• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGUATAN PERAN PEMERINTAH PROVINSI DI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGUATAN PERAN PEMERINTAH PROVINSI DI DAERAH"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

REPUBLIK INDONESIA

PENGUATAN PERAN

PEMERINTAH PROVINSI

DI DAERAH

(2)
(3)

REPUBLIK INDONESIA

TEMA :

“Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja serta Mengurangi

Kemiskinan dan Kesenjangan Antarwilayah“ Pertumbuhan ekonomi 7,1%, Inflasi 4%, penurunan tingkat Kemiskinan 7,5%-8,5% & pengangguran 5,2%-5,5%

Program & Kegiatan Pusat dan Daerah

Tahun 2017 SASARAN RKP 2017 GUBERNUR Mendukung pencapaian sasasaran pembangunan nasional Tahun 2017

MUSRENBANGNAS

RKP Tahun 2017

PENDAHULUAN

KESEPAKATAN

Rapat Multilateral I & II Musrenbang Provinsi

Pembahasan/Penyelarasan Program Strategis K/L & Daerah

(4)

REPUBLIK INDONESIA

UU NO. 23 TAHUN 2014

ttg PEMDA

MDN melakukan pembinaan dan pengawasan umum penyelenggaraan

pemda secara nasional

POROS Pemerintahan &

Politik Dalam Negeri

• pelayanan & pemberdayaan masyarakat

• pembangunan daerah, • demokrasi,

• penegakan hukum dan kesatuan bangsa

menjamin keberlangsungan

•Penjabaran Visi, Misi, dan Program sesuai dgn agenda prioritas NAWA CITA Presiden RI Jokowi-JK dlm PERPRES 2 Thn 2015 ttg RPJMN 2015-2019;

•Penjabaran Program

Operasional KEMENDAGRI; •Koordinasi antar K/L secara

terpadu.

berlandaskan

PERAN STRATEGIS KEMENDAGRI

melaksanakan

program secara efektif,

efisien, bersih

berwibawa dlm rangka

memperkokoh NKRI

komitmen bersama & partisipasi masyarakat

gubernur

, bupati/walikota

mengelola, & memecahkan berbagai isu-isu strategis

SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2017

(5)

REPUBLIK INDONESIA

PERAN GUBERNUR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

a. mengoordinasikan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Tugas Pembantuan di Daerah kabupaten/kota;

b. melakukan monitoring, evaluasi, supervisi terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kabupaten/kota yang ada di wilayahnya;

c. memberdayakan dan memfasilitasi Daerah kabupaten/kota di wilayahnya;

d. melakukan evaluasi terhadap rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang RPJPD, RPJMD, APBD, perubahan APBD, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, tata ruang daerah, pajak daerah dan retribusi daerah;

e. melakukan pengawasan terhadap Perda Kabupaten/Kota; dan

f. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

a. memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;

b. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat; c. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD,

RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD serta menyusun dan menetapkan RKPD;

d. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang perubahan APBD dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama;

e. mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan f. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

PERAN GUBERNUR

WAKIL PEMERINTAH PUSAT KEPALA DAERAH OTONOM

Pasal 91 Pasal 65

(6)

PERAN STRATEGIS GUBERNUR

DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH

Gubernur

Sebagai wakil pemerintah pusat Sebagai Kepala Daerah Otonom REPUBLIK INDONESIA

Melaksanakan binwas terhadap

penyelenggaraan Urusan Pemerintahan : • Kewenangan Daerah kabupaten/kota. • Tugas Pembantuan oleh Daerah

kabupaten/kota,

Pasal 91

Melaksanakan tugas dan wewenang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah bersama DPRD.

(7)

REPUBLIK INDONESIA

PENGALIHAN URUSAN PEMERINTAHAN

UU NO. 23 TAHUN 2014 pengalihan urusan antartingkatan pemerintahan gubernur, bupati/walikota

Menyelesaikan inventarisasi Personel, Pendanaan, Prasarana dan Sarana serta Dokumen (P3D),

antartingkatan pemerintahan paling lambat 31 Maret 2016 & serah terima personel, sarana dan prasarana serta dokumen paling lambat tgl 2 Oktober 2016 inventarisasi P3D menjadi dokumen & dasar

penyusunan RKPD, KUA/PPAS & RANPERDA ttg APBD Prov/Kab/Kota TA 2017

s.d Desember 2016 pelayanan kpd masyarakat tdk boleh berhenti, harus ttp dilaksanakan oleh tingkatan

pemerintahan yg saat ini menyelenggarakan urusan pemerintahan yg akan dialihkan antartingkatan

pemerintahan dari kab/kota ke provinsi atau kepada Pemerintah Pusat

mengambil langkah-langkah

(8)

