• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISA SEKATAN SESAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V ANALISA SEKATAN SESAR"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

BAB V

ANALISA SEKATAN SESAR

5.1 Analisa Sesar

Pada daerah analisa ini terdapat sebanyak 19 sesar yang diperoleh dari interpretasi seismik. Pada penelitian sebelumnya keterdapatan sesar ini sudah dipetakan, namun belum ada penelitian detail mengenai sifat sealing sesar. Pada analisa sekatan sesar ini akan dilakukan analisa terhadap dua buah sesar yaitu sesar – sesar dengan orientasi timurlaut-baratdaya yang memperlihatkan displacement dan panjang yang lebih besar dibandingkan dengan sesar yang lain pada daerah penelitian. Sesar ini memanjang dari timurlaut-baratdaya yang memiliki panjang sekitar ± 1.6 km dan ± 4.2 km yang berada pada bagian ujung barat laut daerah penelitian.

(2)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

5.2 Interpretasi marker.

Langkah awal dalam analisis sifat sealing suatu sesar dengan metoda SGR adalah interpretasi batas - batas reservoar atau marker yang terpatahkan. Interpretasi batas-batas reservoar pada penelitian ini dilakukan pada beberapa sumur yang mewakili bagian foot wall dan hanging wall sesar analisa.

Penentuan batas reservoar ini mengacu pada pembagian Formasi bekasap menjadi tujuh reservoar utama yang masing-masing dipisahkan oleh lapisan serpih yaitu Batupasir Ba-1,batupasir Ba-2, Batupasir Ba-3, Batupasir Ba-4, Batupasir Bb, Batupasir Bc-1 dan Bc-2. Interpretasi dilakukan pada sumur 21 dan 22 (gamba5.2) yang mewakili bagian hanging wall dan foot wall Sesar analisa dengan membandingkan karakter kurva sinar gamma (GR), resistivity dan densitas (Rhob) dengan log tipe lapangan kotabatak. Hasil interpretasi data sinar gamma dan resistivititas batuan yang mengacu pada tipe log Kotabatak menunjukkan terdapat tujuh reservoar pada formasi bekasap di Lapangan Kotabatak yaitu Batupasir Ba-1 yang dibatasi marker T_TBA1 dan B_BKA1, Batupasir Ba-2 yang dibatasi T_BKA2 dan B-BKA2, Batupasir Ba-3 yang dibatasi oleh T_BKA3 dan B_BKA3, Batupasir Ba-4 yang dibatasi oleh marker T_BKA4 dan B_BKA4, Batupasir Bb yang dibatasi oleh marker T_BKB dan B_BKB, Batupasir Bc-1 yang dibatasi oleh marker T_BKC1 dan B_BKC1 serta Batupasir Bc-2 yang dibatasi oleh marker T_BKC2 dan B_BKC2 (gambar 3.2). Beberapa Batupasir formasi bekasap dikenali dengan tipe log yang bebentuk blocky dan kebanyakan berbentuk finning upward. Batupasir Bc-2, Bc-1 dan Bb umumnya dicirikan dengan tipe log yang berbentuk bell-shape.

Untuk mengetahui penyebaran lateral reservoir-reservoir tesebut, maka dilakukan korelasi beberapa sumur pada daerah yang berdekatan dengan sesar analisa. Beberapa sumur ini mewakili bagian foot wall dan hanging wall dari sesar. Korelasi litologi ini didasarkan pada interpretasi litologi pada sumur 21 dan 22 dengan memperhatikan karakter kurva sinar gamma, densitas dan resistivitas. Berikut penampang korelasi beberapa sumur.

(3)

Laporan Tugas Akhir

(4)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

5.3 Perhitungan V shale

Langkah pertama pada tahap ini adalah menentukan nilai kandungan serpih rata – rata pada tiap sumur untuk masing-masing lapisan batuan baik reservoar maupun non - reservoar (Yielding, 1999). Selanjutnya nilai kandungan serpih tersebut di interpolasi ke bidang sesar sehingga didapatkan atribut kandungan serpih sepanjang permukaan foot wall dan hanging wall sesar (Yielding, 1999). Atribut kandungan serpih bersama-sama besar throw di gunakan untuk menghitung nilai SGR. Kandungan serpih (Vsh) adalah persentase dari volume detritus serpih dalam unit batuan di setiap titik kedalaman. Vsh yang terbaik diestimasi dari data pengukuran log yang langsung merespon shale yaitu GR dan SP (Alberty, 1993). Perhitungan V-shale dilakukan berdasarkan persamaan sebagai berikut :

dimana , Vsh adalah volume serpih, GR adalah nilai sinar gamma yang direkam pada alat logging GR sumur disetiap titik kedalaman, GRmin adalah nilai sinar gamma minimum dan GRmax adalah nilai sinar gamma maksimum. Gambar 5.3 adalah contoh hasil perhitungan kandungan serpih pada sumur 18.

