• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Laboraturium Lingkungan (2 Asidi Alkalinitas)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Laboraturium Lingkungan (2 Asidi Alkalinitas)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN

PERCOBAAN II ASIDI-ALKALINITAS

NAMA : MAHFUZ IDAFI NIM : H1E107017 ASISTEN : SISKA KELOMPOK : 6 (Enam)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI LINGKUNGAN BANJARBARU

(2)

LAPORAN PRAKTIKUM PERCOBAAN II ASIDI - ALKALINITAS I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan ini antara lain mengukur asiditas alkalinitas sampel air gambut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Asiditas (keasaman) adalah banyaknya basa yang diperlukan untuk menetralkan asam dalam air. Pada umumnya yang menyebabkan keasaman dalam air adalah:

- CO2, umumnya terdapat dalam air permukaan dimana CO2 diserap dari udara jika tekanan CO2 dalam air <>2 dalam udara. CO2 juga terdapat dalam air karena proses dekomposisi (oksidasi) zat organik oleh mikroorganisme. Umumnya juga terdapat dalam air yang telah tercemar.

- Asam mineral, umumnya terdapat dalam air limbah industri pengolahan logam atau pembuatan senyawa kimia. Kadang-kadang juga terdapat dalam air alam.

- Asam humus, umumnya terdapat dalam air rawa atau danau karena

adanya rumput-rumputan atau tumbuh-tumbuhan yang hidup dalam air tersebut melepaskan senyawa asam dan warna (Widya, 2009).

Air yang bersifat asam dapat mempercepat pengkaratan dari pipa-pipa air, apabila pipa-pipa tersebut tidak terbuat atau dilindungi bahan tahan karat. Untuk menanggulangi hal tersebut, maka pH air harus dinaikkan dengan menambahkan senyawa kimia yang bersifat basa, pada umumnya digunakan kapur (CaO) (Widya, 2009).

Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, asam-asam lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar

(3)

ditentukan daripada alkalinitas, karena dua kontributor utamanya adalah CO2 dan H2S merupakan larutan volatile yang segera hilang dari sampel (Hidayat, 2009).

Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan indikasi kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan.. Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air. Secara khusus alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat, dan tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan bereaksi dengan ion hydrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikkan pH. Alkalinitas optimal pda nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan pengapuran dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan disesuaikan kondisi pH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat Ph air tinggi, serta disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya (Hidayat, 2009).

Perbedaan antara basa tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tingga adalah sebagai berikut :

1. Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi;

2. Alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan menerima proton tinggi (Hidayat, 2009).

Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :

1. Pengaruh system buffer dari alkalinitas;

2. alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organic. Sehingga alkalinitas diukur sebagai factor kesuburan air (Hidayat, 2009).

Kadar alkalinitas dengan tingkat kesadahan air haruslah seimbang. Jika kadar alkalinitas terlalu tinggi dibandingkan dengan kadar Ca2+ dan Mg2+ (kesadahan) maka air menjdi agresif dan menyebabkan karat pada pipa. Sebaliknya, bila kadar alkalinitasnya rendah dapat menyebabkan kerak CaCO3 pada dinding pipa yang dapat memperkecil penampang basah pipa. ada air buangan, khususnya dari industri, kadar alkalinitas yang tinggi menunjukkan adanya senyawa garam dari asam lemah seperti asam asetat, propionate, amoniak

(4)

dan sulfit. Alkalinitas juga sebagai parameter pengontrol untuk anaerobic digestes dan instalasi Lumpur aktif (Hidayat, 2009).

Asiditas dan alkalinitas sangat bergantung pada pH air. Pengawasan keabsahan data dapat dilakukan ketentuan, yaitu:

1. asiditas sebagai H+ hanya ada dalam air pada pH <4,5;

2. asiditas sebagai CO2 hanya ada dalam air pada pH antara 4,5 – 8,3; 3. alkalinitas sebagai HCO3-, hanya ada dalam air pada pH 4,5 – 8,3; 4. alkalinitas sebagai CO32-, hanya ada dalam air pada pH >8,3;

5. alkalinitas sebagai hidroksida hanya ada dalam air pada pH lebih besar dari 10,5 (Hidayat, 2009).

Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa menurunhan pH larutan . Alkalinitas terdiri dari ion-ion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO3-) dan hidroksida (OH-) yang merupakan buffer terhadap pengaruh pengasaman . Alkalinitas diperlukan untuk mencegah terjadinya fluktuasi pH yang besar, selain itu juga merupakan sumber CO2 untuk proses fotosintesis fitoplankton. Nilai alkalinitas akan menurun jika aktifitas fotosintesis naik, sedangkan ketersediaan CO2 yang dibutuhkan untuk fotosintesis tidak memadai. Sumber alkalinitas air tambak berasal dari proses difusi CO2 di udara ke dalam air, proses dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri yang menghasilkan CO2, juga secara kimiawi dapat dilakukan dengan pengapuran secara merata di seluruh dasar tambak atau permukaan air .Jenis kapur yang biasa digunakan adalah CaCO3 (kalsium karbonat), CaMg(CO3)2 (dolomit), CaO (kalsium oksida), atau Ca(OH)2 (kalsium hidroksida). Pada budidaya perairan alkalinitas dinyatakan dalam mg CaCO3/liter air (ppm). Kisaran optimum alkalinitas bagi pertumbuhan udang adalah 75-200 mg CaCO3/liter (Fendi, 2007).

Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan

(5)

kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm (Dewi, 2007).

Alum sulfat dan ferri sulfat berinteraksi dengan zat kimia pembentuk alkalinitas dalam air, membentuk senyawa aluminium atau ferri hidroksida, memulai proses koagulasi. Alkalinitas yang rendah membatasi reaksi ini dan menghasilkan koagulasi yang kurang baik, pada kasus demikian, mungkin memerlukan penambahan alkalinitas ke dalam air, melalui penambahan bahan kimia alkali/basa ( kapur atau soda abu) (Yani, 2006).

Alkalinitas adalah ukuran kemampuan air untuk menetralisir asam kuat. Di perairan alam, kemampuan ini dicirikan dengan adanya bikarbonat, karbonat, dan hidroksida, sama seperti silikat, borat, ammonia, fosfat, dan basa organik. Basa-basa ini, terutama bikarbonat dan karbonat, akan membentuk karbondioksida di dalam uap yang akan menjadi penyebab utama proses pengkaratan Pada air limbah, nilai alkalinitas berkaitan dengan kemampuan buffer. Limbah dengan nilai alkalinitas rendah memiliki kemampuan rendah untuk memperta hankan pH sehingga mempengaruhi kemampuan proses dekomposisi (Afrianto, 2008).

III.ALAT DAN BAHAN A. ALAT

Alat-alat yang digunakan meliputi 1. Labu Erlenmeyer 2. Buret 3. Tabung Reaksi 4. Pipet 5. Tissue B. BAHAN

Bahan-bahan yang digunakan meliputi 1. Air gambut

(6)

3. NaOH 0,1 N

4. Indikator metal orange 5. HCl 0,1 N

6. Aquadest

IV. CARA KERJA

A. Standarisasi larutanNaOH 0,1N

1. Memasukkan 25 ml larutan standar asam oxalate 0,1 N kedalam labu Erlenmeyer

2. Metambahkan 20 tetes larutan indicator phenol phthalin 0,035 % 3. Metitrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai cairan berubah

