• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sienit adalah batuan beku dalam sangat asam.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sienit adalah batuan beku dalam sangat asam.docx"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Sienit adalah batuan beku dalam sangat asam, dimana alkali felspar lebih

banyak daripada plagioklas.

Sienit berwarna abu-abu terang, berbutir sedang - kasar dengan tekstur

phaneritik. Dari pengamatan megaskopik terlihat orthoklas/ K-feldspar

dominan, sedikit plagioklas dan biotit, batuan mempunyai sifat ke

magnitan lemah sampai sedang.

Batuan Beku Asam (Granitis)

yaitu batuan beku yang berasal dari magma yang bersifat asam karena

banyak mengandung mineral kuarsa (SiO2), sedangkan kandungan

Oksida Magnesiumnya (MgO) rendah.

Jenis Batuan : Batuan beku dalam(asam)

Nama Batuan : Sienit

(2)

BATUAN BEKU ASAM

Batuan beku Asam adalah batuan beku yang bersifat asam, memiliki kandungan SiO2 > 60%, memiliki indeks warna < 20%. Terbentuk langsung dari pembekuan magma yang merupakan proses perubahan fase dari cair menjadi padat di daerah vulkanik dengan temperature tinggi. Pada umumnya batuan beku asam memiliki warna terang, karena terletak pada golongan felsik. Berasal dari magma asam kaya kuarsa, sedangkan kandungan oksida magnesiumnya rendah.

Komposisi Mineral

Utama : Hornblende, Muskovite, K- feldspar, kuarsa Tambahan : Apatite, Rulite, Zircon, Bijih, Sphare

Beberpa Contoh Batuan Beku Asam 1. Rhyolite

ü Genesa : batuan ini terbentuk karena proses pembekuan magma yang bersifat cepat

ü Warna : cokelat ü Kristalinitas : hipokristalin ü Granularitas : afanitik ü Relasi : equigranular ü Struktur : massive

ü Komposisi mineral : plagioklas,mikroklin,biotit,orthoklas,glass ü Kegunaan : untuk bahan campuran semen

1. 2. Granite

ü Genesa : batuan ini terbentuk karena proses pembekuan magma yang bersifat cepat

ü Warna : cokelat ü Kristalinitas : hipokristalin ü Granularitas : Fanerik

(3)

ü Relasi : Inequigranular ü Struktur : masiv

ü Komposisi mineral : plagioklas,hornblend,anorthoklas,orthoklas,glass. ü Kegunaan : sebagai keramik

1. 3. Aplite

ü Genesa : batuan ini terbentuk karena proses pembekuan magma yang bersifat cepat

ü Warna : cokelat ü Kristalinitas : hipokristalin ü Granularitas : Fanerik ü Relasi : Inequigranular ü Struktur : masiv

ü Komposisi mineral : Hornblend,plagioklas,orthoklas,biotit,adularia,gelas. 1. 4. Dacite

ü Genesa : batuan ini terbentuk karena proses pembekuan magma yang bersifat cepat

ü Warna : abu-abu ü Kristalinitas : hipokristalin ü Granularitas : afanitik ü Relasi : Inequigranular ü Struktur : masiv

ü Komposisi mineral : Biotit,plagioklas,anorthoklas,adularia,mikroklin,gelas 1. 5. Diorite

ü Genesa : batuan ini terbentuk karena proses pembekuan magma yang bersifat cepat

(4)

ü Kristalinitas :Hipokristalin ü Granularitas : Fanerik ü Relasi : Inequigranular ü Struktur : masiv

ü Komposisi minera : plagioklas,biotit,sanidine,gelas.

ü Kegunaan : Sebagai batu ornamen dinding maupun lantai bangunan gedung atau untuk batu belah untuk pondasi bangunan / jalan raya

SIENITS

ienit

berwarna abu-abu terang, berbutir sedang - kasar dengan tekstur phaneritik.

Daripengamatan megaskopik terlihat orthoklas/ K-feldspar dominan, sedikit

plagioklas dan biotit,batuan mempunyai sifat ke magnitan lemah sampai sedang.

Dari pengamatan sayatan tipismenunjukan tekstur holokristalin, hipidiomorfik,

berbutir halus sampai 1 mm, bentuk subhedral–anhedral, disusun oleh mineral

orthoklas / K.Felsdpar, plagioklas, biotit, epidotkalsedon, sfene dan mineral opak,

lempung, masih terlihat relieks kembar poliomtetik. Batuansienit terdapat sebagai

blok-blok insitu di lereng Moncong Talalo di sekitar Kocara, intrusi inididuga

berlangsung pada kala Miosen Awal.

(5)

4.Aplite

Aplite merupakan batuan beku asam dengan warna putih, kuning, abu-abu atau terkadang juga coklat. Mineral-mineral yang dominan pada Aplite adalah feldspar dan kuarsa, dan sedikit muskovit. Terkadang terdapat juga biotite, hornblenda dan tourmaline dengan jumlah yang sangat sedikit.

http://uts.cc.utexas.edu/~rmr/ts-aplite.html

Deskripsi Mineralogi :

- Feldspar dengan warna putih sampai abu-abu dengan kilap mutiara, ketembusan cahaya tramslucent. Kekerasan mineral ini 6 skala mohs, berbentuk kristalin dan berstruktur granular dan pecahan uneven. Memiliki sifat dalam brittle dan belahan 2 arah. Kelimpahan mineral ini sangat melimpah.

