• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN FUNGSI SUPERVISI DAN KOMUNIKASI KEPALA RUANGAN DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ROKAN HULU TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN FUNGSI SUPERVISI DAN KOMUNIKASI KEPALA RUANGAN DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ROKAN HULU TAHUN 2014"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 31 HUBUNGAN FUNGSI SUPERVISI DAN KOMUNIKASI KEPALA RUANGAN DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH ROKAN HULU TAHUN 2014 Nany Librianty1, Dewi Rezky2

1

Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau 2

Mahasiswa SI Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau ABSTRAK

The function of the direction of the head of the room is one of the management functions that affect job satisfaction of nurses, because the function of directing is a process of planning exercises management to achieve treatment goals of nurses which say the factors that most affected job satisfaction is the supervision of the supervisor, a positive influence and routine daily work, where these things is an activity in directing function. The purpose of this study is to determine the relationship between supervision and communication functions of head room with the job satisfaction of nurses at the General Hospital of Rokan Hulu 2014. Type of this research is descriptive analytical cross sectional study design, with a total sample of 68 respondents to the proportional sampling technique. Processing data used chi square test. The result shows no relationship between the functions of supervision and job satisfaction of nurses p = 0.003 <0.05 there is a relationship between the communication functions and job satisfaction of nurses P = 0.001 <0.005. It can be concluded that there is a significant relationship between the functions of supervision and communication functions of head room with the job satisfaction of nurses at the county hospital Rokan Hulu, 2014. It is expected that the results of this study can provide information, knowledge, and it can be used as reference material.

Keywords: supervision, communication, and job satisfaction

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kepuasan kerja merupakan reaksi emosi seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukannya dihubungkan dengan harapan yang dimilikinya. Kepuasan kerja perawat merupakan perasaan senang atau tidak senang perawat dengan pekerjaan yang dimiliki dan hal ini dapat berdampak pada perilaku perawat di masa yang akan datang terhadap pekerjaannya (Davis dan Newstorm, 1995).

Salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah kepuasan kerja perawat, dimana kepuasan kerja perawat secara tidak langsung menggambarkan sistem manajemen keperawatan yang baik sehingga kepuasan tersebut dapat dibentuk. Maylor dan Newman (2002) menyebutkan dalam penelitian kualitatifnya bahwa kepuasan kerja perawat akan menyebabkan retensi staf keperawatan sehingga akan berdampak pada mutu pelayanan keperawatan yang diberikan. Pelayanan keperawatan yang

(2)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 32 berkualitas akan mendukung

kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diterima.

Kepuasan kerja dapat mempengaruhi kinerja perawat. Semakin tinggi kepuasan kerja yang dimiliki perawat, maka kinerjanya akan semakin baik. (Robbins, 2006)

Kepuasan kerja dapat diperoleh seseorang jika didukung faktor eksternal. Faktor eksternal yang mendukung antara lain memiliki produktivitas pekerjaan yang tinggi, memiliki hubungan yang baik dengan rekan kerja dan atasan, mendapatkan penghargaan yang sesuai dari pekerjaan yang dilakukan dan kondisi kerja yang mendukung. Bagi perawat, apabila faktor eksternal tersebut terkondisi dengan baik, maka kepuasan kerja yang tinggi dapat tercapai. Penelitian membuktikan banyak faktor eksternal yang dapat mewujudkan kondisi perawat akan puas dengan pekerjaannya (Syafdewiyani, 2002).

Perawat yang bekerja di Rumah sakit merupakan bagian yang tidak terlepas dari sistem manajemen yang berlaku di ruangan tempat bekerja. Terdapat banyak faktor terkait dengan fungsi manajemen kepala ruangan yang dapat menyebabkan kepuasan atau ketidakpuasan perawat dalam bekerja. Penelitian di salah satu rumah sakit di California menunjukkan lebih dari 60 perawat registered nurse yang disurvei mengatakan faktor yang paling mempengaruhi kepuasan kerja adalah supervisi dari atasan, pengaruh yang positif dan rutinitas kerja sehari-hari, dimana hal-hal ini merupakan kegiatan dalam fungsi pengarahan

(Neeley, 2006). Fungsi pengarahan kepala ruangan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mempengaruhi kepuasan kerja perawat, karena fungsi pengarahan merupakan suatu proses

penerapan perencanaan

manajemen untuk mencapai tujuan perawatan (Swansburg, 1999).

