• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompilasi Khotbah Jumat Tanggal 04, 11, 18, 25 Ikha 1392 HS/Oktober 2013 Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392/November 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kompilasi Khotbah Jumat Tanggal 04, 11, 18, 25 Ikha 1392 HS/Oktober 2013 Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392/November 2013"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

Diterbitkan oleh Sekretaris Isyaat Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia Badan Hukum Penetapan Menteri Kehakiman RI No. JA/5/23/13 tgl. 13 Maret 1953

Pelindung dan Penasehat:

Amir Jemaat Ahmadiyah Indonesia

Penanggung Jawab:

Sekretaris Isyaat PB

Penerjemahan oleh:

Mln. Ataul Ghalib Yudi Hadiana Mln. Fadhal Ahmad Nuruddin

Editor:

Mln. Dildaar Ahmad Dartono Ruhdiyat Ayyubi Ahmad

C. Sofyan Nurzaman

Desain Cover dan type setting:

Dildaar Ahmad dan Rahmat Nasir Jayaprawira

(2)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 2

DAFTAR ISI

Judul Khotbah Jumat 04 Oktober 2013: Jalsah Salanah

Australia

Judul Ikhtisar Khotbah Jumat 11 Oktober 2013:

Berjuang Memenuhi Syarat-Syarat Baiat

Judul Khotbah Jumat 18 Oktober 2013: Sifat-Sifat

Utama dari Hamba-Hamba Allah yang Sejati

Judul Ikhtisar Khotbah Jumat 25 Oktober 2013:

Membangun Masjid dan Kewajiban Kita

3-23 24-37

38-63

(3)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 3

Bukti Kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud as dan Jemaat Ahmadiyah; Pesan Sejati Islam dari Jemaat Ahmadiyah dan Tujuan-tujuan Jalsah Salanah; Hakikat Ketakwaan dan Makna Syaithan; Intisari Syariat adalah Takwa dan Cara Menjadi Wali Allah; Pentingnya Tangisan dan Rintihan dalam Berdoa; Hubungan Kemarahan dengan Takabbur dan Orang yang Mulia di Sisi Allah adalah Orang Bertakwa; Menjaga Kerukunan dan Menjadi “Kesayangan Tuhan”; Pentingnya Kemajuan Akhlak dari Keadaan Nafs Ammarah; Menjadi Nafs Lawwamah dan Nafs Muthmainnah; Menjadi Pembuka “Jalan-jalan Pertablighan”; “Kabar Gembira” kepada Hadhrat Masih Mau’ud as; Pentingnya Menjalin Hubungan yang Kuat dengan Hadhrat Masih Mau’ud as; Karamah (Kekeramatan) Akhlak; Usahakan orang Lokal menjadi Jemaat bukan hanya keturunan Pakistan saja; Shalat Jenazah Gaib: Mukaromah Sahibzaadi Amatur Rasyiid Begum Shahibah

Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad

Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz0F1

Tanggal 04 Oktober 2013 di Masjid Baitul Huda, Sidney, Australia.

1

(4)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 4

Dengan karunia Allah Ta’ala, Jalsah Salanah Jemaat Ahmadiyah Australia dimulai hari ini. Saya mendapatkan taufik untuk ikut serta dalam Jalsah di sini setelah kira-kira tujuh tahun. Pondasi Jalsah Salanah ini telah diletakkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam sekitar 123 tahun yang lalu, sebelum hari ini. Yang diselenggarakan di sebuah kota kecil di provinsi Punjab, India. Di dalamnya hanya diikuti oleh 75 orang. Hari ini, Jalsah ini diselenggarakan di sebuah wilayah yang besar di dunia, yang di dalamnya ikut serta negara-negara besar dan negara-negara kecil juga. Negara-negara kaya dan negara-negara miskin juga. Tidak ada benua di dunia ini, dimana Jalsah Salanah tidak diselenggarakan di dalamnya.

Sungguh, Jalsah ini diselenggarakan di berbagai penjuru dunia dan berbagai negara, karena sebagaimana Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: “Jangan beranggapan Jalsah ini seperti pertemuan biasa. Ini adalah perkara yang murni berdasarkan pertolongan Yang Maha Benar dan untuk meninggikan kalimah Islam. Allah Ta’ala telah meletakkan batu pondasi Silsilah (mata rantai gerakan) ini dengan tangan-Nya sendiri.”1F2

Jadi, penyelenggaraan Jalsah-jalsah di dunia bukan hanya untuk mengumpulkan orang-orang, melainkan merupakan bukti kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud as; ia merupakan bukti kebenaran Jemaat Ahmadiyah; ia merupakan dalil sempurnanya nubuwatan Hadhrat s.a.w. dengan cara yang sangat agung; dan ia juga merupakan dalil sempurnanya firman Allah Ta’ala

dengan tanda-tanda yang paling cemerlang.

Kata-kata Hadhrat Masih Mau’ud, “Batu pondasi Jemaat ini telah Allah Ta’ala letakkan dengan tangan-Nya sendiri” bukan hanya kata-kata semata, melainkan saat ini, kata-kata ini memperlihatkan pemandangan dukungan dan pertolongan Allah Ta’ala terhadap Hadhrat Masih Mau’ud as di setiap terbitnya hari yang baru.

2

(5)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 5

Orang-orang meminta bukti kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalatu was salaam. Jika mata mereka tidak tertutup, andai tidak ada tutupan pada hati dan akal mereka, maka penyelenggaraan Jalsah-jalsah yang berlangsung di berbagai penjuru dunia ini merupakan bukti yang sangat besar atas kebenaran beliau as. Yakni, jalsah yang 123 tahun lalu diselenggarakan di sebuah kampung kecil di Qadian ini, sekarang diselenggarakan di seluruh benua. Diselanggarakan di benua-benua di dunia, dilaksanakan di kota besar di benua dan di negara yang jaraknya ribuan mil dari sana (Qadian). Ribuan laki-laki, perempuan, dan anak-anak ikut serta di dalamnya.

Sekitar satu bulan yang lalu, Jalsah ini telah diselenggarakan di ibu kota negara [Inggris] yang dalam jangka waktu lama telah memerintah India, dimana beberapa pegawai dan pendetanya telah mengadakan persidangan-persidangan atas Hadhrat Masih Mau’ud as. Beliau juga di tarik ke pengadilan. Tetapi saat ini, para pegawai dan pemimpin pemerintahan di negeri itu, bahkan para pendetanya tidak bisa tinggal diam tanpa mengakui bahwa pesan Jemaat Ahmadiyah merupakan pesan untuk menyatukan bangsa-bangsa dan orang-orang di dunia. Pesan cinta, kasih sayang, dan persaudaraan, dan hendaknya pesan ini disebarkan ke seluruh dunia.

Oleh karena itu, Amerika, yang dianggap negara yang memiliki kekuatan besar di dunia, para petinggi pemerintahannya juga datang ke Jalsah kita, dan melalui kesan pesannya mengatakan bahwa mereka mengetahui pesan sejati Islam dari Jemaat Ahmadiyah. Jadi, Jalsah ini menjadi sarana kemajuan dalam ilmu, jasmani dan ruhani bagi orang-orang Ahmadi. Seharusnya memang demikian. Juga untuk memperkenalkan orang ghair Ahmadi akan keindahan-keindahan Islam, sehingga menyempurnakan kata-kata Hadhrat Masih Mau’ud dengan sangat agung, bahwa Jalsah ini murni berdasarkan dukungan Allah Ta’ala, berdasarkan keluhuran

(6)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 6

kalimah Islam, dan untuk meninggikan nama Islam, juga merupakan sarana untuk membuktikan bahwa Islam adalah agama yang paling tinggi dan paling mulia.

Jadi, ketika pada zaman sekarang ini orang-orang ghair juga mengakui keindahan Islam yang ditampilkan oleh Jemaat Ahmadiyah — yang merupakan Islam hakiki, dan sesuai dengan ajaran Al-Qur’an al-Karim — maka tidakkah seorang Ahmadi menyadari bahwa tanggung jawabnya hendaknya meningkat lebih dari sebelumnya? Dari segi ini, tanggung jawab seorang Ahmadi meningkat beberapa kali lipat, yakni hendaklah dengan mengikuti Jalsah ini mereka menjadikannya sebagai sarana untuk meningkatkan ilmu, amal, keyakinan, dan hubungan keruhanian mereka beberapa kali lipat.

Hadhrat Masih Mau’ud as menjelaskan mengenai tujuan-tujuan Jalsah, “Setelah ikut serta di dalamnya jadilah kalian contoh dalam hal ketakwaan dan rasa takut kepada Allah. Hendaklah Jalsah ini menimbulkan rasa takut kepada Allah di dalam diri kalian. Jadilah kalian contoh bagi orang lain dalam hal kelembutan hati, kecintaan, dan persaudaraan. Tegakkanlah suatu contoh persaudaraan. Ciptakanlah kerendahan hati. Timbulkanlah di dalam diri kailan semangat dan gelora untuk mengkhidmati agama. Berusahalah untuk menciptakan hubungan yang hidup dengan Allah Ta’ala. Pada hari-hari Jalsah ini periksalah janji bai’at kalian, yang di dalam janji itu selain huququllah (hak-hak Allah) penting juga untuk menaruh perhatian terhadap huququl ‘ibad (hak-hak hamba).”

Beliau bersabda, “Apakah gunanya bagiku, orang-orang yang tidak memikul perintah-perintah agama dengan hati yang jujur.”3

Jadi, ini merupakan pekerjaan yang sangat besar bagi seorang Ahmadi. Hadhrat Masih Mau’ud as datang dengan misi yang sangat besar. Jika kita ingin menunaikan hak-hak bai’at kepada beliau dan

3

Majmu’ah Isytiharat, jilid awal, hal. 363, selebaran nomor 117, penundaan jalsah 17 Desember 1893, Cetakan Rabwah

(7)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 7

menyempurnakan misi yang dibawa oleh beliau, maka kita juga harus memperhatikan dengan seksama ajaran-ajaran yang telah beliau berikan kepada kita. Kita harus berusaha untuk menyempurnakan harapan-harapan yang telah beliau harapkan dari kita. Jadi, janganlah kita menganggap bahwa dengan kita telah menjadi Ahmadi dan tujuan telah sempurna. Sekarang, setelah menjadi Ahmadi kita harus mencari hal-hal dan harapan-harapan yang Hadhrat Masih Mau’ud as inginkan dari kita. Jalsah ini 3 hari, karena dengan berkumpul bersama, ini merupakan hari-hari untuk lingkungan keruhanian. Oleh karena itu, pada hari-hari ini sambil secara khusus mencari dan mengambil manfaat dari program-program di sini, kita juga harus berusaha untuk menjadi seorang Ahmadi yang sejati, kita juga harus menginstrospeksi diri kita.

