REPUBLIK INDONESIA
PENGUATAN PERAN
PEMERINTAH PROVINSI
DI DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
TEMA :
“Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja serta Mengurangi
Kemiskinan dan Kesenjangan Antarwilayah“ Pertumbuhan ekonomi 7,1%, Inflasi 4%, penurunan tingkat Kemiskinan 7,5%-8,5% & pengangguran 5,2%-5,5%
Program & Kegiatan Pusat dan Daerah
Tahun 2017 SASARAN RKP 2017 GUBERNUR Mendukung pencapaian sasasaran pembangunan nasional Tahun 2017
MUSRENBANGNAS
RKP Tahun 2017
PENDAHULUAN
KESEPAKATAN
Rapat Multilateral I & II Musrenbang ProvinsiPembahasan/Penyelarasan Program Strategis K/L & Daerah
REPUBLIK INDONESIA
UU NO. 23 TAHUN 2014
ttg PEMDA
MDN melakukan pembinaan dan pengawasan umum penyelenggaraan
pemda secara nasional
POROS Pemerintahan &
Politik Dalam Negeri
• pelayanan & pemberdayaan masyarakat
• pembangunan daerah, • demokrasi,
• penegakan hukum dan kesatuan bangsa
menjamin keberlangsungan
•Penjabaran Visi, Misi, dan Program sesuai dgn agenda prioritas NAWA CITA Presiden RI Jokowi-JK dlm PERPRES 2 Thn 2015 ttg RPJMN 2015-2019;
•Penjabaran Program
Operasional KEMENDAGRI; •Koordinasi antar K/L secara
terpadu.
berlandaskan
PERAN STRATEGIS KEMENDAGRI
melaksanakan
program secara efektif,
efisien, bersih
berwibawa dlm rangka
memperkokoh NKRI
komitmen bersama & partisipasi masyarakat
gubernur
, bupati/walikotamengelola, & memecahkan berbagai isu-isu strategis
SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2017
REPUBLIK INDONESIA
PERAN GUBERNUR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
a. mengoordinasikan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Tugas Pembantuan di Daerah kabupaten/kota;
b. melakukan monitoring, evaluasi, supervisi terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kabupaten/kota yang ada di wilayahnya;
c. memberdayakan dan memfasilitasi Daerah kabupaten/kota di wilayahnya;
d. melakukan evaluasi terhadap rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang RPJPD, RPJMD, APBD, perubahan APBD, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, tata ruang daerah, pajak daerah dan retribusi daerah;
e. melakukan pengawasan terhadap Perda Kabupaten/Kota; dan
f. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
a. memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;
b. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat; c. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD,
RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD serta menyusun dan menetapkan RKPD;
d. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang perubahan APBD dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama;
e. mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan f. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
PERAN GUBERNUR
WAKIL PEMERINTAH PUSAT KEPALA DAERAH OTONOM
Pasal 91 Pasal 65
PERAN STRATEGIS GUBERNUR
DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH
Gubernur
Sebagai wakil pemerintah pusat Sebagai Kepala Daerah Otonom REPUBLIK INDONESIAMelaksanakan binwas terhadap
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan : • Kewenangan Daerah kabupaten/kota. • Tugas Pembantuan oleh Daerah
kabupaten/kota,
Pasal 91
Melaksanakan tugas dan wewenang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah bersama DPRD.
