PUBLIC SUMMARY
(Ringkasan Publik)
SERTIFIKASI PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN LESTARI (PHTL)
PT. WIRAKARYA SAKTI
PROVINSI JAMBI
Oleh
Profil Perusahaan
A. Identitas Unit Manajemen1. Nama Unit Manajemen PT Wirakarya Sakti
2. Alamat Kantor Jambi :
Jl. Ir. H. Juanda No.14 Kelurahan Mayang Mangurai Kecamatan Kota Baru, Jambi 36145
Telp. (0741) 572471 – 572402. Fax (0741) 573483 Kantor Lapangan :
Desa Tebing Tinggi, Kec. Tebing Tinggi Kab. Tanjung Jabung Barat - Jambi
Telp. 0742-51051, Fax 0742-551710
3. Lokasi Unit Manajemen Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tebo - Provinsi Jambi
4. Luas Areal Hutan yang
Disertifikasi 293.812 hektar (sesuai SK Menteri Kehutanan) 5. SK IUPHHK -HT SK Menteri Kehutanan No. 346/Menhut-II/2004
(Add.III) tanggal 10 September 2004 6. Susunan Komisaris dan
Pengurus Perusahaan Berdasarkan Akta No. 08 tanggal 26 Maret 2013 notaris Heleni Ritliany, SH, susunan Komisaris dan Pengurus Perusahaan adalah sebagai berikut: Komisaris Utama : Ir. Subardjo
Komisaris : Sukirta Mangkudjaja Direktur Utama : Arthur Tahya
Direktur : Didi Harsa Direktur : Stanley Najoan 7. Pemilik Perusahaan/Saham PT. Purinusa Eka Persada
PT. Pangkalan Usaha Maju PT. Publisita Perdana 8. Penanggung Jawab Sertifikasi Kris Budi Wahono (Environment Head PT WKS)
B. Sejarah Kegiatan Pengusahaan Hutan
Areal kerja PT Wirakarya Sakti (selanjutnya disebut dengan PT WKS) sesuai Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK Menteri Kehutanan No. 346/Menhut-II/2004 (Add.III) tanggal 10 September 2004 dengan luas 293.812 ha. Areal ini terletak di Provinsi Jambi yang termasuk dalam 5 (lima) wilayah kabupaten dan 15 kecamatan, yaitu: Kabupaten Tanjung Barat (Kecamatan: Tungkal Ulu, Betara, Merlung dan Pengabuan), Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Kecamatan: Mendahara, Dendang dan Rantau Rasau), Kabupaten Batanghari (Kecamatan : Pemayung dan Mersam, Morosebo Ilir dan Merosebo Ulu), Kabupaten Muaro Jambi (Kecamatan : Morosebo, Kumpeh, dan Sakernan) dan Kabupaten Tebo (Kecamatan : Tengah Ilir dan Tebo Ulir) dengan fungsi hutan berupa Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/RTRWP) atau Hutan Produksi tetap (HP menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan/TGHK).
Terdapat beberapa penerbitan Surat Keputusan Menteri Kehutanan sejak SK definitive pertama diberikan hingga terakhir tahun 2004 yang merubah luas kawasan IUPHHK-HT PT. WKS seperti ditunjukan Tabel III.1.
Tabel III.1. Perkembangan Areal Kerja PT WKS
No Dasar Hukum Tanggal Terbit Perihal Luas Areal
(ha)
1 SK Kakanwilhut Provinsi Jambi No. 165/HTI/ Wilhut/Iva/1989
15 Desember 1989 Ijin Penanaman Percobaan Pertama (IPP-i) 1.000 2 SK Menteri Kehutanan No. 744/Kpts-II/1996 25 November 1996 SK IUPHHK-HT Definitif 78.420 3 SK Menteri Kehutanan No. 64/Kpts-II/2001 15 Maret 2001 SK IUPHHK-HT Definitif (Addendum I) 191.130 4 SK Menteri Kehutanan No. 228/Menhut-II/2004 9 Juli 2004 SK IUPHHK-HT
Definitif (Addendum II)
233.251 5 SK Menteri Kehutanan
No. 346/Menhut-II/2004
10 September 2004 SK IUPHHK-HT Definitif (Addendum III)
293.812
Untuk proses penetapan kawasan, IUPHHK-HT PT WKS telah selesai melaksanakan kegiatan pengukuran dan penataan batas kawasan di lapangan berdasarkan Pedoman Tata Batas IUPHHK-HT PT WKS yang disahkan oleh Direktur Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan, Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Kehutanan dengan surat nomor 18-4/WKS/V/2012 tanggal 15 Mei 2012 tentang Pelaksanaan Pengukuran dan Penataan Batas
Sendiri dan Persekutuan Areal Kerja IUPHHK-HT PT. WKS dengan panjang trayek batas ± 987,218 km
C. Visi, Misi dan Komitmen Unit Manajemen
Sebagaimana dinyatakan dalam profil perusahaan (company profile) PT WKS memiliki Visi, Misi, Komitmen Lingkungan, Komitemen Kelestarian Hasil, Komitmen Sosial dan Sumberdaya Manusia, Komitmen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai berikut :
Visi
Menjadi Perusahaan Kehutanan kelas dunia, yang mempraktekkan pengelolaan hutan secara lestari, dengan mengembangkan hubungan sosial yang harmonis, layak secara ekonomi dan ramah lingkungan.
