• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

Batik Danar Hadi yang kita kenal hingga saat ini mulai dibuat pada akhir tahun 1967 pada masa batik Indonesia dan berkembang di lingkungan masyarakat saudagaran (Santosa Doellah, 2002: 230). Batik Danar Hadi berawal dari kota Solo ketika pasangan H. Santosa Doellah dan Hj. Danarsih Santosa memutuskan untuk mendirikan usaha batik pada tahun 1967 yang kini kediaman mereka beralamatkan di Jl. Radjiman No. 164, Surakarta.

Nama Danar Hadi sendiri diambil dari gabungan nama Ibu Hj. Danarsih dengan nama orang tuanya Bapak H. Hadipriyono, karena perusahaan ini dipersembahkan oleh Bapak H. Santosa Doellah untuk istrinya Ibu Hj. Danarsih.1 H. Santosa Doellah adalah keturunan dari pengusaha batik. Dalam hal ini ia mengikuti jejak ayahnya Alm. H. Bakri yang telah berpengaruh dalam Serekat Dagang Islam (Asosiasi Perdagangan Muslim) pada tahun 1912 bersama dengan nasionalis legendaris H. Samanhudi, seorang pengusaha batik di Laweyan yang aktif di zaman pergerakan kemerdekaan nasional. Di awal tahun 1970, Ibu Hj. Danarsih menawarkan kain batik kepada teman-temannya saat ada acara atau mendatanginya dari rumah ke rumah, karena menurut beliau teman adalah bagian penting dari jaringan yang nantinya akan menyebar dari mulut ke mulut. Memadukan keuletan, keahlian, pengalaman dan jiwa wiraswasta serta keterbukaan menerima perkembangan mode dan cita rasa, Batik Danar Hadi berkembang dari sekedar usaha wiraswasta menjadi aset nasional yang kini

1 Wawancara dengan Ibu Asti, staf Museum Batik Danarhadi, Surakarta (27/10/14)

(2)

melayani konsumen batik menengah ke atas, baik konsumen domestik maupun luar negeri.

Sejak 1975, Batik Danar Hadi telah melebarkan sayap usahanya ke Ibukota Jakarta dan kota-kota besar lainnya di seluruh pelosok Indonesia dengam membuka rumah-rumah batik serta outlet lainnya. Sedangkan untuk pabrik produksi Batik Danar Hadi awalnya berada di Wuryoningratan yang ada di jalan Slamet Riyadi di belakang museum batik tapi sejak tahun 2014 pindah di daerah pabelan yang masih satu lokasi dengan SPBU serta masjid Baidullah milik Bapak H. Santosa Doellah. Selain itu ekspansi usaha dilakukan antara lain di tahun 1981 membuka pabrik pertenunan kain dan finishing yang diberi nama Kusuma Hadi, jadi bahan baku kain untuk pembatikan diproduksi sendiri kecuali kain-kain tenun yang berasal dari daerah-daerah tertentu tetap di datangkan langsung dari daerah asalnya dan pada tahun 1990 mendirikan pabrik pemintalan benang.

Di belakang showroom Batik Danar Hadi yang berada di jalan Slamet Riyadi, terdapat museum batik dengan 10.000 potong kain batik langka dari zaman Belanda. Di museun ini juga menampilkan bahan baku pembuatan malam/lilin batik, bahan baku kain yang akan di batik, berbagai macam canting dan peralatan membatik lainnya. Museum ini awalnya adalah arsitektur cagar budaya yang berharga yakni nDalem Wuryaningratan yang didirikan pada tahun 1890, kediaman dari KPH. Wuryaningratan, cucu dari Pakubuwono IX, karena sudah lama tidak terpakai dan kondisinya yang tidak terawat oleh H. Santosa Doellah lalu direnovasi menjadi sebuah bangunan yang megah dan dapat dinikmati kembali oleh masyarakat dengan menghadirkan berbagai macam

(3)

koleksi kain batik langka dari berbagai daerah. Di lingkungan museum ini juga didirikan restoran yang bernama SOGA Restaurant & Lounge dengan arsitektur kolonial perpaduan Belanda dan Jawa. Berbagai macam masakan khas Solo ditawarkan disini dengan pertunjukkan piano yang menciptakan suasana klasik ala tempo dulu. Untuk kenyamanan tambahan, pengunjung juga dapat menikmati Wi-Fi dan Televisi dengan channel lokal dan internasional.

Visi yang ingin dicapai oleh Danar Hadi adalah pada masa millenium mendatang Batik Danar Hadi akan berusaha lebih keras untuk menembus pasar mancanegara dengan menjalin kerja sama dengan mitra-mitra usaha batik di Asia Tenggara.Dalam rangka mencapai visi beberapa hal yang akan dilakukan oleh Batik Danar Hadi yaitu sebagai berikut, berpegang teguh pada filosofi perusahaan yang mengakar kuat pada seni tradisional yang diusungnya.Menembus pasar Internasional yang belum sepenuhnya digarap. Berpijak pada idealisme mendasar untuk menyumbangkan sesuatu yang bernilai terhadap seni tradisional batik. Mempresentasikan batik ke dalam berbagai format, mulai dari kebutuhan sehari-hari, kebutuhan khusus hingga kebutuhan eksklusif.

Batik Danar Hadi tidak hanya memproduksi kain batik lembaran saja, tapi juga memproduksi berbagai macam produk pakaian dan household berikut beberapa produk yang dihasilkan oleh Danar Hadi. Kain Jarik dan Selendang, sejak pertama didirikan Danar Hadi menjual berbagai macam kain jarik, sampai sekarangpun mereka juga masih memproduksi kain jarik bila ada pesanan. Kain jarik yang kini diproduksi diseragamkan dengan selendangnya yang terbuat dari bahan sutera.

(4)

Produk pakaian wanita yang dihasilkan Danar Hadi cukup beragam, mulai dari pakaian kasual, semi formal, formal dan busana muslim wanita. Berbagai jenis ukuran dan bahan digunakan, ada yang sesuai dengan permintaan konsumen ada pula yang sesuai dengan fungsinya.

Pakaian Pria yang diproduksi oleh Danar Hadi berupa kemeja kasual maupun formal, serta ada juga pakaian couple atau sarimbitan. Berbagai jenis ukuran dan bahan digunakan, ada yang sesuai dengan permintaan konsumen ada pula yang sesuai dengan fungsinya.Danar Hadi juga memproduksi pakaian anak-anak batik yang motif dan warnanya disesuaikan dengan karakter anak-anak-anak-anak namun tidak meninggalkan nilai tradisi batik itu sendiri.

Produk Household dan furniture, untuk mengembangkan produknya Danar Hadi juga memproduksi keperluan rumah tangga yaitu taplak, sarung bantal, tatakan gelas, tempat tissue dan pelapis kursi pada produk furniture.

Kegiatan produksi PT Batik Danar Hadi dilakukan di dua tempat yang berbeda yakni untuk produksi kain batiknya berada di Pabelan, Kartasura sedangkan untuk produksi garmentnya berada di Griya Wuryaningratan, Surakarta.

Danar Hadi mampu memproduksi kain serta pakaian batik dengan pengaturan waktu yang efisien. Dengan mesin yang canggih, proses manufaktur yang terintegrasi, visi dan misi yang membangun, staf yang berpengalaman lebih dari 30 tahun dan layanan konsumen yang responsif menjadikan Danar Hadi sebagai salah satu produsen batik terkemuka dan berkualitas, baik batik tulis, cap maupun batik kombinasi yang diproduksi ekslusif maupun massal. Untuk batik

(5)

tulis tiap pembatik mampu menyelesaikan 1 kain dalam waktu 2 minggu sampai 1,5 bulan tergantung tingkat kesulitan motifnya, sedangkan untuk batik cap per hari Danar Hadi mampu menghasilkan puluhan bahkan ratusan lembar kain batik.