REPUBLIK INDONESIA
PENGALIHAN URUSAN PEMERINTAHAN
UU NO. 23 TAHUN 2014 pengalihan urusan antartingkatan pemerintahan gubernur, bupati/walikota
Menyelesaikan inventarisasi Personel, Pendanaan, Prasarana dan Sarana serta Dokumen (P3D),
antartingkatan pemerintahan paling lambat 31 Maret 2016 & serah terima personel, sarana dan prasarana serta dokumen paling lambat tgl 2 Oktober 2016 inventarisasi P3D menjadi dokumen & dasar
penyusunan RKPD, KUA/PPAS & RANPERDA ttg APBD Prov/Kab/Kota TA 2017
s.d Desember 2016 pelayanan kpd masyarakat tdk boleh berhenti, harus ttp dilaksanakan oleh tingkatan
pemerintahan yg saat ini menyelenggarakan urusan pemerintahan yg akan dialihkan antartingkatan
pemerintahan dari kab/kota ke provinsi atau kepada Pemerintah Pusat
mengambil langkah-langkah
REPUBLIK INDONESIA
NO NEGARA Tahun 2014-2015 Tahun 2015-2016 KET
RANKING SCORE RANKING SCORE
1 SINGAPURA 2 5,65 2 5,68 TETAP 2 MALAYSIA 20 5,16 18 5,23 NAIK 3 THAILAND 31 4,66 32 4,64 TURUN 4 INDONESIA 34 4,57 37 4,52 TURUN 5 PHILIPINA 52 4,40 47 4,39 NAIK 6 VIETNAM 68 4,23 56 4,30 NAIK 7 LAOS 93 3,91 83 4,00 NAIK 8 KAMBOJA 95 3,89 90 3,94 NAIK 9 MYANMAR 134 3,24 131 3,32 NAIK 10 TIMOR LESTE 136 3,17 - -
-PERINGKAT DAYA SAING INDONESIA DIANTARA NEGARA-NEGARA ASEAN TAHUN 2015-2016
PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH
World Economic Forum (WEF) dalam Global Competitiveness Report Tahun 2015–2016
REPUBLIK INDONESIA
DOING BUSINESS RANK TAHUN 2015-2016
NO. NEGARA
TAHUN 2015 TAHUN 2016
RANKING EASE DOING BUSINESS
STARTING A BUSINESS RANKING EASE DOING BUSINESS
STARTING A BUSINESS
RANKING (days)Time RANKING Time
(days) 1 Singapura 1 6 2,5 1 1 2 2 Malaysia 18 13 5,5 18 4 3 3 Thailand 26 75 27,5 49 5 11 4 Brunei Darussalam 101 179 15 84 8 9 5 Vietnam 78 125 34 90 11 14 6 Philipina 95 161 34 103 14 22 7 Indonesia 114 155 52,5 109 14 24 8 Kamboja 135 184 101 127 17 25 9 Laos 148 154 92 134 18 19 10 Timor Leste 172 96 10 173 25 12 11 Myanmar 177 189 72 167 24 12
REPUBLIK INDONESIA
HASIL EVALUASI PTSP S.D. APRIL 2015
• terdapat 47 pemda atau 8,62% yang belum memiliki komitmen untuk membentuk dan melimpahkan kewenangan perizinan dan non perizinan kepada PTSP. • Kewenangan penandatangan masih tetap berada pada KDH
dan/atau Kepala Perangkat Daerah.
• Belum menetapkan dan melaksanakan sepenuhnya SOP PTSP. sehingga belum ada kepastian waktu penyelesaian dan biaya perizinan dan non perizinan.
HAMBATAN
• Bagi daerah yang belum membentuk PTSP paling lambat akhir bulan Juni Tahun 2015 sudah membentuk PTSP, sekaligus melimpahkan kewenangan perizinan dan non perizinan serta tetapkan SOP.
• Limpahkan sepenuhnya proses & penetapan perizinan dan non perizinan serta SOP PTSP
• Tingkatkan peran gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah melalui pembinaan dan pengawasan PTSP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Wujudkan penyelesaian perizinan dengan efisiensi menjadi maksimal 7 (tujuh) Hari, agar mampu bersaing dengan negara tetangga dalam penyelesaian perizinan secara cepat, tepat, mudah dan murah bagi para investor yang akan memulai atau perluasan usaha
TINDAK LANJUT PROPORSI 498 DAERAH YANG SUDAH MEMBENTUK PTSP
100% 90% 98% 80% 85% 90% 95% 100% 105%
PROVINSI KABUPATEN KOTA
34 373 91 220 2 272 4 0 50 100 150 200 250 300
BADAN DINAS KANTOR UNIT
11 11
REPUBLIK INDONESIA
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
Desa mempunyai kedudukan sangat strategis yaitu memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus urusan kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan UUD 1945
thn 2016 Pemerintah telah mengalokasikan dana transfer APBN sejumlah Rp. 47 Triliun dengan alokasi per desa Rp 628,5 juta
UU NOMOR 6 TAHUN 2014 TTG DESA
Pemerintahan desa yang bersih, efektif,
demokratis & terpercaya
• Tingkatkan kapasitas aparatur pemda di bidang perencanaan pembangunan desa, keuangan dan asset desa, administrasi pemerintahan desa, penyusunan pedoman standar jabatan, BUMDES dan produk hukum.
