• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAP TAHUNAN BKP 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LAP TAHUNAN BKP 2016"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TAHUNAN

Badan Ketahanan Pangan

2016

Kementerian Pertanian

Gerakan Tanam Cabai

(2)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...

Daftar Isi ... i

Daftar Tabel ...iii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Maksud ...4

1.3 Tujuan ...4

II VISI DAN MISI BADAN KETAHANAN PANGAN ...5

2.1 Visi ...5

2.2 Misi ...5

2.3 Tujuan Strategis ...5

2.4 Tugas dan Fungsi ...6

2.5 Sasaran Strategi ...7

2.6 Struktur Organisasi ...7

2.7 Dukungan Sumberdaya Manusia ...10

2.8 Program dan Anggaran ...13

2.9 Website Badan Ketahanan Pangan ...16

2.10 Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Badan Ketahanan Pangan ...18

III CAPAIAN KINERJA PROGRAM ...20

3.1 Skor PPH Ketersediaan (NBM) ...24

3.2 Penurunan Penduduk Rawan Pangan ...38

3.3 Stabilisasi Harga Pangan Strategis ...44

3.3.1 Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen ...44

(3)

3.4 Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat

(LDPM) ...52

3.5 Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) ...55

3.6 Cadangan Pangan Pemerintah ...57

3.7 Toko Tani Indonesia ... 61

3.8 Konsumsi Energi dan Protein serta Skor PPH ...68

3.8.1 Pola Pangan Harapan (PPH) ...68

3.8.2 Konsumsi Pangan Hewani ...70

3.8.3 Skor PPH ...71

3.9 Pengembangan Penganekaragaman Pangan ...73

3.10 Keamanan Pangan Segar ...77

IV KELEMBAGAAN KETAHANAN PANGAN ...81

4.1 Unit Kerja Ketahanan Pangan Daerah ...81

4.2 Dewan Ketahanan Pangan ...83

4.2.1 Sidang Regional (Sireg) Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota Wilayah Barat Indonesia ...84

4.2.2 Sidang Regional (Sireg) Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota Wilayah Tengah Indonesia ...86

4.2.3 Sidang Regional (Sireg) Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota Wilayah Timur Indonesia ...87

4.3 Perkembangan Kelembagaan Ketahanan Pangan Nasional ...89

V. KEGIATAN NASIONAL BADAN KETAHANAN PANGAN ...90

5.1 Gelar Pangan Nusantara ...90

5.2 Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) Ke-36 Tahun 2016 ... 92

5.3 Pencanangan Gerakan Tanam Cabai di Lokasi KRPL ...94

(4)

VI. KERJA SAMA BADAN KETAHANAN PANGAN ...102

6.1 Kerjasama Internasional ...102

6.2 Kegiatan Dalam Rangka Dukungan Kerjasama Internasional 106 VII SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI) BADAN KETAHANAN PANGAN ...111

6.1 Struktur dan Tugas Tim Satlak-PI ...111

6.2 Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) Badan Ketahanan Pangan ...113

6.3 Prestasi Tim Satlak-PI Badan Ketahanan Pangan ...118

6.4 Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) ...120

VIII TANTANGAN, PERMASALAHAN, DAN UPAYA PERBAIKAN ...123

7.1 Permasalahan ...123

7.1.1 Aspek Ketersediaan Pangan ...124

7.1.2 Aspek Keterjangkauan Pangan ...124

7.1.3 Aspek Konsumsi ...125

7.1.4 Dukungan Kelembagaan dan Manajemen Ketahanan Pangan ...125

7.2 Hambatan dan Kendala ...126

(5)

DAFTAR GAMBAR, TABEL, DAN GRAFIK

GAMBAR

TABEL

Halaman

Gambar 1 Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Kementerian

Pertanian ...8

Gambar 2 Pejabat Eselon I dan Eselon II Badan Ketahanan Pangan s.d Mei 2016 ...9

Gambar 3 Pejabat Eselon I dan Eselon II Badan Ketahanan Pangan s.d Desember 2016 ...9

Gambar 4 Pengunjung TTI Center Berdasarkan Jenis Pekerjaan ...67

Gambar 5 Alasan Utama Belanja ke TTI Center ...68

Gambar 6 Manfaat KRPL Untuk Masyarakat ...73

Gambar 7 Struktur Organisasi Tim Satlak-PI Badan Ketahanan Pangan ...112

Tabel 1 Jumlah Pegawai Badan Ketahanan Pangan Menurut Golongan Ruang (Kondisi Desember 2016) ... 11

Tabel 2 Jumlah Pegawai Ketahanan Pangan Menurut Golongan dan Pendidikan Akhir (kondisi Desember 2016) ... 11

Tabel 3 Pegawai dengan Jabatan Fungsional Khusus di Badan Ketahanan Pangan ...12

Tabel 4 Pagu dan realisasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 dan 2016 (Update data sampai dengan Januari 2017) ...14

Tabel 5 Realisasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Berdasarkan Per Kegiatan Tahun 2015 ...14

Tabel 6 Tabel Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016 ...21

Tabel 7 Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein serta Skor PPH Ketersediaan 2012-2016 ...25

Tabel 8 Keragaaan Ketersediaan Pangan Menurut Kelompok Bahan Makanan 2014-2015 ... 28

(6)

Tabel 10 Angka Rawan Pangan Tahun 2012 - 2016 ... 39

Tabel 11 Perkembangan Dana Bansos dan Realisasi Kawasan Mandiri Pangan Tahun 2013 - 2016 ...43

Tabel 12 Harga Pangan Di Tingkat Produsen dan Bahan Pangan Pokok Strategis Di Tingkat Konsumsen Tahun 2016 ...47

Tabel 13 Perkembangan Harga GKP, GKG, dan Beras Tingkat Petani Berdasarkan Pantauan BPS Tahun 2016 ... 49

Tabel 14 Perkembangan Harga Pangan Strategis Tingkat Konsumen Tahun 2016 Berdasarkan BPS ...50

Tabel 15 Rincian Realisasi Dana Bantuan Pemerintah Tahun 2016 Per Provinsi ...53

Tabel 16 Revisi Alokasi Dana Bantuan Pemerintah Penguatan-LDPM Tahun 2016 ...54

Tabel 17 Alokasi Dana Bantuan Pemerintah Untuk Kegiatan Pengembangan Kegiatan Lumbung Pangan Tahun 2016 ...56

Tabel 18 Realisasi Pencairan Dana Bantuan Pemerintah Tahap Pengembangan Tahun 2016 ...57

Tabel 22 Gapoktan dan TTI Pelaksana PUPM di 32 Provinsi ...62

Tabel 23 Transaksi Kegiatan Gapoktan di 32 Provinsi ...63

Tabel 24 Jumlah Pengunjung TTI Center ...66

Tabel 25 Penjualan Komoditas Pangan TTI Center ... 66

Tabel 26 Perkembangan Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Rata-rata Tahun 2012-2016 ...69

Tabel 27 Konsumsi Pangan Hewani ...71

Tabel 28 Perkembangan Skor PPH Tahun 2011 - 2015 ...72

Tabel 29 Pencapaian Kinerja Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Tahun 2016 ...74

Tabel 30 Kelompok Yang Tidak Mencairkan Bantuan Pemerintah Pada Tahap Pengembangan ...75

Tabel 31 Kelompok Yang Tidak Mencairkan Bantuan Pemerintah Pada Tahap Penumbuhan ...75

(7)

GRAFIK

Tabel 33 Perbandingan Percepatan Penyelesaian KN Tahun

2012-2016 ...112

Grafik 1 Ketersediaan Ernergi Tahun 2012- 2016 ...26

Grafik 2 Ketersediaan Protein Tahun 2012-2016 ...26

Grafik 3 Skor PPH Ketersediaan Pangan Tahun 2012-2016 ...26

Grafik 4 Angka Rawan Pangan Tahun 2010-2016 ... 40

Grafik 5 Perkembangan Harga GKP, GKG, dan Beras ...48

Grafik 6 Perkembangan Harga Bawang Merah dan Cabai Merah Keriting ...48

(8)
(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketahanan Pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang difokuskan pada peningkatan ketersediaan pangan, pemantapan distribusi pangan, percepatan penganekaragaman pangan, dan pengawasan keamanan pangan segar. Di sisi lain, pembangunan ketahanan pangan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan sebagai perwujudan pembangunan sosial, budaya, dan ekonomi sebagai bagian pembangunan secara keseluruhan. Saat ini, pemerintahan Presiden Joko Widodo melalui Kementerian Pertanian sedang menggalakkan program swasembada pangan, diharapkan 3 (tiga) tahun kedepan Indonesia mampu berswasembada pangan, tidak tergantung dengan impor dari negara lain, dan dapat memiliki ketahanan pangan yang kuat. Kedaulatan pangan harus terlebih dahulu dicapai sebelum mewujudkan ketahanan pangan. Upaya mewujudkan kedaulatan pangan ini adalah agar Indonesia sebagai bangsa dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara berdaulat. Kedaulatan pangan diterjemahkan dalam bentuk kemampuan bangsa dalam hal: (1) mencukupi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri, (2) mengatur kebijakan pangan secara mandiri, serta (3) melindungi dan menyejahterakan petani sebagai pelaku utama usaha pertanian pangan. Dengan kata lain, kedaulatan pangan harus dimulai dari swasembada pangan yang secara bertahap diikuti dengan peningkatan nilai tambah usaha pertanian secara luas untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

(10)

pangan dengan peningkatan produksi pangan pokok; (2) Terjaminnya bahan pangan yang aman dan berkualitas dengan nilai gizi yang meningkat; (3) Stabilisasi harga bahan pangan; (4) Meningkatnya kesejahteraan pelaku usaha pangan.

