• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. gg BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. gg BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.

gg

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu ruas jalan yang akan di bangun/ditingkatkan adalah ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur yang terdapat di Kabupaten Boven Digoel, hal ini dimaksudkan guna menghubungkan dan mengakses jalan dari pertigaan Arimbet-Mindiptana di Kabupaten Boven Digoel ke arah Dewok/Iwur di Kabupaten Pegunungan Bintang. Agar ruas jalan dapat memiliki koordinasi antar-alinyemen yang baik dan dapat melayani arus lalu lintas sesuai dengan umur rencana, maka diperlukan perencanaan geometrik dan perkerasan yang baik.

Dengan dibangunnya ruas jalan ini maka diharapkan akan menambah dan mempercepat distribusi hasil-hasil pertanian, perkebunan, kehutanan serta kebutuhan bahan-bahan pokok pada masyarakat sekitar ruas jalan serta daerah di belakangnya.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang tersebut di atas, beberapa perumusan masalah yang perlu disampaikan yaitu :

1. Bagaimana bentuk perencanaan geometrik yang sesuai untuk ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur?

2. Bagaimana perencanaan konstruksi lapisan perkerasan yang sesuai untuk ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur dengan umur rencana 10 tahun?

3. Berapa dimensi saluran tepi yang diperlukan sesuai dengan kondisi kontur yang ada?

4. Berapa jumlah anggaran biaya yang diperlukan untuk perencanaan ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur?

1.3 TUJUAN

Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah :

1. Merencanakan bentuk perencanaan geometrik yang sesuai untuk ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur.

2. Merencanakan konstruksi lapisan perkerasan yang sesuai untuk ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur dengan umur rencana 10 tahun.

3. Merencanakan dimensi saluran tepi yang diperlukan sesuai dengan kondisi kontur yang ada. 4. Mengetahui anggaran biaya yang diperlukan untuk

perencanaan ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur.

1.4 BATASAN MASALAH

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka batasan masalah yang dilakukan hanya terbatas pada :

1. Lapisan perkerasan yang digunakan adalah lapisan perkerasan lentur dengan perhitungan menggunakan metode Bina Marga.

2. Data perencanaan dalam Tugas Akhir ini menggunakan data-data sekunder yaitu data curah hujan, data tanah, dan peta rupa bumi.

3. Tidak membahas stabilitas lereng, persimpangan jalan, gorong - gorong, jembatan, biaya operasi peralatan, penggunaan alat berat dan pelaksanaan di lapangan.

1.5 LOKASI STUDI

Lokasi studi ini terdapat di Distrik Arimop sebelah utara ibukota Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua.

Detil lokasi dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan

Gambar 1.2.

Gambar 1-1 Peta Papua (Sumber : www.papua.co.id)

Gambar 1-2 Peta Kabupaten Boven Digoel (Sumber : Bag. Tata Pemerintahan Setda Kab. Boven

Digoel)

(2)

BAB II

DASAR PERENCANAAN

II.

2.1 UMUM

Perencanaan geometrik secara umum terdiri atas dua bagian yaitu alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal, dimana menyangkut aspek-aspek perencanaan elemen jalan, tikungan, kelandaian jalan, dan jarak pandangan serta kombinasi dari bagian-bagian tersebut, baik untuk suatu ruas jalan, maupun untuk perlintasan diantara dua atau lebih ruas-ruas jalan.

2.2 PARAMETER PERANCANGAN GEOMETRIK

JALAN RAYA

2.2.1 Kecepatan rencana

Besarnya kecepatan rencana tergantung pada kelas jalan dan kondisi medan sebagaimana ditunjukkan pada

Tabel 2-4.

Tabel 2-1 Kecepatan Rencana (Vr) Fungsi Kecepatan Rencana, Vr (Km/jam)

Datar Bukit Pegunungan Arteri 70 - 120 60 - 80 40 - 70 Kolektor 60 - 90 50 - 60 30 - 50 Lokal 40 - 70 30 - 50 20 - 30

Catatan :

Untuk kondisi medan yang sulit, Vr suatu segmen jalan dapat diturunkan, dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 Km/jam.

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No. 038/TBM/1997

2.2.2 Jarak Pandang

Jarak pandang terbagi menjadi dua bagian, yaitu Jarak Pandang Henti (JPH) dan Jarak Pandang Mendahului

(JPM).

1. Jarak Pandang Henti (JPH)

Adalah jarak minimum yang diperlukan oleh pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman, begitu melihat adanya halangan di depan. Rumus umum Jarak Pandang Henti Minimum (JPH)

(Sukirman, 1994) untuk jalan datar, adalah sebagai berikut :

254fm

V

0.278V.t

d

2

+

=

Dimana :

d : jarak pandang henti minimum (m)

fm : koefisien gesekan antara ban dan muka jalan dalam arah memanjang jalan

V : kecepatan kendaraan (km/jam) t : waktu reaksi = 2,5 detik

Rumus umum Jarak Pandang Henti Minimum (JPH)

(Sukirman, 1994) untuk jalan dengan kelandaian tertentu, adalah sebagai berikut :

L) 254(f V 0.278V.t d 2 ± + =

Besarnya jarak pandangan henti berdasarkan beberapa kecepatan rencana ditunjukkan pada Tabel 2-6.

Tabel 2-2 Jarak Pandangan Henti Minimum

Kecepatan Rencana Vr (km/jam) Kecepatan Jalan Vj (km/jam) Koefisi en Gesek Jalan fm d perhitungan untuk Vr (m) d perhitungan untuk Vj (m) d desain (m) 30 40 50 60 70 80 100 120 27 36 45 54 63 72 90 108 0,400 0,375 0,350 0,330 0,313 0,300 0,285 0,280 29,71 44,60 62,87 84,65 110,28 139,59 207,64 285,87 25,94 38,63 54,05 72,32 93,71 118,07 174,44 239,06 25 - 30 40 - 45 55 - 65 75 - 85 95 - 110 120 - 140 175 - 210 240 - 285

Sumber : Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Sukirman 1994

2. Jarak Pandangan Menyiap (JPM)

Jarak Pandangan Menyiap hanya perlu dilihat pada jalan 2/2 UD. 4 3 2 1 d d d d d= + + +

Rumus yang digunakan adalah :

      + − = 2 at m V 0.278t d 1 1 1 2 2 0.278Vt d =

100m

s.d

30

d

3

=

2 4 d 3 2 d = ×

Besarnya jarak pandangan menyiap berdasarkan beberapa kecepatan rencana ditunjukkan pada Tabel

2-7.

Tabel 2-7 Jarak Pandangan Menyiap Minimum

Kecepatan Rencana Vr (km/jam) Jarak Pandangan Menyiap Standar Perhitungan (m) Jarak Pandangan Menyiap Standar Desai n (m) Jarak Pandangan Menyiap Minimum Perhitungan (m) Jarak Pandangan Menyiap Minimum Desain (m) 30 40 50 60 70 80 100 120 146 207 274 353 437 527 720 937 150 200 275 350 450 550 750 950 109 151 196 250 307 368 496 638 100 150 200 250 300 400 500 650

Sumber : Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Sukirman 1994

2.3 KLASIFIKASI JALAN

2.3.1 Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan

Menurut fungsi jalan, terdiri atas :

1. Jalan Arteri : yaitu jalan yang melayani angkutan

utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.

2. Jalan Kolektor : yaitu jalan yang melayani

(3)

perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.

3. Jalan Lokal : yaitu jalan yang melayani angkutan

setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

2.3.2 Klasifkasi Menurut Medan Jalan

1. Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur.

2. Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat dalam Tabel 2-9.

Tabel 2-9 Klasifikasi Menurut Medan Jalan

No. Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%) 1. 2. 3. Datar Perbukitan Pegunungan D B G < 3 3 – 25 > 25

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No. 038/TBM/1997

2.4 ELEMEN GEOMETRIK

2.4.1 Alinyemen Horizontal

2.4.1.1 Gaya Sentrifugal

Gaya sentrifugal (F) yang terjadi : F=m×a

Maka besaran gaya sentrifugal dapat ditulis sebagai berikut : R g V W F 2 ⋅ ⋅ =

2.4.1.2 Ketentuan Panjang Bagian Lurus

Pada Tabel 2-10 dicantumkan panjang maksimum bagian lurus pada alinyemen horizontal.

Tabel 2-10 Panjang Bagian Lurus Maksimum

Panjang Bagian Lurus Maksimum (m) Fungsi

Datar Perbukitan Pegunungan Arteri Kolektor 3.000 2.000 2.500 1.750 2.000 1.500

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No. 038/TBM/1997

2.4.1.3 Ketentuan Komponen Tikungan

1. Lengkung Peralihan ,Ls (Length of Spiral)

Bina Marga menetapkan, panjang lengkung peralihan mulai dari penampang melintang berbentuk mahkota (crown) sampai dengan kemiringan sebesar superelevasi. Secara detil, kelandaian relatif minimum ditunjukkan pada Tabel 2-12.

Perhitungan lengkung peralihan, Ls adalah sebagai berikut :

Berdasarkan waktu tempuh di lengkung peralihan.

3,6 t V

Ls= R ⋅

Berdasarkan landai relatif.

(

e en

)

B mmaks

Ls≥ + ⋅ ⋅

Berdasarkan rumus Modifikasi Shortt.

C e V 2.727 C R V 0.022 Ls R 3 R − =

Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian.

(

)

e R n maks r 3.6 V e e Ls ∗ − = (2.15)

Dari ke empat persamaan tersebut, panjang lengkung peralihan, Ls yang digunakan untuk perencanaan adalah Ls dengan nilai yang terbesar.

2.4.1.4 Bentuk Lengkung Horizontal

Ada 3 bentuk lengkung horisontal, antara lain : 1. Lengkung busur lingkaran sederhana (full circle)

Lengkung full circle digunakan untuk Rrencana yang

besar dan nilai superelevasi (e) lebih kecil atau sama dengan 3%.

Gambar 2-1 Lengkung Busur lingkaran Sederhana (full

circle)

(Sumber : Modul Rekayasa Jalan Raya)

Parameter lengkung full circle :       ⋅ = ∆ 2 1 tg R Tc R ∆ 2 1 cos R E −       = R 180 π ∆ Lc ⋅      =

Gambar 2-2 Diagram Superelevasi Lengkung Busur Lingkaran Sederhana (full circle)

(Sumber : Modul Rekayasa Jalan Raya)

PI 0.5∆ E TC CT TC R R Lc 0.5∆ B IN A M A R G A 3 /4 L s 1 /4 L s L c 1 /4 L s e 3 /4 L s en = 2 % T C T C e S C C S en = 2 %

(4)

2. Lengkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan (spiral – circle – spiral)

Secara umum lengkung spiral – circle – spiral digunakan jika nilai superelevasi e ≥ 3% dan panjang Ls > 20 meter.