• Tingkatkan kapasitas aparat badan permusyawaratan desa melalui pendidikan dan pelatihan.
• Latih, bimbing, bina kelembagaan masyarakat desa.
• Fasilitasi penataan desa dan evaluasi serta pelaporan penyelenggaraan pemerintahan desa
REPUBLIK INDONESIA
PENEGASAN BATAS ANTAR DAERAH
Pemekaran daerah dan ketidaksinkronan antara undang-undang pembentukan satu daerah dengan daerah lainnya
Muncul konflik perebutan sumber daya ekonomi baik SDA maupun potensi ekonomi wilayah
Permasalahan batas antar daerah Akibat
penetapan batas antar daerah yang berjumlah 973 segmen batas daerah
Upaya
REALISASI PENETAPAN BATAS ANTAR DAERAH s.d APRIL 2015
Indikatif 645 Definitif
328
Tingkatkan koordinasi untuk mengatasi hambatan dan memecahkan permasalahan dengan berpedoman pada PERMENDAGRI Nomor 76 Tahun 2012 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah, sehingga penegasan batas daerah di wilayah masing-masing dapat diselesaikan.
REPUBLIK INDONESIA
• Aspek penyelesaian dan penegasan batas wilayah negara: belum selesainya proses penyelesaian dan penyepakatan batas dengan negara tetangga pada beberapa segmen;
• Aspek pertahanan dan keamanan serta penegakan hukum: belum optimalnya aspek pengawasan perbatasan laut dan udara & banyaknya kegiatan illegal di Lokasi Prioritas (LOKPRI), seperti illegal fishing, illegal entry, illegal logging, human
trafficking;
• Aspek infrastruktur: rendahnya pelayanan
infrastuktur transportasi regional dan lokal, serta minimnya akses terhadap pelayanan sarana dan prasarana dasar di LOKPRI;
• Aspek kelembagaan: belum optimalnya mekanisme dan pelaksanaan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi program pengelolaan perbatasan Negara baik di tingkat pusat maupun daerah, serta
terbatasnya sumber daya, sarana prasarana pendukung, serta SDM lembaga pengelola perbatasan.
PENGELOLAAN BATAS ANTAR NEGARA
Permasalahan
1. Penetapan dan penegasan batas wilayah negara;
2. Peningkatan pertahanan dan
keamanan serta penegakan hukum; 3. Pemantapan pelayanan lintas batas
negara;
4. Penataan ruang kawasan perbatasan; 5. Peningkatan penyediaan
infrastruktur kawasan perbatasan; 6. Pengembangan/pertumbuhan
ekonomi kawasan perbatasan; 7. Peningkatan pelayanan sosial dasar
kawasan perbatasan; dan
8. Penguatan/penataan kelembagaan
Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Tahun 2015-2019
REPUBLIK INDONESIA
PERCEPATAN PENYELESAIAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
1. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
2. Keterpaduan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
3. Perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
PERDA RTRW mewujudkan
REALISASI PENETAPAN PERDA RTRW PROVINSI, KABUPATEN & KOTA s.d April 2015
76,47 % 23,53 % PROVINSI 79,04 % 20,96 % KABUPATEN 91,40 % 8,60% KOTA SUDAH BELUM
• Mempercepat pembahasan & penetapan Perda ttg RTRW
• Meningkatkan kinerja BKPRD untuk mempercepat proses penyusunan dan persetujuan substansi serta mengatasi permasalahan/konflik pemanfaatan ruang. • Penyelesaian perbedaan thd penetapan pola
ruang antar K/L
REPUBLIK INDONESIA
PENYELESAIAN PENETAPAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
Hasil Evaluasi Penyusunan/Penetapan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2015
100% 100%
0% 0%
RPJPD RPJMD
PENETAPAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI
SUDAH MENETAPKAN BELUM MENETAPKAN
80% 83%
20% 17%
RPJPD RPJMD
PENETAPAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
SUDAH MENETAPKAN BELUM MENETAPKAN
82% 76%
18% 24%
PROVINSI KAB/KOTA PENETAPAN RKPD TAHUN 2015
REPUBLIK INDONESIA
KEWAJIBAN GUBERNUR, BUPATI/WALIKOTA BERSAMA DPRD DALAM
PENYELESAIAN DAN PENETAPAN DOKUMEN PERENCANAAN SESUAI AMANAT
UU NO 23 THN 2014
Menetapkan Perda RPJPD agar daerah memiliki arah kebijakan dan sasaran pembangunan jangka panjang serta landasan penyusunan visi dan misi
calon kepala daerah.