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan yang kuat dan berkesinambungan, berdasarkan Undang-Undang Pangan Nomor 18 tahun 2012 tentang pangan, maka implementasi pembangunan ketahanan pangan dilaksanakan dengan memperhatikan 3 (tiga) komponen utama yang harus dipenuhi, yaitu: (1) Ketersediaan pangan yang cukup dan merata; (2) Keterjangkauan pangan yang efektif dan efisien; serta (3) Konsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang. Ketiga komponen tersebut dapat diwujudkan sampai tingkat rumah tangga, apabila: (1) Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang beragam untuk peningkatan ketersediaan pangan; (2) Melaksanakan diversifikasi pangan untuk mendorong konsumsi pangan masyarakat yang beragam, bergizi seimbang, dan aman; (3) Menjamin pasokan pangan ke seluruh wilayah dan terjangkau oleh masyarakat; (4) Memanfaatkan pasar pangan internasional secara bijaksana bagi pemenuhan konsumen yang beragam; serta (5) Memberikan jaminan bagi masyarakat miskin di perkotaan dan perdesaan dalam mengakses pangan yang bersifat pokok.

(11)

Badan Ketahanan Pangan sebagai institusi yang menangani ketahanan pangan, terus mendorong upaya pemantapan ketahanan pangan melalui pengembangan berbagai model pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat diantaranya: Desa Mandiri Pangan/Kawasan Mandiri Pangan, Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM), Lumbung Pangan Masyarakat (LPM), dan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Pada tahun 2015, Badan Ketahanan Pangan mencoba mengembangkan model penanganan gejolak harga pangan melalui kegiatan Toko Tani Indonesia (TTI) bekerjasama dengan Bulog, namun pada tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan dalam penanganan stabilitas harga mengembangkan kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) melalui Toko Tani Indonesia. Selain itu, Badan Ketahanan Pangan juga melaksanakan berbagai kegiatan pengkajian dan analisis ketahanan pangan diantaranya: Analisis Ketersediaan Pangan, Analisis Situasi Akses Pangan, AnalisisKetersediaan dan kebutuhan pangan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), serta melakukan pengembangan instrumen sistem deteksi dini rawan pangan melalui penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Peta FSVA) dan Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). Hasil analisis ini sangat penting sebagai bahan penyusunan kebijakan ketahanan pangan nasional yang disusun bersama dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Nasional.

(12)

1.2. Maksud

Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan tahun 2016 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian kepada Menteri Pertanian selaku pimpinan tertinggi Kementerian Pertanian.

1.3. Tujuan

Tujuan penyusunan laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan tahun 2016 ini adalah untuk :

a. Memberikan bahan informasi pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran Badan Ketahanan Pangan.

b. Memberikan bahan informasi tentang capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan tahun 2016.

(13)

BAB II

VISI DAN MISI BADAN KETAHANAN PANGAN

2.1 Visi

Visi merupakan suatu gambaran tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan. Visi adalah suatu harapan dan tujuan yang akan dicapai, dalam mencapai visi tersebut memerlukan waktu yang panjang dan kerja keras, karena akan berkembang sesuai dengan kondisi pembangunan ketahanan pangan, Untuk itu, Badan Ketahanan Pangan mempunyai visi, yaitu:

Terwujud ketahanan pangan yang berlandaskan Kedaulatam dan Kemandirian Pangan

2.2 Misi

Untuk mencapai visi diatas, Badan Ketahanan Pangan menetapkan misi, yaitu:

a. Memantapkan ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan. b. Meningkatkan keterjangkauan masyarakat terhadap pangan.

c. Mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat berbasis sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal.

d. Mewujudkan pangan segar yang aman dan bermutu.

2.3 Tujuan Strategis

Tujuan program Badan Ketahanan Pangan adalah:

a. Memperkuat penyediaan pangan yang beragam berbasis sumber daya lokal.

(14)

c. Memperkuat sistem distribusi pangan.

d. Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat untuk memenuhi kecukupan gizi yang bersumber dari pangan lokal.

e. Meningkatkan keamanan dan mutu pangan segar

2.4 Tugas dan Fungsi

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 45 tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian. Badan Ketahanan Pangan mempunyai tugas “menyelenggarakan koordinasi, perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang peningkatan diversifikasi dan pemantapan ketahanan pangan”. Pelaksanaan tugas diselenggarakan secara efektif dan efisien berdasarkan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Badan Ketahanan Pangan menyelenggarakan fungsi:

a. Koordinasi, pengkajian, penyusunan kebijakan, pemantauan dan pemantapan di bidang ketersediaan pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan keamanan pangan segar;

b. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang ketersediaan pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan keamanan pangan segar;

c. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang ketersediaan pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses pangan, penganekaragaman konsumsi pangan. dan peningkatan keamanan pangan segar;

(15)

e. Pelaksanaan administrasi Badan Ketahanan Pangan; dan f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

2.5 Sasaran Strategis

Sasaran strategis pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh Badan Ketahanan Pangan tahun 2015 - 2019 adalah sebagai berikut:

a. Meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam; b. Menurunnya jumlah penduduk rawan pangan;

c. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen; d. Meningkatnya kuantitas dan kualitas konsumsi pangan masyarakat; e. Meningkatnya pangan segar yang aman dan bermutu.

2.6 Struktur organisasi

Tugas Badan Ketahanan Pangan meliputi dibidang: penyediaan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, serta pencegahan dan penanggulangan masalah pangan dan gizi. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari Badan Ketahanan Pangan didukung oleh 4 (empat) Eselon II dengan struktur organisasi, sebagai berikut:

a. Sekretariat Badan, bertugas memberikan pelayanan teknis dan

administratif kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian.

b. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, bertugas melaksanakan

koordinasi pengkajian, penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang ketersediaan pangan dan penurunan kerawanan pangan.

c. Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, bertugas melaksanakan

(16)

d. Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, bertugas melaksanakan koordinasi pengkajian, penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan segar.

(17)

Gambar 2. Pejabat Eselon I dan Eselon II Badan Ketahanan Pangan Per Mei 2016

Struktur organisasi Pejabat Eselon I dan II Badan Ketahanan Pangan sampai dengan bulan Mei 2016, dapat dilihat pada gambar 2. Per bulan Juni 2016 Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat D, ME.d memasuki masa pensiun.

(18)

Pada tanggal 10 Oktober 2016, Menteri Pertanian melantik Ir. Mulyadi Hendiawan, MM sebagai Sekretaris Badan Ketahanan Pangan menggantikan Dr. Ir. Mei Rochjat D, ME.d yang telah pensiun.

Pada tanggal 19 Desember 2016, Menteri Pertanian melantik Dr. Ir. Riwantoro, MM sebagai Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, dan Dr. Benny Rachman, MSi sebagai Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan; Dr. Benny Rachman, MSi sebagai Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan menggantikan Dr. Ir. Tjuk Eko Hari Basuki, M.St yang diusulkan menjadi widyaiswara.

Pelantikan Pejabat Eselon I Lingkup Kementerian Pertanian berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 100/M Tahun 2015, dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini.

2.7 Dukungan Sumberdaya Manusia (SDM)

Keberhasilan penyelenggaraan dan pelaksanaan tugas serta berbagai kegiatan program pembangunan ketahanan pangan yang dikelola Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, ditentukan oleh kemampuan sumberdaya manusia aparat yang tersedia. Jumlah pegawai Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016 sebanyak 322 pegawai. Data tersebut berdasarkan perhitungan, dari awal hingga akhir tahun 2016, Pegawai Badan Ketahanan Pangan berkurang sejumlah 20 orang pegawai, diantaranya: 16 orang pegawai yang disebabkan karena pensiun dan 4 orang pegawai mutasi pindah tugas, sedangkan jumlah pengawai pindahan dari Ditjen Pemasaran Hasil Pertanian 32 orang pegawai.