- Kuarsa, dengan kilap kaca, colourless, ketembusan cahayanya transparent. Mineral ini memiliki kekerasan 7 skala mohs, berbentuk kristalin, berstruktur prismatic atau granular. Pecahan choncoidal. Kelimpahan mineral Kuarsa ini sangat melimpah.

- Muscovite, dengan warna coklat kemerah-merahan dan kilap kaca. Ketembusan cahayanya transparent, berstruktur lamellar dengan pecahan uneven. Kelimpahannya sedikit melimpah.

-Biotite, dengan warna hitam dan kilap mutiara. Kekerasan mineral ini 2-3 skala mohs. Ketembusan cahayanya translucent, berbentuk kristalin dan berstruktur tabular. Kelimpahan mineral ini sedikit mellimpah dalam Aplite. - Hornblenda, dengan warna hitam dan kilap kaca. Ketembusan cahayanya

translucent. Kekerasan 5-6 skala mohs, berstruktur foliasi dengan adanya striasi atau goresan yang relatif sejajar yang jelas pada batang kristal. Kelimpahan mineral ini sedikit melimpah.

-Tourmaline, berwarna hijau, merah atau colourless dengan kilap kaca. Memiliki kekerasan 6-7.5 skala mohs. Belahan 2 arah, berbentuk kristalin dan berstruktur prismatic. Ketembusan cahayanya transparent to translucent. Kelimpahan mineral ini sangat sedikit melimpah.

http://www.guilford.edu/geology/imagelibrary/wards101-130.htm

Genesa Batuan :

Aplite merupakan batuan beku intrusif yang terbentuk dari pembekuan magma yang bersifat asam. Aplite sebenarnya masih 1 kelompok dengan granite. Namun Aplite merupakan bagian dari magma sisa dari pembentukan Granite yang kemudian mineral-mineral feldspar dan kuarsa mengisi bagian-bagian yang kosong

(6)

(aplite): batuan beku yang biasanya kaya akan kuarsa dan ortoklas, mengandung turmalin dan biotit, berbentuk urat atau retas (dike) di dalam atau dekat dengan batuan pluton. Berbeda dengan pegmatit, aplit biasanya berbutir halus dan teksturnya memperlihatkan butiran berukuran gula pasir (sugary). Batuan ini bersusunan asam.

http://firmangeominers.blogspot.com

Pada postingan sebelumnya we have talked about one kind of plutonik rock yaitu jenis batuan ultrabasa dan konco konconya.. sekarang kita akan mendiskusikan batuan plutonik jenis lainnya yang tentu saja berbeda… lebih felsik (sangat) atau lebih asam (banget..) gak pake pemanis, pemahit, atau pengasin buatan ya sob…. granit merupakan batuan fanertik, kristalin yang komposisi fase (mineral) paling banyak adalah kuarsa dan K-feldspar. istilah granitik dipake oleh geologis maupun non geologis untuk menunjukan berbagai jenis batuan fanertitik, granular yang mengandung banyak feldspar atau kursa. sementara granitoid merupakan istilah untuk batuan plutonik, bertekstur granular (butirnya kasar kasar) dengan komposisi utama berupa kuarsa-feldspar dan komposisi lain yang lebih bervariasi tempat batuan granit berada di dalamnya. dari batasan ini kita tahu granit atau granitoid itu pluton teksturnya faneritik dan kuarsa+feldspar merupakan komposisi yang paling banyak. selain kuarsa dan feldspar (menempati 2/3 dari total feldspar yang hadir di dalamnya) juga ada mika, sodic plagioklas, dan amfibol.

berdsaarkan definisi IUGS (Streckeisen 1967) merupakan jenis batuan yang menandung rasio kaursa dan kuarsa + alkali feldspar + feldspar sebesar 0.2 sampai 0.6, rasio alkali felsdspar dan plagioklas antara 9:1 dan 35:65, dengan indeks warna kurang dari 90, kisaran komposisi ini termasuk untuk granit dan monzonit kuarsa (quartz monzonite). definisi ini telah diterma secara luas.

banyak granit yang dijumpai dialam berumur fanerozoik (dalam bentuk pluton). tapi ada juga yang prekambrian (tua tua bener ya sob). batuan granitik secara khas memiliki tekstur hipidiomorphic-granular (bentuk kristal kasar tapi tersusun dari kristal-kristal berbentuk dalam kisaran euhedral-subhedral) dari akumulasi fase fase dominannya tadi (kuarsa dan K-feldspar). Bisa hadir juga tipe ini bersama granit berupa applite (berbutir medium-halus), pegmatit yang merupakan batuan betekstur sangat kasar ukuran mineralnya bisa mencapai 3 cm. karena lokasi pluton granit ini adanya ditempat dalam tekanan di sana sangat edan.. maka banyak yang telah terubah (termetamorfkan) menjadi gneiss.