(5)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Gambar 5.3. Hasil perhitungan vsh tiap kedalaman dan rata-rata tiap lapisan berdasarkan data log. Garis-garis horizontal mewakili batasbatas lapisan, harga vsh tiap kedalaman ditunjukkan oleh kurva berwarna hijau, harga vsh rata-rata ditunjukkan oleh angka dan garis tebal vertikal berwarna hijau, warna oranye mewakili lapisan batupasir dan warna kelabu mewakili lapisan serpih.

5.4 Pemodelan bidang sesar dan horizon

Data sesar dan horizon yang dihasilkan dari interpretasi penampang seismik masih berbentuk segmen-segmen pada penampang inline atau crossline. Setiap horizon didefinisikan sebagai batas atas atau batas bawah reservoar. Data segmen– segmen sesar, horizon dan data marker dari sumur kemudian di jadikan bidang melalui proses gridding dengan spasi grid sebesar 25m x 25m (Yielding, 1999). Proses gridding ini sendiri pada dasarnya adalah untuk mendapatkan variasi litologi yang terpotong oleh bidang sesar dengan melakukan kesejajaran litologi dari sumur pada suatu bidang sesar. Hasil dari proses ini berupa bidang sesar, kemudian juga

(6)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Gambar 5.4. Hasil dari proses pemodelan bidang sesar yang berasal dari segmen – segmen penampang seismik sampai didapatkan poligon pada bidang sesar. Hasil akhir berupa tampakproyeksi jurus dari bidang sesar atau dikenal sebagai ‘Peta bidang sesar’ (Dee, 2005).

5.5 Analisa sekatan sesar

5.5.1 Penyebaran horizon dan marker sesar rino_1

Hasil analisis berupa peta bidang sesar Rino_1 dan horizon pada blok foot wall dan hanging wall memperlihatkan secara jelas offset horizon akibat sesar Rino_1. Horizon pada foot wall yang digambarkan dengan garis tegas pada gambar 5.5 terpisah dengan horizon pada hanging wall yang digambarkan dengan garis putus-putus. Oleh karena itu dapat diperkirakan bahwa sesar Rino_1 berupa sesar normal, dimana bagian hanging wall relatif turun terhadap bagian foot wall.

(7)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Gambar 5.5. Peta sesar yang memperlihatkan displacement horizon akibat sesar Rino_1. Garis tegas mewakili horizon foot wall dan garis putus-putus mewakili horizon hanging wall. 5.5.2 Penyebaran horizon dan marker sesar rino_2

Hasil analisis berupa peta bidang sesar Rino_2 dan horizon pada blok foot wall dan hanging wall memperlihatkan secara jelas offset horizon akibat sesar Rino_2. Horizon pada foot wall yang digambarkan dengan garis tegas pada gambar 5.6 terpisah dengan horizon pada hanging wall yang digambarkan dengan garis putus-putus. Oleh karena itu dapat diperkirakan bahwa sesar Rino_2 berupa sesar normal, dimana bagian hanging wall relatif turun terhadap bagian foot wall dengan kemiringan kaearah baratlaut.

(8)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Gambar 5.6. Peta sesar yang memperlihatkan displacement horizon akibat sesar Rino_2. Garis tegas mewakili horizon foot wall dan garis putus-putus mewakili horizon hanging wall.

5.5.3 Peta penyebaran throw pada sesar rino_1

Langkah selanjutnya adalah menentukan throw sesar. Throw sesar dihitung dari perbedaan kedalaman horizon foot wall dan hanging wall di sepanjang bidang sesar (Yielding, 1999; Harris, 2002). Perbedaan kedalaman tersebut didapatkan dari perpotongan antara bidang sesar dengan horizon pada foot wall dan hanging wall (Harris 2002).

Peta distribusi throw (gambar 5.7) memperlihatkan lebih jelas distribusi besar displacement vertikal horizon-horizon di daerah penelitian oleh sesar Rino_1 Pada peta distribusi throw tampak bahwa throw semakin besar (warna merah) ke bagian tengah sesar dan menurun (warna biru) ke bagian ujung sesar (fault tip) pada arah horisontal. Terlihat bahwa sesar Rino_1memiliki throw yang bervariasi, dimulai dari 0 ft hingga throw yang lebih besar dari 100ft. Pada bagian ujung sesar (timurlaut) umumnya memiliki throw yang kecil, dan throw bertambah besar pada bagian tengah sesar hingga mencapai throw yang lebih besar dari 100ft, kemudian throw menjadi lebih kecil pada ujung sesar bagian baratdaya.