(19)

Tabel 1. Jumlah Pegawai Badan Ketahanan Pangan, Menurut Golongan Ruang (Kondisi Desember 2016)

No Golongan Ruang Jumlah

A B C D E

1 I 0 0 1 0 1

2 II 4 6 7 9 26

3 III 34 113 37 55 239

4 IV 37 13 1 4 1 56

Jumlah 75 132 45 69 1 322

Jumlah pegawai Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016 berdasarkan Golongan terbanyak adalah Golongan III berjumlah 239 pegawai, kemudian diikuti dengan golongan IV berjumlah 56 pegawai, golongan II berjumlah 26 pegawai dan golongan I berjumlah 1 pegawai. Untuk melihat jumlah pegawai berdasarkan golongan dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut :

Sumber : Data Subbag Kepegawaian Badan Ketahanan Pangan

Berdasarkan tabel 2 di atas, jumlah pegawai terbanyak dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 123 pegawai dan selanjutnya diikuti dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 88 pegawai. Jumlah pegawai dengan pendidikan

Tabel 2. Jumlah Pegawai Badan Ketahanan Pangan, Menurut Golongan dan Pendidikan Akhir (Kondisi Desember 2016)

No Gol/

Ruang S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 D1 SLTA SLTP SD Jumlah

1 I 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1

2 II 0 0 1 0 0 3 0 0 18 1 3 26

3 III 3 39 120 0 2 5 0 0 70 0 0 239

4 IV 7 47 2 0 0 0 0 0 0 0 0 56

(20)

S2 sebanyak 86 pegawai. Jumlah pegawai dengan pendidikan S3 relatif masih sedikit hanya berjumlah 10 pegawai. Bila dilihat dari komposisi jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan, bahwa pegawai di Badan Ketahanan Pangan lebih didominasi dengan tenaga teknis dan selebihnya adalah tenaga administrasi.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan kualitas aparatur dalam penyelenggaraan berbagai tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan, pada tahun 2016 telah dilakukan program tugas belajar sebanyak 12 orang, terdiri dari 6 pegawai mengikuti pendididikan S3 dan 19 pegawai mengikuti pendidikan S2.

Dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi dan pengembangan sumber daya manusia, pengembangan karir melalui jabatan fungsional sebagai upaya peningkatan produktivitas sumber daya manusia dan memberikan kejelasan dan kepastian karier pegawai. Jabatan fungsional merupakan jabatan yang pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu, serta bersifat mandiri. Badan Ketahanan Pangan telah memiliki 11 jabatan fungsional dengan , jumlah pegawai yang telah memiliki jabatan fungsional sebanyak 65 orang pegawai, secara rinci dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Pegawai dengan Jabatan Fungsional Khusus Badan Ketahanan Pangan

No. Jabatan Fungsional

Jumlah (OrangPegawai)

1 Pranata Komputer 3

2 Analis Kepegawaian 3

3 Statistisi 4

4 Pranata Humas 2

5 Analis Pasar Hasil Pertanian (APHP) 7

(21)

No. Jabatan Fungsional

Jumlah (OrangPegawai)

7 Arsiparis 7

8 Pustakawan 1

9 Perencana 1

10 Pengelola Pengadaan Barang/Jasa 1

11 Analis Ketahanan Pangan 27

Total 65

Sumber : data Subbag Kepegawaian Badan Ketahanan Pangan

2.8 Program dan Anggaran

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Badan Ketahanan Pangan memiliki Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat mencakup 4 (empat) kegiatan, yaitu: (1) Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Kerawanan Pangan; (2) Pengembangan Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan; (3) Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar; dan (4) Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya.

Untuk mendukung suksesnya pelaksanaan program dan kegiatan ketahanan pangan tahun 2016, Badan Ketahanan Pangan memperoleh alokasi anggaran pagu sebesar Rp. 671,86 milyar dan realisasi anggaran sampai dengan tanggal 11 Januari 2016 setelah rekonsiliasi data keuangan tahun 2016 sebesar Rp. 638,58 milyar atau 95,05 persen dari pagu setelah diblokir, dengan perincian per kegiatan sebagai berikut:

a. Pengembangan Distribusi dan Cadangan Pangan terealisasi sebesar Rp. 184,35 milyar atau 95,42 persen dari target Rp. 193,19 milyar.

b. Pengembangan Ketersediaan dan Kerawanan Pangan terealisasi sebesar Rp. 228,99 milyar atau 93,69 persen dari target Rp. 244,40 milyar.

(22)

sebesar Rp. 149,45 milyar.

d. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya terealisasi sebesar Rp. 80,92 milyar atau 95,30 persen dari target sebesar Rp. 84,91 milyar.

Tabel 4 : Pagu dan Realisasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 dan 2016 (Update Data s/d Januari 2017)

Tabel 5 : Realisasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Berdasarkan Per Kegiatan Tahun 2016

Capaian realisasi anggaran Badan Ketahanan Pangan tahun 2016 sebesar 95,05 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran pada tahun 2015 yang hanya mencapai 85,74 persen.

Rendahnya penyerapan anggaran tersebut disebabkan oleh :

Uraian

Tahun

2015 2016

Pagu (Rp. Milyar) 635,25 671,86 Realisasi (Rp. Milyar) 544,66 638,58

No Kegiatan Anggaran Pagu

(Rp. milyar)

Realisasi (Rp. milyar)

%

1 Pengembangan Distribusi dan Cadangan Pangan 193,19 184,35 95,42

2 Pengembangan Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 244,40 228,99 93,69

3 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi

dan Keamanan Pangan 149,45 144,33 96,57

4 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya 84,91 80,92 95,30

(23)

a. Seringnya terjadi revisi DIPA yang mengakibatkan perubahan POK. b. Mutasi pegawai atau pejabat pengelola keuangan.

c. Terlambatnya penerbitan SK Pengelola Keuangan (Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Bendahara Pengeluaran).

d. Pegawai pindahan kurang memahami mekanisme pencairan anggaran dan adanya kehati-hatian dalam pengelolaan anggaran.

e. Mutasi dan serah terima jabatan tidak disertai dengan serah terima berkas/dokumen pelaksanaan kegiatan.

f. Keterlambatan proses adminsitrasi di kabupaten/kota yang masuk dana Dekonsentrasi.

g. Perubahan sasaran akibat perubahan anggaran dan tidak sesuai dengan pedoman/kriteria sasaran.

h. Lokasi sasaran yang jauh dari penduduk. i. Infrastruktur dan kondisi alam.

j. Kendala SOLID: (1) Beberapa kegiatan yang harusnya dilakukan di awal tahun harus tertunda karena adanya pemblokiran, (2) pencairan dana ditahun 2015 masih disalurkan ditahun 2016, (3) Beberapa kegiatan yang harusnya dilakukan diawal tahun harus tertunda karena adanya pemblokiran, dan (4) proses identifikasi yang agak terlambat karena blm siapnya masyarakat dalam penyusunan Rencana Usaha.

2.9 Website Badan Ketahanan Pangan

(24)

Dalam rangka pengelolaan website, kegiatan utama yang dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan adalah Pengembangan Sistem Informasi Ketahanan Pangan, dimaksudkan untuk menyiapkan suatu sistem informasi manajemen yang ideal untuk meningkatkan dan memperkuat Sistem Informasi Ketahanan Pangan. Adapun llingkup kegiatan berupa: (1) melakukan penyusunan panduan website Badan Ketahanan Pangan; (2) pengembangan sistem informasi ketahanan pangan; (3) melakukan updating informasi ketahanan pangan pada website Badan Ketahanan Pangan; (4) melakukan pemantauan dan pembinaan webiste pada satker/unit kerja yang menangani ketahanan pangan di provinsi.

Kegiatan Sistem Informasi berbasis website yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan tahun 2016 meliputi:

a. Melakukan updating informasi ketahanan pangan dalam rangka menyediakan dan menyebarluaskan informasi melalui website Badan Ketahanan Pagan. Kegiatan pengelola website dikelola oleh Tim website Badan Ketahanan Pangan.

(25)

Ketahanan Pangan Provinsi Papua Barat dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Papua. Kedepan upaya yang perlu dilakukan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah mendorong percepatan pembangunan website daerah melalui pendanaan dari APBD Provinsi dan mengikutsertakan satker daerah untuk mengikuti pelatihan website yang diadakan Badan Ketahanan Pangan maupun Pusdatin Kementan.

(26)

2.10 Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Badan Ketahanan Pangan

Dalam rangka mendukung keterbukaan informasi publik, Badan Ketahanan Pangan sebagai salah satu Badan Publik di Kementerian Pertanian telah berkomitmen untuk mengelola informasi dan dokumentasi, sehingga jika ada permintaan Informasi Publik dari pemohon dapat dilayani sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Komitmen tersebut tercermin dari telah ditunjuknya Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pelaksana dan Pembantu Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pelaksana, dukungan sarana dan prasarana, serta penganggaran untuk mendukung kegiatan pelayanan informasi publik di Badan Ketahanan Pangan.

Pengelolaan pelayanan informasi publik di lingkup Badan Ketahanan Pangan telah didukung dengan tersedianya sarana dan prasarana yang diintegrasikan dengan Ruang Perpustakaan. Fasilitas yang tersedia adalah counter desk dan perangkat komputer. Ruang perpustakaan yang difungsikan sebagai ruang pelayanan informasi publik ini berada di di Kantor Pusat Kementerian Pertanian Gedung E Lantai 3.

Untuk mendapatkan informasi yang dihasilkan oleh Badan Ketahanan

Pangan, selain dapat datang langsung, telepon atau melalui pelayanan online yakni email bkphumas.kemtan@gmail.com juga dapat

dilakukan dengan penyediaan informasi melalui situs web dengan alamat

bkp.pertanian.go.id.

Pelayanan informasi publik di PPID Badan Ketahanan Pangan didukung beberapa Staf Humas dan Tata Usaha di Sekretariat Badan Ketahanan Pangan terutama dalam membantu pelaksanaan tugas sehari-hari yaitu menghimpun informasi publik yang wajib disediakan dan juga pelayanan kepada pemohon informasi publik.