Misi
Misi PT WKS mengelola dan mengembangkan Sumberdaya Hutan secara profesional guna meningkatkan manfaat bagi pemangku-kepentingan, dengan cara :
1. Mengembangkan hutan tanaman industri yang lestari dan berkualitas tinggi sebagai sumber bahan baku pulp, dengan harga terbaik dan rendah resiko.
2. Menyediakan lapangan kerja dan kesempatan usaha bagi masyarakat dan industri terkait, yang dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.
3. Melindungi areal hutan yang mempunyai nilai konservasi dan meningkatkan kelestarian lingkungan hutan.
4. Menghasilkan keuntungan yang memadai, untuk ikut berkontribusi dalam penerimaan pajak oleh Negara.
Komitmen Lingkungan
1. Mematuhi seluruh peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang relevan di tingkat lokal dan nasional, termasuk berbagai konvensi internasional yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia.
2. Meningkatkan mutu lingkungan hidup secara berkesinambungan melalui pengelolaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan standar ISO 14001:2004.
3. Memelihara dan meningkatkan nilai konservasi pada kawasan yang teridentifikasi sebagai kawasan bernilai konservasi tinggi (High Conservation Value) sesuai prinsip kehati-hatian. 4. Mempertahankan ekosistem gambut termasuk penerapan pengelolaan tata air yang tepat. 5. Menerapkan system silvikultur yang sesuai termasuk pengendalian dampak fisik, biologi dan
6. Berkontribusi terhadap upaya-upaya nasional dan global dalam menurunkan emisi karbon yang berasal dari degradasi dan deforestasi hutan.
7. Melakukan perbaikan secara terus menerus melalui evaluasi, penelitian dan kerjasama dengan para pihak.
Komitmen Kelestarian Hasil
1. Mematuhi semua peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang relevan di tingkat lokal dan nasional, termasuk berbagai konvensi internasional yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia.
2. Membangun kemantapan kawasan yang didasarkan pada sistem zonasi yang menjamin keberlangsungan fungsi produksi, lingkungan dan sosial.
3. Membangun hutan tanaman industri yang didukung oleh sistem silvikultur yang tepat dan perlindungan hutan yang efektif untuk mencapai produktifitas lahan.
4. Pengaturan hasil didasarkan pada daur produktif dan etat (luas dan volume).
5. Menerapkan sistem pemanenan yang ramah lingkungan dan prinsip keterlacakan bahan baku kayu.
Komitmen Sosial dan Sumberdaya Manusia
1. Mematuhi seluruh peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang relevan di tingkat lokal dan nasional, termasuk berbagai konvensi internasional yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia.
2. Mengakui dan menghormati hak-hak masyarakat lokal dan masyarakat adat (Indigenous
People) di dalam dan sekitar wilayah konsesi, dengan menerapkan azas keterbukaan,
kesetaraan, dan keadilan dalam proses pengambil keputusan.
3. Melaksanakan program-program pemberdayaan masyarakat baik masyarakat adat maupun masyarakat lokal yang didesain secara terbuka dan partisipatif bersama para pihak penerima manfaat (beneficiaries groups).
4. Mengakui, menghormati dan merealisasikan hak-hak pekerja, termasuk memberikan kebebasan berserikat, tidak mempekerjakan pekerja dibawah umur serta tidak ada diskriminasi dalam semua lingkup pekerjaan.
5. Mengambil langkah-langkah strategis dalam memberdayakan tenaga tenaga kerja lokal. 6. Menerapkan sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk mencapai zero accident. 7. Menyelesaikan konflik dan keluhan secara bertanggungjawab dan tanpa kekerasan.
8. Bekerjasama secara aktif dan konstruktif dengan semua pemangku kepentingan di tingkat lokal, nasional dan internasional yang berkaitan dengan operasional perusahaan.
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Mengutamakan Sumber Daya Manusia :
PT Wirakarya Sakti adalah perusahaan yang memproduksi kayu hutan tanaman, mengutamakan nilai-nilai dengan perhatian kepada manusia dan memotivasi karyawan untuk meraih kesuksesan.
Tanggung Jawab Pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja :
Kita mendorong kesadaran setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk bekerja dengan aman didalam lingkungan yang sehat dan aman.
Kita mengikuti peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain secara Nasional dan Internasional dari pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja.
Perbaikan Berkelanjutan :
Kita bersungguh-sungguh untuk memperbaiki kinerja pengelolaan dan budaya keselamatan dan kesehatan kerja secara berkelanjutan.
Keterlibatan Pihak Terkait dan Informasi yang Transparan:
Kita melibatkan supplier, kontraktor, pelanggan dan masyarakat di lingkungan kerja perusahaan dalam pengendalian resiko keselamatan dan kesehatan kerja.
