• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN, MEROKOK DAN OLAH RAGA DENGAN KEJADIAN STROKE ISKEMIK BERULANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN, MEROKOK DAN OLAH RAGA DENGAN KEJADIAN STROKE ISKEMIK BERULANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Neurona Vol. 28 No. 4 Juli 2011

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN, MEROKOK

DAN OLAH RAGA DENGAN KEJADIAN STROKE ISKEMIK

BERULANG

Pukovisa Prawiroharjo*, Wiji Lestari**, Salim Harris***

ABSTRACT

Introduction: Lifestyles such as consuming behavior, smoking, and sport have been investigated

to have relationships with ischemic stroke events. Consumptions of fish, vegetable-and-fruit, and aerobic sport are protective in primary prevention of ischemic stroke. Conversely, excessive coffee consumption and smoking are risk factors of ischemic stroke event. But there were no available study which investigates those factors and their relationship with recurrent ischemic stroke events (RISE) in purpose of secondary preventive efforts.

Method: Case-control study designed on post ischemic stroke patients who were routinely

check-up in Cipto-Mangunkusumo-Hospital (RSCM) Neurology Outward during February 2010. “Case group” refer to patients who had RISE in recent one year, while “control group” refer to patients who had only once ischemic stroke more than one year ago. Data was gathered from interviews about lifestyles during one recent year and analyzed with chi-square and logistic regression.

Result: 52 subjects obtained, consists of 24 as “case group” and 28 as “control group”.

Demographic characteristics show no significant difference between “case group” and “control group” in age, sex, and several major risk factors of stroke. Lower incidence of RISE has correlation with vegetable-and-fruit consumption ≥10portions/week (OR:0,168;95%CI:0,04–0,714;p=0,01), fish consumption ≥1x/week (OR:0,33;95%CI:0,86–1,284;p=0,1), and aerobic sport at least 30 minutes ≥3x/week (OR:0,216;95%CI:0,065–0,713;p=0,01). Conversely, higher incidence of RISE has correlation with coffee consumption ≥ 3 cups/day (OR:2,4;95%CI:1,7–2,5;p=0,016), and smoking in recent one year (OR:27;95%CI:3,144–231,871;p<0,001). With logistic regression analysis, significant relationship only occurs in smoking (as risk factor) and sport (as protective factor) due to RISE.

Conclusion: This study suggests that consuming vegetable and fruit ≥10portions/week and

aerobic sport at least 30 minutes ≥3x/week have protective effects against RISE. Conversely, coffee consumption ≥ 3cups/day and smoking increase incidences of RISE.

Keywords: Case-control, coffee, consuming behavior, fish, lifestyle, recurrent ischemic stroke,

smoking, sport, vegetable and fruit

ABSTRAK

Pendahuluan: Faktor-faktor yang termasuk gaya hidup seperti kebiasaan makan, merokok, olahraga, dan kaitannya dengan kejadian stroke iskemik telah dikaji oleh beberapa studi. Konsumsi makanan terutama ikan, sayur dan buah, serta kebiasaan olahraga dinilai memiliki efek protektif dalam pencegahan primer stroke iskemik. Sementara konsumsi kopi berlebihan serta merokok dinilai sebagai faktor risiko kejadian stroke iskemik. Namun belum ada studi, termasuk di Indonesia, yang meneliti faktor-faktor ini dikaitkan dengan kejadian stroke iskemik berulang dalam upaya pencegahan sekunder. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan makan (dalam hal ini frekuensi konsumsi ikan, sayur dan buah, serta kopi), kebiasaan merokok, serta olahraga dengan kejadian stroke iskemik berulang pada pasien post-stroke iskemik.

