• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, perlu diperhatikan lebih dahulu mengenai pemahaman istilah strategi. Harold Koontz

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. diteliti, perlu diperhatikan lebih dahulu mengenai pemahaman istilah strategi. Harold Koontz"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Berbicara tentang pengertian “Strategi Humas dan Citra Perusahaan” sebagai objek yang diteliti, perlu diperhatikan lebih dahulu mengenai pemahaman istilah strategi. Harold Koontz menjelaskan kata “strategi” berasal dari Bahasa Yunani “strategos” memiliki makna cara yang berbeda untuk digunakan. Selanjutnya Harold Koontz menjelaskan strategi adalah menganalisa situasi yang terjadi pada saat sekarang ini untuk menetapkan sasaran (Koontz Harold, Cyril O’Donnel, 1959:88).

Strategi komunikasi antara berbagai tingkat dalam organisasi harus konsisten. Seringkali terjadi keputusan strategis yang dibuat pada tingkat-tingkat yang berbeda kurang dipahami. Oleh karena itu, peran spesialis public relations adalah untuk memastikan bahwa konsistensi diterapkan secara menyeluruh. Penerapan menyeluruh ini tidak berarti ‘umum’ atau ‘sama’.

Praktisi humas senantiasa dihadapkan pada tantangan dan harus menangani berbagai macam fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu hitam, putih, atau abu-abu. Perkembangan komunikasi tidak memungkinkan lagi bagi suatu organisasi untuk menutup-nutupi suatu fakta. Oleh karena itu, para personelnya kini jauh lebih dituntut untuk mampu menjadikan orang-orang lain memahami sesuatu pesan, demi menjaga reputasi atau citra lembaga atau perusahaan yang diwakilinya.

(2)

Sekarang ini banyak sekali perusahaan atau organisasi memahami perlunya memberi perhatian yang cukup untuk membangun suatu citra yang menguntungkan bagi perusahaan tidak hanya dengan melepaskan diri terhadap terbentuknya suatu kesan publik negatif. Dengan kata lain, citra perusahaan adalah fragile commodity (komoditas yang rapuh/mudak pecah). Namun, kebanyakan perusahaan juga meyakini bahwa citra perusahaan yang positif adalah esensial, sukses yang berkelanjutan dan dalam jangka panjang (Seitel, 1992:193).

Menurut Bill Canton dalam Sukatendel (1990) mengatakan bahwa citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi). Jadi, citra itu dengan sengaja perlu diciptakan agar bernilai positif. Citra itu sendiri merupakan salah satu asset terpenting dari suatu perusahaan atau organisasi (Soemirat, Soleh & Ardianto, Elvinaro, 2004:111-112).

PR adalah salah satu metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra organisasi atas dasar menghormati kepentingan bersama. Citra perusahaan dalam hal ini adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanan saja. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal.

Perusahaan-perusahaan yang memiliki reputasi bagus, umumnya menikmati enam hal. Pertama, hubungan yang positif dengan para pemuka masyarakat. Kedua, hubungan positif dengan pemerintah setempat. Ketiga, resiko krisis yang lebih kecil. Keempat, rasa kebanggaan dalam organisasi dan di antara khalayak sasaran. Kelima, saling pengertian antara khalayak sasaran, baik internal maupun eksternal. Dan terakhir, meningkatkan kesetiaan para staf perusahaan (Anggoro, M. Linggar, 2000:67).

(3)

Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam kaitannya dengan sejarah perjalanan bangsa telah mengalami berbagai perubahan. Berdasarkan UU No. 11 Tahun 1953 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1953, maka Bank Indonesia tidak hanya bertindak sebagai Bank Sentral yang dengan tugasnya sebagai Bank Sirkulasi tetapi juga sebagai Bank Komersil sampai dengan akhir tahun 1965. Dalam rangka upaya penataan perekonomian dan perbankan nasional maka secara murni sebagai Bank Sentral yang tugas utamanya mendorong kelancaran pembangunan. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menetapkan Bank Indonesia sebagai Lembaga Negara yang Independen di bidang tugasnya berada di luar pemerintahan dan lembaga lainnya.

