See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/312234185
Alasan Petani Muslim Menjual Hasil Panen Kepada Tengkulak di Desa
Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi
Thesis · July 2014 DOI: 10.13140/RG.2.2.31089.07521 CITATIONS 0 READS 6,577 1 author:
Lusiana Ulfa Hardinawati
Universitas Jember
5PUBLICATIONS 1CITATION SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Lusiana Ulfa Hardinawati on 12 January 2017. The user has requested enhancement of the downloaded file.
ALASAN PETANI MUSLIM MENJUAL HASIL PANEN KEPADA TENGKULAK DI DESA GLAGAHAGUNG KECAMATAN PURWOHARJO KABUPATEN BANYUWANGI
Lusiana Ulfa Hardinawati
Mahasiswa Program Studi S1 Ekonomi Islam-Fakultas Ekonomi dan Bisnis-Universitas Airlangga
email: lusianaulfa@gmail.com
Drs. R. Moh. Qudsi Fauzy, MM
Departemen Ekonomi Syariah - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Airlangga
Email: qudsifauzy1@gmail.com
ABSTRACT
It is shown in this study that most of the Muslim farmers’ crops in Glagahagung village are sold to the middlemen. Therefore, the this study aims to find out the reasons of the Muslim farmers sell their crops to the middlemen and to know the trading practice done by the middlemen. This study is a case study with descriptive qualitative approach.
This study discovered several reasons of the Muslim farmers in Glagahagung village selling their crops to the middlemen, they are: 1) the place is close to the rice field, 2) the whole crops can only be bought by the middlemen, 3) the farmers are accustomed to sell their crops tho the middlemen, 4) the middlemen is the only buyer of the farmers’ crops, 5) the middlemen ease the selling of the crops, and 6) the middlemen provide workers to harvest the crops. Those reasons demonstrate that the middlemen is perceived as something that can give advantage to the Muslim farmers in Glagahagung village. Nevertheless, though giving advantages, there are some middlemen who contravene the Islamic business norms in crops trading with the Muslim farmers in Glagahagung village.
Keywords: Farmers, Selling, Middleman, Selling and Buying, Islamic Business Norm
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara
dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. pada 2010 Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai Negara dengan jumlah muslim terbanyak di dunia, dan pada ada 2010 tercatat sebanyak 88% penduduk Indonesia menganut agama Islam.
Jumlah petani di Indonesia
menurut Badan Pusat Statistik atau BPS (2014) pada tahun 2013 sebesar
31.705.337 jiwa. Yang terdiri atas
24.362.157 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 7.343.180 jiwa berjenis kelamin perempuan.
Banyaknya jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani, perdagangan hasil pertanian pastinya banyak terjadi di Indonesia.
Kelemahan utama pembangunan
pertanian di Indonesia adalah
pelaksanaan pasca panen, dimana pelaksanaan pasca panen termasuk di dalamnya adalah pemasaran hasil panen
dan pemasaran hasil panen di Indonesia sangat erat kaitannya dengan tengkulak. Tengkulak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 1039), merupakan kata benda yang memiliki pengertian sebagai pedagang perantara (yang membeli hasil bumi dan sebagainya dari petani atau pemilik pertama); peraih. Harga beli pada umumnya lebih rendah daripada harga pasar.
Sebagai Desa dengan penduduk
mayoritas muslim dan mayoritas
penduduk bekerja sebagai petani,
seharusnya, petani muslim di Desa Glagahagung menerapkan syariah Islam dalam setiap tindakannya, karena Islam mendefiniskan agama bukan hanya
berkaitan dengan spiritualitas dan
ritualitas, namun agama Islam merupakan keyakinan, ketentuan, dan peraturan serta tuntunan moral bagi setiap aspek kehidupan manusia (P3EI, 2008:14).
Berdasarkan Surat Al Maidah ayat 8, dijelaskan bahwa setiap tindakan orang
yang beriman sebaiknya dengan
berlandaskan keadilan. Begitu pula seorang tengkulak yang melakukan jual beli hasil panen, padahal dalam faktanya masih terdapat tengkulak-tengkulak yang melakukan praktik di luar norma bisnis Islam ketika melakukan jual beli hasil panen dengan petani.
Dari uraian data dan pemahaman
mengenai hubungan petani dan
tengkulak di atas, penulis sangat tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui apakah alasan yang menyebabkan
petani muslim menjual hasil panen pada tengkulak.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan pertanyaan,
yaitu: “Apakah alasan yang
menyebabkan petani muslim di Desa Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, menjual hasil panennya kepada tengkulak?”
Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas dapat diketahui bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab petani muslim di Desa Glagahagung,
Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten
Banyuwangi menjual hasil panennya pada tengkulak, dan untuk mengetahui praktik jual beli yang dilakukan oleh tengkulak.
II. LANDASAN TEORI Landasan Pustaka Penjualan
Menurut Swastha (Prasetyo, 2012:8) penjualan adalah interaksi antara individu saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai
atau mempertahankan hubungan
pertukaran sehingga menguntungkan bagi pihak lain.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penjualan
Penjualan dipengaruhi oleh
banyak hal. Aktivitas penjualan
dipengaruhi oleh banyak faktor yang berguna untuk meningkatkan efektivitas perusahaan, oleh sebab itu seorang
memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi penjualan. Menurut
Swastha (Prasetyo, 2012:9), faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan adalah sebagai berikut:
1. Kondisi dan Kemampuan Penjual Kondisi dan kemampuan terdiri atas pemahaman atas beberapa masalah penting yang berkaitan dengan produk yang dijual, jumlah dan sifat dari tenaga penjual adalah:
a. Jenis dan karakteristik
barang atau jasa yang
ditawarkan
b. Harga produk atau jasa c. Syarat penjualan, seperti pembayaran dan pengiriman 2. Kondisi pasar
Pasar mempengaruhi kegiatan dalam transaksi penjualan baik sebagai kelompok pembeli atau penjual. Kondisi pasar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni: jenis pasar, kelompok pembeli, daya beli, frekuensi pembelian, serta keinginan dan kebutuhannya. 3. Modal
Modal atau dana sangat
diperlukan dalam rangka untuk mengangkut barang dagangan di
tempatkan atau untuk
membesarkan usaha. Modal
perusahaan dalam penjelasan ini adalah modal kerja perusahaan yang digunakan untuk mencapai
target penjualan yang
dianggarkan, misalnya dalam
menyelenggarakan stok produk
dan dalam melaksanakan
kegiatan penjualan memerlukan usaha seperti alat transportasi, tempat untuk menjual, usaha promosi dan sebagainya.
