• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Kota Probolinggo secara geografis terletak pada koordinat 7 43'41'- 7 49'04' Lintang Selatan dan 113 10' - 113 15' Bujur Timur, dengan garis pantai sepanjang 7 km2 dan secara umum terletak di propinsi Jawa Timur bagian Timur berbatasan dengan kota Pasuruan dan Kabupaten Lumajang. Kota transit yang dilewati oleh jalur jalan propinsi yang sangat sibuk. Kota Probolinggo terletak pada ketinggian 0 - 50m di atas permukaan air laut, dengan tanah dengan karakteristik berlereng dari luas kota secara keseluruhan.

Pada zaman Pemerintahan Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk) raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama

“Banger”, nama sungai yang mengalir di tengah daerah Banger ini. Banger merupakan pedukuhan kecil di bawah pemerintahan Akuwu di Sukodono. Nama Banger dikenal dari buku Negarakertagama yang ditulis oleh Pujangga Kerajaan Majapahit yang terkenal, yaitu Prapanca.

Sejalan dengan perkembangan politik kenegaraan/kekuasaan di zaman Kerajaan Majapahit, pemerintahan di Banger juga mengalami perubahan- perubahan/perkembangan seirama dengan perkembangan zaman. Semula merupakan pedukuhan kecil di muara kali Banger, kemudian berkembang manjadi Pakuwon yang dipimpin oleh seorang Akuwu, di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit. Pada saat Bre Wirabumi (Minakjinggo), Raja Blambangan berkuasa, Banger yang merupakan perbatasan antara Majapahit dan Blambangan, dikuasai pula oleh Bre Wirabumi. Bahkan Banger menjadi kancah perang saudara antara Bre Wirabumi (Blambangan) dengan Prabu Wikramawardhana (Majapahit) yang dikenal dengan “Perang Paregreg”.

Pada masa Pemerintahan VOC, setelah kompeni dapat meredakan Mataram, dalam perjanjian yang dipaksakan kepada Sunan Pakubuwono II di Mataram, seluruh daerah di sebelah Timur Pasuruan (termasuk Banger) diserahkan kepada

(2)

VOC pada tahun 1743. Untuk memimpin pemerintahan di Banger, pada tahun 1746 VOC mengengkat Kyai Djojolelono sebagai Bupati Pertama di Banger, dengan gelar Tumenggung. Kabupatennya terletak di Desa Kebonsari Kulon. Kyai Djojolelono adalah putera Kyai Boen Djolodrijo (Kiem Boen), Patih Pasuruan.

Patihnya Bupati Pasuruan Tumenggung Wironagoro (Untung Suropati). Kompeni (VOC) terkenal dengan politik adu dombanya. Kyai Djojolelono dipengaruhi , diadu untuk menangkap/membunuh Panembahan Semeru, Patih Tengger, keturunan Untung Suropati yang turut memusuhi kompeni. Panembahan Semeru akhirnya terbunuh oleh Kyai Djojolelono. Setelah menyadari akan kekhilafannya, terpengaruh oleh politik adu domba kompeni, Kyai Djojolelono menyesali tindakannya. Kyai Djojolelono mewarisi darah ayahnya dalam menentang/melawan kompeni. Sebagai tanda sikap permusuhannya tersebut, Kyai Djojolelono kemudian menyingkir, meninggalkan istana dan jabatannya sebagai Bupati Banger pada tahun 1768, terus mengembara/lelono.

Sebagai pengganti Kyai Djojolelono, kompeni mengangkat Raden Tumenggung Djojonegoro, putra Raden Tumenggung Tjondronegoro, Bupati Surabaya ke 10 sebagai Bupati Banger kedua. Rumah kabupatennya dipindahkan ke Benteng Lama. Kompeni tetap kompeni, bukan kompeni kalau tidak adu domba.

Karena politik adu domba kompeni, Kyai Djojolelono yang tetap memusuhi kompeni ditangkap oleh Tumenggung Djojonegoro. Setelah wafat, Kyai Djojolelono dimakamkan di pasarean “Sentono”, yang oleh masyarakat dianggap sebagai makam keramat.