(9)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Gambar 5.7. Peta sesar Rino_1 yang memperlihatkan distibusi throw pada bidang sesar yang menunjukkan besar throw semakin kecil ke arah ujung sesar (fault tip).

Variasi displacement pada permukaan bidang sesar memperlihatkan pola maksimum pada tengah sesar dan menurun sampai 0 pada fault tip. Walsh dan Watterson (1989). Hal yang sama dijumpai pada sesar Rino_1. Throw sesar Rino_1 memperlihatkan pola maximum di tengah dan menurun ke arah fault tip. Profil throw terhadap jarak jejak sesar yang diukur dari ujung bagian timurlaut sesar (fault-trace distance) dari empat horizon (gambar 5.8) memperlihatkan bahwa throw maksimum sesar Rino_1 sebesar 220feet terletak pada fault trace distance 2200m. Throw ini semakin menurun ke arah ujung sesar (fault tip).

(10)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Gambar 5.8. Plot throw terhadap jarak jejak sesar (fault trace distance) yang memperlihatkandistribusi displacement enam horizon di sepanjang Sesar Rino_1. Throw yang paling besar terdapat pada horizon Tbc yaitu sekitar 220 feet.

5.5.4 Peta penyebaran throw pada sesar rino_2

Pada peta distribusi throw (gambar 5.9) tampak bahwa sesar rino_2 memiliki throw yang besar (warna hijau) ke bagian tengah sesar dan menurun (warna biru) ke bagian ujung sesar (fault tip) pada arah horisontal. Sesar Rino_2 memiliki throw yang bervariasi, dimulai dari 0 ft hingga throw yang lebih keci dari 70ft. Pada bagian ujung sesar (timurlaut) umumnya memiliki throw yang kecil berkisar antara 0-40ft, dan throw bertambah besar pada bagian tengah sesar berkisar antara 40-70ft, kemudian throw menjadi lebih kecil pada ujung sesar bagian baratdaya yang berkisar antara 0-40ft.

(11)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Gambar 5.9. Peta sesar Rino_2 yang memperlihatkan distibusi throw pada bidang sesar yang menunjukkan besar throw semakin kecil ke arah ujung sesar (fault tip).

Profil throw terhadap jarak jejak sesar yang diukur dari ujung bagian timurlaut sesar (fault-trace distance) dari empat horizon (gambar 5.10) memperlihatkan bahwa throw maksimum sesar Rino_2 sebesar 70feet terletak pada fault trace distance 200m dari ujung sesar bagian timurlaut. Throw ini semakin menurun ke arah ujung sesar (fault tip).

(12)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Gambar 5.10. Plot throw terhadap jarak jejak sesar (fault trace distance) yang memperlihatkandistribusi displacement enam horizon di sepanjang Sesar Rino_2. Throw yang paling besar terdapat pada horizon Tbc yaitu sekitar 70 feet.

5.5.5 Peta penyebaran V-shale pada sesar rino_1

Peta distribusi kandungan serpih (Gambar 5.11) yang dihasilkan pada Sesar Rino_1 memperlihatkan nilai Vsh rata – rata yang cukup tinggi baik pada blok foot wall maupun hanging wall. Penyebabnya dikarenakan litologi yang dominan pada daerah penelitian adalah batulempung, kemudian batupasir yang ada memiliki ketebalan yang tipis (± 100ft) dengan nilai GR pada batupasir tidak terlalu menunjukkan defleksi yang signifikan, sehingga perbandingan kurva GR untuk batupasir tidak berbeda jauh dengan batulempung.

(13)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Peta isometrik Vsh pada blok foot wall dan hanging wall pada hampir semua lapisan batuan menunjukkan nilai Vsh yang lebih besar dari 0.4, kecuali pada lapisan batupasir Ba-1, Ba-2, Ba-3, Ba-4, Bb, Bc-1, yang memiliki nilai Vsh yang lebih kecil sama dengan 0.4. Kemungkinan untuk keenam reservoar tersebut akan memberikan sifat bocor (leaking). Lapisan batupasir T-5 memiliki nilai rata-rata Vsh berkisar antara 0.3-0.5, hal ini dikarenakan karakter batupasir pada unit Telisa ini berupa batupasir yang bersifat lempungan. Berdasarkan plot diagram Vsh dengan frekuensi, sesar Rino_2 memiliki frekuensi yang besar untuk nilai Vsh besar dari 0.85, hal ini menunjukkan bahwa pada sesar Rino_1 memiliki lapisan batulempung yang cukup tebal. Plot diagram Vsh dan frekuensi diperoleh nilai rata – rata Vsh baik pada blok foot wall maupun blok hanging wall tidak jauh berbeda, yaitu berkisar 0.4 (Gambar 5.11).