Turnover yang merupakan salah satu indikator ketidakpuasan pegawai dapat diturunkan dengan meningkatkan fungsi pengarahan. Penelitian di dua tempat terkait dengan angka turnover perawat yang tinggi dan rendah dilakukan, dan dari penelitian ini ditemukan bahwa kualitas yang baik dari sistem kepemimpinan dan manajemen, mengakui dan menghargai pekerjaan bawahan dari seorang manajer ditemukan pada rumah sakit dengan angka turnover perawat yang rendah, sebaliknya rumah sakit dengan angka turnover perawat yang tinggi ditemukan sistem kepemimpinan dan manajemen yang kurang baik (Eaton, 2001).

Rumah sakit umum daerah Rokan Hulu merupakan salah satu rumah sakit dengan kelas c Non Pendidikan di Propinsi Riau Visi rumah sakit adalah memberikan kekuatan bagi semua komponen fungsional maupun non fungsional dalam menampilkan kinerja yang optimal. Salah satu misi Rumah Sakit Umum Rokan Hulu adalah mempersiapkan dan meningkatkan sumber daya untuk mencapai rumah sakit terbaik di Riau Tugas Rumah Sakit Umum Rokan Hulu adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan

mengutamakan upaya

(3)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 33 penyembuhan dan pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu.

Misi dari bidang

keperawatan Rumah Sakit Umum Rokan Hulu adalah menyelenggarakan asuhan keperawatan yang bermutu, untuk meningkatan kualitas hidup manusia seutuhnya. Tenaga perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu seluruhnya berjumlah 153 perawat dengan latar belakang pendidikan SPK, D3 dan S1 Keperawatan. Distribusi tenaga perawat menyebar di instalasi rawat 24 jam, instalasi rawat jalan dan rawat inap. BOR yang diperoleh sepanjang tahun 2013 adalah 50,3 % dengan rata-rata lama rawat inap pasien adalah 3,5 hari. Masa kerja rata-rata perawat adalah 6 sampai 10 tahun (Profil RSUD Rokan Hulu 2013)

Fungsi pengarahan kepala ruangan diharapkan memiliki dampak bagi staf perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Perawat selaku praktisi klinis dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berdampak terhadap pekerjaannya. Fenomena yang terlihat di Rumah Sakit Rokan Hulu menunjukkan faktor yang terlihat berpengaruh terhadap pekerjaannya saat ini adalah fakto-faktor yang terkait dengan kepuasan kerja dan faktor pengarahan dari kepala ruangan. Penelitian ini berupaya untuk membuktikan keterkaitan antara fungsi pengarahan kepala ruangan dengan kepuasan kerja perawat. Variabel yang memiliki keterkaitan yang kuat akan membuktikan asumsi yang disusun peneliti terkait dengan fenomena

yang terlihat, dan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu dalam melakukan perbaikan demi tercapainya mutu pelayanan yang berkualitas.

Kepuasan kerja merupakan reaksi emosional perawat terhadap pekerjaan yang dilakukan. Kepuasan kerja dapat memicu produktivitas kerja perawat. Oleh karena itu kepuasan kerja merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan manajer keperawatan untuk mengevaluasi sistem manajemen yang ada. Kepuasan kerja perawat yang tidak tercapai dapat menyebabkan perilaku yang tidak baik oleh perawat sebagai efek dari ketidakpuasannya. Perilaku ini akan dirasakan oleh pasien sebagai penerima pelayanan. Perilaku perawat yang kurang baik dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien akan mempengaruhi kualitas pelayanan dan menimbulkan ketidakpuasan pasien. Kondisi ini akan berpengaruh kepada kualitas pelayanan rumah sakit, dimana kepuasan adalah salah satu indikator mutu layanan.

Fungsi pengarahan merupakan kegiatan atau proses yang dilakukan untuk menciptakan keharmonisan diantara semua aktivitas untuk memfasilitasi pekerjaan perawat dan keberhasilan pencapaian tujuan unit perawatan. Fungsi pengarahan kepala ruangan yang efektif mendukung staf perawat dalam pencapaian tujuan unit perawatan. Fungsi pengarahan yang tidak efektif dapat menyebabkan kinerja yang buruk, loyalitas yang rendah dari bawahan, dan tidak tercapainya tujuan yang

(4)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 34 telah ditetapkan. Hal ini akan

memperburuk kondisi pelayanan keperawatan dan pasien akan menerima pelayanan yang buruk dari perawat.