Kantor Bank Indonesia Medan yang dibuka pada tanggal 30 Juli 1907 merupakan Kantor Cabang De Javasche Bank yang ke-11. Pembukaan Kantor Bank Indonesia Medan dibutuhkan untuk menunjang kebijaksanaan moneter pemerintah Hindia Belanda (atas usul De Javasche Bank) yang ketika itu memberlakukan “Guldenisasi” bagi “Residentie Oostkust van Sumatera” atau Keresidenan Pantai Timur Sumatera.

Pemimpin Bank Indonesia Medan yang pertama adalah L. Von Helmert. Pada tahun 1951 saat nasionalisasi mulai diberlakukan, Kantor Bank Indonesia Medan dipimpin oleh S.F. Van Musschenbroek. Ketika Undang-Undang tentang Bank Indonesia 1953 diberlakukan, Pemimpin Bank Indonesia Medan adalah M.Plantema dan putera Indonesia pertama yang mengendalikan Kantor Bank Indonesia Medan adalah M. Rifai.

Pada perkembangannya, Kantor Bank Indonesia Medan mengalami perubahan yang cukup baik dan ditetapkan sebagai Kantor Bank Indonesia kelas I sebagai Kantor Koordinator

(4)

Bank Indonesia (KKBI) yang membawahi membawahi 4 (empat) KBI yaitu KBI Banda Aceh, KBI Lhokseumawe, KBI Pematang Siantar, dan KBI Sibolga.

Tidak semua karya gemilang yang dapat dihasilkan oleh PRO/humas merupakan pembangunan citra perusahaan di mata khalayak sasaran maupun masyarakat luas. Bahkan sebaliknya ditangan Public Relations yang buruk dan lemah visinya, hasilnya bisa nol dan bahkan juga terjadi minus. Bukannya akan membentuk citra baik bagi perusahaan malah sebaliknya kehilangan citra karena merosotnya kepercayaan. Banyak dibuktikan di lapangan, kalau sudah kehilangan kepercayaan masyarakat, akan sulit untuk meraihnya kembali dan membutuhkan waktu yang lama untuk bisa berhasil kembali.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh strategi humas terhadap citra perusahaan di Kantor Bank Indonesia Medan.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Apakah strategi humas berpengaruh terhadap citra perusahaan di Kantor Bank Indonesia Medan?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk mempertajam lingkup masalah yang diteliti, ada beberapa asumsi yang dianjurkan dalam pembatasan masalah, yaitu:

(5)

1. Studi tentang Pengaruh Strategi Humas Terhadap Citra Perusahaan di Kantor Bank Indonesia Medan cukup aktual untuk dipecahkan pada saat sekarang ini melalui tahapan pengumpulan data, klasifikasi data, dan analisis data.

2. Studi tentang Pengaruh Strategi Humas Terhadap Citra Perusahaan di Kantor Bank Indonesia Medan merupakan jenis penelitian korelasional yang bertujuan untuk melakukan analisis hubungan tentang pengaruh strategi humas terhadap citra perusahaan.

3. Unit analisis dalam penelitian adalah pegawai Kantor Bank Indonesia Medan.

4. Dilihat dari letak geografis antara lokasi penelitian dengan tempat tinggal penulis cukup ideal untuk menjamin keberlangsungan penelitian.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.4.1 Tujuan Penelitian

Karena penelitian ini ditetapkan sebagai penelitian korelasional, maka tujuannya adalah :

1. Untuk mengetahui variabel penelitian yang paling berpengaruh dalam meningkatkan citra perusahaan di Kantor Bank Indonesia sekaligus menguji hipotesis dari kegiatan penelitian ini.