4. Kondisi Orginisasi Perusahaan Pada perusahaan yang besar, biasanya masalah penjualan yang dipegang oleh orang-orang yang ahli di bidang penjualan.
5. Faktor-faktor lain
Faktor-faktor lain seperti
periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian hadiah sering mempengaruhi penjualan karena
diharapkan dengan adanya
faktor-faktor tersebut pembeli
akan kembali membeli lagi barang yang sama.
Norma berbisnis atau jual beli yang penting dalam Islam yaitu keadilan dan perdagangan yang jujur. Keadilan dapat menyeimbangkan keadaan, akan terjadi kekacauan dalam sebuah masyarakat. Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Surat Al-Maidah ayat 8:
Yā ayyuhā allażīna āmanū kūnū qawwāmīna lillāhi syuhadā-a bialqisṭi walā yajrimannakum syanaānu qawmin
'alāallā ta'dilū i'dilū huwa aqrabu
lilttaqwā waittaqū allāha inna allāha
khabīrun bimā ta'malūna
Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan
janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorongā kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Departemen Agama Republik Indonesia, 2007)
Norma Bisnis Islam
Norma bisnis berarti aturan dalam hidup bermasyarakat dalam jual beli.
Norma Bisnis Islam adalah sebagai berikut (Rivai dkk., 2012:397-420):
1. Larangan Najash, yaitu menawar harga tanpa memiliki maksud untuk
mengambil kiriman komoditas
diistilahkan sebagai najash dan tidak diperbolehkan.
2. Larangan Khalabah (Pemasaran yang menyesatkan). Khalabah berarti menyesatkan, seperti merayu-rayu klien yang polos dan kurang berhati-hati dengan melebih-lebihkan mutu komoditi. Hal ini dilarangan karena tidak etis, seorang menampilkan produknya dengan cara tertentu,
sementara kenyataannya tidak
begitu.
3 Keterbukaan, Transparansi, dan Membantu Pemeriksaan. Syariah menaruh keutamaan besar bagi
pernah informasi dalam pasar.
Seseorang harus memberikan
kesempatan luas kepada klien untuk melihat dan memeriksa komoditas yang akan dibelinya. Informasi yang tidak akurat atau menipu adalah dilarang dan dinilai sebagai sebuah dosa.
4 Memenuhi Kesepakatan dan
Kewajiban. Firman Allah SWT dalam Surah Al-Isra’ ayat 34 menjelaskan
mengenai kesepakatan dan
kewajiban, yaitu sebagai berikut:
Walā taqrabū māla alyatīmi illā biallatī
hiya ahsanu hattā yablugha
asyuddahu wa-awfū bial'ahdi
inna al'ahda kāna mas-ūlān
Artinya: Dan janganlah kamu
mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu
pasti diminta pertanggungan
jawabnya. (Departemen Agama
Republik Indonesia, 2007)
Kontrak bisnis dan keuangan
berkonsekuensi pada hak dan
kewajiban para pihak dan pihak yang menerima tanggung jawab harus memenuhi kewajiban sebagaimana kesepakatan dalam kontrak. Syariah menekankan tak hanya pemenuhan kontrak namun juga janji atau kesepakatan bersama. Salah satu ciri dari kemunafikan, yang dijelaskan
dalam syariah adalah bahwa mereka tak pernah memenuhi janji.
5. Kerja Sama dan Menghilangkan
Kesengsaraan. Saling membantu,
solidaritas dan menanggung bersama atas kerugian dan bahaya adalah norma-norma penting dari kerangka ekonomi Islam dibandingkan dengan struktur ekonomi konvensional, dimana persaingan yang kejam menimbulkan banyak praktik tidak etis, seperti penipuan dan pemalsuan.
6. Pemasaran Bebas dan Penetapan Harga yang Adil. Islam memberikan kebebasan asasi untuk memasuki jenis usaha atau transaksi halal apapun. Meskipun demikian, ini tidak berarti bebas tak tekendali untuk berkontrak. Perdagangan diizinkan jika dilakukan atas komoditas yang diperbolehkan sesuai dengan aturan dan prinsip yang ditetapkan oleh Syariah Islam.
Sehubungan dengan adanya
berbagai jenis transaksi seperti bai;, ijarah, dan jasa.
7. Bebas dari Dharar (kerusakan). Bebas dari dharar merujuk pada bahaya, menyelamatkan orang lain
dari bahaya apapun yang
disebabkan sebuah kontrak antara dua pihak. Konsep hak dan kewajiban di dalam Islam sama halnya dengan sistem-sistem yang lain. Tentunya hak didukung jauh lebih kuat dalam kerangka Islam. Dengan syarat hak atau opsi untuk pihak yang dirugikan dalam mendapat informasi dalam rangka mengembalikan posisinya.