Saat ini saya akan menyebutkan beberapa perkara dari daftar perkara-perkara yang menuntun kita ke arah standar yang Hadhrat Masih Mau’ud harapkan dari kita. Saya akan mengemukakannya di hadapan Saudara-saudara. Beliau menjelaskan mengenai salah satu tujuan Jalsah, yakni agar di dalam hati orang-orang yang datang timbul ketakwaan. Apakah takwa itu? Mengenainya beliau as menjelaskan: “Takwa bukanlah sesuatu yang kecil. Dengannya bisa melawan seluruh syaithan yang menguasai seluruh kekuatan dan kemampuan dalam diri manusia. Pada kondisi nafs amarah, semua kekuatan ini merupakan syaithan di dalam diri manusia.”

Nafs ammarah adalah nafs yang berulangkali membawa manusia ke arah keburukan, bukannya menaati perintah-perintah Allah Ta’ala, justru menarik perhatian kepada hal tidak bermalu yang disebarkan syaithan di dunia. Memperlihatkan keburukan-keburukan nampak indah. [Hadhrat Masih Mau’ud] bersabda bahwa “Inilah syaithan [dalam diri manusia] yang setiap waktu terus menyesatkan kalian.”

Beliau bersabda bahwa inilah kekuatan-kekuatan manusia yang terus menerus menipu manusia. “Jika tidak diperbaiki, maka akan

(8)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 8

menjadikan manusia sebagai budak”. Beliau bersabda, “Ilmu dan akal pun jika digunakan dengan cara yang buruk, maka akan menjadi syaithan” -- Sebagian orang bangga dengan ilmu dan akal mereka, kebanggaan ini menjadikan mereka syaithan, dan ilmu serta akal inipun menjadi syaithan -- “Merupakan tugas seorang muttaqi untuk meluruskan kemampuan-kemampuan itu.” (Malfuzat jilid awal, hal. 21, Edisi 2003, Cetakan Rabwah)

Yakni harus meluruskan kemampuan-kemampuan yang didapatkan dari Allah Ta’ala, harus menggunakannya pada kesempatan yang benar dan dengan adil. Jika ini dilakukan, maka inilah takwa.

Kemudian beliau as bersabda, “Untuk Jemaat, kita secara khusus memerlukan takwa. Khususnya dengan pemikiran bahwa mereka menjalin hubungan dengan dan baiat kepada orang yang telah mendakwakan sebagai ma’mur (utusan). Agar orang-orang yang terjerumus dalam kebencian, kedengkian, dan kemusyrikan terselamatkan dari semua bencana itu.” (Malfuzhat jilid awal, hal. 7, edisi 2003, terbitan Rabwah)

Jadi, kendati telah baiat sekalipun, jika tidak ada perubahan suci maka tujuan yang yang untuk itu mereka baiat belumlah terpenuhi.

Pada suatu tempat, sambil memberikan penjelasan mengenai takwa dan memberikan nasehat kepada kita, beliau bersabda: “Hendaklah mereka menempuh takwa, karena takwa adalah sesuatu yang dapat dikatakan sebagai rangkuman dari pada syariat. Jika kita ingin menjelaskan syariat secara ringkas, maka intisari dari syariat adalah takwa. Ada banyak derajat dan tingkatan takwa. Tetapi jika dengan menjadi pencari [Tuhan] yang sejati dan menempuh tingkatan dan tahapan awal dengan istiqamah (teguh) dan tulus, maka karena jalan dan pencarian sejati tersebut ia akan mendapatkan derajat yang paling tinggi. Allah Ta’ala berfirman:

(9)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 9

muttaqi (QS. Al-Maaidah: 28). Ini merupakan Nya, dan janji-janji itu tidak akan diingkari.”

Allah Ta’ala tidak akan mengingkari janji. “Sebagaimana Dia

berfirman: ‘innAllaha laa yukhliful mii’aad’ –

“Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (QS. Ar-Raad’ : 32). Jadi dalam hal-hal dimana ketakwaan merupakan syarat yang tidak bisa dipisahkan untuk terkabulnya doa, maka alangkah bodoh dan dungunya orang-orang yang lalai dan tersesat tetapi mengharapkan pengabulan doa. Oleh karena itu, sejauh mungkin setiap orang dalam jemaatku mestilah melangkahkan kaki di jalan ketakwaan, agar memperoleh kebahagiaan sebagai hasil pengabulan doa dan mendapat bagian dalam peningkatan iman.”3F

4

Kemudian beliau bersabda: “Hendaklah manusia menggunakan kekuatannya setiap waktu. Jika kekuatan yang diberikan kepada manusia ini ia gunakan maka sungguh ia dapat menjadi wali. Dengan sungguh-sungguh aku katakan bahwa di dalam umat ini muncul orang yang memiliki kekuatan besar, yang dipenuhi dengan nur kebenaran dan kesucian. Oleh karena itu janganlah ada orang yang menganggap dirinya kehilangan kekuatan itu. Apakah Allah Ta’ala telah menerbitkan suatu daftar yang dari daftar itu bisa dianggap bahwa kita tidak akan mendapatkan berkat-berkat itu?”

Yakni si fulan memperoleh dan kita tidak bisa memperolehnya, tidak ada daftar semacam itu.

Selanjutnya beliau bersabda, “Allah Ta’ala Maha Pemurah, kemahapemurahan-Nya seperti samudra sangat dalam yang tidak pernah bisa habis. Orang yang mengejar dan mencari-Nya tidak akan pernah luput tidak mendapatkan-Nya. Karena itu hendaklah kalian bangun pada waktu malam dan mintalah dalam doa dan mohonlah karunia-Nya. Dalam setiap shalat ada beberapa kesempatan untuk berdoa. Dalam rukuk, qiyam (berdiri), duduk,

4

(10)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 10

sujud, dan yang lainnya. Shalat ini dikerjakan 5 kali sehari semalam. Shubuh, zhuhur, ashar, maghrib, dan isya. Selain itu, ada shalat isyraq dan shalat tahajjud. Ini semua adalah kesempatan-kesempatan untuk berdoa.”5

Beliau bersabda “Tidak semua orang bisa memahami hal ini. Ketika seseorang merebah di pintu Allah Ta’ala, lalu dengan penuh kerendahan hati dan kekhusyukan ia mengemukakan keadaannya di hadapan-Nya dan memohon untuk keinginan-keinginannya, maka sifat Pemurah Allah Ta’ala akan tergerak dan orang itu akan dikasihani. Susu karunia dan kemurahan Allah Ta’ala juga menuntut adanya tangisan dan rintihan. Untuk itu, hendaklah memperlihatkan mata yang penuh tangis di hadapan-Nya.”

Dalam menjelaskan mengenai tujuan dan intisari shalat adalah doa, beliau as bersabda: “Tujuan dan intisari sebenarnya dari shalat adalah doa. Berdoa sangatlah sesuai dengan hukum qudrat Allah Ta’ala. Sebagai contoh: pada umumnya kita menyaksikan bahwa jika anak yang menangis dan memperlihatkan kegelisahan, maka sang ibu sedemikian rupa gelisah lalu menyusuinya. Seperti itu juga hubungan antara uluhiyyat dan ubudiyyat” – yakni seperti itu pulalah hubungan antara Allah dengan hamba-Nya.

6

Beliau bersabda: “Pemikiran sebagian orang bahwa dengan menangis di hadapan Allah Ta’ala tidak akan mendapatkan apa pun adalah sangat keliru dan bathil. Orang-orang semacam itu tidak beriman kepada keberadaan Allah Ta’ala dan Sifat-sifat kemahakuasaan-Nya. Jika dalam diri mereka terdapat keimanan,

Kemudian beliau bersabda bahwa sebagian orang berpikiran dengan tangisan dan doa-doa mungkin mereka tidak akan mendapatkan apa-apa. Dewasa ini, atheisme dengan sangat cepat mulai menimbulkan pemikiran semacam itu di dalam diri para pemuda dan sebagian orang.

5

Malfuzat jilid awal, hal. 233-234, edisi 2003, terbitan Rabwah 6

(11)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 11

maka mereka tidak akan berani berkata seperti itu. Kapan pun ada orang yang datang ke hadapan Allah Ta’ala, dan ia kembali dengan taubat yang sejati maka Allah Ta’ala senantiasa memberikan karunia-Nya kepadanya. Sungguh benar perkataan seseorang (dalam bahasa Persia):

Pecinta macam apakah ini, yang kekasihnya bahkan tidak [khawatir] melihat keadaannya.

Wahai kawan! Rasa sakit pun tidak ada, padahal penyembuhnya ada. Di dalam diri kalian tidak timbul perasaan sakit,

padahal Allah Ta’ala itu ada untuk menyembuhkan.” Beliau bersabda: “Allah Ta’ala menghendaki agar kalian datang ke hadapan-Nya dengan hati yang suci. Syaratnya hanyalah jadikan diri kalian sesuai dengan-Nya, dan perubahan sejati yang dapat menjadikan seseorang hadir di hadapan Allah Ta’ala, perlihatkanlah perubahan itu di dalam diri kalian. Dengan sebenar-benarnya aku katakan kepada kalian bahwa Allah Ta’ala memiliki kekuasaan menakjubkan yang di dalamnya terdapat karunia dan berkat-berkat yang tiada berkesudahan. Tetapi, untuk melihat dan mendapatkannya ciptakanlah mata kecintaan. Jika ada kecintaan yang sejati, maka Allah Ta’ala sangat mendengar terhadap doa-doa dan Dia akan menolong.”7

Kemudian dalam menarik perhatian kepada sikap rendah hati beliau bersabda: “Syarat untuk seorang ahli takwa adalah

7

(12)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 12

hendaknya ia menjalani kehidupannya dalam kepapaan dan kemiskinan. Ini merupakan satu cabang takwa yang dengannya kita harus melawan kemarahan yang tidak jaiz (tidak benar atau tidak pada tempatnya). Tujuan akhir dari orang-orang arif bijaksana dan orang-orang shiddiq (benar) adalah terhindar dari kemarahan. Kebanggaan diri dan arogansi timbul dari kemarahan yang tak terkendali.” Yakni kesombongan dan takabur timbul dari kemarahan yang tak terkendali. “Demikian pula, kadangkala kemarahan yang tak terkendali itu timbul sebagai akibat dari kebanggaan diri dan kesombongan.” Yakni kemarahan juga timbul akibat sifat takabur dan karena takabur timbullah kemarahan.