Gambar 2-3 Lengkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan (spiral – circle – spiral)

(Sumber : Modul Rekayasa Jalan Raya)

Parameter lengkung spiral – circle – spiral :

R π Ls 90 θs=

(

)

180 R π θs 2 ∆ Lc= −

(

1

cos

θ

s

)

R

R

6

Ls

p

2

=

sinθi R R 40 Ls Ls k 2 3 ⋅ − − =

(

)

∆ k 2 1 tg p R Ts +      ⋅ + = ) R ∆ 2 1 cos p) (R E −       +       ⋅ − = 2 2 R 40 Ls 1 Ls Xs ... (2.26) R 6 Ls Ys 2 ⋅ = ... (2.27) Bentuk diagram superelevasi dapat dilihat pada Gambar 2-9. BINA MARGA Ls Lc Ls 2% 2% e TS SC CS ST e

Gambar 2-4 Diagram Superelevasi Lengkung Busur Lingkaran dengan Lengkung Peralihan (spiral – circle – spiral)

(Sumber : Modul Rekayasa Jalan Raya)

3. Lengkung peralihan (spiral - spiral)

Secara umum lengkung spiral – spiral digunakan jika nilai superelevasi e ≥ 3% dan panjang Ls ≤ 20 meter. Bentuk lengkung dapat dilihat pada Gambar 2-10.

Gambar 2-5 Lengkung Peralihan (spiral – spiral) (Sumber : Modul Rekayasa Jalan Raya)

Parameter lengkung spiral – spiral :

∆ 2 1 θs=

(

1 cosθs

)

R R 6 Ls p 2 − − = s sin R R 40 Ls Ls k 2 2

θ

− − =

(

R

p

) ( )

tg

θs

k

Ts

=

+

+

(

)

R s cos p R E= + −

θ

Besarnya Ls pada tipe lengkung ini adalah didasarkan pada landai relatif minimum.

(

e en

)

B mmaks

Ls≥ + ⋅ ⋅ ... (2.13)

Gambar 2-6 Diagram Superelevasi Lengkung Peralihan (spiral– spiral)

(Sumber : Modul Rekayasa Jalan Raya)

2.4.1.8 Jarak Kebebasan Samping

Pandangan pengemudi kendaraan yang bergerak pada lajur tepi dalam rentan terhalang oleh gedung, tebing dan lainnya.

1. Jika jarak pandangan, S lebih kecil daripada panjang total lengkung (lihat Gambar 2-12)

BINA MARGA TS SC=CS ST Ls Ls en = 2% en = 2% e e θs p E TS SC=CS ST Ts k R R Ls θs Ls θs θs p Ys E Ts SC CS ST Ts Xs k R R Ls Lc Ls

(5)

E Lt S R R Penghalang Pandangan Lajur Dalam Lajur Luar R' Garis Pandang

Gambar 2-7 Jarak Pandangan S < Lt (Sumber : Modul Rekayasa Jalan Raya)

           

=

R'

S

28.65

cos

1

R'

E

...(2.33)

2. Jika jarak pandangan, S lebih besar daripada panjang total lengkung (lihat Gambar 2-13), Lt

R Lajur Luar Penghalang Garis Pandang Pandangan E Lt S R' R Lajur Dalam

Gambar 2-8 Jarak Pandangan S > Lt (Sumber : Modul Rekayasa Jalan Raya)

            × − +             − = R' S 28.65 sin 2 Lt S R' S 28.65 cos 1 R' E ...(2.34)

2.4.1.9 Pelebaran Pada Tikungan

Besarnya pelebaran untuk sebuah tikungan dapat dicari dengan persamaan matematis berikut.

Wn Wc ω= −

(

U

C

) (

N

1

)

Fa

Z

N

Wc

=

+

+

+

2 2 L R R µ U= + − −

(

2L A

)

R A R Fa= 2 + + − R V Z= 2.4.2 Alinyemen Vertikal

Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan, yang umumnya biasa disebut dengan profil atau penampang memanjang jalan.

2.4.2.1 Kelandaian Alinyemen Vertikal

1. Landai Minimum

Kelandaian yang baik yaitu kelandaian 0% (datar), tapi tidak demikian untuk keperluan drainase jalan melainkan yang bukan 0% (tidak datar).

2. Landai Maksimum

Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk menjaga agar kendaraan dapat bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti.

Secara detil, batasan kelandaian maksimum menurut Bina Marga ditunjukkan pada Tabel 2-16.

Tabel 2-16 Kelandaian Jalan

Jalan Luar Kota (Bina Marga) Kecepatan

Rencana

(km/jam) Kelandaian Maks Standar (%) Kelandaian Maks Mutlak (%) 40 7 11 50 6 10 64 60 5 9 80 4 8 96 113

Sumber : Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Sukirman 1994

3. Panjang Kritis Kelandaian

Besarnya panjang kritis dapat dilihat pada Tabel 2.17.

Tabel 2-17 Panjang Kritis

Kecepatan Rencana (km/j am)

80 60 50 40 30 20

5% 500m 6% 500m 7% 500m 8% 420m 9% 340m 10% 6% 500m 7% 500m 8% 420m 9% 340m 10% 250m 11% 7% 500m 8% 420m 9% 340m 10% 250m 11% 250m 12% 8% 420m 9% 340m 10% 250m 11% 250m 12% 250m 13% Sumber : Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Sukirman 1994

2.4.2.2 Lengkung Vertikal

1. Lengkung Vertikal Cekung

Beberapa persyaratan untuk menentukan panjang lengkung vertikal cekung, antara lain :

a) Berdasarkan jarak penyinaran lampu kendaraan

 Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan < L S<L 3,5S 120 S A Lv 2 + ⋅ = (2.40)

 Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan > L S>L A 3,5S 120 2S Lv= − + (2.41)

b) Berdasarkan jarak pandangan bebas di bawah jembatan

Asumsi: titik PPV berada tepat berada di bawah jembatan. S<L 3480 S A Lv 2 ⋅ = S>L A 3480 2S Lv= −

c) Berdasarkan syarat perjalanan 3 detik

3600 1000 3

Lv= ⋅Vd

(6)

360 A V

Lv= 2

e) Berdasarkan keluwesan bentuk Lv=0,6V

f) Berdasarkan ketentuan drainase Lv=50A

g) Berdasarkan kenyamanan mengemudi

380 Lv 2 V A⋅ =

2. Lengkung Vertikal Cembung

a) Jarak Pandangan berada di dalam daerah lengkung (S<L)

 Jika JPH yang dipakai; h1=120cm, h2=10cm, maka : 399 AS L 2 =

 Jika JPM yang dipakai; h1=120cm, h2=120cm, maka : 960 AS L 2 =

b) Lengkung berada di dalam jarak pandangan (S>.L)

 Jika JPH yang dipakai; h1=120cm, h2=10cm, maka :

A 399 2S

L= −

 Jika JPM yang dipakai; h1=120cm, h2=120cm, maka : A 960 2S L= − c) Keluwesan bentuk Lv=0,6V

d) Syarat waktu perjalanan 3 detik

3,6 D V 3

Lv= ⋅ ⋅

e) Syarat penyerapan guncangan

360 A V

Lv= 2

f) Ketentuan drainase Lv=50A

g) Syarat kenyamanan mengemudi

380 Lv 2 V A⋅ =

2.5 KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR

(FLEXIBLE PAVEMENT)

2.5.1 Karakteristik Perkerasan Lentur

Alasan pemilihan perkerasan lentur adalah :

 tanah dasarnya relatif bagus (CBR min 5%)

 biayanya lebih murah

 banyak dilewati kendaraan kecil

2.5.2 Susunan Lapisan Konstruksi Perkerasan

Lentur

Konstruksi perkerasan terdiri dari (lihat Gambar 2-25) :

 lapisan permukaan (surface course)

 lapisan pondasi atas (base course)

 lapisan pondasi bawah (sub base course)

 lapisan tanah dasar (subgrade)

Gambar 2-9 Susunan Lapisan Konstruksi Perkerasan Lentur

(Sumber : Petunjuk Perencanaan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen)

2.5.3 Lalu Lintas Rencana Untuk Perkerasan Lentur

Lalu lintas rencana dihitung untuk memperkirakan beban kendaraan yang akan melewati suatu ruas jalan selama umur rencana.

2.5.3.1 Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR)

LHR dihitung pada awal umur rencana dan pada akhir umur rencana dengan menggunakan rumus :

( )

n rencana umur awal Vkendaraan 1 i LHR = × +

( )

n rencana umur awal rencana umur akhir LHR 1 i LHR = × +

2.5.3.2 Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan

Untuk menghitung Angka Ekivalen (E) masing-masing golongan beban sumbu untuk setiap kendaraan ditentukan menurut rumus berikut ini :

E sumbu tunggal = 4 40 , 5      P E sumbu ganda = 4 16 , 8      P Sumber : SNI 07-2416-1991

2.5.3.3 Perhitungan Lalu Lintas

 Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dihitung dengan rumus: j j n 1 j j C E LHR LEP=

× × =

 Lintas Ekivalen Akhir (LEA) dihitung dengan rumus

( )

j j ur n 1 j j 1 i C E LHR LEA=

+ × × =

 Lintas Ekivalen Tengah (LET) dihitung dengan rumus

2 LEA LEP

LET= +

 Lintas Ekivalen Rencana (LER) dihitung dengan rumus : FP LET LER= + 10 UR FP=

lapisan permukaan (surface course) lapisan pondasi atas (base course) lapisan pondasi bawah (sub base course) lapisan tanah dasar (subgrade)

(7)

Tabel 2-18 Koefisien Distribusi Kendaraan Kendaraan Ringan (Berat total < 5 ton) Kendaraan Berat (Berat total > 5 ton) Jumlah lajur 1 Arah 2 Arah 1 Arah 2 Arah 1 lajur 2 lajur 3 lajur 4 lajur 5 lajur 6 lajur 1,00 0,60 0,40 - - - 1,00 0,50 0,40 0,30 0,25 0,20 1,00 0,75 0,50 - - - 1,00 0,50 0,475 0,450 0,425 0,400

Sumber : Petunjuk Perencanaan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen

2.5.4 Daya Dukung Tanah Dasar (DDT)

Daya dukung tanah dasar (subgrade) pada perkerasan lentur dinyatakan dengan nilai CBR (california bearing ratio).

