4.1 Pengumpulan Data
4.1.1 Kompetitor Perusahaan Helm 4.1.1.1 Shoei Helmet
Shoei Helmet merupakan perusahaan yang memproduksi helm yang berkualitas. Helm yang diproduksi oleh perusahaan ini mempunyai standard keamanan yang tinggi. Ini dapat dilihat dari daya tahan terhadap benturan. Selain itu juga, perusahaan ini membuat helm sesuai dengan DOT Standard (FMVSS 218) dan SNELL M2005 yang merupakan standard di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Bahan yang digunakan untuk membuat helm ini adalah polyester resin, yang dapat disebut juga thermoplastic.Berikut contoh dari produk produksi Shoei Helmet.
78
TZ - R ST- Cruz RF- 1000
X- Eleven J- Wing Rj – Platinum R
Multitec
Gambar 4.1 Contoh Helm Produksi Shoei Helmet
Helm produksi Shoei Helmet mengutamakan keamanan dan daya tahan yang tinggi.
4.1.1.2 Arai Helmet
Arai Helmet merupakan perusahaan yang memproduksi dengan standard DOT dan SNELL. Arai Helmet meperhatikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna produknya. Hal ini dapat dilihat dari produk yang dibuat dengan adanya sistem peredam getaran dan airflow system. Berikut adalah contoh produk produksi Arai Helmet.
Gambar 4.2 Contoh Helm Produksi Arai Helmet
Produk yang dihasilkan oleh Arai Helmet memberikan penampilan yang sporty dan dinamis.
4.1.2 Perencanaan Produk Helm
Perencanaan produk merupakan proses awal dari pengembangan produk. proses perencanaan produk yang output utama dari fase perencanaan ini adalah berupa pernyataan misi proyek yang nantinya akan digunakan sebagai input yang dibutuhkan untuk memulai tahapan pengembangan konsep dan
80
merupakan suatu petunjuk untuk meneruskan tahapan pengembangan selanjutnya.
Keputusan-keputusan yang dihasilkan dari target pasar dan asumsi-asumsi dasar tentang hal yang ingin dikembangkan dirangkum di dalam pernyataan misi ini. Pernyataan misi ini masih dalam gambaran kasar dan masih dapat berubah sesuai dengan keinginan pelanggan
Tabel 4.1 Pernyataan Misi Helm Pernyataan Misi : Helmet with air moving system
Deskripsi Produk Helm yang dilengkapi dengan kipas yang membantu menggerakkan sirkulasi udara di dalam helm.
Sasaran Bisnis Utama Meningkatkan penggunaan Helm full-face pada pengendara sepeda motor.
Menjadi produk yang dikenal oleh masyarakat luas.
Mencapai 40% penjualan produk pada pasar utama
Perkenalan produk yang pertama dilakukan pada kuartal tahun 2008.
Pasar Utama Pengendara sepeda motor
Pasar Sekunder Penumpang sepeda motor
Asumsi Bahannya terbuat dari termoplastik
Kompetibel dengan kepala pengguna dengan berbagai pilihan ukuran.
Merupakan pengembangan dari produk yang telah ada.
Digunakan secara manual Mudah digunakan
Stakeholder Pembeli dan pengguna
Operasional Manufaktur Distributor dan penjual
4.1.3 Pengumpulan Data Kebutuhan Pelanggan
Identifikasi kebutuhan pelanggan, yaitu memahami kebutuhan pelanggan dan mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengembang. Output dari langkah ini adalah sekumpulan pernyataan kebutuhan pelanggan yang tersusun rapi, diatur dalam daftar hierarki, dengan bobot kepentingan untuk tiap kebutuhan. Pengumpulan data dari para pelanggan dilakukan dengan penyebaran kuisioner. Penyebaran dilakukan dengan cara face to face dan interview secara langsung kepada pelanggan.
Dalam suatu studi diperkirakan bahwa 90% kebutuhan pelanggan diperoleh setelah melakukan 30 kali wawancara. Sebagai patokan, untuk sebagian besar produk 10 kali wawancara masih kurang, sedangkan 50 kali wawancara terlalu banyak. Akan tetapi wawancara dapat dilakukan secara berurut, dan proses dapat dihentikan ketika tidak ada lagi kebutuhan baru yang diperoleh dari tambahan wawancara.
Tabel 4.2 Tabel Matriks Seleksi Pelanggan
Pengguna utama Pengguna Pemasok atau penjual Pusat perbelanjaan Jarang menggunakan 5 5 5 5 Sering menggunakan 15 10 10 Sangat sering menggunakan 20 15 10
82
Berikut adalah contoh dari bentuk kusioner pertama untuk menginterpretasikan kebutuhan pelanggan.
