PENERAPAN OUTSOURCING, INSOURCING,
dan CO-SOURCING SISTEM
DALAM PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI
Disusun sebagai Tugas Akhir Triwulan 1 Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen Dosen Pemangku : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc
Disusun Oleh: ADE AGUNG LAKSONO
(P056132282.48E)
MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Penulisan ... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Outsourcing... 3
2.1.1. Definisi Outsourcing... 3
2.1.2. Klasifikasi Outsourcing... 5
2.1.3.Tujuan/ Manfaat Outsourcing... 5
2.1.4. Benefit Outsourcing... 8 2.1.5. Kelemahan Outsourcing... 10 2.2. In-Sourcing ... 11 2.2.1. Definisi Insourcing ... 11 2.2.2. Benefit Insourcing... 11 2.2.3. Kelemahan Insourcing... 12 2.3. Co-Sourcing... 12 2.3.1. Pengertian Co-sourcing... 13
2.3.2. Benefit pengembangan sistem Co-sourcing ... 14
BAB III. PEMBAHASAN 3.1. Penerapan Outsourcing pada Perusahaan ... 15
3.2. Dasar Pertimbangan Penerapan Outsourching... 18
3.3. Penerapan Outsourcing di Bidang Teknologi Informasi... 20
3.4. Peenerapan Insourcing di Bidang Teknologi Informasi... 22
3.5. Penerapan Co-sourcing di Bidang Teknologi Informasi ... 24
3.6. Pemilihan Pendekatan yang Digunakan Pada Perusahaan ... 26
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan... 28
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Teknologi informasi merupakan sumberdaya bisnis yang sangat vital bagi perusahaan sehingga harus dikelola dengan sangat baik karena dapat menentukan keberhasilan atau dapat menyebabkan kegagalan dalam penerapan strategi bisnis suatu perusahaan. Keberhasilan pengembangan sistem informasi saat ini juga telah menjadi salah satu indikator dari kinerja organisasi yang menjadi sorotan, bukan saja dari aspek operasional perusahaan, tapi juga hubungannya dengan kepercayaan pelanggan.
Perusahaan dengan dukungan IT yang baik dan memadai akan memiliki nilai plus dari pesaingnya berupa respon yang lebih cepat, efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pekerjaan yang meningkat, identifikasi dan penanganan masalah secara lebih akurat, serta kepercayaan terhadap delivery pekerjaan. Oleh sebab itu, pengelolaan Sistem Informasi (SI) dan Teknologi Informasi (TI) yang mendukung proses bisnis perusahaan menjadi tantangan tersendiri, baik bagi manajer bisnis dan TI maupun kalangan profesional. Agar para praktisi bisnis dapat dengan lebih mudah mengakses sumber daya - sumber daya informasi dalam hal pengembangan sistem informasi perusahaan yang berbasis teknologi informasi, baik itu didalam perusahaan maupun diluar perusahaan yang mereka butuhkan untuk mendukung kebutuhan pelanggan, pemasok dan mitra dagang.
Pengembangan sistem informasi dalam perusahaan dapat dilakukan melalui tiga metode pendekatan bisnis, yaitu: outsourcing, insourcing, dan co-sourcing. Perusahaan harus berhati-hati dalam hal pemilihan alternatif pengembangan sistem informasi yang tepat. Kesalahan di dalam pemilihan alternatif akan menyebabkan investasi yang telah dilakukan serta waktu yang terpakai akan menjadi sia-sia. Perusahaan dapat membandingkan advantage dan disadvantage dari ketiga alternatif tersebut. Masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Pemilihan terhadap salah satu metode pengembangan sistem informasi tersebut
1.2. Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa alasan (pro dan kontra) mengapa perusahaan lebih memilih melakukan metode pendekatan outsourcing, insourcing, dan atau co-sourcing dalam pengembangan maupun penerapan SI dan TI serta hal – hal apa saja yang harus diperhatikan dalam penerapan metode pendekatan tersebut.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Outsourcing
2.1.1. Definisi Outsourcing
Beberapa defenisi outsourching yang telah dikembangkan oleh para ahli, diantaranya: 1. Outsourcing adalah kontrak dengan pihak lain (di luar perusahaan) terhadap
fungsi, tugas atau layanan organisasi dalam rangka mengurangi beban proses, memperoleh keahlian teknis maupun penghematan biaya (Eugene Garaventa, Thomas Tellefsen, 2001);
2. Outsourcing adalah pemindahan tanggung jawab manajemen kepada pihak ketiga secara berkesinambungan di dalam menyediakan layanan yang diatur oleh perjanjian .
3. Outsourcing adalah aktivitas dimana supplier (pihak pemasok/vendor) menyediakan barang dan/atau layanan kepada buyer (pihak perusahaan) berdasarkan perjanjian yang telah disepakati (Elfing & Baven, 1994; Domberger, 1998).
4. Outsourcing adalah tindakan memindahkan beberapa aktivitas rutin internal perusahaan, termasuk dalam hal pengambilan keputusan kepada pihak lain yang diatur oleh kontrak perjanjian (Maurice F. Greaver II,1999);
Suatu organisasi melakukan IT outsourcing dalam rangka mengembangkan sistem informasi untuk menghasilkan sistem informasi yang lebih baik, memanfaatkan IT untuk mencapai hasil bisnis yang lebih baik, dan mengeksploitasi aset IT secara eksternal. Contoh layanan teknologi informasi yang paling sering di outsourcing-kan yaitu network, desktop , aplikasi serta web hosting.
