• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Problem Solving (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Problem Solving (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEM SOLVING DALAM KONSELING

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konseling Gizi

Oleh

Maya Deorita Deflorenz S. P17331113404

Annisa Widyaningsih P17331113410

Windi Sri Mulyani P17331113423

Riany Adhi Pratiwi P17331113429

Farhah Nur Azizah P17331113434

Tesa Rafkhani P17331113435

JURUSAN GIZI PROGRAM D-VI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat dapat menyelesaikan “MakalahProblem

Solving Dalam Konseling” ini dengan tepat waktu. Makalah ini dimaksudkan untuk

memenuhi salah satu tugas Konseling Gizi.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca. Kami pun turut mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunanmakalah ini sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu. Pendapat serta saran perbaikan yang membangun dari setiap pembaca, para ahli dan rekan sejawat sangat diharapkan. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Bandung, Maret 2016

(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... ii BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...1 1.2. Rumusan Masalah...2 1.3. Tujuan... 2 BAB II... 3 PEMBAHASAN... 3

2.1. Pengertian Problem Solving...3

2.2. Tujuan Problem Solving dalam Konseling...4

2.3. Tahapan Problem Solving dalam Konseling...4

2.3. Cara Menumbuhkan Problem Solving Skill dalam Konseling...7

2.4. Kelebihan Problem Solving dalam Konseling...9

BAB III... 10

PENUTUP... 10

3.1. Simpulan...10

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia.Hampir setiap hari orang dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang perlu dicari jalan keluarnya.Masalah sering kali disebut orang sebagai kesulitan, hambatan, gangguan, ketidak puasan atau kesenjangan. Ander Son (dalam Suharnan, 2005) mengemukakan bahwa secara umum dan hampir semua ahli psikologi kognitif sepakat bahwa masalah adalah suatu kesenjangan antara situasi sekarang dengan situasi yang akan datang atau tujuan yang diinginkan.

Penggunaan metode yang tepat akan menentukan efektifitas dan efisiensi dalam melakukan keputusan dalam menyelesaikan masalah. Maka dari itu, metode pemecahan masalah harus dipilih sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh seseorang.Salah satunya adalah metode pemecahan masalah (problem solving).Jika seseorang dihadapkan pada suatu masalah, melainkan juga belajar sesuatu yang baru.Maka dari itu, problem solving memiliki peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu.

Pemecahan masalah ini dihadapkan pada persoalan yang mendesak dan perlu melakukan solusi dengan cara berfikir kritis. Pemecahan masalah merupakan proses berfikir, belajar, mengingat serta menjawab atau merespon dalam bentuk pengambilan keputusan. Jadi kemampuan menyelesaikan masalah dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan aktivitas kognitif dan kecakapan individu dalam menyelesaikan permasalahan secara efektif yang meliputi usaha individu untuk memikirkan, memilih dan mempertahankan alternatif jawaban kepada satu pemecahan atau solusi yang ideal dengan meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan.

(5)

Pemecahan masalah ini merupakan salah satu cara untuk mencari atau menemukan jalan yang menjembatani antara keadaan yang sedang dihadapi dengan keadaan yang diinginkan (Hayes, dalam Suharnan, 2005). Jadi, ruang masalah (problem solving) sebagai jurang atau kesenjangan sangat menentukan tingkat kemudahan atau kesulitan pencarian masalah seseorang.

1.2.Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan problem solvingdalam konseling? 2. Bagaimana tahapan problem solving dalam konseling ?

3. Bagaimana cara menumbuhkan problem solving skill dari peserta didik? 4. Apa saja kelebihan problem solving dalam mengatasi masalah?

1.3.Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian problem solving dalam konseling

2. Mahasiswa mengetahui dan memahami tahapan problem solving dalam konseling

3. Mahasiswa mengetahui dan memahami cara menumbuhkan problem solving skill dalam konseling

4.

Mahasiswa mengetahui dan memahami kelebihan problem solving dalam mengatasi masalah

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Problem Solving

Problem solving merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha – usaha untuk menyelesaikannya sampai menemukan penyelesaiannya. Menurut Syaiful Bahri Djamara (2006: 103) bahwa :“ Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan”.

Menurut Gulo (2002: 111) problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar.

