• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUBLIC SUMMARY (Ringkasan Publik) PT. WIRAKARYA SAKTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PUBLIC SUMMARY (Ringkasan Publik) PT. WIRAKARYA SAKTI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PUBLIC SUMMARY

(Ringkasan Publik)

SERTIFIKASI PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN LESTARI (PHTL)

PT. WIRAKARYA SAKTI

PROVINSI JAMBI

Oleh

(2)

Profil Perusahaan

A. Identitas Unit Manajemen

1. Nama Unit Manajemen PT Wirakarya Sakti

2. Alamat Kantor Jambi :

Jl. Ir. H. Juanda No.14 Kelurahan Mayang Mangurai Kecamatan Kota Baru, Jambi 36145

Telp. (0741) 572471 – 572402. Fax (0741) 573483 Kantor Lapangan :

Desa Tebing Tinggi, Kec. Tebing Tinggi Kab. Tanjung Jabung Barat - Jambi

Telp. 0742-51051, Fax 0742-551710

3. Lokasi Unit Manajemen Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tebo - Provinsi Jambi

4. Luas Areal Hutan yang

Disertifikasi 293.812 hektar (sesuai SK Menteri Kehutanan) 5. SK IUPHHK -HT SK Menteri Kehutanan No. 346/Menhut-II/2004

(Add.III) tanggal 10 September 2004 6. Susunan Komisaris dan

Pengurus Perusahaan Berdasarkan Akta No. 08 tanggal 26 Maret 2013 notaris Heleni Ritliany, SH, susunan Komisaris dan Pengurus Perusahaan adalah sebagai berikut: Komisaris Utama : Ir. Subardjo

Komisaris : Sukirta Mangkudjaja Direktur Utama : Arthur Tahya

Direktur : Didi Harsa Direktur : Stanley Najoan 7. Pemilik Perusahaan/Saham PT. Purinusa Eka Persada

PT. Pangkalan Usaha Maju PT. Publisita Perdana 8. Penanggung Jawab Sertifikasi Kris Budi Wahono (Environment Head PT WKS)

(3)

B. Sejarah Kegiatan Pengusahaan Hutan

Areal kerja PT Wirakarya Sakti (selanjutnya disebut dengan PT WKS) sesuai Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK Menteri Kehutanan No. 346/Menhut-II/2004 (Add.III) tanggal 10 September 2004 dengan luas 293.812 ha. Areal ini terletak di Provinsi Jambi yang termasuk dalam 5 (lima) wilayah kabupaten dan 15 kecamatan, yaitu: Kabupaten Tanjung Barat (Kecamatan: Tungkal Ulu, Betara, Merlung dan Pengabuan), Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Kecamatan: Mendahara, Dendang dan Rantau Rasau), Kabupaten Batanghari (Kecamatan : Pemayung dan Mersam, Morosebo Ilir dan Merosebo Ulu), Kabupaten Muaro Jambi (Kecamatan : Morosebo, Kumpeh, dan Sakernan) dan Kabupaten Tebo (Kecamatan : Tengah Ilir dan Tebo Ulir) dengan fungsi hutan berupa Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/RTRWP) atau Hutan Produksi tetap (HP menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan/TGHK).

Terdapat beberapa penerbitan Surat Keputusan Menteri Kehutanan sejak SK definitive pertama diberikan hingga terakhir tahun 2004 yang merubah luas kawasan IUPHHK-HT PT. WKS seperti ditunjukan Tabel III.1.

Tabel III.1. Perkembangan Areal Kerja PT WKS

No Dasar Hukum Tanggal Terbit Perihal Luas Areal

(ha)

1 SK Kakanwilhut Provinsi Jambi No. 165/HTI/ Wilhut/Iva/1989

15 Desember 1989 Ijin Penanaman Percobaan Pertama (IPP-i) 1.000 2 SK Menteri Kehutanan No. 744/Kpts-II/1996 25 November 1996 SK IUPHHK-HT Definitif 78.420 3 SK Menteri Kehutanan No. 64/Kpts-II/2001 15 Maret 2001 SK IUPHHK-HT Definitif (Addendum I) 191.130 4 SK Menteri Kehutanan No. 228/Menhut-II/2004 9 Juli 2004 SK IUPHHK-HT

Definitif (Addendum II)

233.251 5 SK Menteri Kehutanan

No. 346/Menhut-II/2004

10 September 2004 SK IUPHHK-HT Definitif (Addendum III)

293.812

Untuk proses penetapan kawasan, IUPHHK-HT PT WKS telah selesai melaksanakan kegiatan pengukuran dan penataan batas kawasan di lapangan berdasarkan Pedoman Tata Batas IUPHHK-HT PT WKS yang disahkan oleh Direktur Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan, Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Kehutanan dengan surat nomor 18-4/WKS/V/2012 tanggal 15 Mei 2012 tentang Pelaksanaan Pengukuran dan Penataan Batas

(4)

Sendiri dan Persekutuan Areal Kerja IUPHHK-HT PT. WKS dengan panjang trayek batas ± 987,218 km

C. Visi, Misi dan Komitmen Unit Manajemen

Sebagaimana dinyatakan dalam profil perusahaan (company profile) PT WKS memiliki Visi, Misi, Komitmen Lingkungan, Komitemen Kelestarian Hasil, Komitmen Sosial dan Sumberdaya Manusia, Komitmen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai berikut :

Visi

Menjadi Perusahaan Kehutanan kelas dunia, yang mempraktekkan pengelolaan hutan secara lestari, dengan mengembangkan hubungan sosial yang harmonis, layak secara ekonomi dan ramah lingkungan.