(27)
(28)

BAB III

CAPAIAN KINERJA PROGRAM

Berdasarkan Indikator Kinerja Utama Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian pada tahun 2016, sasaran Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat Badan Ketahanan Pangan yaitu meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan dengan sasaran kegiatan utama yaitu: (1) Meningkatnya pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan; (2) Meningkatnya pemantapan distribusi dan harga pangan; (3) Meningkatnya pemantapan ketersediaan pangan dan penanganan rawan pangan; (4) Meningkatnya manajemen dan pelayanan administrasi dan keuangan secara efektif dan efisien dalam mendukung pengembangan dan koordinasi kebijakan ketahanan pangan. Masing-masing sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan menggunakan indikator kinerja. Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya.

(29)

(IKK) Badan Ketahanan Pangan dan Kementerian Pertanian.

Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi agar mampu menghasilkan hasil evaluasi kinerja yang relevan dan reliabel sebagai bahan pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar untuk menyimpulkan kemajuan kinerja. mengambil tindakan dalam rangka mencapai target kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran

Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini :

Tabel 6 Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

SASARAN

PROGRAM INDIKATOR TARGET REALISASI CAPAIAN

(30)

SASARAN

PROGRAM INDIKATOR TARGET REALISASI CAPAIAN

(31)

SASARAN

PROGRAM INDIKATOR TARGET REALISASI CAPAIAN

(32)

Dari tabel diatas dapat diketahui, bahwa capaian kinerja Perjanjian Kinerja Tahun 2016 adalah: dari 10 indikator, yang mencapai nilai pencapaian diatas 100 persen (Sangat Berhasil) sebanyak 6 indikator, nilai pencapaian 80 – 100 persen (Berhasil) sebanyak 2 indikator yaitu PPH Ketersediaan dan Skor PPH Konsumsi, dan nilai pencapaian dibawah 60 persen kurang sebanyak 1 indikator yaitu penurunan rawan pangan, meskipun mengalami penurunan jumlah penduduk rawan pangan. Sedangkan untuk indikator koefisien variasi harga beras jauh dibawah target sehingga harga beras stabil, cabai merah meskipun sudah dibawah target namun hampir mendekati target, sehingga harga cabai merah kurang stabil, sedangkan harga bawang merah diatas target sehingga harga bawang merah belum stabil.

3.1. Skor PPH Ketersediaan (NBM)

Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan ketahanan pangan. Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat, rumah tangga, dan perseorangan secara berkelanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan meningkatkan kuantitas serta kualitas konsumsi pangan, diperlukan target pencapaian angka ketersediaan pangan per kapita per tahun sesuai dengan angka kecukupan gizinya. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X tahun 2014 merekomendasikan kriteria ketersediaan pangan ditetapkan minimal 2.400 kkal/kapita/hari untuk energi dan minimal 63 gram/kapita/hari untuk protein.

(33)

pangan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai stok atau cadangan maupun untuk diekspor.

Seperti halnya ketersediaan energi, tingkat ketersediaan protein pada periode 2012 - 2016 juga sudah melebihi rekomendasi angka kecukupan gizi WNPG X tahun 2012 dengan ketersediaan protein rata-rata 89,66 gram/kapita/hari. Namun ketersediaan protein tersebut mengalami penurunan rata-rata 1,19 persen per tahun. Upaya dalam peningkatan ketersediaan protein antara lain : (1) berkoordinasi dengan instansi terkait dalam upaya peningkatan produksi komoditas yang mengandung protein nabati dan hewani, (2) sosialisasi dan promosi terkait dengan ketersediaan protein di tingkat rumah tangga.

Jika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok pangan hewani memberikan porsi sumbangan dengan jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan kelompok pangan hewani. Secara nasional, ketersediaan energi dan protein per kapita per tahun dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein serta Skor PPH Ketersediaan Tahun 2012–2016

Tahun Energi (Kalori/Hari) Protein (Gram/Hari) Skor PPH Total Nabati Hewani Total Nabati Hewani Ketersediaan 2012 3.896 3.707 188 88.99 73.19 15.79 83.5

2013 3.867 3.586 280 89.55 71.82 17.73 90.85

2014 3.834 3.662 172 91.83 74.06 17.78 89.3

2015 3.835 3.658 177 94.85 76.53 18.32 89.72

2016* 4.017 3.854 163 83.07 65.73 17.33 85.24 Total

Pertumbhn 0.032 0.041 0.054 -0.060 -0.095 0.102 0.026 Rata2

Pertumbhn (%) 0.635 0.821 1.072 -1.191 -1.906 2.040 0.515 Rata-rata 3.890 3.693 196 89.66 72.27 17.39 87.72

Keterangan : NBM 2016 Perkiraan

(34)

Grafik 1. Ketersediaan Energi Tahun 2012 – 2016

Grafik 2. Ketersediaan Protein Tahun 2012 – 2016

(35)
(36)

A. Ketersediaan Menurut Kelompok Bahan Makanan

Keragaan situasi ketersediaan bahan makanan pada periode 2014 dan 2015 menurut kelompok bahan makanan secara rinci seperti pada tabel 8 berikut :

Tabel 8 Keragaan Ketersediaan Pangan Menurut Kelompok Bahan Makanan Tahun 2014 – 2015.

Catatan: *) Angka Sementara

Komposisi ketersediaan energi dan protein menurut kelompok bahan makanan tahun 2014 dan 2015 sebagai berikut :

1) Kelompok Padi-Padian

Kelompok padi-padian merupakan kelompok bahan makanan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap total ketersediaan energi dan protein. Ketersediaan energi kelompok padi-padian pada tahun 2015 lebih tinggi dari tahun 2014, dari 2.294 kkal/kap/hari menjadi 2.362 kkal/kap/hari atau meningkat sebesar 68 kkalori (2,96 persen). Demikian

(37)

pula ketersediaan protein dan lemak per kapita per hari meningkat dari 55,57 gram menjadi 57,13 gram protein, dan lemak meningkat dari 12,82 gram menjadi 13,11 gram, atau meningkat masing-masing sebesar 1,56 gram (2,81 persen) dan 0,29 gram (2,26 persen).

Komoditas beras memberikan kontribusi terbesar dalam penyediaan energi, protein dan lemak pada kelompok ini. Kontribusi energi beras perkapita perhari pada tahun 2015 meningkat dibanding 2014 dari 1.633 kkal menjadi sebesar 1.707 kkal atau meningkat dari 165 kg/kap/tahun menjadi 172 kg/kapita/tahun (6,24 persen). Sementara itu, sumbangan terhadap protein dan lemak perkapita perhari meningkat, yaitu protein dari 38,23 gram menjadi 39,98 gram dan lemak 6,54 gram menjadi 6,84 gram. Peningkatan ini terjadi terutama karena produksi padi pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 75,40 juta ton GKG (47,30 juta ton beras) atau meningkat sebesar 4,55 juta ton GKG (6,42 persen) dari 70,85 juta ton GKG (44,45 juta ton beras) pada tahun 2014.

Komoditas dalam kelompok padi-padian yang menyumbang energi terbesar kedua adalah jagung. Ketersediaan jagung per kapita per tahun, dalam bentuk energi, protein, dan lemak per kapita per hari pada tahun 2015 masing-masing mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014, yaitu dari 59,31 kg menjadi 59,40 kg, energi dari 468 kkal menjadi 469 kkal, protein 12,11 gram menjadi 12,13 gram dan lemak dari 5,70 gram lemak menjadi 5,71 gram. Hal tersebut terjadi karena meningkatnya produksi jagung dalam negeri dan volume impor tahun 2015 dibandingkan tahun 2014, yaitu dari 19,01 juta ton menjadi 19,61 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 604 ribu ton (3,18 persen). Impor jagung meningkat dari 3,35 juta ton menjadi sebesar 3,48 juta ton atau 0,13 juta ton (3,91 persen). Jagung tersebut sebagian besar dimanfaatkan sebagai bahan baku industri bukan makanan, khususnya pakan ternak.

(38)

7,44 juta ton menjadi 7,42 juta ton atau menurun sebesar 21 ribu ton. Demikian halnya dengan ketersediaan tepung gandum sebagai turunan utama dari gandum menurun dari 5,35 juta ton atau 21,20 kg/kapita/tahun menjadi 5,19 juta ton atau 20,31 kg/kapita/tahun. Ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita per hari dari komoditas gandum tahun 2015 mengalami penurunan dibanding tahun 2014, yaitu masing-masing yaitu dari 193 kkal menjadi 185 kkal, 5,23 gram menjadi 5,01 gram dan 0,58 gram menjadi 0,56 gram.

2) Kelompok Makanan Berpati

Komoditas yang masuk dalam kelompok pangan ini adalah ubi jalar, ubi kayu dan sagu. Sebagai penghasil karbohidrat yang potensial, kelompok makanan berpati dapat digunakan sebagai sumber pangan alternatif substitusi beras, untuk pakan ternak dan bahan baku industri.