Pengumpulan data dengan wawancara bertujuan untuk mendapatkan ekspresi yang jujur tentang kebutuhan, interaksi dengan pelanggan bersifat verbal, pewawancara menanyakan beberapa pertanyaan dan pelanggan memberikan respon. Suatu tuntutan wawancara akan berguna untuk menstrukturkan dialog tersebut.
Berikut ini adalah contoh pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara dan salah satu hasil jawaban pada saat wawancara dari salah satu responden.
84
Kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang berupa data mentah yang diperoleh dari pelanggan. Proses perterjemahan hasil wawancara akan menimbulkan berbagai kebutuhan yang berbeda.
Tabel 4.4 Tabel Interpretasi Kebutuhan Pelanggan No. Pernyataan Kebutuhan
1 Keamanan 2 Kenyamanan 3 Desain menarik 4 Sirkulasi udara 5 Bahan berkualitas
6 Kaca tidak menggangu pandangan 7 Ukuran yang sesuai
8 Ringan
9 Tidak mudah kotor 10 Tahan lama 11 Optional fitur 12 Harga terjangkau 13 Mudah dibersihkan 14 Melindungi wajah 15 Tali penahan
Dari 15 kebutuhan yang sudah diterjemahkan, maka tahap selanjutnya yaitu menentukan bobot kepentingan dari setiap kebutuhan dengan jalan melakukan survey ke-2.
Survey pelanggan dilakukan dengan menyebarkan kuisioner yang berisi ke-19 variabel di atas, dan memberikan kolom bobot kepentingan dengan skala 1 s/d 5 untuk diisi.
Dengan arti satu “sangat tidak penting” dan lima “sangat penting”. Survey ke-2 ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :
1. Penentuan jumlah sampel.
Dengan asumsi-asumsi di bawah ini, akan dilakukan penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus untuk mencari nilai n atau jumlah responden yang besarnya juga sama dengan kuisioner yang akan diedarkan.
- Proporsi pasar (p) = 40 %, jumlah ini dianggap cukup karena produk ini sering digunakan oleh pengendara sepeda motor, sehingga memungkinan besar bisa memasuki 40% dari pasar pengguna helm. - Tingkat kepercayaan = 95% karena tingkat kepercayaan pada level ini
dianggap tidak terlalu besar ataupun tidak terlalu kecil.
- Dari tingkat Kepercayaan 95% didapatkan nilai Z = 1,96 dari tabel Z. - Margin of error (e) = 5 %, nilai error yang diijinkan hanya 5%
sehingga data yang didapatkan nantinya tidak menyimpang terlalu jauh dari nilai tengah rata-ratanya.
Dengan asumsi dan nilai-nilai di atas, maka dapat ditentukan jumlah sampel untuk survey ke-2 dengan rumus :
86
2 2 1 e p p n
2 2 05 , 0 6 , 0 1 6 , 0 96 , 1 n 79 . 368 n ≈ 370Didapatkan bahwa jumlah responden untuk menentukan bobot kepentingan relatif setiap kebutuhan adalah dengan 370 responden.
2. Melakukan survey
Survey dilakukan dengan menyebar 370 kuisioner kepada 370 responden yang seluruhnya merupakan pengguna helm. Hal yang dipertanyakan adalah 15 variable kebutuhan-kebutuhan yang diperoleh dari hasil interpretasi kebutuhan pada kuisioner pertama. Contoh kuisioner untuk survey ke-2 ini adalah :
88
3. Pengolahan dan pengujian data
Setelah dilakukan survey sebanyak 370 respoden, maka data dapat diinput ke dalam tabel untuk dihitung jumlah rata-rata bobot yang diberikan untuk setiap variable. Rekapitulasi dari hasil survey mengenai bobot kepentingan dapat dilihat pada lampiran. Hasil perhitungan rata-rata bobot untuk ke-12 variable disimpulkan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.5 Kebutuhan Pelanggan Disertai Bobot Kepentingan No. Pernyataan Kebutuhan Kepentingan
1 Keamanan 5
2 Kenyamanan 5
3 Desain menarik 4
4 Sirkulasi udara 5
5 Bahan berkualitas 4
6 Kaca tidak menggangu pandangan 5
7 Ukuran yang sesuai 4
8 Ringan 4
9 Tidak mudah kotor 4
10 Tahan lama 4 11 Optional fitur 4 12 Harga terjangkau 4 13 Mudah dibersihkan 4 14 Melindungi wajah 4 15 Tali penahan 4
Hasil di atas perlu diuji terlebih dahulu validitas datanya dengan menggunakan uji signifikansi antara satu variabel dengan total bobot keseluruhan variabel, yaitu analisis butir. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Uji yang dilakukan yaitu uji korelasi Pearson dengan rumus sebagai berikut:
N
SxSy y y x x r 1
Dimana : r = Koefisien Korelasi Pearson y = Jumlah bobot total tiap kolom x = Jumlah bobot total tiap baris N = Banyaknya responden
Hasil perhitungan dari setiap kebutuhan dapat dilihat pada lampiran. Berikut adalah hasil koefisien korelasi pearson untuk setiap variable :
Tabel 4.6 Hasil Validitas
Variable ke - Koefisien korelasi (r) Keterangan
1 0.73 Valid 2 0.69 Valid 3 0.60 Valid 4 0.76 Valid 5 0.76 Valid 6 0.75 Valid 7 0.75 Valid 8 0.75 Valid 9 0.54 Valid 10 0.74 Valid 11 0.49 Valid 12 0.72 Valid 13 0.73 Valid 14 0.70 Valid 15 0.65 Valid
90
Karena nilai r untuk tiap variabel berada pada interval 0,3< r < 1, maka data yang didapatkan dianggap valid untuk semua variabel. Dan dapat dipakai untuk diteruskan ke tahap selanjutnya yaitu spesifikasi produk.