Segera menetapkan Perda RPJMD sebagai pedoman penyusunan RKPD Tahun 2017.
Segera Menetapkan Perkada RKPD 2017 dan capai kesepakatan KUA-PPAS dengan DPRD tepat waktu agar APBD TA 2017 dilaksanakan 1 Januari 2017.
Menetapkan Renstra PD selaras dengan RPJMD, & Renja PD 2017 selaras dengan RKPD 2017
REPUBLIK INDONESIA
FUNGSI DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN SANKSI KEPADA PEMERINTAHAN DAERAH
( Pasal 265 & Pasal 266)
RPJPD
RPJMD
RKPD
menjadi pedoman dalam perumusan visi, misi, dan program calon kepala daerah sebagai instrumen evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah • sebagai instrumen evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah • menjadi pedoman
kepala daerah dalam menyusun KUA serta PPAS.
Apabila penyelenggara Pemerintahan Daerah tidak
menetapkan Perda tentang RPJPD dan RPJMD anggota DPRD dan
kepala daerah dikenai sanksi
administratif berupa tidak
dibayarkan hak-hak keuangan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan selama 3
(tiga) bulan.
Apabila kepala daerah tidak menetapkan Perkada tentang
RKPD, kepala daerah dikenai
sanksi administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak keuangan yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan selama 3
REPUBLIK INDONESIA
Wajib mengajukan rancangan Perda tentang APBD disertai penjelasan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD sesuai dengan waktu
yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
memperoleh persetujuan bersama.
Kepala daerah yang tidak mengajukan rancangan Perda tentang APBD
dikenai sanksi administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak keuangannya
yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan selama 6
(enam) bulan.
Rancangan Perda dibahas kepala daerah bersama DPRD dengan
berpedoman pada RKPD, KUA, dan PPAS untuk mendapat persetujuan
bersama.
Atas dasar persetujuan bersama DPRD dan kepala daerah, kepala daerah
menyiapkan rancangan Perkada tentang penjabaran APBD dan rancangan
dokumen pelaksanaan anggaran.
KEWAJIBAN KEPALA DAERAH DALAM PENETAPAN APBD
REPUBLIK INDONESIA 87.88% 81.82% 79.41% 94.12% 67.65% 59.78% 70.65% 66.67% 87.10% 50.63% 60.40% 64.56% 84.58% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 2012 2013 2014 2015 2016
Provinsi Kota Kabupaten
29 Daerah 27 Daerah 55 Daerah 65 Daerah 202 Daerah 241 Daerah
Penetapan Perda APBD Tepat Waktu (2012-2016)
27 Daerah 62 Daerah 266 Daerah 32 Daerah 81 Daerah 351 Daerah 23 Daerah Catatan:
Tahun 2016 Kabupaten/Kota dalam proses inventarisasi data;
REPUBLIK INDONESIA
Rata-Rata = 14.94%
PROPORSI
BELANJA PEGAWAI
TERHADAP TOTAL BELANJA
PROVINSI SE-INDONESIA
TA 2016
REPUBLIK INDONESIA
PROPORSI KOMPONEN
BELANJA DAERAH
AGREGAT APBD
PROVINSI
TA 2016
REPUBLIK INDONESIA
Realisasi Belanja APBD Provinsi dan Kabupaten /Kota s/d 31 Maret 2016
8,3% 8,0% 0,0% 1,0% 2,0% 3,0% 4,0% 5,0% 6,0% 7,0% 8,0% 9,0% 10,0% Provinsi Kabupaten/Kota
• Realisasi Belanja APBD Provinsi
rata-rata sebesar 8,3%, tertinggi
Provinsi
Jawa
Timur
17.2%,
berturut-turut Provinsi Lampung
15,9%, Sulawesi Utara 15,2%
Sumatera Selatan 15,1%. dan
Nusa Tenggara Barat 14,6%.