Nilai DDT dapat dicari dengan menggunakan rumus dari Bina Marga:

(

CBR%

)

1,7 log

4,3

DDT= +

2.5.5 Indeks Tebal Perkerasan (ITP)

Dalam menentukan tebal perkerasan digunakan perumusan sebagai berikut:

3 3 2 2 1 1D a D a D a ITP= + +

2.6 SALURAN TEPI JALAN

Tujuan pekerjaan drainase permukaan jalan raya adalah :

h) Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan.

i) Mengalirkan air permukaan yang terhambat oleh adanya jalan raya ke alur-alur alam, sungai atau badan air lainnya.

j) Mengalirkan air irigasi atau air buangan melintasi jalan raya, sehingga fungsinya tidak terganggu. Hujan rata-rata n x X=

Standar deviasi

( )

1 n x X x Sx 2 − − =

Frek. Hujan pada periode ulang T :

Sx K X RT = + ⋅ Faktor frek. n S n T Y Y K = −

2.6.1 Intensitas Hujan Rencana (I)

Adapun persamaannya menggunakan Rumus Mononobe : 3 2 24 24 24       = c t R I 2.6.2 Waktu Konsentrasi (tc)

Perhitungan harga I tergantung dari besarnya tc, yaitu waktu yang diperlukan oleh titik air yang berada di tempat terjauh menuju saluran tepi. Besarnya dihitung dengan rumus : f o c t t t = + v L tf = 2.6.3 Koefisien Pengaliran (C)

(

)

= i i i gab A .A C C ...(2.90) 2.6.4 Debit Saluran

Untuk perhitungan air hujan yang perlu dibuang, menggunakan rumus Rasional:

A I C⋅ ⋅ ⋅ = 6 , 3 1 Q ...(2.93) 2.6.5 Dimensi Saluran

Bentuk penampang saluran dipilih berdasarkan jenis tanah dasar, kedalaman saluran, kecepatan aliran dan lahan yang tersedia. Dalam Tugas Akhir ini direncanakan saluran berpenampang trapesium.

2.7 GALIAN DAN TIMBUNAN

Perhitungan volume tanah pada pekerjaan galian dan timbunan dilakukan dengan metode Double End Areas (luas ujung rangkap).

(

)

L 2 A A Volume= 1⋅ 2 ⋅ ...(2.100) 2.8 ANGGARAN BIAYA

Anggaran biaya tiap-tiap pekerjaan didapatkan dengan mengalikan masing-masing volume pekerjaan dengan masing-masing harga satuan pekerjaan. Harga satuan pekerjaan ini dapat dilihat pada Lampiran.

(8)

BAB III METODOLOGI

1.1 LANGKAH PENGERJAAN

Di dalam penulisan tugas akhir ini diperlukan langkah kerja yang dimulai dari studi literatur dan bahan sampai dengan perhitungan.

Langkah kerja adalah sebagai berikut: 1. Studi literatur dan bahan

2. Pengumpulan data

a) Data-data sekunder yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

 Peta rupa bumi didapatkan dari Bakosurtanal dengan skala 1:250000. Dikarenakan pada daerah yang dimaksud tidak terdapat data kontur yang jelas, maka daerah perencanaan diambil dari daerah Ceremlem menuju ke daerah Kwirok.

 Data lalu lintas didapatkan dari data hasil survey pada jalan eksisting pada daerah Distrik Kuken. Ruas jalan yang diambil adalah Jl. Yos Sudarso.

 Data CBR didapatkan dari Konsultan Perencana CV. Mega Cipta Konsultan.

 Data curah hujan didapatkan dari Konsultan Perencana CV. Mega Cipta Konsultan. 3. Perhitungan perencanaan

a) Volume lalu lintas

b) Perencanaan geometrik jalan, meliputi : Perhitungan alinyemen horizontal :

 Jari - jari minimum

 Panjang lengkung peralihan

 Bentuk lengkung horizontal

 Jarak kebebasan samping

 Pelebaran pada tikungan Perhitungan alinyemen vertikal :

 Lengkung vertikal cekung

 Lengkung vertikal cembung

c) Perencanaan tebal perkerasan, direncanakan sesuai dengan Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen, Bina Marga.

 Perhitungan lalu lintas

 Perhitungan daya dukung tanah dasar

 Indeks tebal perkerasan

d) Perencanaan saluran tepi, mengolah data curah hujan hingga merencanakan dimensi saluran.

 Hujan rencana

 Intensintas hujan rencana

 Waktu konsentrasi

 Koefisien pengaliran

 Debit saluran

 Dimensi saluran

e) Perencanaan biaya, didapatkan dari harga pekerjaan tiap volume galian dan timbunan.

Secara lebih jelas, dapat dilihat pada bagan alir berikut ini:

Gambar 3-10 Bagan Alir Pengerjaan

BAB IV PERENCANAAN

4.1 PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN 4.1.1 Analisa Data Lalu Lintas

Data lalu lintas menggunakan data hasil survey pada jalan eksisting pada daerah Distrik Kuken. Ruas jalan yang diambil adalah Jl. Yos Sudarso.

Tingkat pertumbuhan lalu lintas dianalisa dari data proyeksi penduduk daerah Kab. Boven Digoel.

Tabel 4-1 Jumlah Dan Jenis Kendaraan Tahun 2006

Jenis Kendaraan Jumlah

Kendaraan/arah Mobil Penumpang 2 ton (1.1)

Truk Sedang 8,3 ton (1.2L)

15 16

Sumber : Hasil Survey Tahun 2006

Tabel 4-2 Proyeksi Penduduk Kab. Boven Digoel

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) 2001 2002 2003 2004 2005 36391 37408 38452 39526 40629 Sumber : http://www.bps.go.id/~irja

(9)

Dari hasil perhitungan tingkat pertumbuhan penduduk didapatkan nilai 2,72%.

Tabel 4-4 Lalu Lintas Harian Rencana Pada Awal Umur Rencana 2009

Jenis Kendaraan 2009

Mobil Penumpang 2 ton (1.1) Truk Sedang 8,3 ton (1.2L)

15 (1+0,0272)^3 16 (1+0,0272)^3

16 17

Tabel 4-5 Lalu Lintas Harian Rencana Pada Akhir Umur Rencana 2019

Jenis Kendaraan 2019

Mobil Penumpang 2 ton (1.1) Truk Sedang 8,3 ton (1.2L)

16 (1+0,0272)^10 17 (1+0,0272)^10

21 23

4.1.2 Perhitungan Lalu Lintas

1. Angka Ekivalen

Berikut diberikan hasil perhitungan Angka Ekivalen (E) pada Tabel 4-6.

Tabel 4-6 Perhitungan Angka Ekivalen (E)

Jenis Kendaraan Angka Ekivalen Mobil Penumpang 2 ton (1.1)

Truk Sedang 8,3 ton (1.2L)

0,0024 0,2777 2. Perhitungan Lintas Ekivalen Permulaan

Ruas jalan Arimbet-Maju-Ujung-Bukit-Iwur direncanakan 2 lajur 2 arah. Koefisien distribusi kendaraan (c) dapat dilihat pada Tabel 2-17, dimana untuk tipe jalan 2 lajur 2 arah dengan data LHR per arah maka ruas jalan ini memiliki nilai koefisien sebesar 1,0.

Berikut diberikan hasil perhitungan Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) pada Tabel 4-7.

Tabel 4-7 Perhitungan Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)

Jenis Kendaraan LEP

Mobil Penumpang 2 ton (1.1) Truk Sedang 8,3 ton (1.2L)

0,04 4,82

Jumlah 4,86

3. Perhitungan Lintas Ekivalen Akhir

Koefisien distribusi kendaraan (c) dapat dilihat pada Tabel 2-17, dimana untuk tipe jalan 2 lajur 2 arah dengan data LHR per arah maka ruas jalan ini memiliki nilai koefisien sebesar 1,0.

Berikut diberikan hasil perhitungan Lintas Ekivalen Akhir (LEA) pada Tabel 4-8.

Tabel 4-8 Perhitungan Lintas Ekivalen Akhir (LEA)

Jenis Kendaraan LEA

Mobil Penumpang 2 ton (1.1) Truk Sedang 8,3 ton (1.2L)

0,05 6,30

Jumlah 6,35

4. Perhitungan Lintas Ekivalen Tengah

2 LEA LEP LET= + = 2 35 , 6 86 , 4 + = 5,605

5. Perhitungan Lintas Ekivalen Rencana

10 UR FP= = 10 10 = 1

FP

LET

LER

=

+

= 5,605+1 = 6,605

4.1.3 Perhitungan Perkerasan Jalan

1. Perencanaan Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo)

Harga IPo untuk jenis laston adalah 3,9 – 3,5. 2. Perencanaan Indeks Permukaan Pada Akhir Umur Rencana (IPt)

Ruas jalan Arimbet-Maju-Ujung-Bukit-Iwur memiliki jumlah LER sebesar 6,605 dan klasifikasi jalan sebagai jalan arteri, maka harga IPt adalah sebesar 1,5-2,0 (lihat Tabel 2-19).

3. Faktor Regional (FP)

Untuk persentase kendaraan berat >30%, kelandaian 6-10%, dan iklim untuk curah hujan rata-rata tahunan >900 mm/thn, maka ruas jalan Arimbet-Maju-Ujung-Bukit-Iwur mempunyai harga factor regional (FR) sebesar 2,5 (lihat Tabel 2-21). 4. Perhitungan CBR Tanah Asli

Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini, data tanah yang digunakan berupa data sekunder.

Nilai DDT dan ITP dapat dicari dengan menggunakan rumus dari Bina Marga:

(

CBR%

)

1,7 log 4,3 DDT= + (2.77)       − + +       + + +       + = 3,0 1,2 DDT 0,372 FR 1 log 1 2,54 ITP 1094 0,4 Gt 0,2 -1 2,54 ITP log 9,36 logWt 5,19 18       = 1,5 -IPo IPt -IPo log GT 365 UR LER WT18= × ×

• Lapisan Permukaan (surface) laston (MS 590 kg) Menggunakan CBR base course = 100%

( )

100 1,7 log 4,3 DDT= + = 10,3 ITP = 2,65 1 1D a ITP= 7,57cm 0,35 2,65 a ITP D 1 1= = =

Digunakan tebal lapisan D1 = 8 cm.

• Lapisan pondasi atas (base course) batu pecah kelas A

Menggunakan CBR sub base course = 50%

( )

50 1,7 log 4,3 DDT = + = 9,006 ITP = 3,19 2 2 1 1D a D a ITP= + cm 79 , 2 0,14 8 0,35 -3,19 a D a -ITP D 2 1 1 2 = × = =

(10)

• Lapisan pondasi bawah (sub base course) sirtu kelas B

Menggunakan CBR sub grade = 9,0%

( )

13,9 1,7 log 4,3 DDT= + = 4,921 ITP = 5,28 3 3 2 2 1 1

D

a

D

a

D

a

ITP

=

+

+

cm 67 , 2 0,12 0 2 0,14 -8 0,35 -5,28 a D a D a -ITP D 3 2 2 1 1 3 =− × × = − =

Digunakan tebal lapisan min D3 = 10 cm.