Problem solving merupakan bagian dari pembelajaran berbasis masalah (PBL). Menurut Arends (2008: 45) pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana peserta didik mengerjakan permasalahan yang outentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri. Pada pembelajaran berbasis masalah peserta didik dituntut untuk melakukan pemecahan masalah – masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian di analisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahn tersebut tidak mutlakk mepunyai satu jawaban yang benar artinya peserta didik dituntut pula untuk belajar secara kritis.

Keterampilan pemecahan masalah dalam konseling adalah keterampilan untuk membantu konseli memecahkan masalah dan memandu konseli mengeksplorasi masalah. Pemecahan masalah adalah suatu alat, keahlian, dan suatu proses. Pemecahan masalah sebagai alat yang membantu memecahkan masalah atau mencapai tujuan. Pemecahan masalah sebagai keterampilan, artinya keterampilanini

(7)

dapat digunakan berulang kali dan perlu diasah. Dan pemecahan masalahsebagai proses melibatkan sejumlah langkah yanga harus dilalui.

2.2. Tujuan Problem Solving dalam Konseling

Adapun tujuan problem solving dalam konseling antara lain:

1. Konseli menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam diri konseli 3. Potensi intelektual konseli meningkat.

4. Konseli belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses penemuan.

2.3. Tahapan Problem Solving dalam Konseling

Dalam situasi konseling, penggunaan keterampilan memecahkan masalah dpat memandu konseli melewati tahap-tahap pemecahan masalah. Hal inidiharapkan dapat memberikan pembelajaran mengenai cara-cara memecahkanmasalah. Keterampilan ini menjadi aset yang tak ternilai yang memungkinkankonseli untuk mengatasi masalahnya dengan membuat pilihan dan keputusan yangterbaik yang tersedia.

Tahapan problem solving atau pemecahan masalah dapat dilakukan melalui beberapa langkah.Berdasarkan pendapat para ahli tahapan problem solving dapat diringkas sebagai berikut.

1. Menemukan Permasalahan

Sebelum mengambil langkah-langkah untuk memecahkan masalah, hal yang perlu dilakukan konselor adalah yakin tentang apa masalah yang sesungguhnya.Problem solvers harus menentukan seputar akibat dan menggambarkan langkah apa yang akan dipilih. Pertama problem solver harus

(8)

meminimalisir bias yang mungkin ditimbulkan. Tahap ini menuntut konseli untuk menyusun info sebaik mungkin, meminimalisir bias terhadap apa yang dipilih. 2. Identifikasi Permasalahan

Problem solver mengidentifikasi objek yang dipelajari dan menentukan kendala dan penghalang yang mungkin menjadi penyebab permasalahan. Brainstorming sangat dibutuhkan pada tahap ini, dengan tujuan mengelompokkan aspek-aspek penting dari permasalahan kemudian menentukan asosiasi dan hubungan. Terdapat dua cara yakni fleksibel dan fluency. Fleksibel adalah konstruksi dari keragaman solusi. Fluency adalah konstruksi dari banyaknya solusi yang ditawarkan. Cara efektif lain adalah memecah permasalahan menjadi bagian-bagian kecil, dimana bisa jadi lebih terorganisir dan akan lebih mudah diselesaikan

3. Merancang Beberapa Alternatif Hipotesis

Hipotesis adalah bagian terpenting dalam menyeesaikan permasalahan. Studi yang dilakukan oleh Chi, Gaser, dan farr (1989) menemukan bahwa fisikawan profesional menentukan hubungan antara konsep dan delevop, refine, dan simulasi multipel test dari hipotesis. Untuk membangun hipotesis problem solver harus mengakses prior knowledge dan menggunakan pengetahuan baru (dari ahli dan sumber lain) untuk menggeneralisasi ide dan mengidentifikasi solusi potensial. Setelah menentukan solusi yang berpotensi, problem solver harus menentukan pilihan.