Beliau as bersabda: “Karena ghadhab (kemarahan) ini timbul ketika seseorang menganggap dirinya lebih utama daripada orang lain, maka aku tidak menghendaki orang-orang dalam jemaatku menganggap satu sama lain lebih kecil atau lebih besar, atau saling menyombongkan diri satu sama lain, dan memandang dengan pandangan yang rendah. Allah Ta’ala mengetahui siapakah yang besar dan siapa yang lebih kecil. Ini merupakan satu macam penghinaan, yang di dalamnya terdapat cemoohan, dan dikhawatirkan cemoohan ini seperti biji yang tumbuh menjadi tunas lalu menjadi sebuah pohon. Seperti itulah cemoohan ini akan tumbuh, dan manakala cemoohan ini tumbuh berkembang maka ia akan membinasakan seseorang. Sebagian orang ketika bertemu dengan orang besar mereka menampilkan penghormatan yang luar biasa.”

Yakni jika bertemu dengan orang besar, mereka bersikap penuh hormat dan memperlihatkan akhlak yang sangat baik. “Tetapi orang besar adalah ia yang mendengarkan perkataan orang-orang miskin dengan rendah hati, membuatnya gembira, menghormati kata-katanya, tidak pernah mengeluarkan kata-kata meremehkan yang karenanya timbul rasa sakit. Allah Ta’ala berfirman:

(13)

panggil-K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 13

memanggil dengan nama buruk. Seburuk-buruknya nama adalah fasik sesudah beriman, dan barangsiapa tidak bertaubat, mereka itulah orang yang aniaya.” (QS. Al-Hujurat : 12).

“Janganlah kalian memanggil satu sama lain dengan nama yang buruk, karena ini merupakan perbuatan fasiq” – adalah perbuatan orang yang telah melupakan agama dan orang yang telah menjadi sangat jauh [dari agama]. “Orang yang mengejek orang lain tidak akan mati sebelum ia sendiri mengalami hal serupa dengan ejekan itu. Janganlah menganggap saudara-saudara kalian hina. Manakala semua orang minum dari mata air yang sama, maka siapa yang tahu bahwa siapa yang memiliki nasib baik meminum lebih banyak [dari yang lain].” Yakni kita semua adalah hamba Allah, manakala semua orang mendapatkan karunia dari Allah Ta’ala, maka siapa yang tahu siapa yang mendapat karunia lebih banyak [dari yang lain].

“Kehormatan dan kebesaran tidak bisa didapat dengan asas-asas duniawi, menurut Allah Ta’ala, orang yang besar adalah orang

yang bertakwa. Sesungguhnya yang paling mulia

di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian – (QS. Al-Hujurat : 14).”7F8

Kemudian dalam suatu kesempatan, sembari memberikan nasehat kepada para anggota Jema’at beliau bersabda: “Allah Ta’ala tidak peduli kepada siapapun kecuali hamba-hamba yang shaleh. Ciptakanlah persaudaraan dan kecintaan satu sama lain. Tinggalkanlah perilaku biadab dan pertentangan. Hindarilah segala jenis ejekan dan olok-olok, karena memperolok-olok itu menjauhkan hati nurani manusia dari kebenaran dan mengantarkan menuju kearah keadaan yang ruwet. Perlakukanlah satu sama lain di antara kalian dengan hormat. Setiap orang harus mengutamakan ketentraman orang lain dari pada ketentramannya sendiri.”

Ini merupakan perkara yang sangat besar.

8

(14)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 14

“Ciptakanlah suatu perdamaian sejati dengan Allah Ta’ala.” Yakni janganlah melawan Allah Ta’ala, perdamaian sejati dengan Allah Ta’ala adalah mengamalkan perintah-perintah-Nya dan memenuhi kewajiban beribadah kepada-Nya, serta memenuhi hak-hak hamba-hamba-Nya. “Kembalilah pada ketaatan kepada-Nya. Kemurkaan Allah Ta’ala sedang turun di bumi, dan orang yang selamat dari kemurkaan itu adalah orang yang secara sempurna bertaubat dari seluruh dosanya dan datang ke hadapan-Nya.

Kalian ingatlah! Jika kalian mengabdikan diri untuk memenuhi firman-Nya, dan berusaha untuk mendukung agama-Nya maka Tuhan akan menjauhkan seluruh penghalang dan kalian akan berhasil. Tidakkah kalian menyaksikan bagaimana petani mencabut dan melempar gulma (rumput pengganggu tanaman) demi tanaman-tanaman yang baik? Ia memperindah dan memelihara kebunnya dengan pepohonan dan tanaman-tanaman yang tumbuh dengan baik. Ia menghindarkannya dari setiap hal yang merusaknya. Tetapi terhadap pohon-pohon dan tanaman yang tidak menghasilkan buah dan mulai layu serta mengering, pemiliknya tidak peduli apakah ada hewan ternak yang datang dan memakannya atau ada penebang kayu yang memotong dan melemparkannya ke dalam tungku.

Demikianlah, kalian pun harus ingat, jika kalian ditetapkan di hadapan Tuhan sebagai orang yang benar, maka janganlah penentangan seseorang membuat kalian menderita. Jika kalian tidak memperbaiki keadaan kalian dan tidak mengikat janji sejati untuk menaati Allah Ta’ala, maka Allah Ta’ala tidak akan peduli. Setiap hari ada ribuan domba dan kambing yang disembelih, tetapi tidak ada yang mengasihaninya. Tetapi jika seorang manusia dibunuh, maka dilakukan penyelidikan sedemikian rupa.”

Yakni jika ada seorang manusia yang dibunuh, maka dilakukan investigasi, dipertanyakan hukumnya. Tetapi jika ada hewan yang disembelih, tidak ada yang mengasihaninya.

(15)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 15

“Jadi, jika kalian menjadikan diri kalian tidak berguna dan lalai seperti binatang liar maka kalian pun akan mengalami hal yang serupa [dengan hewan yang disembelih itu]. Hendaklah kalian termasuk ke dalam orang-orang kesayangan Tuhan agar tidak ada wabah atau bencana yang berani menyentuh kalian. Karena tidak ada sesuatu yang dapat terjadi tanpa seizin Allah Ta’ala.

Singkirkanlah setiap pertengkaran dan permusuhan di antara kalian, karena sekarang ini adalah waktu kalian untuk berpaling dari hal-hal yang rendah dan sibuk dalam pekerjaan-pekerjaan yang penting dan agung….Ini adalah wasiyatku. Ingatlah hal ini sebagai wasiyat. Sekali-kali janganlah kalian menggunakan keganasan dan kekerasan, melainkan buatlah setiap orang mengerti dengan kelembutan, kerendahan hati, dan akhlak.”8F9

Kemudian dalam menarik perhatian anggota Jemaat kepada kemajuan akhlak beliau as bersabda:

“Jadi, patutlah [anggota] Jemaatku agar mereka maju dalam

akhlak mereka, karena terkenal [perkataan]

Al-istiqaamatu fauqal karaamah (keteguhan itu lebih tinggi dari pada karamah). Hendaklah mereka ingat, bahwa jika ada orang yang melakukan kekerasan terhadap mereka maka sebisa mungkin berikanlah jawaban dengan kelembutan dan kehalusan. Tidak perlu melakukan kekerasan dan pemaksaan untuk membalas dendam.”

Ini adalah sebuah pelajaran yang harus kita berikan kepada dunia bahwa ini adalah standar untuk menegakkan kedamaian di dunia, dan dunia kemudian akan menyukainya. Tetapi contoh-contoh amalan kita juga hendaknya seperti demikian.

Bersabda: “Di dalam diri manusia terdapat nafs juga. Ada 3 macam nafs: ammarah, lawwaamah, dan muthmainnah. Dalam kondisi nafs ammarah, manusia tidak bisa mengendalikan hasrat-hasrat dan dorongan-dorongan pribadinya.”

9

(16)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 16

Seperti telah saya katakan sebelumnya, ia keluar dari pertimbangan akal dan keadaan akhlaknya terpuruk.

“Tetapi dalam kondisi lawwamah, ia dapat mulai mengendalikan dirinya.” Berulangkali hati mengutuk karena ia telah melakukan keburukan.

“Saya teringat sebuah hikayat yang telah Saadi tulis dalam bukunya, Bostan. Yakni seekor anjing telah menggigit seorang suci. Ia sampai di rumah, maka orang rumah melihat bahwa anjing telah menggigitnya. Ada juga seorang gadis kecil yang polos. Ia bertanya, ‘Mengapa Tuan tidak menggigit balik anjing itu?’ Sang suci menjawab, ‘Nak, manusia itu tidak seperti anjing.’ Oleh karena itu, bila ada yang mencaci-maki dengan buruk, setiap mukmin haruslah berpaling darinya. Jika tidak, maka akan menjadi benarlah contoh mengenai tindakan manusia yang menyerupai anjing tersebut. Orang-orang yang dekat dengan Tuhan dicaci maki dengan luar biasa, diganggu dengan cara yang sangat buruk, tetapi mereka

diperintahkan untuk berpaling, , -- dan

berpalinglah dari orang-orang yang bodoh (QS. Al-‘Araaf : 200). Insan kamil, yakni Nabi kita Muhammad saw sendiri dianiaya dengan cara yang sangat buruk, beliau dicaci maki, dihina, dan dicemoohkan, tetapi apa yang dilakukan oleh pribadi yang merupakan perwujudan khulq (akhlak luhur) itu untuk menghadipinya? Beliau berdoa untuk mereka. Dan karena Allah Ta’ala telah berjanji bahwa jika beliau menghindari orang-orang yang jahil, maka Dia akan menyelamatkan kehormatan serta jiwa beliau, dan orang-orang gelandangan jalanan ini tidak akan bisa menyerang beliau, oleh karena itu demikianlah yang terjadi, yakni para penentang beliau tidak dapat merusak kehormatan beliau dan mereka sendiri yang terhina kemudian tersungkur di kaki beliau atau hancur di hadapan beliau.