Kimia, mineralogi, dan tekstur batuan

untuk diorit dan gabbro kandungan silikanya kurang dari 50% sedangkan pada granit kandungannya bisa melebihi 77%, khusus untuk batuan bertekstur pegmatitik dan aplitic kandungan silikanya bisa mencapai 100%. ketika kandungan silika meningkat, alumina, besi, magnesium dan kalsium menurun. sementara total alkali (Kalium)

(7)

meningkat bersama silika, karena meningkatnya kadar potasium (Kalium). Kandungan Mg dalam gabbro kaya olivin dapat mencapai 0.8 sedangkan dalam granit hanya 0.10.

identifikasi geokimia yang sistematis telah diajukan oleh Shand (1948) dimana tipe pembagian batuan granitoid ini didasarkan atas perbandingan jumla oksida alumina terhadap jumlah oksida potas, sodium, dan lime (kalsium) semoga suatu saat kita bisa mendiskusikan hal ini lebih detail. dari pembagian itu didapat setidaknya ada tiga kategori: batuan peraluminous: Al2O3>CaO+Na2O+K2O, metaluminous: CaO+Na2O+K2O>Al2O3>Na2O+K2O, dan batuan peralkalin: Al2O3<Na2O+K2O. komposisi geokimia yang disebutkan diatas mencirikan tipe tipe granit tersendiri berdsasarkan setting geologinya. rasio isotop dan data unsur jejk juga menunjukan kisaran nilai tersendiri, nilai rasio isotop Sr yang sering dipakai untuk menunjukan source dari mamga, berada pada kisraran kurang dari 0.702 atu terkadang juga dapat mencapai 0.706. begitu juga isotop Nd, Pb, dan O yang menunjukan variasi.

mineraloginya secara umum batuan ini memiliki ciri khas kaya akan kuarsa dan alkali feldspar (kaya Kalium). umumnya, granit mengandung butiran plagioklas sodik yang tersendiri. batuan intermediet-monzonit kuarsa, graonidiorit, dan diorit lainnya- memiliki kadar alkali feldspar dan plagioklas sodik, yang cukup berimbang, sementara batua calcic plagioklas sampai intermediet merupakan satu satunya feldspar yang hadir yaitu pada batuan diorit kuarsa, dan beberapa diorit lain dan gabbro.

mineral asesoris yang hadir mencirikan fungsi kimia batuan, khusunya saturasi alumina, dan total kelimpahan Na2O, K2O, dan CaO. granit peraluminous biasanya mengandung muskovit atau muskovit dan biotit, namun juga mengandung garnet, alumunium silikat (seperti andalusit, silimanit), topas, kordierit, atau korundum. mienral asesoris ini juga hadri dalam batuan granitotoid peraluminus intemrediet. batuan granit peralkalin mengandung piroksen sodik (seperti aegirin) dan amfibol sodik (riebektit, arfvedsonite). hipersten hadir dalam karnokit (granit hipersten), dan fayalit secara lokal muncul sebagai fase mafik dalam batuan granit yang mengalami pengayaan besi. pada diorit metaluminus, granodiorit, diorit kuarsa, dan gabbro, piroksen, biotit, dan hornblenda. augit merupakan jenis piroksen yang paling umum dalam batuan granitoid, khususnya yang lebih calcic , namun diopsid piroksen juga dapat hadir dalam batuan alkalin. dalam gabbro, klinopiroksen umum dan dianggap oleh beberapa petrologis sebagai komposisi yang penting. juga dalam gabbro, ortopiroksen dapat hadir sendiri atau dengan bersama augit, dan olivin kaya Mg merupakan fsae yang umum juga.

mineral asesoris minor seperti apatit, magnetit, ilmenit, hematit, pirit, dan sfen, juga turmalin, zirkon, rutil, garnet, dan fluorit, kandungannya kurang dari 5 % dalam batuan. mineral altersi seperti lempung, kalsit, epirodt, mika putih, klorit, serta hematit. merupakan jenis mineral alterasi yang hadir dalam granit. sedangkan olivin dan piroksen yang hadir, dapat membentuk laterasi serpentint.

(8)

secara khas menunjukan hipidiomorfik-granular. tapi dalam quartz monzonite umumnya menunjukan tekstur porfiritik, dengan alkali feldspar bertekstur pokilitik sebagai fenokris. tekstur seriate dan allotriomorphic-granular (aplitic) juga hadir, pada batuan yang lebih mafic, khususnya gabbro, tekstur diabas juga umum. trakoid, subophitic, ophitic, dan berbagai tekstur cumulate tidak begitu banyak hadir dalam gabbro di granitoid. perlu diketahui batuan granitoid itu berbeda dengan granit meski memiliki ciri umum yang sama granit memiliki kandungan dua pertiga total mineral pengisinya adalah kuarsa (25%) dan feldspar granitoid juga demikian hanya saja persentase kuarsanya lebih sedikit dibandingkan granit (20%). tekstur pegmatit hadir pada seluruh kisaran batuan granit, namun umumnya hadir dalam batuan siliceous seperti granit.

kebanyakan granit memiliki empat tekstur yang umum; hipidomorfik-granular, pegmatitik, allotriomorphic-granular, dan porphyritic.