Terdapat berbagai definisi outsourcing yang berkaitan dengan Teknologi Informasi (TI). Dibawah ini adalah berbagai definisi outsourcing yang berkaitan dengan TI yang dikutip oleh Diah (2008) dari berbagai sumber :
1. IT outsourcing adalah mensubkontrakkan sebuah fungsi IT dari suatu perusahaan pada vendor eksternal
2. IT outsourcing didefinisikan sebagai “kontrak jangka panjang dimana satu atau lebih service provider ditugaskan untuk bertanggung jawab mengatur satu atau lebih operasi dan infrastruktur IS klien”
3. “Offshore outsourcing” adalah pekerjaan outsourcing pada vendor yang berlokasi di benua yang berbeda dengan klien
4. IT outsourcing berkembang menjadi IS outsourcing. Definisi IS outsourcing adalah “pemberian tanggung jawab kepada pihak ketiga berhubungan dengan seluruh atau beberapa komponen spesifik (fisik maupun sumber daya manusia) dalam IT infrastruktur organisasi”
5. Konsep BPO merupakan perkembangan dari IS outsourcing. Perbedaan antara BPO dan IS outsourcing adalah pada kasus BPO, provider melakukan kontrol pada keseluruhan baik proses bisnis, sumber daya manusia, dan teknologi 6. Business process outsourcing (BPO) didefinisikan sebagai perluasan IT
outsourcing, dimana dalam BPO pihak ketiga bertanggung jawab dalam
melaksanakan beberapa proses bisnis (misal: call center)
7. Offshore software development dalam dunia IT sering dideskripsikan sebagai
outsourcing pembuatan software dan layanan teknis kepada kontraktor atau
fasilitas yang dimiliki sendiri yang berlokasi di negara dengan standar gaji lebih rendah
2.1.2. Klasifikasi Outsourcing
Menurut Indrajit (2000), berdasarkan jenisnya, outsourcing teknologi informasi dapat dibedakan menjadi 4 jenis yaitu :
1. Total Outsourcing, yaitu perusahaan cenderung menyerahkan hampir semua fungsi teknologi informasinya seperti perangkat keras, perangkat lunak, dan brainware kepada pihak lain. Di Indonesia, perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur, pertambangan, konfeksi, dan kimia
merupakan beberapa contoh institusi bisnis yang telah menerapkan strategi tersebut.
2. Total insourcing, yaitu penyewaan atau peminjaman sumber daya manusia yang dimiliki pihak lain untuk dipekerjakan pada perusahaan terkait dalam jangka waktu tertentu. Banyak sekali perusahaan besar di Indonesia yang melakukan relasi bisnis sejenis ini terutama dengan menjalin kerjasama dengan perusahaan konsultan multinasional yang memiliki reputasi andal di bidang teknologi informasi.
3. Selective sourcing, yaitu perusahaan melakukan pemilahan terhadap fungsi-fungsi dan entitas bisnis yang terkait dengan teknologi informasi di perusahaannya dan memutuskan untuk menyerahkan sebagian saja kepada pihak lain sementara sisanya masih akan dikelola oleh perusahaan.
4. De facto insourcing, yaitu penyerahan pengelolaan teknologi informasi kepada perusahaan lain lebih dikare nakan adanya latar belakang sejarah, dibandingkan dengan hasil evaluasi objektif.
2.1.3.Manfaat Oursourcing
Penerapan outsourcing layanan teknologi informasi memiliki tujuan/ manfaat bagi perusahaan. Beberapa kajian dari berbagai sumber mengenai tujuan/ manfaat dan alasan perusahaan menerapkan outsourcing layanan teknologi informasinya akan dijabarkan berikut ini :
Menurut Chen dan Perry (2003), tujuan/ manfaat outsourcing layanan teknologi informasi yaitu :
1. Penghematan Biaya. Penghematan biaya merupakan salah satu tujuan di dalam melakukan outsourcing layanan TI. Melalui skala ekonomi memungkinkan vendor untuk menyediakan layanan dengan tingkat biaya yang lebih rendah dibandingkan bilamana ditangani se ndiri oleh perusahaan. Misalnya dengan penggunaan infrastruktur TI serta pemberdayaan SDM yang dimiliki oleh vendor secara bersama-sama oleh beberapa organisasi klien (perusahaan) dapat menekan biaya infrastruktur menjadi lebih murah dibanding
perusahaan membangun infrastruktur TI sendiri dan menanganinya sendiri. Penghematan biaya dapat menjadi menjadi hal yang sangat signifikan ketika perusahaan dapat mengakuisisi suatu bidang spesialisasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan.
2. Memenuhi kebutuhan SDM TI yang terampil. Perusahaan-perusahaan terkadang dihadapkan kepada permasalahan di dalam melaksanakan proyek-proyek besar teknologi informasi yaitu kekurangan akan personil TI yang terampil. Melalui outsourcing diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, dikarenakan vendor memiliki tenaga kerja TI khusus untuk layanan yang mereka berikan, sehingga mereka diharapkan mampu memenuhi kebutuhan tenaga TI yang terampil bagi perusahaan.
3. Mendapatkan teknologi yang terkini. Melalui outsourcing teknologi informasi, perusahaan dapat mengakses teknologi terkini beserta SDM yang profesional. Perusahaan biasanya mulai mempertimbangkan kebijakan outsourcing disaat merencanakanupgrade layanan teknologi informasi (TI) agar mendapatkan layanan TI yang terbaik. Dengan selalu menggunakan teknologi terkini yang disediakan oleh pihak vendor, diharapkan dapat membantu perusahaanmencapai tujuan mereka.
4. Fleksibilitas dalam hal teknologi dan modul-modul (fitur-fitur). Melalui
outsourcing TI, perusahaan diberikan berbagai pilihan teknologi beserta
modul-modul (fitur-fitur) yang akan digunakan. Salah satu kelemahan terbesar bilamana perusahaan membangun infrasruktur dan aplikasi sendiri adalah kekakuan terhadap teknologi yang digunakan. Selain itu pembiayaan investasi awal yang sangat besar untuk layanan TI yang terkadang memaksa perusahaan untuk terus menggunakan teknologi yang telah usang dikarenakan alasan keterbatasan keuangan bilamana akan melakukan upgrade teknologi. Mengingat sifat teknologi yang cepat berubah, maka penerapan outsourcing memungkinkan manajemen risiko yang lebih baik. Risiko teknologi dialihkan ke pihak vendor dikarenakan mereka bertanggung jawab penuh di dalam upgrade teknologi.