Metode: Penelitian ini menggunakan studi kasus-kontrol pada pasien post-stroke iskemik yang rutin rawat jalan di poliklinik saraf RSCM selama bulan Februari 2010. Kelompok kasus ialah pasien stroke iskemik yang mengalami serangan ulang dalam satu tahun terakhir. Kelompok kontrol ialah pasien dengan stroke pertama kali sekurang-kurangnya 1 tahun terakhir dan tidak pernah berulang. Data dikumpulkan dengan wawancara mengenai kebiasaan dalam setahun terakhir. Kebiasaan makan yang termasuk dalam studi ini

(2)

Neurona Vol. 28 No. 4 Juli 2011 adalah konsumsi ikan, sayur dan buah serta kopi, sedangkan olahraga yang dimaksud adalah olahraga aerobik. Data dianalisis secara statistik menggunakan chi square dan regresi logistik. Hasil: Didapatkan 52 subyek yang terdiri atas 24 subyek kelompok kasus serta 28 subyek kelompok kontrol. Kejadian stroke iskemik berulang yang lebih rendah berhubungan dengan konsumsi sayur dan buah-buahan ≥10 porsi/minggu (OR 0,168; 95% CI 0,04–0,714; p=0,01), konsumsi ikan ≥1x/minggu (OR 0,33; 95% CI 0,86–1,284; p=0,1) dan kebiasaan olahraga aerobik setidaknya 30 menit ≥ 3x/minggu (OR 0,216; 95% CI 0,065–0,713; p=0,01). Sedangkan peningkatan kejadian stroke iskemik berulang berhubungan bermakna dengan konsumsi kopi ≥3 cangkir/hari (OR 2,4; 95% CI 1,7–2,5; p=0,016) dan kebiasaan merokok 1 tahun terakhir (OR 27; 95% CI 3,144–231,871; p <0,001). Analisis regresi logistik memperlihatkan hubungan bermakna hanya didapatkan pada kebiasaan merokok dan olahraga terhadap kejadian stroke iskemik berulang.

Kesimpulan: Studi ini menunjukkan bahwa konsumsi buah dan sayur ≥10 porsi per minggu serta olahraga aerobik ≥3 kali seminggu selama 30 menit menurunkan kejadian stroke iskemik berulang. Di sisi lain, konsumsi kopi ≥3 cangkir sehari dan kebiasaan merokok dalam setahun terakhir meningkatkan insidens stroke iskemik berulang.

Kata kunci: Gaya hidup, kasus kontrol, kebiasaan makan, konsumsi ikan, kopi, merokok, olahraga aerobik, sayur dan buah, stroke iskemik berulang.

* Peserta Pendidikan Dokter Spesialis Saraf , Departemen Neurologi FKUI/RSCM, Jakarta ** Mahasiswa S2 Gizi Klinik FKUI/RSCM, Jakarta

*** Staf Divisi Neurovaskular Departemen Neurologi FKUI/RSCM, Jakarta

PENDAHULUAN

Pencegahan stroke iskemik berulang merupakan tujuan utama dari kontrol pasien-pasien rawat jalan pasca stroke iskemik secara rutin di poliklinik neurologi. Stroke iskemik berulang akan memperburuk kualitas hidup pasien. Kejadian stroke iskemik berulang dalam setahun pada studi populasi di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 200.000 dari keseluruhan 700.000 kasus stroke iskemik.1 Mempertimbangkan keutamaan upaya pencegahan sekunder serta masih tingginya prevalensi stroke iskemik berulang, maka diperlukan upaya pencegahan sekunder yang optimal. Salah satu upaya tersebut ialah dengan modifikasi gaya hidup yang sungguh perlu menjadi perhatian para tenaga kesehatan yang merawat pasien stroke iskemik. Faktor-faktor yang termasuk gaya hidup seperti kebiasaan makan, merokok, olahraga, dan kaitannya dengan kejadian stroke iskemik pertama kali telah dikaji oleh beberapa studi. Konsumsi makanan terutama ikan, sayur dan buah, serta kebiasaan olahraga dinilai memiliki efek protektif dalam pencegahan primer stroke iskemik. Sementara konsumsi kopi berlebihan serta merokok dinilai sebagai faktor risiko kejadian stroke iskemik. Namun belum ada studi, termasuk di Indonesia, yang meneliti faktor-faktor ini dikaitkan dengan kejadian stroke iskemik berulang dalam upaya pencegahan sekunder.