REPUBLIK INDONESIA

NO NEGARA Tahun 2014-2015 Tahun 2015-2016 KET

RANKING SCORE RANKING SCORE

1 SINGAPURA 2 5,65 2 5,68 TETAP 2 MALAYSIA 20 5,16 18 5,23 NAIK 3 THAILAND 31 4,66 32 4,64 TURUN 4 INDONESIA 34 4,57 37 4,52 TURUN 5 PHILIPINA 52 4,40 47 4,39 NAIK 6 VIETNAM 68 4,23 56 4,30 NAIK 7 LAOS 93 3,91 83 4,00 NAIK 8 KAMBOJA 95 3,89 90 3,94 NAIK 9 MYANMAR 134 3,24 131 3,32 NAIK 10 TIMOR LESTE 136 3,17 - -

-PERINGKAT DAYA SAING INDONESIA DIANTARA NEGARA-NEGARA ASEAN TAHUN 2015-2016

PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH

World Economic Forum (WEF) dalam Global Competitiveness Report Tahun 2015–2016

(9)

REPUBLIK INDONESIA

DOING BUSINESS RANK TAHUN 2015-2016

NO. NEGARA

TAHUN 2015 TAHUN 2016

RANKING EASE DOING BUSINESS

STARTING A BUSINESS RANKING EASE DOING BUSINESS

STARTING A BUSINESS

RANKING (days)Time RANKING Time

(days) 1 Singapura 1 6 2,5 1 1 2 2 Malaysia 18 13 5,5 18 4 3 3 Thailand 26 75 27,5 49 5 11 4 Brunei Darussalam 101 179 15 84 8 9 5 Vietnam 78 125 34 90 11 14 6 Philipina 95 161 34 103 14 22 7 Indonesia 114 155 52,5 109 14 24 8 Kamboja 135 184 101 127 17 25 9 Laos 148 154 92 134 18 19 10 Timor Leste 172 96 10 173 25 12 11 Myanmar 177 189 72 167 24 12

(10)

REPUBLIK INDONESIA

HASIL EVALUASI PTSP S.D. APRIL 2015

• terdapat 47 pemda atau 8,62% yang belum memiliki komitmen untuk membentuk dan melimpahkan kewenangan perizinan dan non perizinan kepada PTSP. • Kewenangan penandatangan masih tetap berada pada KDH

dan/atau Kepala Perangkat Daerah.

• Belum menetapkan dan melaksanakan sepenuhnya SOP PTSP. sehingga belum ada kepastian waktu penyelesaian dan biaya perizinan dan non perizinan.

HAMBATAN

• Bagi daerah yang belum membentuk PTSP paling lambat akhir bulan Juni Tahun 2015 sudah membentuk PTSP, sekaligus melimpahkan kewenangan perizinan dan non perizinan serta tetapkan SOP.

• Limpahkan sepenuhnya proses & penetapan perizinan dan non perizinan serta SOP PTSP

• Tingkatkan peran gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah melalui pembinaan dan pengawasan PTSP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

• Wujudkan penyelesaian perizinan dengan efisiensi menjadi maksimal 7 (tujuh) Hari, agar mampu bersaing dengan negara tetangga dalam penyelesaian perizinan secara cepat, tepat, mudah dan murah bagi para investor yang akan memulai atau perluasan usaha

TINDAK LANJUT PROPORSI 498 DAERAH YANG SUDAH MEMBENTUK PTSP

100% 90% 98% 80% 85% 90% 95% 100% 105%

PROVINSI KABUPATEN KOTA

34 373 91 220 2 272 4 0 50 100 150 200 250 300

BADAN DINAS KANTOR UNIT

(11)

11 11

REPUBLIK INDONESIA

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA

Desa mempunyai kedudukan sangat strategis yaitu memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus urusan kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan UUD 1945

thn 2016 Pemerintah telah mengalokasikan dana transfer APBN sejumlah Rp. 47 Triliun dengan alokasi per desa Rp 628,5 juta

UU NOMOR 6 TAHUN 2014 TTG DESA

Pemerintahan desa yang bersih, efektif,

demokratis & terpercaya

• Tingkatkan kapasitas aparatur pemda di bidang perencanaan pembangunan desa, keuangan dan asset desa, administrasi pemerintahan desa, penyusunan pedoman standar jabatan, BUMDES dan produk hukum.

• Tingkatkan kapasitas aparat badan permusyawaratan desa melalui pendidikan dan pelatihan.