2. Untuk mengetahui pengaruh strategi humas terhadap citra perusahaan di Kantor Bank Indonesia Medan.

(6)

I.4.2 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang positif kepada mahasiswa FISIP Universitas Sumatera Utara khususnya terhadap Departemen Ilmu Komunikasi mengenai dunia Public Relations.

2. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menguji pengalaman teoritis penulis selama mengikuti studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, terutama pada Departemen Ilmu Komunikasi.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok pikiran yang menggambarkan dari mana sudut pandang penelitian akan disoroti (Nawawi,2001:39).

Menurut Kerlinger (Rakhmat, 2004:6), teori merupakan sekumpulan konstruk (konsep) yang saling terkait menghadirkan suatu pandangan yang sistematis tentang fenomena dengan menetapkan hubungan di antara beberapa variabel (menjelaskan dan meramalkan fenomena).

Fungsi dan teori itu sendiri adalah membantu peneliti menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya (Kriyantono, 2008:43). Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah:

(7)

1.5.1 Strategi

Harold Koontz menjelaskan kata “strategi” berasal dari Bahasa Yunani “strategos” memiliki makna cara yang berbeda untuk digunakan. Selanjutnya Harold Koontz menjelaskan strategi adalah menganalisa situasi yang terjadi pada saat sekarang ini untuk menetapkan sasaran.

Dan dalam studi manajemen strategi adalah salah satu bentuk proses perencanaan strategis “Strategic Planning Proccess” terdiri dari:

- Input

Merupakan masukan dari berbagai organisasi.

- Profil Perusahaan

Manajer puncak menentukan tujuan dasar dari perusahaan dan kejelasan orientasi geografis perusahaan, seperti apakah harus beroperasi di wilayah tertentu. Selain itu manajer menilai situasi kompetitif perusahaan mereka.

- Orientasi Manajer Puncak

Profil perusahaan dibentuk oleh orang, khususnya manajer puncak, dan berorientasi untuk merumuskan strategi. Mereka mengatur iklim organisasi dan menentukan arah perusahaan.

- Maksud dan Tujuan

Tujuan dan tujuan utama adalah titik akhir ke arah mana kegiatan perusahaan diarahkan.

(8)

Lingkungan eksternal saat ini dan masa depan harus dinilai dalam hal ancaman dan peluang. Evaluasi berfokus pada bidang ekonomi, sosial, politik, demografi dan faktor geografis.

- Lingkungan Internal

Lingkungan internal perusahaan harus diaudit dan dievaluasi dalam hal sumber daya dan kelemahan serta kekuatan dalam penelitian dan pengembangan, produksi, operasi, pengadaan, pemasaran, dan produk jasa. Faktor internal lain yang penting untuk merumuskan strategi yaitu penilaian sumber daya manusia, sumber daya keuangan dan faktor – faktor lain seperti citra perusahaan, struktur organisasi dan iklim, sistem perencanaan dan pengawasan dan hubungan dengan pelanggan.

- Strategi Alternatif

Strategi alternatif dikembangkan berdasarkan analisis lingkungan eksternal dan internal. Suatu organisasi dapat menjalankan berbagai macam strategi. Atau, sebuah perusahaan dapat membuat variasi dengan memperluas operasi ke pasar baru yang menguntungkan. Strategi lain adalah untuk go international dan memperluas operasi ke negara – negara lain.

Dalam keadaan tertentu, perusahaan mungkin harus mengadopsi strategi likuidasi dengan mengakhiri suatu lini produk yang tidak menguntungkan. Namun dalam beberapa kasus likuidasi mungkin tidak diperlukan dan strategi penghematan mungkin tepat. Dalam situasi seperti ini perusahaan dapat membatasi operasi sementara.

(9)

Ini hanya beberapa contoh dari strategi yang mungkin. Dalam prakteknya, perusahaan – perusahaan, terutama yang besar, mengejar kombinasi strategi.