Proses produksi batik di Danar Hadi hampir sama dengan proses batik yang telah ada saat ini, hanya saja bahan baku serta karyawan yang digunakan adalah yang terpilih atau berkualitas tinggi. Sehingga kain produk yang dihasilkan pun juga tidak sembarangan. Berikut tahapan proses produksi batik di Danar Hadi. Tahap pertama dalam proses prouksi batik di Danar Hadi adalah persiapan bahan baku, yakni kain mori. Tahap selanjutnya yaitu mola, ialah pembuatan pola pada kain mori yang akan dibatik. Pola ini berbeda-beda tiap produknya. Ada pola jarik, selendang, sarung, kemeja, longdress dan blus. Nyorek, ialah proses pemindahan motif batik pada kain mori dengan cara ngeblat. Tahap selanjutnya adalah pembatikan, yang disebut nglowongi atau menorehkan malam/lilin pada kain mengikuti gambar motif yang sudah digambarkan pada kain. Sebelumnya malam/lilin harus dipanaskan sesuai dengan standart pembatikan, yakni tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, karena bila terlalu panas garis yang dihasilkan tidak beraturan dan terlalu besar. Sedangkan apabila malam/lilinnya terlalu dingin malam tidak akan menembus kain sehingga harus mengulang pembatikannya di bagian kain sebaliknya atau disebut dengan nerusi. Setelah

nglowongi selesai langkah selanjutnya adalah memberikan isen-isen atau

memberikan isian agar motif yang dihasilkan tidak terlihat kosong. Isen-isen ini dapat berupa garis, titik, dan bentuk-bentuk lain yang disebut pangot, pacar,

robyong, kembang suruh, pari dan lain sebagainya. Pada tahap ini keahlian dan

(6)

pembatik selesai nglowongi, selanjutnya adalah dicek pada tahap quality control yang pertama. Setelah lolos tahap quality control¸selanjutnya masuk tahap pewarnaan. Ada dua macam proses pewarnaan yakni colet dan celup, pewarnaan

colet mewarna kain batim dengan melukiskan warna di kain dengan kuas yang

disebut jegul. Pewarnaan celup yakni mewarna kain batik dengan cara dicelup ke bak yang berisi larutan pewarna. Proses fiksasi dilakukan untuk mengunci warna batik yang dihasilkan, dengan bahan pengunci waterglass atau sir. Selanjutnya masuk ke tahap quality control yang kedua untuk mengecek hasil warna apakah sudah rata atau belum. Setelah lolos tahap quality control selanjutnya kain batik

dilorod, yakni menghilangkan seluruh malam atau lilin yang menempel dikain

dengan direbus air panas. Untuk kain sutera pada tahap pelorodan dicampur dengan tepung kanji.

Danar Hadi memiliki sejarah panjang dalam memproduksi batik berkualitas baik untuk semua kesempatan. Berbagai macam merek populer pun sudah diciptakan seperti Danarhadi, Danadi untuk pakaian muslim wanita, Danar by Danar Hadi dan Danar Hadi untuk anak-anak. Danarhadi mendistribusikan produk siap pakai kepada pelanggan dengan memperluas jaringan outlet-outlet yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia serta beberapa Department Store termasuk peritel asing terkenal seperti Sogo, Seibu dan Seiyu.

Penelitian ini mengkaji tentang teknik dan proses produksi batik di Perusahaan Batik Danar Hadi Surakarta pada masa kini dengan pendekatan desain.Desain adalah kegiatan yang dilakukan manusia untuk menciptakan semua hal menjadi lebih indah dan menarik dari semua benda yang dipakainya, sesuai

(7)

dengan pengamatan mereka dengan alam dan kebutuhan manusia. Dilihat dari lingkup pengerjaannya, desain akan merupakan integrasi dari kegiatan sains (metode riset, ilmu fisika, matematika, ilmu bahan, ilmu ekonomi, ilmu sosial, ilmu psikologi, ilmu budaya dan seterusnya). Kemudian juga teknologi (ilmu konstruksi, teknologi produksi, teknologi mesin, teknologi material dan seterusnya) dan seni rupa (ilmu bentuk, filsafat, estetika, teknik presentasi dan seterusnya) (Agus, 1986: 136).

Pembahasan subbab pertama akan membahas mengenai teknik dan proses produksi batik di PT Batik Danar Hadi pada masa kini yakni pada tahun 2014-2015. Sub bab kedua akan membahas mengenai keterkaitan antara visual motif yang dihasilkan dengan teknik batik yang digunakan. Sub bab ketiga akan membahas tentang latar belakang penentuan/pemilihan teknik produksi batik.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 dan tahun 2015. Mengingat yang diangkat pada proyek pengkajian ini adalah teknik produksi batik di Danarhadi pada masa kini, yakni pada tahun 2014 dan tahun 2015. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung yakni ikut serta dalam proses produksi batik di Danarhadi. Wawancara dengan beberapa karyawan dan staf Danarhadi seputar teknik dan proses produksi batik di Danarhadi. Membaca beberapa referensi buku tentang Danarhadi, tentang teknik dan proses batik dan lain sebagainya.

(8)

A. Teknik dan Proses Produksi Batik di Perusahaan Batik Danar Hadi

Teknologi adalah ilmu yang mencakup ilmu konstruksi, teknologi produksi, teknologi mesin, teknologi material dan seterusnya. Pada subab ini akan membahas tentang teknik produksi batik di perusahaan batik Danar Hadi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 751) teknik adalah cara membuat sesuatu, cara melaksanakan atau mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan seni; kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil industri.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 671) produksi adalah proses penciptaan atau pengeluaran hasil; proses pembuatan; hasil dari. Teknik produksi adalah cara kerja untuk menghasilkan sesuatu (produk).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 673) proses adalah urutan suatu peristiwa yang semakin lama semakin meningkat atau semakin menurun; rangkaian tindakan perbuatan atau pengolahan yang menghasilkan produk. Proses adalah teknik produksi yang dapat dilakukan melalui berbagai teknik dengan memerhatikan daya produksi dan pengulangannya (Nanang, 2006: 41). Dapat diartikan bahwa proses produksi adalah tahapan atau urutan peristiwa pada pembuatan suatu produk. Proses produksi batik adalah urutan peristiwa pembuatan batik yang nantinya akan menghasilkan produk batik yang siap jual.

Perkembangan zaman mempengaruhi perkembangan teknik produksi batik yang digunakan Danarhadi. Teknik batik yang digunakan pada awal berdirinya berbeda dengan zaman sekarang baik dari segi pembatikan, pewarnaan, fiksasi pewarnaan dan pelorodan. Pada tahun 1967, Danarhadi hanya memproduksi batik dengan teknik batik tulis serta masih menggunakan pewarna alam yang pada proses pengerjaannya memakan waktu sangat lama. Seiring dengan

(9)

berkembangnya pewarna sintetis, kini Danarhadi tidak lagi menggunakan pewarna alam dalam proses produksinya. Hanya bila ada pesanan khusus saja pewarna alam masih digunakan, dan itupun tidak dikerjakan di Danarhadi.2

Yang dimaksud dengan “teknik membuat batik” : adalah proses-proses pekerjaan dari permulaan yaitu mori batik sampai menjadi kain batik (Sewan, 1980: 5). Dapat disimpulkan bahwa proses produksi batik termasuk dalam teknik produksi batik. Tiap teknik produksi batik terdiri dari berbagai macam proses. Mulai dari proses persiapan bahan, proses pembatikan, proses pewarnaan dan proses pelorodan.Teknik batik yang diterapkan di Danar Hadi ada 3 yakni, batik tulis, batik cap dan kombinasi batik tulis dan cap.

1. Batik Tulis

Batik tulis merupakan kain batik yang dibuat dengan canting sebagai alat untuk memindahkan malam/lilin batik ke kain, yang dituliskan perlahan-lahan sesuai dengan gambar motif yang sudah ada.3 Kain batik yang dibuat secara manual atau memanfaatkan keluwesan dan keahlian tangan para pembatik wanita merupakan batik tulis. Tidak hanya keluwesan dan keahlian, para pembatik juga dituntut memiliki kreatifitas tinggi dalam memberikan isen-isen pada motif batik yang diklowongi. Teknik batik tulis ini memiliki kekhasan sendiri dalam segi bentuk dan garis yang dihasilkan, karena tiap produk batik yang dihasilkan meskipun jenis motifnya sama tapi hasil goresan malam di tiap kain akan berbeda. Waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan batik tulis ini juga cukup lama, bisa 2 sampai 3 bulan, tergantung kerumitan dari motif yang akan dibatik.

2 Wawancara dengan Bapak Sigit staf bagian warna di Danar Hadi, Sukoharjo (2014) 3 Wawancara dengan Ibu Supami pembatik di Danar Hadi, Sukoharjo (01/11/2014)

(10)

Teknik batik tulis yang digunakan di Danar Hadi ada 5 macam teknik yakni, teknik lorodan, teknik kelengan, teknik pekalongan, teknik remukan

wonogiren dan teknik kombinasi.4

a. Alat dan bahan yang digunakan untuk proses batik tulis, yaitu: 1. Kain

Kain putih yang dijadikan batik mempunyai beberapa istilah atau nama khusus, yaitu disebut “mori” atau “muslim” atau “cambric” (Sewan, 1980:53). Bahan baku kain di PT Batik Danar Hadi diproduksi sendiri, tapi ada juga beberapa kain yang didatangkan khusus dari daerah asal pembuatannya seperti Ulos Padang, ATBM Jepara, kain tenun Harindong dan masih banyak lagi. Dilihat dari bahan dasarnya, kain mori dapat berasal dari katun, sutera asli atau sutera tiruan, mori dari katun lebih umum dipakai (Sewan, 1980:53). Pada jaman dahulu membatik hanya dilakukan di atas kain mori untuk dibuat jarik, tapi kini membatik juga dapat dilakukan pada kain sutera, kain tenun, kain polyester, rayon dan bahan lainnya. Tapi berbeda jenis kain berbeda pula kualitas batik yang dihasilkan karena berbeda tekstur, daya serapnya terhadap warna dan kelekatannya dengan malam/lilin.

