• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINTESIS HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG KEONG SAWAH (Bellamya javanica) DENGAN METODE SIMULTAN PRESIPITASI PENGADUKAN BERGANDA LESTARI PUDJIASTUTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SINTESIS HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG KEONG SAWAH (Bellamya javanica) DENGAN METODE SIMULTAN PRESIPITASI PENGADUKAN BERGANDA LESTARI PUDJIASTUTI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

SINTESIS HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG KEONG SAWAH

(Bellamya javanica) DENGAN METODE SIMULTAN

PRESIPITASI PENGADUKAN BERGANDA

LESTARI PUDJIASTUTI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sintesis Hidroksiapatit dari Cangkang Keong Sawah (Bellamya Javanica) dengan Metode Simultan Presipitasi Pengadukan Berganda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor,Januari 2015

Lestari Pudjiastuti

(4)
(5)

ABSTRAK

LESTARI PUDJIASTUTI. Sintesis Hidroksiapatit dari Cangkang Keong Sawah (Bellamya javanica) dengan Metode Simultan Presipitasi Pengadukan Berganda. Dibimbing oleh CHARLENA dan BAMBANG SUGENG.

Hidroksiapatit (HAp) disintesis menggunakan bahan dasar cangkang keong sawah sebagai sumber kalsium (Ca(OH)2) dan (NH4)2HPO4 sebagai

sumber fosfat.Sintesis dilakukan dengan metode presipitasi pengadukan berganda dengan ragam waktu sonikasi 4 dan 6 jam serta ragam suhu 600, 800, 1000, dan 1100 ºC.Hasil sintesis dicirikan menggunakan difraksi sinar-X (XRD), mikroskop elektron payaran (SEM), dan penganalisis ukuran partikel (PSA). Hasil analisis difraksi sinar-X menunjukkan bahwa HAp yang terbentuk belum murni, karena terdapat fase lain seperti CaCO3, Ca(OH)2, dan CaO. Analisis morfologi

menggunakan SEM menunjukkan bentuk partikel berupa granular-granular dengan permukaan kasar dan tidak seragam. Ukuran rerata partikel hasil PSA sampel A4 adalah 254.60 nm sedangkan ukuran sampel B4 adalah 226.46 nm. Semakin lama waktu sonikasi ukuran partikel semakin kecil.

Kata kunci: cangkang keong sawah, difraksi sinar-X, hidroksiapatit, mikroskop elektron payaran, penganalisis ukuran partikel.

ABSTRACT

LESTARI PUDJIASTUTI. Hydroxyapatite Synthesis from Garden Snail (Bellamya javanica) using Precipitation Double Stirring Simultaneous Method. Supervised by CHARLENA and BAMBANG SUGENG.

Hydroxyapatite (HAp) was synthesized using garden snail shell as basic calcium source (Ca(OH)2) and (NH4)2HPO4 as phosphate source. The synthesis

was conducted using precipitation double stirring simultaneous method in 4 and 6 hours, and various temperatures of 600, 800, 1000, and 1100 ºC.The results were characterized using X-ray diffraction (XRD), scanning electron microscope (SEM), and particle size analyzer (PSA). X-ray diffraction analysis showed that the HAp was not yet pure, as the oresence of other phases such as CaCO3,

Ca(OH)2, and CaO. The morphology analysis using SEM showed that the

particles were granulars with rough surface and not uniform. The average size of particle from PSA of sample A4 was 254.60 nm, while the sample B4 was 226.46 nm. The longer the sonication time, the smaller the particle size.

Keywords: garden snail shell, hydroxyapatite, particle size analyzer, scanning electron microscope, X-ray diffraction

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Kimia

SINTESIS HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG KEONG SAWAH

(Bellamya javanica) DENGAN METODE SIMULTAN

PRESIPITASI PENGADUKAN BERGANDA

LESTARI PUDJIASTUTI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)

Judul Skripsi : Sintesis Hidroksiapatit dari Cangkang Keong Sawah (Bellamya

javanica) dengan Metode Simultan Presipitasi Pengadukan

Berganda

Nama : Lestari Pudjiastuti NIM : G44100018 Disetujui oleh Dr Charlena, MSi Pembimbing I Drs Bambang Sugeng, MT Pembimbing II Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai Oktober 2014 yang bertempat di Laboratorium Kimia Anorganik, Laboratorium Bersama Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian Bogor, serta di PTBIN BATAN-PUSPITEK Serpong.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Charlena, MSi dan Bapak Drs Bambang Sugeng, MT selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Terima kasih kepada Bapak Drs Sulistioso Giat Sukaryo, MT yang telah membantu dan berkontribisi dalam penelitian yang telah dilakukan. Ucapan terima kasih kepada Bapak Wawan, Bapak Syawal, Bapak Sunarsa, Bapak Mulyadi, dan Bapak Eman yang telah membantu penulis dalam pemakaian alat dan bahan di laboratorium.

Ucapan terima kasih tak terhingga penulis ucapkan kepada Ayah, Ibu, dan Adik atas nasihat, semangat, motivasi, bantuan materi, dan doa-doanya. Terima kasih kepada Fajar, Iswanto, Andri, dan Irgham atas kerja samanya selama ini. Terima kasih kepada Ventie, Ira, Nuy, Vicky, Ayus, Lita, Lia, Gemi, Eva lilis, Anggi, Iqbal, Agung, dan Yenny karena telah menjadi teman yang baik dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi penulis maupun pembaca.

Bogor, Januari 2015

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 METODE 2

Alat dan Bahan 2

Metode Penelitian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Kalsinasi dan Konversi Serbuk Cangkang Keong Sawah 4

Sintesis Hidroksiapatit 6

Analisis Fase, Morfologi, dan Ukuran Partikel 6

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 13

(13)

DAFTAR TABEL

1 Ragam suhu sintering dan waktu sintesis yang digunakan 3

2 Parameter kisi HAp 8

3 Analisis kuantitatif XRD pada berbagai sampel dengan ragam suhu

sintering dan waktu sintesis 9

DAFTAR GAMBAR

1 Difraktogram sinar-X sampel cangkang keong sawah (a) sebelum kalsinasi (b) setelah kalsinasi 1000 ºC dan didiamkan selama 1 minggu

pada suhu kamar 5

2 Difraktogram sinar-X HAp dengan sonikasi 4 jam pada berbagai suhu

sintering (A1) 600 ºC, (A2) 800 ºC, (A3) 1000 ºC, dan (A4) 1100 ºC 6 3 Difraktogram sinar-X HAp dengan sonikasi 6 jam pada berbagai suhu

sintering (A1) 600 ºC, (A2) 800 ºC, (A3) 1000 ºC, dan (A4) 1100 ºC 7 4 Hasil SEM HAp komersial pembesaran 1500x dan sampel pada

pembesaran 3000x (b) A2, (c) A4, (d) B2, dan (e) B4 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram alir penelitian 13