TUJUAN

Mengetahui hubungan antara kebiasaan makan (dalam hal ini frekuensi konsumsi ikan, sayur dan buah, serta kopi), kebiasaan merokok, serta olahraga dengan kejadian stroke iskemik berulang pada pasien post-stroke iskemik.

METODE

Penelitian ini menggunakan studi kasus-kontrol pada pasien post-stroke iskemik yang rutin rawat jalan di poliklinik saraf RSCM selama bulan Februari 2010. Kelompok kasus ialah pasien stroke iskemik yang mengalami serangan ulang dalam satu tahun terakhir. Kelompok kontrol ialah pasien dengan stroke pertama kali sekurang-kurangnya 1 tahun terakhir dan tidak pernah berulang. Data dikumpulkan dengan wawancara mengenai gaya

(3)

Neurona Vol. 28 No. 4 Juli 2011 hidup dalam setahun terakhir yang meliputi kebiasaan makan, merokok, serta olahraga. Untuk menghindari kerancuan, pasien dengan gangguan fungsi luhur, disabilitas sedang-berat yang membuat mereka tidak dapat berolahraga, disfagia yang mempengaruhi pola makan tidak diikutkan pada studi ini.

Kebiasaan makan yang dilakukan dalam studi ini adalah konsumsi ikan, sayur dan buah serta kopi. Merokok pada studi ini ialah aktivitas merokok rutin hingga saat ini atau telah berhenti < 2 tahun. Sedangkan olahraga pada studi ini adalah olahraga aerobik yang dijalankan minimal selama 30 menit. Data dianalisis secara statistik menggunakan chi square dan regresi logistik.

HASIL

Didapatkan 52 subyek yang terdiri atas 24 subyek kelompok kasus serta 28 subyek kelompok kontrol. Gambaran proporsi masing-masing gaya hidup yang diteliti pada studi ini pada kelompok kasus serta kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar 1-5 di bawah ini.

(4)

Neurona Vol. 28 No. 4 Juli 2011 Kejadian stroke iskemik berulang yang lebih rendah berhubungan dengan konsumsi sayur dan buah-buahan ≥10 porsi/minggu (OR 0,168; 95% CI 0,04–0,714; p = 0,01), konsumsi ikan ≥ 1x/minggu (OR 0,33; 95% CI 0,86–1,284; p = 0,1) dan kebiasaan olahraga aerobik setidaknya 30 menit ≥ 3x/minggu (OR 0,216; 95% CI 0,065 – 0,713; p = 0,01). Sedangkan peningkatan kejadian stroke iskemik berulang berhubungan bermakna dengan konsumsi kopi ≥ 3 cangkir/hari (OR 2,4; 95% CI 1,7–2,5; p = 0,016) dan kebiasaan merokok 2 tahun terakhir (OR 27; 95% CI 3,144–231,871; p <0,001).

Analisis regresi logistik memperlihatkan hubungan bermakna hanya didapatkan pada kebiasaan merokok dan olahraga terhadap kejadian stroke iskemik berulang.

(5)

Neurona Vol. 28 No. 4 Juli 2011 PEMBAHASAN

Pada studi penelitian ini, didapatkan beberapa gaya hidup yang menunjukkan efek protektif terhadap kejadian stroke iskemik berulang, dan beberapa gaya hidup sebagai risiko terjadinya kejadian stroke iskemik berulang.