Kain yang digunakan di Danar Hadi adalah kain katun dan kain sutera antara lain, kain primissima, SAUP, Sateen, Santung, ATM Super, Ulos Padang, Sutera Crepe, Rubia, Tenun Dobby, Paris, Tenun Harindong, Sifon, Sutera asli, Mori biru, prima, Hapotex, ATBM Jepara, Thai Silk, Viscouse, Prima Lasem, RCK, Baron dan Prosbal.5

4 Wawancara dengan Ibu Sri Mulyani karyawan Danar Hadi, Sukoharjo (02/11/2015) 5 Wawancara dengan Bapak Reza staf bagian gudang kain, Sukoharjo 28/10/2014)

(11)

2. Zat Pewarna Tekstil

Zat pewarna tekstil adalah zat warna tekstil yang dapat memberi warna pada batik. Dahulu sebelum Indonesia dibanjiri zat warna sintetis, orang-orang mempergunakan zat warna dari tumbuhan dan binatang. Danarhadi dahulu juga menggunakan pewarna alami, tapi karena proses pengerjaannya yang lama serta biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit maka kini Danarhadi lebih memilih menggunakan pewarna sintetis. Penggunaan pewarna alami bila ada pesanan khusus saja. Tidak semua zat warna tekstil dapat digunakan untuk batik, disebabkan antara lain, pada pewarnaan batik dikerjakan tanpa pemanasan karena batik memakai lilin batik/malam. Lilin batik pada umumnya tidak tahan terhadap alkali yang kuat. Pada pekerjaan terakhir proses pembuatan batik, ada proses

pelorodan tidak semua zat warna tahan terhadap rebusan air panas (Sewan,

1980:69).

Gambar 3

Gudang Penyimpanan Kain Foto: Lana Rahmawati, 2014

(12)

Pewarna sintetis yang digunakan di Danar Hadi antara lain naphtol, remasol dan indigosol. Zat pengunci warna yang digunakan antara lain naphtol dengan garam naphtol, remasol dengan waterglass dan indigosol dengan H2O2.6

No Warna Material Jumlah Satuan

1 Lasem

(Untuk 10 potong kain)

Indigosol IRRD Brown Indigosol IRK Yellow Indigosol IBR brown Nitrit Air panas 5 35 70 220 10 Gram Gram Gram Gram Liter 2 Soga

(Untuk 20 potong kain)

Celupan pertama: Naphtol ASG Kostik

Garam naphtol Celupan kedua: Indigosol IBK Yellow Indigosol IBR yellow Nitrit Air 120 60 360 60 40 200 20 Gram Gram Gram Gram Gram Gram Liter 3 Abu-abu Gajah

(Untuk 8 potong kain)

Indigosol IBR Brown Indigosol IBL Grey Nitrit Air panas 27 27 108 12 Gram Gram Gram Liter 4 Merah Bordo

(Untuk 20 potong kain)

Celupan pertama: Naphtol AS Naphtol ASB Kostik Garam naphtol Celupan kedua: Garam R ASG Air 40 80 60 360 120 40 20 Gram Gram Gram Gram Gram Gram Liter 5 Lasem Coklat Buku

(Untuk 12 potong kain)

Indigosol IRK yellow Indigosol IRRD brown Nitrit Air panas 18 36 160 18 Gram Gram Gram Liter

6 Zaitun Indigosol IBL Grey 18 Gram

6 Wawancara dengan Bapak Mulato staf bagian peracikan warna, Sukoharjo, 2014 Tabel 1.

(13)

(Untuk 7 potong kain) Indigosol IGK Yellow Nitrit Air panas 40,5 116 9 Gram Gram Liter 7 Hitam

(Untuk 12 potong kain)

Celupan pertama: Naphtol AS Naphtol ASBO Naphtol ASG Celupan kedua: Hitam B Biru B Air 60 120 40 100 500 20 Gram Gram Gram Gram Gram Liter 8 Soga Merah Orange

(Untuk 8 potong kain)

Celupan pertama: Naphtol ASG Naphtol ASLB Naphtol AS Celupan kedua: Merah B Garam naphtol Air 15 7,5 3,75 40 10 10 Gram Gram Gram Gram Gram Liter 9 Orange Soga

(Untuk 12 potong kain)

Celupan pertama: Naphtol ASLB NaphtolASOL Kostik Garam naphtol Celupan kedua: IRK Golden yellow Garam naphtol Air 21 126 73,5 441 42 84 15 Gram Gram Gram Gram Gram Gram Liter 10 Hijau Celok Biru

(Untuk 7 potong kain)

Indigosol hijau Indigosol 04B Blue Nitrit Air panas 96 24 240 10 Gram Gram Gram Liter

(14)

3. Malam/Lilin Batik

Lilin batik adalah bahan yang dipakai untuk menutup permukaan kain menurut gambar motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak atau resist terhadap warna yang diberikan pada kain tersebut (Sewan, 1980:58).

Malam terbuat dari beberapa bahan utama seperti Lilin, Gondorukem, Kote,

parafin, minyak, lemak binatang, damar mata kucing dan lain sebagainya. Karena setiap produsen memiliki campuran bahan pembuat malamnya masing-masing karena campuran bahan juga berpengaruh dalam hasil batikan. Malam juga mempunyai jenis yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan bahan bakunya, antara lain :

a. Malam Carikan atau putihan

Malam ini biasanya digunakan untuk nglowongi, memberikan isen-isen dan

cecekan. Malam ini berwarna agak kuning, mempunyai daya lekat yang sangat kuat, lentur dan tidak mudah retak.

Gambar 4

Malam Carikan

(15)

b. Malam Biron

Malam ini biasa digunakan sebagai penutup motif yang sudah diwarna dan

ingin diwarna lain lagi, atau istilahnya mbironi. Malam ini berwarna berwarna coklat tua, lama mencair tapi mudah membeku dan mudah meleleh bila terkena panas.

c. Malam Tembokan

Malam ini digunakan sebagai penutup background putih yang bidangnya

sangat luas, agar warnanya tetap putih atau nanti dilorot dan dicelup warna lagi yang dikenal dengan istilah tutup kelir. Malam ini berwarna coklat tua, kental, tidak mudah retak, tudak mudah lepas dari kain dan sangat lengket.

Gambar 5

Malam Biron

(16)

d. Malam Parafin/Remekan

Malam ini digunakan untuk menimbulkan efek cetak pada kain, efek ini

dihasilkan dari blokan malam pada kain yang selanjutnya diremas-remas agar retak dan pada saat dicelup warna, akan menimbulkan efek retak-retak pada kain. Malam ini berwarna putih pucat, keras dan mudah retak atau getas.

Gambar 6

Malam Tembokan

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 7

Malam Remekan/Parafin

(17)

e. Canting

Canting merupakan alat untuk mengambil malam panas dari wajan untuk

selanjutnya ditorehkan atau digambarkan pada kain mori. Untuk menciduk malam atau lilinnya terbuat dari bahan tembaga sedangkan untuk pegangannya terbuat dari kayu yang bertujuan agar tidak panas saat memegangnya. Saat hendak menorehkan malam di atas kain terlebih dahulu danting yang sudah berisi malam harus ditiup terlebih dahulu, tujuannya adalah untuk mengembalikan malam/lilin yang sudah sampai dicucuk canting agar tidak menetes, untuk menghilangkan cairan malam yang melumuri cucuk canting agar kualaitas goresannya bagus dan tidak njemblok dan untuk mengontrol cucuk canting apabila mungkin tersumbat kotoran atau tidak.

Gambar 8

Canting : 1. Canting klowongan, 2. Canting carat, 3. Canting isen, 4. Canting cecekan, 5. Canting bor

(18)

Menurut fungsinya canting dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain,

Canting Klowongan atau reng-rengan. Canting ini digunakan untuk nglowongi/menggambar garis luar motif atau menggambar pola dasarnya atau

istilah Jawanya membuat reng-rengannya terlebih dahulu yang nantinya akan diberi isen-isen. Canting Carat, canting yang jumlah carat (cucuk) lebih dari satu. Dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung jumlah caratnya yakni

canting tunggal, canting loron/ganda, canting telon/tiga cucuk, canting prapatan/empat cucuk, canting liman/lima cucuk, canting byok yang terdiri

dari 7 carat atau lebih biasanya jumlah caratnya ganjil dan canting

renteng/galaran. Canting ini tersusun atas bawah dengan jumlah genap dan

paling banyak adalah 6.Canting Isen, canting ini digunakan untuk mengisi bidang pola atau motif dengan goresan berupa garis lurus, lengkung, silang, bunga-bunga kecil dan lain sebagainya. Yang nantinya menjadi pengisi pada motif agar tidak terlihat kosong.Canting cecekan/titik, canting ini digunakan untuk membuat titik-titik pada isen-isen. Canting ini memiliki lubang yang sangat kecil dan hanya bisa digunakan untuk membuat cecekan atau titik-titik.Canting Bor/Tembokan, canting ini digunakan untuk ngeblok/njemblok motif yang ingin ditutup dengan cairan malam dengan bidang yang agak besar dari garis maupun titik, contohnya adalah untuk membuat isen-isen berbentuk segitiga, setengah lingkaran dan lain sebagainya.

f. Kompor dan Wajan

Kompor dan wajan ini sangat kecil ukurannya, digunakan untuk melelehkan

malam/lilin batik yang akan digunakan untuk membatik. Biasanya

(19)

percobaan hanya kompor minyak tanah yang memiliki panas stabil dan pas untuk melelehkan malam. Tapi kini sesuai dengan perkembangan jaman sudah digunakan juga kompor listrik mengingat sudah langkanya minyak tanah.

g. Gawangan

Gawangan digunakan sebagai tempat untuk menyampirkan kain. Gawangan

atau yang disebut juga dengan sampiran terbuat dari kayu atau bambu. Fungsinya adalah untuk menggantungkan kain mori yang akan dibatik, gawangan ini biasanya terbuat dari bahan ringan yang mudah dipindah-pindahkan.