4.2 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 4.2.1 Dasar Perencanaan

Dalam tugas akhir ini, ruas jalan ini termasuk dalam klasifikasi jalan arteri sekunder, dengan tipe 2 lajur 2 arah tanpa median (2/2 UD). Lebar jalan rencana 7 meter, lebar lajur rencana 3.5 m dan bahu jalan rencana sebesar 2 meter. Karena jalan ini berfungsi sebagai jalan arteri di daerah pegunungan, maka berdasarkan Tabel 2-4, kecepatan rencananya berkisar antara 40-70 km/jam, digunakan untuk perencanaan ini ditetapkan sebesar 60 km/jam.

4.2.2 Perencanaan Alinyemen Horizontal

Dalam perencanaan ini digunakan jenis lengkung peralihan spiral-circle-spiral, dimana untuk menghindari terjadinya perubahan kemiringan secara mendadak.

Contoh perhitungan alinyemen horizontal dengan tipe spiral-circle-spiral pada PI-1.

Direncanakan : Vd = 60 km/jam. Rd = 573 m

1. Mencari harga jarak lurus dan sudut PI. • Koordinat titik start jalan :

Xa,Ya (7215.7663 , 1070.6277) • Koordinat titik PI 1 : Xb,Yb (6611.1594 , 1693.4233) • Koordinat titik PI 2 : Xc,Yc (6920.1500 , 2770.8878) ∆ X1 = Xb-Xa = 6611.1594 – 7215.7663 = -604.6069 m ∆ Y1 = Yb-Ya = 1693.4233 – 1070.6277 = 622.7956 m ∆ X2 = Xc-Xb = 6920.1500 – 6611.1594 = 308.9906 m ∆ Y2 = Yc-Yb = 2770.8878 – 1693.4233= 1077.4645 m

• Panjang lurus segmen 1 (Start – PI 1) : • L1 (gambar) =

( ) ( )

X1 2+ ∆Y1 2

= −604,60692+622,79562

= 868 m • L1 (aktual) = 868 x 1 = 868 m

•Panjang lurus segmen 2 (PI 1 – PI 2) : • L2 (gambar) =

(

X2

) ( )

2+ ∆Y2 2

= 308,99062+1077,46452

= 1120.894

• L2 (aktual) = 1120.894 x 1 = 1120,93 m

• Rumus sudut azimuth = arc tan Y X

∆ ∆

• Sudut azimuth PI 1= arc tan Y X ∆ ∆ = arc tan 7956 . 622 6069 . 604 − = -44,151o (kuadrant IV) = -44,151o + 360o = 315,849o

• Sudut azimuth PI 2 = arc tan

Y

X

= arc tan 4645 . 1077 9906 . 308 = 16,0016o

• Sudut PI1 (∆ 1) = Sudut azimuth PI2 - Sudut

azimuth PI1

= 360o – (315,849o – 16,0016o) =60,153o

2. Mencari harga superelevasi atau kemiringan jalan rencana. Harga superelevasi :

e

=

(

e

+

f

) ( )

f

D

(

) (

)

max max max D D × + = + f e f e fmax = -0,00065 VD + 0,192 untuk VD < 80 km/jam = -0,00065 . 60 + 0,192 = 0,153 ° × ⋅ ⋅ = 360 R 2 25 D π =2⋅ ⋅477×360° 25 π = 3.003

(

)

2 D max V 0,153 0,10 181913,53 D = + ( 2 ) 0 6 0,153 0,10 181913,53 + = = 12,784 2 r max p V 181913,53 D = ×e

(

)

2 60 % 85 1 , 0 181913,53 × × = =6,994 max 2 2 max h e V V e R D − × =

(

)

0,1 60 % 85 60 1 , 0 2 2 − × × = =0,0384 p 1 D h α tg = 994 , 6 0384 , 0 = =0,00549 p max max 2 D D h f α tg − − = 994 , 6 784 , 12 0384 , 0 153 , 0 − − = =0,0198

(

)

max 1 2 p max p o D 2 α tg α tg D D D M × − × − =

(

)

784 , 12 2 00549 , 0 0198 , 0 994 , 6 784 , 12 994 , 6 × − × − = =0,0226 Mencari f(D) : Jika : p D D≤ , maka

( )

1 2 p o D tgα D D M D f  + ⋅       = p D D≥ ,maka ( )

(

)

2 p 2 p max max o h D-D tgα D D D D M D f  + + ⋅       − − = Karena D≤Dp, maka :

(11)

( )

3,003 0,00549 994 , 6 003 , 3 0226 , 0 D f 2 ⋅ +       ⋅ = = 0,024

(

) (

)

max max max D D × + = +f e f e

(

)

12,784 3,003 153 , 0 1 , 0 + × = = 0,059 Maka :

(

e

f

) ( )

f

D

e

=

+

=0,059−0,024 =0,0354 =3.54% Sehingga :

Nilai superelevasi yang digunakan adalah: e = 0,0354

3. Mencari besarnya panjang lengkung peralihan. • Berdasarkan waktu tempuh maksimal di lengkung

peralihan 3,6 t Vd Ls= × 3,6 3 0 6 × = = 50 m

• Berdasarkan landai relatif

Untuk VD = 60 km/jam, landai relatif maksimum (mmax) = 125 (Tabel

2-11).Ls=

(

e+en

)

⋅B⋅mmax=

(

0,0354+0.02

)

⋅3,5⋅125=22,2 27 m

• Berdasarkan rumus Modifikasi Shortt

Koefisien perubahan kecepatan (C) diambil = 0,4 m/dt3

C e Vd 2,727 C R Vd 0,022 Ls 3 − ⋅ = 0,4 032 , 0 0 6 2,727 4 , 0 477 0 6 0,022 3 − ⋅ = = 10,435 m

• Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian

Untuk Vd

70 km/jam, tingkat perubahan kemiringan jalan (Re) = 0.035 m/m/dt.

(

)

e n max r 3,6 Vd e e Ls ⋅ ⋅ − =

(

)

035

,

0

3,6

0

6

02

,

0

1

,

0

=

= 38,095 m Sehingga :

Lengkung peralihan diambil yang terpanjang, Ls = 50 m.

4. Mencari parameter-parameter lengkung horizontal

R

π

Ls

90

θs

=

477

π

50

90

=

= 3,003o

(

)

180 R π θ 2 ∆ Lc= − s ⋅ ⋅

(

)

180 477 π 2,5 2 153 , 0 6 − ⋅ ⋅ ⋅ = =450,784 m

(

1 cosθs

)

R R 6 Ls p 2 − − ⋅ = 477

(

1 cos 2,5

)

477 6 502 − − ⋅ = = 0,219 m θs sin R R 40 Ls Ls k 2 3 − ⋅ − = 477sin3,003 477 40 50 50 2 3 − ⋅ − = = 24,998 m

(

)

∆ k 2 1 tg p Rd Ts= + × +

(

)

60,153 24,998 2 1 tg 219 , 0 477+ ×  ⋅ + = = 301,368 m

(

)

R ∆ 2 1 cos p R E= + −

(

)

477 153 , 0 6 2 1 cos 219 , 0 477 −       ⋅ + = = 74,469 m       ⋅ − = 22 R 40 Ls 1 Ls Xs       ⋅ − = 2 2 477 40 0 5 1 50 = 49,956 m

R

6

Ls

Ys

2

=

477

6

50

2

=

= 0,874 m

5. Stationing Titik Parameter Lengkung Horisontal • STA Start = 0+000

• STA TS = STA Start + (L1 aktual – Ts)

= 0+000 + (868,000 – 301,368) = 0+566.63 • STA SC = STA TS + Ls = 0+566.63 + 50 = 0+616.63 • STA CS = STA SC + Lc = 0+616.63 + 450.784 = 1+067.42 • STA ST = STA CS + Ls = 1+067.42 + 50 = 1+117.42

6. Diagram Superelevasi Lengkung Horisontal Untuk perencanaan kali ini, penggambaran diagram superelevasi menggunakan metode AASHTO. Sehingga contoh diagram superelevasi untuk PI1, terlihat pada Gambar 4-2.

TS SC CS ST -2% -2% as jalan as jalan

PI 1

Ls = 50 m Lc = 450.784 m Ls = 50 m 3.54% 3.54%

(12)

Tabel 4-11 Perhitungan Alinyemen Horisontal

4.2.3 Perencanaan Alinyemen Vertikal

Dalam menentukan panjang lengkung vertikal cembung dengan tipe jalan 2/2UD digunakan Jarak Pandangan Menyiap (JPM). Sedangkan perencanaan alinyemen vertikal cekung digunakan Jarak Panjang Henti (JPH).

1. Contoh Perhitungan Lengkung Vertikal Cekung pada PPV-1.

• Penentuan jarak pandangan henti (JPH) : VD = 60 km/jam, dan diambil nilai f = 0,33. JPH = 75 s.d 85 m (berdasarkan Tabel 2-6). 254fm V 0.278V.t d 2 + = 0,33 254 0 6 2,5 60 0.278 d 2 × + × × = = 88,944 m

Sehingga untuk perencanaan kali ini, JPH diambil nilai maksimum (JPH = 85 m).