Kelompok pangan ini mensuplai untuk ketersediaan per kapita per hari energi, protein, dan lemak yang cukup tinggi, namun mengalami penurunan pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014, yaitu dari 272 kkal menjadi 262 kkal, 1,37 gram menjadi 1,28 gram dan 1,05 gram menjadi 1,00 gram.

Komoditas ubi kayu merupakan penyumbang energi terbesar pada kelompok ini. Namun pada tahun 2015 ketersediaan energi mengalami penurunan dibanding tahun 2014 yaitu dari 51,30 kg/kapita/tahun atau 138 kkal/kapita/hari menjadi 44,69 kg/kapita/tahun atau 120 kkal/kapita/hari. Hal ini disebabkan adanya penurunan produksi ubi kayu dari 23,44 juta ton menjadi 21,80 juta ton.

(39)

3) Kelompok Gula

Kelompok ini terdiri dari komoditas gula pasir dan gula mangkok. Gula pasir merupakan komoditas penyumbang energi terbesar. Ketersediaan energi per kapita per hari dari kelompok gula pada tahun 2015 meningkat dibanding tahun 2014, yaitu dari 227 kkal menjadi 250 kkal, sedangkan untuk protein dan lemak relatif sama.

Suplai energi tersebut didominasi oleh ketersediaan gula pasir yang meningkat pada tahun 2015 dibanding tahun 2014, yaitu dari 215 kkal/kapita/hari atau 21,57 kg/kapita/tahun menjadi 238 kkal/kapita/hari atau 23,87 kg/kapita/tahun, sedangkan gula mangkok hanya memberikan kontribusi energi sebesar 12 kkal/kapita/hari atau 1,18 kg/kapita/tahun menjadi 12 kkal/ kapita/hari atau 1,15 kg/kapita/tahun. Ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita per hari pada tahun 2016 dari kelompok gula yaitu masing-masing 158 kkal, 0,09 gram dan 0,31 gram.

4) Kelompok Buah/Biji Berminyak

Buah/biji berminyak adalah kelompok bahan makanan yang mengandung minyak, yang berasal dari buah dan biji-bijian. Komoditas yang termasuk dalam kelompok ini adalah kacang tanah, kedelai, kacang hijau dan kelapa. Kelompok ini merupakan pensuplai protein nabati kedua terbesar setelah kelompok padi-padian.

Ketersediaan energi dan protein per kapita per hari kelompok ini pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibanding tahun 2014, masing-masing dari 224 kkal menjadi 230 kkal, 14,08 gram menjadi 15,11 gram, sedangkan untuk lemak ketersediaan per kapita per hari mengalami penurunan dari 15,34 gram menjadi 15,26 gram.

(40)

kedelai sebagai bahan makanan yang akan dikonsumsi langsung maupun turunan/produk olahannya secara nasional pada tahun 2015, mengalami peningkatan dibanding tahun 2014, yaitu dari 2,52 juta ton menjadi sebesar 2,81 juta ton, yang sebagian besar berasal dari impor (70 persen), sedangkan produksi kedelai dalam negeri hanya menyumbang 30 persen.

Ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita per hari dari komoditas kedelai meningkat pada tahun 2015 dibanding 2014, yaitu dari 104 kkal menjadi sebesar 115 kkal, 11,05 gram menjadi sebesar 12,19 gram, dan 4,57 gram menjadi 5,04 gram. Demikian pula volume ketersediaan kedelai meningkat dari 9,98 kg/kapita/tahun menjadi 11,01kg/kapita/tahun.

Komoditas kelapa juga mensuplai energi yang cukup besar bagi kelompok ini. Namun demikian kontribusi energi, protein, dan lemak per kapita per hari pada tahun 2015 mengalami penurunan dibanding tahun 2014 masing-masing dari 80 kkal menjadi 76 kkal; 0,75 gram menjadi 0,72 gram dan 7,70 gram menjadi 7,36 gram.

Penyediaan kelapa yang berasal dari produksi dalam negeri pada tahun 2015 mengalami penurunan dibanding tahun 2014 yaitu dari 12,02 juta ton equivalen kelapa daging menjadi sebesar 11,68 juta ton, sehingga volume ketersediaan kelapa per kapita mengalami penurunan dari 15,28 kg/tahun menjadi 14,61 kg/tahun.

Ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita per hari pada tahun 2016 dari kelompok buah biji berminyak, yaitu masing-masing 153 kkal, 7,40 gram dan 11,50 gram, masih lebih rendah dari dua tahun sebelumnya karena data yang masuk belum lengkap dan sebagian besar masih angka sementara, estimasi dan angka sasaran.

5) Kelompok Buah-Buahan

(41)

peningkatan masing-masing dari 0,76 gram menjadi 0,77 gram dan 0,44 gram menjadi 0,47 gram.

Komoditas yang memberikan kontribusi energi per kapita yang cukup besar adalah pisang dan salak. Pada tahun 2015 ketersediaan energi per kapita untuk pisang mengalami peningkatan dibanding tahun 2014 yaitu dari 34 kkal/hari atau 25,84 kg/tahun menjadi 36 kkal/hari atau 27,15 kg/tahun, sedangkan untuk salak mengalami penurunan dari 10 kkal/hari atau 4,13 kg/tahun menjadi 9 kkal/hari atau 3,51 kg/tahun. Impor terbesar pada kelompok ini didominasi oleh komoditas jeruk dan apel, namun mengalami penurunan pada tahun 2015 dibanding tahun 2014, masing-masing dari 0,15 juta ton menjadi sebesar 0,11 juta ton jeruk dan dari 0,14 juta ton menjadi sebesar 0,08 juta ton apel. Sementara itu, ekspor terbesar di dominasi oleh komoditas nanas yaitu 171 ribu ton pada tahun 2014 dan 173 ribu ton pada tahun 2015.

Ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita per hari pada tahun 2016 dari kelompok buah-buahan untuk sementara tidak jauh berbeda dengan dua tahun sebelumnya namun akan mengalami perubahan apabila data sudah menjadi angka sementara ataupun angka tetap.

6) Kelompok Sayur-Sayuran

Seperti halnya dengan kelompok buah-buahan, sayuran juga merupakan kelompok pangan sumber vitamin dan mineral. Kontribusi energi, protein dan lemak per kapita per hari pada tahun 2015 mengalami penurunan dibanding tahun 2014 yaitu masing-masing dari 35 kkal menjadi 32 kkal, dari 1,65 gram menjadi 1,50 gram dan dari 0,33 gram menjadi 0,30 gram.

(42)

Impor yang paling besar pada kelompok sayuran adalah bawang putih, namun mengalami penurunan pada tahun 2015 dibanding tahun 2014 yaitu dari 0,49 juta ton (97,83 persen) menjadi sebesar 0,48 juta ton (97,18 persen) dari total penyediaan dalam negeri.

Ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita per hari kelompok sayur-sayuran pada tahun 2016, tidak jauh berbeda dengan dua tahun sebelumnya yaitu masing-masing 32 kkal, 1,50 gram dan 0,32 gram, namun data ini akan mengalami perubahan apabila sudah menjadi angka sementara atau angka tetap.

7) Kelompok Daging

Daging merupakan pangan sumber protein hewani dan kelompok ini memberikan sumbangan energi dan protein hewani kedua terbesar setelah kelompok ikan. Pada tahun 2015 ketersediaan per kapita per hari untuk energi, protein dan lemak mengalami peningkatan dibanding tahun 2014 masing- masing dari 61 kkal (1,59 persen) menjadi 62 kkal (1,62 persen) dari total ketersediaan 4,10 gram menjadi 4,12 gram dan 4,83 gram menjadi 4,95 gram.

Komoditas yang memberi kontribusi energi, protein dan lemak per kapita per hari terbesar pada kelompok ini, yaitu daging ayam ras yang pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibanding tahun 2014 masing-masing dari 30 kkal/kapita/hari (49,18 persen) menjadi 31 kkal/kapita/hari (50 persen) dari total kelompok daging, 1,79 gram menjadi 1,86 gram dan 2,46 gram menjadi sebesar 2,56 gram atau volume ketersediaan sebesar 6,18 kg/kapita/tahun menjadi 6,44 kg/kapita/tahun.

(43)

8) Kelompok Telur

Komoditas yang ada pada kelompok ini antara lain telur ayam buras, telur ayam ras dan telur itik. Kelompok telur memberikan kontribusi ketersediaan energi, protein dan lemak cukup tinggi. Pada tahun 2015 kontribusi per kapita per hari mengalami peningkatan dibanding tahun 2014, yaitu masing-masing dari 22 kkal (0,57 persen) menjadi 24 kkal (0,63 persen), dari 1,68 gram menjadi 1,80 gram, dan dari 1,60 gram menjadi 1,71 gram.

Komoditas yang mendominasi ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita adalah telur ayam ras, pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibanding tahun 2014, yaitu masing-masing dari 16 kkal/hari menjadi 18 kkal/hari atau 4,84 kg/tahun menjadi 5,27 kg/tahun, dari 1,32 gram/hari menjadi 1,43 gram/hari dan dari 1,15 gram/hari menjadi 1,25 gram/hari.

Ketersediaan per kapita per hari energi, protein dan lemak komoditas telur pada tahun 2016 untuk sementara ini relatif tidak jauh berbeda dengan dua tahun sebelumnya, yaitu masing-masing sebesar 24 kkal, 1,85 gram dan 1,76 gram.