warna

4. Mencatat NaOH 0,1N yang digunakan

B. Pengukuran asiditas alkalinitas berdasarkan SNI 06-2422-1991 Asiditas metal orange

1. Memasukkan 50 ml contoh air ke dalam labu erlenmeyer 2. Metambahkan 3 tetes indicator metal orange

3. Metitrasi dengan larutan NaOH sampai berwarna orange 4. Mencatat volume NaOH yang digunakan

Asiditas Total

1. Memasukkan 50 ml contoh air ke dalam labu erlenmeyer 2. Metambahkan 20 tetes indicator phenol phthalin

3. Metitrasi dengan larutan NaOH sampai berwarna merah muda 4. Mencatat volume NaOH yang digunakan

Alkalinitas phenol phthalin

1. Memasukkan 50 ml contoh air ke dalam labu erlenmeyer 2. Metambahkan 20 tetes indicator phenol phthalin

3. Metitrasi dengan larutan HCl sampai warna hilang 4. Mencatat volume NaOH yang digunakan

(7)

Alkalinitas Total

1. Memasukkan 50 ml contoh air ke dalam labu erlenmeyer 2. Metambahkan 3 tetes indicator metal orange

3. Metitrasi dengan larutan HCl sampai berwarna orange 4. Mencatat volume NaOH yang digunakan

c. Pengukuran asidi-alkalinitas

1. Memasukkan 100 ml contoh air kedalam labu Erlenmeyer 2. Metambahkan 10 tetes indicator phenol phthalin

3. Mengamati perubahan warna, jika terjadi perubahan warna terjadi dilakukan cara kerja asiditas sedangkan bila tidak berubah warna dilakukan cara kerja alkalinitas

a. Asiditas

1. Metitrasi dengan larutan NaOH 0,1N sampai berwarna merah muda

2. Mencatat berapa banyak larutan NaOH yang digunakan 3. Metambahkan 2-3 tetes indicator metal orange

4. Metitrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai berubah warna dari kuning menjadi orange

5. Mencatat banyaknya larutan HCl yang digunakan b. Alkalinitas

1. Metitrasi dengan larutan HCl 0,1N sampai berubah warna dari merah atau merah muda menjadi tidak berwarna 2. Mencatat berapa banyak larutan HCl 0,1N yang

digunakan

3. Metambahkan 2-3 tetes indicator metal orange

4. Metitrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai berubah warna dari kuning menjadi orange

(8)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL

1. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N No. Volume Titrasi Perubahan Warna

1. 26,3 ml

Bening menjadi pink muda

2. 26,9 ml

Rata – rata titrasi = (26,3 ml + 26,9 ml) / 2 = 53,2 ml / 2 = 26,6 ml N NaOH = 25 x 0,1 26,6 ml = 0,09 N 2. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N No. Volume Titrasi Perubahan Warna

1. 35,5 ml

Kuning menjadi orange

2. 34,8 ml

Rata – rata titrasi = (35,5 ml + 34,8 ml) / 2 = 70,3 ml / 2

= 35,15 ml

N HCl = 25 x 0,1 35,15 ml = 0,07 N

3. Asiditas Metil Orange

No. Jenis Sampel Volume Titrasi Perubahan Warna 1. Air gambut 11,2 ml Kuning menjadi orange

(9)

(mg/l CaCO3)

= 20 x 11,2 x 0,09 x 25 = 504 mg/l CaCO3

4. Asiditas Total

No. Jenis Sampel Volume Titrasi Perubahan Warna

1. Air gambut 1,6 ml Kuning muda menjadi

orange muda kecoklatan

Asiditas total = (1000/50) x 1,6 x 0,09 x (50/2) (mg/l CaCO3) = 20 x 1,6 x 0,09 x 25 = 72 mg/l CaCO3 5. Alkalinitas Phenolphtalein

No. Jenis Sampel Volume Titrasi Perubahan Warna

1. Air gambut 31 ml Kuning muda menjadi

bening Alkalinitas phenolphtalein = (1000/50) x 31 x 0,07 x (50/2) (mg/l CaCO3) = 20 x 31 x 0,07 x 25 = 1085 mg/l CaCO3 6. Alkalinitas Total

No. Jenis Sampel Volume Titrasi Perubahan Warna 1. Air gambut 2,8 ml Kuning menjadi orange tua