Konsumsi sayur dan buah, serta olahraga diidentifikasi sebagai gaya hidup yang menunjukkan efek protektif terhadap kejadian stroke iskemik berulang dan bermakna secara analisis bivariat menggunakan chi square. Konsumsi sayur dan buah ≥10 porsi/minggu (OR 0,168; 95% CI 0,04–0,714; p = 0,01) menurunkan sekitar 6 kali lipat kejadian stroke iskemik berulang. Bazzano et al menyatakan konsumsi sayur dan buah ≥ 3 kali sehari memiliki efek protektif dibandingkan konsumsi sayur dan buah < 10 porsi/minggu.2 Pada penelitian ini dengan keterbatasan sampel yang ada hanya membagi kelompok ≥ 10 porsi seminggu dengan < 10 porsi seminggu. Johnsen et al dalam penelitiannya juga membuat kategorisasi sayur dan buah yang dikonsumsi berdasarkan kandungan anti oksidan dan mineral lainnya.3 Hal inilah yang menjadi kelemahan pada studi ini. Maka diperlukan studi dengan sampel lebih besar dan lebih spesifik lagi dalam pembagian kategori sayur dan buah dalam hubungannya dengan kejadian stroke iskemik berulang.

Olahraga aerobik minimal 3 kali seminggu selama 30 menit (OR 0,216; 95% CI 0,065 – 0,713; p = 0,01) menurunkan sekitar 4 kali lipat kejadian stroke iskemik berulang. Pola olahraga seperti ini yang menjadi rekomendasi berbagai senter pendidikan untuk menurunkan kejadian vaskular, termasuk di dalamnya stroke iskemik. Hasil ini sejalan dengan studi pada Physicians’Health Study (nilai Relative Risk = 0,86) pada olahraga aerobik minimal 3 kali sehari selama 30 menit.1

Di samping konsumsi sayur dan buah, serta olahraga, konsumsi ikan juga menunjukkan tren ke arah efek protektif, meskipun pada studi ini tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistika (OR 0,33; 95% CI 0,86–1,284; p = 0,1). Penelitian hubungan antara konsumsi ikan dengan stroke iskemik menunjukkan hasil bervariasi. He et al menyatakan konsumsi ikan minimal 1x seminggu memiliki efek protektif terhadap kejadian stroke iskemik.4

Di sisi lain, konsumsi kopi ≥ 3 cangkir/hari serta kebiasaan merokok diidentifikasi sebagai faktor risiko terhadap kejadian stroke iskemik berulang dan bermakna secara analisis bivariat menggunakan chi square. Konsumsi kopi ≥ 3 cangkir/hari (OR 2,4; 95% CI 1,7–2,5; p = 0,016) meningkatkan lebih dari 2 kali lipat kejadian stroke iskemik berulang. Penelitian mengenai konsumsi kopi menunjukkan hasil yang bervariasi, mulai dari kopi justru memiliki efek protektif, hingga menjadi faktor risiko. Belum juga ditemukan batasan konsumsi kopi yang menjadi standar. Hu et al menyatakan konsumsi kopi ≥ 3 cangkir/hari meningkatkan risiko hampir 2 kali lipat pada kejadian stroke iskemik pertama kali.5 Batasan konsumsi kopi ≥ 3 cangkir/hari ini pula yang ditetapkan pada studi ini. Lopez-Garcia et al juga menganalisis minuman-minuman yang mengandung kafein untuk kemudian dilakukan akumulasi kadar kafein pada subyek penelitian.6 Hal ini yang menjadi kelemahan dari penelitian ini. Diperlukan penelitian yang lebih teliti menganalisis bahan makanan dan minuman yang mengandung kafein, bersama dengan konsumsi kopi, untuk kemudian dihubungkan dengan kejadian stroke iskemik berulang.

Pada faktor risiko kebiasaan merokok (OR 27; 95% CI 3,144–231,871; p <0,001) selain bermakna pada analisis bivariat, juga merupakan faktor risiko yang bermakna pada analisis multivariat dengan regresi logistik. Dari analisis ini didapatkan kelompok yang memiliki kebiasaan merokok yang belum berhenti dalam dua tahun terakhir ternyata memiliki tingkat kerentanan hingga 27 kali lipat mengalami stroke iskemik berulang dibandingkan mereka yang tidak merokok sama sekali atau telah berhenti > 2 tahun yang lalu. Dipilihnya masa > 2 tahun yang lalu oleh karena menurut penelitian, risiko penyakit vaskuler menurun drastis setelah penghentian merokok > 2 tahun.1 Thom et al menyatakan bahwa peningkatan risiko