Di bawah pimpinan Tumenggung Djojonegoro, daerah Banger tampak makin makmur, penduduk tambah banyak. Beliau juga mendirikan Masjid Jami’ (±

Tahun 1770). Karena sangat disenangi masyarakat, beliau mendapat sebutan

“Kanjeng Djimat”. Pada tahun 1770 nama Banger oleh Tumenggung Djojonegoro (Kanjeng Djimat) diubah menjadi “Probolinggo” (Probo : sinar, linggo : tugu, badan, tanda peringatan, tongkat). Probolinggo : sinar yang berbentuk tugu, gada, tongkat (mungkin yang dimaksud adalah meteor/bintang jatuh). Setelah wafat Kanjeng Djimat dimakamkan di pasarean belakang Masjid Jami’.

(3)

1

Kota Probolinggo berbatasan dengan Selat Madura di sebelah utara dan Kota Probolinggo merupakan daerah transit yang menghubungkan kota-kota (sebelah timur kota) yakni Banyuwangi, Jember, Bondowoso, Situbondo, Lumajang dengan kota-kota (sebelah barat kota) yakni Pasuruan, Malang, Surabaya. Jumlah penduduk Kota Probolinggo akhir tahun 2017 hasil registrasi penduduk, menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil tercatat sebesar 235.440 jiwa. Bila dilihat dari status kewarganegaraan, hanya 0,03 persen atau sebesar 73 jiwa yang berkewarganegaraan asing (WNA) dari total penduduk Kota Probolinggo.

Kepadatan Penduduk adalah banyaknya penduduk per km persegi. Pada tahun 2017, kepadatan penduduk Kota Probolinggo sebesar 4.155,31 orang per km persegi. Kecamatan Mayangan merupakan kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk terbesar dibandingkan 4 kecamatan yang lain yaitu sebesar 7.376,07 orang per km persegi. Sebaliknya, Kecamatan Kedopok merupakan kecamatan yang dengan kepadatan penduduk terendah yaitu hanya 2.533,55 orangper km persegi.

Berdasarkan jenis kelaminnya, jumlah penduduk WNI perempuan tahun 2017 lebih banyak daripada penduduk laki-laki yaitu sebanyak 118.553 jiwa (50,35%). Sedangkan untuk jumlah penduduk WNA, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 45 orang (61,64%) dan penduduk perempuan sebanyak 28 orang (38,36%).

Berdasarkan kelompok umurnya, jumlah penduduk paling banyak berada pada rentang usia 15-19 tahun yaitu sebanyak 20.057 jiwa (8,52%) dan yang paling sedikit adalah yang berada pada rentang usia 70-74 tahun yaitu sebanyak 3.920 jiwa (1,66%).

Infrastruktur adalah seluruh fasilitas baik fisik maupun non fisik yang sengaja dibangun oleh pemerintah atau perorangan untuk mendukung terlaksananya kegiatan masyarakat. Pembangunan infrastruktur merupaka hal penting yang pengadaannya harus disegerakan karena berhubungan dengan

(4)

kebutuhan dasar masyarakat sehari-hari dalam lingkup sosial dan ekonomi. Jalan merupakan salah satu fasilitas/sarana utama dalam mendukung kelancaran setiap kegiatan masyarakat. Menurut pemerintah yang berwenang jalan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu jalan negara, jalan propinsi, dan jalan kota. Panjang jalan di Kota Probolinggo mencapai 222,15 km jalan beraspal yang terdiri dari 22,04 km (9,92%) jalan negara dan 199,11 km (89,63%) jalan kota. Bila dilihat berdasarkan kondisinya, seluruh jalan negara dalam kondisi baik. Sedangkan untuk kondisi jalan kota, sepanjang 161,82 km (81,27%) dalam kondisi baik sampai sedang dan 37,29 km (18,73%) dalam kondisi rusak sampai rusak berat. Bila dilihat berdasarkan kelasnya, jalan negara di Kota Probolinggo merupakan jalan kelas I dan jalan kota merupakan jalan kelas III.