2 Data perhitungan konsentrasi Ca cangkang keong sawah 14

3 Data komposisi bahan untuk sintesis HAp 15

4 Data hasil analisis hasil XRD cangkang keong sawah 16 5 Data hasil analisis hasil XRD HAp dengan sonikasi 4 jam pada suhu

sintering 600, 800, 1000, dan 1100 ºC 17

6 Data hasil analisis hasil XRD HAp dengan sonikasi 6 jam pada suhu

sintering 600, 800, 1000, dan 1100 ºC 29

7 Analisis Kuantitatif 21

8 Data JCPDS (Joint Committee on Powder Diffraction Standards) 23

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Kerusakan sistem jaringan pada makhluk hidup khususnya manusia, menjadi suatu pendorong dalam studi pengembangan biomaterial untuk keperluan penggantian jaringan yang rusak. Pemilihan biomaterial yang tepat sangat diperlukan dalam proses penggantian tulang. Material pengganti tulang yang umum digunakan adalah autogtaf (pengganti suatu bagian tubuh dengan bagian tubuh lainnya dalam satu individu), allograf (penggantian tulang manusia dengan tulang yang berasal dari manusia lain), dan xenograf (penggantian tulang yang berasal dari hewan). Material pengganti tulang ini biasanya tersedia dalam jumlah terbatas (Ratih et al. 2003).

Kerusakan tulang dapat diperbaiki dengan implantasi. Implan tulang ke dalam tubuh manusia dapat menggunakan berbagai material sintetik salah satunya adalah Hidroksiapatit (HAp). Hidroksiapatit merupakan mineral apatit yang memiliki rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2 dan juga merupakan senyawa kalsium

fosfat dengan rasio Ca/P sekitar 1,67. Struktur kristal dari HAp adalah heksagonal dengan parameter kisi a = b = 9,4225 Ǻ dan c = 6,8850 Ǻ (Manafi dan Joughehdoust 2009). Hidroksiapatit memiliki kesamaan komposisi kimia dengan jaringan tulang asli dan dapat digunakan sebagai pelapis tulang buatan yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Kesamaan karakter HAp dengan jaringan tulang mendorong beberapa peneliti untuk mengembangkannya sebagai material dalam implantasi biomedis untuk jaringan tulang. Syarat medis yang harus dipenuhi oleh senyawa mineral yang akan diimplankan ke tulang adalah bioaktif, biokompatibel, dan tidak beracun (Dahlan et al. 2009).

Pembuatan HAp dibutuhkan prekursor sebagai sumber kalsium. Saat ini sedang dikembangkan pembuatan HAp dari bahan alam sebagai prekursor. Bahan alam yang mulai dikembangkan yaitu tulang ikan, cangkang kerang, cangkang siput dan cangkang telur. Sumber kalsium yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkang keong sawah (Bellamya javanica). Cangkang keong sawah merupakan limbah dari konsumsi daging keong sawah dan belum memiliki pemanfaatan secara komersial. Limbah ini kaya akan berbagai mineral termasuk kalsium (Baby et al. 2010).

Sintesis HAp dapat dilakukan dengan cara metode basah dan metode kering. Metode basah ada tiga jenis, yaitu metode presipitasi, hidrotermal, dan hidrolisis (Pankaew et al. 2010). Dalam penelitian ini dilakukan sintesis HAp dengan metode presipitasi pengadukan berganda. Metode tersebut termasuk ke dalam metode basah. Keuntungan menggunakan metode basah ini diantaranya hasil samping sintesisnya berupa air, biaya pengolahan rendah, mudah dilakukan dan proses pengerjaannya cepat. Metode ini terdiri dari pengaduk magnet dan sonikasi oleh gelombang ultrasonik. Penggunaan pengaduk magnet dan sonikasi adalah untuk menghasilkan campuran yang homogen. Menurut (Triani 2011) Penggunaan metode sonikasi cukup efektif dalam mengecilkan ukuran partikel. Penelitian ini bertujuan menyintesis HAp dari cangkang keong sawah (Bellamya

(16)

2

METODE

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat-alat kaca, labu takar, termometer, indikator pH universal, neraca analitik, pengaduk magnet, sonikator 8893 Lok-Parmer, tanur Naberthermt, sentrifugasi Hermle Labnet Z206A, XRD (Shimadzu XRD-7000), SEM (Zeiss), AAS (Shimadzu AA7000), dan PSA (Vasco-PSA). Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah serbuk cangkang keong sawah (Bellamya javanica), air bebas ion, (NH4)2HPO4, dan HCl

pekat.

Metode Penelitian

Sintesis HAp pada penelitian ini dilakukan dengan metode simultan presipitasi pengadukan berganda. Tahapan penelitian ini terdiri atas (1) kalsinasi dan konversi serbuk cangkang keong sawah, (2) penentuan kadar kalsium dalam serbuk cangkang keong sawah dengan menggunakan AAS, (3) sintesis HAp dengan metode presipitasi pengadukan berganda, serta (4) pencirian HAp dengan difraksi sinar-X (XRD), mikroskop elektron payaran (SEM), dan penganalisis ukuran partikel (PSA). Secara lebih jelas, terdapat diagram alir penelitian pada Lampiran 1.

Kalsinasi dan Konversi Serbuk Cangkang Keong Sawah

Serbuk cangkang keong sawah dianalisis menggunakan XRD untuk mengetahui fase CaCO3 yang terkandung di dalamnya. Tahap berikutnya, serbuk

cangkang dikalsinasi pada suhu 1000 °C selama 2 jam untuk menghasilkan senyawa CaO. Selanjutnya senyawa CaO dikonversi menjadi Ca(OH)2, dengan

cara dibiarkan kontak dengan udara selama 1 minggu pada suhu kamar. Untuk memastikan terbentuknya Ca(OH)2, dilakukan analisis dengan XRD.

Pengukuran Kadar Kalsium Serbuk Cangkang Keong Sawah

Pengukuran kadar kalsium dalam serbuk cangkang keong sawah dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu preparasi sampel, deret standar, dan blanko. Preparasi sampel dilakukan dengan menimbang sampel hasil kalsinasi sebanyak 0.1 g kemudian ditambahkan 2 mL HCl pekat dalam labu takar 100 mL. Setelah itu didiamkan ± 5 menit hingga larut dan jernih. Sampel ditera dengan air bebas ion, lalu dihomogenkan. Selanjutnya dipipet 1 mL larutan yang telah dibuat dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Sampel ditera dengan air bebas ion dan ditambahkan strontium, kemudian dihomogenkan. Selanjutnya larutan diukur dengan AAS pada λ = 422.7 nm. Pengukuran sampel dilakukan triplo.