• Latih, bimbing, bina kelembagaan masyarakat desa.

• Fasilitasi penataan desa dan evaluasi serta pelaporan penyelenggaraan pemerintahan desa

(12)

REPUBLIK INDONESIA

PENEGASAN BATAS ANTAR DAERAH

Pemekaran daerah dan ketidaksinkronan antara undang-undang pembentukan satu daerah dengan daerah lainnya

Muncul konflik perebutan sumber daya ekonomi baik SDA maupun potensi ekonomi wilayah

Permasalahan batas antar daerah Akibat

penetapan batas antar daerah yang berjumlah 973 segmen batas daerah

Upaya

REALISASI PENETAPAN BATAS ANTAR DAERAH s.d APRIL 2015

Indikatif 645 Definitif

328

Tingkatkan koordinasi untuk mengatasi hambatan dan memecahkan permasalahan dengan berpedoman pada PERMENDAGRI Nomor 76 Tahun 2012 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah, sehingga penegasan batas daerah di wilayah masing-masing dapat diselesaikan.

(13)

REPUBLIK INDONESIA

• Aspek penyelesaian dan penegasan batas wilayah negara: belum selesainya proses penyelesaian dan penyepakatan batas dengan negara tetangga pada beberapa segmen;

• Aspek pertahanan dan keamanan serta penegakan hukum: belum optimalnya aspek pengawasan perbatasan laut dan udara & banyaknya kegiatan illegal di Lokasi Prioritas (LOKPRI), seperti illegal fishing, illegal entry, illegal logging, human

trafficking;

• Aspek infrastruktur: rendahnya pelayanan

infrastuktur transportasi regional dan lokal, serta minimnya akses terhadap pelayanan sarana dan prasarana dasar di LOKPRI;

• Aspek kelembagaan: belum optimalnya mekanisme dan pelaksanaan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi program pengelolaan perbatasan Negara baik di tingkat pusat maupun daerah, serta

terbatasnya sumber daya, sarana prasarana pendukung, serta SDM lembaga pengelola perbatasan.

PENGELOLAAN BATAS ANTAR NEGARA

Permasalahan

1. Penetapan dan penegasan batas wilayah negara;

2. Peningkatan pertahanan dan

keamanan serta penegakan hukum; 3. Pemantapan pelayanan lintas batas

negara;

4. Penataan ruang kawasan perbatasan; 5. Peningkatan penyediaan

infrastruktur kawasan perbatasan; 6. Pengembangan/pertumbuhan

ekonomi kawasan perbatasan; 7. Peningkatan pelayanan sosial dasar

kawasan perbatasan; dan

8. Penguatan/penataan kelembagaan

Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Tahun 2015-2019

(14)

REPUBLIK INDONESIA

PERCEPATAN PENYELESAIAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

1. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

2. Keterpaduan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan

3. Perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

PERDA RTRW mewujudkan

REALISASI PENETAPAN PERDA RTRW PROVINSI, KABUPATEN & KOTA s.d April 2015

76,47 % 23,53 % PROVINSI 79,04 % 20,96 % KABUPATEN 91,40 % 8,60% KOTA SUDAH BELUM

• Mempercepat pembahasan & penetapan Perda ttg RTRW

• Meningkatkan kinerja BKPRD untuk mempercepat proses penyusunan dan persetujuan substansi serta mengatasi permasalahan/konflik pemanfaatan ruang. • Penyelesaian perbedaan thd penetapan pola

ruang antar K/L

(15)

REPUBLIK INDONESIA

PENYELESAIAN PENETAPAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

Hasil Evaluasi Penyusunan/Penetapan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2015

100% 100%

0% 0%

RPJPD RPJMD

PENETAPAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI

SUDAH MENETAPKAN BELUM MENETAPKAN

80% 83%

20% 17%

RPJPD RPJMD

PENETAPAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

SUDAH MENETAPKAN BELUM MENETAPKAN

82% 76%

18% 24%

PROVINSI KAB/KOTA PENETAPAN RKPD TAHUN 2015

(16)

REPUBLIK INDONESIA

KEWAJIBAN GUBERNUR, BUPATI/WALIKOTA BERSAMA DPRD DALAM

PENYELESAIAN DAN PENETAPAN DOKUMEN PERENCANAAN SESUAI AMANAT

UU NO 23 THN 2014

Menetapkan Perda RPJPD agar daerah memiliki arah kebijakan dan sasaran pembangunan jangka panjang serta landasan penyusunan visi dan misi

calon kepala daerah.

Segera menetapkan Perda RPJMD sebagai pedoman penyusunan RKPD Tahun 2017.