• Perhitungan perbedaan aljabar : g1 = 0% dan g2 = 4,00%

2

1

g

g

A

=

±

=(0 - 4,00) = -4,00…(LV Cekung) • Perhitungan Panjang Lengkung (L)

a. Untuk S < L 3,5S 120 S A Lv 2 + ⋅ = = 5 8 3,5 120 85 00 , 4 2 ⋅ + ⋅ = 69,22 m S = 85 m < Lv = 69,22 m …(tidak memenuhi) b. Untuk S > L A 3,5S 120 2S Lv= − + = 4,00 5 8 3,5 120 5 8 2⋅ − + ⋅ = 65,63 m S = 88,944 m > Lv = 65,63 m…(memenuhi) c. Berdasarkan syarat perjalanan 3 detik

3600 1000 3 Lv= ⋅Vd⋅ = 3600 1000 60 3⋅ ⋅ = 50 m d. Berdasarkan syarat penyerapan guncangan

360 A V Lv= 2 = 360 4,00 0 6 2 = 40,00 m e. Berdasarkan keluwesan bentuk

0,6V

Lv

=

=

0,6

×

60

= 36 m f. Berdasarkan ketentuan drainase

50A

Lv≤ = 50⋅4,00 = 200 m

g. Berdasarkan kenyamanan mengemudi

380 Lv 2 V A⋅ = = 380 60 00 , 4 ⋅ 2 = 37,89 m

Dari hasil perhitungan, dipilih panjang lengkung vertikal terpanjang sehingga nilai Lv yang tepilih adalah Lv = 69,22 m. • Perhitungan EV 800 Lv A Ev= ⋅ = 800 22 , 69 00 , 4 ⋅ = 0,346 m • Stationing titik parameter lengkung vertikal

cekung STA PPV = 1+500 STA PLV = STA PPV – L/2 = 1+500 - (69,22/2) = 1+500 – 34,61 = 1+465 STA PTV = STA PPV + (S – L/2) = 1+500 + (85 - (69,22/2)) = 1+500 + 50,39 = 1+550 • Perhitungan elevasi titik parameter lengkung

vertikal cekung Elevasi PPV = +350 Elevasi PPV’ = Elevasi PPV + Ev = +350 + 0,346 = +350,346 Elevasi PLV = Elevasi PPV + (g1% x L/2) = +350 + (0% x (69,22/2)) = +50 Elevasi PTV = Elevasi PPV + (g2% x (S - L/2)) = +350 + (4,00% x (85- (69,22/2)) = +352,02

2. Contoh Perhitungan Lengkung Vertikal Cembung pada PPV-2.

• Penentuan jarak pandangan menyiap (JPM) : JPM = 250 s.d 350 m (berdasarkan Tabel 2-7)

a. t1 = 2,12 + 0,026 V

= 2,12 + 0,026 x 60 = 3,68 detik a = 2.052 + 0,0036 V

= 2.052 + 0,0036 x 60

Parameter Satuan Start PI 1 PI 2 PI 3 PI 4 PI 5 PI 6 e max % 10.00% 10.00% 10.00% 10.00% 10.00% 10.00% B (1 lajur) m 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 VD Km/jam 60 60 60 60 60 60 VR Km/jam 51 51 51 51 51 51 Perhitungan sudut PI (∆) X start m 7215.7663 6611.1594 6920.1500 4359.7075 4086.1954 4931.6604 5991.7802 Y start m 1070.6277 1693.4233 2770.8878 4546.9738 5291.5043 6779.1794 6477.1071 delta X m -604.6069 308.9906 -2560.4425 -273.5121 845.4650 1060.1198 772.4038 delta Y m 622.7956 1077.4645 1776.0860 744.5305 1487.6751 -302.0723 801.4659 L (asli) m 868.000 1120.895 3116.143 793.180 1711.137 1102.316 1113.084 dX / dY - -0.971 0.287 -1.442 -0.367 0.568 -3.509 0.964 Azimuth (β) o 315.849 16.002 304.748 339.829 29.610 105.904 43.942 Hitung Sudut - - β1 - β2 β2 - β1 β2 - β1 β1 - β2 β2 - β1 β1 - β2 ∆ o - 60.153 71.254 35.081 49.782 76.294 61.962 Data Tabel Bina Marga RD m 477 477 477 477 477 477

Ls m 50 50 50 50 50 50 Perhitungan Elevasi (e) D o 3.003 3.003 3.003 3.003 3.003 3.003 Dmax o 12.784 12.784 12.784 12.784 12.784 12.784 f max - 0.153 0.153 0.153 0.153 0.153 0.153 (e+f) - 0.059 0.059 0.059 0.059 0.059 0.059 Dp o 6.994 6.994 6.994 6.994 6.994 6.994 h - 0.038 0.038 0.038 0.038 0.038 0.038 tan α1 - 0.00549 0.00549 0.00549 0.00549 0.00549 0.00549 tan α2 - 0.0198 0.0198 0.0198 0.0198 0.0198 0.0198 Mo - 0.0226 0.0226 0.0226 0.0226 0.0226 0.0226 cek f (D) - f(D1) f(D1) f(D1) f(D1) f(D1) f(D1) f (D) - 0.0240 0.0240 0.0240 0.0240 0.0240 0.0240 e % 3.54% 3.54% 3.54% 3.54% 3.54% 3.54% Perhitungan Ls Ls (waktu) m 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 mmax - 125.00 125.00 125.00 125.00 125.00 125.00 Ls (landai relatif) m 24.227 24.227 24.227 24.227 24.227 24.227 C (diambil) m/dt3 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 Ls (modif shortt) m 10.435 10.435 10.435 10.435 10.435 10.435 Re m/m/dt 0.035 0.035 0.035 0.035 0.035 0.035 Ls (perub kelandaian) m 38.095 38.095 38.095 38.095 38.095 38.095 Ls terpilih m 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 Perhitungan Parameter Lengkung

Өs o 3.003 3.003 3.003 3.003 3.003 3.003 Lc m 450.784 543.205 242.057 364.442 585.167 465.850 p m 0.219 0.219 0.219 0.219 0.219 0.219 k m 24.998 24.998 24.998 24.998 24.998 24.998 Ts m 301.368 366.993 175.835 246.422 399.820 311.526 E m 74.469 110.110 23.489 49.086 129.819 79.629 Xs m 49.986 49.986 49.986 49.986 49.986 49.986 Ys m 0.874 0.874 0.874 0.874 0.874 0.874 L Total m 550.78 643.20 342.06 464.44 685.17 565.85 Perhitungan STA TS - 0 + 566.63 1 + 569.95 4 + 786.47 5 + 499.45 7 + 028.79 8 + 104.93 SC - 0 + 616.63 1 + 619.95 4 + 836.47 5 + 549.45 7 + 078.79 8 + 154.93 CS - 1 + 067.42 2 + 163.15 5 + 078.53 5 + 913.89 7 + 663.95 8 + 620.78 ST - 1 + 117.42 2 + 213.15 5 + 128.53 5 + 963.89 7 + 713.95 8 + 670.78

(13)

= 2,268 m/dt2       + − = 2 at m V 0.278t d 1 1 1 m = 15 km/jam (Sukirman, 1999)       + ⋅ ⋅ = 2 68 , 3 268 , 2 5 1 0 6 3,68 0.278 d1 = 50,306 m b. t2 = 6,56 + 0,048.V = 6,56 + 0,048 x 60 = 9,44 detik d2 = 0,278 V.t2 = 0,278 x 50 x 9,44 = 131,216 m c. d3 = 30 - 100 m, diambil 30 m (Sukirman, 1999). d. d4 = 2/3.d2 = 2/3 x 131,216 = 87,477 m e. JPM min = 2/3.d2 + d3 + d4 = 87,477 + 30 + 87,477 = 204,954 m f. JPM max = d1 + d2 + d3 + d4= 50,306+131,216+30+87,477= 299 m Dipakai nilai yang terbesar yaitu S = 299 m. • Perhitungan perbedaan aljabar :

g1 = 4,00% dan g2 = 0%

2

1 g

g

A= ± =(4,00-0) = +4,00…(LV Cembung) • Perhitungan Panjang Lengkung (L)

a. Untuk S < L 960 AS L 2 = = 960 99 2 00 , 4 ⋅ 2 = 372,50 m S = 299 m < Lv = 372,50 m …(memenuhi) b. Untuk S > L A 960 2S L= − = 4,00 960 299 2⋅ − = 358,00 m S = 299 m >Lv = 358,00 m…(tidak memenuhi) c. Berdasarkan syarat perjalanan 3 detik

3600 1000 3 Lv= ⋅Vd⋅ = 3600 1000 60 3⋅ ⋅ = 50 m d. Berdasarkan syarat penyerapan guncangan

360 A V Lv= 2 = 360 4,00 0 6 2 = 40 m e. Berdasarkan keluwesan bentuk

0,6V

Lv= = 0,6×60 = 36 m f. Berdasarkan ketentuan drainase

50A

Lv≤ = 50⋅4,00 = 200 m

g. Berdasarkan kenyamanan mengemudi

380 Lv 2 V A⋅ = = 380 60 00 , 4 ⋅ 2 = 37,89 m

Dari hasil perhitungan, dipilih panjang lengkung vertikal terpanjang sehingga nilai Lv yang tepilih adalah Lv = 50,0 m. • Perhitungan EV 800 Lv A Ev= ⋅ = 800 50 00 , 4 ⋅ = 0,250 m • Stationing titik parameter lengkung vertikal

cekung STA PPV = 2+000 STA PLV = STA PPV – L/2 = 2+000 - (50/2) = 2+000 - 25 = 2+025 STA PTV = STA PPV + L/2 = 2+000 + (50/2) = 2+000 + 25 = 1+975 • Perhitungan elevasi titik parameter lengkung

vertikal cekung Elevasi PPV = +370 Elevasi PPV’ = Elevasi PPV - Ev = +370 – 0,250 = +369,75 Elevasi PLV = Elevasi PPV - (g1% x L/2) = +370 - (4% x (50/2)) = +369,000 Elevasi PTV = Elevasi PPV - (g2% x L/2) = +370 - (0% x (50/2) = +370,000

Tabel 4-12 Perhitungan Alinyemen Vertikal

Parameter Satuan PPV 1 PPV 2 PPV 3 PPV 4 PPV 5 PPV 6 VD Km/jam 60 60 60 60 60 60 JPH m 75 - 85 75 - 85 75 - 85 75 - 85 75 - 85 75 - 85 JPM m 250 - 350 250 - 350 250 - 350 250 - 350 250 - 350 250 - 350 JP - JPH JPM JPH JPM JPH JPM Data Lengkung g1 % 0 4 0 3.33 -3.33 0 g2 % 4 0 3.33 -3.33 0 -2.14 A - -4 4 -3.3 3 6.66 -3.33 2.14 Tipe - Cekung Cembung Cekung Cembung Cekung Cembung

Perhitungan Lengkung S m 85 299 85 299 85 299 C - - 960 - 960 - 960 L (S < L) m 69.22 372.50 57.63 620.22 57.63 199.29 L (S > L) m 65.63 358.00 44.62 453.86 44.62 149.40 L memenu hi - S > L S < L S > L S < L S > L S > L L (3 d tk) m 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 L ( kenyamanan) m 37.89 37.89 31.55 63.09 31.55 20.27

L (gun can gan) m 40.00 40.00 33.30 66.60 33.30 21.40

L (ben tu k) m 36.00 36.00 36.00 36.00 36.00 36.00 L (dr ain as e) m 2 00.00 200.00 16 6.50 333.00 166.50 107.00 L ( max ) m 65.63 372.50 50.00 620.22 50.00 149.40 L (ter pilih) m 69.22 50.00 57.63 66.60 57.63 50.00 Ev m 0.35 0.25 0.24 0.55 0.24 0.13 Perhitungan Stasioning PPV - 1 + 500 2 + 000 3 + 000 3 + 600 4 + 800 5 + 800 PLV - 1 + 465 1 + 975 2 + 971 3 + 567 4 + 771 5 + 775 PTV - 1 + 550 2 + 025 3 + 056 3 + 633 4 + 856 5 + 825 Perhitungan Elevasi PPV m +350 .00 +370.00 +370.00 +390.00 +350.00 +350.00 PPVI m +350 .35 +369.75 +370.24 +389.45 +350.24 +349.87 PLV m +350 .00 +369.00 +370.00 +388.89 +350.96 +350.00 PTV m +352 .02 +370.00 +371.87 +388.89 +350.00 +349.47

4.3 PERHITUNGAN DAERAH KEBEBASAN SAMPING

Daerah kebebasan samping ini perlu dihitung untuk setiap tikungan, agar kita dapat memastikan lereng / daerah samping jalan tidak akan menghalangi pandangan pengemudi.