Survei kepuasan kerja perawat perlu dilakukan di Rumah Sakit Umum Rokan Hulu untuk mengetahui gambaran yang sebenarnya tentang kepuasan kerja perawat saat ini. Hal ini dibutuhkan pihak manajerial rumah sakit untuk mengetahui kondisi staf perawat sehingga dapat memperbaiki kinerjanya. Fungsi manajerial yang akan di eksplorasi pada penelitian ini adalah fungsi pengarahan kepala ruangan, mengingat pada fungsi inilah terjadi proses penerapan perencanaan organisasi untuk mencapai tujuan. Fungsi pengarahan yang optimal dapat mempengaruhi kepuasan kerja perawat dimana nantinya kepuasan kerja perawat dapat berdampak pada kinerjanya. Kinerja perawat yang baik dapat mengindikasikan mutu layanan rumah sakit seperti yang telah disebutkan dalam visi dan misi rumah sakit. Hasil wawancara dan Survei yang dilakukan terhadap 37 perawat pada bulan februari 2014 menunjukkan data bahwa sebanyak 17 perawat tidak merasakan manfaat supervisi, 22 perawat (59,4%) merasa tidak memiliki kesempatan komunikasi timbal balik dengan baik antara perawat pelaksana dan kepala ruangan. Data tersebut menunjukkan bahwa beberapa indikator kepuasan kerja seperti supervisi dan komunikasi staf di RSUD Rokan Hulu tidak optimal. Hal ini mengindikasikan bahwa kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit kemungkinan masih belum optimal tercapai.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah hubungan fungsi supervisi dan komunikasi kepala ruangan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu Tahun 2013”

Tujuan Penelitian 1. Aspek Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan rumah sakit dalam menentukan kebijakan terkait dengan fungsi manajemen ruangan khususnya fungsi pengarahan dalam upaya meningkatkan kepuasan kerja perawat yang diharapkan akan berdampak terhadap peningkatan mutu asuhan keperawatan.

2. Aspek praktis

a. Hasil penelitian menggambarkan kepuasan kerja perawat pelaksana dan pelaksanaan fungsi pengarahan kepala ruangan di rumah sakit sehingga dapat dijadikan landasan dan tolak ukur oleh seluruh perawat dalam melakukan upaya peningkatan kinerja.b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi fungsi supervisi kepala ruangan di RSUD Rokan Hulu tahun 2014. b. Hasil penelitian ini dapat

dijadikan data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya yang terkait

(5)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 35 dengan kepuasan kerja

perawat dan fungsi pengarahan kepala ruangan

dalam manajemen

keperawatan.

METODELOGI PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan potong silang (cross secctional), untuk melihat hubungan antara fungsi pengarahan kepala ruangan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit umum

Rokan Hulu. Pengumpulan data baik variabel independent maupun variabel dependent dengan pendekatan potong silang (cross secctional) dilakukan secara bersama-sama Variabel independent dalam penelitian ini adalah fungsi pengarahan kepala ruangan dengan sub variabel motivasi, supervisi, delegasi, manajemen konflik, dan komunikasi, sedangkan variabel counfounding adalah karakteristik perawat pelaksana mencakup umur, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja.

Oleh karena itu analisa data pada penelitian ini dilakukan terhadap 68 responden yang mencakup analisis data univariat, bivariat dan multivariat. Penjelasan dari masing-masing analisis data tersebut adalah sebagai berikut.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12-24 Mei 2014 di instalasi rawat inap RSUD Rohul dengan jumlah sampel

sebanyak 68. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pelaksanaan Fungsi Pengarahan Kepala Ruangan dengan Kepuasan Kerja perawat Pelaksana di RSUD Rohul tahun 2014.

Setelah data dikumpulkan kemudian diolah secara komputerisasi. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada tabel berikut ini :

A. Analisa Univariat

Analisa Univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi motivasi perawat usia, status perkawinan, pendapatan dan dukungan atasan yang menjadi faktor-faktor motivasi perawat melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana di RSUD Rohul tahun 2014. Hasil analisa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Perawat di RSUD Rohul Tahun 2014.