Pendek kata, ini adalah sifat lawwaamah yang memperbaiki manusia dalam dilema [antara kebaikan dan keburukan]. Dalam

(17)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 17

kejadian sehari-hari, jika ada orang bodoh (jahil) yang mencaci maki, atau ada orang yang melakukan keburukan, maka sejauh mana orang-orang itu dihindari, dengan itu kalian akan menyelamatkan kehormatan, dan sejauh mana kalian melawannya maka kalian akan hancur dan akan mengalami kehinaan.

Dalam kondisi nafs muthmainnah (jiwa yang tentram) manusia menjadi pemilik kebaikan. Ia menjadi terputus dengan dunia dan seluruh perkara selain Allah Ta’ala. Ia berjalan di bumi dan bertemu dengan orang-orang dunia, tetapi pada hakikatnya ia tidak ada di dunia ini, tempatnya berada adalah dunia yang lain, langit dan bumi di sana adalah langit dan bumi yang berbeda.” (Malfuzat jilid awal, hal. 64, edisi 2003, terbitan Rabwah)

Hadhrat Masih Mau’ud as datang untuk menciptakan langit baru dan bumi baru ini. Jadi jika setiap orang di antara kita dapat mengendalikan dirinya maka dimana kita mengembangkan hubungan-hubungan kita, kecintaan, dan kasih-sayang, tentu kita juga akan menjadi pembuka jalan-jalan pertablighan.

Dengan sangat menyesal terpaksa saya katakan, bahwa sebagian orang mulai bertengkar dan berselisih karena hal yang sepele. Peristiwa-peristiwa ini terjadi juga ketika Jalsah. Semua hal ini merusak kesucian Jalsah. Dari sini pun datang pengaduan kepada saya bahwa beberapa orang meninggalkan tempat Jalsah menuju tempat parkir dan di sana terjadi pertengkaran dalam persoalan pribadi, keluarga, dan urusan bisnis. Terjadi perselisihan karena hal tersebut. Mereka telah merusak lingkungan Jalsah yang suci.

Ketika mereka keluar, mereka lupa untuk apa mereka datang [ke Jalsah] dan setelah melakukan apa mereka pergi. Karena itu, ingatlah selalu bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as tidak hanya menekankan untuk bersabar dan menahan diri di hadapan orang-orang ghair, melainkan di antara sesama juga. Al-Qur’an al-Karim menyatakan : – yakni “biasakanlah berkasih sayang dan saling mencintai di antara kalian juga”, tingkatkanlah itu lebih dari

(18)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 18

pada sebelumnya, dan lakukanlah itu lebih dari pada orang lain. Penekanan yang sangat besar telah diberikan kepada hal ini. Dari segi ini juga, hendaklah setiap orang dari kita terus menerus menginstrospeksi dirinya.

Kemudian sambil memberikan kabar suka kepada orang-orang yang setelah bergabung dengan Jemaat beliau, mereka berusaha keras untuk mengamalkan ajaran beliau, beliau as bersabda:

“Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an al-Karim

. -- dan akan menjadikan orang-orang yang mengikuti engkau di atas orang yang ingkar hingga hari kiamat. (QS. Ali-Imran: 56). Janji yang memberikan ketentraman ini diberikan kepada Isa ibnu Masyam yang lahir di Nazaret. Tetapi aku sampaikan kabar gembira kepada kalian bahwa kepada Ibnu Maryam yang datang dengan nama Isa Almasih pun Allah Ta’ala telah memberikan kabar suka dengan kata-kata itu juga. Sekarang kalian renungkanlah, orang-orang yang menjalin hubungan denganku dan ingin termasuk ke dalam janji agung ini, apakah bisa di antara orang-orang yang berada dalam tingkatan nafs ammarah dan menempuh jalan-jalan fasiq dan jahat? Tidak, sama sekali tidak. Orang yang benar-benar menghargai janji Allah Ta’ala tersebut, dan tidak menganggap perkataanku sebagai dongeng, maka hendaklah ingat dan dengarkanlah dengan hati, sekali lagi aku katakan kepada orang-orang yang menjalin hubungan denganku, dan hubungan itu bukan hubungan yang biasa, melainkan hubungan yang sangat kuat, dan hubungan itu tidak hanya dengan pribadiku melainkan sampai juga kepada Wujud Yang telah menyampaikanku kepada Insan kamil [Nabi Muhammad saw.] yang telah datang untuk membawa ruh dan jalan kebenaran.

Aku mengatakan, bahwa jika pengaruh dari hal-hal itu sampai kepada diriku maka sedikitpun aku tidak merasa khawatir dan tidak pula peduli. Tetapi tidak cukup sampai di sini, pengaruhnya sampai juga kepada Nabi Karim s.a.w. dan kepada Dzat Allah Ta’ala Sendiri.

(19)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 19

Jadi, dalam kondisi itu kalian dengarkanlah dengan seksama bahwa jika kalian ingin termasuk ke dalam kabar suka tersebut, berharap menjadi penggenapannya, dan di dalam diri kalian terdapat rasa haus sejati akan keberhasilan besar itu -- (yakni, senantiasa unggul atas orang kafir hingga hari kiamat) -- maka aku katakan bahwa keberhasilan ini tidak akan diperoleh sebelum kalian melewati nafs lawwaamah dan sampai ke menara nafs muthmainnah. Aku tidak mengatakan hal lain lebih dari itu. Kalian menjalin hubungan dengan orang yang merupakan ma’mur minallaah (utusan Allah). Karena itu dengarkanlah perkataannya dengan mata hati kalian dan berusaha keraslah untuk mengamalkannya agar kalian tidak termasuk ke dalam orang-orang yang setelah berikrar kemudian mereka terjatuh dalam kotornya keingkaran lalu mereka membeli azab yang abadi.”10

Nasihatku selanjutnya adalah tunjukanlah akhlak yang yang baik dan tunjukanlah karamah kalian. Jika ada yang mengatakan bahwa ia tidak ingin menjadi karamah (keramat/mulia) maka ingatlah bahwa syaithan telah menipunya. Karamah maksudnya bukanlah membanggakan diri dan sombong. Dengan karamah, orang-orang mengetahui kebenaran dan hakikat agama Islam dan mendapatkan hidayah (petunjuk). Kemudian aku katakan kepada kalian bahwa membanggakan diri dan sombong tidaklah termasuk ke dalam karamah akhlak. Ini adalah keragu-raguan yang dibisikkan oleh syaithan. Lihatlah, jutaan umat Islam yang nampak di berbagai Kemudian beliau bersabda: “Mengharapkan ishlah (perbaikan) dari Allah Ta’ala dan mempergunakan kemampuan [untuk perbaikan itu] merupakan jalan keimanan. Tertera dalam hadits syarif bahwa orang yang mengangkat tangannya untuk berdoa dengan penuh keyakinan, Allah Ta’ala tidak akan menolak doanya. Karena itu memohonlah kepada Allah Ta’ala, mohonlah dengan keyakinan dan niat yang benar.

10

(20)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 20

bagian dunia, apakah mereka menjadi Islam karena tajamnya pedang dan pemaksaan? Tidak, ini sangat keliru. Pengaruh dari karamah Islam itulah yang telah menarik mereka. Karamah terdiri dari berbagai macam dan jenis. Salah satu di antaranya adalah karamah akhlak, yang berhasil di setiap medan.”

Yakni menunjukkan akhlak yang baik, akan menjadi karamah. “Mereka yang masuk Islam adalah semata-mata karena menyaksikan karamah orang-orang yang bertakwa, dan mendapat pengaruh dari itu. Mereka melihat Islam dengan pandangan agung, bukan karena melihat pedang. Para peneliti besar Inggris telah menerima hal ini, bahwa ruh kebenaran Islam yang kuatlah yang memaksa orang-orang dari bangsa lain untuk masuk Islam.”11

Setiap orang yang berusaha untuk memperoleh standar inilah yang akan ikut serta dalam kemajuan Jemaat. Introspeksilah diri Saudara-saudara dalam hari-hari di lingkungan Jalsah ini. Setiap Ahmadi harus menginstrospeksi dirinya sejauh mana ia berusaha Jadi, jika amalan sesuai dengan ajaran [Islam]. Jika setiap perkataan dan perbuatan kita sesuai dengan ajaran Al-Qur’an al-Karim, seperti yang dikehendaki oleh Hadhrat Masih Mau’ud as dari diri kita, maka ini akan menjadi suatu sarana tabligh yang sangat besar. Hanya dengan banyaknya jumlah orang Pakistan dan beberapa orang Fiji di sini, Ahmadiyah tidak akan tersebar. Untuk bertabligh kepada orang-orang lokal juga Saudara-saudara harus menjadikan amalan Saudara-saudara sedemikian rupa sehingga timbul perhatian orang-orang kepada kita. Inipun merupakan salah satu tujuan besar dari diselenggarakannya Jalsah. Jadi, kemajuan dalam ketakwaan, memperlihatkan akhlak luhur, hubungan dengan Allah Ta’ala, perhatian kepada doa dan shalat, ini adalah hal-hal yang akan memberikan manfaat kepada para anggota Jemaat, baik secara individu ataupun secara kolektif, dimanapun Jemaat berada.