Negara dan para pembuat peraturan
bertugas untuk memastikan
penyelenggaraan yang adil, serta keadilan untuk segalanya, serta
bahwa kekuatan dengan
kepentingan tetap tidak menciptakan kesengsaraan untuk rakyat banyak. 8. Larangan terhadap Kecurangan dalam Takaran dan Timbangan. Kecurangan dalam menakar dan menimbang mendapat perhatian khusus dalam Al-Qur’an, karena praktik seperti ini telah merampas hak orang lain. Selain itu, praktik seperti ini juga menimbulkan dampak yang
sangat buruk dalam dunia
perdagangan, yaitu timbulnya
ketidakpercayaan pembeli terhadap para pedagang yang curang. Oleh karena itu, pedagang yang curang
saat menakar dan menimbang
mendapat ancaman siksa di akhirat. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Muthaffifin ayat 1-6:
Waylun lilmuṭaffifiina, allażīna
iżā iktāluu 'alā alnnāsi yastawfūna,
yukhsirūna, alā yaẓunnu ulā-ika
annahum mab'uutsūna, liyawmin
'aẓīmin, yawma yaqūmu alnnāsu
lirabbi al'ālamīna
Artinya: kecelakaan besarlah bagi orang yang curang, orang yang curang di sini ialah orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? (Departemen Agama Republik Indonesia, 2007)
9. Larangan Rekayasa Harga.
Rasulullah SAW menyatakan, bahwa harga di pasar ditentukan oleh Allah SWT. Ini berarti bahwa harga di pasar tidak boleh diintervensi oleh siapa pun. Anas r.a meriwayatkan bahwa pernah di Madinah terjadi kenaikan harga barang, kemudian para sahabat meminta kepada Rasulullah SAW agar menetapkan harga. Namun, beliau menolaknya, ini berarti karena harga barang di pasar memang benar-benar tidak boleh diintervensi.
10. Larangan Penimbunan Barang (Ihtikar). Islam memerintahkan kepada pemilik harta untuk mengembangkan
harta mereka dan
menginvestasikannya. Sebaliknya,
melarang mereka untuk membekukan dan tidak memfungsikannya. Tidak ada yang menimbun barang ketika
dibutuhkan kecuali orang yang
berdosa. Barangsiapa yang
menimbun makanan selama 40 hari, maka ia terlepas dari Allah SWT dan Allah SWT terlepas daripadanya. Ancaman itu datang karena orang
yang menyimpan itu ingin
membangun dirinya di atas
penderitaan orang lain dan dia tidak peduli apakah manusia kelaparan atau telanjang, yang terpenting dia
mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Definisi Petani
Petani menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 1008) adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam.
Menurut Hanafie (2010: 83-84), Pertanian merupakan proses produksi yang didasarkan atas pertumbuhan tanaman dan hewan. Terlaksananya
proses tersebut dalam mencapai
pengembangan pertanian sangat
tergantung pada peranan sumber daya manusia sebagai pelaksananya. Dalam
bidang pertanian, bentuk usaha
pertanian didominasi oleh pertanian rakyat.
Definisi Tengkulak
Hagani (2011) menjelaskan bahwa
tengkulak adalah pedagang yang
berkembang secara tradisional di
Indonesia dengan membeli komoditas dari petani, dengan cara berperan sebagai pengumpul (ghaterer), pembeli (buyer), pedagang (trader), pemasaran (marketer) dan kadang sebagai kreditor secara sekaligus. Tengkulak selama ini dikenal sebagai profesi yang negatif
karena kebanyakan mereka juga berperan sebagai seorang rentenir, yang memberikan bantuan modal dengan bunga tinggi, dan apabila peminjam gagal membayar, tengkulak tidak segan
melakukan tindakan kasar seperti
menyewa debt collector untuk menyita
jaminan atau memukuli peminjam.
Meminjam uang dari tengkulak banyak dijadikan pilihan oleh petani yang tidak memiliki banyak modal karena syarat-syarat peminjaman uang di tengkulak
tidak begitu sulit, bahkan ada tengkulak yang tidak meminta jaminan sama sekali saat meminjamkan uangnya. Tengkulak dalam Islam
Tengkulak yang bertindak sebagai calo atau perantara dagang sebenarnya diperbolehkan, apalagi jika tengkulak
tidak mengambil keuntungan atau
bayaran, maka itu diperbolehkan karena orang tersebut dianggap telah melakukan
kebaikan karena telah membantu
menjualkan barang dagangan.
Selain membeli hasil panen dari petani dengan harga rendah, tengkulak
juga sering melakukan praktik
peminjaman modal untuk petani.
Peminjaman modal ini juga sangat rawan riba karena terkadang ada tengkulak yang memberi tambahan biaya untuk
meminjamkan modal pada petani.
Tambahan biaya inilah yang
dikhawatirkan mengandung riba. Riba
Menurut Rivai dkk. (2012: 124-125), Riba secara etimologis berarti kenaikan,
penambahan, ekspansi, atau
pertumbuhan.
Terdapat beberapa pendapat dalam penjelasan riba, namun secara
umum terdapat kesamaan yang
menegaskan bahwa riba adalah
pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam
meminjam secara bathil atau
bertentangan dengan prinsip muamalat Islam. Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nisa ayat 29, yang berbunyi:
Yā ayyuhā allażīna āmanū lā ta’kuluu
amwālakum baynakum bialbāṭili illā an takūna tijāratan 'an tarāḍin minkum walātaqtulū anfusakum inna allāha kāna bikum raḥīmān
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Departemen Agama Republik Indonesia, 2007)
Selain pada Surat An Nisa ayat 29, riba dijelaskan pula dalam Qur’an Al Baqarah ayat 278, Surat Ar-Ruum ayat 39, An Nisa ayat 160-161, dan Ali Imran ayat 130. Dengan banyaknya surat yang membahas mengenai larangan riba ini,
sangat jelas bahwa dalam Islam riba adalah salah satu hal sangat dilarang, dan harus dihindari.
III. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Metode kualitatif dipilih karena metode ini merupakan metode yang tepat untuk memperoleh data yang mendalam bagi rumusan masalah yang peneliti teliti, yaitu: apakah alasan yang menyebabkan petani muslim menjual hasil panen pada tengkulak.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan desain kasus tunggal (single case)
karena peneliti hanya melakukan
penelitian di Desa Glagahagung,
Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten
Banyuwangi.
Rumusan masalah penelitian ini membutuhkan jawaban melalui kajian Literatur, observasi, dan wawancara mendalam dengan petani muslim di Desa Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi yang menjual hasil panennya pada tengkulak. Untuk mendapatkan jawaban yang tepat atas rumusan masalah tersebut, penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif
dengan strategi studi kasus. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini pada intinya adalah untuk mengetahui alasan yang menyebabkan penyebab petani
muslim di Desa Glagahagung,
Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten
Banyuwangi memilih menjual hasil
panennya pada tengkulak, serta untuk mengetahui manfaat apa sajakah yang disebabkan praktik jual beli hasil panen dan peminjaman modal oleh tengkulak. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis praktik jual beli tengkulak yang melanggar norma bisnis beli Islam.
Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan data primer dan sekunder.
Data primer dan sekunder menurut Iskandar (2009: 118-119) adalah sebagai berikut:
1. Data primer: data yang berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya. Data dapat direkam atau dicatat oleh peneliti.
2. Data sekunder: data berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan. Teknik Pengambilan Informan
Teknik pengambilan informan atau subjek penelitian dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2012:218), purposive sampling adalah teknik pengambilan
sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu.
Dalam penelitian ini dipilih
sembilan informan, satu informan
merupakan informan kunci (key informan), key informan (informan utama) yang
dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah ketua kelompok tani. Key informan dipilih berdasar pertimbangan individu tersebut telah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan yang akan diteliti. Individu ini juga dianggap
mengetahui dan paham betul
keseluruhan permasalahan petani muslim di Desa Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi.
Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 informan. 1 informan sebagai key informan, dan 8 informan yang
bekerja sebagai petani di Desa
Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. Semua Informan ini diperoleh dengan beberapa kriteria yang penerapannya bersifat purposive sampling, kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1. Petani yang beragama Islam atau Petani muslim
2. Petani muslim yang dipilih adalah
petani muslim yang menanam
tanaman
3. Penelitian difokuskan untuk
mengetahui alasan yang
menyebabkan petani muslim menjual hasil panennya pada tengkulak, untuk itu dipilih petani muslim yang benar-benar pernah menjual hasil panennya pada tengkulak.
4. Penelitian hanya difokuskan pada petani muslim yang telah bekerja selama lebih dari 10 tahun dan pernah lebih dari sekali berinteraksi dan
menjual hasil panennya kepada
tengkulak, hal ini dilakukan supaya
data yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih akurat dan terpercaya.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama
dari sebuah penelitian adalah
mendapatkan data.
Menurut Iskandar (2009:121),
dalam penelitian kualitatif teknik
pengumpulan data yang populer
digunakan lebih banyak pada observasi berperanserta (participan observation),
wawancara mendalam (in depth
interview) dan dokumentasi.
Penelitian ini membutuhkan dua jenis data yaitu data primer dan sekunder. Tahap-tahap untuk mendapatkan data primer adalah sebagai berikut:
1. Survey pendahuluan. Pada tahap ini peneliti akan mengobservasi serta meninjau lokasi yang akan dijadikan objek penelitian.
2. Saat di lokasi atau objek
penelitian. Saat di lokasi penelitian, peneliti akan menjelaskan maksud,
tujuan, dan alasan melakukan
penelitian. Kemudian peneliti akan melakukan observasi partisipatif dan wawancara kepada ketua kelompok tani untuk memperoleh gambaran kondisi dan situasi petani muslim di
Desa Glagahagung, Kecamatan
Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. 3. Saat pengumpulan data, peneliti akan melakukan observasi partisipatif dan wawancara langsung kepada subjek penelitian, yaitu petani muslim
di Desa Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi.
Data sekunder penelitian ini
diperoleh dengan cara sebagai berikut: 1. Studi kepustakaan penelitian, 2. Browsing, mengunjungi situs-situs yang menunjang penelitian, seperti situs Kementerian Pertanian, situs-situs
agama Islam yang banyak
membahas mengenai hukum jual beli menggunakan jasa tengkulak yang berguna untuk referensi penelitian. Teknik Keabsahan Data
Iskandar (2009: 151) menyebutkan, keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas).
Dalam sebuah penelitian,
dibutuhkan keabsahan agar penelitian tersebut dapat dipercaya kredibilitasnya,
salah satu caranya menggunakan
triangulasi. Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. untuk mengecek apakah data yang diperoleh dari informan sudah
benar-benar valid dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Triangulasi sumber dilakukan
dengan menanyakan kepada orang-orang terdekat informan, seperti tetangga atau saudara. Serta tengkulak, untuk
mencocokkan apakah pernyataan
informan dengan yang dikerjakan
tengkulak memiliki kesamaan.
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara, pertama-tama peneliti melakukan observasi, kemudian wawancara, dan
kemudian baru melakukan dokumentasi. Observasi, wawancara, dan dokumentasi dilakukan pada satu sumber data yang sama. Apabila dengan teknik pengujian kredibilitas data dengan observasi dan dokumentasi menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut kepada informan, untuk memastikan data mana yang dianggap paling benar, atau mungkin semuanya benar namun sudut pandangnya berbeda-beda.
Teknik Analisis Data
Analisis model Miles dan Huberman (Iskandar, 2009:139-142), dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Reduksi data
2. Display atau penyajian data
3. Mengambil kesimpulan lalu
diverifikasi.