memahami berbagai bentuk tekstur penting untuk memahami asal muasal dari batuan ketika batuan tersebut terbentuk. S.E. Swanson (1977) melakukan percobaan untuk menghasilkan simulasi tekstur granit dengan melakukan studi pada komposisi sintetis dalam sistem KAlSi3O8-NaAlSi3O8-CaAl2Si2O8-SiO2. beberapa variasi persentase air telah ditambahkan sekitar 3.5 wt % pada 8 kb (0.8 Gpa), Swanson menemukan bahwa undercooling yang besar menghasilkan tekstur hipidiomorfik-granular, karena densitas nukleasi dan tingkat pertumbuhan menjadi tinggi. sementara, pada studi sintetik granit dan sintetik grnodiorit menyatakan bahwa undercooling yang kecil akan menghasilkan tekstur porfiritk, karena, meskipun growth rates dari alkali felspar tinggi, densitas nukleasinya rendah.

ekstrapolasi dari studi Swanson (1977) ini terhadap penurunan tekanan, sistem kaya-alkali, dan kandungan air yang tinggi tidak merubah hasil secara daramatis. Swanson (1977) beranggapan bahwa penurunan tekanan tidak signifikan merubah bentuk umum dari kurva nukleasi dan pertumbuhan kristal, yang mana tekstur yang sama dapat terbentuk pada tekanan tinggi juga pada tekanan yang lebih rendah. tentu saja pada tekanan rendah sistem dalam granit menjadi hypersolvus (tekanan rendah dan hanya satu jenis feldspar yang hadir ex: K-felspar saja plagioklas tidak ada). kandungan air yang tinggi akan merubah sikuen kristalisasi (J.A Whitney, 1975). maka kuarsa atau alkali feldspar dapat hadir sebelum plagioklas, tapi tidak ada alasan saat kehadiran yang mengganggap bahwa kehadiran ini merubah kurva nukleasi dan pertumbuhan kristal. pada akhirnya meningkatnya jumlah alkali nilai lime (Ca) menurun, menghasilkan plagioklas yang kurang calcic dan menghasilkan menrunnya fase Ca seperti titanit, namun kondisi ini tidak secara serta emrta emrubah bentuk dari nukleasi dan kurva pertumbuhan.

tekstur allotriomorfik-granular merupakan tekstur yang paling umum dalam batuan granitoid yang disebut aplite. aplite umumnya dianggap terbentuk melalui proses ‘pressure quenching‘ (Jahns dan Tuttle, 1963). proses in terjadi ketika magma granitoid terfraksionasi dan menjadi kaya silika, alkali, dan fase uap kaya air. fracturing yang terjadi pada batuan samping dapat meyebabkan terbebasnya uap ini, yang akan menurunkan tekanan dari sistem dan meningkatnya temperatur dari kurva likuidus dan solidus (Raymond, 2002). hasil dari undercooling dan densitas nukleasi

(9)

tinggi ini, suatu melt yang stabil dalam bentuk likuid yang erada dibawah tekanan air awal yang tinggi (PH2O) menjadi tidak stbil dibawah PH2O rendah dan membentuk fase padat (solid), melalui nukleasi yang banyak dan pertumbuhan kristal cepat. pendinginan cepat (rapid chilling) atau pengosongan (depletion) speies kimia dalam melt, diikuti proese lain, dapat mengawali perkembangan tekstur allotriomorphic-granular (Jahns, 1955; Jahns dan Tuttle, 1963).

mengingat bahwa tekstur pegmatitik didominasi kristal-kristal yang gede gede (>3 cm) meskipun komposisi batuannya bersifat pegmatitik, granit pegmatitik merupakan satu yang langka dari tipe granit yang umum lainnya. banyak yang menganggap bahwa pegmatit itu sinonim untuk granit pegmatit ini sebetulnya salah (Raymond, 2002). kategori umum dari tekstur pegmatitik, terdapat beberapa jenis tekstur yang khusus yang hadir. tekstur ini termasuk tekstur hipidiomorfik granular yang kasar, tekstur grafik, tekstur dendritik (‘snowflake’), perthitic, poikilitic, spherulitic, dan gneissose. setiap tekstur menunjukan detail dari sejarah kristalisasi batuan. tekstur perthitic sebagai contoh merupakan ahsil dari kristalisasi hypersolvus dan exolution, gneissose atau layered texture dapat menghasilkan zola crystallization (kristalisasi terjadi secara radial ke arah dlaam dari wall dari dike, ‘floating layer’, atau cavity), aliran selama kristalisasi, atau deformasi dari postkristalisasi.

tekstur sferulitik, dendritik, dan grafik memberikan petunjuk penting pada keseluruhan deformasi dari pegmatit. mengingat tekstur sferulitik merupakan hasil dari nukleasi, tapi dendritk terbentuk dalam komposisi kaya silika, dan tingkat pendingina yang cepat, pertumuhan cepat, dan sedikit tempat nuklasi yang hadir, serta derajat undercooling yang besar. D.R. Simpson (1962) mendemonstrasikan bahwa geometri butir dari kuarsa dalam batuanb etkstur grafik sebenarnya saling terhubung, membentuk kristal skeletas yang besar. kristal kuarsa bertekstur snowflake dendritk berhubungan dengan kristal kuarsa dari batuan bertekstur grafik, hal ini menunjukan bukti bahwa beberapa pegmatit rupanya memiliki struktur quartez dendrit yang melebar (berkembang) dari tekstur snowflake ke tekstur grafik. sementara Swanson dan Fenen (1986) beranggapan rapid cooling, dan tingkat perbumhuan kristal yang tinggi, dan/atau beberapa lokasi nukleasi yang hadir merupakan proses yang paling mengontrol tekstu tekstur ini disamping derajat undercooling yang rendah.