Setelah pengujian validitasnya, maka perlu diuji reliabilitas data-data yang diperoleh dari hasil kuisoner. Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Pengujian reliabilitas menggunakan teknik belah dua (split half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown. Variable-variable dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok variable genap dan kelompok variable ganjil (dilihat di lampiran).
2 2
2
2
Y Y N X X N Y X XY N rb = 0.82 82 . 0 1 ) 82 . 0 ( 2 1 ) ( 2 b b i r r r = 0.90Karena ri> rb, maka data-data yang diperoleh dari kuisioner ini adalah reliabel dan data-data yang diperoleh pada kuisioner ini dapat dipercaya kebenarannya.
4.2 Pengolahan Data
Dari data-data yang diperoleh dari penyebaran kuisioner dan perbandingan kompetitor, maka dapat dilanjutkan dalam pengolahan data. Pengolahan data merupakan proses-proses yang dilakukan dalam membuat produk helm ini hingga analisis ekonominya.
4.2.1 Spesifikasi Produk Helm
Metrik yang baik adalah yang merefleksikan secara langsung kebutuhan pelanggan menjadi sekumpulan nilai speksifikasi yang tepat dan terukur dapat dilakukan, dan upaya memenuhi speksifikasi dengan sendirinya akan menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan pelanggan yang terkait.
Derajat kepentingan metrik diturunkan dari derajat kepentingan kebutuhan yang direfleksikannya. Untuk kasus dimana metrik dipetakan secara langsung dari satu kebutuhan, derajat kepentingan kebutuhan otomatis menjadi derajat kepentingan metriks. Untuk kasus dimana metrik mereflesikan lebih dari satu kebutuhan, derajat kepentingan metrik ditentukan dengan mempertimbangkan derajat kepentingan kebutuhan yang berkaitan dan sifat dasar hubungannya.
92
Tabel 4.7 Daftar Metrik Kebutuhan No
Metrik
Kebutuhan Metrik Kepentingan Satuan
1 1,10 Menahan beban 5 Nm
2 1,10 Kekuatan benturan 5 N
3 8 Berat helm 4 gr
4 7 Dimensi helm 4 mm
5 2,7 Ketebalan busa 5 mm
6 4,11 Energi pada baterai 5 Volt
7 4,11 Energi pada kipas 5 Volt
8 3 Menanamkan kebanggaan 4 Subj.
9 6,7,14 Ukuran kaca helm 5 mm
10 7,14 Ukuran penahan silau 4 mm
11 12 Biaya produksi 4 $
12 4,7,11 Ukuran kipas 5 mm
13 7,11 Jenis kipas 4 List
14 11 Jenis baterai recharge 4 List
15 5,9,10,13 Bahan helm 4 List
16 5,9,10,13 Bahan busa 4 List
17 1,15 Menahan gaya angin 5 N
Pada matrik kebutuhan diatas dapat terlihat hubungan-hubungan antara kebutuhan yang satu dengan yang lain. Ada yang saling berhubungan, ada pula yang tidak berhubungan. Untuk dapat lebih jelas, Hubungan tersebut dapat dilihat pada matriks-metrik kebutuhan berikut.
Gambar 4.5 Metrik-metrik Kebutuhan Helm
Ketika tim memulai proses pengembangan produk dengan beberapa ide tentang bagaimana produk bersaing di pasaran, target speksifikasi merupakan bahasa yang digunakan tim untuk berdiskusi dan menentukan posisi produknya dibandingkan produk yang ada, baik produk yang dimiliki perusahaan sendiri maupun produk pesaing. Data-data pesaing yang digunakan adalah Shoei Helmet dan Arai Helmet. Perbandingan dilakukan pada masing-masing kelebihan dan kekurangan.