Pembahasan penelitian nantinya berisi penyebab petani muslim di Desa Glagahagung menjual hasil panennya pada tengkulak, serta untuk mengetahui praktik jual beli hasil panen oleh tengkulak.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam website resmi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, menyebutkan
sektor pertanian merupakan sektor
ekonomi paling dominan bila diperhatikan berdasarkan struktur ekonomi Kabupaten
Banyuwangi. Khusus dalam sektor
pertanian ini, terdapat dua sub sektor didalamnya yang sangat potensial, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor perikanan laut.
Peranan sub sektor tanaman bahan makanan dapat menyumbang produksi padi Jawa Timur, dikarenakan, Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu daerah lumbung padi. Kabupaten Banyuwangi merupakan Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang mempunyai luas wilayah terbesar, sehingga dengan
adanya ketersediaan luas daerah
tersebut, kesempatan untuk dijadikan
sebagai lahan pertanian akan
mempunyai peluang besar. Namun perlu dipahami pula bahwa tidak semua tanah mempunyai tingkat kesuburan yang sama.
Desa Glagahagung berada di
Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten
Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Desa ini berjarak sekitar 45 Kilometer dari Kota
Banyuwangi. Dalam Profil Desa
Glagahagung (2013), disebutkan bahwa Desa Glagahagung memiliki luas lahan
persawahan mencapai 826,38 ha/m2.
Mata pencaharian pokok mayoritas penduduk di Desa Glagahagung adalah petani, pengusaha kecil dan menengah, dan Pegawai Negeri Sipil. Jumlah total
penduduk di Desa Glagahagung
mencapai 7.198 (total laki-laki dan perempuan), dengan pemeluk agama mayoritas Islam sebanyak 7.190 (total laki-laki dan perempuan).
Komoditas tanaman pertanian di Desa Glagahagung adalah tanaman pangan, seperti padi, kedelai. Serta, tanaman holtikultura atau tanaman kebun, seperti cabai, melon, semangka, jeruk, buah naga, dan lainnya.
Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang dapat menghasilkan karbohidrat dan proten. Contohnya adalah padi, kedelai, dan jagung.
Budidaya tanaman kebun disebut dalam istilah pertanian modern sebagai
holtikultura, yang diartikan sebagai
budidaya tanaman kebun. Komoditas holtikultura adalah sayuran, buah, dan
tanaman hias. Namun, di Desa
Glagahagung, kebanyakan yang
ditanam hanyalah sayuran dan buah yang dapat dijual lagi.
Gambaran Umum Subjek Penelitian Karakteristik Informan
Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan wawancara secara
mendalam kepada beberapa informan
supaya dapat mencapai temuan
penelitian, teknik pengambilan data menggunakan teknik purposive sampling. Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 informan. Dengan rincian dalam tabel 4.6. Dari 9 informan, terdapat 1 informan yang merupakan key informan yaitu informan pertama, key informan ini selain bekerja sebagai petani, juga merupakan ketua kelompok tani di Desa
Glagahagung, key informan dipilih
dengan pertimbangan telah mengerti dan memahami betul tentang seluk beluk
petani dan pertanian di Desa
Glagahagung. Key informan ini juga terlibat secara aktif pada lingkungan dan kegiatan yang menjadi perhatian peneliti dan dianggap sebagai orang yang paham secara keseluruhan permasalahan petani di Desa Glagahagung.
Tabel 1.1 Karakteristik Informan
Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2014.
PEMBAHASAN
Definisi Tengkulak Menurut Petani Muslim di Glagahagung
Untuk mengetahui pemahaman petani muslim di Desa Glagahagung mengenai tengkulak, maka peneliti
menanyakan pengertian tengkulak
kepada informan, sehingga peneliti dapat mengetahui, apakah petani betul-betul memahami makna tengkulak.
Dari tabel 1.2, berdasarkan
jawaban 9 informan, dapat diketahui seluruh informan telah memahami bahwa tengkulak adalah orang yang membeli hasil panen dari petani. Namun, hanya informan 1, informan 2, informan 3, dan informan 8 yang mengetahui secara benar dan sesuai dengan makna tengkulak yang sebenarnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu
pedagang perantara, meskipun, dalam penjelasannya informan mengungkapkan dengan bahasa yang berbeda.
Tabel 1.2
Definisi Tengkulak Menurut Petani Muslim di Desa Glagahagung
Informan Pengertian Tengkulak
Informan 1 Orang yang membeli barang dari seorang petani atau seorang pedagang yang kemudian dijadikan barang yang dapat dikonsumsi untuk dijual lagi kepada konsumen.
Informan 2 Pembeli barang yang kemudian dijual lagi.
Informan 3 Orang yang menjadi perantara penjualan, yang membeli kemudian menjualnya.
Informan 4 Pedagang yang membeli hasil panen dari petani.
Informan 5 Orang yang membeli hasil pertanian Informan 6 Orang yang membeli hasil petani,
yang dimaksudkan hasil petani adalah hasil pertanian petani. Informan 7 Orang yang membeli hasil panen. Informan 8 Orang yang melakukan jual beli
barang yang bertujuan untuk mendapatkan hasil (laba).
Informan 9 Orang yang menerima barang hasil dari petani.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2014.
Tengkulak sebagai pedagang
perantara maksudnya adalah tengkulak membeli barang kemudian menjual lagi, seperti yang dilakukan oleh tengkulak pada umumnya yang membeli barang hasil panen dari petani kemudian menjualnya lagi kepada pabrik, tengkulak besar, atau langsung ke pasar.