(14)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

(15)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Gambar 5.11. Peta distribusi Vsh yang memperlihatkan kandungan serpih pada tiap blok dan plot Vsh terhadap frekuensi pada blok foot wall dan blok hanging wall.

5.5.6 Peta penyebaran V-shale pada sesar rino_2

Peta Vsh pada blok foot wall dan hanging wall sesar rino_2 menunjukkan nilai Vsh pada batupasir Ba-1 mamiliki nilai Vsh yang lebih kecil dari 0.4, begitu juga pada lapisan batupasir Ba-2, Ba-3, Ba-4, Bb, Bc-1, yang memiliki nilai Vsh yang lebih kecil sama dengan 0.4. Kemungkinan untuk keenam reservoar tersebut akan memberikan sifat bocor (leaking). Lapisan batupasir T-5 memiliki nilai rata-rata Vsh berkisar antara 0.3-0.5, hal ini dikarenakan karakter batupasir pada unit Telisa ini berupa batupasir yang bersifat lempungan. Berdasarkan plot diagram Vsh dengan frekuensi (Gambar 5.12), sesar Rino_2 memiliki frekuensi yang besar untuk nilai Vsh besar dari 0.1 hingga 0.3, diperkirakan kisaran Vsh 0.1 hingga 0.3 terdapat pada lapisan reservoar Ba-1, Ba-2, Ba-3, Ba-4, Bb, Bc-1. Frekuensi besar juga berkisar pada harga Vsh 0.85, baik pada blok foot wall maupun blok hanging wall, kisaran

(16)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

(17)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

(18)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

5.5.7 Analisa kuantitatif

Watts (1987) membagi sifat seal suatu sesar, yaitu juxtaposition fault seal dan fault seal sensu stricto. Juxtaposition fault seal adalah sealing akibat bertemunya batuan reservoar dengan batuan non-reservoar. Fault seal sensu stricto adalah sealing akibat terbentuknya material yang memiliki kapasitas sealing yang besar akibat deformasi yang terjadi didalam zona sesar.

5.5.7.1 Analisa kesejajaran litologi sesar rino_1

Hasil analisis ini adalah peta peta distribusi throw sesar, dan peta Allan (Downey, 1984; Allan, 1989) atau peta reservoar juxtaposition (Yielding 1997). Peta Allan secara jelas memperlihatkan bagian dari sesar dimana reservoar berpotensi saling berkomunikasi (Harris, 2002). Sifat sealing dapat terjadi karena terjadinya juxtaposition reservoar dan non-reservoar (Smith 1980; Watts 1987). Sebaliknya juxtaposition reservoar dengan reservoar akan memberikan kemungkinan sifat leaking pada sesar. Analisis sealing sesar akibat juxtaposition reservoar dengan non reservoar dapat langsung dilakukan pada peta reservoar juxtaposition. Juxtaposition fault seal terjadi pada daerah sesar dimana reservoar tidak berkomunikasi dengan reservoar. Juxtaposition fault seal dikontrol oleh throw, tebal reservoar dan non-reservoar. Knot (1993) melakukan analisis statistik terhadap 184 sesar di daerah Laut Utara yang memperlihatkan bahwa sesar dengan throw lebih besar dari tebal Kelompok Brent memiliki kemungkinan lebih dari 90% untuk bersifat sealing dimana seal yang terjadi merupakan juxtaposition fault seal. Semakin besar throw suatu sesar, maka konektivitas antar reservoir akan semakin kecil (gambar 5.13).

(19)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Gambar 5.13. Plot throw terhadap konektivitas yang memperlihatkan pengaruh throw sesar terhadap konektivitas batuan.

Throw sesar Rino_1 di sekitar reservoar lain masih lebih kecil dari tebal reservoar – reservoar tersebut sehingga memungkinkan terjadinya selfjuxtaposition. Self juxtaposition pada umumnya terdapat pada bagian ujung sesar yang memiliki throw yang relatif kecil antara lain batupasir T5, A1, A2, A3, A4, Bb dan C1. Throw sesar pun umumnya masih lebih kecil dari tebal lapisan serpih yang memisahkan reservoar-reservoar tersebut sehingga memungkinkan terjadinya juxtaposition reservoar dengan reservoar lainnya. Diagram konektivitas (Knipe, 1997) sesar Rino_1 pada gambar 5.13. dapat lebih jelas memperlihatkan pengaruh throw sesar yang terlibat terhadap konektivitas reservoar.

