengurangi penyebaran HIV dan tidak mendorong peningkatan Penasun dan penggunaan Napza lainnya (Depkes RI, 2006:31). Program Pejasun dapat dilakukan bersama dengan program penjangkauan dan pendampingan bila situasi dan kondisi di lapangan memungkinkan untuk dilakukan.

(41)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

1. Menyediakan dan mendistribusikan jarum suntik steril kepada Penasun, dan menghentikan beredarnya jarum suntik bekas pakai yang berpotensi menularkan HIV.

2. Memastikan penggunaan jarum suntik steril pada sebanyak mungkin praktek penggunaan Napza secara suntik.

3. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Penasun mengenai menyuntik yang lebih aman.

c. Sasaran

Penasun yang belum mampu untuk berhenti menggunakan Napza secara suntik.

d. Pelaksana

1. Institusi / lembaga kesehatan

2. LSM atau organisasi kemasyarakatan 3. Institusi/lembaga pemerintah

4. Institusi/lembaga non pemerintah 5. Kelompok Masyarakat

e. Prinsip-prinsip Pelaksanaan 1. Model layanan program Pejasun

(42)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

a. Menetap. Program menyediakan tempat khusus untuk pelayanan pendistribusian jarum suntik steril, seperti; drop in center (DIC) atau Puskesmas. Tempat tersebut dapat juga menyediakan layanan lain selain program Pejasun, seperti; layanan kesehatan umum, dan case management b. Satelit. Program menyediakan tempat di lokasi komunitas sebagai

perpanjangan dari lokasi menetap. Petugas lapangan Pejasun bertanggung jawab untuk datang dan bekerja di tempat yang ditentukan dan waktu yang ditentukan.

c. Bergerak. Program Pejasun memberikan tanggung jawab kepada petugas lapangan Pejasun membawa tas yang berisi jarum suntik steril dan media informasi dan mendatangi tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh Penasun.

2. Jam kerja layanan

a. Lembaga yang melaksanakan program Pejasun harus menentukan waktu yang tepat dimana Penasun paling membutuhkan akses untuk memperoleh jarum suntik steril.

b. Petugas lapangan Pejasun harus rutin dan teratur datang di tempat dan waktu dimana hubungan yang maksimal dengan Penasun dapat dibangun.

3. Proses pendaftaran klien program Pejasun

(43)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

b. Menyiapkan kartu identitas klien program Pejasun

c. Pemberian jarum suntik steril dan meminta jarum suntik bekas pakai 4. Usia Klien

a. Penasun dari semua usia mungkin akan mengakses program Pejasun. Dengan menyediakan jarum suntik steril untuk Penasun berusia muda, program ini mengurangi risiko kaum muda terinfeksi virus yang ditularkan melalui darah. Jika tidak ada layanan yang menyediakan jarum suntik steril, maka akan sangat mungkin terjadi berbagi jarum suntik dan tidak hanya akan berisiko terhadap dampak buruk penggunaan Napza, tetapi juga berisiko terinfeksi virus yang ditularkan melalui darah.

b. Klien dengan usia di bawah 18 tahun harus dinilai terlebih dahulu untuk pembagian jarum suntik steril agar pemberian jarum suntik ini benar-benar diberikan kepada orang yang sesuai dengan persyaratan peserta program Pejasun yang telah ditentukan.

4. Pemusnahan jarum bekas pakai

a. Ruang Lingkup

Pembuangan jarum bekas pakai, adalah dimaksudkan untuk mengumpulkan kembali peralatan bekas pakai, memastikan bahwa peralatan bersih dan steril yang dipakai, menghindari penjualan ulang peralatan bekas pakai, dan memastikan pemusnahan peralatan bekas pakai dengan semestinya.

(44)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

b. Tujuan

1. Melenyapkan kemungkinan digunakannya kembali peralatan bekas pakai yang mungkin sudah terkontaminasi.

2. Melenyapkan sumber yang potensial bagi penularan HIV yang tidak disengaja kepada mereka yang bukan Penasun, khususnya anak-anak.

c. Sasaran

1. Lokasi-lokasi yang menjadi tempat Penasun sering menggunakan Napza. 2. Penasun yang menyerahkan jarum suntik bekas pakai di kantor-kantor

lapangan atau DIC dari program Pejasun. 3.

d. Pelaksana

1. Institusi / lembaga kesehatan

2. LSM atau organisasi kemasyarakatan 3. Institusi/lembaga pemerintah

4. Institusi/lembaga non pemerintah 5. Kelompok Masyarakat

e. Prinsip-prinsip Pelaksanaan

1. Mempromosikan tentang pengembalian jarum suntik bekas pakai dan pemusnahan dengan aman.

(45)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

2. Penyediaan tempat/kotak pemusnahan jarum suntik bekas pakai dan pemberian informasi tentang pemusnahan jarum suntik bekas pakai yang aman.

3. Penyediaan tempat untuk menyerahkan jarum suntik dan tabung suntik bekas pakai.

4. Memonitoring setiap kegiatan dalam pengembalian jarum suntik bekas pakai dan pemusnahannya.

5. Informasi mengenai pemusnahan dengan aman seharusnya dipadukan dalam setiap terjadinya pertukaran peralatan setiap saat.

6. Petugas lapangan Pejasun perlu selalu mengingat untuk mendorong kebiasaan pemusnahan secara aman oleh Penasun. Karena jarum suntik bekas pakai yang dibuang secara sembarangan akan membuat masalah dengan lingkungan sekitar dan akan menjadi alasan kuat ditutupnya program perjasun.

7. Dalam pengumpulan jarum suntik bekas pakai, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a) Tanpa alat bantu, petugas tidak boleh memegang jarum suntik bekas pakai.

b) Penasun langsung memasukkan jarum suntik bekas pakai ke tempat khusus. Dijelaskan dimana letak pemusnahan khusus tersebut.

c) Tempat pemusnahan tidak boleh terlalu penuh.

d) Tempat tersebut harus langsung dibuang ke tempat pembakaran tanpa mengeluarkan.

(46)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

e) Pembakaran jarum suntik bekas pakai menggunakan incinerator.

f) Apabila ada jarum suntik yang dikembalikan dan menurut laporan bersih dan tidak dipakai, maka harus tetap dibuang ke dalam pemusnahan khusus.

g) Wadah pemusnahan yang telah penuh segera diletakkan di dalam kantong plastik yang telah diberi label yang sesuai yang terletak di dalam kotak berlabel. Jika kotak tersebut telah penuh, tas plastik yang didalamnya terdapat wadah pemusnahan ditutup, dan kotak disegel.

h) Kotak yang telah disegel kemudian dibawa ke tempat pembakaran. Jika kotak tersebut telah dimusnahkan, maka laporan tentang pemusnahan akan diarsipkan.

5. Program Konseling dan Tes HIV Sukarela

a. Ruang Lingkup

Konseling dan tes HIV sukarela yang dikenal sebagai Voluntary Counselling

and Testing (VCT) merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat sebagai pintu

masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS berkelanjutan. Program VCT dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan klien dengan memberikan layanan dini dan memadai baik kepada mereka dengan HIV positif maupun negatif. Layanan ini termasuk pencegahan primer melalui konseling dan KIE seperti pemahaman HIV, pencegahan penularan dari ibu ke anak (Prevention of Mother To Child Transmission,

(47)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

PMTCT) dan akses terapi infeksi oportunistik termasuk tuberkulosis (TBC) dan infeksi menular seksual (IMS).

VCT harus dikerjakan secara profesional dan konsisten untuk memperoleh intervensi efektif di mana memungkinkan klien, dengan bantuan konselor terlatih, menggali dan memahami diri akan risiko infeksi HIV, mendapatkan informasi HIV/AIDS, mempelajari status dirinya, mengerti tanggung jawab untuk menurunkan perilaku berisiko dan mencegah penularan infeksi kepada orang lain guna mempertahankan dan meningkatkan perilaku sehat.

b. Tujuan

Seseorang yang mengetahui status HIV-nya akan dapat:

1. Mendorong perubahan perilaku yang dapat mencegah penularan HIV.

2. Meningkatkan kesehatan umum, termasuk berupaya mencari perawatan untuk infeksi-infeksi oportunistik.

3. Merencanakan masa depan dalam hubungannya dengan keluarga serta komitmenkomitmen lainnya, serta memberi peluang mencegah terjadinya penularan vertikal HIV dari seorang ibu yang terinfeksi kepada anaknya.

(48)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

Penasun yang membutuhkan pemahaman diri akan status HIV agar dapat mencegah dirinya tertular atau menularkan.

d. Pelaksana 1. LSM

2. Rumah Sakit 3. Puskesmas

4. Kinik yang terlatih

(49)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

Meningkat pesatnya jumlah pengidap HIV/AIDS yang dikontribusi melalui penggunaan narkoba/Napza suntik (penasun) sudah menjadi perhatian sejak beberapa tahun lalu. Sejak sepuluh tahun terakhir, berdasarkan data kasus HIV/AIDS yang dilaporkan kepada Departemen Kesehatan, menunjukkan bahwa cara penularan melalui penggunaan jarum suntik bersama semakin nyata sebagai faktor yang paling berpengaruh dalam terjadinya epidemi HIV di Indonesia. Pengalaman berbagai negara di dunia menunjukkan pula bahwa pendekatan Harm Reduction atau yang dikenal sebagai Pengurangan Dampak Buruk merupakan cara yang efektif untuk pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS pada kalangan pengguna Napza suntik.

Yayasan Galatea DIC (Drop In Center) merupakan salah satu lembaga yang memahami situasi diatas, sehingga mereka memfokuskan diri pada program pengurangan dampak buruk (harm reduction) pemakaian narkoba, melalui program

Harm Reduction, Galatea menjangkau Penasun (pengguna narkoba suntik) agar

bersedia mengikuti Harm Reduction.