Dan berikut ini adalah contoh perhitungannya untuk PI 1.

Direncanakan :

• R (jari-jari tikungan) = 477 m

• Lt (panjang lengkung total) = 550.78 m • Lebar 1 lajur = 3.5 m

Perhitungan :

• Radius jalan sebelah dalam :

R’ = R – ½ (L 1lajur) = 477 – ½ (3.5) = 475.25 m

• S (jarak pandangan, dicoba dengan JPH) S = 85 m, sehingga S < Lt

• Maka rumus kebebasan samping yang berlaku adalah : M=             ⋅ − ' 65 . 28 cos 1 ' R S R =             ⋅ − 25 . 475 85 65 . 28 cos 1 25 . 475 =1.90 m

(14)

Tabel 4-13 Perhitungan Daerah Kebebasan Samping

PI Data Perencanaan R' (m) Status S thd Lt Jika S < Lt Jika S > Lt R (m) S (m) Lt (m) W1lajur (m) M (m) M (m) PI 1 477 85 550.78 3.5 475.25 S < Lt 1.90 - PI 2 477 85 643.20 3.5 475.25 S < Lt 1.90 - PI 3 477 85 342.06 3.5 475.25 S < Lt 1.90 - PI 4 477 85 464.44 3.5 475.25 S < Lt 1.90 - PI 5 477 85 685.17 3.5 475.25 S < Lt 1.90 - PI 6 477 85 565.85 3.5 475.25 S < Lt 1.90 - PI 7 477 85 593.88 3.5 475.25 S < Lt 1.90 - PI 8 477 85 194.93 3.5 475.25 S < Lt 1.90 - PI 9 477 85 494.59 3.5 475.25 S < Lt 1.90 - PI 10 477 85 623.57 3.5 475.25 S < Lt 1.90 - PI 11 477 85 380.38 3.5 475.25 S < Lt 1.90 - PI 12 477 85 164.56 3.5 475.25 S < Lt 1.90 - PI 13 477 85 192.06 3.5 475.25 S < Lt 1.90 - PI 14 477 85 215.34 3.5 475.25 S < Lt 1.90 - PI 15 477 85 357.95 3.5 475.25 S < Lt 1.90 - PI 16 477 85 198.26 3.5 475.25 S < Lt 1.90 - PI 17 477 85 368.32 3.5 475.25 S < Lt 1.90 - 4.4 PERENCANAAN PELEBARAN PERKERASAN JALAN

Di bawah ini adalah contoh perhitungan untuk PI 1. • Dasar perencanaan :

a. Kecepatan rencana, VD = 60 km/jam

b. Jari-jari lengkung horisontal rencana, RD = 477

m

c. Lebar perkerasan per lajur, L = 3.5 m d. Lebar perkerasan jalur lurus, Bn = 7 m • Perhitungan : Rc = RD -1/ 2 L +1/ 2 b = 477 -(1/2´ 3.5) +(1/2 ´ 2.6) = 476.55 m B = ( ) ( ) ( ) b 2 1 A p R A p b 2 1 A p R C2 2 2 2 C + + − − + + ⋅       ⋅ + + − = ( ) ( ) ( ) 2.6 2 1 1 . 2 6 . 7 55 . 476 1 . 2 6 . 7 6 . 2 2 1 1 . 2 6 . 7 55 . 476 2 2 2 2 + + + +       ⋅ + + − = 2.689 m Off Tracking U = B − b = 2.689 − 2.6 = 0.098 m

Tambahan lebar karena kesulitan mengemudi Z = R V 0.105⋅ = 477 0 6 0.105⋅ = 0.288 m Lebar jalan total yang diperlukan Bt = n(B + C) + Z

= 2 × (2.689+1) + 0.288 = 7.685

Maka lebar tambahan yang diperlukan untuk PI 1, adalah :

∆ b = Bt − Bn

= 7.685 − 7 = 0.685 ≈ 0.7 m

Tabel 4-14 Perhitungan Pelebaran Perkerasan Jalan

Parameter Sa tuan PI 1 PI 2 PI 3 PI 4 PI 5 PI 6 PI 7 PI 8 A m 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 p m 7.6 7.6 7.6 7.6 7.6 7.6 7.6 7.6 b m 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6

Data Kendaraan Rencana

C m 1 1 1 1 1 1 1 1 VD Km/jam 60 60 60 60 60 60 60 60 RD m 477 477 477 477 477 477 477 477 L perk.1lajur m 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 n Lajur - 2 2 2 2 2 2 2 2 Data Perencanaan Rc m 476.55 476.55 476.55 476.55 476.55 476.55 476.55 476.55 B m 2.698 2.698 2.698 2.698 2.698 2.698 2.698 2.698 U m 0.098 0.098 0.098 0.098 0.098 0.098 0.098 0.098 Z m 0.288 0.288 0.288 0.288 0.288 0.288 0.288 0.288 Bt m 7.685 7.685 7.685 7.685 7.685 7.685 7.685 7.685 ?b m 0.685 0.685 0.685 0.685 0.685 0.685 0.685 0.685 ? b te rpakai m 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7

4.5 PERENCANAAN SALURAN TEPI JALAN

Saluran tepi jalan dibuat untuk dapat menampung air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan pada jalan dan tidak terjadi kerusakan jalan akibat air hujan tersebut. Dalam perencanaan saluran tepi jalan ini direncanakan menggunakan saluran dari lempung padat berbentuk trapesium.

Direncanakan periode ulang sesuai dengan umur rencana jalan, yaitu T = 10 tahun sehingga :

      ⋅ ⋅ − = 1 -T T Ln Ln Y10       ⋅ ⋅ − = 1 -10 10 Ln Ln =2.2504

Dan tinggi hujan rencana selama 10 tahun adalah :

      ×       − + = −1 10 10 R n Sn Yn Y R σ       ×       − + = 170.524 628 . 0 459 . 0 2504 . 2 6 . 616 R10 = 1102.689 mm.

Perhitungan inlet time :

• Perhitungan Inlet Time Jalan (to jalan)

w = wj = 3.5 m

w

s

g

×

=

x

3

.

5

%

2

%

33

.

3

×

=

= 5.8275 m 2 2

L

=

x

+

w

=

5

.

8275

2

+

3

.

5

2 = 6.797 m

g

x

∆hg

=

×

=

5

.

8275

×

3

.

33

%

= 0.194 m

s

w

∆hs

=

×

=3.5×2%= 0.07 m

∆hs

∆hg

∆h

=

×

=0.194×0.07= 0.264 m L ∆h i= 6.797 0.264 = = 0.0388 0,467 0,0388 0,013 797 . 6 1,44 aspal to        × = = 0.99 menit

• Perhitungan Inlet Time Bahu Jalan (to bahu)

w = wb = 2 m w s g × = x 2 % 4 % 33 . 3 × = = 1.665 m 2 2

L

=

x

+

w

=

1

.

665

2

+

2

2 = 2.602 m

g

x

∆hg

=

×

=

1

.

665

×

3

.

33

%

= 0.055 m

s

w

∆hs

=

×

=

2

×

4

%

= 0.08 m

∆hs

∆hg

∆h

=

×

=0.055×0.08= 0.135 m L ∆h i= 2.602 0.135 = = 0.0518 0,467 0,0518 0,2 2.602 1,44 bahu to        × = = 2.118 menit

• Perhitungan Inlet Time Lereng (to lereng)

Dari pembacaan peta untuk STA 3+600 s/d STA 4+800 didapatkan l = 514 m dan i = 24.46 %. 0,467 0,2446 0,8 514 1,44 lereng to        × = = 33.26 menit

(15)

Perhitungan waktu konsentrasi : • Inlet time

to jalan+bahu = 0.99 + 2.118 = 3.108 menit

to lereng = 33.26 menit

karena to jalan+bahu < to lereng, maka yang dipakai

untuk perencanaan adalah to lereng.

• Waktu pengaliran di saluran

v L ⋅ = 60 tf 1 . 1 60 1200 ⋅ = = 18.182 menit • Waktu konsentrasi tf to+ = tc = 33.26+ 18.182 = 51.442 menit= 0.857jam

Perhitungan debit saluran :

• Intensitas hujan rencana (Mononobe) 3 2 24 24 24 I       = tc R 3 2 31 . 1 24 24 689 . 1102       = = 318.783 mm/jam

• Luas daerah pengaliran

Aaspal = Wj x L = 3.5 x 1200 = 4200 m2 = 0.0042 km2 Abahu = Wb x L = 2 x 1200 = 2400 m2 = 0.0024 km2 Aaspal+bahu = 0.0042 + 0.0024 = 0.0066 km 2

Luasan lereng didapatkan dari pembacaan luas pada peta dengan menggunakan program AutoCad.

Alereng = 13165.32 m2 = 0.01316532 km2

Atotal = 0.0066 + 0.01316532 = 0.01976532 km2

• Koefisien pengaliran (Tabel 2-26) Permukaan aspal = C1 = 0.7

Bahu jalan asumsi tanah berbutir kasar = C2 = 0.1

Bagian luar jalan pegunungan (lereng) = C3 =

0.75

Koefisien pengaliran gabungan :

otal Lereng Lereng Bahu Bahu Aspal Aspal Gab. A A C A C A C C T ⋅ + ⋅ + ⋅ = = 01976532 . 0 013176532 . 0 75 . 0 0024 . 0 1 . 0 0042 . 0 7 . 0 ⋅ + ⋅ + ⋅ = 0.66

• Debit yang masuk ke saluran tepi jalan dari : Aspal dan bahu

A I C 3.6 1 Q= ⋅ ⋅ ⋅ 0.01976532 318.783 0.726 3.6 1 Q= ⋅ ⋅ ⋅ = 1.536 m3/dt

Perhitungan dimensi saluran tepi jalan :

Kecepatan saluran yang diijinkan 1.1 m/dt. • Luas penampang saluran rencana

v Q F= 1.1 1.536 = = 1.396 m2

Dengan kemiringan talud 1:1, maka direncanakan lebar saluran b = 0,828h.