Throw sesar Rino_1 memiliki nilai maksimum (220feet) di tengah sesar dan semakin menurun ke arah fault tip. Dengan melihat daerah yang dibatasi oleh throw sama dengan 0 dan 220feet dapat terlihat bahwa reservoar di daerah penelitian akan mengalami self-juxtaposition terutama pada bagian fault tip. Semakin ke tengah sesar, reservoar berpotensi mengalami juxtaposition dengan reservoar lain , sehingga dapat

(20)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Peta reservoar juxtaposition untuk Sesar Rino_1 (gambar 5.14) memperlihatkan bagian dari sesar Rino_1 yang menyebabkan reservoar berhadapan dengan reservoar (berwarna merah) dan non-reservoar berhadapan dengan batuan lain (berwarna oranye). Sesar Rino_1 menyebabkan hanya sebagian kecil dari reservoar Batupasir A1 pada foot wall yang berkomunikasi dengan reservoar Batupasir A1 pada hanging wall. Reservoar lain mengalami hal yang sama yaitu batupasir A2, A3, A4, Bb dan C1 (ditunjukkan oleh Notasi A1/A1), Batupasir A2 (A2/A2), Batupasir A3 (A3/A3), Batupasir A4 (A4/A4), Batupasir Bb (Bb/Bb) dan Batupasir C1 (C1/C1). Komunikasi ini terjadi pada bagian – bagian ujung timurlaut dan baratdaya sesar. Sementara juxtaposition reservoar antara unit batupasir A pada blok foot wall dengan unit batupasir A pada blok hanging wall yang ditunjukkan dengan notasi A2/A1, A3/A1, A4/A1, A3/A2, A4/A2, A4/A3, yang terjadi pada jarak 200 sampai 800m dari bagian tenggara sesar dan pada jarak 200 hingga 800m dari bagian baratdaya sesar. Juxtaposition reservoar antara unit Batupasir A dengan Batupasir Bb dan C1, yang ditunjukkan dengan notasi B/A1, B/A2, B/A3, B/A4, C1/A1, C1/A2, C1/A3, C1/A4, umumnya terjadi pada bagian tengah sesar dikarenakan throw yang besar pada bagian tengah sesar. Juxtaposition reservoar antara Batupasir Bb dengan Batupasir C1 hanya terjadi pada sebagian kecil bidang sesar, yang ditunjukkan dengan notasi C1/B. Juxtaposition fault seal umumnya terjadi pada sebagian kecil batu pasir A1, A2, A3 dan A4 pada bagian hanging wall yang mengalami yang berkomunikasi dengan lapisan shale yang tebal antara batupasir A4 dengan batupasir B.

(21)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Gambar 5.14 Peta Sesar Rino_2 yang memperlihatkan kesejajaran litologi. Warna merah merupakan daerah batupasir berhadapan dengan batupasir, warna kuning merupakan daerah batupasir lempungan berhadapan dengan batuan yang sama, warna hitam merupakan daerah non-reservoar berhadapan dengan batuan lain.

5.5.7.2 Analisa kesejajaran litologi sesar rino_2

Self juxtaposition umumnya terdapat pada bagian ujung sesar yang memiliki throw yang relatif kecil antara lain batupasir T5, A1, A2, A3, A4, Bb dan C1.

Throw sesar Rino_2 memiliki nilai maksimum (700feet) di tengah sesar dan semakin menurun ke arah fault tip. Dengan melihat daerah yang dibatasi oleh throw sama dengan 0 dan 70feet dapat terlihat bahwa reservoar di daerah penelitian akan mengalami self-juxtaposition terutama pada bagian fault tip. Semakin ke tengah sesar, reservoar berpotensi mengalami juxtaposition dengan reservoar lain , sehingga dapat membantu mengetahui bagian dari sesar yang bersifat sealing dimana reservoar kontak dengan non reservoar dan daerah yang berpotensi memiliki sifat leaking

(22)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Batupasir A4 (A4/A4), Batupasir Bb (Bb/Bb) dan Batupasir C1 (C1/C1). Komunikasi ini terjadi pada bagian – bagian ujung timurlaut dan baratdaya sesar. Sementara juxtaposition reservoar antara unit batupasir A dengan unit batupasir A terjadi pada bagian tengah sesar. Juxtaposition antara unit batupasir A dengan batupasir Bb hanya terjadi pada batupasir A3 dan A4 dengan batupasir Bb sedangkan btupasir A1 dan A2 tidak mengalami Juxtaposition dengan batupasir Bb, hal ini dikarenakan pada sesar rino_2 memiliki throw yang kecil.