5. Waktu pembangunan dan penyebaran layanan TI yang lebih cepat. Waktu pembangunan dan penyebaran layanan TI yang cepat merupakan salah satu keuntungan yang diharapkan di dalam menerapkan kebijakan outsourcing layanan TI. Bilamana perusahaan ingin membangun layanan TI sendiri, misalnya dengan melakukan in-house , maka perusahaan akan dihadapkan kepada persoalan-persoalan seperti kebutuhan akan personil IT, pengintegrasian sistem lama dan sistem baru, pembangunan infrastruktur TI, dan pengambilan keputusan di dalam pengadaan berbagai perangkat dan komponen yang diperlukan. Hal ini dapat menjadi sesuatu yang berisiko sangat tinggi. Namun, bila hal tersebut dilakukan dengan outsourcing , maka vendor dapat memberikan paket-paket solusi berupa personil TI, infrastruktur yang memadai, layanan yang terintegrasi, serta dukungan lainnya. Bilamana vendor telah berpengalaman dalam suatu jenis layanan tertentu, maka dapat dikatakan bahwa layanan/ sistem tersebut telah teruji/terbukti sehingga permasalahan yang potensial dapat diantisipasi. Waktu pembangunan aplikasi dan penyebaran layanan aplikasi tersebut dapat berkurang setengah dari waktu yang diperlukan dibandingkan bilamana melakukan in-house . Waktu pengerjaan pembangunan dan penyebaran sangatlah penting ketika perusahaan akan menerapkan sistem/layanan TI yang baru. Misalnya, pembaruan terhadap beberapa sistem dan infrastruktur TI yang harus segera dilakukan untuk menjamin keamanan sistem informasi.
6. Meningkatkan cash flow management. Outsourcing dapat membantu perusahaan mengelola arus kas (cash flow management), dimana perusahaan dapat mengatur pembiayaan berdasarkan layanan yang diberikan, dan perusahaan tidak perlu melakukan investasi awal secara besar-besaran.
2.1.4. Benefit Outsourcing
Outsourcing menjadi popular karena dapat mengefektifkan biaya operasi dari
perusahaan dibanding membangun sebuah pusat teknologi informasi, pusat operasi komputer dan menerima staf khusus. Outsourcing membantu sebuah perusahaan untuk memaksimalkan sekaligus mengefisienkan pelaksanaan sistem informasi yang dibutuhkan.
Adapun beberapa keuntungan dari implementasi outsourcing adalah: 1. Kemampuan penggunaan teknologi yang tepat dan spesifik
Kontraktor penyedia outsourcing tentu memiliki teknologi dan kemampuan spesifik yang dapat mendukung operasi dari sistem teknologi informasi yang perusahaan inginkan dibanding jika perusahaan harus membangun sendiri sistem tersebut. Kontraktor juga memiliki tenaga ahli yang dapat menjalankan dan membuat teknologi tersebut berjalan dengan efisien dan maksimal. Dengan menggunakan jasa dari kontraktor, perusahaan tidak perlu memikirkan perkembangan teknologi informasi detik per detik dan membangun sebuah tim atau departemen untuk mengatasi semua problem yang berhubungan dengan hal tersebut.
2. Efisiensi waktu dan biaya
Implementasi outsourcing akan membawa perusahaan untuk lebih memfokuskan sumber-sumber dayanya untuk mengembangkan atau bertahan dalam kompetisi di lingkungan bisnisnya, perusahaan tidak perlu memikirkan problem-problem yang timbul diluar lingkar utama bisnisnya, mereka dapat menggunakan kontraktor teknologi informasi untuk mengatasi problem-problem di sekitar teknologi informasi yang merupakan problem-problem diluar lingkar bisnis utama mereka untuk tetap mendukung aktifitas di bisnis utama mereka. 3. Kualitas pelayaan dan kemampuan yang maksimal dari tenaga ahli
Kontraktor teknologi informasi adalah ahli di dalam menjalankan sistem teknologi informasi. Mereka dapat menyediakan pelayanan yang professional, efektif dan efisien. Tenaga ahli dilingkungan perusahaan sendiri atau tenaga
professional information sistem internal akan dibebaskan dari pengurusan operasi setiap hari dan dapat lebih difokuskan untuk perencanaan dan pengembangan sistem teknologi informasi yang akan mendukung bagi aktifitas utama dari perusahaan.
4. Fleksibel
Kemampuan dan pengalaman teknologi informasi dari kontraktor yang sudah biasa menangani permasalahan di bidang teknologi informasi akan membantu perusahaan untuk dapat selalu meng-up to date teknologinya tanpa mengeluarkan biaya yang besar. penggunaan teknologi informasi bagi penunjang aktifitas perusahaan dapat berjalan se-fleksibel mungkin, karena kontraktor dapat dengan cepat mengantisipasi perkembangan teknologi informasi. (Lubis, 2004)
Bahkan hal ini diperkuat oleh alasan O’Brien (2009), terdapat beberapa kelebihan dari
outsourcing di bidang TI :
1. Mengurangi dan mengendalikan biaya operasional. Pemilihan outsourcing memang membutuhkan biaya yang mahal pada awal kontraknya, tetapi pertimbangan resiko yang akan ditanggung oleh perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan membangun sendiri dengan kemampuan kurang akan mengakibatkan permasalahan di kemudian hari dan berdampak pada segi pembiayaan perusahaan.
2. Meningkatkan fokus perusahaan pada kegiatan utama usahanya tanpa dibebani permasalahan pengembangan sistem informasi.
3. Mendapatkan akses terhadap sistem informasi premium atau kelas dunia bagi penerapan sistem informasi di perusahaannya.
4. Sumber daya manusia dalam perusahaan dapat lebih fokus melakukan pekerjaan pada kegiatan utama perusahaan tanpa dibebani kegiatan pengembangan sistem informasi. Tentu saja hal ini diharapkan akan meningkatkan produktifitas perusahaan.
5. Memberi jalan keluar terhadap permasalahan ketidaktersediaan sumber daya dari perusahaan yang ahli dalam pengembangan sistem informasi, sehingga dapat mengurangi resiko salah penerapan sistem informasi.
6. Menunjang akselerasi tujuan perusahaan untuk mempercepat mendapatkan keuntungan/ benefit dengan penerapan sistem informasi yang sesuai.
7. Menghindarkan dari kendali internal mengenai tidak berfungsinya sistem informasi karena penerapan sistem informasi yang salah atau gagal.
8. Peningkatan benefit perusahaan akan menyebabkan perusahaan dapat meningkatkan pertumbuhan modal usaha.
9. Berbagi resiko terhadap implementasi sistem informasi antara perusahaan dan vendor. Kesalahan implementasi tidak ditanggung penuh oleh perusahaan saja, oleh karena itu dibutuhkan kerjasama yang baik dalam proses perencanaan sistem informasi antara perusahaan dan vendor.