Strukturnya?

batuan granitoid hadir dalam bentuk pluton entah batolith, stock ataupun dike, dalam bentuk yang seehrana dan tubuh pegmatit yang komplek, serta dike aplite. setiap struktur ini memiliki tekstur yang tersendiri, memberikan petunjuk untuk mengetahui asal muasal dari batuan yang hadir.

garanit dengan tekstur hipidiomorfik granular secara khas hadir dalam tubuh pluton terzonasi (zoned), tidak beraturan, atau lenticular. pada beberapa pluton granit dapat membentuk suatu zona khas yang merupakan unit intrusi yang menunjukan tahap akhir dari proses diferensiasi yang terjadi, terdapat tubuh magma mafic yang hadir menunjukan hal itu. sama halnya dengan magma dengan originnya hasil anatektik, garnit dapat membetuk lensa pluton atau atau secara geometris dapat saja tidak

(10)

braturan. dalam berbagai kasus ini, diketahui bahwa bentuk intrusi dikontrol oleh bentuk dari dapur magma yang dapat saja lentikular atau memberntuk lempengan, tabular, atau menyerupai dike, silindrikal sampai domikal, inverted tear drop-shaped, atau tidak beraturan.

tubuh pegmatit dari batuan granitoid memiliki bentuk tabular, elptikal, rod-shaped, atau lentikular tak beraturan. secara internal pegmatit memiliki dua tipe tipe sederhana dan kompleks (lihat ilustrasi dibawah). simple pegmaatite body secara khas terdiri dari; (1) area yang mengandung butiran sangat kasar yang berada dalam batuan yang berbutir halus, (2) melensa pada batuan metamorf ber-grade tinggi (T tinggi, P tinggi). secara tekstural umumnya berupa batuan hipidiomorfik-granular sangat kasar, tapi tekstur grafik atau tekstur ineauigranular lainnya dapat hadir. secara mineralogi, pegmatit sederhana biasanya terdiri dari mineral minral yang mencirikan batuan granitoid lainnya, mineral ini seperti kuarsa dan felspar, dengan atau tanpa muskovit, biotit, dan bebarpa mineral asesoris. tipe pegmatit kedua berupa pegmatit kompleks, meskipun kurang umum dibandingkan pegmatit sederhana, tipe struktur yang ini lebih menarik karena teksturnya, strukturnya, dan kandungan mineralnya yang tidak biasa.

cemacem struktur pluton granitoid

zoned pegmatite (pegmatit terzonasi) sepreti ilustrasi diatas dapat membentuk layer, lensa, shells, atau berupa massa tidak beraturan. pada bagian inti yang hadir dalam zona ini diisi oleh kuarsa, umumnuya hadir di dekat pusat tubuh batuan (intrusi). pegmatite yang hadir pada kedalman yang relatif rendah, intinya mengandung miarolitic cavities, mineral-mineral yang hadir berupa topaz, beryle, dan tourmaline (Jahns, 1955, 1982). untuk yang pegmatite composite complex menunjukan dua tahap perkembangan yang berbeda, tahap akhir terdiri dari pergantian dari mienral mineral yang telah ada sebelumnya, frcture filling yang memotoing minral yang terbentuk lebih awal, atau keduanya (ilustrasi dibawah yang gambar 10.8d). tubuh komposit komplek dapat berbentuk terzonasi atau tidak terzonasi. secara mineralogi, pegmatit komplek dapat mengandung satu atau lebih minral yang tidak biasa seperti lepidolt, spodumen, topaz, beril, turmalin, tantalite, triphyllite, zeolite seperti laumonitek, lempung seperti beidelite, dan mineral eksotis lainnya yang berasal dari host.

aplite hadir dalam bentuk dike, layer, lensa, atau massa tidak beraturan (Jahns dan Tuttle, 1963). dike memotong masa batuan metamorfik dan berbagai tubuh batuan plutonik, termasuk tubuh pegmatit. tubuh yang tidak beraturan hadir pada batas layer sepanjang tepi tubuh pegmatit sebagai assa dalam batuan pegmatitik.