Dalam pengisian hubungan antara customer requirements dengan product technical requirements (PTR) diisi dengan hubungan matrik 9 (hubungan kuat), 3 (hubungan sedang), dan 1 (hubungan lemah). Customer rate (CI) diperoleh dari bobot kepentingan pada tabel 4.5. Pengisian bobot kepentingan pada perusahaan dan kompetitor-kompetitor yang lainnya. Pengisian menggunakan skala 1-5. Semakin besar skalanya semakin kuat fungsi yang ada pada produk perusahaan tersebut. Karena dalam hal ini berupa penelitian maka tidak adanya kolom bobot kepentingan pada perusahaan. Sehingga Improvement Ratio menjadi sama dengan Quality Plan. Quality plan diisi dengan melihat analisa perbandingan kompetitor-kompetitor dengan perusahaan.
Sales Point (SP) diisikan pada tiap kebutuhan dengan ranting 1.0, 1.2, dan 1.5. Point-point ini menandakan 1.5 adalah point tertinggi untuk tingkat penjualannya dan 1.0 adalah point terendah untuk tingkat penjualannya. Rumus Customer Score :
CI*RI*SP
Dimana : CI = Customer rate of importance.
RI = Rate of improvement.
SP = Sales point.
Sedangkan rumus customer score percent :
% 100 x Score Customer Total Score Customer
96
Rumus Absolute Importance untuk masing-masing engineering characteristic adalah :
) *
(Re
lationshipij Customerscoreji = Engineering Characteristic
j = Customer Requirement
Rumus Relative Importance untuk masing-masing engineering characteristic adalah : % 100 tan Im tan Im x ce por Absolute Total ce por Absolute
Untuk pengisisan unit of measure berdasarkan pada tabel metrik kebutuhan. Dan pengisian pada baris berikutnya, berdasarkan kompetitor masing-masing perusahaan. Berdasarkan hasil relative importance, maka characteristic yang perlu diperhatikan dimulai dari yang memiliki nilai relative importance yang terbesar. Hasil akhir yang diperoleh adalah target value pada masing-masing engineering characteristic. Dan target value ini dipakai untuk membuat spesifikasi akhir.
Tabel 4.8 Spesifikasi Akhir Helm
No
Metrik Metrik Satuan Nilai
1 Menahan beban Nm 100
2 Kekuatan benturan N 250
3 Berat helm gr 1500
4 Dimensi helm mm Many
5 Ketebalan busa mm 35
6 Energi pada baterai Volt 12
7 Energi pada kipas Volt 12
8 Menanamkan kebanggaan Subj.
-9 Ukuran kaca helm mm 165
10 Ukuran penahan silau mm 185
11 Biaya produksi US$ 33.3
12 Ukuran kipas mm 55
13 Jenis kipas List DC
14 Jenis baterai recharge List Li-ion
15 Bahan helm List ABS
16 Bahan busa List PS
17 Menahan gaya angin N 85
Dari hasil spesifikasi akhir ini maka nilai-nilai dari target value dipakai untuk proses selanjutnya, yaitu proses konsep pengembangan produk.
98
4.2.2 Penyusunan Konsep Helm
Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip kerja, dan bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Sebuah konsep biasanya diekspresikan sebagai sebuah sketsa atau sebagai sebuah model 3 dimensi secara garis besar dan seringkali disertai oleh sebuah uraian gambar.
Perusahaan-perusahaan yang menjadi perbandingan untuk produk helm ini adalah Shoei Helmet dan Arai Helmet. Tabel dibawah ini menyajikan mengenai kelemahan dan kelebihan dari masing-masing perusahaan.
Tabel 4.9 Benchmarking Helm Nama
Perusahaan
Contoh Produk Kelemahan Kelebihan
Shoei Helmet Tidak ada sirkulasi udara bergerak Kaca berembun pada saat hujan deras Kepala panas ketika melewati kemacetan Model bervariasai Tahan bentur Tahan gores Arai Helmet Sirkulasi udara bergerak saat pengendara melaju Berat Model menarik Nyaman
Tabel kombinasi konsep menyediakan sebuah cara untuk mempertimbangkan kombinasi solusi secara sistematis. Solusi untuk keseluruhan masalah diperoleh dengan mengkombinasikan satu penggalan dari tiap kolom. Memilih sebuah kombinasi dari penggalan tidak lantas secara spontan membawa kita pada penyelesaian keseluruhan masalah. Kombinasi dari penggalan biasanya harus dikembangkan dan disaring sebelum timbul suatu penyelesaian yang terintegrasi.