10. Perusahaan dapat mengontrol pemasukan dan pengeluaran kas dengan bantuan sistem informasi yang tepat.
2.1.5. Kelemahan Outsourcing TI
Dengan banyaknya keuntungan dari penerapan outsourcing di bidang TI, namun bukan berarti outsouring TI tidak mepunyai kekurangan atau kelemahan.Berikut ini dijelaskan mengenai kekurangan dari outsourcing dibidang TI.
1. Pelanggaran kontrak kerja oleh vendor lebih banyak akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Misalnya hasil aplikasi tidak sesuai dengan harapan perusahaan menimbulkan kerugian biaya dan waktu.
2. Perusahaan akan kehilangan kontrol terhadap aplikasi sistem informasi yang dibangun oleh vendor apabila terjadi ganguan pada sistem informasi yang sangat penting bagi perusahaan. Penanganan gangguan yang hanya dapat diperbaiki oleh vendor mengakibatkan ketergantungan bagi perusahaan.
3. Perusahaan lain dapat meniru sistem informasi yang dikembangkan oleh vendor yang sama.
2.2. Insourcing
2.2.1. Definisi Insourcing
In-sourcing merupakan metode pengembangan sistem informasi yang hanya melibatkan sumber daya di dalam suatu organisasi atau suatu perusahaan. Sistem informasi mengenai operasi sistem pada pihak manajemen untuk memberikan pengarahan dan pemeliharaan sistem dalam hal ini pengendalian ketika sistem bertukar input dan output dengan lingkungannya.
2.2.2. Benefit Insourcing
Kelebihan dalam menerapkan metode insourcing diantaranya :
1. Umumnya sistem informasi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena karyawan yang ditugaskan mengerti kebutuhan sistem dalam perusahaan.
2. Biaya pengembangannya relatif lebih rendah karena hanya melibatkan pihak perusahaan.
3. Sistem informasi yang dibutuhkan dapat segera direalisasikan dan dapat segera melakukan perbaikan untuk menyempurnakan sistem tersebut.
4. Sistem informasi yang dibangun sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dan dokumentasi yang disertakan lebih lengkap.
5. Mudah untuk melakukan modifikasi dan pemeliharaan (maintenance) terhadap sistem informasi karena proses pengembangannya dilakukan oleh karyawan perusahaan tersebut.
6. Adanya insentif tambahan bagi karyawan yang diberi tanggung jawab untuk mengembangkan sistem informasi perusahaan tersebut.
7. Lebih mudah melakukan pengawasan (security access) dan keamanan data lebih terjamin karena hanya melibatkan pihak perusahaan.
8. Sistem informasi yang dikembangkan dapat diintegrasikan lebih mudah dan lebih baik terhadap sistem yang sudah ada.
2.2.3. Kelemahan Insourcing
Kelemahan dalam menerapkan metode insourcing adalah :
1. Keterbatasan jumlah dan tingkat kemampuan SDM yang menguasai teknologi informasi.
2. Pengembangan sistem informasi membutuhkan waktu yang lama karena konsentrasi karyawan harus terbagi dengan pekerjaan rutin sehari-hari sehingga pelaksanaannya menjadi kurang efektif dan efisien.
3. Perubahan dalam teknologi informasi terjadi secara cepat dan belum tentu perusahaan mampu melakukan adaptasi dengan cepat sehingga ada peluang teknologi yang digunakan kurang canggih (tidak up to date).
4. Membutuhkan waktu untuk pelatihan bagi operator dan programmer sehingga ada konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan.
5. Adanya demotivasi dari karyawan ditugaskan untuk mengembangkan sistem informasi karena bukan merupakan core competency pekerjaan mereka.
6. Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang sistem informasi dapat menyebabkan kesalahan persepsi dalam pengembangan distem dan kesalahan/resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab perusahaan (ditanggung sendiri) (Faisalansyari, 2004).
2.3. Co-sourcing
2.3.1. Definisi Co-sourcing
Co-sourcing dapat diartikan sebagai usaha untuk mempekerjakan (hiring) para ahli
atau staff untuk kepentingan perusahaan. Namun dalam arti luas dapat diartikan sebagai hubungan kerja sama dalam jangka waktu lama (long-term relationship) dan jika diasosiasikan dengan nilai-nilai luhur maka dapat dikategorikan pada partnership dari pada penyedia (vending). Pelaksanaan strategi co-sourcing oleh suatu perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh meningkatnya kegiatan bisnis suatu perusahaan dimana pada satu sisi perusahaan dihadapkan pada adanya keterbatasan SDM internal dari segi kuantitas maupun kualitas knowledge yang dimilikinya dalam menangani sistem informasi manajemen tersebut secara baik (efektif dan efisien). Strategi ini lebih terarah pada performa bisnis yang dilaksanakan setiap perusahaan. Trend globalisasi dan tantangan yang semakin besar pada lingkungan yang membutuhkan fleksibilitas, perkembangan berkelanjutan dan fokus kepada kompetensi inti perusahaan merupakan penyebab perusahaan memilih strategi cosourcing.
2.3.2. Benefit pengembangan sistem Co-sourcing Kelebihan menggunakan co-sourcing :
1. Adanya sharing knowledge antara karyawan perusahaan tersebut dengan wakil dari vendor. Hal ini dapat menyempurnakan sistem informasi yang dikembangkan dimana karyawan perusahaan menguasai kebutuhan sistem dalam perusahaan, sedangkan vendor menguasai bidang teknologi informasi. 2. Perusahaan dapat melakukan transfer teknologi dan transfer pengetahuan dari
vendor ke dalam perusahaan.
3. Sistem yang dibangun relatif sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena perencanaan pengembangan yang lebih kompetitif.
4. Kegagalan yang timbul dalam pengembangan sistem informasi menjadi tanggug jawab kedua belah pihak (risk sharing) dan penyelesaiannya dapat didiskusikan bersama.
5. Biaya pengembangan sistem informasi relatif murah karena terdapat sharing cost yang ditanggung bersama oleh perusahaan dan vendor.
6. Teknologi yang akan dikembangkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan sumberdaya perusahaan.
2.3.3. Kelemahan pengembangan sistem Co-sourcing Kelemahan menggunakan co-sourcing :
1. Perbedaan kepentingan antar organisasi sehingga dapat terjadi konflik kepentingan antara perusahaan dan vendor yang berdampak pada ganguan pelaksanaan sistem informasi.
2. Terdapat kekhawatiran tentang keamanan sistem informasi karena adanya peluang penyalahgunaan sistem informasi oleh vendor, misalnya pembajakan atau pembocoran informasi perusahaan.