Deret standar disiapkan dengan terlebih dahulu membuat larutan stok 1000 ppm dengan menimbang 0.25 g CaO ke dalam labu takar 100 mL, lalu ditambahkan 2 mL HCl pekat dan didiamkan ± 5 menit hingga larut dan jernih, ditera dengan air bebas ion, dan dihomogenkan. Standar 100 ppm dibuat dari larutan 1000 ppm tersebut dengan cara memipet 10 mL larutan 1000 ppm ke dalam labu takar 100 mL, ditera dengan air bebas ion, dan dihomogenkan. Larutan

(17)

3 standar 2, 4, 8, 12, dan 16 ppm berturut-turut dibuat dengan memipet 2, 4, 8, 12, dan 16 mL larutan standar 100 ppm ke dalam labu takar 100 mL, di tera dengan air bebas ion dan ditambahkan strontium kemudian dihomogenkan. Selanjutnya larutan diukur dengan AAS pada λ = 422.7 nm.

Blanko disiapkan dengan memipet 2 mL HCl pekat ke dalam labu takar 100 mL, ditera dengan air bebas ion, dan dihomogenkan. Setelah itu, di pipet 1 mL larutan yang telah dibuat dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, ditera dengan air bebas ion dan ditambahkan strontium lalu dihomogenkan. Selanjutnya larutan diukur dengan AAS pada λ = 422.7 nm.

Sintesis HAp dengan Metode Presipitasi Pengadukan Berganda

Suspensi Ca(OH)2 0.5 M dibuat dengan cara menimbang 18.5195 g serbuk

cangkang keong sawah Ca(OH)2 hasil kalsinasi dan ditambahkan 500 mL air

bebas ion. Larutan (NH4)2HPO4 0.3 M di buat dengan cara menimbang 19.7982 g

serbuk (NH4)2HPO4 dan ditambahkan 500 mL air bebas ion. Kedua larutan

dicampurkan dengan cara meneteskan larutan (NH4)2HPO4 0.3 M secara

perlahan-lahan ke dalam larutan Ca(OH)2 0.5 M. Larutan tersebut disonikasi dengan

menggunakan sonikator (ultrasonik) disertai dengan pengadukan menggunakan pengaduk magnet dengan ragam waktu 4 dan 6 jam. Pada sintesis ini pH di monitor. Campuran kemudian didiamkan selama 24 jam pada suhu kamar. Selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 4500 rpm selama 15 menit. Endapan yang diperoleh dikeringkan pada suhu 100 ºC selama 3 jam. Setelah kering, endapan ditumbuk halus lalu dipanaskan pada suhu 600 ºC, 800 ºC, 1000 ºC, dan 1100 ºC selama 3 jam. Perlakuan sampel pada proses pengadukan dan sintering disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Ragam suhu sintering dan waktu sintesis yang digunakan Sampel Waktu Sonikasi (jam) Suhu Sintering (ºC)

A1 4 600 A2 4 800 A3 4 1000 A4 4 1100 B1 6 600 B2 6 800 B3 6 1000 B4 6 1100 Analisis XRD

Sampel hasil sintesis dimasukkan ke dalam kompartemen kemudian dikait pada difraktometer. Selanjutnya, pada komputer dilakukan pengaturan nama sampel, sudut awal, sudut akhir, dan kecepatan analisis. Sudut awal pada 10º dan sudut akhir pada 60º dengan kecepatan baca 0.60 detik, panjang gelombang 1.54060 Å, dan sebagai target adalah tembaga (Cu). Sampel hasil sintesis ditempatkan pada suatu spesimen kompatremen kemudian diletakkan pada difraktometer. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui Jenis fase yang terkandung di dalam sampel. Hasil ditentukan melalui perbandingan terhadap data

(18)

4

Analisis SEM

Sampel diletakkan pada plat alumunium kemudian dilapisi dengan pelapis emas setebal 48 nm. Sampel yang telah dilapisi emas diamati menggunakan SEM dengan tegangan 20 kV dan pembesaran 350, 1500 dan 3000x. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui morfologi dari HAp.

Analisis PSA

Sampel diambil dengan menggunakan ujung pengaduk, kemudian dilarutkan dalam 20 mL air bebas ion dan diaduk sampai homogen menggunakan pengaduk magnet. Sampel diukur menggunakan Zeta Sizer Nano Particle

Analyzer.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kalsinasi dan Konversi Serbuk Cangkang Keong Sawah

Keong sawah (marga Bellamya) termasuk dalam kelompok Operculata yang hidup di perairan dangkal. Cangkang keong sawah merupakan limbah dari konsumsi daging keong sawah dan belum memiliki pemanfaatan secara komersial. Limbah ini kaya akan berbagai mineral termasuk kalsium (Baby et al. 2010). Cangkang keong sawah yang digunakan untuk bahan baku sintesis berasal dari Pasar Bogor. Analisis kadar kalsium yang diperoleh sebesar 67.80% (Lampiran 2). Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kalsium yang terkandung di dalam cangkang kerang, yaitu sebesar 44.39% (Trianita 2012) dan cangkang telur, yaitu sebesar 40.48% (Prihantoko 2011). Kandungan kalsium yang tinggi merupakan bahan baku utama dalam sintesis HAp, sehingga cangkang keong sawah dapat digunakan sebagai sumber kalsium untuk sintesis HAp.

Kalsium yang diperoleh dari cangkang keong sawah berupa CaCO3 (kalsium

karbonat). Kalsium karbonat selanjutnya diubah menjadi CaO melalui proses kalsinasi pada suhu 1000 ºC selama 2 jam. Proses kalsinasi bertujuan untuk menghilangkan kandungan organik seperti karbonat. Kalsium karbonat jika dipanaskan akan membentuk CaO dan CO2. Adapun reaksi yang terjadi pada

proses kalsinasi adalah sebagai berikut:

CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g)

Tahap selanjutnya, CaO akan dikonversi menjadi Ca(OH)2. CaO yang

terbentuk dibiarkan di udara terbuka pada suhu ruang selama 1 minggu. Tujuan perubahan CaO menjadi Ca(OH)2 adalah sebagai sumber kalsium. Proses

perubahan CaO menjadi Ca(OH)2 terjadi karena adanya reaksi hidrasi CaO dengan

uap air secara spontan. Adapun reaksi yang terjadi pada proses hidrasi adalah sebagai berikut:

(19)

5 Difraktogram sinar-X cangkang keong sawah sebelum dan sesudah

kalsinasi dapat dilihat pada Gambar 1. (a)

(b)

Gambar 1 Difraktogram sinar-X sampel cangkang keong sawah (a) sebelum kalsinasi (b) setelah kalsinasi 1000 ºC dan didiamkan selama 1 minggu pada suhu kamar.