No Umur(tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)

1. 22-35 52 76,5

(6)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 36

2. 36-45 16 23,5

Jumlah 68 100

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar perawat di RSUD Rohul berada pada kelompok umur 22-35 dengan jumlah 52 orang (76,5%).

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Perawat Di RSUD Rohul Tahun 2014.

No Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Laki-laki 20 29,4

2. Perempuan 48 70,6

Jumlah 68 100

Pada tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden 48 (70,6%) berjenis kelamin perempuan.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Perawat di RSUD Rohul Tahun 2014.

No Pendidikan Terakhir Frekuensi (n) Persentase (%)

1. D III Keperawatan 60 88,2

2. S1 Keperawatan 8 11,8

Jumlah 68 100

Pada tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden 60 orang (88,2%) berpendidikan D III Keperawatan.

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Masa Kerja Perawat di RSUD Rohul Tahun 2014.

No Lama Masa Kerja(tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)

1. 1-5 20 29,4

2. 6-10 48 70,6

Jumlah 68 100%

Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden 48 orang (70,6%) memiliki masa kerja 6-10 tahun.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Fungsi Supervisi oleh Kepala Ruangan di RSUD Rohul Tahun 2014.

No Fungsi Supervisi Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Supervisi Baik 23 33,8

2. Supervisi tidak Baik 45 66,2

Jumlah 68 100%

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden 45 orang (66,2) menyatakan fungsi supervisi kepala ruangan tidak baik.

(7)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 37

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Fungsi Komunikasi oleh Kepala Ruangan di RSUD Rohul Tahun 2014.

No Fungsi Komunikasi Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Komunikasi Baik 24 35,3

2. Komunikasi tidak Baik 44 64,7

Jumlah 68 100%

Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden 44 orang (64,7%) menyatakan fungsi Komunikasi kepala ruangan tidak baik

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kepuasan Perawat Pelaksana oleh Kepala Ruangan di RSUD Rohul Tahun 2014.

No Tingkat Kepuasan Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Puas 17 25,0

2. Tidak Puas 51 75,0

Jumlah 68 100%

Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sebagian besar perawat kurang puas kepada kepala ruangan 51 orang (75%) responden.

B. Analisa Bivariat

Analisa bivariat untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel independen (Fungsi supervisi, komunikasi kepala ruangan) dengan variabel dependen (kepuasan perawat pelaksana). Analisa bivariat diolah dengan program komputerisasi menggunakan uji chi-square dengan hasil yang terdapat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.8. Hubungan Fungsi Supervisi oleh Kepala Ruangan dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di RSUD Rohul Tahun 2014.

Fungsi Supervisi

Kepuasan Perawat Pelaksana

Total P value

Tdk Puas Puas

N % N % N %

0,003

Supervisi tidak baik 35 77,8 10 22,2 45 100

Supervisi baik 17 73,9 6 26,1 23 100

52 76,4 16 23,6 68 100

Pada tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa dari 45 responden yang mendapatkan supervisi tidak baik dari kepala ruangan, terdapat 35 (77,8%) responden tidak puas dengan fungsi supervisi, dan 10 (22,2%) responden yang puas dengan fungsi supervisi kepala ruangan.

Hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0,003 < 0,05. Maka dapat disimpulkan ada hubungan proporsi perawat pelaksana yang mendapatkan supervisi tidak baik dengan yang baik terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana.

Tabel 4.9. Hubungan Fungsi Komunikasi oleh Kepala Ruangan dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di RSUD Rohul Tahun 2014.

(8)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 38

Fungsi Komunikasi

Kepuasan Perawat Pelaksana

Total P value

Tidak Puas Puas

N % N % N % 0,001 Komunikasi tidak baik 35 79,5 9 20,5 44 100 Komunikasi baik 17 70,8 7 29,2 24 100 52 76,5 16 23,5 68 100

Pada tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa dari 44 responden yang mendapatkan fungsi komunikasi tidak baik dari kepala ruangan terdapat 35 orang (79,5%) perawat pelaksana yang tidak puas dengan fungsi komunikasi kepala ruangan yang tidak baik dan 9 orang (20,5%) yang puas.

Hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0,001< 0,05. Maka dapat disimpulkan ada hubungan proporsi perawat pelaksana yang mendapatkan fungsi komunikasi tidak baik dengan yang baik terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana.