3. Waktu yang relatif lama dalam transfer teknologi dan pengetahuan dari pihak ketiga kepada pihak perusahaan.
4. Relatif sulit melakukan perbaikan dan pengembangan sistem informasi karena pengembangan perangkat lunak dilakukan oleh vendor, sedangkan perusahaan umumnya hanya terlibat sampai rancangan kebutuhan sistem. 5. Perlu penyesuaian dari sisi budaya kerja dalam pengembangan sistem
infomasi perusahaan.
6. Membutuhkan biaya yang relatif besar karena melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaanya.
7. Keuntungan perusahaan dalam pengembangan sistem infomasi perusahaan tidak dapat dirasakan langsung dalam waktu dekat (Abrianto, 2011).
BAB III. PEMBAHASAN 3.1. Penerapan Outsourcing dalam suatu Perusahaan
Dengan bertambah maju dan semakin besarnya perusahaan, maka bertambah pula beban operasional yang harus ditanggung. Hal ini didukung pula dengan kondisi persaingan yang semakin ketat dan berat yang mengharuskan para pemimpin memusatkan diri untuk mempertajam strategi perusahaan.Khususnya meningkatkan aspek yang berhubungan dengan kompetensi akar perusahaan. Perusahaan akan lebih terspesialisasi yang tertuju pada berbagai elemen dari operasi perusahaan, yaitu:
1. Desain produk (product design) 2. Rekayasa (engineering)
3. Pembuatan (manufacturing)
4. Sumber daya manusia (human resources) 5. Teknologi informasi (information technology) 6. Logistik (logistics)
7. Penjualan (sales) 8. dan lain-lain
Tugas-tugas yang bersifat spesifik dan membutuhkan spesialisasi yang bukan merupakan tugas utama (non core activities), telah menginspirasi para pimpinan perusahaan untuk mengevaluasi kembali niat tradisional untuk melakukan integrasi vertikal dan memenuhi segala keperluan perusahaan dari satu atap (perusahaan sendiri). Potensi keuntungan dari outsourcing adalah memperoleh kesempatan mengatur organisasi yang lebih fleksibel untuk melakukan core activities-nya yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Perusahaan Dahulu Perusahaan Sekarang Core Competency
Non Core Competency
Gambar 1. Kondisi Perusahaan Dahulu dan Sekarang
Menurut Yasar (2008) Secara singkat tahapan melakukan outsorcing dapat dilihat pada Gambar 2.
INTERNAL
EKSTERNAL
Gambar 2. Tahapan Outsorcing
Jika perusahaan memutuskan untuk melakukan outsorcing, maka ada tiga tahapan yang harus dilakukan, yaitu:
1. Tahapan Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan tahapan dimana sebuah perusahaan harus merencanakan secara matang mengenai rencana implementasi outsorcing. Selain mempertimbangkan analisis biaya dan pemilihan strategi, pada tahapan
Core Business
Non Core Business
Perencanaan Strategis Analisis Biaya Pemilihan Mitra Negosiasi Transaksi Sumber Daya Pengelolaan Hubungan
ini juga meliputi membangun visi, misi, dan tujuan perusahaan. 2. Tahapan Kontrak
Adapun maksud dari tahap kontrak adalah tahap dimana perusahaan mulai melakukan perjanjian dengan penyedia jasa outsorcing. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam tahapan ini adalah: melakukan negoisasi yang berbasis pada filosofi winwin, menentukan jangka waktu kontrak, memasukkan faktor-faktor risiko yang mungkin dihadapi serta menyusun perjanjian kerja yang jelas dengan alur proses yang jelas pula.
3. Tahapan Pasca Kontrak
Tahap pasca kontrak adalah tahap setelah perjanjian. Pada tahapan ini, komunikasi yang dilakukan harus terbuka, mengantisipasi adanya perubahan manajemen, memperoleh review dan feedback dari pihak pengguna, serta meninjau kembali keputusan yang telah ditetapkan dari waktu ke waktu untuk mengakomodasi penyesuaian yang bisa terjadi.
Dalam Riset PPM Manajemen (2008) yang menyatakan bahwa survei yang dilakukan kepada 44 perusahaan dapat diketahui 73% perusahaan menggunakan tenaga outsource dalam kegiatan operasionalnya, sedangkan sisanya yaitu 27% tidak menggunakan tenaga outsource (Gambar3). Hal ini memperlihatkan bahwa Outsorcing dapat digunakan untuk membantu operasi perusahaan dan meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan. Dari 73%, perusahaan yang sepenuhnya menggunakan tenaga outsource merupakan jenis industri perbankan, kertas, jasa pendidikan, pengolahan karet & plastik, serta industri makanan & minuman.
Sedangkan industri alat berat, mesin dan sarana transportasi (otomotif dan suku cadang) menggunakan tenaga outsource sebanyak 57.14%. Untuk industri farmasi & kimia dasar (80%), industri telekomunikasi & informasi teknologi (60%) dan industri lainnya sebanyak 50% terdiri dari industri jasa pemeliharaan pembangkit listrik, konsultan, EPC (enginering, procurement, construction), pengolahan kayu, kesehatan, percetakan & penerbitan, dan elektronik (Gambar 4).
Gambar 3. Perusahaan yang Menggunakan Jasa Outsorcing
Gambar 4. Perusahaan yang Menggunakan Outsource Berdasarkan Jenis Industri 3.2. Dasar Pertimbangan Penerapan Outsourching
Outsourcing Institute mengumpulkan sejumlah alasan mengapa
perusahaan-perusahaan melakukan outsourcing terhadap aktivitas-aktivitasnya dan potensi keuntungan apa saja yang diharapkan diperoleh darinya. Berdasarkan studi dari para ahli manajemen yang dilakukan sejak tahun 1991, termasuk survei yang dilakukan terhadap lebih dari 1.200 perusahaan, diperoleh hasil :
Potensi keuntungan atau alasan-alasan tersebut antara lain adalah untuk : 1. Meningkatkan fokus perusahaan
2. Memanfaatkan kemampuan kelas dunia
4. Membagi risiko
5. Sumberdaya sendiri dapat digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan lain 6. Memungkinkan tersedianya dana capital
7. Menciptakan dana segar
8. Mengurangi dan mengendalikan biaya operasi 9. Memperoleh sumber daya yang tidak dimiliki sendiri
10. Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan atau dikelola.