Misi

Misi PT WKS mengelola dan mengembangkan Sumberdaya Hutan secara profesional guna meningkatkan manfaat bagi pemangku-kepentingan, dengan cara :

1. Mengembangkan hutan tanaman industri yang lestari dan berkualitas tinggi sebagai sumber bahan baku pulp, dengan harga terbaik dan rendah resiko.

2. Menyediakan lapangan kerja dan kesempatan usaha bagi masyarakat dan industri terkait, yang dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.

3. Melindungi areal hutan yang mempunyai nilai konservasi dan meningkatkan kelestarian lingkungan hutan.

4. Menghasilkan keuntungan yang memadai, untuk ikut berkontribusi dalam penerimaan pajak oleh Negara.

Komitmen Lingkungan

1. Mematuhi seluruh peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang relevan di tingkat lokal dan nasional, termasuk berbagai konvensi internasional yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia.

2. Meningkatkan mutu lingkungan hidup secara berkesinambungan melalui pengelolaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan standar ISO 14001:2004.

3. Memelihara dan meningkatkan nilai konservasi pada kawasan yang teridentifikasi sebagai kawasan bernilai konservasi tinggi (High Conservation Value) sesuai prinsip kehati-hatian. 4. Mempertahankan ekosistem gambut termasuk penerapan pengelolaan tata air yang tepat. 5. Menerapkan system silvikultur yang sesuai termasuk pengendalian dampak fisik, biologi dan

(5)

6. Berkontribusi terhadap upaya-upaya nasional dan global dalam menurunkan emisi karbon yang berasal dari degradasi dan deforestasi hutan.

7. Melakukan perbaikan secara terus menerus melalui evaluasi, penelitian dan kerjasama dengan para pihak.

Komitmen Kelestarian Hasil

1. Mematuhi semua peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang relevan di tingkat lokal dan nasional, termasuk berbagai konvensi internasional yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia.

2. Membangun kemantapan kawasan yang didasarkan pada sistem zonasi yang menjamin keberlangsungan fungsi produksi, lingkungan dan sosial.

3. Membangun hutan tanaman industri yang didukung oleh sistem silvikultur yang tepat dan perlindungan hutan yang efektif untuk mencapai produktifitas lahan.

4. Pengaturan hasil didasarkan pada daur produktif dan etat (luas dan volume).

5. Menerapkan sistem pemanenan yang ramah lingkungan dan prinsip keterlacakan bahan baku kayu.

Komitmen Sosial dan Sumberdaya Manusia

1. Mematuhi seluruh peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang relevan di tingkat lokal dan nasional, termasuk berbagai konvensi internasional yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia.

2. Mengakui dan menghormati hak-hak masyarakat lokal dan masyarakat adat (Indigenous

People) di dalam dan sekitar wilayah konsesi, dengan menerapkan azas keterbukaan,

kesetaraan, dan keadilan dalam proses pengambil keputusan.

3. Melaksanakan program-program pemberdayaan masyarakat baik masyarakat adat maupun masyarakat lokal yang didesain secara terbuka dan partisipatif bersama para pihak penerima manfaat (beneficiaries groups).

4. Mengakui, menghormati dan merealisasikan hak-hak pekerja, termasuk memberikan kebebasan berserikat, tidak mempekerjakan pekerja dibawah umur serta tidak ada diskriminasi dalam semua lingkup pekerjaan.

5. Mengambil langkah-langkah strategis dalam memberdayakan tenaga tenaga kerja lokal. 6. Menerapkan sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk mencapai zero accident. 7. Menyelesaikan konflik dan keluhan secara bertanggungjawab dan tanpa kekerasan.

8. Bekerjasama secara aktif dan konstruktif dengan semua pemangku kepentingan di tingkat lokal, nasional dan internasional yang berkaitan dengan operasional perusahaan.

(6)

Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Mengutamakan Sumber Daya Manusia :

 PT Wirakarya Sakti adalah perusahaan yang memproduksi kayu hutan tanaman, mengutamakan nilai-nilai dengan perhatian kepada manusia dan memotivasi karyawan untuk meraih kesuksesan.

Tanggung Jawab Pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja :

 Kita mendorong kesadaran setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk bekerja dengan aman didalam lingkungan yang sehat dan aman.

 Kita mengikuti peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain secara Nasional dan Internasional dari pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja.

Perbaikan Berkelanjutan :

 Kita bersungguh-sungguh untuk memperbaiki kinerja pengelolaan dan budaya keselamatan dan kesehatan kerja secara berkelanjutan.

Keterlibatan Pihak Terkait dan Informasi yang Transparan:

 Kita melibatkan supplier, kontraktor, pelanggan dan masyarakat di lingkungan kerja perusahaan dalam pengendalian resiko keselamatan dan kesehatan kerja.