PEMBAHASAN

A. Hubungan Fungsi Supervisi Kepala Ruangan Dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di RSUD Rokan Hulu Tahun 2014.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil ada hubungan antara fungsi supervisi kepala ruangan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana dengan nilai p = 0,003 < 0,05 yang artinya ada hubungan antara fungsi supervisi kepala ruangan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di RSUD Rohul.

Pengawasan dan bimbingan atasan sangat penting untuk diterima, karena bimbingan atasan dapat diartikan sebagai sebuah reward yang positif bagi bawahan karena bisa juga diartikan sebagai sebuah perhatian yang tulus dan bimbingan yang harus diterima bawahan, dengan adanya supervisi atasan, secara langsung akan dirasakan menjadi sebuah kepuasan tersendiri untuk meraih sesuatu, seperti melaksanakan pekerjaan setiap hari

misalnya. Pengarahan atasan menjadi sebuah semangat dan tanggung jawab bawahan untuk membuktikan bahwa dirinya mampu melaksanakan pekerjaan tersebut.

Menurut asumsi peneliti bahwa fungsi supervisi kepala ruangan atau atasan sangat penting artinya semakin baik supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan maka akan semakin puas perawat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya, seperti yang telah dibuktikan dalam penelitian ini, ada hubungan antara fungsi supervisi dengan kepuasan kerja perawat pelaksana dalam melakukan pekerjaan sebagai perawat pelaksana di RSUD Rohul tahun 2014.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Hurlock, (2000) bahwa kepuasan didukung oleh perhatian dan reward dari orang lain. Sifat-sifat kompetisi dan supervisi dalam bekerja akan menuntut seseorang meningkatkan mutu diri atau SDM diri guna menjawab tantangan pekerjaan yang semakin komplit. Maka dengan hal tersebut akan

(9)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 39 tumbuh kepuasan yang sangat besar

untuk dirasakan.

B. Hubungan Fungsi Komunikasi Kepala Ruangan Dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di RSUD Rokan Hulu Tahun 2014.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil ada hubungan antara fungsi Komunikasi kepala ruangan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana dengan nilai p = 0,001 < 0,05 yang artinya ada hubungan antara fungsi Komunikasi kepala ruangan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di RSUD Rohul.

Komunikasi dan penyampaian pesan yang baik dari atasan sangat penting untuk dipahami, karena pesan-pesan yang disampaikan atasan dapat diartikan sebagai intruksi dan petunjuk tugas yang harus dilaksanakan. Komunikasi terjadi, tentu melalui dua syarat yaitu antara komunikator dengan komunikan, bila komunikator baik dalam penyampaian pesan maka pesan akan dapat diterima oleh konukan dengan baik pula sehingga terjadi proses komunikasi yang lancar begitu pula sebaliknya. Bila komunikasi adan noise atau gangguan maka si komunikan tak dapat menangkap pesan yang disampaikan, seperti dipengaruhi oleh sifat komunikator yang emosional, kurang penguasaan pesan yang disampaikan dan lain sebagainya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi komunikasi kepala ruangan atau atasan sangat penting artinya seperti yang telah dibuktikan dalam penelitian ini, ada hubungan antara fungsi komunikasi dengan kepuasan kerja perawat pelaksana dalam melakukan pekerjaan sebagai

perawat pelaksana di RSUD Rohul tahun 2014.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Hurlock, (2000) bahwa kepuasan kerja didukung oleh lancar dan baiknya komunikasi antara atasan dengan bawahan.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dengan melihat tujuan penelitan yaitu untuk mengetahui hubungan fungsi pengarahan kepala ruangan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di RSUD Rohul tahun 2014 dapat diambil kesimpulan :

1. Usia responden dalam penelitian ini sebagian besar 22-35 tahun 52 orang.

2. Responden dalam penelitian ini sebagian besar perempuan yaitu sebanyak 48 orang.

3. Responden dalam penelitian ini sebagian besar berpendidikan terakhir Diploma III Keperawatan 60 orang.

4. Responden dalam penelitian ini sebagian besar lama masa kerja yaitu 6 -10 tahun sebanyak 48 orang.

5. Sebagian besar perawat pelaksana merasakan kepala ruangan yang melakukan fungsi supervisi tidak baik yaitu sebesar 45 orang.

6. Lebih dari separuh perawat pelaksana merasakan kepala ruangan yang melakukan fungsi komunikasi tidak baik yaitu 44 orang.