- Evaluasi dan Pilihan Strategi

Berbagai strategi harus benar – benar dievaluasi sebelum pilihan diambil. Pilihan strategis harus dipertimbangkan dengan berbagai resiko. Beberapa peluang yang tidak menguntungkan tidak mungkin dilakukan karena dapat mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Elemen lain yang penting dalam memilih sebuah strategi adalah waktu. Bahkan produk terbaik mungkin gagal jika diperkenalkan ke pasar pada waktu yang tidak tepat. Selain itu, reaksi dari pesaing harus dipertimbangkan.

- Perencanaan Jangka Menengah dan Pendek, Implementasi dan Pengendalian

Meskipun bukan bagian dari proses perencanaan strategis, perencanaan jangka menengah dan pendek serta pelaksanaan rencana harus dipertimbangkan selama tahap proses. Pengawasan juga harus dilakukan untuk memantau kinerja terhadap rencana.

Pelak-sanaan

Peng-endalian

(10)
(11)

I.5.2 Public Relations

Public Relations bila dilihat dari studi ilmu komunikasi adalah salah satu teknik komunikasi yang menitikberatkan kepada usaha untuk menumbuhkan suatu suasana kerja sama (goodwill) dan menciptakan saling pengertian (mutual understanding) antara publik yang berkepentingan untuk mencapai tujuan bersama dalam iklim yang saling menguntungkan (favourable) (Danandjaja, 2011:44).

Pandangan bahwa Public Relations merupakan kegiatan persuasi satu arah terus bertahan hingga usai Perang Dunia II. Definisi Public Relations yang muncul banyak sekali dikaitkan dengan kegiatan “membujuk” ini. Bahkan salah seorang tokoh PR saat itu, Edward.L. Berney dalam bukunya The Engineering Of Consent (1955) mendefinisikan Public Relations sebagai

inducing the public in have understanding for and goodwill (membujuk publik untuk memiliki

pengertian yang mendukung serta memiliki niat baik (Morison, 2006:6). Sampai saat ini masih banyak praktisi PR yang berpandangan bahwa Public Relations sebagai subjek komunikasi satu arah yang bertujuan untuk membujuk orang lain.

Beberapa dekade kemudian, pandangan mengenai pengertian Public Relations mulai mengalami perubahan. Definisi mengenai Public Relations mulai memasukkan aspek komunikasi atau Two-ways communication (hubungan dua arah). Definisi-definisi tersebut kemudian memasukkan kata-kata seperti reciprocal (timbal balik), mutual (saling), dan between (antara). Dengan demikian pengertian Public Relations sudah mengandung pengertian interaktif (aksi timbal balik).

Majelis Humas Dunia (World Assembly of Public Relations) mendefinisikan public

(12)

organization leaders and implementing planned programs of action which serve both of organization’s and the public interest (public relations adalah seni dan ilmu sosial dalam

menganalisa kecenderungan, memperkirakan akibat-akibat, memberikan saran kepada pemimpin perusahaan seta melaksanakan program tindakan terencana yang melayani baik kepentingan organisasi dan khalayaknya (Morissan, 2006:7).

I.5.3 Internal Public Relations

Dalam internal PR yang menjadi aspek yang amat penting bagi kesuksesan organisasi/perusahaan adalah karyawan. Sebelum ada hubungan dengan konsumen, pelanggan, lingkungan, investor dan pihak lain di luar organisasi, manajemen harus lebih dahulu memperhatikan orang-orang yang bekerja di dalamnya yakni para karyawan. Karena itu, di dalam perusahaan harus memandang karyawan mereka sebagai “publik nomor satu” atau “asset organisasi paling penting” dan mereka berusaha menciptakan “kultur organisasi” yang bisa menarik dan mempertahankan karyawan atau pekerja yang produktif (Cutlip & Center, 2000:11).