 Kita menginformasikan kebijakan, aspek-aspek dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. Informasi akan didapatkan diseluruh area unit kerja PT Wirakarya Sakti

D. Aspek Sumberdaya Hutan

Secara geografis areal PT. WKS terletak antara 0°45’00” - 01°36’00” LS dan 102°46’00” - 103°49’00” BT. Secara administrasi pemerintahan, areal PT. WKS terletak di Provinsi Jambi, tercakup dalam 5 (lima) Kabupaten yaitu :

 Kabupaten Tanjung Barat, mencakup Kecamatan Tungkal Ulu, Betara, Merlung dan Pengabuan

 Kabupaten Tanjung Jabung Timur, mencakup Kecamatan Mendahara, Dendang dan Rantau Rasau

 Kabupaten Batanghari, mencakup kecamatan Pemayung dan Mersam, Morosebo Ilir, Merosebo Ulu.

 Kabupaten Muaro Jambi, mencakup Kecamatan Morosebo, Kumpeh, dan Sakernan  Kabupaten Tebo mencakup Kecamatan Tengah Ilir dan Tebo Ilir.

Letak dan luas serta posisi geografis areal kerja PT WKS seluruh Distrik I – Distrik VIII disajikan pada Tabel III.2.

(7)

Tabel III.2. Letak dan Luas Areal Kerja PT WKS serta Kelompok Hutannya

Distrik Luas

(ha) Letak Geografis

Letak Administrasi Pemerintahan Letak Kelompok Hutan Distrik I 46.445 01º00’15” – 01º16’20” LS 103º07’00” – 103º25’25” BT

Kab. Tanjab Barat Kab. Muaro Jambi

DAS Betara (S. Tapah), DAS Pengabuan (S. Bram Hitam, S. Simp Kadam, S. Dasal) Distrik II 39.982 00º58”24 – 01º15’00” LS

103º23’37” – 103º41’45” BT

Kab. Tanjab Barat & Kab. Tanjab Timur

DAS Pkl. Duri, DAS Betara, DAS Mendahara (S. Putat) Distrik III 47.313 01º20’25” – 01º34’42” LS

103º05’10” – 103º24’47” BT

Kab. Batanghari Kab. Muaro Jambi dan Kab. Tanjab Barat

DAS Batanghari (S. Danau Bangko, S. Singoan, S. Air Hitam)

Distrik IV 33.498 01º20’22” – 01º32’40” LS 102º54’05” – 103º05’17” BT

Kab. Batanghari dan Kab. Tanjab Barat DAS Batanghari (S. Dn Bangko, S. Singoan, S. Sengkati, S. Rengas), DAS Pengabuan (S. Benanak, S. Rotan, S. Belimbing) Distrik V 33.425 00º45’30” – 01º05’47” LS

102º47’30 – 103º03’40” BT Kab. Tanjab Barat

DAS Pengabuan (S. Lumahan)

Distrik VI 21.826 00º52’00” – 01º00’00” LS

103º03’15” – 103º19’35” BT Kab. Tanjab Barat

DAS Pengabuan (S. Simpang Kadam, S. Bram Hitam Kanan, S. Baung)

Distrik VII 23.993 01º14’10” – 01º29’05” LS 103º34’00” – 103º55’10” BT

Kab. Tanjab Timur & Kab. Muaro Jambi

DAS Batanghari (S. Gerang, S. Dn Alay), DAS Mendahara, DAS Lagan,

Distrik VIII 47.330 01º15’50” – 01º30’30” LS 102º37’10” – 102º56’40” BT

Kab. Batanghari, Kab. Tanjab Barat dan Kab. Tebo

DAS Batanghari (S. Landai, S. Sengkati, S. Rengas, S. Bengkal, S. Kilis), S. Ibul

(8)

PROSES SERTIFIKASI

Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (PHTL) merupakan perwujudan dari konsep pembangunan bidang kehutanan yang berkelanjutan (sustainable). Dalam proses pencapaiannya diperlukan suatu sistem yang menjamin keseimbangan kelestarian fungsi produksi, ekologi dan sosial. Sebagai instrumen yang menjembatani kesenjangan antara kondisi riil dengan standar kinerja yang harus dicapai dalam PHTL, maka diperlukan sistem sertifikasi sebagai proses yang berkesinambungan.

PT. Wirakarya Sakti (PT. WKS) mempunyai komitmen yang cukup tinggi dalam mewujudkan PHTL. Hal ini dibuktikan dengan mengajukan aplikasi untuk sertifikasi PHTL dengan standar Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) kepada Lembaga Sertifikasi PT. TUV Rheinland Indonesia.

A. Tahapan Proses Sertifikasi

Dalam proses resertifikasi ini, pada tahap awal diadakan pertemuan antara Panel Pakar I dengan tim penilai lapangan yang akan melaksanakan penilaian lapangan di PT. WKS. Pertemuan dimaksudkan untuk merangkum rekomendasi dari PP I yang menjadi fokus perhatian dalam kegiatan penilaian di lapangan.

Penilaian Lapangan (full assessment) Resertifikasi PHTL LEI PT. WKS (Distrik I s/d Distrik VIII) dilaksanakan pada tanggal 15-20 Juli 2013. Konsultasi Publik dengan Stakeholder utama, yaitu Dinas Kehutanan Provinsi Jambi dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2013 di Jambi, sedangkan rencana konsultasi dengan FKD tidak dapat terealisasi karena kepadatan kegiatan anggota FKD tersebut. Untuk konsultasi publik dengan masyarakat (desa) dilakukan sekaligus bersamaan dengan pengumpulan data lapang pada Aspek Sosial.