Alkalinitas total = (1000/50) x 2,8 x 0,07 x (50/2) (mg/l CaCO3)

= 20 x 2,8 x 0,07 x 25 = 98 mg/l CaCO3

7. Asiditas

No. Jenis Sampel Volume Titrasi Perubahan Warna 1. Air gambut 0,8 ml (p) Kuning muda menjadi pink

6,4 ml (m) Orange menjadi orange tua

p < m, berarti sampel air gambut mengandung CO2 dan HCO3 -CO2 = (1000/50) x 2p x N NaOH x (44/2)

(10)

= 20 x 1,6 x 0,09 x 22 = 63,36 mg/l HCO3- = (1000/50) x [(m x N HCl) – (p x N NaOH)] x (61) = (1000/50) x [(6,4 x 0,07) – (0,8 x 0,09)] x (61) = 20 x 0,376 x 61 = 458,72 mg/l B. PEMBAHASAN

Sebelum melakukkan percobaan untuk mengetahui asidi-alkalintas suatu sampel terlebih dahulu dilakukan standarisasi terhadap larutan NaOH 0,1 N dan larutan HCl ,1 N. Standarisasi NaOH dilakukan dengan mengambil 25 ml larutan asam oksalat yang ditambahkan dengan indikator fenolftalin 0,035 % lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga warna lautan berubah menjadi merah muda. Titrasi dilakukan dua kali agar hasil yang didapat lebih akurat, volume titrasi rata-rata yang didapat adalah 26,6 ml, yang ketika dilakukan perhitungan didapatkan konsentrasi NaOH adalah 0.093 N. Sedangkan standarisasi HCl dilakukan dengan mengambil 25 ml larutan natrium borat yang ditambahkan indikator metil orange yang kemudiaan dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N hingga berubah warna menjadi orange, volume titrasi yang didapat 35,15 ml yang ketika dilakukan perhitungan didapatkan nilai konsentrasi HCl adalah 0,07 N. Nilai konsentrasi dari kedua larutan ini nantinya akan digunakan pada perhitungan asidi-alkalinitas sampel.

Berdasarkan SNI 06-2422—1991 ada beberapa cara dalam pengukuran asidi alkalinitas suatu sampel, yaitu; Pengukuran asiditas methyl orange untuk pH air < 4,3, yang dilakukan dengan mengambil 50 ml contoh air yang ditambahkan 2-3 tetes indikator methyl orange yang kemudian dititrasikan dengan larutan NaOH 0,1 N sampai cairan berubah warna menjadi orange, volume titrasi yang didapat adalah 11,2 ml dan ketika dilakukan penghitungan didapatkan nilai asiditas methyl orange adalah 504 mg/l CaCO3.

Pengukuran asiditas total untuk pH air < 8,3 dilakukan dengan mengambil 50 ml contoh air yang ditambahkan 2-3 tetes indikator phenol phthalin yang kemudian dititrasikan dengan larutan NaOH 0,1 N sampai

(11)

cairan berubah warna menjadi merah muda, volume titrasi yang didapat adalah 1,6 ml dan ketika dilakukan penghitungan didapatkan nilai asiditas total adalah 72 mg/l CaCO3.

Pengukuran alkalinitas phenol phthalin dilakukan dengan mengambil 50 ml contoh air yang ditambahkan 2-3 tetes indikator phenol phthalin yang kemudian dititrasikan dengan larutan HCl 0,1 N sampai cairan berubah warna menjadi bening, volume titrasi yang didapat adalah 31 ml dan ketika dilakukan penghitungan didapatkan nilai alkalinitas phenol phthalin adalah 1085 mg/l CaCO3.

Pengukuran alkaliniitas total dilakukan dengan mengambil 50 ml contoh air yang ditambahkan 2-3 tetes indikator methyl orange yang kemudian dititrasikan dengan larutan HCl 0,1 N sampai cairan berubah warna menjadi orange, volume titrasi yang didapat adalah 2,8 ml dan ketika dilakukan penghitungan didapatkan nilai alkalinitas total adalah 98 mg/l CaCO3.