Alasan – alasan yang telah dipaparkan oleh Outsourcing Institute telah memperkuat Divisi Riset PPM Manajemen (2008) dalam studi kasusnya mengenai penerapan outsorcing. Dari penelitian yang telah dikukan, didapatkan data bahwa alasan yang paling banyak dilakukan dikarenakan perusahaan ingin fokus tehadap core business sebesar 33,75%, sebesar 28,75% untuk penghematan biaya, sebesar 15% untuk menjaga turn over karyawan, sebesar 11,25% untuk memoderinsasi dunia usaha dan sisanya disebabkan faktor lainnya (Gambar 5).
3.3. Penerapan Outsourcing di Bidang Teknologi Informasi
Teknologi informasi saat ini berperan penting dalam strategi organisasi sehingga banyak organisasi yang menggantungkan kesuksesannya pada teknologi informasi yang dimiliki. Perkembangan dan perubahan teknologi yang sangat cepat telah menimbulkan kesulitan dalam mengelola sumber daya vital tersebut. Dengan
outsourcing seluruh atau beberapa fungsi teknologi informasi, memberikan alternatif
untuk mengelola bidang organisasi yang sangat kompleks ini.
Outsourcing teknologi informasi melibatkan pelepasan kendali atas sumber daya
organisasi yang penting pada pihak ekternal. Oleh karena itu pemilihan fungsi teknologi informasi yang paling tepat dan kelompok ketiga yang terbaik akan menjadi sangat kompleks. Lebih lanjut McFarlan dan Norlan, (1995) menyebutkan berbagai fungsi teknologi informasi yang sering di-outsource seperti operasi pusat data, manajemen network, pemeliharaan/ akuisisi hardware, technical support, pelatihan/pendidikan dan pengembangan aplikasi. Outsourcing bisa dilaksanakan di dalam perusahaan (onshore), namun sering juga dilakukan di luar perusahaan
(offshore).
Merurut kutipan dari jurnal Akbar (2012) bahwa terdapat tiga alasan yang merupakan pertimbangan utama suatu organisasi untuk melakukan IT outsourcing, diantaranya adalah berdasarkan ekonomi dan finansial, teknis (teknologi), dan bisnis.
Dalam penerapannya, outsourcing menjadi masalah tersendiri bagi perusahaan khususnya bagi tenaga kerja. Oleh sebab itu terdapat pro dan kontra terhadap penggunaan outsourcing, diantaranya:
Pro Outsourcing :
1. Solusi bagi perusahaan dalam menghadapi ketidakstabilan kondisi ekonomi global yang mempengaruhi kondisi ekonomi nasional
2. Solusi dari permasalahan mengatasi monopoli perusahaan-perusahaan raksasa
3. Sebagai pemerataan kesempatan kerja
4. Dapat lebih fokus kepada core business yang sedang di jalankan. 5. Dapat mengurangi biaya.
6. Dapat mengubah biaya investasi menjadi biaya belanja. 7. Tidak dipusingkan jika terjadi turn over tenaga kerja. 8. Merupakan modernisasi dunia usaha.
9. Efektivitas manpower.
10. Tidak perlu membuang-buang waktu dan tenaga untuk suatu pekerjaan yang bukan merupakan inti bisnis atau pekerjaan yang bukan utama.
11. Memberdayakan anak perusahaan.
12. Dealing with unpredicted business condition. 13. Proses pendewasaan dalam bisnis
14. Penerapan standar kerja internasional Kontra Outsourcing :
1. Status ketenagakerjaan yang tidak pasti.
2. Adanya perbedaan perlakuan kompensasi dan benefit antara tenaga kerja internal dengan tenaga kerja outsourcing.
3. Career path dari outsourcing kurang terencana dan kurang terarah.
4. Para pihak pengguna jasa dapat memungkin untuk memutuskan hubungan kerjasama dengan pihak outsourcing provider secara sepihak sehingga dapat mengakibatnya status mereka menjadi tidak jelas.
5. Eksploitasi manusia.
Dari pemaparan pro dan kontra diatas dapat diketahuai bahwa selain adanya kelebihan dari penggunaan outsorcing, juga masih terdapat kekurangan-kekurangan akibat dari penerapan outsorcing. Salah satu kunci sukses dari outsorcing adalah kesepakatan untuk membuat hubungan jangka panjang (long term relationship), tidak hanya kepada proyek jangka dekat. Xue et al. (2005) menyatakan bahwa kesuksesan
berhubungan erat dengan kinerja virtual team. Oleh karena perusahaan yang melakukan outsourcing dan provider outsourcing bekerja sama dalam jarak yang jauh, diperlukan kolaborasi dari seluruh anggota virtual team yang terdistribusi secara geografis. Selain itu, tanpa adanya penanganan yang baik, seperti ketergantungan, kerugian material hingga keamanan data dan informasi yang menyebabkan penggunaan jasa outsorcing TI akan membawa dampak yang buruk bagi perusahaan. Perusahaan juga harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi Teknologi Informasi. The Outsourcing Institute, suatu lembaga yang didirikan di Amerika, yang melakukan riset mengenai perkembangan
outsourcing ini, mengatakan bahwa menurut penelitian, ada 10 hal atau faktor yang
menyebabkan keberhasilan langkah outsourcing, yaitu : 1. Memahami maksud dan tujuan perusahaan. 2. Memiliki visi dan perencanaan strategis.
3. Memilih secara tepat service provider atau pemberi jasa.
4. Melakukan pengawasan dan mengelolaan terus menerus terhadap hubunganantar perusahaan dan pemberi jasa.
5. Memiliki kontrak yang cukup tersusun dengan baik.
6. Memelihara komunikasi yang baik dan terbuka dengan individu atau kelompok yang terkait.
7. Mendapatkan dukungan dan keikutsertaan dari manajemen
8. Memberikan perhatian secara berhati-hati pada persoalan yang menyangkutkaryawan.
9. Memiliki justifikasi ekonomi dan keuangan yang layak. 10. Menggunakan tenaga berpengalaman dari luar.
3.4. Penerapan Insourcing di Bidang Teknologi Informasi
Pendekatan Insourcing merupakan kebalikan dari outsourcing. Jika outsourcing melimpahkan pengerjaan proyek pada pihak luar, Insourcing mengembangan proyek dengan memanfaatkan spesialis IT dalam perusahaan tersebut. Dalam TI, Insourcing
merupakan delegasi dari suatu pekerjaan ke pihak yang ahli (spesialis TI) dalam bidang tersebut dalam suatu perusahaan. Insourcing adalah metode pengembangan sistem informasi yang hanya melibatkan sumber daya di dalam suatu organisasi atau suatu perusahaan.