Gambar 9 Kompor dan Wajan Foto: Lana Rahmawati, 2015

(20)

h. Dingklik

Dingklik atau bangku adalah tempat duduk yang digunakan untuk pembatik.

Tingginya disesuaikan dengan tinggi orang yang membatik. Bangku ini biasanya terbuat dari kayu atau rotan.

Gambar 10 Gawangan

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 11

Dingklik

(21)

i. Taplak atau Alas

Taplak biasanya dibuat dari kain bekas atau kain yang tidak terpakai, fungsinya adalah untuk menutupi paha atau celaan para pembatik dari tetesan

malam batik yang menetes saat proses pembatikan.

b. Proses produksi batik tulis :

1. Teknik Batik Tulis Lorodan

Teknik Lorodan, cara ini hampir sama dengan cara kerokan, dimana menghilangkan sebagian lilin pada tengah-tengah proses dikerjakan dengan cara

nglorod (Sewan, 1980: 16).Cara ini menghasilkan efek yang berbeda dengan

teknik kerokan, batik yang dibuat dengan cara ini batas antara warna putih dan soga akan tegas, begitu pula batas antara warna dasar dan gambar sebagian besar merupakan batas yang tegas. Cara ini lebih cocok untuk lukisan atau corak yang banyak menggunakan isen garis-garis kecil dan cecek.

Gambar 12 Taplak atau Alas Foto: Lana Rahmawati, 2015

(22)

Proses teknik batik lorodan di Danar Hadi:

a) Kain mori di pola sesuai dengan fungsi batik. Pemolaan adalah menggambarkan pola yang akan dibuat menjadi kain batik ada pola jarik, pola sarung, pola longdress, pola kemeja, pola blus dan pola selendang.

b) Proses pemindahan motif batik ke kain atau nyorek. Nyorek, adalah proses pemindahan motif batik dari kertas ke kain dengan cara ngeblat

c) Kain mori dibatik atau nglowongi, proses ini adalah pelekatan lilin batik ke kain yang merupakan kerangka motif batik. Nglowongi ini ada dua tahap yang pertama disebut ”ngengrengan” yakni nglowongi pada bagian

Gambar 14 Proses Nyorek Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 13 Proses Pemolaan Kain Foto: Lana Rahmawati, 2015

(23)

muka kain, tahap kedua disebut “nerusi” yakni nglowongi pada bagian belakang kain yang malam/lilinnya tidak tembus

d) Proses quality control. Setelah selesai diklowongi, selanjutnya kain dicek hasil pemalamannya apakah sudah rapi atau belum pada tahap quality

control. Pada tahap ini bila ada hasil batikan yang kurang rapi atau isen-isennya belum lengkap maka dikembalikan ke pembatik yang

mengerjakan

Gambar 15 Proses Nglowongi Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 16

Proses Quality Control Pemalaman Foto: Lana Rahmawati, 2015

(24)

e) Proses pewarnaan kain batik. Kain yang sudah dibatik lalu diwarna dengan proses pewarnaan colet, yakni dengan menyoletkan atau melukiskan warna ke kain dengan alat yang disebut jegul7

f) Proses Quality Control tahap kedua yakni untuk mengecek hasil pewarnaan apakah sudah rata atau belum dan apakah intensitas warnanya sudah sesuai dengan pesanan

7 Jegul adalah alat yang terbuat dari batang kayu kelapa atau sejenisnya yang kadang pada bagian ujungnya diberi spons sebagai alat untuk melukis warna dikain batik

Gambar 17 Proses Pewarnaan Colet Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 18

Proses Quality Control Pewarnaan Foto: Lana Rahmawati, 2015

(25)

i) Proses fiksasi, yakni proses penguncian warna dengan bahan pengunci waterglass agar warna yang dihasilkan tidak mudah luntur

j) Proses nglorod. Nglorod adalah perebusan kain pada air mendidih untuk menghilangkan seluruh lilin yang menempel dikain batik.

k) Proses mbironi. Mbironi8 adalah menutup bagian motif yang dikehendaki tetap berwarna dan tetap putih

8Mbironi pada zaman dahulu adalah proses pembatikan yang berfungsi untuk menutup warna biru, tapi sekarang bukan hanya warna biru yang ditutup malam, bisa warna-warna lain ataupun untuk menutup bagian yang ingin tetap berwarna putih.

Gambar 20 Proses Nglorod tahap 1 Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 19 Proses Fiksasi Foto: Lana Rahmawati, 2015

(26)

l) Proses pewarnaan soga atau nyoga. Nyoga adalah memberi warna coklat pada kain batik. Untuk kain sogan Yogya dan Solo nyoga adalah sebagai pewarnaan terakhir (Sewan, 1980: 9).

m) Proses fiksasi tahap kedua, karena bahan pewarna yang digunakan adalah indigosol maka bahan penguncinya menggunakan H2O2 yang direndam selama kurang lebih 10 menit

Gambar 21 Proses Mbironi Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 22 Proses Nyoga

(27)

n) Proses perendaman larutan soda abu. Setelah kain direndam di bak fiksasi, maka selanjutnya kain direndam larutan soda abu kurang lebih 10-15 menit. Ini bertujuan agar nantinya kain batik yang dihasilkan tidak mudah sobek dan untuk menetralisir kain setelah direndam air keras, agar kain lemas dan tidak getas

o) Proses nglorod tahap kedua untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel di kain, untuk pelorodan pada kain sutera ditambahkan kanji

Gambar 23 Proses Fiksasi Tahap 2 Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 24

Proses Perendaman Larutan Soda Abu Foto: Lana Rahmawati, 2015

(28)

pada saat nglorod ini bertujuan untuk menjaga kain sutera agar tidak modah robek

p) Proses penjemuran kain dilakukan ditempat yang teduh, tidak boleh terkena sinar matahari langsung, karena ini akan membuat warna kain menjadi tidak tajam

q) Proses Seleksi atau pelipatan kain batik. Setelah kain kering masuk pada tahap seleksi dan pelipatan, ini bertujuan untuk memilah-milah kain sesuai dengan tema dan fungsinya

Gambar 25 Proses nglorod tahap 2 Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 26 Proses Penjemuran Kain Foto: Lana Rahmawati, 2015

(29)

2. Teknik Batik Tulis Kelengan

Teknik Kelengan, cara ini merupakan cara pewarnaan batik yang hanya dengan satu warna yang zaman dulu berwarna biru tua. Sebagai variasi dan perkembangan dari batik kelengan ini, pada suatu saat (sekitar 1964) terkenal lah apa yang disebut “batik ganefo” yaitu suatu tipe batik semacam batik kelengan tetapi tidak berwarna biru tua melainkan warna-warna tajam seperti merah, hijau, violet, oranye dan sebagainya (Sewan, 1980: 13).

Proses produksi batik teknik kelengan di Danar Hadi: a) Kain mori dipola dan dicorek seperti pada tahapan di atas

b) Kain mori kemudian dibatik atau nglowongi seperti pada tahapan di atas c) Proses quality control tahap 1 untuk mengecek hasil pembatikan

d) Proses pewarnaan kain dengan teknik pewarnaan celup

e) Proses fiksasi kain direndam dalam larutan H2O2 selama 10 menit f) Proses quality control tahap 2 untuk mengecek hasil pewarnaan

Gambar 27

Proses Seleksi dan Pelipatan Kain Foto: Lana Rahmawati, 2015

(30)

g) Proses nglorod untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel di kain

h) Proses penjemuran dan setelah kering kain di seleksi pada tahap seleksi dan pelipatan

3. Teknik Batik Tulis Pekalongan

Teknik Pekalongan, batik cara ini biasanya berwarna cerah dan tajam serta tidak ada proses medel didalamnya. Cara ini awalnya hanya digunakan dalam pembuatan sarung saja. Batik Pekalongan pada umumnya berbentuk sarung, yang mempunyai motif dan cara pembuatan yang khusus (Sewan, 1980:12).