9) Kelompok Susu

Ketersediaan energi per kapita per hari kelompok susu pada tahun 2015 tidak mengalami perubahan dari tahun 2014 yaitu sebesar 24 kkal, sedangkan untuk protein dan lemak mengalami peningkatan yaitu masing-masing dari 1,24 gram menjadi 1,25 gram dan dari 1,35 gram menjadi 1,37 gram.

(44)

perubahan yaitu 19 kkal, sedangkan untuk protein dan lemak per kapita perhari mengalami peningkatan masing-masing dari 1,00 gram menjadi 1,01 gram dan dari 1,09 gram menjadi 1,10 gram.

Ketersediaan per kapita per hari energi, protein dan lemak pada tahun 2016 yaitu masing-masing 9 kkal, 0,48 gram dan 0,53 gram, angka ini masih mengalami perubahan karena nilai impor susu masih sangat sementara baru sebesar 823 ribu ton (impor susu biasanya mencapai 3 juta ton).

10) Kelompok Ikan

Produksi perikanan berasal dari produksi ikan tangkap dan budidaya, baik air tawar maupun laut, termasuk rumput laut. Namun demikian dari hasil kesepakatan, kandungan nilai gizi rumput laut dimasukkan ke dalam produk pangan nabati.

Komoditas perikanan memberikan kontribusi ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita per hari yang cukup tinggi.

Pada tahun 2015, kontribusinya mengalami peningkatan dibanding tahun 2014 yaitu masing-masing dari 177 kkal menjadi 213 kkal, dari 11,25 gram menjadi 11,78 gram dan dari 1,69 gram menjadi 1,83 gram. Pada tahun 2016 ketersediaan per kapita per hari energi, protein masing-masing sekitar 213 kkal, 11,48 gram dan 1,85 gram. Angka ini akan berubah seiring dengan perubahan data produksi dan besarnya nilai ekspor dan impor produk perikanan.

11) Kelompok Minyak dan Lemak

Kelompok pangan ini terdiri dari minyak nabati dan lemak hewani. Minyak nabati terdiri dari minyak yang berasal dari kacang tanah, kopra dan sawit, sedangkan lemak hewani merupakan bagian dari kelompok daging. Kelompok ini menyumbangkan ketersediaan energi dan lemak terbesar yang kedua setelah kelompok padi-padian.

(45)

mengalami penurunan dibanding tahun 2014 yaitu masing-masing dari 426 kkal menjadi 307 kkal dan dari 23,86 gram menjadi 17,50 gram, sedangkan untuk ketersediaan protein tidak mengalami perubahan yaitu tetap sebesar 0,03 gram.

Kontribusi kelompok minyak nabati terhadap ketersediaan energi dan lemak per kapita per hari merupakan yang terbesar, pada tahun 2015 mengalami penurunan dibanding tahun 2014 yaitu masing-masing dari 419 kkal menjadi sebesar 299 kkal dan dari 23,06 gram menjadi sebesar 16,67 gram, sedangkan untuk ketersediaan protein tetap tidak mengalami perubahan yaitu 0,02 gram.

Komoditas minyak goreng yang berasal dari sawit menyumbang ketersediaan energi terbesar namun mengalami penurunan pada tahun 2015 dibanding tahun 2014, yaitu dari 396 kkal/kapita/hari atau 16,00 kg/kapita/tahun menjadi 278 kkal/kapita/hari atau 11,26 kg/kapita/tahun. Untuk minyak goreng dari kopra juga mengalami penurunan dari 20 kkal/kapita/hari atau 0,85 kg/kapita/tahun menjadi 18 kkal/kapita/hari atau 0,74 kg/kapita/tahun.

Sementara itu pada tahun 2016 (angka sangat sementara) ketersediaan per kapita per hari energi, protein dan lemak masing-masing sekitar 809 kkal, 0,05 gram dan 44,18 gram. Angka ketersediaan ini akan mengalami perubahan apabila sudah menjadi angka sementara atau angka tetap.

B. Ketersediaan Pangan Strategis

Ketersediaan pangan strategis sangat diandalkan dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan. Pangan strategis dapat diartikan sebagai pangan yang terkait dengan kepentingan sebagian besar masyarakat, baik secara ekonomi, sosial dan budaya. Komoditas pangan strategis terdiri dari beras, jagung, kedelai, gula pasir, cabai, bawang merah, daging sapi. Komoditas-komoditas ini dibutuhkan setiap saat dan sangat penting perannya dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.

(46)

tidak wajar sangat mempengaruhi akses masyarakat terhadap bahan pangan tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan pangan strategis diperlukan upaya-upaya khusus dalam kegiatan budidaya, pasca panen maupun distribusinya. Tabel 9 berikut menggambarkan kemampuan produksi nasional dalam memenuhi ketersediaan pangan strategis pada tahun 2014 dan 2015.

Tabel 9. Ketersediaan Pangan Strategis Tahun 2014 – 2015 *)

No Komoditas

Catatan: *) Angka Sementara

Produksi dalam negeri maupun dari impor dimanfaatkan juga untuk berbagai kebutuhan seperti pakan, bibit dan diolah untuk industri. Sedangkan ketersediaan bahan makanan sudah termasuk impor dan setelah dikurangi ekspor. Untuk ketersediaan komoditas beras, jagung dan bawang merah, seluruhnya bersumber dari produksi dalam negeri.

3.2. Penurunan Penduduk Rawan Pangan

(47)

perkembangan penduduk rawan pangan ditunjukkan dengan Angka Rawan Pangan yang merupakan gambaran situasi tingkat aksesibilitas pangan masyarakat dicerminkan dari tingkat kecukupan gizi masyarakat, yang diukur dari Angka Kecukupan Gizi (AKG). Data dasar yang digunakan untuk mengukur tingkat kerawanan pangan adalah data hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) yang dilaksanakan oleh BPS dimana angka kecukupan konsumsi kalori penduduk Indonesia per kapita per hari.

Berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (WNPG) 2004 adalah 2000 kkal. Persentase rawan pangan berdasar angka kecukupan gizi (AKG) suatu daerah, dihitung dengan menjumlahkan penduduk dengan konsumsi kalori kurang dari 1400 kkal (70 persen AKG) perkapita dibagi dengan jumlah penduduk pada golongan pengeluaran tertentu. Angka rawan pangan sejak tahun 2012–2016 ditunjukkan pada tabel 10 berikut:.

Tabel 10. Angka Rawan Pangan Tahun 2012 - 2016.

Sumber: Data Susenas BPS berdasarkan pangsa pengeluaran dan konsumsi pangan dengan jumlah kecukupan gizi 2000 kkal/hari sesuai dengan WNPG VIII tahun 2004.

Keterangan:

(48)

Grafik 4 Angka Rawan Pangan Tahun 2010 - 2016

Sumber: Data Susenas BPS berdasarkan pangsa pengeluaran dan konsumsi pangan dengan jumlah kecukupan gizi 2000 kkal/hari sesuai dengan WNPG VIII tahun 2004.

Keterangan:

Sangat rawan : (a) Konsumsi kalori perkapita perhari kurang < 70% dari AKG; Rawan Pangan : (b) Konsumsi kalori perkapita perhari 70-90% dari AKG; Tahan pangan : (c) Kosumsi kalori perkapita perhari > 90% dari AKG,

Persentase penduduk :

(a) sangat rawan pangan pada tahun 2009 sekitar 14,47 persen, bertambah menjadi 15,34 persen pada tahun 2010, pada tahun 2011 bertambah menjadi 17,30 persen, dan pada tahun 2012 bertambah menjadi 19,52 persen. Pada tahun 2013 persentase penduduk sangat rawan turun menjadi 18,68 persen, pada tahun 2014 turun menjadi 16.94 dan pada tahun 2015 turun menjadi 12,96 persen, selanjutnya pada tahun 2016 turun menjadi 12.69 persen;

(49)

penduduk rawan sebesar 33,16 persen, selanjutnya pada tahun 2015 menjadi 28,57 persen, dan pada tahun 2016 turun menjadi 27,16 persen; (c) Persentase penduduk tahan pangan pada tahun 2009 sebesar 53,90

persen, bertambah menjadi 53,53 persen pada tahun 2010, tetapi pada tahun 2011 berkurang menjadi 50,18 persen; dan pada tahun 2012 berkurang menjadi 47,51 persen. Pada tahun 2013 bertambah menjadi 47,48 persen, sementara itu pada tahun 2014 persentase penduduk tahan pangan sebesar 49,90 persen. Selanjutnya pada tahun 2015 menjadi 58,48 persen, dan tahun 2016 meningkat menjadi 60,15 persen. Berdasarkan perkembangan angka rawan pangan pada grafik diatas terlihat bahwa penduduk rawan pangan mengalami perkembangan yang fluktuatif sejak tahun 2009 - 2016. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dalam mendukung penurunan rawan pangan adalah kegiatan Pengembangan Desa/Kawasan Mandiri Pangan, Lumbung Pangan, Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Kegiatan penanganan daerah rawan pangan lebih difokuskan pada pencegahan dini daerah rawan melalui optimalisasi kegiatan FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas/Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan) dan SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) yang dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan informasi tentang kantong-kantong kerawanan pangan tingkat wilayah. FSVA disusun pada tingkat wilayah dengan menggunakan indikator yang sifatnya statis dan perubahannya jangka panjang periodepengambilan data setiap 2-3 tahun. Untuk memperkuat analisis FSVA dilakukan sistem pemantauan dan deteksi dini dalam mengantisipasi kejadian kerawanan pangan secara berjenjang dan dilakukan secara periodik (bulanan) dan terus menerus.