(11)
(12)

struktur internal pluton granitoid

bagaimana keterjadian dan jenis jenis batuan granitoid ini berdasarkan setting tektoniknya?

batuan granitoid anorogenik dijumpai di daerah kontnental yang secara tektonik passive, atau bisa juga pada daerah y ang tektoniknya aktif tapi bukan orogenik, sebagai contoh batuan granitoid dari cekunga dan range province bagian barat amerika serikat, jurasic magmatic provcince di utara nigeria bagian abarat aftrika, fold belt Lachlan devon atas Australia selatan.

daerah oseanik juga mengandung batuan granitoid disimpulkan terbentuk di lingkungan oseanik dengan kandungan mineral feromagnesian miskin albit-kuarsa yang dikenal dengan plagiogranit (R.G Coleman dan Peterman, 1975). potasium-feldspar-bearing granitoid rock merupakan kandungan yang jarang pada daerah di spreading centtre dan sikuen busur gunung api laut.

berbagai subdivisi dari batuan beku berdasarkan setting tektoniknya pertama kali dibagi oleh A. Harker (1909 hal 90ff.) pertama dibagi kedalam batuan beku tipe atlantik dan pasifik dua tipe ini dibagi berdasarkan kontrol tektoniknya. Hyndman (1972) membagi batuan kedalam fase pertumbuhan pegunungan (orogenik) (1)preorogenic dan suite orogenik awal, (2) synorogenic sute, dan (3) postorogenic suites.setiap suit dapat terdiri dari “batuan dengan karakterisitik yang salng melingkupi. “maka, batuan dibagi berdasarkan kriteria yang dapat diamat dan menunjukan asal muaslanya dan parentage (induk dari mana). Rodgers dan Greenberg (1990) menggunakan setting tektonik dan tipe asosiasi batuan yang membagi granit k dalam (1) orogenic akhir, (2) postorogenik, (3) anorothosite/rapiviki, (4) ring complex types.

dalam usaha menghubungkan kimia dan tektonik G.C. Brown (1982) dan G.C. Brown (1982), Thorpe, dan Webb (1984) membagi kelompok dasar dari batuan granitoid (1) arc dan (2) back arc dan anorogenic- berdasarkan kandungan kimia elemen major dan trace. sementara Pearce, Harris, dan Tindle (1984) membagi batuan granitoid dalam empat kategori – ocean ridge granite, volcanic arc granite, within-plate granite, and collision granite- setiapnya berasosiasi dengan lokasi tektonik yang disebutkan. yang pertama dan yang ketiga berasosiasi dengan lingkungan anorogenik, sementara yang kedua dan keempat berasosiasi dengan orogenik.

Didier, Duthon, dan Lameyre (1982) membagi klasifikasi bautan granitoid berdasarkan genesis magmanya kedalam tipe C (Crustal) dan tipe M (mantle atau mantle + crust). white (1979) yang pertama kali menganggap tipe M ini ada. kemudian Didier et al (1986) membagi tipe C berdasarkan source melting (magmanya) bila dari sedimen (tipenya CS) bila dari material batuan beku yang melting (tipenya namanya tipe CI).

sementara itu White dan Cappble (1977) menemukan tipe lain di Australia timur, berdsaran data kimia, minrealogi dan lapangan, yaitu tipe I (igneous-type magma)

(13)

dan tipe S (sedimen type magma source). untuk mengetahui ini mereka melakukan pendekatan dari inklusi yang hadir dalam pluton (xenolith, autolith, xenocryst, etc). white menganggap tipe I dan S ini berasal dari hasil crustal melting (sedimen, metasedimen dan batuan beku). Loiselle dan Wones (1979) memperkenalkan tipe granit yang lain yaitu tipe A (anorogenic).

kemudian akhirnya W.S. Pitcher (1982) menyimpulkan hasil penelitian dua kelompok ilmuwan ini (White and Cappell serta Loiselle and Wones) menjadi tipe M (mantle derive), tipe A (anorogenic), tipe S (sediment crustal melting generated in collision zone), dan tipe I.

Origin (petrogenesis) dan teori keterbentukannya?

setidaknya ada 4 (empat) tipe proses petrogenesis terjadinya granit ini: grantisasi (Granitization), kristalisasi fraksional dari magma basaltis (Fractional crystallization of basaltic magma), hibridisasi (Hybridization), dan anateksis (Anatexis).

Granitization

granitisasi adalah transformasi tahap-padat dari batuan yang suda ada sebelumnya membentuk komposisi mienral granitoid dan teksturnya, dan proses ini lebih dekat ke metamorfik dibandngkan igneous. proses metamorfisme ini dibantu oleh kontak metasomatisme atau pertukaran ion unsur dalam batuan oleh fluida lain yang membawa ion tersebut tentu saja dibantu oleh proses lainnya seperti anatexis dan fractional crystallization. dalam proses ini ion K dan Na yang dibawa dapat mengganti ion Ca yang sudah ada di dalam batuan dan terbentuklah granit.

proses ini juga dikenal sebagai ultrametamorfisme karena kenaikan suhu yang cukup tinggi. ketika fluida ini terinjeksi kedalam pori batuan maka dapat terjadi granitisasi dan metamorfisme secara bersamaan dalam tubuh batuan (menhert, 1963). ini teori klasik tentang keterbentukan granit. masih dipakai? masih meski banyak kontroversi karena tidak sederhana… haha

Fractional Crystallization of basaltic magma

proses ini terjadi ketika magma mulai berdiferensiasi (tekanan dan temperatur menurun membentuk jenis magma lain). ketika magma bermigrasi keatas maka terjadilah penurunan temperatur kristal2 (mineral2) yang dapat terkristalisasi pada temperatur tinggi akan terbentuk lebih awal sedangkan sisanya akan terus berada dalam fase melt (cair) atau magma.. dan magma sisa dalam dapur magma ini akan lebih bersifat siliceous (kaya silika lebih asam) dan inilah yang akan menjadi cikal bakal granitoid itu.