Penilaian Lapangan (Full Assessment) dilaksanakan pada tanggal 15-20 Juli 2013

Proses penilaian lapangan untuk unit manajemen PT. WKS dilakukan oleh tim penilai lapangan Lembaga Sertifikasi PT. TUV Rheinland Indonesia yang menggunakan standar LEI 5000-2 sebagai acuan penilaian. Kegiatan penilaian lapangan dilakukan pada tanggal 15-20 Juli 2013. Tim penilai lapangan terdiri dari :

1. Heni Handayani, S. Hut (Aspek Produksi) 2. Ir. Lukman Mulyanto, M.Si (Aspek Produksi) 3. Ibrohim Prayetno, S.Hut (Aspek Ekologi) 4. Niechi Valentino, S.Hut (Co-Aspek Ekologi) 5. Drs. Fadli (Aspek Sosial)

(9)

Penilaian lapangan yang dilakukan oleh tim penilai lapangan PT TUV mengacu pada standar LEI 5000-2 tentang Sistem Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (PHTL), Pedoman LEI 99-31 tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian lapangan Sertifikasi PHTL dan Pedoman LEI 99-32 sebagai acuan dalam penyusunan laporan hasil penilaian lapangan sertifikasi PHTL.

Evaluasi kinerja dan pengambilan keputusan oleh Panel Pakar II dilaksanakan pada tanggal 24-26 September 2013

Tahap selanjutnya dari proses sertifikasi ini adalah tahap evaluasi kinerja dan pengambilan keputusan sertifikasi. Tahap ini dilakukan oleh tim Panel Pakar II, yang beranggotakan 6 orang, terdiri dari tim Panel Pakar I (3 orang) yang telah memberikan pengarahan dan rekomendasi kepada penilai lapangan dan Panel Pakar dari daerah (3 orang) yang merupakan pakar pada aspek produksi, ekologi dan social, dimana pakar dari daerah ini merupakan utusan daerah dimana Unit Manajemen berada. Susunan Panel Pakar II terdiri dari :

a. Ir. Ahmad Hadjib, MS (Aspek Produksi) b. Dr. Ir. Hamzah, M.Si (Aspek Produksi)

c. Dr. Ir. Machmud Thohari, DEA (Aspek Ekologi) d. Ir. Fazriyas, M.Si (Aspek Ekologi)

e. Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si (Aspek Sosial) f. Ir. Elwamendri, M.Si (Aspek Sosial)

Panel Pakar II bekerja setelah menelaah laporan hasil penilaian lapangan dan presentasi dari tim penilai lapangan. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 24-26 September 2013 berlokasi di Hotel Santika Bogor.

Berdasarkan hasil evaluasi Panel Pakar II tersebut, PT. Wirakarya Sakti, Provinsi Jambi dengan luas 293.812 hektar dinyatakan LULUS Sertifikasi Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari berdasarkan Standar LEI 5000-2 dengan peringkat Perak.

Panel Pakar II mengeluarkan beberapa rekomendasi perbaikan yang harus dilakukan oleh unit manajemen PT. WKS sebagai berikut :

(10)

B. Rekomendasi

Rekomendasi Aspek Produksi

No Rekomendasi

Sasaran Program Kegiatan Keterangan

1 Terwujudnya kepastian status areal unit manajemen yang diakui oleh stakeholders Pemantapan status kawasan areal

hutan pada areal sengketa oleh para

pihak dengan

melibatkan

stake-holders masyarakat, pemerintah daerah, Kementerian Kehutanan & forum komunikasi daerah)

1. Koordinasi penyelesaian

batas kawasan hutan

konsesi PT. WKS dengan parapihak.

2. Resolusi konflik terhadap areal/lahan yang diklaim,

diokupasi berdasarkan

hasil pemetaan konflik.

3. Penataan batas luar

kawasan dengan

melibatkan parapihak

secara partisipatif.

4. Sosialisasi hasil

pengukuhan / penetapan & tata batas dengan

menggunakan konsep

FPIC (Free Prior and

Informed Consent) atau

PADIATAPA (Persetujuan

Atas Dasar Informasi

Awal Tanpa Paksaan).

Prioritas II Indikator yang di sasar: - P1.1. kepastian lahan sebagai areal hutan tanaman - P1.8. pemasyarakatan hak-hak atas areal

- P.2.1. besarnya gangguan hutan Pemantapan kawasan meliputi aspek : Legalitas kawasan Legitimasi kawasan 2 Terwujudnya pengaturan hasil

yag sesuai dengan

potensi dan kemampuan lahan demi menjamin kelestarian produksi Peningkatan ke-sesuaian pengatur-an hasil untuk menjamin kelestari-an daur berikutnya

1. Kajian penataan unit-unit kelestarian hutan

2. Kajian rencana jangka benah menuju struktur hutan normal

3. Kajian produksi hasil

hutan tahunan yang

optimal berdasarkan

analisis data PSP, MAI, dan IHMB. Prioritas II Indikator yang di sasar : - P3.1. pengorgani-sasian areal produksi - P3.7.peningkatan aset tegakan hutan 3 Tersedianya sistem manajemen kebakaran hutan

dan lahan yang efektif dan efisien

Peningkatan ke-mampuan organisasi, sistem, dan peralatan dalam pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan

• Identifikasi dan analisis data hotspot.

• Pengecekan informasi

hotspot secara berkala. • Penyediaan Peta Tingkat

Kerawanan Kebakaran

Hutan dan Lahan.