11

(21)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 21

untuk menyempurnakan nasehat-nasehat dan harapan-harapan Hadhrat Masih Mau’ud as. Setiap Ahmadi juga harus berusaha untuk mengamalkan nasehat itu dan menjadi pewaris doa-doa yang dipanjatkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as untuk Jemaat beliau. Perbanyaklah berdoa dalam hari-hari ini, bersyukurlah atas kebaikan (ihsan) Allah Ta’ala karena Dia telah memberikan taufik kepada kita untuk mengikuti Jalsah dan dengan demikian Dia memberikan kesempatan lagi kepada kita untuk memperbaiki diri.

Berdoalah agar kita tidak termasuk ke dalam orang-orang yang tidak mendapat bagian dari karunia Allah Ta’ala, melainkan termasuk ke dalam orang-orang yang memperoleh karunia-karunia Allah Ta’ala. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik kepada kita sehingga pada hari-hari Jalsah ini kita bisa mengambil karunia sebanyak-banyaknya dan menjadi pewaris doa-doa Hadhrat Masih Mau’ud as.

Setelah shalat saya juga akan mengimami shalat jenazah gaib. Yakni untuk jenazah Mukaromah Sahibzaadi Amatur Rasyiid Begum Shahibah yang merupakan putri dari Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiallaahu Ta’ala anhu dan Sayyidah Amatul Hayi Begum. Beliau adalah istri dari almarhum Muhtarom Mian Abdur Rahiim Ahmad Shahib. Beliau wafat pada tanggal 30 September di Maryland, dalam usia 95 tahun. Innaa lillahi wa inna ilaihi rooji’uun.

Beliau adalah cucu Hadhrat Masih Mau’ud as dan putri dari Hadhrat Mushlih Mau’ud ra, saudara perempuan Hadhrat Khalifatul Masih ats-Tsalits dan Khalifatul Masih ar-Raabi’. Beliau adalah bibi saya dari pihak ibu.

Beliau memiliki hubungan keluarga dengan Khalifah awal sampai Khalifah yang sekarang. Sebelumnya pun beliau memiliki hubungan yang penuh kasih-sayang dengan saya. Kemudian ketika Hadhrat Khalifatul Masih ar-Rabi menunjuk saya sebagai Amir Maqami dan Nadzir A’la, maka pada waktu itu selain kasih-sayang beliau juga meningkatkan penghormatan.

(22)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 22

Setelah saya menjadi Khalifah, maka suatu corak yang sangat menakjubkan timbul dalam hubungan ini, sehingga saya menjadi takjub. Beliau adalah seorang perempuan yang sangat ramah dan berakhlak luhur. Semoga Allah Ta’ala meninggikan derajat beliau.

Nashirat merupakan [nama organisasi] anak-anak perempuan Ahmadi. Beliau juga memiliki jasa atas mereka yang tercatat dalam sejarah Ahmadiyah. Pada tahun 1939 Majlis Nashiratul Ahmadiyah telah didirikan untuk anak-anak perempuan Ahmadi. Sadr atau pengawas yang pertama kali adalah Muhtaramah Maimunah Shufiyah Shahibah dan Sekretarisnya adalah Shahibzaadi Amatur Rasyiid Shahibah. Beliau adalah orang yang menggerakkan [pendirian Majlis Nashiratul Ahmadiyah] ini. Beliau mengatakan, “Ketika saya belajar di kelas agama, muncul ide dalam benak saya bahwa sebagaimana untuk ta’lim (pendidikan) bagi perempuan telah didirikan Lajnah Imailah, maka untuk anak-anak perempuan Ahmadi pun hendaknya ada suatu organisasi. Karena itu saya menyampaikan keinginan ini kepada istri dari Malik Saifur Rahman Shahib dan istri dari Muhtarom Hafidz Basyiruddin Ubaidillah Shahib dan juga kepada saudara-saudara perempuan sekelas. Kami bertemu dan membentuk sebuah Anjuman untuk anak-anak perempuan Ahmadi, yang dengan persetujuan Hadhrat Khalifatul Masih Ats-tsani dinamakan Nashiratul Ahmadiyah.”

Bahkan ketika sedang ada pertemuan untuk majlis ini, Hadhrat Khalifatul Masih ats-Tsani lewat. Beliau bertanya, “Ini pertemuan apa?” Shahibzaadi Amatur Rasyiid Shahibah menjawab, “Ini adalah [pertemuan] untuk organisasi Lajnah muda.” Beliau mengatakan, “Tidak! [hendaknya namanya bukan organisasi Lajnah muda].” Maka pengajar memohon ijin untuk gerakan ini, kemudian secara formal Hadhrat Khalifatul Masih ats-Tsani mengusulkan nama Nashiratul Ahmadiyah, maka berdirilah organisasi ini.”

Semua orang mengatakan bahwa beliau adalah seorang yang sangat sederhana dan perhatian terhadap orang miskin. Sifat

(23)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 23

pelayanan terhadap tamu sangatlah kentara, khususnya pada saat Jalsah. Beliau biasa menyediakan seluruh rumah beliau untuk para tamu. Beliau sendiri dengan seluruh keluarga beliau pindah ke toko. Bahkan kadang-kadang saya melihat beliau tidak pindah ke toko, beliau menyerahkan seluruh rumah untuk para tamu dan beliau dan keluarga mendirikan tenda di luar.

Beliau berusaha keras untuk melayani para tamu, dan ini merupakan sifat beliau yang luar biasa. Beliau melayani semua tamu tanpa membedakan yang kaya dan yang miskin. Beliau sangat memperhatikan orang miskin. Beliau menghadapi mereka dengan sangat gembira. Beberapa dari antara anak-anak yang beliau rawat mengatakan bahwa mereka diperlakukan seperti anak kandung. Mereka dimasukkan ke sekolah-sekolah yang baik untuk mendapatkan pengajaran, merawat mereka dengan baik di rumah, memakaikan pakaian yang baik, dan beliau memperhatikan makanan mereka. Beliau mengatur pernikahan untuk beberapa gadis yatim piatu. Bagaimanapun, saya melihat sedikit sekali yang seperti beliau dalam hal perhatian terhadap orang miskin. Jika beliau mengambil tanggung jawab untuk merawat seseorang yang yatim atau miskin, maka beliau menempatkan mereka seperti anak-anak beliau sendiri.

Semoga Allah Ta’ala meninggikan derajat beliau dan memperlakukan beliau dengan pengampunan dan kasih-sayang. Anak-anak beliau terdiri dari 3 orang putri dan satu orang putra, yaitu Dr. Zahiruddin Manshur. Semuanya di Amerika. Semoga Allah Ta’ala juga menganugerahkan taufik kepada anak-anak beliau untuk berjalan mengikuti jejak ibu dan ayah mereka dan untuk melakukan kebaikan-kebaikan.

(24)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 24

Berjuang Memenuhi Syarat-Syarat Baiat

Tujuan Pengutusan Hadhrat Masih Mau’ud as; Pentingnya Para Ahmadi Mengintrospeksi Diri; Tanda Orang yang Mendapat Berkat dari Baiat yang Dilakukannya; Baiat Secara Lahiriah Tidak Cukup dan Pentingnya Standar Tinggi Ketaatan; Contoh Para Ahmadi Teladan Kebaikan; Kesan Baik Para Ahmadi Baru Setelah Menghadiri Jalsah Salanah Qadian; Kesan Hadhrat Khalifatul Masih V Atba Mengenai Para Ahmadi dari Indonesia dan Keteguhan serta Pengorbanan Mereka untuk Berusaha Menghadiri Jalsah Salanah; Lajnah Muda yang Mendahulukan Kepentingan Agama daripada Dunia Masalah Berenang bagi Wanita Ahmadi; Kejujuran dan Keteguhan Hakim Ahmadi di Ghana; Penghormatan Terhadap Pengkhidmatan Ahmadiyah; Komentar Seorang Politisi dari Sierra Leone Tentang Masa Depan Islam; Peristiwa Mullah yang Ekstrimis di India menguasai Masjid Jemaat dan meminta diikuti sebagai Imam

Ikhtisar Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad

Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz11F

12

Tanggal 11 Ikha 1392 HS/Oktober 2013 di Melbourne, Australia.

12

(25)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 25

Menyampaikan khotbah Jumat beliau dari Melbourne, Australia, Hadhrat Khalifatul Masih menyampaikan bahwa Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam bersabda: "Aku diutus untuk meneguhkan keimanan dan membuktikan keberadaan Tuhan kepada orang-orang, karena keadaan rohaniah setiap bangsa telah sangat melemah dan akhirat dianggap hanya dongeng. Amalan setiap orang menunjukkan bahwa ia jelas tidak memiliki keyakinan dan ketergantungan pada Allah Ta’ala dan akhirat seperti keyakinan yang ia miliki terhadap dunia dan kemegahannya serta ketergantungannya pada sarana-sarana duniawi. Lidahnya berbicara banyak tetapi hatinya dikuasai oleh kecintaan kepada dunia. Kondisi ini jugalah yang Isa as. temukan pada orang-orang Yahudi dan seperti kebiasaan, jika iman melemah maka kondisi akhlak orang-orang Yahudi telah sangat memburuk dan kecintaan kepada Allah telah mendingin. Demikian jugalah kondisi di zamanku dan aku telah dikirim supaya zaman kebenaran serta keimanan kembali dan ketakwaan tertanam dalam hati. Masalah ini adalah penyebab utama keberadaanku. Aku telah diberitahu bahwa setelah menjauh langit akan datang lebih dekat ke bumi sekali lagi.”13

Beliau bersabda iman diperkuat dengan keyakinan yang sempurna pada Tuhan, tetapi orang terlalu bergantung pada sarana duniawi. Zaman ini ketergantungan pada Allah telah menjadi sekunder (sampingan), sedangkan pentingnya orang-orang duniawi dan hal-hal duniawi menjadi yang utama. Kita mendapati inilah kondisinya ketika kita melihat sekeliling. Kita tidak hanya perlu Hadhrat Khalifatul Masih bersabda bahwa orang yang menyatakan baiat kepada Hadhrat Masih Mau'ud as perlu mengintrospeksi diri, seberapa banyak kita memenuhi tujuan kedatangan beliau. Beliau bersabda bahwa beliau telah datang untuk memperkuat keimanan, oleh karena itu kita perlu memeriksa apakah iman kita semakin menguat.