Organisasi biasanya memilih untuk melakukan insourcing antara lain dalam rangka mengurangi biaya tenaga kerja dan pajak. Organisasi yang tidak puas denga
outsourcing kemudian memilih insourcing sebagai penggantinya. Beberapa organisasi
merasa bahwa dengan insourcing mereka dapat memiliki dukungan pelanggan yang lebih baik dan kontrol yang lebih baik atas pekerjaan mereka daripada dengan
meng-outsourcingnya.
Menurut Zilmahram (2009), Insourcing dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut: 1. Kompetensi karyawan yang tidak optimal dimanfaatkan di dalam perusahaan. 2. Terjadinya perubahan yang mengakibatkan beberapa kompetensi tertentu tidak
dibutuhkan lagi di dalam perusahaan.
3. Sebagai persiapan karyawan untuk menempuh karir baru di luar perusahaan. Pendekatan insourcing di suatu perusahaan masih memiliki pro dan kontra dalam penggunaannya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor fungsional tenaga kerja, diantaranya: Pro Insourcing:
1. Perusahaan dapat mengontrol sistem informasinya sendiri
2. Biaya untuk pekerja dalam perusahaan biasanya lebih kecil daripada biaya untuk pekerja outsource
3. Mengurangi biaya operasional perusahaan, seperti transportasi, dan lain-lain. 4. Fleksibel, karena perusahaan dapat meminta perubahan sistem pada
Kontra Insourcing:
1. Mengurangi fleksibilitas strategi
2. Suppplier yang berpotensi memberikan produk dan layanan yang mahal.
3. Tidak ada batasan biaya dan waktu yang jelas, karena tidak ada target. Dan kalaupun ada target, tidak ada punishment yang jelas ketika target tidak tercapai.
4. Kebocoran data yang dilakukan oleh karyawan IT, dikarenakan tidak ada reward dan punishment yang jelas.
5. End User tidak terlibat secara langsung, sehingga terdapat kemungkinan hasil implementasi sistem tidak sesuai dengan kebutuhan end user.
Keputusan suatu perusahaan dalam menentukan pendekatan apa yang digunakan dalam mengembangkan perusahannya didasarkan pada kondisi dan kebijakan yang diambil pada perusahaan tersebut. Pendekatan Insourcing dipilh pada saat :
1. Manajemen perusahaan memilih keputusan ini dikarenakan sumberdaya internal masih cukup mampu menangani pekerjaan tersebut baik secara finansial dan kapabilitas SDM internalnya.
2. Brand dan reputasi perusaan dianggap penting, daripada kualitas
3. Perusahaan tidak memiliki dana yang cukup untuk berinvestasidalam outsorcing
4. Departemen IT dapat diandalkan, baik dari segi kualitas dan standar operasional internal
3.5. Penerapan Co-sourcing di Bidang Teknologi Informasi
Perkembangan perusahaan yang semain pesat menuntut penggunaan pendekatan yang tepat dalam proses bisnis yang dijalani. Dengan adanya pro dan kontra terhadap penerapan outsourcing, kelebihan dan kekurangan outsourcing, serta adanya model
pendekatan yang tepat digunakan untuk pengembangan sistem informasi ataupun pengelolaan teknologi dan sistem informasi. Salah satu pendekatan yang mungkin cocok sebagai solusi hal tersebut adalah menggunakan pendekatan co-sourcing. Pendekatan Co-sourcing dalam TI digunakan untuk mengembangkan dan implementasi suatu sistem. Perusahaan yang menggunakan pendekatan co-sourcing adalah karena perusahaan yang mempunyai komponen informasi internal yang sangat mendukung kebutuhan pihak ketiga, serta subyek yang akan dikembangkan oleh perusahaan merupakan core competency sehingga perusahaan membutuhkan pihak ketiga yang dapat bekerjasama dalam beberapa hal (bukan keseluruhan) sehingga dapat memberi kontribusi terbaik bagi perusahaan.
Dengan metode kerjasama tersebut, Perusahaan dapat mengontrol data, dan informasi hasil pengolahan IT, tetapi perusahaan juga mendapatkan keuntungan perkembangan IT yang ditawarkan oleh solusi outsourcing dan konsultasi.
Co-sourcing menguntungkan untuk dilakukan pada bidang-bidang pekerjaan yang
mengandung rahasia perusahaan seperti bidang audit.
Pendekatan co-sorcing memiliki pro dan kontra dalam penggunaannya, diantaranya: Pro co-sourcing:
1. Adanya sharing knowledge antar organisasi
2. Perencanaan pengembangan lebih terpadu dan holistic
3. Standar, prosedur dan metodologi sesuai dengan kebutuhan perusahaan
4. Tim mempunyai sense of ownership and accountable dalam membangun ssistem
5. Pekerjaan yang dilakukan dapat menjadi sarana pembelajaran bagi seluruh komponen perusahaan.
Kontra Co-sourcing:
1. Rahasia perusahaan diketahui partner
3. Program mmasih bersifat general
4. Kemungkinan akan terbaginya SDM yang memiliki kompetensi dalam fokus bisnis yang dilaksanakan
3.6. Pemilihan Pendekatan yang Digunakan Pada Perusahaan
Pada makalah ini digunakan tiga pendekatan untuk melihat pendekatan apa yang cocok diterapkan dalam suatu bisinis perusahaan dalam implementasi sistem teknologi informasi , diantaranya outsourcing, insourcing, dan co-sourcing. Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannnya. Pendekatan yang digunakan dapat ditentukan dari strategi bisnis yang digunakan dalam suatu perusahaan maupun skala ekonomi yang dimiliki.