4. Membuat Penilaian dan Keputusan mengenai Hipotesis yang akan digunakan. Problem solver harus mempertimbangkan kembali karakter dari tujuan problem solving mereka dalam rangka memastikan apakah penyelesaian mereka tetap pada jalur. Problem solver harus menghasilkan argumen-argumen pendukung untuk mendukung pilihan mereka. Peneliti meyakini bahwa

(9)

scaffolding dapat meningkatkan kualiats dari argumen yang diajukan. Scaffolding bisa juga jadi pilihan bagaimana menerapkan solusi yang dipilih. 5. Evaluasi dan Pengujian Solusi

Ketika mencoba efisiensi dari solusi, problem solver harus menganalisis dan acces hasil dan menjelaskan mengapa solusi bekerja atau tidak. Jika solusi yang dipilih tidak berhasil atau kurang, problem solver harus memilih alternatif lain dengan mempertimbangkan apa yang sudah di lakukan dan mengulangi proses hingga solusi ditemukan.

Adapun tahap-tahap metode problem solving beserta kemampuan yang diperlukan dalam penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002:115) dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu :

Tahap – Tahap Kemampuan yang diperlukan

1. Merumuskan masalah Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas

2. Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk memperinci menganalisa masalah dari berbagai sudut 3. Merumuskan hipotesis Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup,

sebab-akibat dan alternative penyelesaian

4. Mengumpulkan dan

mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis

Kecakapan mencari dan menyusun data menyajikan data dalam bentuk diagram,gambar dan tabel

5. Pembuktian hipotesis  Kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung

(10)

kesimpulan

6. Menentukan pilihan penyelesaian

Kecakapan membuat altenatif penyelesaian kecakapan dengan memperhitungkan akibat yang terjadi pada setiap pilihan

2.3. Cara Menumbuhkan Problem Solving Skill dalam Konseling

Terdapat beberapa kondisi yang dapat diusahakan untuk membantu problem solving. Beberapa kondisi tersebut antara lain:

1. Stimulus

Berbagai macam stimulus fisik dapat digunakan sebagai bagian dari bantuan untuk problem solving. Namun tidak mungkin untuk mengklasifikasikan stimulus fisik seperti apa yang dapat membantu problem solving. Selain stimulus fisik, stimulus lingkungan seperti kebisingan, temperatur yang ekstrim, tekanan oksigen, dan kondisi lain di sekitarnya juga dapat diperkirakan berpengaruh dalam problem solving.

2. Petunjuk Verbal

Bagian lain dari kondisi yang dapat membantu problem solving adalah petunjuk verbal. Petunjuk verbal bertujuan untuk menghadapkan individu kepada masalah yang dihadapi. Petunjuk verbal disini berbeda dengan instruksi, yang akandibahas selanjutnya. Petunjuk verbal hanya memberikan beberapa hal penting tentang problem solving.Namun tidak menyampaikan isi dari masalah, seperti halnya instruksi.

(11)

Instruksi berbeda dengan petunjuk verbal.Instruksi memiliki fungsi memunculkan proses mediasi untuk pemecahan masalah. Instruksi dapat merangsang ingatan mengenai konsep-konsep, mengaitkan konsep satu dengan yang lain, atau menentukan strategi yang berperan dalam penemuan solusi untuk suatu masalah. Cara kerja sebuah instruksi dalam membantu problem solving adalah sebagai berikut:

a. Menginformasikan kepada pemecah masalah mengenai solusi seperti apa yang pada dasarnya diperlukan untuk problem solving.

b. Membedakan aspek yang relevan dari situasi stimulus. c. Mengingat konsep atau hukum-hukum yang sesuai. d. Membimbing proses berpikir ke arah yang tertentu

Pendekatan Behavior Sebagai Problem Solving dalam Konseling

Dalam proses konseling, pendekatan behavior merupakan suatu proses di manakonselor membantu konseli untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosionaldan keputusan tertentu yang bertujuan ada perubahan perilaku pada konseli. Pemecahan masalah dan kesulitannya dengan keterlibatan penuh dari konselor. Pendekatan behavioristik dalam konseling dipengaruhi oleh ; kelebihan dan perilaku konseli, jenis problematika, jenis penguatan yang dilakukan dan orang lain yang memiliki arti tertentu bagi kehidupan konseli dalam perubahan perilakuknya. Dalam pelaksanaannya, pendekatan behavioristik memiliki kontribusi yang cukup berarti dalam konseling dan psikoterapi. Muhammad Surya (2003) mengemukakan bahwa beberapa sumbangan terapi behavior adalah ; secara epistemologis menjadikan sebagai salah satu komponen dalam mengembangkan konseling, mengembangkan perilaku spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur sebagai manifestasi dari penetapan tujuan yang konkrit, memberikan ilustrasi bagaimana mengatasi keterbatasan lingkungan, serta penekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan kepada perilaku yang terjadi pada masa lalu. Sementara itu kekurangan