Pengkombinasian untuk tabel kombinasi konsep dibagi menjadi 3 bagian yaitu posisi charge, posisi kipas, dan jenis baterai. Berikut adalah tabel kombinasi yang didapat dari pembagian ketiga kelompok tersebut.
Tabel 4.10 Tabel Kombinasi Konsep Helm
Dari kriteria-kriteria yang terdapat pada tabel kombinasi, maka dapat diperoleh 3 buah konsep yang memungkinkan untuk dapat dikembangkan.
100
Tabel 4.11 Tabel Kombinasi Konsep 1
Tabel 4.12 Tabel Kombinasi Konsep 2
102
Tabel 4.13 Tabel Kombinasi Konsep 3
4.2.3 Seleksi Konsep Helm
Seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan dan kriteria lain, membandingkan kekuatan dan kelemahan relatif dari konsep, dan memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan pengembangan selanjutnya.
Metode seleksi konsep pada proses ini didasarkan pada penggunaan matriks keputusan untuk mengevaluasi masing-masing konsep dengan mempertimbangkan serangkaian kriteria seleksi. Pengambilan keputusan dalam penyaringan dan penilaian konsep berdasarkan keputusan bersama di dalam team work.
4.2.3.1 Penyaringan Konsep
Dengan metode ini responden menilai dengan cara kode yang sederhana yaitu tanda plus (+) untuk “lebih baik”, tanda nol (0) untuk “sama dengan”, dan tanda minus (-) untuk “kurang baik”. Artinya untuk setiap kriteria seleksi yang ditanyakan, responden memberi tanda (+) bila konsep tersebut dinilai lebih baik dari konsep yang lainnya, tanda (0) bila konsep tersebut tidak berbeda dengan konsep yang lainnya dan tanda (-) jika konsep tersebut kurang dari konsep yang lainnya dalam hal kriteria tersebut. Konsep referensi yang digunakan dalam penyaringan konsep ini adalah Shoei Helmet. Hal ini dikarenakan kualitas yang dihasilkan Shoei Helmet cukup tinggi.
104
Tabel 4.14 Matrik Seleksi Penyaringan Konsep
Kriteria seleksi Konsep
1 2 3
Penempatan posisi - 0 +
Kemudahan penggunaan - 0 0
Besarnya ukuran 0 0 0
Kemudahan dibuat 0 + +
Bahan yang digunakan 0 0 0
Mudah diperbaiki + - + Mudah dibawa 0 0 0 Jumlah + 1 1 3 Jumlah 0 3 4 3 Jumlah - 2 1 0 Nilai akhir -1 0 3 Peringkat 3 2 1 lanjutkan ? Tidak Ya Ya
Dari hasil penyaringan Konsep didapatkan bahwa konsep ke-3 mendapat peringkat pertama, disusul dengan konsep yang ke-2 dan terakhir konsep yang ke-1. karena nilai bobot yang diberikan lebih banyak bernilai negatif, maka diputuskan untuk tidak meneruskan pengembangan dan pengujian konsep ke-1 ke tahap selanjutnya. Berarti yang diteruskan ke seleksi penilaian konsep hanya konsep yang ke-2 dan ke-3.
4.2.3.2 Penilaian Konsep
Tahapan selanjutnya pada seleksi konsep adalah dengan menggunakan matriks penilaian konsep, dengan cara menambahkan bobot kepentingan ke dalam matriks. Pada penilaian konsep diadakan
analisis yang lebih terperinci, serta mengevalusi kuantitatif yang lebih terhadap konsep yang tersisa dengan menggunakan matriks penilaian sebagai pedoman.
Dalam menilai konsep, maka tiap kriteria seleksi diberi beban terlebih dahulu secara subjektif dengan persentase tertentu untuk tiap kriteria. Selanjutnya responden hanya memberikan bobot dengan skala interval 1 s/d 5 yang berarti bobot 1 untuk “ sangat kurang dibandingkan referensi”, bobot 2 untuk “buruk dibandingkan referensi”, bobot 3 untuk “sama dengan referensi”, bobot 4 untuk “lebih baik dari referensi”, dan bobot 5 untuk “sangat lebih baik dari referensi”.
Tabel 4.15 Matriks Seleksi Penilaian Konsep Konsep
2 3
Kriteria Seleksi Bobot Rating Nilai
beban Rating Nilai beban Penempatan posisi 10% 3 0.3 4 0.4 Kemudahan penggunaan 25% 3 0.75 3 0.75 Besarnya ukuran 20% 3 0.6 3 0.6 Kemudahan dibuat 15% 4 0.6 4 0.6
Bahan yang digunakan 10% 3 0.2 4 0.4
Mudah diperbaiki 15% 2 0.3 5 0.75
Mudah dibawa 5% 2 0.1 3 0.15
Total nilai 2.95 3.65
Peringkat 2 1
106
Hasil dari penilaian konsep yang kedua dan ketiga memiliki perbedaan yang cukup besar. Sehingga hanya konsep 3 saja yang dapat dilanjutkan pada proses pengujian konsep.