• Pembentukan KMPA bagi desa yang belum ada KMPA Prioritas II Indikator yang di sasar : - P1.2. Sistem manajemen kebakaran hutan - P1.6. produksi tahunan sesuai dengan produktivitas hutan,

(11)

No Rekomendasi

Sasaran Program Kegiatan Keterangan

kemampuan penanaman & daya dukung lahannya - P.2.1. besarnya gangguan hutan - P3.7. peningkatan aset tegakan hutan. 4 Diminimalkannya dampak negatif pemungutan hasil hutan Penerapan pemungutan hasil

hutan pada semua skema pembukaan

wilayah hutan

secara benar

1. Penyediaan peta indikator dampak penting dalam

setiap langkah/proses

pemanenan hasil hutan di lapangan. Prioritas II Indikator yang di sasar: - P2.5. penerapan sistem pemanen-an hasil hutan ramah lingkungan - P.1.7. kualitas pembukaan wilayah hutan (PWH) - P3.2. efisiensi pemanenan dan pemanfaatan hasil hutan tanaman. 5 Tercapainya rentabilitas usaha diatas MARR (minimum attractive rate of return) Peningkatan nilai likuiditas, nilai rentabilitas dan solvabilitas diatas nilai suku bunga

1. Kajian perkiraan

kesehatan perusahaan

melalui analisis likuiditas,

rentabilitas, dan

solvabilitas untuk 5 tahun ke depan.

Prioritas II

Indikator yang di

sasar:

- P3.4. kesesuaian luas areal produksi

efektif dengan perkiraan renta-bilitas usaha/ kesehatan perusahaan - P1.6. produksi tahunan sesuai dengan

produk-tivitas hutan, ke-mampuan

penanaman & daya dukung lahannya

- P2.3. kemampuan

penanaman dan

kualitas hasilnya

(12)

No Rekomendasi

Sasaran Program Kegiatan Keterangan

kualitas hasilnya. 6 Tercapainya upaya peningkatan aset tegakan hutan Stabilisasi produksi pd tingkat produksi lestari & kapitalisasi dan reinvestasi ke dalam pengusahaan hutan sehingga modal tegakan hutan selalu meningkat 1. Penyusunan rencana

jangka benah menuju

struktur hutan normal.

2. Penyusunan rencana

peningkatan kemampuan

penanaman sehingga

mencapai 100% sesuai target.

3. Kajian perkiraan modal tegakan hutan pada daur

berikutnya berdasarkan

hasil pendapatan dan

pengeluaran (cost) dalam

kegiatan pengusahaan

hutan saat ini (daur

sekarang).

Prioritas II

Indikator yang di

sasar:

- P3.7. Peningkatan aset tegakan hutan

- P3.4. kesesuaian

luas areal produksi

efektif dengan perkiraan rentabi-litas usaha / kesehatan perusahaan Keterangan :

(13)

Rekomendasi Aspek Ekologi

No Rekomendasi

Sasaran Program Kegiatan Keterangan

1 Terwujudnya pengakuan dan perlindungan kawasan Lindung olehmasyarakat sekitar PT. WKS • Pengelolaan kawasan Lindung PT. WKS berbasis multi-stakeholder

• Sosialisasi & Penyamaan

Persepsi keberadaan

kawasan lindung PT. WKS melalui keterlibatan multi-stakeholder. • Menyusun kesepakatan bersama multi-stakeholder dalam perlindungan kawasan lindung PT. WKS Terkait dengan indikator E1.1,

E1.2, E2.1, E2.4

2 Terbentuknya

lembaga/unit pengelolaan

kawasan lindung

yang terpadu dan partisipatif • Peningkatan kapa-sitas kelembagaan pengelolaan kawasan lindung terpadu dan partisipatif • Penambahan jumlah

personalia dan sarana

prasarana pengelolaan

kawasan lindung pada

masing-masing kawasan

lindung KPPN, KPSL, KSS, Gambut, Koridor satwa,

Bufferzone HLG,TNBT,

Kawasan rawan erosi,

kawasan lereng pada setiap blok dalam setiap distrik yang sesuai dengan kebutuhan lapangan. • Meningkatkan peran serta

masyarakat sekitar UM PT. WKS dalam pengelolaan kawasan lindung secara musyawarah dan mufakat (berkolaborasi).

• Penyusunan SOP penge-lolaan kawasan lindung secara partisipatif dengan pelibatan aktif masyarakat desa sekitar PT. WKS

Terkait dengan

indikator E1.1,

E1.2, E2.1, E2.4

3 Bertambahnya luas

kawasan Lindung

Gambut ( >3 m) pada distrik II, V, VI, VII secara bertahap

dan pasti baik

jangka menengah dan panjang. • Rekontruksi pe-ngembangan kawasan lindung gambut dalam PT. WKS

• Pemetaan secara detail

wilayah gambut dalam

terutama pada wilayah

peat dome.

• Pengkayaan kembali

secara bertahap wilayah gambut dalam (terutama

peat dome) dengan

vegetasi alami melalui

penyesuaian sistem

sivikultur.

Terkait dengan

indikator E1.2,

(14)

No Rekomendasi

Sasaran Program Kegiatan Keterangan

• Pembibitan vegetasi alami untuk pengkayaan areal gambut dalam.