• Tinggi muka air (h) :

F=h(b+m.h) = h(0.828h+1.h) = 0.828 h2+h2 = 1.828 h2 Sehingga : 1.828 F h= 1.828 1.396 = = 0.87 m ≈ 0.9 m Lebar b = 0.828h = 0.828 . 0.87 = 0.72 m ≈ 0.8 m • Tinggi jagaan (w) w= 0,5h = 0,5⋅0.87= 0.66 m

• Tinggi total saluran (htotal) = h+w = 0.72+0.66 =

1.6 m ≈ 1.6 m

• Lebar atas saluran (batas)= bpakai+(2 . m. hpakai)

= 0.8+(2 . 1 . 0.9) = 2.6 m • Luas penampang total saluran (A) :

(

pakai atas

)

hpakai

2 1 b b A= + × ×

(

)

0.9 2 1 2.6 0.8 A= + × × = 1.44 m2

Tabel 4-18 Perhitungan Dimensi Saluran Tepi Jalan

Parameter

STA STA STA STA STA STA STA Satuan 0 + 000.00 0 + 600.00 2 + 000.00 3 + 600.00 4 + 800.00 6 + 600.00 8 + 000.00 0 + 600.00 2 + 000.00 3 + 600.00 4 + 800.00 6 + 600.00 8 + 000.00 8 + 800.00 D a ta P e re n ca n a an R 1102.689 1102.689 1102.689 1102.689 1102.689 1102.689 1102.689 mm g jalan 0.00% 3.29% 1.23% 3.33% 0.68% 1.22% 0.66% - L saluran 600.00 1400.00 1600.00 1200.00 1800.00 1400.000 800.000 m

Material sal Lempung Lempung Lempung Lempung Lempung Lempung Lempung - V rencana sal 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 m/dt Lebar jalan 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 m Lebar bahu 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 m P er h it u n g an In le t T im e ( to ) Ja la n w 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 m sa 2% 2% 2% 2% 2% 0.020 0.020 m x 0.000 5.758 2.153 5.828 1.190 2.135 1.155 m L1 3.500 6.738 4.109 6.798 3.697 4.100 3.686 m Δhg 0.000 0.189 0.026 0.194 0.008 0.026 0.008 m Δhs 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 m Δh 0.070 0.259 0.096 0.264 0.078 0.096 0.078 m i 0.020 0.039 0.023 0.039 0.021 0.023 0.021 - nd 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 - toaspal 0.848 0.988 0.880 0.990 0.859 0.880 0.858 menit P er h it u n g an In le t T im e ( to ) B ah u w 2 2 2 2 2 2 2 m sb 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% m x 0.000 1.645 0.615 1.665 0.340 0.610 0.330 m L2 2.000 2.590 2.092 2.602 2.029 2.091 2.027 m Δhg 0.000 0.054 0.008 0.055 0.002 0.007 0.002 m Δhs 0.080 0.080 0.080 0.080 0.080 0.080 0.080 m Δh 0.080 0.134 0.088 0.135 0.082 0.087 0.082 m i 0.040 0.052 0.042 0.052 0.041 0.042 0.041 - nd 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 - tobahu 1.990 2.114 2.012 2.117 1.997 2.011 1.997 menit P e rh it u n g an In le t Ti m e ( to ) - Le re n g La 375 601 478 514 501 488 376 m i 19.87% 22.13% 23.78% 24.46% 15.42% 15.67% 21.03% - nd 0.800 0.800 0.800 0.800 0.800 0.800 0.800 - tolereng 30.133 36.626 32.363 33.260 36.603 36.020 29.774 menit P e rh it u n ga n W a kt u Ko n se n ta si to aspal+bahu 2.838 3.102 2.892 3.107 2.856 2.891 2.855 menit to le reng 30.133 36.626 32.363 33.260 36.603 36.020 29.774 menit tf (pakai) 30.133 36.626 32.363 33.260 36.603 36.020 29.774 menit

tf (me nit) 9.091 21.212 24.242 18.182 27.273 21.212 12.121 menit

tc (jam) 0.654 0.964 0.943 0.857 1.065 0.954 0.698 jam

Intensitas I aspal+bahu 507.512 391.749 397.414 423.584 366.658 394.507 485.707 mm/jam

Lu a s D a e ra h P en g al ir an ( A ) A aspal 2100.00 4900.00 5600.00 4200.00 6300.00 4900.00 2800.00 m 2 A bahu 1200.00 2800.00 3200.00 2400.00 3600.00 2800.00 1600.00 m 2 A le reng 13421.00 14270.00 13951.00 13165.32 12320.00 11989.00 13267.00 m 2 A total 16721.00 21970.00 22751.00 19765.32 22220.00 19689.00 17667.00 m2 K o ef is ie n Pe n g al ir an ( C ) C aspal 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 - C bahu 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 - C le reng 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 - C (total) 0.697 0.656 0.646 0.660 0.631 0.645 0.683 - Debit (Q) Q tot al 1.643 1.568 1.623 1.536 1.427 1.392 1.629 m 3/dt P er e n ca n aa n D im e n si S a lu ra n F 1.494 1.426 1.476 1.396 1.297 1.265 1.480 m2 hrencana 0.90 0.88 0.90 0.87 0.84 0.83 0.90 m b re ncana 0.75 0.73 0.74 0.72 0.70 0.69 0.75 m w 0.67 0.66 0.67 0.66 0.65 0.64 0.67 m h+w 1.60 1.60 1.60 1.60 1.50 1.50 1.60 m D im e n si Sa lu ra n h pakai 1.00 0.90 0.90 0.90 0.90 0.90 0.90 m b pakai 0.80 0.80 0.80 0.80 0.70 0.70 0.80 m b atas 2.80 2.60 2.60 2.60 2.50 2.50 2.60 m

(16)

4.6 PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN JALAN

Dan untuk perhitungan luas galian dan timbunan ini diambil dari pengukuran luas dari gambar dalam program AutoCAD dengan skala 1:200. Dan berikut ini adalah perhitungan galian dan timbunan untuk segmen 1 (STA 0+000 s.d 0+100).

• Pada gambar pot. melintang STA 0+000, didapat : Luas galian = 0.972 cm2 = 1.944 m2 aktual

Luas Timbunan = 0.3709 cm2 = 0.7418 m2 aktual • Pada gambar pot. melintang STA 0+100, didapat : Luas galian = 0.00 cm2 = 0.00 m2 aktual

Luas Timbunan = 11.6265 cm2 = 23.253 m2 aktual • Perhitungan galian :

Luas galian rata-rata segmen 1 :

2

0

944

.

1

A

rata-rata

=

+

= 0.972 m2 Volume galian segmen 1 :

L

A

Vol

galian

=

ratarata

=

0

.

972

1

00

= 97.2 m3 • Perhitungan timbunan :

2

253

.

23

7418

.

0

A

rata-rata

=

+

= 11.9974 m2 Volume timbunan segmen 1 :

L

A

Vol

timbunan

=

ratarata

=

11

.

9974

1

00

= 1199.74 m3

Tabel 4-19 Perhitungan Vol. Galian Dan Timbunan

STA Jarak

Luas Area

(skala) Luas Area (m2) Luas Rata-Rata Volume/100m (m3) Volume/200m (m3)

(m) Cut Fill Cut Fill (m2)

Cu t Fi ll Cut Fill 0 + 000 0.972 0.371 1.944 0.742 100 0.972 11.997 97.200 1199.740 0 + 100 0.000 11.627 0.000 23.253 97.20 5099.59 100 0.000 38.999 0.000 3899.850 0 + 200 0.000 27.372 0.000 54.744 100 0.000 44.232 0.000 4423.200 0 + 300 0.000 16.860 0.000 33.720 0.00 4423.20 100 0.000 24.460 0.000 0.000 0 + 400 0.000 7.600 0.000 15.201 100 0.000 11.261 0.000 1126.110 0 + 500 0.000 3.661 0.000 7.321 672.20 1492.18 100 6.722 3.661 672.200 366.070 0 + 600 6.722 0.000 13.444 0.000 100 27.389 0.000 2738.910 0.000 0 + 700 20.667 0.000 41.334 0.000 8605.66 0.00 100 58.668 0.000 5866.750 0.000 0 + 800 38.000 0.000 76.001 0.000 100 68.679 0.000 6867.900 0.000 0 + 900 30.679 0.000 61.357 0.000 12307.08 0.00 100 54.392 0.000 5439.180 0.000 1 + 000 23.713 0.000 47.426 0.000 100 51.999 0.000 5199.930 0.000 1 + 100 28.286 0.000 56.572 0.000 11725.01 0.00 100 65.251 0.000 6525.080 0.000 1 + 200 36.965 0.000 73.929 0.000 100 41.884 0.000 4188.390 0.000 1 + 300 4.919 0.000 9.838 0.000 4680.31 1457.81 100 4.919 14.578 491.920 1457.810 1 + 400 0.000 14.578 0.000 29.156 100 0.000 25.348 0.000 2534.800 1 + 500 0.000 10.770 0.000 21.540 0.00 4242.53 100 0.000 17.077 0.000 1707.730 1 + 600 0.000 6.307 0.000 12.615 100 0.000 8.069 0.000 806.920 1 + 700 0.000 1.762 0.000 3.524 479.95 983.10 100 4.800 1.762 479.950 176.180 1 + 800 4.800 0.000 9.599 0.000 100 4.800 1.331 479.950 133.130 1 + 900 0.000 1.331 0.000 2.663 479.95 722.31 100 0.000 5.892 0.000 589.180 2 + 000 0.000 4.561 0.000 9.121 100 6.711 4.561 671.120 456.050 2 + 100 6.711 0.000 13.422 0.000 3583.25 456.05 100 29.121 0.000 2912.130 0.000 2 + 200 22.410 0.000 44.820 0.000 100 52.971 0.000 5297.130 0.000 2 + 300 30.561 0.000 61.122 0.000 12273.79 0.00 100 69.767 0.000 6976.660 0.000 2 + 400 39.205 0.000 78.411 0.000 100 39.205 4.868 3920.540 486.750 2 + 500 0.000 4.868 0.000 9.735 3920.54 5623.93 100 0.000 51.372 0.000 5137.180 2 + 600 0.000 46.504 0.000 93.009

Dari hasil perhitungan, didapatkan total volume galian sebesar 838.455,52 m3 dan timbunan sebesar 473.756,84 m3.

4.7 PERENCANAAN RAMBU DAN MARKA JALAN

Jenis rambu yang dipakai dapat dilihat pada Tabel 4-19.