4.2.4 Pengujian Konsep Helm
Melakukan pengujian konsep merupakan tahap terakhir yang memerlukan survei terhadap pelanggan, pengujian konsep bertujuan untuk mengetahui seberapa besar minat para pelanggan untuk membeli produk helm ini bila nantinya beredar di pasaran.
Pengujian konsep dilakukan setelah seleksi konsep karena tidak memungkinkan untuk menyodorkan banyak konsep ke pelanggan potensial untuk diuji, sehingga konsep-konsep alternatif harus dipersempit terlebih dahulu menjadi satu atau dua konsep untuk diuji. Pengujian konsep berbeda, karena aktivitas ini menitikberatkan pada pengumpulan data langsung dari pelanggaan potensial dan hanya melibatkan sedikit penilaian dari tim pengembang.
Pengujian konsep dilakukan dengan melakukan survey kepada pemakai helm. Survey dilakukan dengan face to face interaction. Jumlah kuisioner yang disebarkan adalah sebanyak 100 responden. Jumlah ini dianggap sudah cukup mengingat sudah banyaknya survey yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Konsep yang diuji memang sudah mewakili kebutuhan yang sudah teridentifikasi, tetapi perlu diuji untuk mengetahui minat pelanggan
untuk membeli. Berikut adalah bentuk kuisioner terakhir untuk pengujian konsep helm dengan sistem sirkulasi udara.
108
Hasil yang diperoleh dari 100 respoden adalah sebagai berikut : Tabel 4.16 Rekapitulasi Kusioner Pengujian Konsep
Pilihan Jumlah
responden
Pembobotan
jabatan Nilai
Pasti tidak membeli 13 1 13
Mungkin tidak membeli 15 2 30
Mungkin atau tidak membeli 34 3 102
Mungkin membeli 28 4 112
Pasti membeli 10 5 50
Total 307
Nilai tengah (mean) 3.07
Rata-rata yang diperoleh dari 100 responden adalah 3.07. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa lebih dari 50% respoden memilih pada pilihan “mungkin atau tidak membeli” atau lebih. Hal ini menandakan bahwa proporsi pasar yang menjadi target, yaitu 40% telah tercapai dengan adanya pembuktian pengujian konsep ini. Sehingga dalam hal ini, maka konsep ketiga ini dapat dilanjutkan dalam proses selanjutnya, yaitu arsitektur produk.
4.2.5 Arsitektur Produk Helm
Dalam menetapkan arsitektur produk konsep yang ke-3 ini sangat diperlukan pemahaman mengenai kondisi dan fungsi produk. Karena itu diperlukan adanya penjelasan mengenai elemen fisik dan fungsional dari helm. Fungsi-fungsi komponen secara garis besar dapat digambarkan dengan skema produk seperti di bawah ini.
Gambar 4.11 Skema Produk Helm
Langkah kedua dalam menetapkan arsitektur produk adalah mengelompokkan elemen pada skema. Mengelompokkan elemen-elemen pada skema yaitu menugaskan setiap elemen-elemen yang terdapat pada skema menjadi chunk. Alternatif pada satu sisi mungkin sesuatu yang ekstrim. Pada sisi ekstrim lainnya, tim dapat saja memutuskan bahwa produk hanya mempunyai satu chunk utama dan kemudian berusaha untuk mengintegrasikan semua elemen produk secara fisik. Kenyataannya, mempertimbangkan semua kemungkinan pengelompokkan elemen akan menghasilkan banyak alternatif. Salah satu prosedur untuk mengatur kompleksitas alternatif adalah dengan mengasumsikan bahwa setiap elemen
110
pada skema akan ditugaskan terhadap satu chunk tersendiri. Kemudian secara bertahap dilakukan pengelompokkan jika memungkinkan.
Gambar 4.12 Kelompok Elemen pada Chunk
4.2.6 Desain Industri Helm
Dalam penyusunan desain industri untuk helm ini, perlu diperhitungkan biaya untuk desain industri. Biaya desain industri ini bermanfaat untuk investasi. Berikut adalah perhitungan biaya industri dari helm.