Kita menginformasikan kebijakan, aspek-aspek dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. Informasi akan didapatkan diseluruh area unit kerja PT Wirakarya Sakti
D. Aspek Sumberdaya Hutan
Secara geografis areal PT. WKS terletak antara 0°45’00” - 01°36’00” LS dan 102°46’00” - 103°49’00” BT. Secara administrasi pemerintahan, areal PT. WKS terletak di Provinsi Jambi, tercakup dalam 5 (lima) Kabupaten yaitu :
Kabupaten Tanjung Barat, mencakup Kecamatan Tungkal Ulu, Betara, Merlung dan Pengabuan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, mencakup Kecamatan Mendahara, Dendang dan Rantau Rasau
Kabupaten Batanghari, mencakup kecamatan Pemayung dan Mersam, Morosebo Ilir, Merosebo Ulu.
Kabupaten Muaro Jambi, mencakup Kecamatan Morosebo, Kumpeh, dan Sakernan Kabupaten Tebo mencakup Kecamatan Tengah Ilir dan Tebo Ilir.
Letak dan luas serta posisi geografis areal kerja PT WKS seluruh Distrik I – Distrik VIII disajikan pada Tabel III.2.
Tabel III.2. Letak dan Luas Areal Kerja PT WKS serta Kelompok Hutannya
Distrik Luas
(ha) Letak Geografis
Letak Administrasi Pemerintahan Letak Kelompok Hutan Distrik I 46.445 01º00’15” – 01º16’20” LS 103º07’00” – 103º25’25” BT
Kab. Tanjab Barat Kab. Muaro Jambi
DAS Betara (S. Tapah), DAS Pengabuan (S. Bram Hitam, S. Simp Kadam, S. Dasal) Distrik II 39.982 00º58”24 – 01º15’00” LS
103º23’37” – 103º41’45” BT
Kab. Tanjab Barat & Kab. Tanjab Timur
DAS Pkl. Duri, DAS Betara, DAS Mendahara (S. Putat) Distrik III 47.313 01º20’25” – 01º34’42” LS
103º05’10” – 103º24’47” BT
Kab. Batanghari Kab. Muaro Jambi dan Kab. Tanjab Barat
DAS Batanghari (S. Danau Bangko, S. Singoan, S. Air Hitam)
Distrik IV 33.498 01º20’22” – 01º32’40” LS 102º54’05” – 103º05’17” BT
Kab. Batanghari dan Kab. Tanjab Barat DAS Batanghari (S. Dn Bangko, S. Singoan, S. Sengkati, S. Rengas), DAS Pengabuan (S. Benanak, S. Rotan, S. Belimbing) Distrik V 33.425 00º45’30” – 01º05’47” LS
102º47’30 – 103º03’40” BT Kab. Tanjab Barat
DAS Pengabuan (S. Lumahan)
Distrik VI 21.826 00º52’00” – 01º00’00” LS
103º03’15” – 103º19’35” BT Kab. Tanjab Barat
DAS Pengabuan (S. Simpang Kadam, S. Bram Hitam Kanan, S. Baung)
Distrik VII 23.993 01º14’10” – 01º29’05” LS 103º34’00” – 103º55’10” BT
Kab. Tanjab Timur & Kab. Muaro Jambi
DAS Batanghari (S. Gerang, S. Dn Alay), DAS Mendahara, DAS Lagan,
Distrik VIII 47.330 01º15’50” – 01º30’30” LS 102º37’10” – 102º56’40” BT
Kab. Batanghari, Kab. Tanjab Barat dan Kab. Tebo
DAS Batanghari (S. Landai, S. Sengkati, S. Rengas, S. Bengkal, S. Kilis), S. Ibul
PROSES SERTIFIKASI
Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (PHTL) merupakan perwujudan dari konsep pembangunan bidang kehutanan yang berkelanjutan (sustainable). Dalam proses pencapaiannya diperlukan suatu sistem yang menjamin keseimbangan kelestarian fungsi produksi, ekologi dan sosial. Sebagai instrumen yang menjembatani kesenjangan antara kondisi riil dengan standar kinerja yang harus dicapai dalam PHTL, maka diperlukan sistem sertifikasi sebagai proses yang berkesinambungan.
PT. Wirakarya Sakti (PT. WKS) mempunyai komitmen yang cukup tinggi dalam mewujudkan PHTL. Hal ini dibuktikan dengan mengajukan aplikasi untuk sertifikasi PHTL dengan standar Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) kepada Lembaga Sertifikasi PT. TUV Rheinland Indonesia.
A. Tahapan Proses Sertifikasi
Dalam proses resertifikasi ini, pada tahap awal diadakan pertemuan antara Panel Pakar I dengan tim penilai lapangan yang akan melaksanakan penilaian lapangan di PT. WKS. Pertemuan dimaksudkan untuk merangkum rekomendasi dari PP I yang menjadi fokus perhatian dalam kegiatan penilaian di lapangan.
Penilaian Lapangan (full assessment) Resertifikasi PHTL LEI PT. WKS (Distrik I s/d Distrik VIII) dilaksanakan pada tanggal 15-20 Juli 2013. Konsultasi Publik dengan Stakeholder utama, yaitu Dinas Kehutanan Provinsi Jambi dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2013 di Jambi, sedangkan rencana konsultasi dengan FKD tidak dapat terealisasi karena kepadatan kegiatan anggota FKD tersebut. Untuk konsultasi publik dengan masyarakat (desa) dilakukan sekaligus bersamaan dengan pengumpulan data lapang pada Aspek Sosial.