(50)

pangan yang menjadi dasar untuk menginformasikan situasi pangan dan gizi di suatu daerah. Kegiatan SKPG kurang berjalan sesuai dengan target, karena (i) Daerah tidak optimal dalam melaksanakan dan memanfaatkan hasil analisis SKPG; (ii) Tingginya tingkat mutasi aparat sehingga petugas sering berganti; (iii) Tidak optimalnya peran Tim Pokja SKPG; dan (iv) Kurangnya kesadaran aparat terkait pentingnya kegiatan pemantauan pangan dan gizi melalui SKPG.

(51)

Tabel 11. Perkembangan Dana Bansos dan Realisasi Kawasan Mandiri Pangan Tahun 2013–2016

Tahun 2013 2014 2015 2016 Total Rata-rata/ tahun

Bansos/Banper (juta) 21.800 21.400 20.600 7.800 71.600 14.320

Penerima Manfaat 109 107 188 181 585 146

Sumber : Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

Sasaran kegiatan Kawasan Mandiri Pangan di tahun 2016 berada di 192 kawasan di 145 Kabupaten/Kota pada 31 Provinsi yang terdiri dari 107 Kawasan Kepulauan, Perbatasan, Papua dan Papua Barat serta 85 KMP. Beberapa usaha yang sudah dijalankan Kawasan Mandiri Pangan adalah pengadaan saprodi, dagang hasil bumi, simpan pinjam, pembuatan produk turunan pertanian, penggemukan ternak dan masih banyak lagi usaha yang bertujuan sebagai sumber pendapatan anggota kelompok. Sumber penghasilan ini dipergunakan sebagai sumber untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan kesejahteraan keluarga.

Untuk pelaksanaan kegiatan KMP tahun 2016 (yakni KMP yang dimulai pada tahun 2015) terdapat perbedaan antara target dan capaian, dimana target pelaksanaan KMP diawal tahun 2016 adalah sebanyak 192 kawasan dan terealisasi sebanyak 181 kawasan atau 94,27 persen (yang terdiri dari 103 Kawasan Kepulauan. Perbatasan, Papua dan Papua Barat dan 78 KMP di provinsi lainnya). Penyebab terjadinya hal tersebut antara lain karena:

1. Terjadi pemekaran di salah satu wilayah Provinsi Kalimantan Timur menjadi Provinsi Kalimanatan Utara sehingga berpengaruh terhadap kesiapan provinsi baru dalam proses administrasi pencairan bansos dan pembinaan kegiatan;

(52)

besar untuk pelaksanaan monev oleh aparat kabupaten dan provinsi; 3. Kapasitas SDM/aparat yang masih kurang di tingkat kabupaten;

4. Terdapat daerah yang tidak melakukan survei Data Dasar Rumah tangga (DDRT) pada Tahap Persiapan;

5. Penetapan lokasi pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan arahan yang sudah ditentukan. misalnya terdapat lokasi di mana masyarakatnya menerima bantuan lain seperti bantuan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP).

Selain itu tantangan lain yang dihadapi adalah: terjadinya refocusing kegiatan dan anggaran, mutasi pejabat/pegawai, serta pendamping yang tinggal diluar desa binaan.

3.3. Stabilisasi Harga Pangan Strategis

3.3.1. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen

Perkembangan Harga GKP, GKG dan Beras Tingkat Petani di Lokasi Panel Tahun 2016

a. Selama Tahun 2016 sebagian besar petani di lokasi panel menjual gabah dalam bentuk GKP dan GKG. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani berkisar antara Rp 4.057/kg s.d Rp 4.659/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Januari 2016, sedangkan harga terendah terjadi pada Bulan April 2016. Perubahan harga GKP di tingkat petani relatif kecil, yaitu turun 0,71 persen dan harga GKP tahun 2016 cenderung stabil koefisien varian (CV) sebesar 4,15 persen.

(53)

Harga beras medium di tingkat penggilingan berkisar antara Rp 8.556/kg - Rp 9.018/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Februari 2016 dan harga terendah pada bulan Septermber 2016. Perubahan harga GKG di tingkat penggilingan relatif kecil, yaitu turun 0,24 persen dan harga beras medium tahun 2016 relatif stabil dengan koefisien varian (CV) sebesar 1,74 persen. Harga gabah dan beras dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 5 persen dalam periode tertentu.

b. Harga jagung pipilan kering di tingkat petani berkisar antara Rp 3.431/kg - Rp 4.054/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Februari

2016 dan harga terendah pada bulan Juni 2016. Perubahan harga jagung pipilan kering relatif kecil, yaitu turun 0,81 persen dan harga jagung pipilan kering tahun 2016 sedikit berfluktuasi sebesar 5,77 persen. Harga jagung dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 5 persen dalam periode tertentu.

c. Harga kedelai biji kering di tingkat petani berkisar antara Rp. 6.511/kg - Rp 7.367/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Februari 2016 dan harga terendah pada bulan Oktober 2016. Perubahan harga kedelai biji kering relatif kecil, yaitu turun 0,27 persen dan harga kedelai biji kering tahun 2016 sedikit berfluktuasi sebesar 3,85 persen. Harga kedelai dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 5 persen dalam periode tertentu.

d. Bawang merah di tingkat petani berkisar antara Rp 15.525/kg - Rp 36.938/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan November 2016 dan harga terendah pada bulan April 2016. Perubahan harga bawang merah sebesar 5,97 persen dan harga bawang merah tahun 2016 sedikit berfluktuasi sebesar 23,57 persen. Harga bawang merah dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 25 persen. e. Cabai merah di tingkat petani berkisar antara Rp 15.974/kg - Rp

(54)

harga terendah pada bulan April 2016. Perubahan harga bawang merah sebesar 8,20 persen dan harga bawang merah tahun 2016 berfluktuasi sebesar 23,90 persen. Harga bawang merah dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 25 persen (Tabel 12). Perkembangan Harga GKP, GKG dan Beras Tingkat Petani Berdasarkan Pantauan BPS Tahun 2016 :

a. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani berkisar antara Rp 4.262/kg - Rp 5.211/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Februari 2016, sedangkan harga terendah terjadi pada Bulan April 2016. Perubahan harga GKP di tingkat petani relatif kecil, yaitu turun 0,02 persen dan harga GKP tahun 2016 relatif tinggi dengan koefisien varian (CV) sebesar 7,36 persen.

(55)

Tabel 12. Harga Pangan Di Tingkat Produsen Dan Bahan Pangan Pokok-Strategis Di Tingkat Konsumen Tahun 2016

Bulan

(56)

Grafik 5 Perkembangan Harga GKP, GKG, dan Beras

3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Ha

rg

a

(R

p/

Kg

)

Harga GKP di Petani Harga GKG di Penggilingan

Harga Beras Medium di Penggilingan

(57)

Tabel 13 Perkembangan Harga GKP, GKG dan Beras Tingkat Petani Berdasarkan Pantauan BPS Tahun 2016

Bulan

Harga (Rp/Kg)

GKP di Petani Penggilingan GKG di Beras Medium di Penggilingan

Januari 5,206 5,805 9,548

Februari 5,211 5,869 9,622

Maret 4,703 5,622 9,444

April 4,262 5,593 8,959

Mei 4,440 5,600 8,836

Juni 4,501 5,526 8,973

Juli 4,376 5,473 8,932

Agustus 4,480 5,514 8,901

September 4,537 5,397 8,965

Oktober 4,905 5,413 8,981

November 5,070 5,426 9,050

Desember 5,117 5,551 9,069

Rata-Rata 4,734 5,566 9,107

Maksimal 5,211 5,869 9,622

Minimal 4,262 5,397 8,836

Pertb/bl (%) (0.02) (0.39) (0.45)

CV (%) 7.36 2.65 2.96

Sumber: BPS yang diolah BKP

(58)

3.3.2 Koefisien Variasi Harga Pangan di Tingkat Konsumen a. Koefisien Variasi Harga Beras

Berdasarkan data panel harga pangan BKP, sampai dengan TW III (Juli-Sept 2016). CV harga beras medium ditingkat konsumen (eceran) 0.30 persen yang berarti harga sangat stabil, bahkan jauh lebih stabil dibanding TW II. Harga beras rata-rata Juli-Sept Rp. 11.034/Kg, sedikit lebih tinggi dari rata-rata TW II Rp. 11.018/Kg, harga tertinggi Rp. 13.901/Kg dan terendah Rp. 9.092/Kg. Secara nasional koefisien vaiasi (CV) harga beras antar waktu (Juli-Sept) sangat stabil, namun apabila dilihat antar wilayah (provinsi). CV cukup berfluktasi (>10 persen), yaitu Juli 12,86 persen, Agustus 13,28 persen, dan September 13,38 persen. Terjadi disparitas harga gabah yang cukup besar antar wilayah/provinsi. Harga tertinggi Rp. 13.901/Kg di Provinsi Kalimantan Tengah dan terendah Rp. 9.092/Kg di Provinsi Jawa Tengah. Selain itu perkembangan harga pangan startegis periode Januari - Desember 2016 dapat dilihat pada tabel 14 di bawah ini.