Berdasarkan pola difraksi sinar-X sampel cangkang keong sawah sebelum kalsinasi, pola difraksi yang dihasilkan menunjukkan fase CaCO3 dengan

intensitas tinggi terdapat pada nilai 2θ: 26.09º, 33.00º, dan 45.69º. Nilai 2θ ini dicocokkan dengan data JCPDS untuk CaCO3 yaitu 26.213º, 33.128º, dan 45.853º.

Berdasarkan hasil analisis difraksi sinar-X dapat diketahui bahwa CaCO3

merupakan mineral aragonit. Difraktogram sinar-X pada cangkang keong sawah setelah kalsinasi 1000 ºC menunjukkan adanya perubahan jenis mineral dari CaCO3 menjadi CaO. Serbuk CaO kemudian berubah menjadi Ca(OH)2 setelah

dibiarkan kontak dengan udara selama 1 minggu (Santos et al. 2004).

Hasil analisis difraksi sinar-X pada sampel cangkang keong sawah setelah kalsinasi menunjukkan adanya fase Ca(OH)2 dan CaCO3 dalam bentuk mineral

kalsit. Pemanasan serbuk cangkang keong sawah pada suhu 1000 ºC selama 2 jam mengakibatkan fase CaCO3 aragonit berubah menjadi fase CaCO3 kalsit. Hal

tersebut terjadi karena aragonit merupakan bentuk kalsium karbonat yang tidak stabil, Akibat pemanasan yang tinggi struktur aragonit menjadi stabil dan berubah menjadi kalsit. Fase Ca(OH)2 diperoleh intensitas tinggi pada nilai 2θ: 18.16º,

(20)

6

kalsit pada sudut 2θ: 29.56º. Munculnya fase CaCO3 setelah kalsinasi

menunjukkan bahwa konversi CaCO3 menjadi Ca(OH)2 belum sempurna. Sintesis Hidroksiapatit

Sintesis HAp membutuhkan sumber kalsium dan sumber fosfat. Sintesis HAp dilakukan dengan metode simultan presipitasi pengadukan berganda. Kelebihan dari metode ini adalah dapat memecah agregat kristal berukuran besar menjadi agregat kristal berukuran kecil hingga berskala nano. Metode ini terdiri dari pengaduk magnet dan sonikasi oleh gelombang ultrasonik. Sintesis dilakukan dengan mereaksikan sumber kalsium yang berasal dari Ca(OH)2 serbuk cangkang

keong sawah dan sumber fosfatnya menggunakan senyawa (NH4)2HPO4. Jumlah

komposisi Ca(OH)2 dan (NH4)2HPO4 ditentukan berdasarkan hasil perhitungan

stokiometri sehingga menghasilkan rasio konsentrasi Ca/P sebesar 1.67 (Lampiran 3). Adapun reaksi pembentukan HAp yang terjadi sebagai berikut:

10Ca(OH)2(Susp)+6(NH4)2.HPO4(aq) → Ca10(PO4)6(OH)2(s)+6H2O(aq)+12NH4OH(aq)

Analisis Fase, Morfologi, dan Ukuran Partikel Analisis Fase (XRD)

Analisis dengan XRD bertujuan untuk mengetahui fase yang terbentuk dari sampel akibat pengaruh ragam sonikasi dan suhu sintering. XRD dapat memberi informasi secara umum, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hasil analisis sampel A1 sampai A4 ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2Difraktogram sinar-X HAp dengan sonikasi 4 jam pada berbagai suhu

sintering (A1) 600 ºC, (A2) 800 ºC, (A3) 1000 ºC, dan (A4) 1100 ºC.

Hasil XRD menunjukkan bahwa masing-masing sampel mayoritas hadir dalam bentuk HAp. Sampel A1 menunjukkan bahwa masih terdapat banyak pengotor yaitu CaCO3 dari serbuk cangkang keong sawah yang belum bereaksi

(21)

7 sempurna dengan senyawa fosfat, sehingga intensitas puncak yang terbentuk bukan murni dari HAp melainkan dari CaCO3. Pola difraksi XRD sampel A2

menunjukkan bahwa fase yang terbentuk adalah HAp, Ca(OH)2, dan CaCO3.

Namun Fase HAp yang terbentuk lebih dominan dibanding dengan fase Ca(OH)2

dan CaCO3. Fase Ca(OH)2 yang terbentuk ditunjukkan pada sudut 18.01º

sedangkan CaCO3 pada sudut 29.39º. Sampel A3 menunjukkan bahwa puncak

tertinggi sudut 31.81º adalah fase HAp. Secara keseluruhan puncak difraktogram sinar-X HAp sampel A3 didominasi oleh HAp tetapi masih terdapat fase lain, yaitu Ca(OH)2 pada sudut 18.03º. Difraktogram sinar-X sampel A4 menunjukan

bahwa puncak tertinggi sudut 31.80º adalah milik HAp, namun masih terdapat fase lain seperti Ca(OH)2 pada sudut 18.04º dan CaO pada sudut 37.39º. Selain

disonikasi selama 4 jam, sampel disonikasi selama 6 jam dengan suhu yang sama. Hasil analisis XRD sampel B1 sampai B4 disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Difraktogram sinar-X HAp dengan sonikasi 6 jam pada berbagai suhu

sintering (B1) 600 ºC, (B2) 800 ºC, (B3) 1000 ºC, dan (B4) 1100 ºC.

Difraktogram sinar-X sampel B1 menunjukkan bahwa puncak tertinggi pada sudut 31.86º ialah fase HAp. Sampel B2 menunjukkan adanya dominasi HAp dengan puncak tertinggi pada sudut 31.79º, namun masih terdapat beberapa fase lain, yaitu fase Ca(OH)2 dan CaCO3. Sampel B3 menunjukkan bahwa puncak

tertinggi sudut 31.69º adalah fase HAp. Secara keseluruhan puncak difraktogram sinar-X HAp sampel B3 didominasi oleh HAp tetapi masih terdapat fase lain yaitu Ca(OH)2 . Difraktogram sinar-X sampel B4 menunjukan bahwa puncak tertinggi

sudut 32.03º adalah milik HAp, namun masih terdapat fase lain seperti Ca(OH)2

pada sudut 18.22º dan CaO pada sudut 37.59º. Semakin tinggi suhu, kristanilitas semakin meningkat, hal ini ditunjukkan dengan semakin sempit lebar setengah puncak. Kristalinitas meningkat disebabkan oleh semakin teratur susunan atom dalam bahan tersebut (Purnama et al. 2006). Penentuan fase ini dilakukan dengan merujuk pada data Joint Commite on Power Diffraction Standards (JCPDS) (Lampiran 8). Secara umum, hasil sintesis HAp dengan metode simultan presipitasi pengadukan berganda dapat menghasilkan HAp yang dominan,

(22)

8

Selain analisis XRD, untuk melengkapi data dari HAp dapat dilihat dari parameter kisi. Struktur unit kristal HAp berbentuk heksagonal dengan parameter kisi a = b = 9.418 Å dan c = 6.884 Å. Berdasarkan hasil perhitungan, Tabel 2 menunjukkan tingginya persentase ketepatan parameter kisi yakni diatas 90 % dari setiap sampel. Tingginya ketepatan parameter kisi dalam setiap sampel menunjukkan bahwa fase yang terkandung dalam sampel pada umumnya adalah HAp.