Kota Probolinggo merupakan daerah yang mempunyai empat bidang potensi unggul yaitu potensi unggul bidang pertanian, potensi unggul bidang peternakan, potensi unggul bidang kelautan dan perikanan, lalu yang terkhir potensi ungggul bidang perindustrian.

Potensi unggul bidang pertanian Kota Probolinggo sebagai Kota di wilayah timur dengan luas 5.667,70 Ha terdiri dari 5 Kecamatan dan 29 Kelurahan dengan lahan Pertanian seluas 3.699 Ha (65,28 %).

Potensi unggul bidang peternakan yaitu merupakan pengembang sapi potong. Sapi Potong merupakan komoditas unggulan di sektor Pertanian dan merupakan penyumbang stok daging Nasional. Namun demikian kemampuan produksi daging sapi dalam negeri masih belum mampu mencukupi kebutuhan nasional. Tingginya kebutuhan daging dalam negeri menimbulkan permasalahan yaitu tingginya pemotongan sapi betina produktif. Hal ini berdampak terjadinya penurunan populasi dan mutu genetic sapi. Indonesia memiliki banyak jenis sapi lokal, diantaranya adalah sapi Peranakan Ongole (PO), yang sebagian besar berada di Jawa Timur termasuk di Kota Probolinggo. Pemurnian sapi PO telah dikembangkan oleh Kelompok Tani Bangu Jaya Kelurahan Sumber Taman Kec.

Wonoasih Kota Probolinggo. Kendala utama pengembangan Sentra sapi PO ini

(5)

1

terletak pada masalah dana sehingga peran swasta diperlukan untuk menjadikan Sentra Sapi Potong PO sekaligus tempat penyedia bakalan sapi PO yang berkualitas.

Potensi unggul bidang kelautan dan perikanan Wilayah Kota Probolinggo secara geografis terletak di sebelah utara Pulau Jawa berbatasan langsung dengan laut yaitu Selat Madura dengan panjang pantai sekitar 7 km yang membentang tambak mulai dari Kelurahan Pilang kecamatan Kademangan sampai dengan Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Mayangan dengan luas 164,5 Ha.

Pembangunan bidang kelautan dan perikanan di Kota Probolinggo mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal itu diimplementasikan dalam bentuk ketersediaan berbagai fasilitas sarana dan prasarana bidang perikanan meliputi :

• Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan dengan luas 41,63 Ha

• Pengembangan Pelabuhan Tanjung Tembaga menjadi Pelabuhan Nusantara

• Balai Benih Ikan dan pengembangan Aquabis

• Jalan lingkar utara yang bebas hambatan untuk memudahkan akses transportasi keluar masuk Pelabuhan.

Dengan sarana dan prasarana tersebut telah berkembang usaha di sektor perikanan yaitu :

• Armada penangkapan ikan : 781 unit

• Luas lahan budidaya air payau/tambak seluas 164,5 Ha

• Unit Pengolahan mikro sebanyak 42 unit dan makro sebanyak 2 unit

• Produksi perikanan tangkap laut sebesar 7.325,02 Ton, sedangkan produksi perikanan budidaya sebesar 2.138,35 Ton.

Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur Kota Probolinggo mempunyai beberapa keunggulan kompetitif sebagai tempat investasi di sector kelautan dan perikanan karena :

• Kemudahan akses terhadap sumber daya

(6)

• Kemudahan dan terbukanya akses pasar

• Dukungan prasaran pendukung yang memadai

• Adanya rencana dukungan tata ruang wilayah Ketersediaan lahan/area untuk pengembangan unit-unit usaha

Potensi unggul bidang Industri Kota Probolinggo memiliki Industri sebanyak 398 unit dengan penyerapan dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 11.318 orang dan tersebar di 29 Kelurahan, berikut adalah sektor industri di Kota Probolinggo :

• Industri kayu : moulding, dowel, furniture dan bahan bangunan

• Industri mineral non logam : kacalembaran, peralatan rumah tangga, aquarium dan elektronik