Alasan Menjual Hasil Panen Kepada Tengkulak Menurut Petani Muslim di Desa Glagahagung
Dari sembilan informan, terdapat 5 jawaban berbeda mengenai alasan petani muslim menjual hasil panennya di tengkulak. Sedangkan 4 jawaban lainnya sama persis jawabannya. Yaitu, karena hanya tengkulak yang membeli hasil panen. Jawaban ini diberikan oleh
Nama Jenis
Tanaman Sampling Teknik Wawancara Tanggal
Amsin
Setiawan Pangan Purposive Sampling 20/5/2014
Aminoto Pangan Purposive
Sampling 21/5/2014 Minhaji Pangan dan Holtikultura Purposive Sampling 21/5/2014 Sunirman Pangan dan Holtikultura Purposive Sampling 21/5/2014 Suprayitn o Pangan dan Holtikultura Purposive Sampling 22/5/2014 Darwin
Santoso Pangan Purposive Sampling 22/5/2014
Aminudin Pangan dan Holtikultura Purposive Sampling 22/5/2014 Nur Ahmad Zainudin Pangan Purposive Sampling 22/5/2014 Suwanto Pangan dan Holtikultura Purposive Sampling 22/5/2014
informan 4, informan 6, Informan 8, dan informan 9.
Tabel 1.3
Alasan Menjual Hasil Panen Kepada Tengkulak Menurut Petani Muslim
di Desa Glagahagung
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2014.
Maka, dari hasil wawancara mendalam dengan sembilan informan, dapat ditarik kesimpulan bahwa alasan petani muslim menjual hasil panennya di tengkulak, adalah sebagai berikut:
1. Tempatnya dekat dengan sawah
2. Kemampuan membeli dalam
jumlah banyak 3. Mengurangi risiko
4. Hanya tengkulak yang membeli hasil panen
5. Tengkulak menyediakan tenaga kerja (buruh atau kuli) untuk membantu memanen.
Manfaat Menjual Hasil Panen kepada Tengkulak Menurut Petani Muslim di Desa Glagahagung
Tabel 1.4 menunjukkan manfaat menjual hasil panen kepada tengkulak
menurut petani muslim di Desa
Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi.
Dari 9 informan yang
menyebutkan manfaat menjual hasil panen di tengkulak, terdapat 4 informan dengan jawaban yang sama, yaitu informan 2, informan 6, informan 7, dan informan 8 yang menjawab bahwa manfaat menjual di tengkulak adalah membantu. Sehingga, dapat ditarik 5 kesimpulan manfaat yang di dapatkan dari jawaban informan, yaitu:
1. Meminimalisir pengeluaran 2. Membantu
3. Syaratnya mudah
4. Terjualnya seluruh hasil panen 5. Pembayarannya fleksibel
Dengan begitu dapat dilihat
bahwa terdapat berbagai macam
manfaat yang dirasakan oleh petani berkat menjual hasil panennya kepada tengkulak.
Informan Alasan Menjual
Kepada Tengkulak Keterangan
Informan
1 Tempatnya dekat dengan sawah Tempat tengkulak dekat dengan sawah, sehingga dapat menekan biaya distribusi.
Informan
2 Kemampuan membeli dalam jumlah banyak
Karena hanya tengkulak
yang mampu membeli
seluruh hasil panennya atau
sesuai kebutuhan,
sedangkan di pasar,
meskipun harganya tinggi tapi pasar hanya mampu membeli sedikit dari hasil panenannya.
Informan
3 Mengurangi risiko Informan ingin meminimalisir kerugian yang mungkin saja terjadi apabila informan menjualnya di tempat lain. Karena, selama ini informan hanya terbiasa menjual hasil
panennya kepada
tengkulak. Informan
4 Hanya tengkulak yang membeli hasil panen
Karena tidak ada tempat penjualan hasil panen lagi selain tengkulak di Desa Glagahagung.
Informan
5 Meminimalisir pengeluaran dan pembayaran fleksibel
Karena tidak merepotkan, tengkulak membantu petani untuk mengangkut hasil panennya juga ketika akan dijual. Lalu, pembayaran di
tengkulak juga mudah,
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan informan. Informan
6 Hanya tengkulak yang membeli hasil panen
Karena di sekitar Desa
Glagahagung adanya
tengkulak saja, untuk menjual
di pabrik tidak
memungkinkan, sedangkan
pasar hanya menerima
produk olahan hasil panen saja.
Informan
7 Menyediakan tenaga kerja atau buruh
Lebih mudah dan
menghemat biaya untuk mencari tenaga atau buruh untuk memanen
Informan
8 Hanya tengkulak yang membeli hasil panen
Karena tidak ada pilihan lain. Pembeli hasil panen hanya tengkulak.
Informan
9 Hanya tengkulak yang membeli hasil panen
Karena tidak ada pilihan lain selain menjual di tengkulak.
Tabel 1.4
Manfaat Menjual Hasil Panen Kepada Tengkulak Informan Manfaat Menjual Hasil Panen Kepada Tengkulak Keterangan Informan
1 Meminimalisir Pengeluaraan Tengkulak sangat dekat dengan sawah sehingga meminimalisir pengeluaran untuk mengangkut hasil panen, tidak merepotkan, dan menyita waktu petani ketika menjual.
Informan
2 Membantu Tengkulak petani untuk menjual hasil membantu panennya yang berjumlah banyak.
Informan
3 Syaratnya mudah Tengkulak tidak mempersulit proses penjualan, tengkulak juga menyediakan tenaga sendiri untuk memanen hasil panen, sehingga petaninya
cukup menunggu
menyaksikan hasil
timbangan saja. Informan
4 Kemampuan membeli dalam jumlah banyak
Tengkulak mampu membeli hasil panen petani dalam
jumlah berapapun dan
dalam keadaan apapun, baik basah maupun kering. Informan
5 Pembayarannya fleksibel Tengkulak petani dalam menjual hasil mempermudah panennya. Pembayaran di
tengkulak juga sesuai
dengan keinginan dan
kebutuhan petani. Informan
6 Membantu Membantu menjual hasil panen petani. Informan
7 Membantu Petani tidak perlu kesulitan mencari tengkulak, karena tengkulak datang sendiri ke
petani. Buruh panen
disediakan oleh tengkulak, jadi petani tidak kerepotan untuk mencari.