13

(26)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 26

melihat sekeliling untuk mengetahui apakah dunia lebih bergantung pada keduniawian, yang lebih penting kita perlu mengintrospeksi diri apakah kita lebih mengandalkan sarana duniawi. Jika bahkan setelah baiat kita belum mengenal Wujud Tuhan sebagaimana mestinya, tidak ada nilainya menyebut diri Ahmadi. Jika hari ini kita membuat senang penguasa duniawi lebih daripada Tuhan, maka kita tidak memenuhi tujuan kedatangan Hadhrat Masih Mau'ud as. Apakah kita mengutamakan untuk adat-adat duniawi atas agama?

Hadhrat Masih Mau'ud as bersabda: "Mereka menyatakan Allah diutamakan dari semuanya, tetapi tindakan (mereka) menunjukkan bahwa hati mereka dikuasai oleh kecintaan kepada dunia."

Hal ini dapat dilihat di sekitar, di kalangan umat Islam maupun non-Muslim bahwa kecintaan pada dunia, pengejaran (dunia) yang sia-sia dan ketidaksenonohan telah sangat menjauhkan dari mengingat Allah. Sebagai bentuk kecintaan kepada Allah, umat Islam diperintahkan shalat lima kali sehari, namun amalan mereka berbeda. Para Ahmadi harus terlebih dahulu memeriksa diri sendiri apakah mereka berusaha mengerjakan shalat sesuai dengan perintah Allah atau tidak. Jika tidak, maka kita mementahkan pendakwaan Hadhrat Masih Mau'ud as bahwa tujuan kedatangan beliau adalah untuk memperkuat keimanan kepada Allah, untuk membawa langit [rohaniah] lebih dekat ke bumi.

Memang, kekurangan iman dan amalan kita tidak merugikan pendakwaan Hadhrat Masih Mau’ud as, tetapi menghalangi kita dari, yang berhubungan dengan beliau dan membuat pernyataan kita sekadar pernyataan di lidah. Daripada meneliti keadaan iman orang lain, setiap Ahmadi perlu memeriksa dirinya berapa banyak dia telah memenuhi janji baiatnya dan tujuan Hadhrat Masih Mau’ud as serta melakukan perbuatan baik, dan sampai sejauh mana ia memenuhi janji mendahulukan iman diatas hal-hal duniawi.

Hadhrat Masih Mau’ud as menetapkan sepuluh syarat baiat. Beliau bersabda bahwa siapa saja yang ingin menjadi bagian dari

(27)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 27

Jemaat beliau harus menjaga ikatan yang kuat dengan beliau dan memenuhi sepuluh syarat tersebut. Hadhrat Masih Mau’ud as berulang kali menasehati kita, menekankan poin ini dengan penuh kepedihan, bahwa jika mereka yang menghubungkan dirinya dengan beliau tidak menanamkan perubahan nyata yang lebih baik setelah menjadi Ahmadi, maka tidak ada perbedaan antara mereka dan orang lain. Kita harus berusaha dan mencapai standar yang Hadhrat Masih Mau’ud as harapkan dari kita.

Hadhrat Masih Mau’ud as menasehati para pengikut beliau: “Manfaat baiat bukanlah secara ritual. Baiat semacam itu tidak memiliki berkat. Seseorang hanya dapat meraih keberkatan baiat ketika dia maju secara rohaniah dan menjalin hubungan kecintaan dan ketulusan dengan orang yang dia baiat kepadanya. Sangat penting untuk mengembangkan hubungan ini. Jika seorang pencari tidak mengembangkan hubungan ini dan tidak melakukan upaya maka setiap keluhannya hanyalah sia-sia. Hubungan kecintaan dan ketulusan harus dikembangkan sebanyak mungkin dan dia harus menyerap tujuan orang yang kepadanya dia baiat secara amalan dan keyakinan. Dia harus segera bergerak kepada kejujuran dan menyembah Allah dan teruslah menghisab [mengkoreksi] diri dari pagi sampai malam!”14

Setelah baiat seseorang harus mengembangkan keimanannya serta kecintaannya kepada Allah, dan karena kecintaannya kepada Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, “Jangan beranggapan bahwa Tuhan senang hanya dengan baiat seseorang. Melakukan baiat hanyalah kulit luar sedangkan intinya ada di dalam.”

Beliau bersabda, “Kondisi seseorang hendaknya jangan seperti telur yang tidak memiliki kuning atau putih [telur] dan (terpaksa) dibuang. Dia harus memeriksa diri sendiri apakah dia hanya kulit belaka atau apakah ada isi di dalam!”

14

(28)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 28

Allah ini dia harus mengembangkan kecintaan kepada Nabi yang dikasihi-Nya saw., Hadhrat Masih Mau’ud as, Khilafat dan kecintaan kepada satu sama lain.

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda bahwa standar tinggi ketaatan harus dicapai. Ketaatan tidak berarti bahwa dia menerima keputusan Khalifah-e-Waqt dan nizam Jemaat yang sesuai dengannya tetapi menolak keputusan lain yang tidak sesuai dengannya. Jika seseorang menyatakan telah baiat maka dia harus memperlihatkan ketaatan yang sempurna.

Pernyataan mengikuti orang yang kepadanya dia baiat dan menjadi seorang Muslim hanya nyata ketika dia juga mengakui bahwa segala sesuatu yang dimilikinya adalah kepunyaan Allah dan agama-Nya. Memang, melakukan baiat berarti menjual diri!

Hadhrat Masih Mau’ud as suatu kali menasehati seorang sahabat bahwa, “Perubahan adalah penting setelah mengambil baiat, dan jika tidak ada perubahan yang dilakukan maka perbuatan itu sama saja dengan mempermainkan baiat. Sesungguhnya orang yang melakukan baiat hanyalah orang yang kehidupan yang sebelumnya mati dan dia memulai kehidupan baru setelah baiat.”15

Hudhur menyampaikan beberapa contoh ini. Mubaligh kita dari Burkina Faso menulis dia pernah melakukan perjalanan ke daerah jauh di perbatasan dengan Mali, di mana ada penentangan terhadap kita. Imam masjid di sana mengatakan bahwa meskipun adanya penentangan, ia mengakui bahwa ada tiga orang Muslim baik di desa yang patut diteladani dan semuanya adalah Ahmadi. Jadi bahkan pihak penentang mau tidak mau terpaksa mengakui bahwa setelah Hadhrat Khalifatul Masih bersabda bahwa dengan karunia Allah, bahkan saat inipun kita diberikan orang-orang dengan tingkat keruhanian seperti yang dijelaskan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as yang bahkan orang lain mengakuinya.

15

(29)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 29

bergabung dengan Jemaat Ahmadiyah perubahan yang sejati timbul pada orang-orang. Contoh-contoh seperti ini yang lebih lanjut menjadi sarana tabligh. Memang, di mana pun kita hidup, kita perlu mengamalkan cara ini untuk memperluas sarana tabligh.

Seperti sabda Hadhrat Masih Mau’ud as, kita harus berupaya untuk meraih cita-cita dan standar tinggi yang beliau harapkan dari kita. Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda bahwa wajib manusia untuk membuat kondisi sedemikian rupa sehingga malaikat pun menyalaminya. Beliau bersabda bahwa setelah baiat kepada beliau seseorang harus selalu di bawah naungan keagungan Tuhan yang akan membantu menjauhkan dosa.”16

Beliau bersabda, jika seseorang tetap memikirkan dunia, tidak ada gunanya bertobat di tangan beliau, karena bertobat di tangan beliau menuntut suatu kematian, sehingga kehidupan baru dan kelahiran baru dapat diraih. Memang, hanya baiat yang tulus yang memberikan hasil. Beliau bersabda bahwa Tuhan menginginkan pernyataan baiat yang sepenuh hati. Orang yang menerima Hadhrat Masih Mau’ud as dengan tulus hati diampuni oleh Allah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang, dan dia menjadi seperti orang yang baru lahir dan malaikat melindunginya.17

Hadhrat Masih Mau’ud as menasehati pengikut beliau, bahwa setelah mereka menerima beliau, mereka harus mulai menjalani hidup mereka dengan cara yang sama sekali baru.18

16

Malfuzhat, Ruhani Khazain jilid 2, halaman 397, edisi 2003 17

Malfuzhat, Ruhani Khazain jilid 2, halaman 194, edisi 2003 18

Malfuzhat, Ruhani Khazain jilid 2, halaman 195, edisi 2003

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: "Hakikat baiat harus sepenuhnya dipahami dan harus dilaksanakan. Dan hakikat baiat adalah bahwa orang yang baiat menanamkan perubahan tulus, serta takut kepada Tuhan, dan setelah mengetahui tujuannya yang sejati menunjukkan contoh yang murni.

(30)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 30

Jika gagal melakukan ini, tidak ada manfaatnya melakukan baiat. Sebaliknya, baiat tersebut akan menjadi sebab hukuman yang lebih besar, sebab secara sengaja tidak mematuhi perjanjian setelah membuatnya adalah sangat berbahaya."19

Hadhrat Masih Mau’ud as juga bersabda: “Melakukan baiat berarti menyadari hakikat baiat. Seseorang yang melakukan baiat secara langsung, menempatkan tangan di atas tangan, tetapi tidak mengerti atau tidak peduli tujuan sebenarnya maka baiatnya tidak berguna dan tidak memiliki arti di mata Allah. Sebaliknya, orang lain yang duduk ribuan mil jauhnya, melakukan baiat dengan tulus hati dan setelah menerima hakikat dan tujuan baiat ia menerapkan (mengamalkan) apa yang telah dia nyatakan, dan memperbaiki amalannya, orang ini seribu kali lebih baik daripada orang yang baiat secara langsung tetapi tidak menerapkannya."20

Salah satu syarat baiat adalah “Akan mengikat tali persaudaraan dengan Hadhrat Masih Mau’ud as yang melebihi semua ikatan duniawi lainnya”.

Kita harus memberikan contoh seperti yang dikutip sebelumnya di wilayah yang jauh di Afrika di mana para Ahmadi menjadi teladan yang patut dicontoh sehingga bahkan pihak lawan terpaksa mengakui mereka.