bukti terjadinya proses ini oleh para ahli diketahui berdasarkan (1) kontak tajam diskordan antara country tock dan dike, apophyses, dan pluton lainnya, (2) kontak metamorfisme dari cuntry rock, (3) chilled margin, (4)xenolith menyudut dalam batuan pada tepi pluton, yang sama dengan bentuk/jenis batuan pada country rock

(14)

(yang menunjukan terhentinya intrusi magma), (5) tekstur ang mengindikasikan kristalisasi magmatik.

bukti diatas kurang spesifik karena menjelaskan batas-batas tepi granit tempat kristalisasi fraksional terjadi.. bukti lain yang lebih spesifik (kita pake kode F ya biar gampang bedain nomor2nya sama proses petrogenesis granit yang lain):

F1. pluotn yang berzona dan berlapis (zoned and layer pluton) memberikan bukti lapangan bahwa kristalisasi fraksional dari magma yang lebih basic untuk menghasilkan diferensiasi siliceous terjadi.

F2. nature (bentuk alami) dari internal layeringnya dalam beberapa pluton dianggap terjadi akibat gravitational settling dari ristal dalam magma (dapur magma).

F3. stdui eksperimental dari fase ekilibria mendemonstrasikan bahwa fraksionasi dapat hadir dan menghasilkan mineral mineral sisa dalam seri fraksionasi ini (deret bowen) seperti kuarsa dan alkali feldspar, yang pada nantinya menjadi komposisi utama granit.

F4. feldspar terzonasi (zoned feldspar) yang konsisten terhadap kristalisasi fraksional.

F5. material groundmass berupa gelas atau segregasi dari batuan basaltis memiliki komposisi siliceous.

F6. konsentrasi dan rasio dari elemen jejak dalam beberapa batuan grantiik dirasa sesuai (cocok) dengan mantel (dibawa dari mantel or matle derived), ocean island basalt dan diferensiasinya, yang hanya dapat terbentuk melalui proses kristalisasi fraksional.

F7. pengayaan, pemiskinan (wkwkwk depletion masksudnya sob), atau partitioning dari silika, alkali, dan elemen jejak dalam batuan felsik dari kelompok dari pluton pluton yang berasosiasi secara spasial dapat dijelaskan melalui proses kristalisasi fraksional. contohnya batuan granitoid dengan anomali Eu negatif dalam REE diagram menunjukan terjadinya fraksionasi plagioklas.

F8. kalkulasi dari sikuen yang hilang dari elemen major dan trace oleh kristalisasi dari fase fase mieneral tertentu mengindikasikan kristalisasi fraksional.

F9. ploting analisis kimia dari elemen major dan jejak menunjukan pola cuvilinear dalam diagram Harker, AFM, dan diagram variasi (variation diagram) lainnya.

(15)

ilustrasi hubungan proses fraksional kristalisasi pluton granit terhadap country rock (liat ada xenolith batuan granit lain hasil proses ini yang menyudut masuk ke tubuh pluton)

(16)

contoh hasil ploting pada variation diagram untuk granit yang gambar a berpola curvilinier…

meski begitu tetap saja banyak kontroversi seperti pertanyaan pertanyaan yang menyatakan bahwa apakah benar proses kristalisasi fraksional ini cukup untuk membentuk seluruh magma granitis dalam batolith? apakah benar komposisi dari cairan terfraksionasi sama dengan batolith granitoid? dan apakah pengaruh (bukti) dari yang disebtukan tadi merupakan hasil dari kritaslisasi fraksinal, atau malah proses lain yang dapat bekerja lebih cocok untuk menjelaskan bukti itu??… jawaban pertanyaan-pertanyaan ini tidak akan kita jawab.. karena yang nulis ini mahasiswa S1 wkwkwkwk berat Om… nanti aja siapa tau ada yang mau ngambil S2 cari tau jawabannya sendiri…

(17)

proses yang ini simpel aja dimana terjadi modifikasi dari pencampuran magma melalui asimilasi (dengan batuan samping) atau mixing dengan magma lain yang sangat siliceous. pertama kali diperkenalkan Daly (1905, 1906, 1914, 1917, 1933) dan disebut juga hibridisasi “syntexis”.

mekanisme ini dijelaskan oleh Daly berupa suatu proses dimana magma basaltis yang sangat panas (superheated solvent) yang dapat melarutkan (meleburkan lebih tepatnya) batuan lain yang ada disekitarnya sperti sedimen siliceous, granitoid ataupun batuan metamorf yang sudah ada sebelumnya, dan kemudian mengalami kristalisasi membentuk granit.

kita perlu bukti kakak… iye ini buktinye: H1. distribusi umum dari batuan di kerak.

H2. bukti lapangan dan petrografi dari asimilasi batuan sedimen dalam magma basaltis dari sill, dike, dan pluton2 yang lebih gede lagi.

H3. pola analisis kimia yang koheren, curviliniear dari AFM, Harker, dan diagram variasi lainnya, yang menggambarkan proses mixing dari komposisi endmember (batuan yang terbentuk diakhir).