Tabel 2 Parameter kisi HAp

Sampel a (Å) Ketepatan (%) c (Å) Ketepatan (%)

A1 9.3875 99.67 6.8963 99.82 A2 9.3967 99.77 6.8841 99.99 A3 9.4043 99.85 6.8794 99.93 A4 9.4102 99.91 6.8785 99.92 B1 9.3766 99.56 6.8934 99.86 B2 9.3954 99.76 6.8825 99.97 B3 9.4034 99.84 6.8756 99.87 B4 9.4194 99.98 6.8874 99.95

Hasil analisis kuantitatif XRD disajikan pada Tabel 3. Analisis ini menggunakan Software Powder cell dan perhitungan dengan metode perbandingan langsung. Pada sonikasi 4 jam diperoleh persentase berat HAp untuk sampel A1 sampai A4 adalah 66.81, 75.06, 79.87, dan 83.36 %. Semakin tinggi suhu maka HAp yang terbentuk semakin banyak. Hal tersebut disebabkan karena susunan atom semakin teratur sehingga semakin banyak kristal yang terbentuk. Berbeda dengan lama sonikasi 6 jam, diperoleh persentase berat HAp untuk sampel B1 sampai B4 adalah 84.70, 89.71, 87.59, dan 87.15 %. HAp yang terbentuk dari sonikasi 4 jam lebih sedikit dibandingkan dengan sonikasi 6 jam karena lama sonikasi berpengaruh terhadap tingkat kavitasi dalam cairan. Dengan waktu sonikasi 4 jam, maka jumlah gelembung kavitasi yang terbentuk hanya sedikit karena waktu partikel kontak dengan micro bubbles yang terlalu singkat, sehingga senyawa (NH4)2HPO4 yang diteteskan ke larutan Ca(OH)2 belum

bereaksi sempurna dan homogen.

Secara keseluruhan difraktogram hasil analisis sintesis HAp menunjukkan terbentuknya fase HAp. Munculnya fase lain menyebabkan menurunnya kemurnian dari HAp. Senyawa CaCO3 muncul pada suhu 600 dan 800 ºC.

Senyawa CaCO3 terbentuk diduga pada saat proses pencampuran antara kalsium

dengan fosfat, CO2 dari udara masuk dan bereaksi dengan CaO, Serta proses

penyimpanan yang tidak terkontrol. Ion karbonat dapat dieliminasi dengan penyimpanan serbuk cangkang keong sawah setelah pemanasan pada wadah tertutup. Ketika suhu dinaikkan menjadi 1000 ºC, senyawa CaCO3 hilang dan

muncul senyawa Ca(OH)2. Hal tersebut diperkirakan karena CaCO3 bereaksi

dengan H2O. Munculnya senyawa CaO pada suhu 1100 ºC diperkirakan karena

ada sebagian Ca(OH)2 terurai menjadi CaO akibat suhu dinaikkan. Keberadaan

CaO tidak membahayakan tubuh karena senyawa ini sering digunakan dalam bidang farmasi (Murakami et al. 2007).

(23)

9 Tabel 3 Analisis kuantitatif XRD pada berbagai sampel dengan ragam suhu

sintering dan waktu sintesis

Waktu Sonikasi Suhu Sintering (ºC) Sampel HAp (%) CaCO3 (%) Ca(OH)2 (%) CaO (%) 4 Jam 600 A1 66.81 33.19 - - 800 A2 75.06 10.90 14.04 - 1000 A3 79.87 - 20.13 - 1100 A4 83.36 - 15.17 1.47 6 Jam 600 B1 84.70 15.30 - - 800 B2 89.71 1.05 9.24 - 1000 B3 87.59 - 12.41 - 1100 B4 87.12 - 7.15 5.73

Analisis Morfologi (SEM)

Selain dicirikan dengan menggunakan XRD untuk identifikasi fase kristal, sampel juga dicirikan dengan menggunakan SEM untuk mengetahui morfologi HAp. Morfologi HAp dapat dilihat berdasarkan bentuk partikel, ukuran pori, dan distribusi pori (Sopyan et al. 2007). Sampel yang digunakan untuk karaktersasi menggunakan SEM adalah sampel A2 dan A4 yaitu sampel yang disonikasi selama 4 jam dan dipanaskan pada suhu 800 dan 1100 ºC serta sampel B2 dan B4 yang disonikasi selama 6 jam dan dipanaskan pada suhu 800 dan 1100 ºC. Hasil analisis HAp komersil dan HAp sintesis ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Hasil analisis SEM HAp komersil pembesaran 1500× (a) dan sampel pada pembesaran 3000× (b) A2, (c) A4, (d) B2, dan (e) B4.

(24)

10

Gambar 4a merupakan hasil SEM HAp komersil pada pembesaran 1500×. Gambar tersebut menunjukkan bentuk partikel terdiri dari granular-granular yang membentuk suatu agregat. Ukuran granular tidak merata, dan memiliki struktur yang halus (Trianita 2012). Perbedaan morfologi ditunjukkan oleh HAp hasil sintesis dengan pembesaran 3000×. Sampel A2 memperlihatkan bahwa bentuk partikel yang dihasilkan berupa granular-granular dengan permukaan kasar dan tidak seragam yaitu ada yang berukuran kecil dan masih banyak yang berukuran besar. Sampel A4 memiliki bentuk partikel dengan granular lebih seragam dan berukuran kecil dibandingkan dengan sampel A2. Semakin tinggi suhu maka bentuk granular lebih seragam. Hasil analisis sampel B2 dan B4 tidak berbeda jauh dengan sampel A2 dan A4 namun semakin lama sonikasi maka semakin berkurang tingkat aglomerasi partikel. Perlakuan sonikasi dengan gelombang ultrasonik menyebabkan terpecahnya ikatan kimia HAp dan mengakibatkan ukurannya menjadi lebih kecil (Handayani 2012).