Menurut Yasar (2008) Outsourcing dipilih karena dapat memberikan manfaat strategis, seperti:
1. Meningkatkan fokus perusahaan pada bisnis inti,
2. Mempercepat proses adaptasi terhadap perubahan bisnis, 3. Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan atau dikelola
4. SDM yang ada dapat digunakan untuk kebutuhan yang lebih strategis 5. Memungkinkan penghematan dana capital
6. Mengefisienkan dan mengendalikan biaya operasional
7. Memperoleh SDM yang lebih profesional sesuai dengan bidangnya
Strategi bisnis juga dikembangkan oleh Mc farlan dan Mc kenney’s yang disebut dengan Strategi Grid dalam buku Jugiyanto (2003) yang menyatakan bahwa strategi bisnis dapat digunakan untuk menganalisis kontribusi TI terhadap posisi strategik perusahaan. Posisi perusahaan dalam strategi grid ditentukan oleh dua dimensi yaitu ketergantungan operasi perusahaan terhadap TI sekarang dan Portofolio pengembangan aplikasi TI di masa depan yang dapat dilihat pada Gambar 6.
TI memiliki beberapa alasan, diantaranya: kualitas yang dihasilkan dalam implementasi TI menggunakan jasa TI akan lebih baik, fokus manajemen berbeda, serta fibber-optic dan teknologi komunikasi memfasilitasi solusi TI Internasional. Sedangkan penggunaan jasa outsourcing yang tidah disarankan untuk diterapkan dalam suatu perusahaan dikarenakan dengan pertimbangan: membebaskan dari unit TI Internal yang diluar kendali, mengurangi investasi, memfasilitasi fleksibilitas biaya, dan lain-lain.
Gambar 6. Strategi Grid Dalam Aplikasi TI
Semakin tinggi skala dan kemampuan ekonomi suatu perusahaan, maka pendekatan yang dipilih akan menitikberatkan kepada kualitas untuk pencapaian efektifitas dan efisiensi dari strategi bisnis yang diterapkan. Jika dari skala ekonomi masih rendah tetapi kemampuan ekonomi tinggi maka perusahaan dapat menggunakan co sourcing, yaitu perusahaan bekerjasama dengan perusahaan luar dengan mengikutsertakan karyawannya dalam rangka peningkatan skala ekonomi yang lebih besar. Jika dari skala ekonomi sudah besar dan kemampauan ekonomi juga tinggi, sebaiknya perusahaan menggunakan mengendalikan SI secara internal (insourcing) untuk mendukung strategi perusahaan dalam memperbesar pangsa pasar.
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Penerapan outsourcing, insourcing, serta co-sourcing memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing (pro dan kontra). Sebenarnya tidak bisa dikatakan mana yang lebih baik dan mana yang buruk, tapi kebijakan memilih pendekatan itu tergantung pada situasi perusahaan yang dapat dilihat dari strategi bisnis yag dijalankan serta skala ekonomi dan kemampuan ekonomi perusahaan tersebut.
Penerapan insourcing dapat dilakukan bila perusahaan memiliki kemampuan SDM yang memiliki keahlian TI dan dana yang cukup besar untuk pengembangan infrastruktur IT, hal ini akan membuat sistem informasi yang dikembangkan menjadi salah satu strategi kompetitif perusahaan. Tetapi jika perusahaan ingin memfokuskan pada core competency-nya serta memiliki skala ekonomi dan kemampuan ekonomi yang masih tergolong rendah, maka metode outsourcing dapat menjadi pilihan, tetapi yang harus diperhatikan adalah pemilihan vendor atau rekanan dan kunci sukses lainnya. Jika dari skala ekonomi masih rendah tetapi kemampuan ekonomi tinggi maka perusahaan dapat menggunakan co sourcing, yaitu perusahaan bekerjasama dengan perusahaan luar dengan mengikutsertakan karyawannya dalam rangka peningkatan skala ekonomi yang lebih besar.
BAB V. DAFTAR PUSTAKA
Abrianto, M. 2011. Keuntungan dan Kelemahan dari Pengembangan Sistem Informasi antara Insourcing, Outsourcing, dan Co-Sourcing. http://duditrons.blogspot.com [Tanggal Akses 27 Desember 2012].
Akbar, R. Prajadhipa, dan Wiriadinata. 2012. Perencanaan Model Pengambilan Keputusan IT Outsorcing dalam Enterprise Architecture. Vo. 1 No. 2, Juli 2012. Institut Teknologi Bandung Bidang Teknik Elektro dan Informatika Beaumont, N. and Sohal, A. (2004). “Outsourcing in Australia” , International
Journal of Operations & Production Management, Vol. 21 No. 7, pp 688-700. Chen, Y.C. and Perry, J. (2003). “IT Outsourcing: A Primer for Public Manager”,
http://www.businessofgovernment.org.
Diah, 2008. Studi pada Information Sharing dalam Offshore IT Outsourcing (Studi kasus pada tiga perusahaan vendor IT di indonesia)
Elfing, T. and Baven, G. (1994) Outsourcing technical services: stages of development. Long Range Planning 27 (5): 42–51.
Eugene Garaventa, Thomas Tellefsen. (2001). Outsourcing : The Hidden Costs, Review of Business Journal, Vol 22, Spring.
Faisalansyari. 2012. Keuntungan dan Kelemahan dari Pengembangan Sistem Informasi Secara Outsorcing Dibandngkan dengan Insourcing. http://faisalansyari.wordpress.com. [Tanggal Akses: 27 Desember 2012]. Indrajit RE. Djokopranoto R. 2000. Proses Bisnis Outsourcing. Jakarta: Gramedia
Jogiyanto. 2003. Sistem teknologi Informasi. pendekatan terintegrasi : Konsep dasar. teknologi. Aplikasi, pengembangan dan pengelolaan. ANDI. Yogyakarta
Lubis, Muhamad Safri. 2004. Penngunaan Outsorcing Pada Aktifitas Teknologi Informasi. Surat Kabar Harian Analisa. Medan
Maurice F.Greaver II. (1999). Strategic Outsourcing, a Structured Approach to
Outsourcing Decisions and Initiatives , American Management Association,
USA.
O’Brien, JA . Marakas, George. 2009. Management Information system. Ninth edition. Mc Graw Hill. Inc Boston Universitas Gunadarma
PPM Riset Manajemen.2008. outsourcing. www.ppm manajemen.ac.id. [Tanggal Akses 27 Desember 2012].
Yasar, I. 2008. Sukses Implementasi Outsourcing. Jakarta. PPM Manajemen.151 hal.
Zilmahram, T. 2009. Outsourcing dan Insourcing. habahate.blogspot.com. [Tanggal Aksses: 30 Desember 2012].