Diagram konektivitas (Knipe, 1997) sesar Rino_2 pada gambar 5.15. dapat lebih jelas memperlihatkan pengaruh throw sesar yang terlibat terhadap konektivitas reservoar.

Gambar 5.15. Plot throw terhadap konektivitas yang memperlihatkan pengaruh throw sesar terhadap konektivitas batuan.

(23)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Gambar 5.16 Peta sesar Rino_2 yang memperlihatkan kesejajaran litologi. Warna merah merupakan daerah batupasir berhadapan dengan batupasir, warna kuning merupakan daerah batupasir lempungan berhadapan dengan batuan yang sama, warna hitam merupakan daerah non-reservoar berhadapan dengan batuan lain.

5.5.8 Analisa sekatan sesar dengan metoda SGR 5.5.8.1 Perhitungan SGR

SGR pada dasarnya merupakan estimasi kandungan material lempung pada zona sesar dengan didasari asumsi bahwa material dalam zona sesar merupakan campuran dari batuan samping yang masuk ke dalam zona sesar. SGR dihitung dengan persamaan (Yielding dkk, 1997) :

(24)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Hasil studi Yielding dkk (1997) pada batuan silisiklastik di beberapa lapangan dunia menghasilkan batas SGR 10-20% untuk kapasitas sealing sesar.

5.5.8.2 Peta distribusi SGR pada bidang sesar rino_1.

Distribusi nilai SGR pada daerah juxtaposition reservoar-reservoar (gambar 5.17) memperlihatkan kisaran harga antara 10% sampai 100%. Nilai SGR pada daerah self juxtaposition sekitar 15-20 %. Pada daerah juxtaposition batupasir A1 pada bagian hanging wall yang bertemu batupasir A2 pada bagian foot wall (notasi A2/A1) memiliki nilai SGR yang berkisar antara 20% hingga 30%, juxtaposition batupasir A2 pada bagian hanging wall yang bertemu batupasir A3 pada bagian foot wall (notasi A3/A2) dan batupasir A3 pada bagian hanging wall yang bertemu dengan batupasir A4 pada bagian foot wall (notasi A4/A3) memiliki nilai SGR yang berkisar antara 20% hingga 30%. Pada juxtaposition antara batupasir A1 (hanging wall) dan batupasir A3 (foootwall) dan juxtaposition antara batupasir A2 (hanging wall) dan batupasir A4 (foot wall) dan juxtaposition antara batupasir A1 (hanging wall) dan batupasir A4 (foot wall) memiliki nilai SGR yang sama, yaitu berkisar antara 30%-50%. Pada bagian tengah sesar nilai SGR meningkat menjadi lebih besar dari 50%, yang terjadi pada daerah juxtaposition antara batupasir A1 (hanging wall) dan batupasir Bb (foot wall) dan juxtaposition antara batupasir A2 (hanging wall) dan batupasir Bb (foot wall) dan juxtaposition antara batupasir A3 (hanging wall) dan batupasir Bb (foot wall) dan juxtaposition antara batupasir A4 (hanging wall) dan batupasir Bb (foot wall) dan juxtaposition antara batupasir A1 (hanging wall) dan batupasir C1 (foot wall) dan juxtaposition antara batupasir A2 (hanging wall) dan batupasir C1 (foot wall) dan juxtaposition antara batupasir A3 (hanging wall) dan batupasir C1 (foot wall) dan juxtaposition antara batupasir A4 (hanging wall) dan batupasir C1 (foot wall) dan juxtaposition antara batupasir Bb (hanging wall) dan batupasir C1 (foot wall) . Hal ini disebabkan karena besar nilai throw yang lebih besar dari 150 ft dan tebalnya lapisan shale diantara batupasir Bb dan batupasir C1 yang mencapai 50ft, sehingga mengakibatkan besar kemungkinan material shale tergerus oleh bidang sesar dan menyebabkan tingginya nilai SGR pada zona tersebut.

(25)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Gambar 5.17. Peta sesar Rino_1 yang memperlihatkan distribusi SGR di daerah juxtaposition reservoar dengan reservoar pada Sesar Rino_1.

