• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu hal yang terpenting untuk dijaga. Salah satu penampilan fisik yang sering dilihat adalah gigi. Fungsi utama gigi adalah mengunyah, berbicara, dan estetika. Gigi dan mulut yang tidak dirawat atau dijaga akan menyebabkan rasa sakit, gangguan pengunyahan, dan dapat mengganggu kesehatan tubuh yang lainnya (Malik, 2008). Maka dari itu kesehatan gigi dan mulut tidak cukup hanya dengan membersihkan gigi dan lidah secara teratur, tetapi juga dapat dibantu dengan menggunakan obat kumur.

Obat kumur adalah larutan non-steril yang banyak digunakan untuk penyegar dan memberikan efek antiseptik. Obat kumur di formulasikan untuk mengurangi bakteri pada mulut, menghilangkan sisa makanan, mengurangi bau nafas yang tidak enak, dan memberikan rasa yang menyegarkan di mulut. Obat kumur merupakan produk komersial yang dapat membantu menghilangkan kotoran di mulut sebelum sikat gigi atau sesudah sikat gigi. Komposisi dari obat kumur sebagian besar hampir sama dengan komposisi pasta gigi, tetapi obat kumur tidak menggandung bahan pengental (bahan abrasif). Komposisi yang membedakan antara pasta gigi dan obat kumur adalah alkohol, di dalam obat kumur kandungan alkohol cukup banyak yaitu sekitar 18-26%. Fungsi alkohol adalah sebagai pengawet (Storehagen dan Midha, 2003).

Masalah yang sering ditimbulkan jika tidak merawat kesehatan gigi dan mulut secara umum adalah karies gigi dan penyakit periodental. Karies gigi merupakan hilangnya sebagian atau seluruh mineral enamel pada jaringan permukaan gigi oleh asam organis berasal dari makanan yang

(2)

mengandung gula, sedangkan penyakit periodental merupakan kumpulan dari sejumlah keadaan inflamatorik dari jaringan penunjang jaringan gigi yang disebabkan oleh bakteri (Tampubolon, 2005; Wangsarahardja, 2005). Plak merupakan faktor umum yang menimbulkan karies gigi dan penyakit periodental (Toar, Posangi, dan Wowor, 2013). Salah satu bakteri yang menyebabkan plak gigi adalah Streptococcus mutans (SM) dan Streptococcus subrinus. Dalam penelitian yang ada Streptococcus subrinus tidak terlalu banyak menonjol dibandingkan Streptococcus mutans, tetapi keduanya berhubungan erat dalam menyebabkan karies gigi. Streptococcus mutans merupakan salah satu bakteri kariogenik, penyebab utama plak dan karies gigi yang dominan dalam rongga mulut. Streptococcus mutans merupakan produsen asam kuat dan karena itu menciptakan lingkungan yang asam sehingga dapat menyebabkan gigi berlubang. Asam yang terbentuk dari hasil metabolisme selain dapat merusak gigi, asam tersebut digunakan untuk mendapatkan energi (Franco et al., 2007; Kidd dan Bechal, 1992; Forssten, Björklund, dan Ouwehand, 2010; Putri, Herijulianti, dan Nurjannah, 2011).

Povidone iodine merupakan senyawa komplek dari polivinilpirolidon (yang dikenal sebagai povidone dan PVP) dan iodine (Wounds Internasional, 2011). Povidone iodine (PVP iodine) memiliki spektrum luas dan berpotensi sebagai antiseptik. Fungsi lain PVP iodine dalam bidang pengobatan adalah pengobatan luka, antiseptik pada mukosa, dan desinfeksi kulit dan tangan. PVP iodine juga dapat membunuh bakteri periodental dan mengurangi bakteri setelah operasi mulut. Alasan penggunaan PVP iodine sebagai obat kumur karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain tidak mengiritasi kulit dan membran mukosa, mudah dibersihkan dengan air, dan tidak berbau (Kotsilkov, Emilov, dan Popova, 2009; Kumar et al., 2009).

(3)

Soluble tablet merupakan tablet yang dalam penggunaannya dimasukkan atau dilarutkan di dalam air dan akan membentuk larutan yang lebih mudah untuk digunakan secara per oral (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013). Bahan-bahan yang ada di dalam soluble tablet harus memiliki kelarutan yang baik di dalam air dikarenakan tablet harus dapat larut dalam waktu 3 menit (The Department of Health, 2009). Sekarang ini yang beredar di pasaran adalah obat kumur dalam bentuk cair, dimana kemasan yang digunakan terlalu besar dan resiko tumpah pada saat dibawa. Keuntungan bentuk sediaan soluble tablet adalah praktis dalam membawa, kemasan yang dipakai tidak terlalu besar, dan mudah dalam penyimpanan.

Penggunaan sebagai antiseptik pada mulut digunakan konsentrasi 1% (Sweetman, 2009). Pada penelitian ini akan diformulasikan sediaan obat kumur yang mengandung bahan aktif PVP iodine karena dapat mengurangi plak dengan konsentrasi 0,2% yang pada penelitian sebelumnya menggunakan metode difusi dengan pencadang cakram (Mervrayano, Rahmatini, dan Bahar, 2015). Bahan pengisi yang digunakan adalah laktosa. Laktosa memiliki keunggulan seperti mudah larut air, memberikan rasa yang dapat diterima di mulut, tidak higroskopis, dan memiliki kompresibilitas yang baik (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013). Bahan pengikat yang digunakan adalah PVP K-30. Keuntungan penggunaan PVP K-30 sebagai bahan pengikat adalah hasil granul cepat kering, baik untuk proses penggranulan, sifat alir yang dimiliki baik, sudut diam minimum, dan kekuatan kompaktibilitas yang dihasilkan baik (Banker dan Anderson, 1986). Bahan pelicin yang digunakan adalah sodium chloride (NaCl), berfungsi sebagai antigesekan yang terjadi pada proses pembuatan tablet. Gesekan yang dimaksud ialah gesekan antara tablet dan dinding punch, antara tablet dengan dinding die, dan gesekan antara dinding die dan dinding punch (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013). Bahan penghancur

(4)

yang digunakan adalah sodium starch glycolate (SSG), memiliki sifat superdisintegrant untuk mendapatkan waktu hancur yang cepat (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013). Konsentrasi lazim SSG yang digunakan untuk penghancur adalah 2%-8% (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).