Penilaian Lapangan (Full Assessment) dilaksanakan pada tanggal 15-20 Juli 2013
Proses penilaian lapangan untuk unit manajemen PT. WKS dilakukan oleh tim penilai lapangan Lembaga Sertifikasi PT. TUV Rheinland Indonesia yang menggunakan standar LEI 5000-2 sebagai acuan penilaian. Kegiatan penilaian lapangan dilakukan pada tanggal 15-20 Juli 2013. Tim penilai lapangan terdiri dari :
1. Heni Handayani, S. Hut (Aspek Produksi) 2. Ir. Lukman Mulyanto, M.Si (Aspek Produksi) 3. Ibrohim Prayetno, S.Hut (Aspek Ekologi) 4. Niechi Valentino, S.Hut (Co-Aspek Ekologi) 5. Drs. Fadli (Aspek Sosial)
Penilaian lapangan yang dilakukan oleh tim penilai lapangan PT TUV mengacu pada standar LEI 5000-2 tentang Sistem Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (PHTL), Pedoman LEI 99-31 tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian lapangan Sertifikasi PHTL dan Pedoman LEI 99-32 sebagai acuan dalam penyusunan laporan hasil penilaian lapangan sertifikasi PHTL.
Evaluasi kinerja dan pengambilan keputusan oleh Panel Pakar II dilaksanakan pada tanggal 24-26 September 2013
Tahap selanjutnya dari proses sertifikasi ini adalah tahap evaluasi kinerja dan pengambilan keputusan sertifikasi. Tahap ini dilakukan oleh tim Panel Pakar II, yang beranggotakan 6 orang, terdiri dari tim Panel Pakar I (3 orang) yang telah memberikan pengarahan dan rekomendasi kepada penilai lapangan dan Panel Pakar dari daerah (3 orang) yang merupakan pakar pada aspek produksi, ekologi dan social, dimana pakar dari daerah ini merupakan utusan daerah dimana Unit Manajemen berada. Susunan Panel Pakar II terdiri dari :
a. Ir. Ahmad Hadjib, MS (Aspek Produksi) b. Dr. Ir. Hamzah, M.Si (Aspek Produksi)
c. Dr. Ir. Machmud Thohari, DEA (Aspek Ekologi) d. Ir. Fazriyas, M.Si (Aspek Ekologi)
e. Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si (Aspek Sosial) f. Ir. Elwamendri, M.Si (Aspek Sosial)
Panel Pakar II bekerja setelah menelaah laporan hasil penilaian lapangan dan presentasi dari tim penilai lapangan. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 24-26 September 2013 berlokasi di Hotel Santika Bogor.
Berdasarkan hasil evaluasi Panel Pakar II tersebut, PT. Wirakarya Sakti, Provinsi Jambi dengan luas 293.812 hektar dinyatakan LULUS Sertifikasi Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari berdasarkan Standar LEI 5000-2 dengan peringkat Perak.
Panel Pakar II mengeluarkan beberapa rekomendasi perbaikan yang harus dilakukan oleh unit manajemen PT. WKS sebagai berikut :
B. Rekomendasi
Rekomendasi Aspek Produksi
No Rekomendasi
Sasaran Program Kegiatan Keterangan
1 Terwujudnya kepastian status areal unit manajemen yang diakui oleh stakeholders Pemantapan status kawasan areal
hutan pada areal sengketa oleh para
pihak dengan
melibatkan
stake-holders masyarakat, pemerintah daerah, Kementerian Kehutanan & forum komunikasi daerah)
1. Koordinasi penyelesaian
batas kawasan hutan
konsesi PT. WKS dengan parapihak.
2. Resolusi konflik terhadap areal/lahan yang diklaim,
diokupasi berdasarkan
hasil pemetaan konflik.
3. Penataan batas luar
kawasan dengan
melibatkan parapihak
secara partisipatif.
4. Sosialisasi hasil
pengukuhan / penetapan & tata batas dengan
menggunakan konsep
FPIC (Free Prior and
Informed Consent) atau
PADIATAPA (Persetujuan
Atas Dasar Informasi
Awal Tanpa Paksaan).
Prioritas II Indikator yang di sasar: - P1.1. kepastian lahan sebagai areal hutan tanaman - P1.8. pemasyarakatan hak-hak atas areal
- P.2.1. besarnya gangguan hutan Pemantapan kawasan meliputi aspek : Legalitas kawasan Legitimasi kawasan 2 Terwujudnya pengaturan hasil
yag sesuai dengan
potensi dan kemampuan lahan demi menjamin kelestarian produksi Peningkatan ke-sesuaian pengatur-an hasil untuk menjamin kelestari-an daur berikutnya
1. Kajian penataan unit-unit kelestarian hutan
2. Kajian rencana jangka benah menuju struktur hutan normal
3. Kajian produksi hasil
hutan tahunan yang
optimal berdasarkan
analisis data PSP, MAI, dan IHMB. Prioritas II Indikator yang di sasar : - P3.1. pengorgani-sasian areal produksi - P3.7.peningkatan aset tegakan hutan 3 Tersedianya sistem manajemen kebakaran hutan
dan lahan yang efektif dan efisien
Peningkatan ke-mampuan organisasi, sistem, dan peralatan dalam pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan
• Identifikasi dan analisis data hotspot.