Sudah tentu suasana di dalam badan atau perusahaan itu sendiri yang menjadi target internal Public Relations, terutama suasana di antara para karyawannya yang mempunyai hubungan langsung dengan perkembangan organisasi atau perusahaannya. Kegiatan PR ke dalam perusahaan tersebut diperlukan untuk memupuk adanya suasana yang menyenangkan di antara para karyawannya, komunikasi antara bawahan dan pimpinan atau atasan terjalin dengan akrab dan tidak kaku, serta meyakini rasa tanggung jawab akan kewajibannya terhadap perusahaan. Dengan adanya kesadaran akan rasa tanggung jawab tersebut diharapkan muncul kegairahan kerja dari para pegawainya. Karena perusahaan memerlukan pegawai yang memiliki sifat-sifat

(13)

disiplin, penuh tanggung jawab, dan sopan terhadap atasan atau sesamanya. Keserasian hubungan di antara para pegawai, baik vertikal maupun horizontal diharapkan akan memperkuat tim kerja dalam perusahaan itu (Suhandang, 2004:74).

Hubungan terpenting dalam organisasi adalah hubungannya dengan karyawan di semua level atau disebut hubungan internal. Menurut Alive Smith, mantan direktur komunikasi internal dengan karyawan dan menambah rasa hormat manajemen terhadap salah satu dari fungsi PR ini:

1. Manfaat dari pemahaman, teamwork, dan komitmen karyawan dalam mencapai hasil yang diinginkan. Aspek positif dari perilaku karyawan ini sangat dipengaruhi oleh komunikasi interaktif yang efektif di seluruh perusahaan.

2. Kebutuhan untuk membangun jaringan komunikasi manajer yang kuat, yang membuat setiap supervisor di semua level dapat melakukan komunikasi secara efektif dengan karyawannya. Kebutuhan ini lebih dari sekedar menciptakan informasi yang berhubungan dengan pekerjaan tetapi juga harus memuat informasi bisnis dan isu publik yang mempengaruhi perusahaan secara keseluruhan (Cutlip & Center, 2000:254).

I.5.4 Strategi Humas

Istilah strategi sering disebut rencana jangka panjang perusahaan. Suatu rencana strategis perusahaan menetapkan garis-garis besar tindakan strategis yang akan diambil dalam kurun waktu tertentu ke depan. Lama waktu yang akan dicakup tentu sangat bervariasi.

Pearce dan Robinson (1982), mengembangkan langkah-langkah strategic management sebagai berikut:

(14)

1. Menentukan mission perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah pernyataan yang umum mengenai maksud pendirian (purpose), filosofi, dan sasaran (goals).

2. Mengembangkan company profile yang mencerminkan kondisi internal perusahaan dan kemampuan yang dimilikinya.

3. Penilaian terhadap lingkungan eksternal perusahaan, baik dari segi semangat kompetitif maupun secara umum.

4. Analisis terhadap peluang yang tersedia dari pilihan-pilihan yang mungkin

mengungkapkan kesesuaian profil perusahaan dengan lingkungan eksternal.

5. Identifikasi atas pilihan yang diinginkan yang terungkap ketika serangkaian

kemungkinan ditinjau dari misi perusahaan.

6. Pilihan strategis dari serangkaian tujuan jangka panjang dan strategi utama yang diperlukan untuk mencapai pilihan yang dikehendaki.

7. Pengembangan tujuan tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan tujuan jangka panjang dan strategi utama.

8. Penerapan keputusan pilihan strategis dengan menggunakan sumber daya yang

dianggarkan dan menyesuaikan tugas, orang-orang, struktur, teknologi dan sistem penghargaan.

9. Review dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka pendek

sebagai suatu proses untuk melakukan control dan sebagai input bagi pengambilan keputusan di masa depan (Oliver, Sandra, 2001:8).

(15)

I.5.5 Citra Perusahaan

Citra positif merupakan harta yang sangat tinggi nilainya bagi perusahaan manapun. Citra mendukung daya saing perusahaan dalam jangka menengah dan panjang. Citra positif dapat menjadi perisai saat berada dalam masa krisis. Oleh karena itu, setiap perusahaan mempunyai kewajiban untuk membangun citra positif perusahaan.