Tabel 4-20 Jenis Rambu

Jenis

Rambu Nomor Keterangan Rambu Peringatan 1a Tikungan ke kiri

1b Tikungan ke kanan

2a Turunan

2c Tanjakan

Larangan 6 Larangan Mendahului

Sumber : Tata Cara Pemasangan Rambu Dan Marka Jalan Perkotaan NO. 01/P/BNKT/1991

Berikut akan ditabelkan lokasi penempatan rambu yang dapat dilihat pada Tabel 4-21.

Tabel 4-20 Lokasi Penempatan Rambu

No. STA No. Rambu Jenis Lokasi

Rambu Keterangan 1 0 + 487 6 Larangan Kiri Jalan Larangan Mendahului 2 1 + 187 1a Peringatan Kanan Jalan Tikungan Ke Kiri 3 1 + 480 1a Peringatan Kiri Jalan Tikungan Ke Kiri 4 1 + 480 2c Peringatan Kiri Jalan Tanjakan 5 2 + 320 1b Peringatan Kanan Jalan Tikungan Ke Kanan 6 2 + 320 2a Peringatan Kanan Jalan Turunan 7 2 + 920 2c Peringatan Kiri Jalan Tanjakan 8 3 + 520 2a Peringatan Kiri Jalan Turunan 9 3 + 520 6 Larangan Kiri Jalan Larangan Mendahului 10 3 + 680 2a Peringatan Kanan Jalan Turunan 11 3 + 680 6 Larangan Kanan Jalan Larangan Mendahului 12 4 + 708 1b Peringatan Kiri Jalan Tikungan Ke Kanan 13 4 + 880 2a Peringatan Kanan Jalan Turunan 14 5 + 209 1a Peringatan Kanan Jalan Tikungan Ke Kiri 15 5 + 420 1b Peringatan Kiri Jalan Tikungan Ke Kanan 16 5 + 720 2a Peringatan Kiri Jalan Turunan 17 6 + 044 1a Peringatan Kanan Jalan Tikungan Ke Kiri 18 6 + 420 2c Peringatan Kiri Jalan Tanjakan 19 6 + 580 2c Peringatan Kanan Jalan Tanjakan 20 6 + 949 1b Peringatan Kiri Jalan Tikungan Ke Kanan 21 7 + 267 2a Peringatan Kanan Jalan Turunan 22 7 + 792 1a Peringatan Kanan Jalan Tikungan Ke Kiri 23 8 + 024 1a Peringatan Kiri Jalan Tikungan Ke Kiri 24 8 + 320 2a Peringatan Kiri Jalan Turunan 25 8 + 751 1b Peringatan Kanan Jalan Tikungan Ke Kanan 26 8 + 720 2c Peringatan Kiri Jalan Tanjakan 27 8 + 880 2c Peringatan Kanan Jalan Tanjakan 28 9 + 062 1b Peringatan Kiri Jalan Tikungan Ke Kanan 29 9 + 280 2a Peringatan Kanan Jalan Turunan 30 9 + 720 2a Peringatan Kiri Jalan Turunan 31 9 + 816 1a Peringatan Kanan Jalan Tikungan Ke Kiri

Selain itu perencanaan jalan baru ini juga menggunakan marka jalan yang juga berfungsi sebagai pengatur lalu lintas. Marka jalan pada perencanaan ini terdiri dari :

Marka memanjang berupa garis menerus.

Terdapat pada bagian tengah jalur jalan yang berfungsi sebagai pemisah jalur atau lajur jalan yang tidak boleh dilalui kendaraan dan memberi tahu pada pengemudi agar tidak mendahului kendaraan di depannya atau dilarang melintasi marka.

(17)

Tabel 2-22 Perhitungan Panjang Marka PI Ls (m) Lc (m) 2Ls + Lc (m) Lebar Marka (m) Luas Marka (m 2 ) 1 50 551.570 651.570 0.12 78.188 2 50 662.592 762.592 0.12 91.511 3 50 300.835 400.835 0.12 48.100 4 50 447.852 547.852 0.12 65.742 5 50 713.000 813.000 0.12 97.560 6 50 569.669 669.669 0.12 80.360 7 50 603.338 703.338 0.12 84.401 8 50 94.931 194.931 0.12 23.392 9 50 484.069 584.069 0.12 70.088 10 50 639.011 739.011 0.12 88.681 11 50 346.870 446.870 0.12 53.624 12 50 64.559 164.559 0.12 19.747 13 50 92.057 192.057 0.12 23.047 14 50 115.336 215.336 0.12 25.840 15 50 319.926 419.926 0.12 50.391 16 50 98.258 198.258 0.12 23.791 17 50 332.386 432.386 0.12 51.886 Total 8136.259 976.351

Marka memanjang berupa garis menerus putus-putus. Terdapat pada bagian tengah jalur jalan yang berfungsi sebagai pembatas lajur jalan.

4.8 PERHITUNGAN VOLUME DAN PEKERJAAN

1. Pekerjaan Tanah • Galian Tanah

Volume galian sebesar 838.455,52 m3. • Timbunan Tanah

Volume timbunan sebesar 473.756,84 m3. 2. Pekerjaan Perkerasan Jalan

• Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah Sirtu Kelas B Volume = Tebal sirtu x Lebar jalur x Panjang Jalan

= 0.10 x 7 x 31200 = 21840 m3

• Pekerjaan Lapis Pondasi Atas Batu Pecah Kelas A Volume = Tebal batu pecah xLebar jalur x Panjang Jalan

= 0.20 x 7 x 31200 = 43680 m3

• Pekerjaan Lapis Permukaan Laston MS 590 Volume = Tebal laston x Lebar jalur x Panjang Jalan

= 0.08 x 7 x 31200 = 17472 m3 3. Pekerjaan Drainase

Ruas kiri :

Volume = Luas penampang saluran x pjg saluran = 1,44 x 31200

= 44928 m3 Ruas kanan :

Volume = Luas penampang saluran x pjg saluran = 1,44 x 31200

= 44928 m3

Volume total = 44928 m3 + 44928 m3 = 89856 m3. 4. Pekerjaan Rambu Dan Marka

• Pekerjaan Rambu Lalu Lintas

Rambu-rambu lalu lintas digunakan untuk memperlancar lalu lintas. Dalam perencanaan

jalan ini direncanakan rambu lalu lintas sebanyak 93 buah.

• Pekerjaan Marka

a. Marka Putus-Putus

Pjg pemasangan = Pjg total – Total (2Ls+Lc) = 31200 - 8136.259 = 23063.741 m

Jumlah marka = 23063.741 / (3+5) = 2883 buah

Panjang marka total = 2883 x 3 = 8649 m Luas marka total = 8649 x 0.12 = 1037.88 m2 b. Marka Menerus

Pjg marka total = Total (2Ls+Lc) = 8136.259 m

Luas marka total = 8136.259 x 0.12 = 976.351 m2

Sehingga luas marka total:

Total = 1037.88 + 976.351 = 2014.231 m3

Tabel 4-23 Perhitungan Biaya Pekerjaan

No. Uraian Satuan

Jumlah

Volume Harga Satuan (Rp) Biaya Total (Rp) 1 Pekerjaan Tanah

Galian Tanah m3 838455.52 Rp40,482.08 Rp33,942,423,437.08

Timbunan Tanah Biasa Dari Sumber

Bahan m3

473756.84 Rp66,166.79 Rp31,346,969,343.34

2 Pekerjaan Perkerasan Jalan Pondasi Bawah Sirtu Kelas B m3

21840.00 Rp1,156,884.58 Rp25,266,359,227.20 Pondasi Atas Batu Pecah Kelas A m3 43680.00 Rp1,545,351.70 Rp67,500,962,256.00

Lapis Permukaan Laston MS 590 m3

17472.00 Rp4,243,582.93 Rp74,143,880,952.96

3 Pekerjaan Drainase Saluran Samping Tanah Asli m3

89856 Rp41,270.95 Rp3,708,442,483.20

4 Pekerjaan Utilitas Jalan Rambu Lalu Lintas Buah 93 Rp609,808.41 Rp56,712,182.13 Marka Jalan m2 2014.23 Rp107,012.70 Rp215,548,306.29

Rp236,181,298,188.21

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perencanaan yang telah dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Geometrik Jalan

Alinyemen horisontal ruas jalan ini terbentuk sepanjang 31.20 km dan terdiri dari 17 PI (Point of Intersection) dengan lengkung horizontal S-C-S (Spiral-Circle-Spiral).

Alinyemen vertikal ruas jalan ini terbentuk sebanyak 35 PPV, yang terdiri dari 18 PPV lengkung cekung, dan 17 PPV lengkung cembung. 2. Tebal Konstruksi Perkerasan

Untuk perencanaan tebal perkerasan, dengan LER (Lintas Ekivalen Rencana) = 6,605 < 1000 kendaraan per hari (umur rencana 10 tahun) ; persentase kendaraan berat > 30% ; dan nilai CBR tanah dasar 5,61 %, maka didapat :

• Lapisan Surface Laston (MS 590) dengan tebal 8cm.

• Lapisan Base Batu Pecah Kelas A dengan tebal 20cm.

Gambar

Gambar 1-1 Peta Papua  (Sumber : www.papua.co.id)
Tabel 2-2 Jarak Pandangan Henti Minimum
Tabel 2-9 Klasifikasi Menurut Medan Jalan  No.  Jenis Medan  Notasi  Kemiringan Medan
Gambar 2-3 Lengkung busur lingkaran dengan  lengkung peralihan (spiral – circle – spiral)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi ini akan sangat nampak sebagai salah satu faktor penyebab kemacetan arus lalu lintas pada ruas jalan yang dilalui kendaraan cukup padat..

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan studi untuk mengetahui kinerja ruas jalan dan kapasitas area parkir pada ruas jalan Hos

Pengambilan data lapangan untuk maksud Survai Pendahuluan harus dilaksanakan sepanjang ruas jalan (dari titik stasion awal ruas sampai dengan titik stasion akhir

Menurut informasi dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Ternate, kerusakan yang terjadi pada ruas Jalan Raya Tanah tinggi – Jalan Jati Perumnas dan Jalan Kalumata, disebabkan

Brigjend Katamso merupakan salah satu jalan raay di kota Medan yang padat akan kendaraan bermotor dan disepanjang pinggir ruas jalan tersebut banyak terdapat pohon peneduh seperti

Permasalahan dominan yang terjadi pada ruas jalan Semarang - Purwodadi adalah tingkat kerusakan jalan yang cukup berarti dikarenakan kondisi tanah yang labil (tanah

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisa kinerja suatu ruas jalan diantaranya adalah Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKJI 1997 dan Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia PKJI

Oleh karena itu saya meninjau masalah yang berada di ruas jalan Soekarno- Hatta karena saat musim penghujan yang tinggi daerah ruas jalan ini sering mengalami banjir yang mengakibatkan