• Pengecekan informasi
hotspot secara berkala. • Penyediaan Peta Tingkat
Kerawanan Kebakaran
Hutan dan Lahan.
• Pembentukan KMPA bagi desa yang belum ada KMPA Prioritas II Indikator yang di sasar : - P1.2. Sistem manajemen kebakaran hutan - P1.6. produksi tahunan sesuai dengan produktivitas hutan,
No Rekomendasi
Sasaran Program Kegiatan Keterangan
kemampuan penanaman & daya dukung lahannya - P.2.1. besarnya gangguan hutan - P3.7. peningkatan aset tegakan hutan. 4 Diminimalkannya dampak negatif pemungutan hasil hutan Penerapan pemungutan hasil
hutan pada semua skema pembukaan
wilayah hutan
secara benar
1. Penyediaan peta indikator dampak penting dalam
setiap langkah/proses
pemanenan hasil hutan di lapangan. Prioritas II Indikator yang di sasar: - P2.5. penerapan sistem pemanen-an hasil hutan ramah lingkungan - P.1.7. kualitas pembukaan wilayah hutan (PWH) - P3.2. efisiensi pemanenan dan pemanfaatan hasil hutan tanaman. 5 Tercapainya rentabilitas usaha diatas MARR (minimum attractive rate of return) Peningkatan nilai likuiditas, nilai rentabilitas dan solvabilitas diatas nilai suku bunga
1. Kajian perkiraan
kesehatan perusahaan
melalui analisis likuiditas,
rentabilitas, dan
solvabilitas untuk 5 tahun ke depan.
Prioritas II
Indikator yang di
sasar:
- P3.4. kesesuaian luas areal produksi
efektif dengan perkiraan renta-bilitas usaha/ kesehatan perusahaan - P1.6. produksi tahunan sesuai dengan
produk-tivitas hutan, ke-mampuan
penanaman & daya dukung lahannya
- P2.3. kemampuan
penanaman dan
kualitas hasilnya
No Rekomendasi
Sasaran Program Kegiatan Keterangan
kualitas hasilnya. 6 Tercapainya upaya peningkatan aset tegakan hutan Stabilisasi produksi pd tingkat produksi lestari & kapitalisasi dan reinvestasi ke dalam pengusahaan hutan sehingga modal tegakan hutan selalu meningkat 1. Penyusunan rencana
jangka benah menuju
struktur hutan normal.
2. Penyusunan rencana
peningkatan kemampuan
penanaman sehingga
mencapai 100% sesuai target.
3. Kajian perkiraan modal tegakan hutan pada daur
berikutnya berdasarkan
hasil pendapatan dan
pengeluaran (cost) dalam
kegiatan pengusahaan
hutan saat ini (daur
sekarang).
Prioritas II
Indikator yang di
sasar:
- P3.7. Peningkatan aset tegakan hutan
- P3.4. kesesuaian
luas areal produksi
efektif dengan perkiraan rentabi-litas usaha / kesehatan perusahaan Keterangan :
Rekomendasi Aspek Ekologi
No Rekomendasi
Sasaran Program Kegiatan Keterangan
1 Terwujudnya pengakuan dan perlindungan kawasan Lindung olehmasyarakat sekitar PT. WKS • Pengelolaan kawasan Lindung PT. WKS berbasis multi-stakeholder
• Sosialisasi & Penyamaan
Persepsi keberadaan
kawasan lindung PT. WKS melalui keterlibatan multi-stakeholder. • Menyusun kesepakatan bersama multi-stakeholder dalam perlindungan kawasan lindung PT. WKS Terkait dengan indikator E1.1,
E1.2, E2.1, E2.4
2 Terbentuknya
lembaga/unit pengelolaan
kawasan lindung
yang terpadu dan partisipatif • Peningkatan kapa-sitas kelembagaan pengelolaan kawasan lindung terpadu dan partisipatif • Penambahan jumlah
personalia dan sarana
prasarana pengelolaan
kawasan lindung pada
masing-masing kawasan
lindung KPPN, KPSL, KSS, Gambut, Koridor satwa,
Bufferzone HLG,TNBT,
Kawasan rawan erosi,
kawasan lereng pada setiap blok dalam setiap distrik yang sesuai dengan kebutuhan lapangan. • Meningkatkan peran serta
masyarakat sekitar UM PT. WKS dalam pengelolaan kawasan lindung secara musyawarah dan mufakat (berkolaborasi).
• Penyusunan SOP penge-lolaan kawasan lindung secara partisipatif dengan pelibatan aktif masyarakat desa sekitar PT. WKS
Terkait dengan
indikator E1.1,
E1.2, E2.1, E2.4
3 Bertambahnya luas
kawasan Lindung
Gambut ( >3 m) pada distrik II, V, VI, VII secara bertahap
dan pasti baik
jangka menengah dan panjang. • Rekontruksi pe-ngembangan kawasan lindung gambut dalam PT. WKS
• Pemetaan secara detail
wilayah gambut dalam
terutama pada wilayah
peat dome.