(6)

Neurona Vol. 28 No. 4 Juli 2011 stroke baru terjadi pada kelompok perokok berat dengan > 40 batang sehari.1 Namun pada penelitian ini tidak ada baik di kelompok kontrol maupun kasus yang dapat dikategorikan perokok berat. Maka dilakukan modifikasi pada penelitian ini, cukup dengan masih aktif merokok dalam 2 tahun terakhir atau tidak. Modifikasi ini juga oleh karena mayoritas subyek yang merokok sebelum ia mengalami stroke iskemik pertama kali, setelah terjadi stroke, banyak dari mereka yang berhenti merokok. Namun tetap tidak menggunakan tingkat konsumsi rokok seperti jumlah batang sehari menjadi kelemahan pada penelitian ini. Diperlukan penelitian yang lebih dapat menggambarkan tingkat konsumsi rokok dan terjadinya stroke iskemik berulang.

Analisis multivariat dengan regresi logistik juga dilakukan pada studi ini dan memperlihatkan hubungan bermakna hanya didapatkan pada kebiasaan merokok dan olahraga terhadap kejadian stroke iskemik berulang.

KESIMPULAN

Studi ini menunjukkan bahwa:

1. Konsumsi buah dan sayur ≥ 10 porsi per minggu serta olahraga aerobik ≥ 3 kali seminggu selama 30 menit menurunkan kejadian stroke iskemik berulang.

2. Konsumsi kopi ≥ 3 cangkir sehari dan kebiasaan merokok dalam setahun terakhir meningkatkan insidens stroke iskemik berulang.

3. Dari analisis regresi logistik, hubungan bermakna hanya didapatkan pada kebiasaan merokok (sebagai faktor risiko) dan olahraga (sebagai efek protektif) terhadap kejadian stroke iskemik berulang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Thom T, Haase N, Rosamond W, Howard VJ, et al. Heart disease and stroke statistics— 2006 update: a

report from the American Heart Association Statistics Committee and Stroke Statistics Subcommittee.

Circulation. 2006. Vol. 113. p e85–e151.

2

Bazzano LA, He J, Ogden LG et al. Fruit and vegetable intake and risk of cardiovascular disease in US

adults: the first National Health and Nutrition Examination Survey Epidemiologic follow-up study.

American Journal of Clinical Nutrition. 2002. Vol, 76. p 93–9.

3

Johnsen SP, Overvad K, Stripp C. Intake of fruit and vegetables and the risk of ischemic stroke in a cohort

of Danish men and women. American Journal of Clinical Nutrition. 2003. Vol. 78. p 57–64.

4. He K, Rimm EB, Merchant A, et al. Fish consumption and risk of stroke in men. JAMA. 2002. Vol. 288. p 3130-3136.

5. Hu G, Jousilahti P, Nissinen A, Bidel S, Antikainen R, Tuomilehto J. Coffee consumption and the incidence

of antihypertensive drug treatment in Finnish men and women. American Journal of Clinical Nutrition. 2007.

Vol 86. p 457– 464.

6. Lopez-Garcia E, Rodriguez-Artalejo F, Rexrode KM, et al. Coffee consumption and risk of stroke in

(7)
(8)

Neurona Vol. 28 No. 4 Juli 2011

Referensi

Dokumen terkait

  Keywords: Kebiasaan merokok, PPOK 

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok, aktivitas fisik, riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Nguter..

hubungan antara stres, pola makan dan kebiasaan merokok dengan terjadinya. kekambuhan pada penderita hipertensi di Puskesmas

Simpulan Penelitian: Dari penelitian ini disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dan stroke hemoragik berdasarkan pemeriksaan

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Adakah hubungan antara obesitas dan kebiasaan merokok

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku merokok dan kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 18-44 tahun di

Perilaku makan yang tidak sehat seperti tinggi lemak, kurang sayur dan buah, makanan asin, makanan manis, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, stres serta minimnya aktivitas

Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan dengan kejadian gastritis pada