5.5.8.3 Peta distribusi SGR pada bidang sesar rino_2

Distribusi nilai SGR pada daerah juxtaposition reservoar-reservoar (gambar 5.18) memperlihatkan kisaran harga antara 15% hingga lebih besar dari 50%. Nilai SGR pada daerah self juxtaposition batupasir A1, A2, A3, A4, Bb dan C1 berkisar antara 15-20%. Pada daerah juxtaposition batupasir A1 pada bagian hanging wall yang bertemu batupasir A2 pada bagian foot wall (notasi A2/A1) memiliki nilai SGR yang berkisar antara 20% hingga 30%, juxtaposition batupasir A2 pada bagian hanging wall yang bertemu batupasir A3 pada bagian foot wall (notasi A3/A2) dan batupasir A3 pada bagian hanging wall yang bertemu dengan batupasir A4 pada bagian foot wall (notasi A4/A3) memiliki nilai SGR yang berkisar antara 20% hingga

(26)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

antara batupasir A4 (hanging wall) dan batupasir Bb (foot wall) dan juxtaposition antara batupasir Bb (hanging wall) dan batupasir C1 (foot wall) . Hal ini disebabkan karena besarnya nilai throw dan tebalnya lapisan shale diantara batupasir Bb dan batupasir C1 yang mencapai 50ft, sehingga mengakibatkan besar kemungkinan material shale tergerus oleh bidang sesar dan menyebabkan tingginya nilai SGR pada zona tersebut.

Gambar 5.18. Peta sesar Rino_2 yang memperlihatkan distribusi SGR di daerah juxtaposition reservoar dengan reservoar pada Sesar Rino_2.

5.5.8.4 Kalibrasi SGR dengan beda tekanan reservoar.

Salah satu tujuan utama dari analisa sekatan sesar adalah penentuan nilai SGR pada daerah penelitian. Hasil dari perhitungan SGR bisa dikalibrasikan denagn menggunakan data geologi yang ada seperti data oil-water contact, gas-water contact, RFT atau data sejarah produksi.

Tekanan reservoar pada blok hanging wall dan foot wall dibandingkan untuk kalibrasi nilai SGR. Data tekanan reservoar pada kedua blok tersebut dapat menunjukkan ada atau tidaknya komunikasi fluida antar blok. Komunikasi fluida antara blok hanging wall dan foot wall direfleksikan oleh besar tekanan reservoar

(27)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

yang sama untuk kedalaman yang sama, dengan kata lain tidak ada perbedaan tekanan anatar blok hanging wall dan foot wall pada kedalaman yang sama, sebaliknya fluida pada blok hanging wall dan foot wall tidak berkomunikasi ditunjukkan oleh adanya perbedaan tekanan pada blok hanging wall dan foot wall pada kedalaman yang sama. Data tekanan yang umum digunakan adalah data Repeat Formation Tester (RFT) (Yielding, 1997; Yielding, 1999).

Namun demikian, pada lapangan ini, kita lebih memfokuskan dalam penggunaan data RFT untuk mengevaluasi perbedaan tekanan diantara blok sesar.

5.5.8.4.1 Kalibrasi SGR dengan beda tekanan reservoar pada sesar rino_1.

Jika diamati dari data sumur yang berseberangan letaknya terhadap sesar Rino_1, dengan melakukan ekstrapolasi terhadap plot data tekanan terhadap kedalaman dari masing-masing data tekanan yaitu pada sumur 22 (foot wall) dan sumur 21 (hanging wall). Berikut data tekanan pada blok foot wall dan hanging wall. Sumur 22 (foot wall)

Pengambilan data Unit Kedalaman (feet) Tekanan

27/04/2001 T3 4575 1589 A1 4866 950 A2 4894 720 A3 4906 724 B 5007 1870 C1 5031 850

Sumur 21(hanging wall)

Pengambilan data Unit Kedalaman (feet) Tekanan

9/02/2002 T2 4557 1834

T5 4913 1560

(28)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Gambar 5.19. Peta beda tekanan reservoar pada sesar Rino_2 yang memperlihatkan distribusi perbedaan tekanan pada reservoar bertemu reservoar.

Perbedaan tekanan pada juxtaposition reservoar-reservoar (gambar 5.19), terlihat bahwa reservoar T-5 pada bagian hanging wall bertemu dengan reservoar unit Bekasap A pada bagian foot wall yang terdiri dari batupasir A1,A2,A3 memiliki perbedaan tekanan yang cukup besar, yaitu lebih besar dari 600 psi. Pada batupasir bekasap B pada bagian foot wall bertemu dengan batupasir A1 pada bagian hanging wall memiliki perbedaan tekanan 618 psi, batupasir bekasp B dengan batupasir A2 memiliki perbedaan tekanan sebesar 350 psi dan dengan batupasir A3 memiliki perbedaan tekanan sebesar 300 psi. Pada batupasir bekasap C bagian foot wall bertemu dengan batupasir A1 memiliki perbedaan tekanan sebesar 402 psi, dengan batupasir A2 memiliki perbedaan tekanan sebesar 670 psi dan dengan batupasir A3 memiliki perbedaan tekanan sebesar 720 psi.