Segera Menetapkan Perkada RKPD 2017 dan capai kesepakatan KUA-PPAS dengan DPRD tepat waktu agar APBD TA 2017 dilaksanakan 1 Januari 2017.

Menetapkan Renstra PD selaras dengan RPJMD, & Renja PD 2017 selaras dengan RKPD 2017

(17)

REPUBLIK INDONESIA

FUNGSI DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN SANKSI KEPADA PEMERINTAHAN DAERAH

( Pasal 265 & Pasal 266)

RPJPD

RPJMD

RKPD

menjadi pedoman dalam perumusan visi, misi, dan program calon kepala daerah sebagai instrumen evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah • sebagai instrumen evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah • menjadi pedoman

kepala daerah dalam menyusun KUA serta PPAS.

Apabila penyelenggara Pemerintahan Daerah tidak

menetapkan Perda tentang RPJPD dan RPJMD anggota DPRD dan

kepala daerah dikenai sanksi

administratif berupa tidak

dibayarkan hak-hak keuangan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan selama 3

(tiga) bulan.

Apabila kepala daerah tidak menetapkan Perkada tentang

RKPD, kepala daerah dikenai

sanksi administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak keuangan yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan selama 3

(18)

REPUBLIK INDONESIA

 Wajib mengajukan rancangan Perda tentang APBD disertai penjelasan dan

dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD sesuai dengan waktu

yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan untuk

memperoleh persetujuan bersama.

 Kepala daerah yang tidak mengajukan rancangan Perda tentang APBD

dikenai sanksi administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak keuangannya

yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan selama 6

(enam) bulan.

 Rancangan Perda dibahas kepala daerah bersama DPRD dengan

berpedoman pada RKPD, KUA, dan PPAS untuk mendapat persetujuan

bersama.

 Atas dasar persetujuan bersama DPRD dan kepala daerah, kepala daerah

menyiapkan rancangan Perkada tentang penjabaran APBD dan rancangan

dokumen pelaksanaan anggaran.

KEWAJIBAN KEPALA DAERAH DALAM PENETAPAN APBD

(19)

REPUBLIK INDONESIA 87.88% 81.82% 79.41% 94.12% 67.65% 59.78% 70.65% 66.67% 87.10% 50.63% 60.40% 64.56% 84.58% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 2012 2013 2014 2015 2016

Provinsi Kota Kabupaten

29 Daerah 27 Daerah 55 Daerah 65 Daerah 202 Daerah 241 Daerah

Penetapan Perda APBD Tepat Waktu (2012-2016)

27 Daerah 62 Daerah 266 Daerah 32 Daerah 81 Daerah 351 Daerah 23 Daerah Catatan:

Tahun 2016 Kabupaten/Kota dalam proses inventarisasi data;

(20)

REPUBLIK INDONESIA

Rata-Rata = 14.94%

PROPORSI

BELANJA PEGAWAI

TERHADAP TOTAL BELANJA

PROVINSI SE-INDONESIA

TA 2016

(21)

REPUBLIK INDONESIA

PROPORSI KOMPONEN

BELANJA DAERAH

AGREGAT APBD

PROVINSI

TA 2016

(22)

REPUBLIK INDONESIA

Realisasi Belanja APBD Provinsi dan Kabupaten /Kota s/d 31 Maret 2016

8,3% 8,0% 0,0% 1,0% 2,0% 3,0% 4,0% 5,0% 6,0% 7,0% 8,0% 9,0% 10,0% Provinsi Kabupaten/Kota

• Realisasi Belanja APBD Provinsi

rata-rata sebesar 8,3%, tertinggi

Provinsi

Jawa

Timur

17.2%,

berturut-turut Provinsi Lampung

15,9%, Sulawesi Utara 15,2%

Sumatera Selatan 15,1%. dan

Nusa Tenggara Barat 14,6%.

• Realisasi

belanja

APBD

kabupaten/kota rata-rata sebesar

5.8% tertinggi Kota Pagaralam

21,6%,

berturut-turut

Kab.

Probolinggo 20,3%, Kab. Kep.