Bahan penghancur dan bahan pengikat merupakan dua hal yang saling bertolak belakang dalam pembuatan suatu formula tablet. Dimana konsentrasi bahan penghancur yang digunakan tinggi akan menyebabkan tablet menjadi capping, sebaliknya jika konsentrasi bahan penghancur yang digunakan rendah menyebabkan tablet akan sulit hancur atau larut. Demikian juga dengan bahan pengikat jika konsentrasi yang digunakan tinggi akan menghasilkan tablet yang keras dan waktu larut atau hancur yang lama, sebaliknya jika konsentrasi bahan pengikat yang digunakan rendah akan menghasilkan tablet yang rapuh. Maka dari itu perlu dilakukan optimasi bahan penghancur dan bahan pengikat untuk mendapatkan formula optimum. Pencarian formula dilakukan dengan menggunakan metode factorial design.

Metode factorial design merupakan salah satu metode untuk mengetahui formula optimum dari sebuah formula, mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dominan dan signifikan tidaknya maupun efek interaksinya. Dengan kata lain, metode factorial design jauh lebih efektif dan efisien daripada metode pendekatan secara bertahap (trial and eror) yang membutuhkan kreatifitas dari formulator, memakan waktu yang lama, biaya yang mahal, dan sering mengalami kegagalan (Bolton, 1990). Formula optimum akan diuji daya antibakterinya secara in vitro terhadap Streptococcus mutans dibandingkan dengan blanko.

(5)

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh konsentrasi SSG sebagai bahan penghancur dan konsentrasi PVP K-30 sebagai bahan pengikat maupun interaksinya terhadap mutu fisik tablet yang meliputi kekerasan, kerapuhan, dan waktu larut soluble tablet povidone iodine?

2. Bagaimana rancangan formula optimum dengan konsentrasi SSG sebagai bahan penghancur dan konsentrasi PVP K-30 sebagai bahan pengikat yang secara teoritis memiliki mutu fisik tablet yang meliputi kekerasan, kerapuhan, dan waktu larut soluble tablet povidone iodine yang memenuhi syarat?

3. Apakah formula optimum soluble tablet povidone iodine mempunyai daya antibakteri terhadap Streptococcus mutans?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh konsentrasi SSG sebagai bahan penghancur dan konsentrasi PVP K-30 sebagai bahan pengikat maupun interaksinya terhadap mutu fisik tablet yang meliputi kekerasan, kerapuhan, dan waktu larut soluble tablet povidone iodine.

2. Memperoleh rancangan formula optimum soluble tablet povidone iodine menggunakan SSG sebagai bahan penghancur dan PVP K-30 sebagai bahan pengikat yang secara teoritis memiliki mutu fisik tablet yang meliputi kekerasan, kerapuhan, dan waktu larut soluble tablet povidone iodine yang memenuhi syarat.

3. Mengetahui daya antibakteri dari formula optimum soluble tablet povidone iodine terhadap Streptococcus mutans.

(6)

1.4. Hipotesis Penelitian

1. Konsentrasi SSG sebagai bahan penghancur dan konsentrasi PVP K-30 sebagai bahan pengikat maupun interaksinya memiliki pengaruh terhadap mutu fisik tablet yang meliputi kekerasan, kerapuhan, dan waktu larut soluble tablet povidone iodine.

2. Formula optimum soluble tablet povidone iodine dapat diperoleh dengan menggunakan SSG sebagai bahan penghancur dan PVP K-30 sebagai bahan pengikat yang memiliki mutu fisik tablet yang meliputi kekerasan, kerapuhan, dan waktu larut soluble tablet povidone iodine yang memenuhi syarat.

3. Formula optimum soluble tablet povidone iodine memiliki daya antibakteri terhadap Streptococcus mutans.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu mendapatkan formula optimum obat kumur soluble tablet povidone iodine dengan SSG sebagai bahan penghancur dan PVP K-30 sebagai bahan pengikat yang memiliki daya antibakteri terhadap Streptococcus mutans.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa dan aktivitas guru pada mata pelajaran dasar-dasar otomotifdengan menggunakan model pembelajaran

Masa remaja merupakan masa yang bergejolak dan saat remaja berada pada kondisi yang tidak stabil, oleh karena itu mereka dapat dengan mudah terpengaruh oleh

DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk menilai aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam..

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi dan terselesaikan

Berdasarkan Tabel 5.1, dapat diketahui bahwa pada Siklus I aktivitas guru termasuk kategori cukup baik dengan skor total 11 sedangkan untuk aktivitas belajar siswa

Kompetensi ke 1 Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dan ilmu - ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan

Buoy hanya memenuhi fungsinya sebagai alat bantu navigasi pada siang hari dan dalam keadaan cuaca terang, pada malam hari hanya pelampung yang di fasilitasi

Chek list dilakukan dengan memberikan tanda cek (√ ) pada salah satu kolom pengamatan terhadap kesesuaian buku teks terhadap konten pada kriteria Bell. Pada penelitian ini, setiap