Berdasarkan plot SGR dan data tekanan terlihat bahwa perbedaan tekanan lebih besar dari 200psi pada nilai sgr lebih besar dari 40%. Hal ini tidaklah merupakan harga mutlak untuk menentukan batas sealing dari sesar, karena sesar

(29)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Rino_1 hanya memiliki 2 buah sumur yang memiliki data tekanan, oleh karena itu perlu adanya penambahan sumur dengan data tekanan untuk daerah ini.

Gambar 5.20. Diagram beda tekanan terhadap sgr pada sesar rino_1 secara empiris memperlihatkan SGR 40% mulai menunjukkan kapasitas seal.

Studi fault seal dengan metoda SGR pada beberapa daerah dengan litologi perselingan batupasir dan serpih umumnya memberikan nilai SGR 20% sebagai batas sealing. Fristad dkk (1997) op.cit Harris (2002), Yielding (1997, 1999) dan mendapatkan batas sealing pada SGR sebesar 18-20%. Studi oleh Harris (2002) menghasilkan batas sealing pada SGR antara 20-30%.

(30)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Pengambilan data Unit Kedalaman (feet) Tekanan

29/06/2002 T5 4575 1554

A2 4894 1326

A3 4906 1355

B 5007 1488

Sumur 20(hanging wall)

Pengambilan data Unit Kedalaman (feet) Tekanan

04/01/2002 A2 4943 1271

A3 4981 1275

B 5072 1416

C1 1825 Tabel 5.2. Nilai tekanan terhadap kedalaman tertentu pada dua buah sumur

Gambar 5.21. Peta beda tekanan reservoar pada sesar Rino_2 yang memperlihatkan distribusi perbedaan tekanan pada reservoar bertemu reservoar.

Perbedaan tekanan juxtaposition reservoar-reservoar pada sesar rino_2 (gambar 5.21), terlihat bahwa batupasir A2 pada bagian hanging wall bertemu dengan

(31)

Laporan Tugas Akhir

Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

batupasir A3 pada bagian foot wall memiliki perbedaan tekanan sebesar 84 psi. Pada batupasir bekasap B pada bagian foot wall bertemu dengan batupasir A3 pada bagian hanging wall memiliki perbedaan tekanan 213 psi.

Berdasarkan plot data tekanan dan SGR sesar Rino_2 memiliki beda tekanan yang besar dari 200psi pada nilai SGR 20%.

Gambar 5.22. Diagram beda tekanan terhadap SGR pada sesar rino_2 secara empiris memperlihatkan SGR 20% sudah mulai menunjukkan kapasitas seal.

Gambar

Gambar 5.1. Kerangka 3D pada daerah penelitian dilihat pada tampak atas. Sesar Rino_2
Gambar 5.3. Hasil perhitungan vsh tiap kedalaman dan rata-rata tiap lapisan berdasarkan data  log
Gambar 5.4. Hasil dari proses pemodelan bidang sesar yang berasal dari segmen – segmen  penampang seismik sampai didapatkan poligon pada bidang sesar
Gambar 5.5. Peta sesar yang memperlihatkan displacement  horizon akibat sesar Rino_1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Perkuliahan Patroli Keamanan Sekolah pada Prodi PPKn FKIP UMS terkait dengan peningkatan karakter disiplin dan peduli sosial memiliki pengaruh besar

Setelah melakukan penelitian fungsi shuujoshi na ini, penulis juga menemukan dalam korpus data bahwa, ternyata fungsi untuk menegaskan kepada lawan bicara mengenai apa yang

Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana penerapan metode cerita pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas V MI Al-kalam banjarmasin, faktor-faktor

Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji statistik terhadap parameter komponen, potensi hasil, analisis hara daun indung teh dan tanah (N, P, K, Mg dan Zn) pada tanaman teh

Berat kering akar bibit kopi pada perlakuan perbandingan topsoil dengan pukan ayam dan konsentrasi POC dapat dilihat pada Tabel 2.. Sedangkan pada perlakuan P 2 (4 cc/L)

ebuah po:er shoel dipakai untuk menggali tebing dengan 6apasitas bu6ket /.+ 'u Hd dengan jenis tanah yang digali adalah tanah biasa. &alamnya penggalian adalah B 9eet1 sudut

a) Seseorang mungkin banyak mengetahui tentang produk dan menggunakan percakapan sebagai cara untuk menginformasikan kepada orang lain. Dalam hal ini word of mouth

mencapai US$ 10,1 miliar atau turun 6,4 persen dibanding Juli 2008, sedangkan selama Januari-Agustus 2008 impor di luar Kawasan Berikat mencapai US$ 73,0 miliar atau meningkat