Pengukuran asidi-alkalinitas yang sebenarnya dilakukan dengan cara mengambil 100 ml air gambut sebagai sampel dan dittambahakan indikator phenol phthalin dan diamati perubahan yang terjadi jika warna sampel tetap maka diteruskan dengan cara asidatas dan jika warna berubah menjadi merah maka dilanjutkan dengan cara alkalinitas. Pada sampel air gambut setelah ditetesi indikator phenol phthalin tidak terjadi perubahan dan diteruskan dengan cara asiditas, yaitu dengan menitrasi sampel dengan NaOH 0,1 N hingga warna berubah menjadi merah muda dan dilanjutkan dengan menitrasi dengan HCl hingga warna berubah menjadi orange, volume titrasi yang didapat adalah 0,8 untuk NaOH dan 6,4 untuk HCl yang ketika dilakukan perhitungan didapatkan nilai CO2 adalah 63,36 mg/l dan nilai HCO3- adalah 458,72 mg/l.

(12)

VI. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan:

1. Air gambut mempunyai sifat asiditas atau mampu untuk menetralkan larutan basa.

2. Air gambut mengandung CO2 sebesar 63,36 mg/l 3. Air gambut HCO3- sebesar 458,72 mg/l.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto. E. 2008, Pengawasan Mutu Bahan/Produk pangan

http://ftp.lipi.go.id/pub/pengawasan-mutu-bahan-produk-pangan_eddy.pdf. Diakses tanggal 19 Oktober 2009.

Dewi. A. 2007. Pencemaran air

http://www.scribd.com/doc/14144746/Pencemaran-air Diakses tanggal 19 Oktober 2009.

Efendi. E. 2007, Penyuluhan Pola Budidaya Sistem Intensif di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur

http://www.docstoc.com/docs/downloaddoc.aspx/?doc_id=10627406 Diakses tanggal 19 Oktober 2009.

Hidayat, A. 2009. Asiditas dan Alkalinitas

http://environmental-ua.blogspot.com/2009/04/asiditas-dan-alkalinitas.html

Diakses tanggal 19 Oktober 2009. Widya, E. 2009, Asiditas

(14)

Diakses tanggal 19 Oktober 2009.

Yani.A. 2006, Pemakaian Bahan Kimia di PLTU Lati – Berau - Kaltim

http://www.scribd.com/doc/16681409/paper-pemakaian-bahan-kimia . pdf Diakses tanggal 19 Oktober 2009.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai pencemaran di stasiun pengamatan kontrol tergolong cukup tinggi (IP : 3,3968 dan Indeks STORET -74) dan terdapat 4 parameter (ammonia, nitrat, BOD dan sulfida) yang

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, sebagai perwujudan pertanggungjawaban keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran

Penelitian yang dilakukan oleh Firdaus dan Hosen (2013) dan juga Jackson dan Fethi (2000), memberikan hasil negatif signifikan, hal tersebut menunjukkan

Variabel dummy crisis yang negatif signifikan menunjukkan bahwa ketika terjadi krisis, perusahaan akan memiliki tingkat profitabilitas lebih kecil dibandingkan saat tidak

Kuda-kuda baja ringan mencapai batas lendutan ijin pada saat beban kombinasi 4b atau dapat dikatakan kuda- kuda baja ringan cukup kaku untuk menahan beban

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa informan kunci dan informan ahli memiliki pendapat yang berbeda, sosial media marketing dipilih oleh Minna Padi Aset Manajemen

Jika semua sumbernya adalah sumber bebas, maka tentukan nilai tahanan diukur pada titik a-b tersebut saat semua sumber di non aktifkan dengan cara diganti dengan

(7) Besaran persentase ambang batas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (4) huruf g, merupakan besaran persentase perubahan anggaran bersumber dari pendapatan