Proses produksi batik teknik pekalongan di Danar Hadi: a) Kain mori dipola dan dicorek seperti pada tahapan di atas

b) Kain mori kemudian dibatik atau nglowongi seperti pada tahapan di atas c) Proses quality control tahap 1

d) Proses pewarnaan kain batik dengan teknik colet

e) Proses quality control tahap 2 untuk mengecek hasil pewarnaan

f) Proses nutup kelir. Kain selanjutnya masuk pada tahap nutup kelir9untuk menutup bagian yang ingin tetap berwarna dengan malam

9Nutup kelir adalah proses penutupan bagian yang ingin tetap berwarna dan yang ingin tetap berwarna putih. Nutup kelir berbeda dengan mbironi, pada tahap mbironi sebelumnya kain dilorod tai pada tahap nutup kelir kain tidak dilorod terlebih dahulu

(31)

g) Proses pewarnaan kain dengan teknik pewarnaan celup menggunakan zat pewarna naphtol

Gambar 28 Proses Nutup Kelir Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 29

Proses Pewarnaan Celup dengan Naphtol Foto: Lana Rahmawati, 2015

(32)

h) Proses fiksasi seperti pada tahap fiksasi dan direndam larutan soda abu i) Prosesquality control yang kedua untuk mengecek hasil pewarnaan j) Proses nglorod yang pertama untuk menghilangkan seluruh malam k) Proses mbironi untuk menutup bagian yang ingin tetap berwarna ataupun

yang ingin tetap putih seperti pada proses mbironi di atas

l) Proses pewarnaan kembali dengan teknik pewarnaan celup. Kain kemudian masuk pada tahap nglorod yang terakhir untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel di kain

m) Proses penjemuran, setelah kering kain diseleksi dan dilipat

4. Teknik Batik Tulis Remukan Wonogiren

Teknik remukan wonogiren, pertama kain dilipat atau digulung kemudian dikerjakan agar lilin yang menempel pada kain pecah-pecah, misalnya dengan diinjak-injak atau dibanting-banting. Bila lilin itu sukar pecah, sebaiknya lebih dulu direndam sebentar dalam larutan kostik soda (Sewan, 1980: 16). Untuk membuat batik dengan proses ini sebaiknya dipakai jenis

Gambar 30

Proses Penggaraman Naphtol Foto: Lana Rahmawati, 2015

(33)

lilin yang mudah pecah. Hasil dari remukan wonogiren ini batik yang berwarna putih diatas warna dasar dengan pecah-pecah pada gambar dengan warna soga atau warna lain. Efek pecah-pecah pada gambar itu dapat dibuat variasi dengan pekerjaan “pecah-celup” sampai dua kali atau lebih dimana warnanya dibuat makin muda.

Proses produksi batik teknik remukan wonogiren di Danar Hadi: a) Kain mori dipola dan dicorek

b) Kain kemudian diklowongi atau dibatik

c) Proses nglowongi kemudian kain masuk pada tahap quality control untuk mengecek hasil pembatikan

d) Proses pewarnaan dengan teknik pewarnaan celup e) Proses fiksasi dan direndam larutan soda abu

f) Proses peremukan malam. Kain dilipat dan digulung, lalu diinjak-injak atau dipukul-pukul agar malam pada kain remuk (pecah). Sebelum

diremuk kain direndam dahulu pada bak berisi air selama satu malam,

agar nantinya hasil remukan yang dihasilkan bagus karena malamnya tidak getas atau lembut.

(34)

g) Proses nyoga, proses pewarnaan coklat soga h) Proses fiksasi direndam larutan soda abu

i) Proses quality control untuk mengecek hasil pewarnaan

j) Proses nglorod untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel di kain

k) Kain dijemur, lalu diseleksi dan dilipat setelah kering

5. Teknik Batik Tulis Kombinasi

Teknik Kombinasi, batik dengan cara ini adalah proses pembuatan batik yang mengkombinasikan berbagai macam teknik batik. Sebagai contoh teknik batik remukan wonogiren dikombinasikan dengan teknik batik lorodan. Hasil kain batik yang dibuat secara proses kombinasi ini ialah

Gambar 31 Proses Peremukan Malam Foto: Lana Rahmawati, 2015

(35)

bahwa warna soga dua macam, yang satu sebagai bayangan yang lain disertai efek pecahan wonogiren ditengah-tengahnya (Sewan, 1980: 18). Proses produksi batik teknik kombinasi di Danar Hadi:

a) Kain mori dipola dan dicorek

b) Kain selanjutnya diklowongi atau dibatik

c) Kain selanjutnya dicek pembatikannya pada tahap quality control d) Kain diwarna dengan teknik pewarnaan colet

e) Proses Nutup kelir, untuk menutup bagian yang ingin tetap berwarna atau yang ingin tetap putih

f) Proses peremukan malam. Kain dilipat dan digulung lalu diinjak-injak atau dipukul-pukul agar malamnya pecah

g) Proses Nyoga, kain diwarna dengan teknik pewarnaan celup warna soga

kuning atau lasem

h) Kain difiksasi dan direndam dengan larutan soda abu

i) Proses nglorod tahap pertama untuk menghilangkanseluruh malam j) Proses mbironi, untuk menutup bagian yang ingin tetap berwarna

Gambar 32

Proses Pewarnaan Soga Kuning atau Lasem Foto: Lana Rahmawati, 2015

(36)

k) Kain diwarna kembali dengan teknik pewarnaan celup l) Kain difiksasi dan direndam dalam larutan soda abu m) Proses nglorod tahap 2

n) Kain dijemur lalu diseleksi dan dilipat

2. Batik Cap

Batik cap adalah kain yang cara pembuatan corak dan motifnya dengan menggunakan cap atau semacam stempel yang terbuat dari tembaga. Cap tersebut menggantikan fungsi canting dalam membatik, dengan cap ini maka satu helai kain dapat diselesaikan dalam waktu singkat (Herry, 2013: 11). Batik cap adalah teknik pembatikan yang menggunakan alat cap untuk memindahkan malam ke kain sebagai pengganti canting pada batik tulis.10 Batik cap merupakan inovasi baru dari batik tulis. Banyaknya pesanan konsumen akan kain batik menjadikan batik cap sebagai alternatif untuk memproduksi kain batik secara massal dan cepat. Motif dan corak batik cap yang dihasilkan akan selalu sama karena motifnya tidak dibuat dengan tulisan tangan melainkan sudah ada pada stempel cap. Harga yang ditawarkan batik cap juga lebih murah dibanding batik tulis karena proses pengerjaannya tidak memakan waktu lama.

Teknik batik cap yang digunakan oleh Danar Hadi ada 5 teknik, yakni teknik batik cap bedesan, teknik batik cap kelengan, teknik batik cap pekalongan, teknik batik cap remukan wonogiren dan teknik batik cap kombinasi.

(37)

a. Alat dan bahan batik cap : 1. Kain

Kain putih yang dijadikan batik mempunyai beberapa istilah atau nama khusus, yaitu disebut “mori” atau “muslim” atau “cambric” (Sewan, 1980:53). Bahan baku kain di PT Batik Danar Hadi diproduksi sendiri, tapi ada juga beberapa kain yang didatangkan khusus dari daerah asal pembuatannya seperti Ulos Padang, ATBM Jepara, kain tenun Harindong dan masih banyak lagi. Dilihat dari bahan dasarnya, kain mori dapat berasal dari katun, sutera asli atau sutera tiruan, mori dari katun lebih umum dipakai (Sewan, 1980:53).

2. Meja pengecapan

Meja ini terbuat dari kayu yang dipalisi spons atau busa tebal yang basah dan pada bagian atasnya ditutup dengan kain dan plastik. Tujuannya agar malam tidak menempel pada meja saat proses pengecapan.

Gambar 33 Meja Pengecapan Foto: Lana Rahmawati, 2015

(38)

3. Wajan

Wajan yang digunakan pada batik acap lebih besar dari batik tulis, didalam wajan ini dilapisi sejenis kain kassa agar malam yang menempel pada stempel atau cap tidak terlalu banyak.

4. Malam/lilin batik

Lilin batik adalah bahan yang dipakai untuk menutup permukaan kain menurut gambar motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak atau resist terhadap warna yang diberikan pada kain tersebut (Sewan, 1980:58). Malam terbuat dari beberapa bahan utama seperti Lilin,

Gondorukem, Kote, parafin, minyak, lemak binatang, damar mata kucing dan

lain sebagainya.

Gambar 34 Wajan untuk Batik Cap Foto: Lana Rahmawati, 2015

(39)

5. Alat cap atau stempel

Alat cap ini terbuat dari tembaga dengan kombinasi besi sebagai permukaannya yang terdapat motif batik. Alat cap atau disebut pula canting cap adalah berbentuk stempel yang dibuat dari plat tembaga (Sewan, 1980: 30). Cap ini berfungsi untuk memindahkan malam dengan motif batik pada permukaan kain mori, ini sebagai pengganti canting dalam batik tulis. Ada beberapa jenis canting cap menurut motif yang dihasilkan dan fungsinya:

a. Cap motif tunggal

Alat cap ini hanya terdiri dari satu motif saja yang nantinya pada saat pengerjaan akan diulang-ulang tanpa aturan tertentu, karena alat capini tidak seperti yang lainnya. Alat cap ini bermotif utuh tanpa terpotong jadi peletakannya pada kain mori bebas.