Citra adalah gambaran yang dimiliki oleh banyak orang mengenai pribadi perusahaan, organisasi atau produk (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1995). Citra adalah tujuan utama dansekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai oleh dunia. Pengertian citra itu abstrak dan tidak dapat diukur secara matematis tetapi dapat dirasakan dari hasil penelitian baik atau buruk seperti penerimaan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari masyarakat luas (Roeslan, 1998:62).

Untuk mengetahui citra perusahaan, baik citra positif maupiun negatif diperlukan alat ukur pembentuk citra perusahaanAda empat hal (Roeslan, 1998:25), yaitu :

1. Kepercayaan

Kesan dan pendapat atau penilaian positif khalayak terhadap suatu perusahaan.

2. Realitas

Realistis, jelas terwujud, dapat diukur dan hasilnya dapat dirasakan serta dapat dipertanggungjawabkan dengan perencanaan yang matang dan sistematis bagi responden.

3. Terciptanya kerjasama yang saling menguntungkan

(16)

4. Kesadaran

Adanya kesadaran khalayak tentang perusahaan dan perhatian terhadap produk yang dihasilkan.

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Kerangka konsep akan menuntut penelitian dalam menentukan hipotesis (Nawawi, 2001:40).

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis, yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang akan diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau muculnya atau faktor atau unsur yang lain (Nawawi, 1995:56)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Strategi Humas.

(17)

Variabel Terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas dan bukan karena variabel lain (Nawawi: 1995:57)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Citra Perusahaan.

I.7 Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk suatu model teoritis sebagai berikut:

Gambar 1

Model Teoritis

I.8 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka dapat dibuat variabel operasional yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian sebagai berikut:

Variabel Bebas (X) Strategi Humas

Variabel Terikat (Y) Citra Perusahaan

(18)

Tabel 1

Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X) Karakteristik Responden Strategi Humas 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Jabatan 4. Lama Bekerja

1. Menentukan mission perusahaan.

2. Mengembangkan company profile.

3. Penilaian terhadap lingkungan

eksternal perusahaan.

4. Analisis terhadap peluang yang tersedia.

5. Identifikasi atas pilihan yang

diinginkan.

6. Pilihan strategis dari serangkaian tujuan jangka panjang dan strategi utama.

(19)

7. Pengembangan tujuan tahunan dan strategi jangka pendek.

8. Penerapan keputusan pilihan strategis.

9. Review dan evaluasi.

Variabel Terikat (Y)

Citra Perusahaan

Citra Perusahaan:

1. Kepercayaan

2. Realitas

3. Kerjasama yang saling menguntungkan

4. Kesadaran

I.9 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur variabel. Dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara untuk mengukur variabel. Dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006:46).

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

(20)

i. Karakteristik Resonden

a. Usia adalah umur pegawai di Kantor Bank Indonesia Medan ketika mengisi kuesioner

b. Jenis kelamin adalah jenis kelamin pegawai di Kantor Bank Indonesia Medan yang mengisi kuesioner

c. Jabatan adalah kedudukan/posisi pegawai di Kantor Bank Indonesia Medan saat mengisi kuesioner

d. Lama bekerja adalah lama bekerja pegawai di Kantor Bank Indonesia Medan ketika mengisi kuesioner.

ii. Strategi Humas

1. Menentukan mission Kantor Bank Indonesia Medan. Termasuk di dalamnya adalah pernyataan yang umum mengenai maksud pendirian (purpose), filosofi, dan sasaran (goals).

2. Mengembangkan company profile Kantor Bank Indonesia Medan yang mencerminkan kondisi internal perusahaan dan kemampuan yang dimilikinya.

3. Penilaian terhadap lingkungan eksternal Kantor Bank Indonesia Medan, baik dari segi semangat kompetitif maupun secara umum.

4. Analisis terhadap peluang yang tersedia dari pilihan-pilihan yang mungkin mengungkapkan kesesuaian profil Kantor Bank Indonesia Medan dengan lingkungan eksternal.

(21)

5. Identifikasi atas pilihan yang diinginkan yang terungkap ketika serangkaian kemungkinan ditinjau dari misi Kantor Bank Indonesia Medan.

6. Pilihan strategis dari serangkaian tujuan jangka panjang dan strategi utama Kantor Bank Indonesia Medan yang diperlukan untuk mencapai pilihan yang dikehendaki.

7. Pengembangan tujuan tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan tujuan jangka panjang dan strategi utama.

8. Penerapan keputusan pilihan strategis Kantor Bank Indonesia Medan dengan menggunakan sumber daya yang dianggarkan dan menyesuaikan tugas, orang-orang, struktur, teknologi dan sistem penghargaan.

9. Review dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai Kantor Bank Indonesia Medan dalam setiap periode jangka pendek sebagai suatu proses untuk melakukan

control dan sebagai input bagi pengambilan keputusan di masa depan (Oliver,

Sandra, 2001:8).

2. Variabel Terikat (Citra Perusahaan)

Citra Perusahaan

Citra Perusahaan adalah gambaran mengenai perasaan dan kesan yang dimiliki oleh pegawai Kantor Bank Indonesia Medan.

(22)

Kesan dan pendapat atau penilaian pegawai Kantor Bank Indonesia terhadap perusahaan Kantor Bank Indonesia Medan.

b. Realitas

Realistis, jelas terwujud, dapat diukur dan hasilnya dapat dirasakan serta dapat dipertanggungjawabkan dengan perencanaan yang matang dan sistematis bagi responden.

c. Kerjasama yang saling menguntungkan

Yaitu saling memberikan keuntungan sesama pihak baik bagi perusahaan maupun khalayak.

d. Kesadaran

Adanya kesadaran khalayak tentang dan perhatian terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan Kantor Bank Indonesia Medan.

I.10 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang belum sempurna. Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian (Bungin: 2005:75).

Salah satu kegunaan hipotesis adalah menjadikan peneliti mampu menetapkan kemampuan teorinya sebagai salah satu alat penerang.

(23)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak terdapat hubungan antara Strategi Humas dalam meningkatkan Citra Perusahaan

Ha : Terdapat hubungan antara Strategi Humas dalam meningkatkan Citra Perusahaan.

1.11. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini, uji hipotesis yang digunakan adalah dalam bentuk uji F-Test. Melalui uji F-Test dapat diketahui:

Referensi

Dokumen terkait

Pemanfaatan RS pemerintah nierata banyak dimanfaatkan oleh seniua kelompok quintile (Tabel 5). Sebagian besar niasyarakat yang per- nah nienjalani rawat inap menyatakan

Hasilnya mempengaruhi bahwa model pembelajaran PDEODE membantu siswa agar lebih mudah mengingat materi yang diajarkan.Jadi dapat disimpulkan bahwa pengajaran topik

1. Kesepakatan antara kedua belah pihak. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.. Sesuatu hal tertentu, dalam hal ini untuk menerima karyawan/mampekerjakan karyawan.

Seluruh staff Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Gudang Farmasi Kabupaten Malang, Puskesmas Kedungkandang Kabupaten Malang yang telah memberikan izin dan menerima

Berdasarkan deskriptif pengetahuan kewirausahaan inovasinya masih rendah sehingga tidak dapat mempengaruhi secara positif terhadap kinerja wirausaha, meskipun semakin

4.Jika memilih tombol karyawan maka form karyawan tampil, jika memilih tombol jabatan maka akan tampil form jabatan, jika tombol absensi maka form absensi akan

KEDUA : Indikator Kinerja Utama sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU, merupakan acuan ukuran kinerja yang digunakan oleh Badan Penanggulangan Bencana

(Jadi sekali lagi, apa yang dikatakan Paulus dalam ayat ini? Allah berencana untuk memberitahukan bahkan kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi dan semua