Analisis Ukuran Partikel (PSA)

Analisis ukuran partikel dilakukan untuk mengetahui ukuran partikel HAp yang dihasilkan dari proses sonikasi. Analisis ukuran partikel dilakukan menggunakan PSA. Partikel didispersikan ke dalam media cair sehingga partikel tidak saling beraglomerasi. Ukuran partikel yang terukur adalah ukuran dari single

particle. Data ukuran partikel yang didapatkan berupa tiga distribusi yaitu intensity, number, dan volume distribution. Sehingga dapat diasumsikan

menggambarkan keseluruhan kondisi sampel (Nikmatin et al. 2010). Sampel yang di uji merupakan sampel terbaik dari hasil analisis SEM yaitu sampel A4 dan B4. Berdasarkan Hasi pengujian, diperoleh ukuran rerata partikel HAp untuk sampel A4 adalah 254.60 nm sedangkan untuk sampel B4 adalah 226.46 nm. Ukuran partikel sampel B4 lebih kecil dibandingkan dengan sampel A4 karena adanya pengaruh lama sonikasi terhadap ukuran partikel. Bertambahnya waktu sonikasi mengakibatkan semakin lama kontak partikel dengan micro bubbles yang diakibatkan oleh peristiwa kavitasi. Hal ini menyebabkan semakin kecil ukuran partikel yang didapatkan dengan semakin lamanya sonikasi. Distribusi ukuran partikel menggunakan PSA dapat dilihat pada Lampiran 9.

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini belum berukuran nanopartikel karena ukurannya masih diatas 100 nm. Nanopartikel adalah partikel yang berukuran 10-1000 nm (Mohanraj dan Chen 2006). Menurut Greener (2009), nanopartikel umumnya digunakan ketika mengacu pada bahan-bahan dengan ukuran 1-100 nm. Hal tersebut dikarenakan tidak dilakukan proses penggilingan serbuk menggunakan milling. Sintesis nano material dapat dilakukan secara top

down. Top down merupakan pembuatan struktur nano dengan memperkecil

ukuran material dengan proses penggilingan menggunakan milling (Lekahena et

(25)

11

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

HAp dapat disintesis dari limbah cangkang keong sawah dengan metode simultan presipitasi pengadukan berganda. Sintesis HAp dengan metode simultan presipitasi pengadukan berganda mampu menghasilkan HAp meskipun belum murni. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya fase lain seperti CaCO3,

Ca(OH)2, dan CaO. Hasil morfologi menggunakan SEM menunjukkan bahwa

bentuk partikel yang dihasilkan berupa granular-granular dengan permukaan kasar dan tidak seragam. Semakin lama waktu sonikasi ukuran partikel semakin kecil.

Saran

Perlu adanya penambahan waktu sonikasi dan kalsinasi selama proses sintesis agar hasil HAp yang terbentuk lebih murni. Sintesis HAp perlu menggunakan alat HEBM (High Energy Ball Milling) dan ultrasonic processor agar didapatkan HAp yang lebih homogen, seragam serta berukuran nanopartikel.

DAFTAR PUSTAKA

Baby RL, Hasan I, Kabir KA, Naser MN. 2010. Nutrient analysis of some commercially important molluscs of Bangladesh. J Sci Res. 2(2):390–396. Dahlan K, Prasetyanti F, Sari YW. 2009. Sintesis hidroksiapatit dari cangkang

telur menggunakan metode kering. Biofisika. 5(2):71-78

Greener R. 2009. Current and projected of nanotechnology in the food sector. J

Nutrire. 34:243-260.

Handayani IS. 2013. Sintesis HAp dari cangkang kerang hijau dengan metode double stirring simultan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Lekahena V, Faridah DN, Syarief R, Peranginangin R. 2014. Karakterisasi fisiokimia nanokalsium hasil ekstraksi tulang ikan nila menggunakan larutan basa dan asam. J Teknol Indus Pangan. 22(1):57-64.

Manafi AM, Joughehdoust S. 2009. Synthesis of Hydroxyapatite Nanostructure by hydrothermal condition for biomedical application. Iranian J Pharmac Sci. 5(2):89-94.

Mohanraj VJ, Chen Y. 2006. Nanoparticel-A Review. Trop J Pham Res. 5:561-573.

Murakami FS, Rogrigues PO, Campos CMT de, Silva MAS. 2007. Physicochemical study of CaCO3 from egg shells. Cienc Technol Aliment

Campinas. 27(3):658-662.

Nikmatin S, Purwanto S, Maddu A. 2010. Analisis struktur selulosa kulit rotan sebagai filler bionanokomposit dengan difraksi sinar-X. Sains Materi Indonesia. 13(2):97-102.

Pankaew P, Hoonnivathana E, Limsuwan P, Naemchanthara K. 2010. Temperature effect on calcium phosphate synthesized from chicken eggshells

(26)

12

Prihantoko DA. 2011. Karakterisasi paduan CoCrMo dengan pelapisan titanium nitride dan HAp-kitosan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Purnama EF, Nikmatin S, Langenati R. 2006. Pengaruh suhu reaksi terhadap drajat kristalinitas dan komposisi HAp dibuat dengan media cairan tubuh buatan (synthetic body fluid). Sains Materi Indonesia. 97-102.

Ratih, Ngatijo, Widjaksana, Latief A. Bambang. 2003. Aplikasi hidroksiapatit di

bidang medis. Yogyakarta: Proc.

Santos MH, de Oliveira M, Souzal PF, Mansur HS, Vasconcelos WL. 2004. Synthesis control and characterization of hydroxyapatite preoared by wet precipitation process. Mater Res. 7(4): 625-630.

Sopyan I, Mel M, Ramesh S, Khalid KA. 2007. Porous hidroxyapatite for artificial bone application. Sci Technol Adva Mat. 8: 116-123.

Triani SUD. 2011. Pengaruh Waktu Sonikasi dan Amplitudo Gelombang Ultrasonik Terhadap Stabilitas Suspensi dan Mutu Sari Kacang Hijau. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Trianita VN. 2012. Sintesis HAp berpori dengan porogen polivinil alkohol dan pati [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(27)

13 Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Identifikasi dan preparasi serbuk cangkang keong sawah

Kalsinasi serbuk cangkang keong sawah pada suhu 1000 ºC selama 2 jam

Karakterisasi AAS dan XRD

Sintesis HAp Ca(OH)2 0.5 M + (NH4)2HPO4 0.3 M menggunakan

ultrasonik dan pengaduk magnet selama 4 dan 6 jam

Penyaringan dan pengeringan 100 ºC selama 3 jam

Pemanasan sampel pada suhu 600, 800, 1000, dan 1100 ºC selama 3 jam

Sentrifugasi HAp selama 15 menit dengan kecepatan 4500 rpm

Karakterisasi XRD, SEM, dan PSA

(28)