(12)

terkonsentrasi kepada teknik, seringkali pemilihan tujuan ditentukan oleh konselor, konstruk belajar yang dikembangkan dan digunakan tidak cukup komprehensif untuk menjelaskan belajar dan hanya dipandang sebagai suatu hipotesis yang harus di tes, serta perubahan pada konseli hanya berupa gejala yang dapat berpindah kepada bentuk perilaku lain.

2.4. Kelebihan Problem Solving dalam Konseling

Problem solving dalam konseling dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Adapun kelebihan problem solving dalam konseling diantaranya adalah :

a. Melatih konseli untuk mendesain suatu penemuan . b. Berpikir dan bertindak kreatif.

c. Memecahkan masalah secara realistis.

d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan (solusi yang diambil)

f. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir konseli untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

Namun, untuk memecahkan masalah membutuhkan alokasi waktu yang lebih panjang dalam menyelesaikannya

BAB III

PENUTUP

(13)

3.1. Simpulan

1. Metode problem solving adalah suatu keadaan yang menghadapkan seseorang pada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan.Keterampilan pemecahan masalah dalam konseling adalah keterampilan untukmembantu konseli memecahkan masalah dan memandu konseli mengeksplorasimasalah.

2. Problem solving memiliki tujuan agar seseorang (konseli) menjadi terampil dalam menyelesaikan permasalahan melalui proses penemuan (adanya solusi).

3. Tahapan problem solving terdiri dari menemukan masalah, mengidentifikasi masalah, merancang beberapa alternatif hipotesis, membuat penilaian dan keputusan mengenai hipotesis yang akan digunakan, evaluasi dan pengujian solusi.

4. Cara menumbuhkan problem solving skill konseli melalui stimulus, petunjuk verbal, dan instruksi.

5.

Kelebihan problem solving adalah melatih seseorang (konseli) memecahkan masalah secara realistis.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

1.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196211211984031-DUDI_GUNAWAN/Penelitian_6_BK.pdf . Diakses pada tanggal 03 Maert 2016

2. http://digilib.unila.ac.id/1927/7/BAB%20II.pdf . Diakses pada tanggal 03 Maert 2016 3. https://erlisilitonga.files.wordpress.com/2011/12/pengertiandasarproblemsolving_smd

.pdf

. Diakses pada tanggal 03 Maert 2016

4. https://www.academia.edu/9083884/Problem_Solving . Diakses pada tanggal 03 Maert 2016

5. http://dokumen.tips/documents/makalah-problem-solvingpdf.html. Diakses pada

tanggal 03 Maert 2016

6. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/(C)%20KETERAMPILAN

%20%20%20KONSELING%202010_0.pdf. Diakses pada tanggal 09 Maert 2016

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh penggunaan metode pembelajaran Problem Solving dan metode pembelajaran Probing Prompting

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh penggunaan metode pembelajaran Problem Solving dan metode pembelajaran Probing Prompting

kelompok ( Iif Khoiru Ahmadi, 2011: 55). Metode problem solving selalu.. menghadapkan siswa dengan suatu permasalahan dimana siswa didorong. untuk memiliki rasa tanggung jawab

langkah-langkah metode problem solving yaitu sebagai berikut. a) Menyiapkan isu/masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan

Planful Problem-Solving adalah strategi yang menggambarkan usaha-usaha terpusat pada masalah yang dilakukan secara hati-hati untuk mengatasi situasi yang

disampaikan. Berawal dari permasalahan tersebut, maka penulis mencoba menerapkan metode pembelajaran problem solving untuk meningkatkan keterampilan membaca cepat

Sementara kelemahan model pembelajaran problem solving itu sendiri seperti beberapa pokok-pokok bahsan sangat sulit untuk menerapkan metode ini, serta memerlukan

Data dalam penelitian ini adalah skor keterampilan menulis teks Eksposisi tanpa menggunakan Metode Problem Solving dan skor keterampilan menulis teks Eksposisi