21

Orang yang melakukan baiat di negara-negara bekas-Soviet terutama sangat meningkat dalam keimanan dan ketulusan. Beberapa dari mereka menghadiri Jalsah Qadian tahun lalu dan setelah kembali ke rumah salah satu dari mereka menulis bahwa dia telah membaca tentang tempat beberkat itu dalam buku dan pernah melihatnya di TV, tetapi ketika ia menginjakkan kaki di sana ia merasakan suasana zaman Hadhrat Masih Mau’ud as datang Ini sedang diikuti di pelosok-pelosok dunia bahkan sampai hari ini.

19

Malfuzhat, Ruhani Khazain jilid 5, halaman 604-605, edisi 2003 20

Malfuzhat, Ruhani Khazain jilid 5, halaman 457, edisi 2003 21

(31)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 31

kepadanya. Dia merasa dia bisa bernafas lega dan bisa melepaskan dirinya dari seluruh dunia. Dia mengatakan tidak mungkin mengungkapkan dengan kata-kata apa yang ia rasakan.

Ahmadi lain menulis bahwa dengan karunia Allah dia mendapat taufik untuk pergi ke Qadian dan menyampaikan salam kepada Mahdi seperti yang Hadhrat Muhammad Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah perintahkan. Dia menggambarkan perasaannya mendengar adzan dari Masjid Ahmadiyah untuk pertama kalinya dan mengerjakan salat, mengunjungi makam Hadhrat Masih Mau’ud as. Dia menulis bahwa rasa syukur yang ia rasakan tidak bisa diungkapkan saat ia mengunjungi semua tempat-tempat suci di mana Hadhrat Masih Mau’ud as dulu berdoa dan tinggal. Ia mengatakan bahwa pengalaman berada di Qadian seakan berputar di sekitar kepalanya.

Hadhrat Khalifatul Masih bersabda bahwa banyak yang belum memiliki kesempatan untuk pergi ke Qadian tetapi ketulusan dan kesetiaan mereka sangat tinggi dan perhatian utama mereka adalah keruhanian mereka. Ketika Hudhur berada di Singapura beberapa minggu yang lalu banyak Ahmadi yang datang ke sana dari Indonesia. Beberapa tidak mampu membayar ongkosnya dan mereka menjual properti mereka untuk memenuhi ongkosnya. Permohonan doa mereka adalah supaya anak-anak mereka tetap teguh dalam keimanan dan tidak menyia-nyiakan apa yang telah mereka peroleh. Kecintaan mereka pada Khilafat sangat kuat dan itu adalah semata-mata demi Allah.

Menceritakan lebih banyak contoh mubayyi’in baru yang mengutamakan keimanan di atas hal-hal duniawi, Hudhur bersabda bahwa Amir Perancis menulis bahwa Abdul Aziz Sahib, seorang mubayyi’in baru sedang mencari pekerjaan ketika ia diberitahu bahwa Hadhrat Khalifatul Masih akan membuka Jalsah Salanah Jerman pada bulan Juni. Ia mengatakan ia akan menghadiri Jalsah

(32)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 32

bagaimana pun caranya karena ia memiliki keinginan kuat untuk bertemu Hadhrat Khalifatul Masih.

Ketika ia kemudian dihubungi mengenai apakah akan pergi ke Jalsah, ia mengatakan bahwa hari itu ia telah mendapatkan pekerjaan dan jika ia pergi begitu cepat setelah memulai ia bisa dipecat. Hudhur mengatakan terlepas dari situasi pengangguran di dunia, terutama di Eropa, ia masih mengatakan bahwa ia pasti akan pergi ke Jalsah, dan jika itu berarti ia kehilangan pekerjaannya, biarkanlah, ia harus bertemu dengan Hadhrat Khalifatul Masih. Dia kemudian mendapat taufik untuk baiat secara langsung.

Mubaligh kita dari Mali menulis bahwa mubayyi’in baru Adam Sahib diminta untuk menghadiri pertemuan Khuddam pada waktu yang bersamaan dimana ia ada pertemuan pekerjaan penting. Dia datang ke pertemuan Jemaat dan terlambat datang ke meeting pekerjaannya. Bosnya bisa saja kesal dengan dia, tetapi dia justru senang melihatnya dan juga memberinya sepeda motor sebagai hadiah. Adam Sahib percaya ini terjadi sebagai berkah dari Ahmadiyah.

Hadhrat Khalifatul Masih bersabda bahwa ia bertemu dengan beberapa orang di Jalsah Australia, beberapa dari mereka berasal dari Fiji, yang baru dalam pekerjaan mereka, tetapi mereka meninggalkan pekerjaan untuk datang ke Jalsah, sedangkan beberapa orang di Australia sendiri tidak menghadiri Jalsah ketika mereka seharusnya datang.

Umer Sahib dari Pantai Gading menulis bahwa hari untuk Jalsah Salanah Pantai Gading semakin dekat, tetapi dia tidak punya sarana untuk melakukan perjalanan untuk itu. Dia berdoa kepada Tuhan bahwa Mahdi-Nya adalah benar dan ia ingin menghadiri Jalsah dan berdoa agar Tuhan menyediakan biaya perjalanannya. Sementara itu seorang kenalan non-Ahmadi meminta kepadanya bahwa ia juga ingin menghadiri Jalsah tersebut. Umer Sahib mendaftarkan dua nama tersebut (dirinya dan temannya) dalam daftar peserta Jalsah.

(33)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 33

Tinggal dua hari tetapi masih belum ada uang untuk perjalanan dan dia terus berdoa. Umer Sahib harus pergi ke desa terdekat, disana seseorang memberinya 20.000 Francs dan mengatakan uang itu untuk dia. 16.000 Francs dibayarkan untuk ongkos dua orang dan sisanya untuk biaya lainnya. Anugerah Allah seperti itu sangat meningkatkan keimanan. Demikianlah, bagaimana mungkin keraguan bisa muncul dalam hati orang-orang yang penuh keimanan seperti ini, bahwa na’udzubillaah Ahmadiyah adalah palsu atau ada keraguan tentang keberadaan Tuhan? Tetapi, sungguh, orang-orang maju dalam keimanan mereka!

Mubaligh kita di Swiss menulis tentang seorang wanita muda Ahmadi yang tinggal di Eropa. Dia memperoleh pendidikan profesional sambil bekerja di perusahaan. Dia adalah satu-satunya Muslim di perusahaan dan diberikan fasilitas untuk mengerjakan Shalat. Selama dia berada di sana, perusahaan tumbuh sangat cepat dan mereka menambahkan dua bangunan baru dan mempekerjakan orang-orang baru. Wanita muda ini menolak untuk melakukan renang campuran pada jam olahraga di perguruan tinggi tempatnya belajar.

Pihak pengelola kampus menekannya mengenai hal ini dan mengeluh kepada atasannya yang juga menekannya dan berkata ia beresiko dipecat. Wanita muda ini tetap teguh pada keimanannya dan karena gangguan tersebut akhirnya ia keluar sendiri dari pekerjaan itu dan bergabung dengan perguruan tinggi swasta. Ketika dia meninggalkan perusahaan itu, Allah memperlihatkan sesuatu yang menakjubkan. Perusahaan tersebut mengalami kerugian dan karyawan jadi berlebihan. Pertemuan diadakan untuk membahas penyebab kerugian dan seseorang di pertemuan tersebut mengatakan tampaknya kerugian itu disebabkan oleh kutukan seorang yang tidak berdosa. Seseorang dari perusahaan mengirim email kepadanya dan mengatakan bahwa dia telah menjadi topik

(34)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 34

pembicaraan mereka selama beberapa hari setelah ia pergi tetapi kemudian terlupakan.

Sekarang setelah MD (Managing Director) mengatakan dalam pertemuan itu bahwa nampaknya kerugian perusahaan disebabkan oleh kutukan dari orang yang tidak bersalah, dia sekali lagi diperbincangkan oleh orang-orang di perusahaan dan semua orang setuju bahwa dia memang tidak bersalah yang telah diperlakukan dengan tidak adil oleh perusahaan. Sementara itu, manajer yang telah mengganggunya dipecat. Wanita muda itu lulus ujian dengan nilai yang baik. Dia mendahulukan kesenangan Allah dan keinginan duniawinya juga terpenuhi.

Hadhrat Khalifatul Masih bersabda: "Di dalamnya adalah pelajaran bagi wanita muda atau anak perempuan dari kalangan kita, bahwa berkat Tuhan datang kepada kalian jika iman diutamakan daripada hal-hal duniawi. Tidak harus meniru segala sesuatu yang ada di sini [Barat]. ambil poin baiknya tetapi tinggalkan poin buruknya. Perempuan tidak dilarang berenang, mereka seharusnya berenang tetapi tidak dalam kondisi dicampur, gadis hendaknya hanya berenang dengan gadis-gadis.

Berenang itu baik dan semua orang harus tahu bagaimana caranya berenang. Sekarang ini anak perempuan dimarahi jika berenang, tetapi nenek saya biasa memberitahu saya bahwa beliau adalah perenang yang sangat baik. Tidak ada kolam renang di masa itu dan berenang dilakukan kanal. sudah lebih dari 100 tahun yang lalu ketika beliau biasa berenang dan adalah perenang melawan arus yang sangat baik. Perempuan kita harus berenang tetapi harus dilakukan di bawah pengaturan “Khusus wanita”. Hal ini dapat dilakukan, saya telah melihat banyak tempat di Eropa dimana upaya telah dilakukan dan ini dimungkinkan."

Seorang teman saya yang tulus adalah hakim Pengadilan Tinggi dan hakim Pengadilan Banding di Ghana telah dihormati sana. Dikatakan bahwa meskipun ia manusia yang berarti dia bisa berbuat

(35)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 35

keliru, tetapi ia tidak pernah melakukan korupsi dalam bentuk apa pun. Sedemikian rupa sehingga ia bahkan tidak menerima hadiah ucapan terima kasih. Dia tidak memiliki unsur korupsi dalam dirinya. Ghana Bar Association mendapati dia adalah hakim jujur, pekerja keras dan tidak bisa disuap.