Informan
8 Membantu Dengan adanya tengkulak, petani tidak perlu bingung dimana harus menjual hasil panennya.
Informan
9 Syaratnya mudah Tengkulak menerima hasil panen dari petani apa adanya. Boleh basah atau kering. Sehingga, petani tidak perlu repot untuk
mengeringkan padinya
apabila padinya masih
basah dan pada saat yang sama cuaca tidak panas.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2014.
Pelanggaran Norma bisnis Islam yang dilakukan oleh Tengkulak
Setelah dilakukan wawancara
mendalam dengan informan yang
menjual hasil panennya pada tengkulak. Penelitian ini menemukan kesimpulan bahwa setiap informan setidaknya pernah
sekali merasakan pelanggaran norma bisnis Islam oleh tengkulak. Dari hasil
wawancara mendalam dengan 9
informan, tabel 1.5 menunjukkan
pelanggaran norma bisnis Islam yang pernah dialami oleh tengkulak.
Tabel 1.5
Pelanggaran Norma Bisnis Islam yang Dilakukan oleh Tengkulak
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2014.
Dari tabel 1.5, diketahui bahwa setiap informan pernah mengalami kerugian akibat pelanggaran norma bisnis Islam yang dilakukan oleh tengkulak. Dari 9 informan, informan terbanyak yang pernah mengalami pelanggaran norma bisnis Islam adalah informan pertama dan informan sembilan. Informan pertama merupaka key informan, yaitu seorang ketua kelompok tani yang mengetahui betul keadaan petani di sekitar Desa Glagahagung, jadi sangat wajar apabila
Pelanggaran Norma Bisnis Islam yang
pernah dialami petani Informan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Larangan Najash √ √ √ √ √ √ Larangan Khalabah (Pemasaran yang menyesatkan) √ √ √ √ √ Keterbukaan, Transparansi, dan Membantu Pemeriksaan √ √ Memenuhi Kesepakatan dan Kewajiban √ √ √ √ √ √ √
Kerja Sama dan
Menghilangkan Kesengsaraan
Pemasaran Bebas
dan Penetapan
Harga yang Adil
√ √ √ √ √
Bebas dari Dharar
(kerusakan) √ √ Larangan terhadap Kecurangan dalam Takaran dan Timbangan √ √ √ √ Larangan Rekayasa Harga √ √ √ Larangan Penimbunan Barang (Ihtikar) √ √ √ √ √ √ √ √ TOTAL 8 2 5 5 4 1 6 3 7
informan mengetahui paliing banyak pelanggaran-pelanggaran norma bisnis Islam yang dilakukan oleh tengkulak.
Sedangkan informan dengan
jumlah pelanggaran norma bisnis Islam yang dilakukan oleh tengkulak paling sedikit dialami oleh informan keenam. Informan keenam menyatakan hal ini mungkin terjadi karena tengkulak tempat menjual hasil panen informan keenam adalah tengkulak langganan, yang mungkin saja tidak tega merugikan informan, karena diantara informan keenam dan tengkulaknya memiliki kedekatan emosional.
Berikut ini merupakan daftar jenis pelanggaran norma bisnis Islam, diurutkan dari pelanggaran norma bisnis Islam yang paling sering dilanggar hingga yang tidak pernah dilanggar oleh tengkulak, dan diketahui serta dialami oleh informan:
1. Larangan Penimbunan Barang (Ikhtikar)
2. Memenuhi Kesepakatan dan
Kewajiban
3. Pelanggaran najash 4. Larangan Khalabah
5. Pemasaran Bebas dan Penetapan Harga yang Adil
6. Larangan terhadap Kecurangan dalam Takaran dan Timbangan 7. Larangan Rekayasa Harga
8. Keterbukaan, Transparansi, dan Membantu Pemeriksaan
9. Bebas dari Dharar (kerusakan) 10. Kerja Sama dan Menghilangkan
Kesengsaraan
Temuan Lain dalam Penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui alasan petani petani muslim menjual hasil panen kepada tengkulak, serta untuk mengetahui manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh tengkulak. Berdasarkan wawancara peneliti dengan informan, terdapat temuan lain di luar fokus penelitian ini, antara lain:
1. Petani di Desa Glagahagung pernah mendapatkan bantuan modal bibit padi dari pemerintah, namun bantuan tersebut telah berhenti.
2. Hasil panen yang masih basah harganya lebih rendah daripada hasil panen yang sudah kering. Hal ini cukup merugikan petani karena saat musim hujan petani tidak dapat mengeringkan hasil panennya.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini hanya mengambil 9 informan yang mewakili petani tanaman pangan dan petani tanaman holtikultura, dari 9 informan, terdapat 1 key informan yang merupakan ketua kelompok tani di Desa Glagahagung. Keterbatasan informan dalam penelitian ini merujuk pada proses
pengumpulan data informan yang
mengalami kesulitan karena data dari informan sangat terbatas, serta informan memiliki keterbatasan latar belakang pendidikan, sehingga data yang digali belum cukup memberikan informasi
lengkap terkait dengan penelitian ini, namun, 9 informan yang mewakili dalam penelitian ini sudah memberikan data yang cukup representatif sehingga bisa memberikan data yang diharapkan dan mendukung penelitian ini.