Gambar 35

Malam untuk Batik Cap

(40)

b. Cap Buketan

Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif buketan pada kain mori.

c. Cap Nitik (anyaman)

Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif berupa anyaman atau seperti kotak-kotak.

Gambar 36

Stempel Cap Motif Tunggal Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 37 Cap Motif Buketan Foto: Lana Rahmawati, 2015

(41)

d. Cap Parang

Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif berbentuk parang.

e. Cap Byur

Alat cap ini berfungsi untuk menghasilkan motif byur atau motif yang rapat atau kecil.

Gambar 38 Cap Motif Anyaman Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 39 Cap Motif Parang Foto: Lana Rahmawati, 2015

(42)

f. Cap Byur Ceceg

Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif kecil-kecil yang terdiri dari titik.

g. Cap Bola

Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif bulat atau yang disebut bola. Gambar 40

Cap Motif Byur Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 41 Cap Motif Byur Ceceg Foto: Lana Rahmawati, 2015

(43)

h. Cap Pinggiran/Tumpal

Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif pada pinggiran kain atau yang sering disebut tumpal dalam istilah pembatikan.

Gambar 42 Cap Motif Bola Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 43 Cap Pinggiran/Tumpal Foto: Lana Rahmawati, 2015

(44)

i. Cap Pinggiran Tumbak

Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif pinggiran kain yang berbentuk segitiga atau tumbak.

j. Cap Pinggiran Enggok

Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif pinggiran kain yang berbentuk lengkung.

Gambar 44

Cap Pinggiran/Tumpal Motif Blabakan Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 45

Cap Pinggiran Motif Tumbak Foto: Lana Rahmawati, 2015

(45)

Berdasarkan pada motif batik dan bentuk capnya, maka terdapat beberapa cara menyusun cap pada permukaan kain, yang disebut jalannya pencapan.

Beberapa jalannya pencapan (lampah) itu antara lain:

1) Bergeser satu langkah kekanan dan satu langkah kemuka, ini disebut sistem tubrukan.

2) Bergeser setengah langkah kekanan dan satu langkah kemuka atau satu langkah ke kanan dan setengah langkah kemuka, ini disebut sistem

onda-ende.

3) Jalannya cap menurut arah garis miring, bergeser satu langkah atau setengah langkah dari sampingnya, ini disebut sistem parang.

4) Bila jalannya cap digeser melingkar, salah satu sudut dari cap itu tetap terletak pada satu titik, sistem ini disebut mubeng atau berputar.

Gambar 46

Cap Pinggiran Motif Enggok Foto: Lana Rahmawati, 2015

(46)

jalannya pengecapan dua cap tersebut berjalan berdampingan. Ini disebut sistem mlampah sareng atau berjalan bersama (Sewan, 1980:30-31). b. Proses Produksi Batik Cap:

1. Batik Cap Bedesan

Teknik Batik Bedesan,cara ini merupakan cara yang digunakan dalam pembuatan batik secara cepat, jadi cara ini biasanya digunakan dalam proses pembuatan batik cap. Proses pembuatan batik ini urutan pengerjaan dibalik dan tidak terdapat pengerjaan ngerok atau nglorod dan mbironi kain (Sewan, 1980:11). Pada batik cara ini tidak akan terdapat warna biru karena warna yang dihasilkan nantinya adalah warna hitam dan coklat. Proses produksi batik teknik bedesan di Danar Hadi:

a) Kain mori celup warna dasar terlebih dahulu, warna yang digunakan beragam mulai dari merah, hijau, coklat, orange dan lain sebagainya

Gambar 47

Proses Pewarnaan Kain Mori Foto: Lana Rahmawati, 2015

(47)

c) Proses pemolaan, yakni pembuatan pola kemeja pada kain sebagai acuan pengecapan motif batik cap

d) Proses pengecapan batik, yakni pelekatan malam pada kain menggunakan stempel atau cap.

Gambar 48 Proses Fiksasi Kain Mori Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 49

Proses Pemolaan Kain Mori Foto: Lana Rahmawati, 2015

(48)

e) Proses quality control, untuk mengecek kerapihan dan ketepatan dari hasil batikan cap

f) Proses nyoga. Kain diwarna soga dengan teknik pewarnaan celup Gambar 50

Proses Pengecapan Batik Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 51 Proses Quality Control Foto: Lana Rahmawati, 2015

(49)

g) Kain difiksasi menggunakan H2O2 agar warnanya awet dan tidak mudah luntur, kain direndam selaam kurang lebih 10 menit

h) Kain direndam dengan larutan soda abu, untuk menetralisir kain setelah direndam air keras.

Gambar 52 Proses nyoga

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 53 Proses Fiksasi Foto: Lana Rahmawati, 2015

(50)

i) Proses quality control yang kedua untuk mengecek hasil pewarnaan

j) Proses nglorod untuk menghilangkan seluruh malam yang ada dikain Gambar 54

Proses Perendaman Soda Abu Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 56 Proses Nglorod Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 55

Proses Quality Control Hasil Pewarnaan Foto: Lana Rahmawati, 2015

(51)

Teknik Kelengan, cara ini merupakan cara pewarnaan batik yang hanya dengan satu warna yang zaman dulu berwarna biru tua. Sebagai variasi dan perkembangan dari batik kelengan ini, pada suatu saat (sekitar 1964) terkenal lah apa yang disebut “batik ganefo” yaitu suatu tipe batik semacam batik kelengan tetapi tidak berwarna biru tua melainkan warna-warna tajam seperti merah, hijau, violet, oranye dan sebagainya (Sewan, 1980: 13).

Proses produksi batik teknik kelengan di Danar Hadi:

a) Kain mori dipola sesuai dengan fungsinya, seperti pada proses di atas b) Kain masuk pada tahap pengecapan batik sesuai dengan motif yang telah

ditentukan

c) Proses quality control tahap pertama

d) Kain diwarna dasar dengan teknik pencelupan, untuk memberi warna pada seluruh kain. Batik kelengan hanya menggunakan satu macam warna saja, selebihnya akan berwarna putih yakni bagian yang tertutup malam

Gambar 57 Proses Pengecapan Batik Foto: Lana Rahmawati, 2015

(52)

pengunci warna H2O2

f) Kain direndam pada larutan soda abu selama 10-15 menit

g) Hasil pewarnaan kain dicek pada tahap quality control yang kedua

i) Proses nglorod, untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel di kain

3. Batik Cap Pekalongan

Teknik Pekalongan, batik cara ini biasanya berwarna cerah dan tajam serta tidak ada proses medel didalamnya. Cara ini awalnya hanya digunakan dalam pembuatan sarung saja. Batik Pekalongan pada umumnya berbentuk sarung, yang mempunyai motif dan cara pembuatan yang khusus (Sewan, 1980:12).

Proses produksi batik teknik pekalongan di Danar Hadi: a) Kain mori dipola seperti pada proses sebelumnya b) Kain masuk pada tahap pengecapan batik

c) Kain dicek hasil batikannya pada tahap quality control

d) Kain diwarna dengan teknik pewarnaan colet, karena hanya beberapa bagian saja yang nantinya akan diwarna pada proses ini

(53)

e) Nutup kelir, yakni pembatikan yang bertujuan untuk menutup bagian yang ingin tetap berwarna, tanpa nglorod malam terlebih dahulu

f) Kain diwarna kembali dengan teknik pewarnaan celup Gambar 58

Proses Pewarnaan Colet Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 59 Proses Nutup Kelir Foto: Lana Rahmawati, 2015

(54)

menit

h) Kain direndam dalam larutan soda abu selama 10-15 menit

i) Kain dicek hasil pewarnaannya pada tahap quality control yang kedua j) Kain dilorod untuk menghilangkan seluruh malam yang melekat di

kain

4. Batik Cap Remukan Wonogiren

Teknik remukan wonogiren, pertama kain dilipat atau digulung kemudian dikerjakan agar lilin yang menempel pada kain pecah-pecah, misalnya dengan diinjak-injak atau dibanting-banting. Bila lilin itu sukar pecah, sebaiknya lebih dulu direndam sebentar dalam larutan kostik soda (Sewan, 1980: 16). Untuk membuat batik dengan proses ini sebaiknya dipakai jenis lilin yang mudah pecah. Hasil dari remukan wonogiren ini batik yang berwarna putih diatas warna dasar dengan pecah-pecah pada gambar dengan warna soga atau warna lain. Efek pecah-pecah pada gambar itu dapatt dibuat variasi dengan pengerjaan “pecah-celup” sampai dua kali atau lebih, dimana warnanya dibuat makin lama makin muda.