• Pengkayaan kembali
secara bertahap wilayah gambut dalam (terutama
peat dome) dengan
vegetasi alami melalui
penyesuaian sistem
sivikultur.
Terkait dengan
indikator E1.2,
No Rekomendasi
Sasaran Program Kegiatan Keterangan
• Pembibitan vegetasi alami untuk pengkayaan areal gambut dalam.
• Pemantauan dan
pemeliharaan pengkayaan kembali wilayah gambut dalam secara rutin dan baik. 4 Penerapan hasil Penilaian NKT (Nilai Konservasi Tinggi • Pemetaan dan pemasangan tapal batas areal spesifik NKT • Identifkasi, reha-bilitasi, konservasi dan restorasi NKT • Sosialisasi pelibat-an masyarakat
sekitar areal hutan
berperan aktif untuk pelestarian NKT • Kerjasama dengan lembaga terkait seperti : lembaga akademik, penelitian, dll.
• Penanaman jelutung, pulai dan tanaman endemik lain yang dapat memperkaya habitat fauna
• Penetapan status NKT
untuk tipe kawasan
lindung yang ada di Unit
Manajemen terutama
lahan gambut
• Pelestarian & pengkayaan
plasma nutfah (sebagai sumber pangan
karbo-hidrat, sumber
pe-ngembangan ekonomi
masyarakat, dan jasa
ekosistem), pertanian
ramah lingkungan dan
adaptasi perubahan iklim
untuk tipe kawasan
lindung
Terkait indikator E1.1, E1.6, E1.8,
E.1.12, E2.1,
E2.2, E2.3, E2.5, E2.6, E.2.8. 5 Meningkatkan ke-anekargaman flora pada kawasan lindung sempadan sungai • Biodervesity Kawasan Lindung Sempadan sungai • Rehabilitasi kawasan
Lindung Sempadan sungai dengan jenis-jenis vegetasi yang mendukung fungsi sempadan sungai.
• Pengakayaan jenis pohon lokal secara bertahap pada kaw. lindung sempadan sungai yang telah ditanami tanaman pokok Terkait dengan indikator E1.1, E1.2, E1.8, E1.12, 6 Relokasi satwa kunci (harimau sumatera) ke wilayah habitat ekosistem yang lebih baik • Pengamanan dan perlindungan areal yang terdapat harimau sumatera di dalam wilayah PT WKS • Perencanaan relokasi satwa
• Pembentukan tim terpadu dalam menyusun rencana kerja (PT. WKS, NGO, BKSDA, Pemda dll) • Indentifikasi populasi dan
habitat satwa harimau
• Indentifikasi rencana
wilayah ekosistem habitat
Terkait dengan
No Rekomendasi
Sasaran Program Kegiatan Keterangan
kunci (harimau sumatera) di habitat terisolasi di wilayah PT. WKS ke kaw. konservasi lain terdekat (misalnya di TN Bukit Tigapuluh)
baru harimau sumatera • Relokasi
7 Terwujudnya tata
batas kawasan
lindung dan areal
produksi efektif
secara permanen
• Pemantapan tata
batas kawasan
lindung dan areal produksi efektif
• Mensosialisasikan tata
guna dan tata batas
kawasan PT. WKS kepada
masyarakat terutama
fungsi kawasan tanaman unggulan, kaw. tanaman kehidupan, kaw. lindung secara berkala.
• Harus menjaring secara
partisipatif kebutuhan
dasar masyarakat terkait
dengan pengembangan
kaw. tanaman kehidupan
dan kawasan tanaman
unggulan.
• Harus memasangan tata
batas kawasan lindung
KPPN, KPSL, KSS,
Gambut, Koridor satwa, Bufferzone HLG, TNBT,
Kawasan rawan erosi,
kawasan lereng dan areal produksi harus memenuhi standar yang berlaku. • Pemeliharaan tata batas
secara rutin dan bersifat partisipatif.
Terkait dengan
indikator E1.2
dan E1.3. E1.4. E.2.2 8 • Meningkatnya tk. kesuburan tanah areal produksi • Mewujudkan sistem silvikukultur yang ramah lingkungan • Terwujudnya pengelolaan limbah yang sesuai dgn standar ramah lingkungan • Pengelolaan sistem silvikultur yang ramah lingkungan. • Pengelolaan limbah berbasis lingkungan • Harus meminimalkan penggunaan bahan-bahan
kimia dalam kegiatan
produksi /silvikultur HTI
• Harus meningkatkan
pengembangan sistem
biologi dalam pengendalian gulma dan hama secara
terus menerus diareal
produksi.
• Pengelolaan limbah
domestik yang ramah
Terkait dengan
indikator E1.6,
E1.15 dan E1.11, E1.13, E1.14
No Rekomendasi
Sasaran Program Kegiatan Keterangan
lingkungan terutama pada kegiatann yang dilakukan oleh Sub Kontraktor PT. WKS.