• Industri barang logam : reparasi kapal dan alat-alat pertukangan

• Industri makanan dan minuman : pengalengan ikan, surimi, kripik buah-buahan, saos tomat/cabe, ikan kering dan tepung ikan

• Industri tekstil : tekstil dan garment

• Industri kulit : penyamakan kulit dan barang-barang dari kulit

• Industri keramik : guci air, tempat sabun, rooster, art wort, gelas, kapurtulis

• Industri kecil : pakaian jadi, makanan kecil, bordir, kerajinan tangan, kerajinan kulit, kerajinan dari kayu dan cinderamata.

Disamping itu Kota Probolinggo merupakan daerah transit yang menghubungkan kota-kota (sebelah timur Kota) : Banyuwangi, Jember, Bondowoso, Situbondo, Lumajang, dengan kota-kota (sebelah barat Kota) : Pasuruan, Malang, Surabaya. Kota Probolinggo memiliki dampak positif bagi peningkatan dan perkembangan perekonomian penduduk di kawasan tersebut.

Semakin berkembangnya kota Probolinggo, maka tingkat mobilisasi angkutan darat juga bertambah, baik angkutan pribadi maupun angkutan umum serta permintaan barang dan jasa. Di Kota Probolinggo mulai terlihat pembangunan toko, taman dan

(7)

1

lain lain. Selanjutnya berdampak pada pergerakan angkutan darat dari daerah pemukiman sekitar kota Probolinggo ke pusat kegiatan di kota Probolinggo.

Perubahan tata guna lahan sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi di Kota Probolinggo seperti munculnya pembangunan taman, pertokoan, dan pusat - pusat perbelanjaan serta fasilitas umum lainnya yang bersifat menarik pergerakan jelas akan semakin memperbesar jumlah pergerakan dalam bentuk volume lalu lintas yang bergerak di atas sistem jaringan jalan dalam kota.

Jalan Hos Cokroaminoto merupakan jalan arteri dengan panjang 850 m dan lebar perkerasan 9 m dengan arus dua arah merupakan salah satu kawasan perdagangan,perbelanjaan dan pendidikan di kota Probolinggo. Di jalan Hos Cokroaminoto menjadi center kota Probolinggo untuk akses menuju berbagai tempat, karena keberadaan jalan Hos Cokroaminoto sebagai pusat keramaian, oleh sebab itu kota Probolinggo dituntut untuk memenuhi fasilitas parkir yang dapat menerima kendaraan yang membutuhkan tempat parkir. Karena banyaknya pertokoan yang tidak memiliki lahan parkir sehingga harus menggunakan badan jalan untuk kebutuhan parkir. Di jalan Hos Cokroaminoto terdapat berbagai macam kegiatan, mulai dari bekerja, belanja dan lain lain.

Dengan adanya parkir di bahu jalan menyebabkan penyempitan ruas jalan yang berpengaruh terhadap lalu lintas di sekitar jalan Hos Cokroaminoto.

Penempatan parkir sepeda motor yang tidak teratur sehingga memakan tempat parkir kendaraan ringan dan kendaraan berat. Penempatan mobil/truk juga memakan ruas jalan sehingga menyebabkan penyempitan ruas jalan tersebut dan menyebabkan penumpukan volume lalu lintas di sepanjang ruas jalan Hos Cokroaminoto.

Kemacetan lalu lintas yang terjadi sangat mengganggu aktivitas. Kemacetan akan menimbulkan dampak negatif bagi pengemudi atau pengguna jalan dikarenakan waktu perjalanan yang semakin lama. Hal ini disebabkan karena pengaruh hambatan samping jalan. Hambatan samping sangat mempengaruhi kinerja ruas jalan. Lebar jalan yang terpakai oleh kegiatan perparkiran tentu mengurangi kemampuan jalan tersebut dalam menampung arus kendaraan yang