Penelitian ini hanya dapat
menyimpulkan alasan, manfaat, dan kerugian yang dirasakan oleh petani akibat menjual hasil panen di tengkulak secara umum dan garis besarnya saja, karena peneliti terkendala untuk menggali informasi lebih mendalam sebab para
informan cenderung tidak mau
menjelaskan jawaban secara rinci. V. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Alasan petani muslim menjual hasil panennya kepada tengkulak di Desa Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, adalah sebagai berikut:
1. Tempatnya dekat dengan sawah
2. Kemampuan membeli dalam
jumlah banyak 3. Mengurangi risiko
4. Hanya tengkulak yang membeli hasil panen
5. Menyediakan tenaga kerja atau buruh panen
Manfaat menjual hasil panen kepada tengkulak menurut petani muslim di Desa Glagahagung, adalah sebagai
berikut: Manfaat menjual hasil panen kepada tengkulak menurut petani muslim di Desa Glagahagung, adalah sebagai berikut:
1. Meminimalisir pengeluaran 2. Membantu
3. Syaratnya mudah
4. Terjualnya seluruh hasil panen
5. Pembayarannya fleksibel
Hampir semua tengkulak tempat petani menjual hasil panennya melakukan pelanggaran norma bisnis dalam Islam.
Pelanggaran norma bisnis ini
mengakibatkan petani mengalami
kerugiaan material. Pelanggaran norma bisnis yang paling banyak dilakukan oleh tengkulak adalah penimbunan barang. Urutan pelanggaran norma bisnis Islam yang dilakukan oleh tengkulak dan diketahui serta dialami oleh petani adalah sebagai berikut:
1. Larangan Penimbunan Barang (Ikhtikar)
2. Memenuhi Kesepakatan dan
Kewajiban
3. Pelanggaran najash 4. Larangan Khalabah
5. Pemasaran Bebas dan Penetapan Harga yang Adil
6. Larangan terhadap Kecurangan dalam Takaran dan Timbangan 7. Larangan Rekayasa Harga
8. Keterbukaan, Transparansi, dan Membantu Pemeriksaan
9. Bebas dari Dharar (kerusakan) 10. Kerja Sama dan Menghilangkan
Kesengsaraan Saran
Saran yang dapat penulis
sampaikan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi petani muslim
Diharapkan supaya petani dapat lebih teliti saat memilih
tengkulak. Kebanyakan petani
mengalami kerugian material karena dilanggarnya perjanjian yang telah
disepakati sebelumnya dengan tengkulak, oleh karena itu petani dapat mengantisipasinya dengan membuat perjanjian hitam di atas
putih, supaya ketika terjadi
pelanggaran perjanjian di lain waktu, tengkulak dapat mempertanggung jawabkannya.
2. Bagi Tengkulak
Diharapkan supaya tengkulak
lebih bijak dalam menjalankan
profesinya. Karena sebagai pembeli hasil panen petani, dan penentu
harga pembelian hasil panen,
tengkulak memiliki peranan yang
sangat penting untuk petani.
Tengkulak diharapkan selalu bersikap jujur dan adil kepada petani.
3. Bagi Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Sangat dianjurkan untuk
Lembaga Keuangan terkait
mendirikan Lembaga Keuangan Mikro Syariah di Desa Glagahagung.
4. Bagi pemerintah
Pemerintah seharusnya lebih
memperhatikan pemasaran
pertanian. Dengan memberikan solusi pemasaran yang tepat kepada petani, petani tidak perlu lagi untuk hanya bergantung dengan tengkulak ketika menjual hasil panenannya. Selain itu, diharapkan pemerintah
untuk memberi patokan harga
pembelian hasil pertanian kepada
tengkulak dan rutin
menginformasikannya kepada petani.
5. Bagi Aparat Pemerintah di Desa Glagahagung
Diharapkan dapat
memberikan solusi pengeringan padi petani dengan cara mengadakan alat pengering padi yang dapat dipinjamkan kepada petani yang panen.
6. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan dapat meneliti topik yang lebih mendalam lagi mengenai sistem jual beli hasil panen
yang dilakukan oleh tengkulak.
Supaya dapat diketahui sistem
penjualan hasil panen oleh petani, sistem jual beli hasil panen oleh tengkulak, sistem jual beli hasil panen yang sesuai syariat Islam, dan sistem penjualan hasil panen diharapkan oleh petani muslim.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Jumlah Petani Menurut Sektor/subsector dan Jenis Kelamin Tahun 2013, (Online).http://st2013.bps.go.id/de v/st2013/index.php/site/tabel?sear chabel=Jumlah+Petani+menurut+S ektor%2FSubsektor+dan+Jenis+Kela min+Tahun+2013&tid=23&search-wilayah=Indonesia&wid=000000000 0&lang=id. diakses 22 Juni 2014 pukul 23:16
Departemen Agama Republik Indonesia. 2007. AL-QURAN. Bandung: CV Penerbit Diponegoro
Hagani, Suwardi. 2011. Pemberdayaan Tengkulak untuk Meningkatkan Kesejahteraan Petani, (Online). http://suwardihagani.wordpress.co
m/tag/tengkulak/. diakses 12
Desember 2013 pukul 19:11
http://www.mapsofworld.com, diakses 22 Juni 2014 pukul 23:20
Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada (GP Press)
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. 2014.
BDA Pertanian, (Online).
http://banyuwangikab.go.id/page /bda/pertanian.html. diakses 22 Mei 2014 pukul 22:30
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). 2008. Ekonomi
Islam. Jakarta: Rajagrafindo
Persada
Prasetyo, Nova Anjar. 2012. Hubungan Antara Biaya Promosi dan Biaya
Distribusi dengan Volume
Penjualan pada PT. Salama
Nusantara. Skripsi tidak diterbitkan.
Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta
Rivai V., Amiur N, dan Faisar A.A. 2012. Islamic Business and Economics Ethics. Jakarta: Bumi Aksara
Salim dan Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(cetakan ke-14). Bandung:
Alfabeta
View publication stats View publication stats