Tabel 14 Perkembangan Harga Pangan Strategis Tingkat Konsumen Th. 2016 Berdasarkan BPS

(59)

berdasarkan panel harga BKP yaitu Rp. 11.034/Kg dan BPS 13.191/kg, dengan rata-rata harga beras di tingkat LUPM sebesar Rp. 8.649/kg dan Toko Tani Indonesia sebesar Rp. 7.842/Kg, maka harga beras di LUPM dan TTI lebih rendah. Sehingga dengan adanya kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat melalui Toko Tani Indonesia memberikan dampak terhadap stabilisasi harga dan akses pangan masyarakat lebih terjangkau.

b. Koefisien Harga Bawang Merah

Stabilnya harga bawang merah ditandai dengan koefisien harga (CV) bawang merah. Pada tahun 2016, target CV harga bawang merah adalah dibawah 18 persen, dan capaian keberhasilan stabilnya harga bawang merah lebih tinggi dari target yaitu 23,90 persen, sehingga harga cabai merah belum stabil.

Berdasarkan pantauan BPS, rata-rata harga bawang merah 37.803/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan November 2016 adalah Rp. 42.702/kg dan harga terendah pada bulan Februari 2016 adalah Rp. 27.455/kg. Pertumbuhan harga bawang merah sebesar 2,40 persen per bulan dan harga bawang merah tahun 2016 sedikit berfluktuasi karena koefisien harga sebesar 23,57 persen. Harga bawang merah dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 18 persen.

c. Koefisien Harga Cabai Merah

Stabilnya harga cabai merah ditandai dengan koefisien harga (CV) cabai merah. Pada tahun 2016, target CV harga cabai merah adalah dibawah 28 persen, dan capaian keberhasilan stabilnya harga cabai merah sudah dibawah target yaitu 23,57 persen, namun hampir mendekati target sehingga harga cabai merah kurang stabil.

(60)

harga (CV) sebesar 23,57 persen. Harga cabai merah dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 28 persen.

3.4 Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM).

Kegiatan Penguatan LDPM dilaksanakan dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani/kelompoktani/Gapoktan padi dan jagung terhadap jatuhnya harga di saat panen raya dan masalah aksesibilitas pangan di saat paceklik. Badan Ketahanan Pangan menyalurkan dana Bantuan Pemerintah dari APBN kepada Gapoktan untuk memberdayakan kelembagaan Gapoktan agar mampu mendistribusikan hasil produksi pangan dari anggotanya sehingga harga yang diterima di tingkat petani maupun di wilayah stabil, serta menyediakan cadangan pangan dalam rangka penyediaan aksesibilitas pangan bagi anggotanya. Melalui penguatan modal usaha, diharapkan Gapoktan bersama-sama dengan anggotanya mampu secara swadaya membangun sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha di bidang distribusi pangan, dan menyediakan pangan minimal bagi anggotanya yang kurang memiliki akses terhadap pangan disaat paceklik.

Realisasi Dana Bantuan Pemerintah untuk Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2016 sebesar 24,1 M atau 95,83 persen dari target 25,15 Milyar, terdiri dari:

1) Tahap Penumbuhan sebesar 14,7 Milyar atau 98,00 persen untuk 98 Gapoktan dari target 15 Milyar untuk 100 Gapotan.

2) Tahap Pengembangan sebesar 9,45 Milyar atau 93,10 persen untuk 189 Gapoktan dari target 10,15 Milyar untuk 203 Gapoktan.

Rincian realisasi dana bantuan pemerintah per provinsi dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini.

(61)

Per Provinsi

Target Realisasi Target Realisasi

(Dalam Juta) (Dalam Juta) (Dalam Juta) (Dalam Juta) (Dalam Juta) (Dalam Juta)

1 Aceh 450.000 450.000 100,00 350.000 350.000 100,00 800.000 800.000 100

(62)

Tabel 16. Revisi Alokasi Dana Bantuan Pemerintah Penguatan-LDPM Tahun 2016

Provinsi

Tahap Penumbuhan Tahap Pengembangan

Pagu awal Pagu revisi Pagu awal Pagu revisi

Jlh

(63)

Gapoktan, Lampung 1 Gapoktan, Jawa Timur 5 Gapoktan, Nusa Tenggara Barat 1 Gapoktan, Kalimantan Selatan 2 Gapoktan dan Sulawesi Utara 1 Gapoktan.

3.5 Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM)

Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat pada tahun 2016 yang di biayai melalui dana dekonsentrasi sebanyak 54 unit lumbung yang masuk tahap pengembangan. Tahap pengembangan mencakup identifikasi kelompok lumbung pangan dan pengisian cadangan pangan melalui dana bantuan pemerintah.

Tahap Pengembangan dilaksanakan di 4 provinsi yang dialokasikan dana Bantuan Pemerintah sebesar Rp. 20 juta kepada kelompok lumbung pangan yang telah mendapatkan bantuan pembangunan fisik lumbung melalui DAK bidang Pertanian Tahun 2013 dan DAK Tahun 2014 sebanyak 54 kelompok. Dana bantuan pemerintah tersebut dipergunakan untuk pengisian cadangan pangan.

Kegiatan yang telah dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember terdiri dari kegiatan Pemantauan, Pembinaan, Koordinasi dan Sinkronisasi dalam kegiatan pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat. Tiap-tiap kelompok lumbung akan mendapatkan bantuan pemerintah sebesar 20 juta pada tahap pengembangan wajib untuk mengalokasi dana tersebut untuk pengisian. Sehubungan dengan pemanfaatan dana tersebut maka perlu dilakukan pemantauan ditingkat bawah. Hal ini dimaksudkan agar diketahui sejauh mana dana tersebut sebagai penyediaan stock cadangan pangan telah dimanfaatkan dan sejauh mana perkembangan modal tersebut dapat dihasilkan. Disamping itu kegiatan pemantauan ini juga guna mewujudkan sistem kendali dan kontrol yang baik ditingkat pengelola lumbung pangan.

(64)

alokasi dana bantuan pemerintah lumbung pangan tahun 2016 yang masuk tahap pengembangan dapat dilihat pada tabel 17 sebagai berikut.

Tabel 17. Alokasi Dana Bantuan Pemerintah Untuk Kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Tahun 2016.

No. Provinsi Jumlah Kelompok

1. Aceh 5

2. Sumatera Utara 8

3. Lampung 40

4. Papua 1

Total 54

Alokasi anggaran untuk kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat tahun 2016 sebesar Rp. 1,08 milyar untuk 54 kelompok lumbung pangan masyarakat tahap pengembangan. Sampai dengan akhir Desember 2016, dana bantuan pemerintah kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat sebesar Rp. 1,08 milyar telah terealisasi sebesar Rp 1,02 milyar (94,44 persen) untuk 51 kelompok lumbung pangan dari target 54 kelompok lumbung. Provinsi yang telah mencapai realisasi pencairan dana bantuan pemerintah untuk Lumbung Pangan 100 persen adalah Aceh dan Papua. Sedangkan yang reliasasi kurang dari 100 persen adalah Sumatera Utara (87,5 persen) dan Lampung (95 persen).

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan,  Kementerian Pertanian
Gambar 3.   Pejabat Eselon I dan Eselon II Badan Ketahanan Pangan
Tabel 2.  Jumlah Pegawai Badan Ketahanan Pangan, Menurut Golongan
Tabel  3 Pegawai dengan Jabatan Fungsional Khusus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor internal bank berupa, kurang tepatnya analisis sehingga tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi selama jangka waktu pembiayaan, pejabat bank yang

Hasil analisis dengan menggunakan uji f menunjukkan bahwa profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan aset, risiko bisnis,

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan pada masyarakat menunjukkan bahwa untuk melakukan dan menentukan suatu keputusan pembelian bisa dilihat dari bagaimana bagus dan

Deskripsi Orang Tua datang ke Pondok Pesantren lalu menemui Admin dan meminta Form Laporan penilaian anaknya, lalu Admin mengecek Data, bila data ada Admin

(1) Sistem pendukung keputusan untuk forecasting penjualan dibangun dengan berbasis sistem dekstop menggunakan visual basic dengan metode single moving average yang orde

- Dibandingkan dengan proses dehidrasi metanol yang berasal dari gas alam yang tidak dapat diperbaharui, bahan baku untuk proses yang dimulai dari gasifikasi

Bagaimana rancangan formula optimum dengan konsentrasi SSG sebagai bahan penghancur dan konsentrasi PVP K-30 sebagai bahan pengikat yang secara teoritis memiliki

Pada fraksi updraft gas yang sama, maka dengan kenaikan rasio steam-carbon didapatkan efisiensi termal dan efisiensi carbon di puncak gasifier menurun. Sedangkan pada