Tabel 4.17 Biaya Desain Industri Helm
Nama Biaya Keterangan Jumlah (Rp)
Biaya Langsung Biaya Konsultan
Biaya Tim Pengembang Biaya Material 50.000.000 25.000.000 3.000.000 Biaya Manufaktur Biaya Finishing 4.000.000
Biaya Waktu Biaya tak terduga 10.000.000
Total 92.000.000
Setelah perhitungan biaya desain industri diperlukan penentuan tingkat kepentingan desain industri untuk helm ini. Berikut ini merupakan tabel tingkat kepentingan desain industri untuk helm yang berdasarkan pada dimensi dan kebutuhan ergonomik :
Tabel 4.18 Tingkat Kepentingan DI Helm Kebutuhan Ergonomik Kebutuhan
Ergonomik
Level Kepentingan Penjelasan Peringkat Kemudahan
pemakaian
Rendah Sedang Tinggi Produk ini digunakan oleh para pengendara sepeda motor. Produk ini penggunaannya sangat mudah.
Kemudahan perawatan
Rendah Sedang Tinggi Helm ini tidak mudah kotor, karena bahannya.
Kuantitas interaksi pemakai
Rendah Sedang Tinggi Terdapat beberapa interaksi pada produk helm ini, seperti pengaturan sirkulasi udara. Pembaruan
interaksi pemakai
Rendah Sedang Tinggi Pembaharuan interaksi pemakai pada system sirkulasi udara bergerak dengan menggunakan kipas dan baterai recharge.
Keamanan Rendah Sedang Tinggi Produk helm ini tahan bentur dan aman digunakan.
112
Berikut ini merupakan tabel tingkat kepentingan desain industri untuk helm yang berdasarkan pada dimensi dan kebutuhan estetis :
Tabel 4.19 Tingkat Kepentingan DI Helm Kebutuhan Estetis Kebutuhan
Estetis
Level Kepentingan Penjelasan Peringkat Diferensiasi
produk
Rendah Sedang Tinggi Produk ini memiliki daya tarik estetis tersendiri. Dengan adanya pengembangan fungsi, maka produk ini memiliki perbedaan dibandingkan produk yang telah ada.
Gengsi kepemilikan, mode, atau kesan
Rendah Sedang Tinggi Helm ini didesain dengan menarik dan corak yang unik. Sehingga pengguna helm ini memiliki kepuasan tersendiri. Motivasi Tim Rendah Sedang Tinggi Produk helm ini didesain
sesuai dengan kebutuhan pelanggan, sehingga dapat membuat tim untuk terus berusaha maju untuk menghasilkan inovasi yang maju.
Dengan adanya kebutuhan ergonomik dan kebutuhan estetis ini, maka dapat dibuatlah model dari pengembangan produk helm ini.
Pemberian dimensi pada helm ini berdasarkan 3 proyeksi. Yaitu proyeksi tampak depan, samping, dan atas. Melalui 3 proyeksi ini sudah menunjukkan bentuk dari helm itu sendiri.
114
Penilaian kualitas DI untuk produk yang sudah jadi adalah tugas subjektif yang sudah melekat. Namun kita dapat menentukan secara kualitatif apakah DI mengerjakan tujuannya dengan menimbang setiap aspek dari produk yang dipengaruhi oleh DI. Berikut ini merupakan tabel penilaian dari peranan DI di helm.
Tabel 4.20 Penilaian DI pada Helm Kategori
Penilaian
Level Kepentingan Penjelasan Peringkat 1.Kualitas dari
antarmuka pengguna
Secara Umum helm ini mudah digunakan Dimana pada helm ini terdapat sistem sirkulasi udara bergerak. Selain itu pula bahan yang berkualitas. 2.Daya tarik
emosional
Helm ini memiliki ukuran yang pas dan penampilan yang elegan. 3.Kemampuan untuk memelihara dan memperbaiki produk
Pemeliharaan pada produk ini cukup mudah. kita hanya cukup bersihkan dengan kain lap jika berdebu. Dan tenaga yang diperoleh dari baterai charge.
4.Penggunaan yang tepat dari sumber
Bahan yang digunakan menggunakan bahan yang ramah lingkungan.
5.Diferensiasi produk
Penampilan helm ini modern, dengan adanya item tambahan tentunya akan membuat berbeda.
4.2.6 Design For Manufacturing (DFM) Helm
Pada tahapan DFM ini akan dibuat perhitungan biaya komponen dengan bersumber dari data-data yang ada pada Bill of Material (BOM), Struktur Produk dan Assembly Chart (AC). Yang berguna dalam hal memberikan informasi mengenai jumlah komponen yang dibutuhkan, tahapan proses yang perlu dilaksanakan dalam pembuatan maupun perakitan, serta waktu perakitan untuk mencari biaya perakitan yang nantinya dikalikan dengan jam kerja dan Upah tenaga kerja.
Proses produksi dari pembuatan helm ini secara garis besar terdiri dari empat langkah, yaitu :
1. Forming Process
Gambar 4.14 Cetakan Helm
Pada proses ini, bahan baku plastic yang menggunakan ABS dicetak dengan menggunakan mesin injektion plastic, lama pengerjaan sekitar 20 detik. Bentuk dan ukuran disesuaikan dengan yang diinginkan, hal ini
116
diwakili dengan bentuk moulding yang dibuat. Pencetakkan dilakukan hanya pada komponen batok helm.