• Pemantauan dan

pemeliharaan pengkayaan kembali wilayah gambut dalam secara rutin dan baik. 4 Penerapan hasil Penilaian NKT (Nilai Konservasi Tinggi • Pemetaan dan pemasangan tapal batas areal spesifik NKT • Identifkasi, reha-bilitasi, konservasi dan restorasi NKT • Sosialisasi pelibat-an masyarakat

sekitar areal hutan

berperan aktif untuk pelestarian NKT • Kerjasama dengan lembaga terkait seperti : lembaga akademik, penelitian, dll.

• Penanaman jelutung, pulai dan tanaman endemik lain yang dapat memperkaya habitat fauna

• Penetapan status NKT

untuk tipe kawasan

lindung yang ada di Unit

Manajemen terutama

lahan gambut

• Pelestarian & pengkayaan

plasma nutfah (sebagai sumber pangan

karbo-hidrat, sumber

pe-ngembangan ekonomi

masyarakat, dan jasa

ekosistem), pertanian

ramah lingkungan dan

adaptasi perubahan iklim

untuk tipe kawasan

lindung

Terkait indikator E1.1, E1.6, E1.8,

E.1.12, E2.1,

E2.2, E2.3, E2.5, E2.6, E.2.8. 5 Meningkatkan ke-anekargaman flora pada kawasan lindung sempadan sungai • Biodervesity Kawasan Lindung Sempadan sungai • Rehabilitasi kawasan

Lindung Sempadan sungai dengan jenis-jenis vegetasi yang mendukung fungsi sempadan sungai.

• Pengakayaan jenis pohon lokal secara bertahap pada kaw. lindung sempadan sungai yang telah ditanami tanaman pokok Terkait dengan indikator E1.1, E1.2, E1.8, E1.12, 6 Relokasi satwa kunci (harimau sumatera) ke wilayah habitat ekosistem yang lebih baik • Pengamanan dan perlindungan areal yang terdapat harimau sumatera di dalam wilayah PT WKS • Perencanaan relokasi satwa

• Pembentukan tim terpadu dalam menyusun rencana kerja (PT. WKS, NGO, BKSDA, Pemda dll) • Indentifikasi populasi dan

habitat satwa harimau

• Indentifikasi rencana

wilayah ekosistem habitat

Terkait dengan

(15)

No Rekomendasi

Sasaran Program Kegiatan Keterangan

kunci (harimau sumatera) di habitat terisolasi di wilayah PT. WKS ke kaw. konservasi lain terdekat (misalnya di TN Bukit Tigapuluh)

baru harimau sumatera • Relokasi

7 Terwujudnya tata

batas kawasan

lindung dan areal

produksi efektif

secara permanen

• Pemantapan tata

batas kawasan

lindung dan areal produksi efektif

• Mensosialisasikan tata

guna dan tata batas

kawasan PT. WKS kepada

masyarakat terutama

fungsi kawasan tanaman unggulan, kaw. tanaman kehidupan, kaw. lindung secara berkala.

• Harus menjaring secara

partisipatif kebutuhan

dasar masyarakat terkait

dengan pengembangan

kaw. tanaman kehidupan

dan kawasan tanaman

unggulan.

• Harus memasangan tata

batas kawasan lindung

KPPN, KPSL, KSS,

Gambut, Koridor satwa, Bufferzone HLG, TNBT,

Kawasan rawan erosi,

kawasan lereng dan areal produksi harus memenuhi standar yang berlaku. • Pemeliharaan tata batas

secara rutin dan bersifat partisipatif.

Terkait dengan

indikator E1.2

dan E1.3. E1.4. E.2.2 8 • Meningkatnya tk. kesuburan tanah areal produksi • Mewujudkan sistem silvikukultur yang ramah lingkungan • Terwujudnya pengelolaan limbah yang sesuai dgn standar ramah lingkungan • Pengelolaan sistem silvikultur yang ramah lingkungan. • Pengelolaan limbah berbasis lingkungan • Harus meminimalkan penggunaan bahan-bahan

kimia dalam kegiatan

produksi /silvikultur HTI

• Harus meningkatkan

pengembangan sistem

biologi dalam pengendalian gulma dan hama secara

terus menerus diareal

produksi.

• Pengelolaan limbah

domestik yang ramah

Terkait dengan

indikator E1.6,

E1.15 dan E1.11, E1.13, E1.14

(16)

No Rekomendasi

Sasaran Program Kegiatan Keterangan

lingkungan terutama pada kegiatann yang dilakukan oleh Sub Kontraktor PT. WKS.

• Harus membuat sumur

pantau pada lokasi

produksi efektif untuk

memantau rawan

pencemaran limbah kimia (pestisida, herbisida, dan lainnya).

9 • Meningkatnya

indeks keanekara-gaman flora dan

fauna pada kawasan lindung maupun areal produksi. • Terbangunnya jaringan kerjasama multipihak dalam pengelolaan satwa yang bernilai HCV • Peningkatan ke-anekaragaman hayati baik yang dilindung maupun yang tdk dilindungi

pada kawasan

lindung & produksi.

• Harus melakukan inven-tarisasi & dokumentasi

perubahan indeks

ke-ragaman hayati pada

masing-masing setiap

lokasi kawasan lindung

KPPN, KPSL, KSS,

Gambut, Koridor satwa, Bufferzone HLG, TNBT,

Kawasan rawan erosi,

kawasan lereng dan areal produksi pada setiap blok daalm distrik

• Harus memasang papan larangan berburu satwa pada setiap lokasi kawasan

lindung di setiap blok

kawasan PT. WKS. • Secara berkala harus

melakukan kegiatan

pengkayaan vegetasi pada

areal kawasan lindung

dengan jenis-jenis pohon lokal.