(8)

lewat, atau dengan kata lain terjadi penurunan kapasitas ruas jalan. Dari survey pendahuluan volume arus lalu lintas kendarran di jalan Hos Cokroaminoto mencapai 2977 kendaraan/jam pada jam puncak (Selasa, 8 Januari 2019 jam 09:15 – 10:15 WIB) dengan arus satu arah. Jenis kendaraan yang melewati jalan Hos Cokroaminoto antara lain kendaraan lambat, sepeda motor, kendaraan ringan, dan kendaraan berat.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan studi untuk mengetahui kinerja ruas jalan dan kapasitas area parkir pada ruas jalan Hos Cokroaminoto, diharapkan bisa menjadi alternatife pemecahan masalah guna mengurangi malasalah lalu lintas pada ruas jalan tersebut. Sehingga kinerja ruas jalan dan kinerja ruang parkir pada ruas jalan Hos Cokroaminoto menjadi lebih baik.

(9)

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Sering terjadinya kemacetan saat jam sibuk.

2. Adanya kegiatan jual beli di bahu jalan sehingga mengganggu kelancaran arus lalu lintas.

3. Tidak ada pembatas atau marka yang menegaskan bahwa di tepi jalan tersebut merupakan lahan parkir.

1.3. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana nilai kapasitas (C) dan derajat kejenuhan (DS) pada ruas jalan Hos Cokroaminoto Kota Probolinggo ?

2. Bagaimana kinerja jalan Hos Cokroaminoto untuk 5 tahun yang akan datang ?

3. Bagaimana persediaan dan permintaan parkir pada ruas jalan Hos Cokroaminoto Kota Probolinggo saat ini dan 5 tahun yang akan datang?

1.4. BATASAN MASALAH

1. Tidak menganalisa biaya operasional kendaraan (BOK).

2. Data yang digunakan berdasarkan hasil survey di lapangan.

3. Tidak membahas dampak sosial yang ada.

4. Pada Studi ini menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 sebagai acuan/ standar untuk menganalisis data.

5. Perilaku pengguna jalan tidak dibahas.

6. Tidak membahas analisa biaya.

7. Tidak menghitung jumlah pejalan kaki.

(10)

1.5. TUJUAN STUDI

1. Untuk mengetahui kinerja ruas jalan Hos Cokroaminoto terhadap analisa Volume, kapasitas, rasio, Kecepatan rata-rata, dan tingkat pelayanan.

2. Untuk mengetahui solusi meningkatkan kinerja ruas jalan Hos Cokroaminoto 5 tahun yang akan datang.

3. Untuk mengetahui persediaan dan permintaan parkir pada badan jalan di ruas jalan Jalan Hos Cokroaminoto saat ini dan 5 tahun yang akan datang.

1.6. MANFAAT STUDI

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah Kota Probolinggo dalam mengatasi masalah yang terjadi khususnya di jalan Hos Cokroaminoto ini.

2. Sebagai masukan bagi pihak – pihak yang terkait dalam menerapkan kebijakan yang berhubungan dengan manajemen lalu lintas dalam

membangun fasilitas parkir di jalan jalan Hos Cokroaminoto.

Referensi

Dokumen terkait

Makna objektif pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu bagi santri PPPA Daarul Qur’an Gayam Sukoharjo sebagai peraturan yang wajib..1. Makna ekspresif kepatuhan dan fadilah

Tinea pedis adalah infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari kaki dan telapak kaki, dengan lesi terdiri dari beberapa tipe, bervariasi dari ringan, kronis

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

Hasil pengujian validitas terhadap 16 item skala adversity quotient diperoleh 12 item yang valid dan 4 item yang gugur. Koefisien validitas skala adversity quotient

untuk liabilitas keuangan non-derivatif dengan periode pembayaran yang disepakati Grup. Tabel telah dibuat berdasarkan arus kas yang didiskontokan dari liabilitas

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Hasil penelitian yang telah dicapai sampai dengan waktu laporan kemajuan hasil penelitian (bulan Juli 2014) menunjukkan bahwa kesalahan yang banyak dilakukan mahasiswa