Anambas 19,9%, Kota Bandung

17,7% dan Kab. Sumbawa 16,4%

(23)

REPUBLIK INDONESIA

REALISASI BELANJA APBD PROVINSI

0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 2,0% 3,0% 4% 4,0% 4,0% 5,0% 7% 7,0% 8,0% 8,0% 8,0% 9,0% 10,0% 10,0% 10,0% 11,0% 11,0% 11,0% 12,0% 12,0% 14,0% 15,0% 15,0% 15,0% 16,0% 17,0%

Provinsi DKI Jakarta Provinsi Jambi Provinsi Kepulauan Riau Provinsi Maluku Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur Provinsi Papua Provinsi Papua Barat Provinsi Sumatera Barat Provinsi Kalimantan Utara Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Bali Provinsi Banten Provinsi Jawa Tengah Provinsi Riau Provinsi Aceh Provinsi Sulawesi Tengah Provinsi D. I. Yogyakarta Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Provinsi Sulawesi Tenggara Provinsi Sulawesi Barat Provinsi Jawa Barat Provinsi Kalimantan Tengah Provinsi Maluku Provinsi Bengkulu Provinsi Kalimantan Selatan Provinsi Sumatera Utara Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Sulawesi Selatan Provinsi Gorontalo Provinsi Nusa Tenggara Barat Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Sumatera Selatan Provinsi Lampung Provinsi Jawa Timur

(24)

REPUBLIK INDONESIA

SINERGI PENGUATAN APARATUR PENGAWAS

INTERN PEMERINTAH (APIP)

(25)
(26)
(27)

REPUBLIK INDONESIA

UU NOMOR 8

TAHUN 2015 TTG PERUBAHAN UU NO 1THN 2015 TTG PENETAPAN PERPU NOMOR 1 TAHUN 2014 TTG

PILGUB, BUP & WALKOT MENJADI UNDANG-UNDANG

Menyebutkan :

pemungutan suara serentak periode kedua akan

dilaksanakan pada bulan Februari 2017, untuk

101

kepala daerah yang terdiri dari: 7 gubernur dan wakil

gubernur, 76 bupati dan wakil bupati serta 18 walikota

dan wakil walikota

• Menyerahkan Data Agregat Kependudukan per Kecamatan (DAK2) dan Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilihan (DP4) kepada KPUD, yang telah dikonsolidasikan, diverifikasi dan divalidasi oleh Kementerian Dalam Negeri dengan menggunakan Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK).

• Mengalokasikan dana hibah dari pemerintah daerah kepada KPU provinsi, kabupaten dan kota, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten dan Kota sesuai dengan kebutuhan.

• Pengalokasian dilakukan atas dasar pola sharing yang mengutamakan pertimbangan efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas.

Hal-hal yang perlu ditindak lanjuti :

(28)

REPUBLIK INDONESIA

Target PDB , tingkat inflasi, penurunan angka pengangguran dan kemiskinan

dalam RKP dan RKPD Tahun 2017

Tercipta stabilitas politik dan keamanan di wilayah dan daerah masing-masing

• Tingkatkan koordinasi Forum komunikasi Pimpinan Daerah (FORKOMPIMDA)

• libatkan unsur terkait dilingkungan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, kota, kecamatan dan desa

tetap diperlukan upaya maksimal agar potensi konflik dapat dicegah dan frekuensi konflik dapat ditekan serendah

mungkin

Penanganan Stabilitas Politik Dalam Negeri

Keberhasilan Pemerintah

bersama PEMDA menciptakan

stabilitas politik dalam negeri

yang kondusif

(29)

29 29

SUMATERA KALIMANTAN

JAVA

IRIAN JAYA

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian Gulamhussen & Guerreiro (2009), ditemukan bahwa anggota Dewan Direksi yang berkewarganegaraan asing berpengaruh positif terhadap pengurangan biaya

49% penduduk <2US$ sehari Pendanaan Pemerintah semakin mendominasi, dan rencana BPJS di tahun 2014 10% orang kaya Indonesia = 25 juta = Penduduk Malaysia 1 2 3

Di setiap sekolah terdapat berbagai macam jenis ekstrakurikuler, yang mana melalui ekstrakurikuler ini mereka dapat menyalurkan bakatnya sesuai dengan minat

Sampel uji yang digunakan ialah komposit dengan matriks polyester berpenguat serat kayu kopi dengan variasi penambahan zat aditif montmorillonite sebesar 0%, 30%, 40% dan 50%

Dari beberapa pengertian diatas dapat di ambil satu kesimpulan bahwa pemberian hadiah merupakan salah satu bentuk alat pendidikan dalam proses pembelajaran yang di

Penurunan amilosa juga terjadi pada HMT pati yam (Adebowale et al 2009) dan pati sagu (Herawati 2009).Analisis statistik (Lampiran 4) menunjukkan bahwa suhu dan

Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bis, mobil penumpang dan angkutan khusus yang mempunyai asal dan tujuan

Melaksanakan sebagian tugas pokok Kementerian Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai, berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan mengamankan