• Peningkata jaringan kerja-sama dengan BKSDA dan LSM yang berkaitan keber-adaan dan pengembangan

satwa yang dilindungi

(seperti harimau sumatera)

Terkait dengan

indikator E1.8

dan E.12. E2.5

10 • Terwujudnya pola pemanfaatan lahan masyarakat ber-basis ramah lingkungan. • Meningkatnya nilai • Penguatan ke-lembagaan melalui peningkatan fungsi tanaman kehidup-an dkehidup-an hasil hutkehidup-an non kayu.

• Identifikasi potensi sumber-daya hutan secara me-nyeluruh yang dapat

di-manfaatkan masyarakat

secara partisipatif.

• Harus

mengimplementasi-Terkait dengan

indikator E1.15, E2.2, E2.3, E2.6, E2.8.

(17)

No Rekomendasi

Sasaran Program Kegiatan Keterangan

ekonomi hasil

hutan non kayu bagi kesejahteraan masyarakat sekitar PT. WKS. • Terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat melalui pengembangan pemanfaatan lahan kehidupan dan

hasil non kayu. • Terbentuknya kelembagaan ekonomi produktif kelompok KTH yang berkelanjutan. • Terbangunnya jaringan informasi dan komunikasi ditingkat masyarakat maupun eksternal. • Tata hubungan jaringan informasi dan komunikasi pengelolaan kawasan lindung.

kan segera perencanaan pemberdayaan masyarakat yang telah dibuat dalam

pengembangan tanaman

kehidupan dan hasil non kayu

• Menginisiasi pembentukan peratutan desa berkaiatan pemanfaatan sumberdaya hutan

• Harus membangun jarring-an kerjasama dengjarring-an LSM dan perguruan tinggi dalam

pengembangan

pem-berdayaan masyarakat. • Harus membangun

jaring-an pemasaran hasil

produksi sumberdaya

hutan yang dihasilkan KTH. • Harus melakukan pelathan & penguatan kelembagaan pemerintahan desa yang

berkaiatan pengelolaan

kawasan lindung.

• Harus membuat model

jaringan komunikasi antara

kelompok masyarakat

dengan PT. WKS.

• Harus membuat website khusus kawasan lindung PT. WKS.

• Harus membuat papan

informasi sumberdaya

hutan pada semua blok PT. WKS..

• Harus membuat leaflet

secara rutin berkaitan

informasi sumberdaya

(18)

Rekomendasi Aspek Sosial

No. Rekomendasi

Sasaran Program Kegiatan Keterangan

1 Terwujudnya

kemantapan

kawasan areal

pemanfaatan hutan

terutama pada

areal yang masih dipersengketakan

Pemantapan

kawasan areal

pemanfaatan hutan

pada areal sengketa

oleh para pihak

dengan melibatkan

UM, masyarakat ,

pemerintah daerah, &

Forum Komunikasi

Daerah (FKD)

• Identifikasi areal klaim secara bersama oleh para pihak

dengan mengedepankan

dialog secara kontinyu • Pemetaan secara partisipatif

wilayah klaim masyarakat dan

mengembangkan budidaya

pertanian bersama masy. • Penyelesaian konflik untuk

lahan konsesi yang masih bermasalah

• Pengukuhan dan penetapan administratif kawasan konsesi • Membangun kemitraan dgn para pihak dalam pemanfaat-an lahpemanfaat-an tpemanfaat-anampemanfaat-an kehiduppemanfaat-an.

Prioritas II (Terkait dengan Indikator S1.1) 2 Terjaminnya ke-pastian akses pemanfaatan hutan oleh warga komuniti Menjamin kepastian akses pemanfaatan

hutan oleh warga

komuniti

• Fasilitasi pengembangan dan

peningkatan nilai tambah

potensi hasil hutan non kayu (HHNK) antara lain madu,

ikan, rotan, bambu dan

jernang.

• Membuat aturan dan program pemanfaatan hasil hutan non

kayu dengan melibatkan

masyarakat.

• Melakukan program

pembinaan untuk ketahanan pangan bagi Suku Anak Dalam.

• Melakukan inventarisasi dan monitoring hasil hutan non kayu. • Pengembangan teknologi pengolahan HHNK. Prioritas II (Terkait dengan Indikator S1.2) 3 Terbukanya

peluang kerja bagi

seluruh warga

komuniti

Meningkatkan

par-tisipasi komunitas

dalam tata kelola hutan tanaman lestari dengan cara mem-berikan kesempatan kerja bagi tenaga kerja lokal yang berasal dari

desa-• Diseminasi informasi tentang

kebutuhan kerja bagi

komunitas

• Base Line status pendidilkan penduduk usia sekolah yang diarahkan untuk memenuhi

kebutuhan karyawan

perusahaan

Prioritas II (Terkait dengan Indikator S1.4)

(19)