• Realisasi
belanja
APBD
kabupaten/kota rata-rata sebesar
5.8% tertinggi Kota Pagaralam
21,6%,
berturut-turut
Kab.
Probolinggo 20,3%, Kab. Kep.
Anambas 19,9%, Kota Bandung
17,7% dan Kab. Sumbawa 16,4%
REPUBLIK INDONESIA
REALISASI BELANJA APBD PROVINSI
0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 2,0% 3,0% 4% 4,0% 4,0% 5,0% 7% 7,0% 8,0% 8,0% 8,0% 9,0% 10,0% 10,0% 10,0% 11,0% 11,0% 11,0% 12,0% 12,0% 14,0% 15,0% 15,0% 15,0% 16,0% 17,0%
Provinsi DKI Jakarta Provinsi Jambi Provinsi Kepulauan Riau Provinsi Maluku Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur Provinsi Papua Provinsi Papua Barat Provinsi Sumatera Barat Provinsi Kalimantan Utara Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Bali Provinsi Banten Provinsi Jawa Tengah Provinsi Riau Provinsi Aceh Provinsi Sulawesi Tengah Provinsi D. I. Yogyakarta Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Provinsi Sulawesi Tenggara Provinsi Sulawesi Barat Provinsi Jawa Barat Provinsi Kalimantan Tengah Provinsi Maluku Provinsi Bengkulu Provinsi Kalimantan Selatan Provinsi Sumatera Utara Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Sulawesi Selatan Provinsi Gorontalo Provinsi Nusa Tenggara Barat Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Sumatera Selatan Provinsi Lampung Provinsi Jawa Timur
REPUBLIK INDONESIA
SINERGI PENGUATAN APARATUR PENGAWAS
INTERN PEMERINTAH (APIP)
REPUBLIK INDONESIA
UU NOMOR 8
TAHUN 2015 TTG PERUBAHAN UU NO 1THN 2015 TTG PENETAPAN PERPU NOMOR 1 TAHUN 2014 TTG
PILGUB, BUP & WALKOT MENJADI UNDANG-UNDANG
Menyebutkan :
pemungutan suara serentak periode kedua akan
dilaksanakan pada bulan Februari 2017, untuk
101
kepala daerah yang terdiri dari: 7 gubernur dan wakil
gubernur, 76 bupati dan wakil bupati serta 18 walikota
dan wakil walikota
• Menyerahkan Data Agregat Kependudukan per Kecamatan (DAK2) dan Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilihan (DP4) kepada KPUD, yang telah dikonsolidasikan, diverifikasi dan divalidasi oleh Kementerian Dalam Negeri dengan menggunakan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK).
• Mengalokasikan dana hibah dari pemerintah daerah kepada KPU provinsi, kabupaten dan kota, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten dan Kota sesuai dengan kebutuhan.
• Pengalokasian dilakukan atas dasar pola sharing yang mengutamakan pertimbangan efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas.
Hal-hal yang perlu ditindak lanjuti :
REPUBLIK INDONESIA
Target PDB , tingkat inflasi, penurunan angka pengangguran dan kemiskinan
dalam RKP dan RKPD Tahun 2017
Tercipta stabilitas politik dan keamanan di wilayah dan daerah masing-masing
• Tingkatkan koordinasi Forum komunikasi Pimpinan Daerah (FORKOMPIMDA)
• libatkan unsur terkait dilingkungan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, kota, kecamatan dan desa
tetap diperlukan upaya maksimal agar potensi konflik dapat dicegah dan frekuensi konflik dapat ditekan serendah
mungkin
Penanganan Stabilitas Politik Dalam Negeri
Keberhasilan Pemerintah
bersama PEMDA menciptakan
stabilitas politik dalam negeri
yang kondusif
29 29
SUMATERA KALIMANTAN
JAVA
IRIAN JAYA