Ini adalah jenis revolusi yang timbul dalam kehidupan orang yang menerima Hadhrat Masih Mau’ud as dan memahami hakikat baiat. Hal ini tentu saja cukup berkebalikan (berbeda) dengan bagaimana para hakim di Pakistan bekerja. Mereka mengambil keputusan dan kemudian mengubahnya karena takut pada para Maulwi. Banyak keputusan yang dibuat oleh Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung yang mendukung Jemaat, yang mendukung orang yang tertindas (korban), tetapi kemudian diubah. Ini sungguh kehormatan Jemaat bahwa tidak ada yang dapat menudingkan tuduhan pada mereka dan setiap Ahmadi harus berusaha dan mencapai hal ini.

Salah satu dari sepuluh syarat baiat adalah bahwa dia akan berusaha untuk memberikan manfaat bagi umat manusia sejauh kemampuan dan kekuasaan yang diberikan Tuhan kepadanya.

Presiden Sierra Leone menghadiri dan menyampaikan pidato pada Jalsah Salanah ke-52 mereka, dan menyampaikan penghormatan kepada Jemaat. Dia mengatakan dia ada di sana untuk menyampaikan penghormatan kepada jasa Jemaat Ahmadiyah untuk bangsa tersebut, dan sebagai presiden ingin menyebutkan penghormatan pemerintah dan rakyat negara itu untuk Jemaat. Dia mengatakan bahwa ini adalah pengamalan nyata motto Jemaat ‘Love for all hatred for none’ - “Cinta kasih untuk semua kebencian tidak untuk siapapun”, sehingga tanpa membeda-bedakan pendidikan diberikan melalui sekolah dan tanpa pembedaan pelayanan kesehatan diberikan melalui rumah sakit. Ia mengatakan ia berterima kasih kepada Jemaat dalam kapasitasnya sebagai presiden.

(36)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 36

Hadhrat Khalifatul Masih bersabda bahwa negara-negara kaya minyak tidak datang untuk membantu di daerah tersebut. Tetapi sekarang setelah melihat pengaruh Jemaat di sana, perwakilan dari beberapa negara Arab sudah mulai datang kesana menjanjikan sekolah, perguruan tinggi dan rumah sakit. Semoga Allah menjaga rasa keadilan rakyat daerah tersebut tetap terjaga dan semoga mereka tidak pernah berlaku tidak adil.

Seorang politisi Sierra Leone juga menyampaikan pidato pada Jalsah Salanah ke-52 negara tersebut. Dia mengatakan bahwa dia telah menghadiri Jalsah Salanah Inggris berkali-kali dan menyadari kualitas tinggi orang di sana dan praktek mereka sesuai dengan ajaran Islam. Dia mengatakan semua ini membuatnya percaya bahwa masa depan Islam akan cerah karena Jemaat Ahmadiyah. Dia mengatakan jika mereka tidak bisa bergabung Jemaat, mereka juga hendaknya juga tidak mengatakan hal-hal yang salah tentang Jemaat karena kurangnya pengetahuan. Dia mengatakan sesuai dengan tema Jalsah dan poster dan spanduk yang dipajang, para Ahmadi benar-benar mencintai Hadhrat Muhammad Rasulullah saw.

Seorang mubayyi’in baru Aisyah Sahiba dari Spanyol menulis kepada Hadhrat Khalifatul Masih, bahwa ia dan suaminya yang Ahmadi tinggal dengan mertua mereka yang ghair Ahmadi. Ketika mereka duduk bersama mereka menjelek-jelekkannya yang sangat menyakitinya. Setelah baiat dia telah berhenti jabat tangan dengan laki-laki, sang mertua tidak menyukainya. Dia menulis bahwa suami dan istri tinggal dalam situasi ini dengan sabar dan memohon doa semoga Allah menganugerahkan mereka rumah terpisah [dari mertua] di mana mereka bisa mengamalkan ajaran Imam Zaman dengan bebas. Hendaknya tidak ada gadis atau wanita Ahmadi yang merasa rendah diri karena mereka tidak bisa menyapa laki-laki. Jika jabat tangan dengan laki-laki tidak diperbolehkan maka ini harus diikuti. Demikian pula laki-laki harus berusaha dan tidak melakukan

(37)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 37

jabat tangan dengan wanita. Jika ingin mendapatkan karunia Allah, maka semua perintah yang nampaknya kecil pun harus diikuti.

Seorang Sahib menulis dari India bahwa ulama ghair Ahmadi dan ekstremis menyerang rumah misi kita dan mengambil alihnya dan mengatakan mereka akan mengimami shalat dan jika Ahmadi ingin mereka bisa bergabung. Tidak seorang Ahmadi pun mengerjakan shalat di belakang mereka dan tetap teguh. Bagaimana bisa salat dikerjakan di belakang Imam yang tidak menerima Imam Zaman yang telah dikirim oleh Allah?

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: "Aku tahu betul bahwa bukan tugasku untuk menanamkan hal ini di hati orang lain. Dan aku tidak punya alat yang dengannya aku bisa meyakinkan hati manusia tentang apa yang aku katakan." Beliau bersabda: “Ribuan orang telah maju dalam kecintaan dan ketulusan, tetapi karena kebiasaan lama atau kelemahan manusiawi, mereka demikian rupa sibuk dalam hal-hal duniawi sehingga agama terabaikan.”

Beliau juga bersabda: "Tujuan kami adalah supaya mereka dimurnikan dan tanpa pamrih sedemikian rupa sehingga mereka tidak menganggap hal-hal duniawi ada artinya dibandingkan dengan keimanan; dan segala macam kelalaian yang merupakan sumber yang menjauhkan dari Allah terhapus. Kecuali jika hal ini ditanamkan, kondisinya tetap berbahaya dan tidak memuaskan."22

22

Malfuzhat, Ruhani Khazain jilid pancjam (V), halaman 605

Kita perlu terutama memeriksa diri sendiri dan menyesuaikan kehidupan kita sesuai dengan keridhaan Allah. Semoga Tuhan memberi taufik kepada kita untuk melakukannya!

(38)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 38

Sifat-Sifat Utama dari Hamba-Hamba Allah yang Sejati

Khotbah Jumat

Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz22F23

Tanggal 18 Oktober 2013 di Masjid Baitul Huda, Sidney, Australia.

Makna “Hamba-hamba-Ku”; Makna Ahsan Qaul (Perkataan Terbaik); Makna Keselarasan Perkataan dengan Perbuatan; Kebebasan yang Tak terkendali; Berdoa agar Terhindar dari Godaan Syaithan; Kewajiban Sebagai “Umat yang Terbaik”; Menghindari Perkataan dan Kesaksian Dusta; Penggunaan dan penyalahgunaan Penemuan Modern; Film-film Kotor, Film-film Syirik dan kedustaan; Perselisihan dan Asusila dalam kaitannya dengan penyalahgunaan Internet, chatting, facebook dan sebagainya; Hasutan-hasutan Syaithan;Membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Naas Sebelum Tidur; Untuk Mencapai Maqam yang Mulia Para Nabi pun Tetap Berupaya Keras; Contoh Terbaik Nabi Muhammad Saw; Makna dan Tuntutan Slogan “Cinta Untuk Semua Tidak ada Kebencian bagi Siapa pun”; Manfaat Besar MTA; Setiap Sarana Penemuan Baru Memiliki Keutamaan Yang harus Dimanfaatkan untuk Kebaikan; Perkataan Paling Baik adalah “Menyeru Manusia kepada Allah”; Kewajiban Utama Hamba Allah yang Istimewa; Petunjuk Untuk Jemaat Australia; Harus Menyampaikan “Pesan Islam” yang Hakiki Kepada penduduk Australia; Memanfaatkan Pengkhidmatan Para Pensiunan; Shalat Jenazah Gaib: Muhtaromah Shahibzadi Amatul Matin Shahibah, putri Hudhur II ra.

23

(39)

K

hotbah

J

umat, Vol. VII, Nomor 36, 29 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 39

Terjemahan ayat ini adalah: “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku supaya mereka mengucapkan perkataan yang sebaik-baiknya. Sesungguhnya syaithan menimbulkan perpecahan di antara mereka. Sesungguhnya syaithan bagi manusia adalah musuh yang nyata.” (QS. Bani Israil : 54).

ebagaimana telah saudara-saudara dengar dari terjemahan tersebut, Allah Ta’ala berpesan kepada hamba-hamba-Nya agar mereka mengucapkan perkataan yang paling baik. Ini hal yang pertama. Perkataan yang baik adalah [perkataan] yang baik menurut Allah Ta’ala. Oleh karena itu Allah Ta’ala menggunakan kata ‘ibaadii (hamba-hamba-Ku). Dia mengharuskan kita mengikuti hal ini, yakni “Barang siapa yang merupakan hamba-Ku, atau berusaha menjadi hamba-Ku, sekarang mereka tidak lagi memiliki kehendak pribadi. Mereka hendaknya melepaskan kehendak pribadinya dan mencari kehendak-Ku. Dan hendaklah mereka mencari amal-amal shalih dan perkataan-perkataan baik yang Aku ridhai.”

Penjelasan tambahannya, Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al-Baqarah:

Dan, apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau tentang Aku, katakanlah, “Sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia berdoa kepada-Ku. Maka,

S

Referensi

Dokumen terkait

Pada era dinasti Hàn 汉 huruf xiǎozhuàn 小篆 ini mengalami perubahan bentuk lagi menjadi huruf yang dinamakan lìshū 隶书 yang ditulis berdasarkan guratan, sehingga

Untuk metode kuantitatif, dalam penelitian ini, akan difokuskan pada metode-metode yang bisa digunakan untuk jenis barang yang memiliki pola permintaan yang

Hal ini mengaktivasi refleks baroreseptor melalui peningkatan tekanan arteri di pembuluh akibat terjadinya peningkatan stroke volume dan curah jantung di jantung

Metode penelitian ini, menggunanaka penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Sedangkan dalam teknik pengumpulan data,

Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, serta ilmu-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

a) Permainan dapat diperluas dengan memperluas map dan menambah cerita dalam game agar durasi game lebih lama. b) Daerah yang dapat dijelajahi dibuat lebih beragam dan

Sebenarnya mudah untuk mencerna pilihan mekanisme hukum tersebut, baik dalam mengupayakan Tim Penyelidik secara bersama antar institusi yang memiliki kewenangan

Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi... Teori Dua Faktor