H4. data unsur jejak dan isotop. Anatexis

proses terakhir adalah proses anatexis yang dianggap juga dapat menjelaskan petrogenesis dari granit. anateksis atau partial melting dari batuan yang sudah ada sebelumnya, merupakan proses yang paling akhirdapat menjelaskan origin dari magma yang menhgahasilkan batolith granitoid dan pluton lainnya. teori anateixis ini telah berkembangdan memberikan bebrapa kelebihan: (1) teori granitisasi dan aspek aspek magmatik lainnya dpat dikombinasikan dari proses ini, (2) konsisten dengan kisaran data kimai yang jauh, (3) didukung melalui studi eksperimental (lab). beberapa granitisasionist (gile ternyata ada juga ya ilmuan yang punya gelar begitu kerjanya ngubek ngubek granit doang :D) menganggap bahwa proses anatexisi ini merupakan proses yang mendukung granitisasi (seperti yang dijelaskan sebelumnya). teori anatektik dari batolith granitoid memiliki dua bagian. pertama, yang mengaggap material origin dari granitoid ini naik keatas masuk kedalam batolith atau pluton lainnya, teori ini menganggap magma terbentuk pada bagian tengah sampai bawah kerak atau pada uppermantle. suatu teori anatektik konemporer menyatakan bahwa genesis magma dari anateksis dari batuan kerak-yang dihasilkan dari melt plus residu dari material yang tidak ikut mengalami melting, umumnya disebut restite-terpisahkan dari melt (White dan Chappel, 1977). dari ‘model unmixing restite’ ini, menjadi sumber magma (granitoid). kedua, teori anateksis memudahkan kristalisasi dari magma, juga kristalisasi ekilibrium yang trjadi atau melalui kristalisasi fraksional.

(18)

bukti dari andil proses ini dalam pembentukan magma granitis adalah:

A1. bukti sejaerah magmatis, didukung oleh analisis petrotektonik dan batasan geografis untuk amssa granitoid besar di daerah kontinental dan arc, menunukan bahwa granit berhubungan dengan kerak kontinen. hubungan ini menunjukan bahwa crustal melts merupakan parent (magma) untuk batuan granitoid (A. HOlmes, 1932). juga posisi dari sabuk batolit berumur fanerozoik ke arah darat (benu) dari zona subduksi (Younker dan Vogel, 1976) konsisten dengan generasi dari anatektik dari magma granitoid pada aera ini (Dickinson, 1970).

A2. kehadiran yang paling umum dari lensa granitoid dan pods (dapur magma) dalam metamorfik terane ber grade tinggi (P dan T tinggi), khususnya yang mengandung sekis mika dan amfibolit, menunjukan terjadinya proses anateksis lokal.

A3. komposis normatif dari batuan dari hasil ploting ditunjukan oleh Washington (1917) bahwa 80% normatif q+ab+thermal minimum sistem granit. yang mana hal ini kompatibel dengan asal usul origin darimagma yang menghasilkan batuannya. A4. studi elemen major dan trace, termasuk isotop dari kebanyakan batuan granitoid jelas mengindikasikan sumber dari granit selain batuan mafic hingga ultramafic. sumber mafic ini diindikasikan mellaui data, yang menjadi magma induk (sumber) dari melt (magma) granitoid.

A5. studi experimental melting menunjukan bahwa magma dengan komposisi yang tepat dapat dihasilkan melalui anatexis dari batuan kerak dalam berbagai variasi kedalaman.

A6. analisis teoritis dan kemografi mendukung kemungkinan terjadinya anatexis (A.B Thompson dan Algor, 1977).

adakah kontroversi dari bukti bukti diatas??? tentu tidak akan kita bahas lagi… kapok saya.. hahaha tapi apapun itu.. tak perlu terlalu skeptis.. terima aja teori teori diatas… :P

seperti biasa brader and sister… ditunggu caci makinya….

Gambar

ilustrasi hubungan proses fraksional kristalisasi pluton granit terhadap country rock  (liat ada xenolith batuan granit lain hasil proses ini yang menyudut masuk ke tubuh  pluton)

Referensi

Dokumen terkait

Visi berdirinya Oninyon Software Solution yaitu memberikan wadah yang tepat bagi orang-orang yang dianggap sebagai anak bawang yang hanya sebagai penggenap yang masih belum

Silabus : Pendidikan Teknik Lingkungan, sasaran dan kurikulum di jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, pengenalan lingkup bidang tugas sarjana, ilmu lingkungan dan pengertian

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) mengalami kenaikan. Kenaikan PDRB ini mengindikasikan

Untuk semua pihak yang telah membantu penulis baik dari segi moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih, mohon maaf jika saya

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1) Secara serempak, komunikasi, komitmen organisasi, dan insentif berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja pegawai pada Kantor

Seluruh data dan informasi yang tercantum dalam dokumen ini sesuai dengan LHKPN yang diisi dan dikirimkan sendiri oleh Penyelenggara Negara melalui elhkpn.kpk.go.id , serta

Pada tanah Alfisol Blora dengan pH 6,2 dan kandungan C-organik 1%, kandungan P tinggi dan K, S rendah, pemberian 150 kg/ha P-alam atau SKMg meningkatkan efisiensi penggunaan