Proses produksi batik teknik remukan wonogiren di Danar Hadi: a) Kain mori dipola sesuai dengan fungsinya

b) Kain dibatik dengan teknik batik cap

c) Hasil batikan dicek pada tahap quality control d) Kain diwarna dasar dengan teknik pewarnaan celup

e) Kain difiksasi, direndam dalam larutan H2O2 selama kurang lebih 10 menit

(55)

g) Kain masuk pada tahap nutup kelir¸yakni untuk menutup bagian yang sudah diwarna tadi

h) Hasil pewarnaan dicek pada tahap quality control yang kedua

i) Kain dilipat lalu diinjak-injak atau dipukul-pukul agar malam yang menempel dikain pecah (remuk), sebelum diremuk kain terlebih dahulu direndam selama semalam agar hasil remukannya lebih bagus

j) Proses nyoga, kain dicelup warna coklat k) Kain difiksasi selama kurang lebih 10 menit l) Kain direndam larutan soda abu

m) Proses nglorod untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel dikain

5. Batik Cap Kombinasi

Teknik Kombinasi, batik dengan cara ini adalah proses pembuatan batik yang mengkombinasikan berbagai macam teknik batik. Sebagai contoh teknik batik remukan wonogiren dikombinasikan dengan teknik batik

Gambar 60 Proses Peremukan Malam Foto: Lana Rahmawati, 2015

(56)

bahwa warna soga dua macam, yang satu sebagai bayangan yang lain disertai efek pecahan wonogiren ditengah-tengahnya (Sewan, 1980: 18). Proses produksi batik teknik kombinasi di Danar Hadi:

a) Kain mori dipola

b) Kain dicap pada tahap pengecapan batik

c) Kain dicek hasil batikannya pada tahap quality control yang pertama d) Di beberapa bagian motif diwarna dengan teknik pewarnaan colet e) Proses Nutup kelir untuk menutup bagian yang telah diwarna

f) Kain dilipat lalu diinjak-injak atau dipukul-pukul agar malam yang menempel dikain pecah

g) Proses nyoga. Kain dicelup warna soga h) Kain difiksasi selama kurang lebih 10 menit

i) Kain direndam dalam larutan soda abu selama 10-15 menit j) Kain dicek akhir pada tahap quality control yang kedua

k) Proses nglorod untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel di kain

3. Batik Kombinasi Tulis dan Cap

Batik kombinasi tulis dan cap adalah kain batik yang cara membuatnya khususnya dalam membentuk motif atau corak batik dengan menggabungkan teknik batik tulis dan cap. Biasanya pada bagian motif yang besar atau motif utamanya yang dibatik dengan canting dan untuk

(57)

stempel atau cap.

Alat dan bahan yang digunakan pada batik cap kombinasi ini sama dengan alat dan bahan yang digunakan pada batik tulis dan batik cap. Batik kombiansi ini menyatukan 2 teknik batik di atas.

Teknik batik kombinasi yang digunakan Danarhadi ada 2, yakni teknik batik kombinasi lorodan dan teknik batik kombinasi pekalongan. Kedua teknik batik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Proses Produksi Batik Kombinasi Tulis dan Cap 1. Batik Kombinasi Lorodan

Teknik Batik Lorodan, cara ini hampir sama dengan cara kerokan, dimana menghilangkan sebagian lilin pada tengah-tengah proses dikerjakan dengan cara nglorod (Sewan, 1980: 16). Cara ini menghasilkan efek yang berbeda dengan teknik kerokan, batik yang dibuat dengan cara ini batas antara warna putih dan soga akan tegas, begitu pula batas antara warna dasar dan gambar sebagian besar merupakan batas yang tegas. Cara ini lebih cocok untuk lukisan atau corak yang banyak menggunakan isen garis-garis kecil dan cecek.

Proses produksi batik kombinasi teknik lorodan di Danar Hadi: a) Kain mori dipola lalu dicorek seperti pada tahapan batik tulis

(58)

b) Pada motif yang sudah dicorek lalu diklowongi, yakni dibatik dengan teknik batik tulis

Gambar 61 Proses Pemolaan kain Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 62 Proses Nyorek Foto: Lana Rahmawati, 2015

(59)

c) Pada bagian motif yang lain dicap pada tahap pengecapan batik

d) Kain dicek hasil batikannya pada tahap quality control Gambar 63

Proses Nglowongi Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 64 Proses Pengecapan Batik Foto: Lana Rahmawati, 2015

(60)

e) Pada bagian tertentu kain diwarna dengan teknik pewarnaan colet

f) Proses nglorod tahap pertama untuk menghilangkan seluruh malam Gambar 65

Proses Quality Control Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 66 Proses Pewarnaan Colet Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 67 Proses Nglorod Tahap 1 Foto: Lana Rahmawati, 2015

(61)

g) Proses mbironi untuk menutup bagian motif yang ingin tetap berwarna dan yang ingin tetap putih

h) Kain diwarna dasar dengan teknik pewarnaan celup

i) Kain difiksasi selama kurang lebih 10 menit Gambar 68 Proses Mbironi Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 69 Proses Pewarnaan Celup Foto: Lana Rahmawati, 2015

(62)

j) kain direndam dalam larutan soda abu selama 10-15 menit

k) Kain masuk pada tahap quality control yang kedua untuk mengecek hasil akhir dari pewarnaan kain

Gambar 70 Proses Fiksasi Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 71

Proses Perendaman Larutan Soda Abu Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 72 Proses Quality Control Foto: Lana Rahmawati, 2015

(63)

2. Batik Kombinasi Pekalongan

Teknik Batik Pekalongan, batik cara ini biasanya berwarna cerah dan tajam serta tidak ada proses medel didalamnya. Cara ini awalnya hanya digunakan dalam pembuatan sarung saja. Batik Pekalongan pada umumnya berbentuk sarung, yang mempunyai motif dan cara pembuatan yang khusus (Sewan, 1980:12).

Proses produksi batik kombinasi teknik pekalongan di Danar Hadi: a) Kain mori dipola dan dicorek

b) Motif yang dikerjakan dengan teknik batik tulis kemudian diklowongi c) Kain di cap pada tahap pengecapan batik

d) Hasil batikan dicek pada tahap quality control

e) Beberapa bagian motif diwarna dengan teknik pewarnaan colet f) Nutup kelir, untuk menutup bagian yang ingin tetap berwarna ataupun

yang ingin tetap putih

Gambar 73 Proses Nglorod Tahap 2 Foto: Lana Rahmawati, 2015

(64)

h) Kain difiksasi selama 10 menit

i) Kain direndam dalam larutan soda abu selama 10-15 menit j) Proses nglorod tahap pertama

k) Proses nyoga. Kain dicelup warna soga kuning l) Kain difiksasi selama 10 menit

m) Kain direndam dalam larutan soda abu selama 10-15 menit

n) Kain dicek pada tahap quality control yang kedua untuk mengecek hasil warna batik

o) Proses nglorod tahap 2

Dari hasil penelitian mengenai 3 teknik dan proses produksi batik di atas, dapat disimpulkan bahwa batik tulis merupakan batik yang tahap proses produksinya paling panjang dan rumit. Untuk batik cap efisiensi waktu pengerjaannya sangat memungkinkan untuk diproduksi secara massal. Batik tulis walaupun pengerjaannya lama tapi kualitas dan mutu barangnya dijamin bagus dan tidak ada duanya, karena tiap motif yang dikerjakan secara manual tentu hasilnya akan berbeda di tiap produk yang dihasilkan. Ini menambah nilai eksklusif dari batik itu sendiri. Batik cap memang tidak kalah dengan batik tulis karena motif-motif geometri yang dihasilkan batik cap tentu lebih bagus dibandingkan dengan proses tulis. Ini membuat batik cap motif geometri banyak dipesan di Danarhadi sebagai seragam sebuah instansi negeri atau swasta.

(65)

Dihasilkan

Seni rupa adalah ilmu yang mencakup ilmu bentuk, filsafat, estetika, teknik presentasi dan seterusnya. Pada subab ini akan membahas estetika dari visual motif batik terkait dengan teknik batik yang diterapkan di Danar Hadi.

Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif batik disebut juga corak batik atau pola batik (Sewan, 1980: 212). Dalam sehelai kain batik ada beberapa motif yang terdapat didalamnya, ada yang berperan sebagai motif utama dan ada pula yang berperan sebagai motif pendukung. Motif batik yang digunakan di Danar Hadi ada 2 yakni motif tradisional dan motif kontemporer.

Ornamen motif batik dibedakan lagi menjadi tiga yakni ornamen utama, ornamen pengisi dan isen. Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang menentukan dari pada motif tersebut dan pada umumnya ornamen-ornamen utama itu masing-masing mempunyai arti, sehingga susunan ornamen itu dalam suatu motif membuat jiwa atau arti dari motif tersebut (Sewan, 1980: 212). Ornamen pengisi ialah ornamen-ornamen yang berfungsi sebagai pengisi bidang untuk memperindah motif secara keseluruhan. Ornamen pengisi ini bentuknya lebih kecil dan lebih sederhana, sedang yang digambarkan dapat berbagai macam bentuk burung, bentuk binatang sederhana atau bentuk tumbuhan (Sewan, 1980: 278). Isen motif adalah berupa titik-titik, garis, gabungan garis dan titik yang berfungsi sebagai pengisi bidang ornamen dari motif atau pengisi bidang diantara ornamen-ornamen tersebut (Sewan, 1980: 212). Isen jumlahnya banyak sekali, berikut beberapa contoh isen yang masih digunakan sampai sekarang.