14

Lampiran 2 Data perhitungan konsentrasi Ca cangkang keong sawah a. Absorbans standar kalsium

Konsentrasi Standar (ppm) Absorbans

2.0000 0.1000

4.0000 0.1933

8.0000 0.3877

12.0000 0.5654

16.0000 0.7318

Kurva deret standar

b. Absorbans dan konsentrasi kalsium cangkang keong sawah

Sampel Konsentrasi (ppm) Absorban WF VF DF Blanko sampel 0.5335 0.0388 1 1 1 Sampel Cangkang 1 8.4344 0.3972 0.1014 100 100 Sampel Cangkang 2 7.0963 0.3365 0.1016 100 100 Sampel Cangkang 3 6.7788 0.3221 0.1025 100 100 Keterangan : WF : Bobot sampel; VF : Volume sampel; DF : Faktor pengenceran Contoh perhitungan ulangan 1 (sampel cangkang keong sawah 1):

Konsentrasi Ca = (Konsentrasi sampel – Konsentrasi blanko) × DF × VF

WF

=

(8.4344 ppm – 0.5335 ppm) × 100 × 100 0.1014 = 779181.4596 ppm = 779181.4596 /10000 = 77.91%

Konsentrasi rerata Ca = (konsentrasi 1 + konsentrasi 2 + konsentrasi 3)

3

=

(77.91 + 64.59 + 60.92)%

3

(29)

15 Lampiran 3 Data komposisi bahan untuk sintesis HAp

Pereaksi Ca(OH)2 (NH4)2HPO4

Bobot molekul (g/mol) 74.0780 131.9880

Bobot teoritis (g) 3.7039 3.9596

Konsentrasi (M) 0.5 0.3

Volume (mL) 100 100

Reaksi:

10Ca(OH)2(Susp)+6(NH4)2.HPO4(aq) → Ca10(PO4)6(OH)2(s)+6H2O(aq)+12NH4OH(aq)

Larutan (NH4)2.HPO4 0.3 M M = 𝑔 𝑀𝑟× 1000 100 0.3 = 𝑔 131.9880× 1000 100 g = 3.9596 g Larutan Ca(OH)2 M = 𝑔 𝑀𝑟× 1000 100 0.5 = 𝑔 74.0780× 1000 100 g = 3.7039 g

Rasio konsentrasi Ca/P Ca/p = 1.67

Ca = 0.5 M P = 0.3 M

(30)

16

Lampiran 4 Data hasil analisis hasil XRD cangkang keong sawah a. Serbuk cangkang keong sawah sebelum kalsinasi

2θ Intensitas fase 26.09 1000 CaCO3, aragonit 27.09 446 CaCO3, aragonit 33.00 812 CaCO3, aragonit 36.01 395 CaCO3, aragonit 37.72 580 CaCO3, aragonit 38.31 319 CaCO3, aragonit 42.74 263 CaCO3, aragonit 45.69 901 CaCO3, aragonit 48.24 327 CaCO3, aragonit 50.07 275 CaCO3, aragonit 52.31 591 CaCO3, aragonit 52.88 258 CaCO3, aragonit

b. Serbuk cangkang keong sawah setelah kalsinasi

2θ Intensitas fase 18.16 645 Ca(OH)2 28.83 308 Ca(OH)2 29.56 618 CaCO3, kalsit 34.23 1000 Ca(OH)2 39.54 101 CaCO3, kalsit 43.32 100 CaCO3, kalsit 47.23 380 Ca(OH)2 51.04 391 Ca(OH)2 54.62 165 Ca(OH)2 62.83 131 Ca(OH)2

(31)

17 Lampiran 5 Data hasil analisis hasil XRD HAp dengan sonikasi 4 jam pada suhu

sintering 600, 800, 1000, dan 1100 ºC

a. HAp dengan sonikasi 4 jam pada suhu 600 ºC

2θ Intensitas fase 25.80 493 HAp 29.42 2194 CaCO3, kalsit 31.84 1183 HAp 32.14 817 HAp 33.02 621 HAp 35.99 222 CaCO3, kalsit 39.43 374 CaCO3, kalsit 39.88 239 HAp 43.18 295 CaCO3, kalsit 46.78 317 HAp 47.48 327 CaCO3, kalsit 48.51 392 CaCO3, kalsit 49.44 381 HAp

b. HAp dengan sonikasi 4 jam pada suhu 800 ºC

2θ Intensitas fase 18.01 55 Ca(OH)2 25.84 109 HAp 29.39 115 CaCO3, kalsit 31.82 316 HAp 32.17 206 HAp 32.97 183 HAp 34.09 162 HAp 39.89 80 HAp 46.75 105 HAp 47.15 50 HAp 48.15 45 HAp 49.48 111 HAp

(32)

18

Lampiran 5 lanjutan

c. HAp dengan sonikasi 4 jam pada suhu 1000 ºC

2θ Intensitas fase 18.01 107 Ca(OH)2 25.87 129 HAp 31.81 508 HAp 32.19 224 HAp 32.95 241 HAp 34.09 258 HAp 39.86 100 HAp 46.75 148 HAp 48.13 62 HAp 49.51 140 HAp 50.60 93 HAp 50.80 69 HAp

d. HAp dengan sonikasi 4 jam pada suhu 1100 ºC

2θ Intensitas fase 18.04 214 Ca(OH)2 25.87 354 HAp 28.94 194 HAp 31.79 1000 HAp 32.20 558 HAp 32.94 667 HAp 34.08 573 HAp 37.39 38 CaO 39.84 234 HAp 46.72 382 HAp 49.49 370 HAp 50.53 230 HAp 53.19 190 HAp

(33)

19 Lampiran 6 Data hasil analisis hasil XRD HAp dengan sonikasi 6 jam pada suhu

sintering 600, 800, 1000, dan 1100 ºC

a. HAp dengan sonikasi 6 jam pada suhu 600 ºC

2θ Intensitas fase 25.77 91 HAp 29.36 130 CaCO3, kalsit 31.86 258 HAp 33.01 135 HAp 34.05 54 HAp 35.94 23 CaCO3, kalsit 39.35 44 HAp 39.92 60 HAp 46.77 74 HAp 47.47 36 CaCO3, kalsit 49.43 87 HAp 50.60 37 HAp 53.01 45 HAp

b. HAp dengan sonikasi 6 jam pada suhu 800 ºC

2θ Intensitas fase 17.92 52 Ca(OH)2 25.78 134 HAp 28.91 62 HAp 29.30 24 CaCO3, kalsit 31.79 498 HAp 32.24 223 HAp 32.91 237 HAp 34.02 172 HAp 39.80 86 HAp 46.70 136 HAp 49.43 124 HAp 53.08 68 HAp

(34)

20

Lampiran 6 lanjutan

c. HAp dengan sonikasi 6 jam pada suhu 1000 ºC

2θ Intensitas fase 17.88 67 Ca(OH)2 25.72 125 HAp 28.80 66 HAp 31.69 508 HAp 32.05 221 HAp 32.81 255 HAp 33.05 197 HAp 39.71 101 HAp 46.61 139 HAp 49.38 137 HAp 50.44 84 HAp 53.07 65 HAp

d. HAp dengan sonikasi 6 jam pada suhu 1100 ºC

2θ Intensitas fase 18.22 44 Ca(OH)2 26.09 153 HAp 29.16 79 HAp 32.03 679 HAp 32.43 313 HAp 33.16 306 HAp 34.29 154 HAp 37.59 81 CaO 40.04 108 HAp 46.92 153 HAp 48.73 159 HAp 50.76 82 HAp

(35)

21

Lampiran 7 Analisis Kuantitatif

Hap bidang 002 (2θ = 25.817 ) Area = 5920.2 (V002)-2 = 0.866a2c = ((0.866)(9.38752) (6.8963)) -2 = 3.6102×10-6 A-6 |F002|2= (140.37)2 = 1.9703×104 P002= 2 ((L-P)002) = 1+𝑐𝑜𝑠 2(2θ) sin2(θ) cos(θ) = 1+𝑐𝑜𝑠2(25.817) sin2(12.9085) cos(12.9085) = 1+0.8103 (0.0449)(0.9747)= 37.2489 R002 = (V002)-2 |F002|2 P002 ((L-P)002) = (3.6102×10-6 A-6 )( 1.9703× 104)(2)(37.2489) = 5.2991 A-6

CaCO3 bidang 104 (2θ = 29.410) Area = 18258.4 (V104)-2 = 0.866a2c = ((0.866)(4.98562 )(17.0637))-2 = 7.4122×10-6 A-6 |F104|2 = (149.92)2 = 2.2476×104 P104 = 6 ((L-P)104) = 1+𝑐𝑜𝑠2(2θ) sin2(θ) cos(θ) = 1+𝑐𝑜𝑠2(29.410) sin2(14.705) cos(14.705)= 1+0.7588 (0.0644)(0.9672)= 28.2765 R104= (V104)-2 |F104|2 P104 ((L-P)104) = (7.4122×10-6 A-6)( 2.2476×104)(6)( 28.2765) = 28.2646 A-6

Menentukan komposisi fase di dalam HAp dan CaCO3 I HAp I CaCO3= RHAp CHAp RCaCO3 CCaCO3 5920.2 18258.4= 5.2991 28.2646 CHAp CCaCO3 0.3242 = 0.1874 𝐶𝐻𝐴𝑝 𝐶CaCO3 CHAp= 0.3242 0.1874 CCaCO3 = 1.7299 CCaCO3 CHAp+ CCaCO3=1 1.7299C +C =1

(36)

22 CCaCO3 = 1 2.7299= 0.3663 CHAp = 1- 0.3663 = 0.6337 ρHAp=3,155 ρCaCO3=2.711

W

HAp

=

CHAp × ρHAp

(CHAp × ρHAp) + (CCaCO3 × ρCaCO3 )

×100%

WHAp =

0.6337×3.155

(0.6337×3.155)+(0.3663×2.711)× 100% = 66.81%

(37)

23 Lampiran 8 Data JCPDS (Joint Commite on Power Diffraction Standards)

a. HAp (Ca10(PO4)6(OH) 2)

(38)

24

Lampiran 8 lanjutan c. CaO

(39)

25 Lampiran 9 Uji PSA (particle size analyzer)

(40)

26

Lampiran 9 lanjutan Hasil PSA sampel B4

(41)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 29 September 1993 dari pasangan Bapak Ayi Sumitra dan Ibu Linda Warlina. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2004 penulis menyelesaikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri 1 Nyalindung. Selanjutnya pada tahun 2007 penulis menyelesaikan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Nyalindung kemudian penulis menyelesaikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Sukabumi pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis lolos seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Kimia, Depertemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Kimia TPB tahun ajaran 2013/2014 dan 2014/2015. Penulis aktif sebagai anggota dari UKM Bola Voli tahun 2011-2013. Penulis juga pernah aktif sebagai staf Departemen Pengembangan Usaha Kimia (PUK) Ikatan Mahasiswa Kimia (IMASIKA) IPB tahun 2011/2012, dan sebagai staf Divisi Social and Environment Lembaga Dakwah Fakultas Serambi Ruhiyah G (LDF Serum-G) IPB tahun 2012/2013. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan Praktik Lapangan di Instalasi Kimia Fisika Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit Jakarta pada bulan Juli sampai Agustus 2013 dengan judul laporan Verifikasi Metode

Gambar

Tabel 1 Ragam suhu sintering dan waktu sintesis yang digunakan  Sampel  Waktu Sonikasi (jam)  Suhu Sintering (ºC)
Gambar  1  Difraktogram  sinar-X  sampel  cangkang  keong  sawah  (a)  sebelum  kalsinasi  (b)  setelah  kalsinasi  1000  ºC  dan  didiamkan  selama  1  minggu pada suhu kamar
Gambar 2 Difraktogram sinar-X HAp dengan sonikasi 4 jam pada berbagai suhu  sintering (A1) 600 ºC, (A2) 800 ºC, (A3) 1000 ºC, dan (A4) 1100 ºC
Tabel 2 Parameter kisi HAp
+2

Referensi

Dokumen terkait

The work cited in this section is particularly impor- tant because it established that relatively short-term (30 days) feeding of high-fat diets, independent of fatty acid

[r]

Sehubungan dengan kegiatan E-Lelang Umum Pengadaan Jasa Satuan Pengamaman (SATPAM) Cabang Jakarta – Tangerang , serta berdasarkan Hasil Evaluasi Penawaran File I dan File

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pencelupan pada air mendidih dan perendaman pada air kapur tidak mampu menghambat penurunan kualitas telur yang

Kebijakan full day school (5 hari sekolah) merupakan gagasan terbaru yang digagas oleh pemerintah Indonesia sebagai suatu bentuk model pendidikan

Penelitian tentang narapidana perempuan sebagai pelaku kejahatan telah pernah diteliti oleh Susan Atika Sari dalam skripsinya, ”Faktor-faktor Yang Menyebabkan Wanita Melakukan

(2) Pelaksanaan manajemen hubungan sekolah dan masyarakat (humas) meliputi kegiatan pemberdayaan komite sekolah, mewajibkan orang tua mengambil rapor anak sendiri,

Dari hasil analisis deskriptif ROA memiliki rata-rata sebesar 0.140000 yang berarti bahwa perusahaan telekomunikasi pada tahun 2011-2015 mampu menghasilkan laba sebesar 14%