• Harus membuat sumur
pantau pada lokasi
produksi efektif untuk
memantau rawan
pencemaran limbah kimia (pestisida, herbisida, dan lainnya).
9 • Meningkatnya
indeks keanekara-gaman flora dan
fauna pada kawasan lindung maupun areal produksi. • Terbangunnya jaringan kerjasama multipihak dalam pengelolaan satwa yang bernilai HCV • Peningkatan ke-anekaragaman hayati baik yang dilindung maupun yang tdk dilindungi
pada kawasan
lindung & produksi.
• Harus melakukan inven-tarisasi & dokumentasi
perubahan indeks
ke-ragaman hayati pada
masing-masing setiap
lokasi kawasan lindung
KPPN, KPSL, KSS,
Gambut, Koridor satwa, Bufferzone HLG, TNBT,
Kawasan rawan erosi,
kawasan lereng dan areal produksi pada setiap blok daalm distrik
• Harus memasang papan larangan berburu satwa pada setiap lokasi kawasan
lindung di setiap blok
kawasan PT. WKS. • Secara berkala harus
melakukan kegiatan
pengkayaan vegetasi pada
areal kawasan lindung
dengan jenis-jenis pohon lokal.
• Peningkata jaringan kerja-sama dengan BKSDA dan LSM yang berkaitan keber-adaan dan pengembangan
satwa yang dilindungi
(seperti harimau sumatera)
Terkait dengan
indikator E1.8
dan E.12. E2.5
10 • Terwujudnya pola pemanfaatan lahan masyarakat ber-basis ramah lingkungan. • Meningkatnya nilai • Penguatan ke-lembagaan melalui peningkatan fungsi tanaman kehidup-an dkehidup-an hasil hutkehidup-an non kayu.
• Identifikasi potensi sumber-daya hutan secara me-nyeluruh yang dapat
di-manfaatkan masyarakat
secara partisipatif.
• Harus
mengimplementasi-Terkait dengan
indikator E1.15, E2.2, E2.3, E2.6, E2.8.
No Rekomendasi
Sasaran Program Kegiatan Keterangan
ekonomi hasil
hutan non kayu bagi kesejahteraan masyarakat sekitar PT. WKS. • Terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat melalui pengembangan pemanfaatan lahan kehidupan dan
hasil non kayu. • Terbentuknya kelembagaan ekonomi produktif kelompok KTH yang berkelanjutan. • Terbangunnya jaringan informasi dan komunikasi ditingkat masyarakat maupun eksternal. • Tata hubungan jaringan informasi dan komunikasi pengelolaan kawasan lindung.
kan segera perencanaan pemberdayaan masyarakat yang telah dibuat dalam
pengembangan tanaman
kehidupan dan hasil non kayu
• Menginisiasi pembentukan peratutan desa berkaiatan pemanfaatan sumberdaya hutan
• Harus membangun jarring-an kerjasama dengjarring-an LSM dan perguruan tinggi dalam
pengembangan
pem-berdayaan masyarakat. • Harus membangun
jaring-an pemasaran hasil
produksi sumberdaya
hutan yang dihasilkan KTH. • Harus melakukan pelathan & penguatan kelembagaan pemerintahan desa yang
berkaiatan pengelolaan
kawasan lindung.
• Harus membuat model
jaringan komunikasi antara
kelompok masyarakat
dengan PT. WKS.
• Harus membuat website khusus kawasan lindung PT. WKS.
• Harus membuat papan
informasi sumberdaya
hutan pada semua blok PT. WKS..
• Harus membuat leaflet
secara rutin berkaitan
informasi sumberdaya
Rekomendasi Aspek Sosial
No. Rekomendasi
Sasaran Program Kegiatan Keterangan
1 Terwujudnya
kemantapan
kawasan areal
pemanfaatan hutan
terutama pada
areal yang masih dipersengketakan
Pemantapan
kawasan areal
pemanfaatan hutan
pada areal sengketa
oleh para pihak
dengan melibatkan
UM, masyarakat ,
pemerintah daerah, &
Forum Komunikasi
Daerah (FKD)
• Identifikasi areal klaim secara bersama oleh para pihak
dengan mengedepankan
dialog secara kontinyu • Pemetaan secara partisipatif
wilayah klaim masyarakat dan
mengembangkan budidaya
pertanian bersama masy. • Penyelesaian konflik untuk
lahan konsesi yang masih bermasalah
• Pengukuhan dan penetapan administratif kawasan konsesi • Membangun kemitraan dgn para pihak dalam pemanfaat-an lahpemanfaat-an tpemanfaat-anampemanfaat-an kehiduppemanfaat-an.
Prioritas II (Terkait dengan Indikator S1.1) 2 Terjaminnya ke-pastian akses pemanfaatan hutan oleh warga komuniti Menjamin kepastian akses pemanfaatan
hutan oleh warga
komuniti
• Fasilitasi pengembangan dan
peningkatan nilai tambah
potensi hasil hutan non kayu (HHNK) antara lain madu,
ikan, rotan, bambu dan
jernang.
• Membuat aturan dan program pemanfaatan hasil hutan non
kayu dengan melibatkan
masyarakat.
• Melakukan program
pembinaan untuk ketahanan pangan bagi Suku Anak Dalam.
• Melakukan inventarisasi dan monitoring hasil hutan non kayu. • Pengembangan teknologi pengolahan HHNK. Prioritas II (Terkait dengan Indikator S1.2) 3 Terbukanya
peluang kerja bagi
seluruh warga
komuniti
Meningkatkan
par-tisipasi komunitas
dalam tata kelola hutan tanaman lestari dengan cara mem-berikan kesempatan kerja bagi tenaga kerja lokal yang berasal dari
desa-• Diseminasi informasi tentang
kebutuhan kerja bagi
komunitas
• Base Line status pendidilkan penduduk usia sekolah yang diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan karyawan
perusahaan
Prioritas II (Terkait dengan Indikator S1.4)
No. Rekomendasi
Sasaran Program Kegiatan Keterangan
desa di sekitar
kawasan konsesi • Pendidikan dalam bentuk pemberdayaan dan pelatihan masyarakat lokal misalnya melalui pelatihan / kursus keterampilan (sopir, montir, komputer, pembibitan,
pe-nanaman, pemanenan,
keuangan, dll) sesuai
kebutuhan pihak manajemen
dalam pengelolaan hutan
tanaman. 4 Bertambahnya ragam sumber ekonomi warga komuniti Peningkatan ke-sejahteraan komuniti melalui penambahan ragam sumber ekonomi
• Melakukan social mapping di wilayah desa sekitar
• Melakukan kajian tentang
kontribusi sektor ekonomi di komuniti dengan melakukan perhitungan PDRB desa atau kecamatan dan tenaga kerja yang bekerja menurut sektor sebagai dasar untuk pe-ngembangan ragam sumber ekonomi warga komuniti • Melakukan pelatihan berbasis
teknologi tepat guna dalam
pemanfaatan sumberdaya
lokal dan pengembangan
ekonomi produktif
• Membangun jalur tata niaga hasil produk sumber ekonomi bersama masyarakat
• Monitoring dan evaluasi
program pengembangan ragam ekonomi. Prioritas II (Terkait dengan Indikator S2.3) 5 Terlaksananya mekanisme pengelolaan konflik
secara adil dan
partisipatif
Mewujudkan mekanisme
pengelolaan konflik
dgn mempertimbang-kan rasa keadilan & keseimbangan dalam proses-proses
alter-native dispute
resolution (resolusi
konflik)
• Training resolusi konflik dan
FPIC (Free and Prior
Informed Consent) bagi staf
unit manajemen dan pihak terkait
• Pendidikan dan diseminasi resolusi konflik
• Konsultasi publik dan hearing dengan pihak pemerintah
• Mendokumentasikan kasus
konflik yang terjadi secara kronologis
• Monitoring dan mediasi oleh
Prioritas II (Terkait dengan Indikator S.2.7)
No. Rekomendasi
Sasaran Program Kegiatan Keterangan
pihak ketiga (FKD)
• Kemitraan dengan
stake-holders antara lain FKD, PT dan pemerintah daerah.
6 Terlindunginya keselamatan dan kesehatan pekerja Perlindungan untuk keselamatan dan kesehatan pekerja
• Sosialisasi sistem jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
• Penyediaan fasilitas
ke-selamatan dan kesehatan
kerja yang terstandarisasi
• Monitoring dan evaluasi
fasilitas kesehatan.
• Monitoring penggunaan alat pelindung diri oleh karyawan tetap dan kontraktor pada saat berkerja.
• Monitoring terhadap
ke-selamatan dan kesehatan
pekerja Prioritas II (Terkait dengan Indikator S3.1) 7 Terlaksananya pendidikan dan keterampilan secara berkala bagi seluruh pekerja
Menjamin
pe-ningkatan kapasitas pekerja di seluruh level melalui kegiatan
pendidikan dan
pelatihan
• Mengkaji kebutuhan
pen-didikan dan keterampilan
berdasarkan bidang kerja
melalui need assessment • Merancang kegiatan pelatihan
sesuai kebutuhan bidang
kerja
• Melatih tenaga CD untuk
meningkatkan kapasitas
dalam melakukan kegiatan
pemberdayaan kepada
masyarakat
• Menyiapkan sumber daya
pendukung untuk kegiatan pelatihan yang diperlukan • Mengevaluasi penyelenggaraan pelatihan. Prioritas II (Terkait dengan Indikator S3.6) Keterangan :
Prioritas I adalah rekomedasi yang SANGAT disarankan untuk peningkatan kinerja unit manajemen PT. WKS
C. Penerbitan Sertifikat PHTL LEI
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja dan pengambilan keputusan Panel Pakar II, PT Wirakarya Sakti (PT WKS) dengan luas 293.812 ha dinyatakan LULUS Sertifikasi Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari berdasarkan Standar LEI 5000-2 dengan peringkat Perak. Selanjutnya Lembaga Sertifikasi PT TUV Rheinland Indonesia menerbitkan Sertifikat PHTL dengan masa berlaku 5 tahun terbit pada tanggal 26 September 2013 dan berakhir pada tanggal 25 September 2018.