(66)

Cecek-pari, kembang suruh, sawut, galaran, rambutan, sirapan, cacah gori dan lain

sebagainya.

Warna merupakan unsur rupa yang tidak dapat berdiri sendiri, ada beberapa unsur lain yang mendukung seperti bentuk dan garis. Warna memiliki peranan penting dalam pembuatan produk batik tulis, karena komposisi warna yang tepat akan menghasilkan produk batik yang berkualitas. Keindahan bentuk suatu motif juga tergantung dengan warna yang digunakan (Sadjiman, 2005:27).

Warna yang dihasilkan pada produk batik di PT Batik Danar Hadi saat ini ada 2 jenis warna yaitu warna kontras dan dimensi value. Produk batik tulis yang menggunakan warna kontras biasanya juga memadukan gelap dan terang dari warna kontras tersebut untuk penyeimbang suatu desain batik tulis. Jenis warna kontras ada 4 jenis komposisi warna kontras diantaranya kontras komplemen, kontras split komplemen, kontras triad komplemen, kontras tetrad komplemen dapat dijabarkan sebagai berikut:

Warna kontras adalah warna yang saling berjauhan satu sama lain. Pada lingkaran warna semakin jauh jarak antara warna satu dengan yang lain maka warnanya semakin kontras. Ada 4 jenis warna kontras yaitu:

Kontras komplemen (kontras dua warna) adalah dua warna yang saling berhadapan dalam lingkaran warna disebut komplementer, warna-warna yang paling kontras, karena dua warna tersebut memiliki jarak paling jauh dalam lingkaran warna (Sadjiman, 2005:33).

Kontras Split Komplementer adalah warna-warna yang bersebelahan dalam lingkaran warna yang membentuk segitiga (Tiwi, 2008: 38). Warna yang

(67)

biru. Warna ini termasuk warna split komplementer karena warna yang bersebrangan dengan arah menyimpang.

Kontras Triad Komplemen (kontras segi tiga atau kontras tiga warna) Komposisi warna triad komplementer adalah susunan warna yang berbentuk segi tiga sama sisi ( Sadjiman, 2005:34).

Kontras Tetrat Komplemen (Kontras Dobel Komplemen atau Kontras Empat Warna) adalah susunan warna yang berbentuk segi empat sama sisi ( Sadjiman, 2005:34-35).

Pada sub bab ini akan membahas tentang visual motif batik terkait dengan teknik batik yang digunakan batik Danarhadi. Dari aspek pola motif batik, struktur motif batik serta komposisi warna motif batik.

1. Visual Motif Batik Tulis

Batik tulis memiliki ciri khas yang berbeda dengan batik dengan teknik lainnya. Setiap motif yang dihasilkan dari para tangan pembatik akan berbeda-beda hasilnya, meskipun motifnya sejenis. Visual motif yang dihasilkanpun juga berbeda antara motif satu dan yang lainnya, ada karakteristik tersendiri dari tiap teknik yang digunakan.

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menciptakan sebuah desain motif batik yakni, komposisi motif, struktur motif dan komposisi warna seperti yang sudah dijelaskan di atas.

(68)

Gambar 74

Motif Batik Tulis Lorodan dengan Pola Allover dan Komposisi Warna Tetrat Komplementer

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 75

Motif Batik Tulis Lorodan dengan Pola Panel dan Komposisi Warna Analogus

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 76

Motif Batik Tulis Lorodan dengan Pola Jumping dan Komposisi Warna Triad Komplementer

(69)

Dalam desain motifdi atas ada beberapa komposisi motif diantaranya desain allover, desain border, desain panel dan desain jumping. Desain motif

allover adalah desain yang bentuk standar dan umum, biasanya layout motif

penuh. Desain Motif border adalah desain yang layout motifnya disalah satu sisi atau kedua sisinya ada motif garis ataupun yang membentuk garis . Desain Panel adalah desain yang layout motifnya ada garis atau yang membentuk garis pada keempat sisinya. Desain Motif Jumping adalah desain yang layout nya penuh ada border dan ada motif allovernya, biasanya desain dibagi menjadi dua atau tiga bagian karena ukurannya sangat besar (Doddie, 2009:9-10). Pada batik tulis umumnya tidak terlalu banyak menggunakan pola allover karena ini anak memakan waktu pengerjaan yang sangat lama dalam proses pembatikannya.

Struktur motif pada kain batik di atas yakni dengan motif utama digambarkan lebih besar dari ornamen lainnya. Ornamen utama dalam motif batik

Gambar 77

Motif Batik Tulis Lorodan dengan Pola Border dan Komposisi Warna Triad Komplementer

(70)

Ornamen tumbuhan digambarkan secara stilir dari salah satu bagian, misalnya bunga, sekelompok daun atau kuncup atau rangkaian dari daun dan bunga (Sewan, 1980: 263). Motif pengisinya yakni bentuk rangkaian daundan batang atau yang sering disebut dengan lung-lungan. Isen-isen motif yang digunakan dalam motif tesebut adalah ceceg pitu, ceceg sawut, pari, kembang suruh dan

robyong.

Warna-warna motif di atas merupakan warna tetrad komplemen, adalah warna kontras yang menggunakan kontras segi empat (double complement). Semua bentuk segi empat sama sisi yang dapat dibuat dalam lingkaran warna misalnya merah, hijau, kuning dan biru (Sadjiman, 2005: 34-35).Warna-warna motif di atas merupakan warna triad komplementer yakni merah, hijau dan krem. Kontras Triad Komplemen (kontras segi tiga atau kontras tiga warna). Komposisi warna triad komplementer adalah susunan warna yang berbentuk segi tiga sama sisi ( Sadjiman, 2005:34). Warna-warna di atas termasuk dalam komposisi warna analogus, adalah warna-warna yang saling ada hubungan. Berpedoman pada lingkaran warna (skala hue), semua warna-warna yang berdekatan letaknya pada lingkaran warna, misalnya merah, merah jingga dan merah ungu (Sadjiman, 2005: 33).

Motif batik lorodan memiliki ciri khas warna yang tidak terlalu banyak menggunakan warna yang mencolok, warnanya cenderung soft. Dan pola motif yang digunakan juga beragam mulai dari pola motif allover, border, panel dan

(71)

pewarna tekstil terlihat sangat tegas karena adanya proses nglorod dan mbironi. b) Motif Batik Tulis Kelengan

Gambar 78

Motif Batik Tulis Kelengan dengan Pola Spot dan Komposisi Warna Value

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 79

Motif Batik Tulis Kelengan dengan Pola Allover dan Komposisi Warna Value

(72)

Komposisi desain motif batik di atas merupakan komposisi motif spot,

allover dan border. Desain motif spot adalah desain yang layout motifnya hanya

ada pada beberapa tempat tertentu yang diinginkan seperti pada bagian baju depan, bawah atau atas biasanya dipakai untuk teknik painting (Doddie, 2009: 9).

Struktur motif batik di atas dengan ornamen utama lung-lungan, parang dan garing lengkung. Semua gambar motif merupakan motif utama karena ukurannya sama besar serta jenis motifnya pun sama. Motif pengisinya hanya beberapa bunga-bunga kecil pada motif parang sebagai penghias pinggiran kain, sedangkan untuk isen-isennya menggunakan isen-isen pari, ceceg dan kembang

suruh.

Warna dasar kain batik di atas berwarna hitam dan putih serta biru tua dan putih. Warna-warna motif di atas merupakan komposisi warna dimensi value adalah dimensi mengenai gelap terang atau tua muda warna dapat disebut dengan istilah “ brightness” warna (Sadjiman, 2005:42).

Gambar 80

Motif Batik Tulis Kelengan dengan Pola Border dan Komposisi Warna Value

Referensi

Dokumen terkait

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Kusbandiyah (2008) Pengaruh Locus of Control , Komitmen Profesi Dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Perilaku

Dari grafik gambar 3, untuk kelas A, soal yang mengalami peningkatan jumlah mahasiswa yang menjadi paham konsep setelah remidiasi sebanyak 50% lebih, ada 2 soal, yaitu soal

Oleh karena itu, yang akan dilakukan judul penelitiannya adalah “Pengelolaan Evaluasi Pembelajaran oleh Kepala Madrasah dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di

Implementasi pandangan filosofis bangsa dimaksud terkait dengan negara dan hubungannya dengan warga negara mengenai kehidupan beragama: menjadikan Pancasila dengan Ketuhanan

Semangat dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik

peserta didik aktif dalam pembelajaran tersebut serta berusaha menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan yang diaajukan oleh guru. Dari hasil penelitian menjelaskan bahwa

Suawardi Endraswara (2005:5) membuat definisi bahwa, “penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tidak menyertakan angka-angka, tetapi mengutarakan kedalaman

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia