Disusun Oleh:
Achmad Mubarah
Thermodinamik
Equilibrium?
liquid
gas
Latar Belakang
Upaya meningkatkan Nilai
Octane Gasoline
Penambahan Oxygenate
(Eter / Alkohol)
MTBE digunakan
sebagai oxygenate
Alkohol
(Ethanol)
sebagai
Oxygenate
1995
2002
Kelebihan
Kelemahan
-
Meningkatkan bilangan
Octane dari campuran
Gasoline-Ethanol
-
Mengurangi pembentukan
CO & NOx dari hasil
Pembakaran gasoline
-
Meningkatkan emisi evaporasi
disebabkan kenaikan tekanan
uap campuran
-
Meningkatkan toleransi
kelarutan campuran
Gasoline-Ethanol terhadap Air
EMISI MENINGKAT
Penambahan
Ethanol
Tekanan Uap Campuran Meningkat
Latar Belakang
Kajian pustaka
* Bubble points measurement for System Chloroform-Ethanol-Benzene by Inclined Ebulliometer
Li, et al (1995)
• Isobaric vapor–liquid Vapor Pressure Measurement and Prediction for Alkohol-Gasoline
Blends
Pumprhey, et al (2000)
• Investigation of Bubble Point Vapor Pressure for Mixture of an Endothermic Hydrocarbon
Fuel with Ethanol
Fang, et al (2005)
* Phase Equlibria of Ethanol Fuel Blends French, et al (2005)
* Alternative Fuel for Conventional Spark Ignition Engines base on a standart gasoline-ethanol, and other Oxygenates
Golubkov, et al (2005)
* Potential Evaporative Emission Impacts Associated with the Introduction of
Ethanol-Gasoline Blend in California
Lyon, et al (2000)
Alat Pengukuran Tekanan Uap Campuran
Rumusan masalah
Salah satu cara mengurangi kenaikan tekanan
uap campuran Gasoline-Ethanol diperlukan
adanya penambahan komponen lain yang juga
termasuk oksigenat. Salah satu oxigenat yang
cukup potensial dikembangkan dalam pencampuran
gasoline–ethanol adalah 2-propanol.
Untuk dapat menemukan komposisi ideal
campuran Gasoline-Ethanol dan 2-propanol
dibutuhkan data Vapor-Liquid Equilibria (VLE).
Data VLE untuk sistem tersebut selama ini
belum tersedia. Sehingga perlu dilakukan
pengukuran VLE untuk sistem tersebut.
TUJUAN & ruang lingkup
Mendapatkan data VLE
sistem biner
Gasoline-Ethanol
Gasoline-2-Propanol
Ethanol-2-Propanol
sistem terner
Gasoline-Ethanol–2–Propanol
Data yang diperoleh dikorelasikan dengan
persamaan Wilson, dan NRTL.
Dari korelasi model sistem biner diprediksi
tekanan uap sistem terner
Gasoline–Ethanol–2-Propanol.
MANFAAT
EksPERIMEN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi properties campuran
sistem terner Gasoline-Ethanol-2-Propanol
Metode Penelitian
Eksperimen untuk mendapatkan data P-T-x sistem biner
Penentuan Parameter biner persamaan Wilson, NRTL
Prediksi Tekanan uap sistem terner berdasarkan parameter biner persamaan
Wilson, NRTL
Perbandingan error Tekanan Uap untuk perhitungan sistem terner antara prediksi
dengan korelasi
Eksperimen untuk mendapatkan data P-T-x sistem terner
Penentuan Parameter biner persamaan Wilson, NRTL
Korelasi Tekanan uap sistem terner berdasarkan persamaan Wilson, dan NRTL Korelasi Tekanan uap sistem biner
berdasarkan persamaan Wilson, dan NRTL
EKSPERIMEN
(EBULLIOMETER)
PENGOLAHAN
DATA
Bahan Experimen:
Property
Gasoline
2-Propanol
C
3H
7OH
Ethanol
C
2H
5OH
(Reformate)
(Petrosol)
CA
CB
CC
Produsen Pertamina (Balongan) Pertamina (Cepu) Pertamina (Cepu) Pertamina(Cepu) Merck Merck
Molecular weight (g/mol) 120.3 100.1 123.7 141.9 60.096 46.069 Purity (GC) - - - - 99.8 % 99.9 % Density (d 20oC/20oC) 0.735 (kg/l) 0.721 ( kg/l) 0.762 (kg/l) 0.781 (kg/l) 0.784 (Kg/l) 0.790 (Kg/l) Boiling range (0C) - - - - 81 - 83 78 RON 92 - - - 118 129
Validasi
• Membandingkan data experimen dengan literatur
• Hasil perbedaan tekanan uap komponen murni rata-rata sebesar ±0,0007
a. Tekanan Uap 2-Propanol murni
b. Tekanan Uap Ethanol murni
T P (K) (k P a) AAD = 0.7 % Exp. Data Wagner Eq.Literatur Data (Lide, 2007)
300 305 310 315
10 15
Exp. Data Wagner Eq.
Literatur Data (Lide, 2007)
T P (K) (k Pa ) AAD = 0.4 % 300 305 310 315 10 15 20
• Validasi Pengukuran Ebulliometer
c. Tekanan Uap Campuran biner Isooctane-Ethanol pada 308.15 K
[4] Golubkov, et al (2005)
Validasi konsentrasi Camp. Liquid (
D
x
i)
Li dkk, (1995)
Hasil Korelasi
Perhitungan Dimensi volume vapor (asumsi Gas Ideal)DIUJI PADA CAMPURAN BINER REFORMATE- 2-PROPANOL 4% PADA TEMPERATUR 318 K.
x
0 = 0,101 x
1 = 0,100692 (Hasil dgn Persamaan. Li)• Pengukuran Tekanan Uap Komponen Murni
T
P
(K)
(k
P
a)
Petrosol CA (Exp. Data).txt Petrosol CA (Wagner Eq.).txt Petrosol CB (Exp. Data).txt Petrosol CB (Wagner Eq.).txt Petrosol CC (Exp. Data).txt Petrosol CC (Wagner Eq.).txt Reformate (Exp. Data).txt Reformate (Wagner Eq.).txt Ethanol (Exp. Data).txt Ethanol (Wagner Eq.).txt 2-Propanol (Exp. Data).txt 2-Propanol (Wagner Eq.).txt
300
305
310
315
20
40
60
80
100
Perubahan tekanan Uap Gasoline
terhadap penambahan Alkohol
Eksperimen pada kondisi 310,15 K :
Penambahan ethanol hingga 6% dalam Reformate DP = + 9,9 kPa.
Penambahan 2-propanol hingga 5% dalam Reformate DP = +7,9 kPa.
Penambahan ethanol hingga 6% dalam Petrosol CB DP = +12,9 kPa.
Penambahan 2-propanol hingga 5% dalam Petrosol CB DP = + 8,7 kPa.x
P(k
P
a)
Fase Liq. (Reformate-Ethanol) Fase Liq. (Reformate-2-Propanol)
1
Ethanol mulai tidak larut
2-Propanol mulai tidak larut
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 22 24 26 28 30 32 x P(k P a)
Fase Liq. (Petrosol CB-Ethanol) Fase Liq. (Petrosol CB-2-Propanol)
1
Ethanol mulai tidak larut
2-Propanol mulai tidak larut
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1
20 25 30
Perubahan tekanan Uap Gasoline
terhadap penambahan Alkohol
Eksperimen pada kondisi 310,15 K :
Penambahan ethanol hingga 7% dalam Petrosol CA DP = +18,6 kPa.
Penambahan 2-propanol hingga 5% dalam Petrosol CA DP = +13,0 kPa.
Penambahan ethanol hingga 6% dalam Petrosol CC DP = + 8,2 kPa.
Penambahan 2-propanol hingga 5% dalam Petrosol CC DP = +7,0 kPa.x
P(k
P
a)
Fase Liq. (Petrosol CA-Ethanol) Fase Liq. (Petrosol CA-2-Propanol)
1
Ethanol mulai tidak larut
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 60 65 70 75 80 x P(k P a)
Fase Liq. (Petrosol CC-Ethanol) Fase Liq. (Petrosol CC-2-Propanol)
1
Ethanol mulai tidak larut 2-Propanol
mulai tidak larut
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 24 26 28 30 32
• Model Wilson
Dimana:
Perhitungan Korelasi Metode BARKER:
Parameter Model
N k N j kj j ki k N j ij j ix
x
x
ln
1
ln
Wilson, (1964)
• Model NRTL
Dimana:
– Parameter model
Modifikasi:
N j N k k kj N k kj kj k ij N k k kj ij j N k k ki N j j ji ji ix
G
G
x
x
G
G
x
x
G
x
G
ln
G
ij= exp (-
ij)
RT bij ij
Parameter ModelPERHITUNGAN KORELASI METODE BARKER:
• Korelasi Sistem Binary
Penyimpangan terhadap Data Exp:
Campuran Wilson NRTL NRTL (Parameter modifikasi) Reformate(1)-Ethanol(2) a12= 749,54 a21=2053,18 a = 0,3 b12= 1123,894 b21= 1007,457 a = 0,3 b120= 1,068 b121=11,036 b122=-0,010 b210= 1,126 b211=20,034 b212=-0,067 Reformate(1)-2-Propanol(3) a13= 1061,47 a31= 1003,64 a = 0,3 b13= 1260,48 b31= 1142,04 a = 0,3 b130= 1,262 b131=40,429 b132=-0,104 b310= 0,986 b311=-2,241 b312= 0,005 Ethanol(2)-2-Propanol(3) a23= 33,878 a32= 25,975 a = 0,3 b23= 45,482 b32= 45,473 a = 0,3 b230= 1,033 b231= 6,232 b232=-0,028 b320= 1,094 b321=15,687 b322= -0,02 Model AAD (%)* Reformate(1)-Ethanol(2) Wilson NRTL NRTL (Parameter modifikasi) Reformate(1)-2-Propanol(3) Wilson NRTL NRTL (Parameter modifikasi) Ethanol(2)-2-Propanol(3) Wilson NRTL NRTL (Parameter modifikasi) 5,5 6,7 2,7 4,6 4,2 2,4 3,4 3,5 2,6
VLE (Pxy) Campuran sistem biner
Gasoline-Alkohol pada 310,15 K
• Reformate-Alkohol
x ; yP
(k
Pa
)
Fase Liq. (Reformate-Ethanol) Fase vap. (Reformate-Ethanol) Fase Liq. (Reformate-2-Propanol) Fase vap. (Reformate-2-Propanol)
1 1 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 20 25 30 35
• Prediksi Tekanan Uap Sistem Terner
Model AAD (%) Reformate(1)-Ethanol(2)-2-Propanol(3) Wilson NRTL NRTL (Parameter modifikasi) 3,4 5,3 15,1Parameter dari sistem Biner
Model Wilson, dan NRTL
1,
2,
3
iprediksi
Model AAD (%) Petrosol CA(1)-Ethanol(2)-2-Propanol(3) Wilson NRTL NRTL (Parameter modifikasi) 5,7 10,9 13,6 Model AAD (%) Petrosol CB(1)-Ethanol(2)-2-Propanol(3) Wilson NRTL NRTL (Parameter modifikasi) 4,5 13,5 20,4 Model AAD (%) Petrosol CC(1)-Ethanol(2)-2-Propanol(3) Wilson NRTL NRTL (Parameter modifikasi) 4,3 5,6 13,8D
P campuran sistem terner Reformate-Alkohol thd
Reformate (Penambahan 6% Alkohol)
Eksperimen pada kondisi 300,15 - 318,15 K :
Peningkatan tekanan uap optimum campuran biner Reformate-Alkohol terjadi pada komposisi 6% ethanol.
Komposisi penambahan alkohol divariasi hingga total 6% dari campuran terner didapatkan kenaikan tekanan uap minimal pada komposisi 3% Ethanol + 3% 2-Propanol dalam campuran terner Reformate-Alkohol. Ref.+6%Eth Ref.+5%2-Prop Ref.+5%Eth+1%2-Prop Ref.+4%Eth+2%2-Prop Ref.+3%Eth+3%2-Prop Ref.+2%Eth+4%2-Prop Ref.+1%Eth+5%2-Prop
(k
Pa
)
C am pu ra n R ef or m at e T(K)P.
-P
.
300 305 310 315 0 5 10 15• Korelasi Sistem Terner
Penyimpangan terhadap Data Experimen:
Campuran Wilson NRTL NRTL (Parameter modifikasi) Reformate(1)- Ethanol(2)-2-Propanol(3) a12= 673,72 a21=862,305 a13= 1844,61 a31= 2082,32 a23= 463,19 a32= 170,95 a = 0,3 b12= 906,45 b21= 2827,55 b13= 1388,47 b31= 2135,52 b23= 43,385 b32= 281,820 a = 0,3 b120= 1,109 b121=17,536 b122=-0,048 b210= 1,023 b211=4,026 b212=0,019 b130= 1,045 b131=7,632 b132=0,008 b310= 1,000 b311=0,493 b312=-0,007 b230= 1,024 b231= 4,277 b232=0,002 b320= 1,037 b321=6,263 b322= -0,035 Model AAD (%) Reformate(1)-Ethanol(2)-2-Propanol(3) Wilson NRTL NRTL (Parameter modifikasi) 3,3 4,4 3,1
KESIMPULAN
1) Hasil validasi pengukuran Tekanan Uap pada Unit Ebulliometer Cell ini
memberikan deviasi yang kecil untuk komponen murni Ethanol dan 2-Propanol.
AAD yang dihasilkan masing-masing sebesar 0,7 dan 0,4%. Alat ini juga telah
divalidasi sebelumnya untuk campuran sistem biner Isooctane-Ethanol oleh
Wibawa dkk, 2009 dan membandingkannya dengan data literatur. Deviasi yang
dihasilkan dalam validasi sistem biner Isooctane-Ethanol sebesar 1,2%.
2) Pada sistem biner, Penambahan Ethanol kedalam Gasoline (Reformate, Petrosol
CA, Petrosol CB, dan Petrosol CC) hingga 6% mengakibatkan kenaikan tekanan
uap campuran rata-rata sebesar 12,4 kPa. Dan untuk penambahan 2-Propanol
kedalam Gasoline (Reformate, Petrosol CA, Petrosol CB, dan Petrosol CC)
mengakibatkan kenaikan tekanan uap campuran rata-rata sebesar 9,2 kPa.
3) Perhitungan tekanan uap campuran sistem biner Ethanol,
Reformate-2-Propanol, Petrosol CA-Ethanol, Petrosol CA-Reformate-2-Propanol, Petrosol CB-Ethanol,
Petrosol CB-2-Propanol, Petrosol CC-Ethanol, Petrosol CC-2-Propanol dapat
dikorelasikan dengan baik dengan model Pers. NRTL (Parameter independen
temperatur). Nilai AAD rata-rata sebesar 2,8% .
KESIMPULAN
4) Perubahan tekanan uap (DP) sistem terner pada Sistem Gasoline-alkohol terhadap
Gasoline murni pada 300,15–318,15 K juga dianalisa untuk mengetahui komposisi penambahan alkohol yang tepat dalam menurunkan tekanan uap campuran. Perubahan tekanan uap paling rendah pada penambahan Alkohol ke dalam campuran terner Reformate-Ethanol-2-Propanol dan Petrosol CC-Ethanol-2-Propanol yaitu pada komposisi Ethanol dan 2-Propanol yang ditambahkan masing-masing sebesar 3% berat campuran. Perubahan tekanan uap paling rendah pada penambahan Alkohol ke dalam campuran terner Petrosol CA-Ethanol-2-Propanol yaitu pada komposisi Ethanol dan 2-Propanol yang ditambahkan masing-masing sebesar 4% dan 3% berat campuran. Perubahan tekanan uap paling rendah pada penambahan Alkohol ke dalam campuran terner Petrosol CB-Ethanol -Propanol yaitu pada komposisi Ethanol dan 2-Propanol yang ditambahkan masing-masing sebesar 5 dan 1% berat campuran.
5) Hasil prediksi Tekanan uap campuran sistem terner Reformate-Etanol-2-Propanol, Petrosol CA-Etanol-2-Propanol, dan Petrosol CB-Etanol-2-Propanol, dan Petrosol
CC-Etanol-2-Propanol menggunakan Persamaan NRTL (Parameter independen
temperatur) menghasilkan AAD rata-rata sebesar 15,7%. Sedangkan korelasi Tekanan uap campuran sistem terner untuk persamaan tersebut memberikan AAD rata-rata sebesar 3,1%.