7. Ada hubungan antara fungsi supervisi kepala ruangan dengan kepuasan perawat kerja perawat pelaksana di RSUD Rohul. 8. Ada hubungan antara fungsi

(10)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 40 dengan kepuasan perawat kerja

perawat pelaksana di RSUD Rohul.

Saran

1. Bagi RSUD Rohul

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen RSUD Rohul, dalam rangka perbaikan untuk pelaksanaan supervisi dan komunikasi kepala ruangan terhadap perawat pelaksana. 2. Bagi Instansi Pendidikan

Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi, pengetahuan, dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya dengan variabel yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Aprizal, S, Kunjoro, T, & Probandari, A (2008). Kepuasan Kerja Perawat di rumah sakit jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang.

www.Irc

kmpk.ugm.ac/id/UP-PDF/no.17 Yana 04 08. Pdf. Diakses tanggal 26 Februari 2014.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rieneka Cipta, Jakarta

Bateman & snell. (2002). Management : competing in the new era, 5th ed.USA : McGraw-Hill Company.

Budiarto,E.2001. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,EGC. Jakarta.

Hamzah. H. (2001). Hubungan supervisi, tanggung jawab dan pengembangan diri dengan kepuasan kerja perawat pelaksana diruang rawat inap Rumah Sakit Umum Labuang Baji Makassar tahun 2011. Tesis master tidak dipublikasikan. FK-UI.

Herwanti, E. (2003). Persepsi perawat pelaksana tentang upaya kepala ruangan memotivasi bawahan dihubungkan dengan kepuasan kerjanya di unit rawat inap RSUD Prof. DE.WZ Jahanes Kupang. Tesis Master tidak dipublikasikan. FKM – UI. Higgins, J.M. (1994). The Management

Challenge, 2Th ed USA : Macmillan College Publishing Campany.

Hidayat, A.A.( 2007), Metode Penelitian Kebidanan dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika

Huffmire. D.W, & Holmes J.D (2006). Hanbook of effective management. How to manage or supervise strategically. London : praeger.

Kreitner. R, & Kinicki.A (2010). Organizational Behavior, 9th ed. New York : The Mc Graw-Hill campanies.

Marquis, B.L, & Huston, CJ (2009). Leadership roles and management function in nursing : theory and aplication, 6th ed. Philadelphia : Lippincott.

(11)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 41 Mc Shane, S.L, & Glinow, M.A.

(2003). Organizational behavior. USA : Mc Graw-Hill Campanies.

Neeley, Farrel F. (2006). Factor influenzing job satisfaction among hospice nurses working for non frofit hospice organization in California. Ph.D. Disertation, Capela University. Diakses tanggal 26 maret 2014.

Newman. K & Maylor. U. (2002). Empirical evidence for “the nurse satisfaction, quality of care and patien satisfaction chain” International Journal of Healt Care Quality assurance, Diakses tanggal 4 april 2014. Notoatmojo, S. 2007. Promosi

Kesehatan Dan Ilmu Perilaku, Rieneka Cipta, Jakarta.

__________. (2003). Metode Penelitian Kesehatan. EGC.Jakarta

Nursalam, 2007. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam

Praktik Keperawatan

Profesional, Salemba Medica Jakarta.

Nursalam dan Ferry Efendi, 2008. Pendidikan dalam Keperawatan, Salemba Medica Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Primacom Interbuana sangat dibutuhkan gaya kepemimpinan yang bisa mempererat hubungan antara atasan dengan bawahan, karena semakin baik hubungan di dalam perusahaan

Desain interior dalam rumah sakit merupakan lingkungan binaan yang keberadaannya berhubungan langsung dengan pasien.. Melalui elemen-elemen desain seperti warna, dapat

Tantangan untuk menghadapi masa depan dalam pendidikan desain terletak pada persiapan para mahasiswa desain untuk hidup berkarir profesional dalam dunia yang penuh dengan

In Chaer and Agustina (2010:70) Language based on level of formality, Martin Joos (1967) in his book The Five Clock distinguish language variety based on five style, those are

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh citra merek yang terdiri dari atribut, manfaat, nilai, dan kepribadian produk Sophie Martin

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat dukungan keluarga yang diterima oleh responden adalah kategori baik (95,6%), kepatuhan pasien dalam mengikuti

Menurut Undang Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok

Menurut Istanti (2006), salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk melakukan perawatan diri adalah adanya dukungan dari lingkugan.. Keluarga merupakan