Apabila para pengguna narkoba suntikan yang terjangkau bersedia mengikut i program Harm Reduction, mereka akan diberikan informasi tentang HIV/AIDS, dan pengetahuan tentang cara menyuntik yang aman. Setelah menerapkan semua program

Harm Reduction maka dampak buruk dari pemakaian narkoba dapat diminimalkan.

(50)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

Bagan 1 Alur Pikir

PERAN GALATEA

Pelaksanaan Program

 Penjangkauan dan Pendampingan (outreach)  KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)  Pertukaran Jarum Suntik (NEP)

 Pemusnahan jarum bekas pakai  Konseling dan Tes HIV sukarela

Program

Harm Reduction

(51)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

2.7.1. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, individu yang menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989; 33). Konsep penelitian sangat diperlukan agar tidak menimbulkan kekacauan atau kesalahan pemahaman yang dapat mengaburkan tujuan penelitian. Konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

1. Peranan

Peranan adalah meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian

peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

kemasyarakatan. 2. HIV/AIDS

 HIV (Human Immunodeficiency Virus) atau virus pelemah kekebalan tubuh manusia adalah sebuah organisme kecil yang menyerang makhluk hidup dengan berkembang biak.

 AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia yang didapat (bukan keturunan) dan disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). 3. Narkoba

(52)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

Narkoba adalah sejenis zat yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi orang-orang yang menggunakannya, yaitu dengan cara memasukkam ke dalam tubuh.

4. Narkoba Suntik

Narkoba suntik adalah penyalahgunaan narkotika yang cara mengkonsumsinya adalah dengan memasukkan obat-obatan berbahaya ke dalam tubuh melalui alat bantu jarum suntik.

5. Penasun

Individu yang menggunakan obat terlarang (narkotika) dengan cara disuntikkan menggunakan alat suntik kedalam aliran darah.

2.7.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989:32). Tujuannya yaitu untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian di lapangan, maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang digunakan yang bertujuan untuk menggambarkan perilaku atau gejala-gejala yang dapat diamati dengan kata-kata yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain.

Dalam penelitian ini maka defenisi operasionalnya antara lain : 1. Penjangkauan dan Pendampingan (outreach), indikatornya meliputi :

a. Membuka akses sebesar mungkin pada komunitas Penasun yang berada di komunitas.

(53)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

c. Mendukung terjadinya perubahan perilaku

2. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), indikatornya meliputi : a. Mendistribusikan materi-materi dan informasi

b. Pelatihan bagi pecandu c. Diskusi lapangan

3. Pertukaran Jarum suntik (NEP), indikatornya meliputi : a. Melindungi kerahasian klien

b. Penyediaan jarum suntik steril, tabung suntik, kapas beralkohol dan air steril. c. Memonitoring setiap kegiatan dalam program Pejasun.

4. Pemusnahan jarum bekas pakai, indikatornya meliputi :

a. Pemberian informasi tentang pemusnahan jarum suntik bekas pakai yang aman.

b. Penyediaan tempat/kotak pemusnahan jarum suntik bekas pakai c. Pengembalian

d. Pemusnahan e. Memonitoring

5. Konseling dan Tes HIV sukarela, indikatornya meliputi: a. Konseling Pra Tes

(54)

Dina Fitriani Lubis : Peranan Galatea Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Di Kalangan Pengguna Narkoba Suntik Kota medan, 2009.

USU Repository © 2009

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian bersifat deskriptif, dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1994 : 73).

3.2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Galatea DIC (Drop In Center) yang berlokasi di Jl. Sei Batu Gingging No.15 Medan.

Alasan memilih lokasi ini adalah karena yayasan Galatea DIC adalah LSM yang mengkonsentrasikan diri terhadap HIV/AIDS di kalangan pengguna narkoba suntik, dan lokasi dimana Program Harm Reduction dilaksanakan.

3.3. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang ditegaskan adalah subjek penelitian, bukan populasi dan sample. Maksud dari subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan, sumber informasi

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa sekarang ini sedang gencar-gencarnya pembinaan agar guru menjadi tenaga yang professional, pemerintah melalui undang- undangnya menetapkan undang-undang

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana bentuk pertunjukan Kesenian Dames Group Laras Budaya di Desa Bumisari Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga, serta

Sebagai perawat dan tenaga kesehatan yang merawat Tuan A, persetujuan terhadap pernyataan Tuan A harus mempertimbangkan apakan Tuan A telah mendapatkan informasi yang

Laporan tugas akhir ini dibuat sebagai penjelasan kinerja penulis dalam melaksanakan Tugas Akhir di Biro Teknologi Dan Sistem Informasi (BTSI), Universitas

Yang dimaksud dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan adalah bahan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmadnya, sehingga penyusunan Tugas Akhr (TA) dengan judul:” Peningkatan Kemampuan Menulis

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara signifikan variebel label halal dan citra merek mempengaruhi keputusan pembelian produk kosmetik wardah oleh mahasiswi

Makalah ini melaporkan hasil penelitian yang bertujuan mengetahui faktor risiko individu dan masyarakat serta gambaran pelayanan kesehatan terhadap kasus pereklampsia