No. Rekomendasi

Sasaran Program Kegiatan Keterangan

desa di sekitar

kawasan konsesi • Pendidikan dalam bentuk pemberdayaan dan pelatihan masyarakat lokal misalnya melalui pelatihan / kursus keterampilan (sopir, montir, komputer, pembibitan,

pe-nanaman, pemanenan,

keuangan, dll) sesuai

kebutuhan pihak manajemen

dalam pengelolaan hutan

tanaman. 4 Bertambahnya ragam sumber ekonomi warga komuniti Peningkatan ke-sejahteraan komuniti melalui penambahan ragam sumber ekonomi

• Melakukan social mapping di wilayah desa sekitar

• Melakukan kajian tentang

kontribusi sektor ekonomi di komuniti dengan melakukan perhitungan PDRB desa atau kecamatan dan tenaga kerja yang bekerja menurut sektor sebagai dasar untuk pe-ngembangan ragam sumber ekonomi warga komuniti • Melakukan pelatihan berbasis

teknologi tepat guna dalam

pemanfaatan sumberdaya

lokal dan pengembangan

ekonomi produktif

• Membangun jalur tata niaga hasil produk sumber ekonomi bersama masyarakat

• Monitoring dan evaluasi

program pengembangan ragam ekonomi. Prioritas II (Terkait dengan Indikator S2.3) 5 Terlaksananya mekanisme pengelolaan konflik

secara adil dan

partisipatif

Mewujudkan mekanisme

pengelolaan konflik

dgn mempertimbang-kan rasa keadilan & keseimbangan dalam proses-proses

alter-native dispute

resolution (resolusi

konflik)

• Training resolusi konflik dan

FPIC (Free and Prior

Informed Consent) bagi staf

unit manajemen dan pihak terkait

• Pendidikan dan diseminasi resolusi konflik

• Konsultasi publik dan hearing dengan pihak pemerintah

• Mendokumentasikan kasus

konflik yang terjadi secara kronologis

• Monitoring dan mediasi oleh

Prioritas II (Terkait dengan Indikator S.2.7)

(20)

No. Rekomendasi

Sasaran Program Kegiatan Keterangan

pihak ketiga (FKD)

• Kemitraan dengan

stake-holders antara lain FKD, PT dan pemerintah daerah.

6 Terlindunginya keselamatan dan kesehatan pekerja Perlindungan untuk keselamatan dan kesehatan pekerja

• Sosialisasi sistem jaminan keselamatan dan kesehatan kerja

• Penyediaan fasilitas

ke-selamatan dan kesehatan

kerja yang terstandarisasi

• Monitoring dan evaluasi

fasilitas kesehatan.

• Monitoring penggunaan alat pelindung diri oleh karyawan tetap dan kontraktor pada saat berkerja.

• Monitoring terhadap

ke-selamatan dan kesehatan

pekerja Prioritas II (Terkait dengan Indikator S3.1) 7 Terlaksananya pendidikan dan keterampilan secara berkala bagi seluruh pekerja

Menjamin

pe-ningkatan kapasitas pekerja di seluruh level melalui kegiatan

pendidikan dan

pelatihan

• Mengkaji kebutuhan

pen-didikan dan keterampilan

berdasarkan bidang kerja

melalui need assessment • Merancang kegiatan pelatihan

sesuai kebutuhan bidang

kerja

• Melatih tenaga CD untuk

meningkatkan kapasitas

dalam melakukan kegiatan

pemberdayaan kepada

masyarakat

• Menyiapkan sumber daya

pendukung untuk kegiatan pelatihan yang diperlukan • Mengevaluasi penyelenggaraan pelatihan. Prioritas II (Terkait dengan Indikator S3.6) Keterangan :

Prioritas I adalah rekomedasi yang SANGAT disarankan untuk peningkatan kinerja unit manajemen PT. WKS

(21)

C. Penerbitan Sertifikat PHTL LEI

Berdasarkan hasil evaluasi kinerja dan pengambilan keputusan Panel Pakar II, PT Wirakarya Sakti (PT WKS) dengan luas 293.812 ha dinyatakan LULUS Sertifikasi Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari berdasarkan Standar LEI 5000-2 dengan peringkat Perak. Selanjutnya Lembaga Sertifikasi PT TUV Rheinland Indonesia menerbitkan Sertifikat PHTL dengan masa berlaku 5 tahun terbit pada tanggal 26 September 2013 dan berakhir pada tanggal 25 September 2018.

Gambar

Tabel III.1. Perkembangan Areal Kerja PT WKS
Tabel III.2.  Letak dan Luas Areal Kerja PT WKS serta Kelompok Hutannya

Referensi

Dokumen terkait

Proses penapisan dilakukan oleh tim Panel Pakar I mengacu pada Pedoman LEI 99-33, diawali dengan penelaahan dokumen-dokumen yang terkait dengan kegiatan

18 7.3 Perusahaan sudah memiliki data identifikasi spesies kunci dan peta sebaran satwa, namun data yang tersedia belum menggambarkan secara jelas pola migrasi spesies

Pengelolaan KL dengan penegasan tanda batas untuk memastikan batas operasional produksi kayu sehingga kondisinya tidak terganggu.Untuk meningkatkan perlindungan dan sekaligus

Berdasarkan bukti – bukti yang ditemukan pada saat verifikasi lapangan, tim verifikasi grievance menyimpulkan bahwa insiden yang terjadi di pos 803 Distrik

Proses penilaian lapangan untuk unit manajemen PT Satria Perkasa Agung (Unit Serapung) dilakukan oleh tim penilai lapangan Lembaga Sertifikasi PT SUCOFINDO