2. Finishing process
Gambar 4.15 Finishing Process Helm
Pada bagian proses ini, hasil dari forming process dibersihkan dari scrap yang terjadi. Finishing process menggunakan alat pembersih seperti robot laser dan mesin pemotong otomatis, bentuk alat yang dimaksud dapat dilihat pada gambar diatas. Pengerjaan ini memerlukan waktu sekitar 2 menit.
3. Painting process
Gambar 4.16 Pewarnaan Helm
Proses pengecatan menggunakan spray gun supaya didapat warna yang merata pada setiap bagian helm dan hasil pengecatan yang berkualitas.
Pengerjaan dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja, lama pengerjaan sekitar 5 menit.
4. Assembly
Gambar 4.17 Perakitan Helm
Pada proses akhir, pengerjaan perakitan dilakukan dengan tenaga kerja manusia yang memperhatikan kualitas perakitan dan tidak merusak hasil pengecatan. Pengerjaan ini memerlukan waktu sekitar 5 menit.
Proses produksi pembuatan helm ini tergolong sedikit. Dan komponen yang dibuat di pabrik hanyalah batok helm saja. Sedangkan komponen yang lainnya dipesan dari supplier.
Lokasi pabrik yang dipilih adalah Tangerang. Hal ini berdasarkan berbagai faktor berikut:
1. Bahan Baku
Bahan baku utama yang dipakai untuk membuat helm ini adalah ABS. Sehingga lebih dekat pada daerah industri maka lebih mudah untuk memperolehnya. Demikian pula dengan bahan yang lainnya lebih mudah
118
didapatkan bila berada di lokasi ini. Kemudahan memperoleh bahan baku membuat biaya bahan baku dan transportasi lebih murah.
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja untuk membuat helm ini tidak terlalu membutuhkan tenaga kerja yang terampil. Sehingga lebih banyak didapatkan di daerah pinggiran kota, seperti Tangerang.
3. Sumber Energi
Energi yang diperlukan cukup besar untuk dapat menjalankan mesin-mesindalam pembuatan helm ini, seperti mesin cetak. Dan pada daerah Tangerang suplay energy sudah cukup besar meski tidak sebesar di kota. 4. Limbah
Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat yang dihasilkan berupa scrap plastik. Scrap ini dapat didaur ulang kembali sehingga tidak membuat pencemaran lingkungan. Sedangkan limbah cair yang dihasilkan berupa air dari cooler mesin, oli pelumas mesin yang diganti secara berkala, dan sisa cat pada proses pewarnaan. Limbah cair berupa air tidak berbahaya karena hanya mengandung zat besi yang didapat dari korosi mesin yang dapat didaur ulang oleh alam sehingga dapat dibuang langsung, sedangkan limbah dari oli pelumas bekas pakai dan sisa cat tidak dibuang langsung karena ditampung untuk diproses kembali.
5. Market Location
Pasar yang dituju dari pembuatan helm ini adalah pengguna sepeda motor. Pengguna sepeda motor yang ada di Indonesia banyak terdapat di Jakarta karena Jakarta merupakan pusat ibukota. Dan daerah Tangerang cukup dekat dengan Jakarta sehingga tidak terlalu banyak menghabiskan biaya transportasi.
Karena setiap komponen pada bagian helm masih terpisah-pisah satu dengan yang lain,maka diperlukan Assembly Chart untuk memberikan keterangan menggenai perakitan totalnya hingga menjadi produk jadi yaitu helm dengan system sirkulasi udara bergerak. Adapun perakitan secara keseluruhan dilakukan secara.
Struktur produk diberikan guna untuk mengetahui hirarki pada pembentukan produk akhir. Dari struktur produk ini dapat dibuat Bill of Material (BOM) helmnya. Fungsi dari BOM ini adalah untuk melihat jumlah komponen dan material yang dibutuhkan untuk membuat 1 unit helm sesuai yang sudah dirancang pada tahap sebelumnya.
Berikut adalah Assembly Chart (AC), struktur produk, dan Bill of Material (BOM) untuk helm dengan system sirkulasi udara bergerak.
120
122
Tabel 4.21 Bill Of Material Helm
N
O Level Description Code quantity
BOM UO M 1 1 Assembly 5 A5 1 Each 2 .2 Assembly 4 A4 1 Each 3 ..3 Assembly 3 A3 1 Each 4 …4 Assembly 2 A2 1 Each 5 ….5 Assembly 1 A1 1 Each
6 …..6 Sub Assembly 1 SA1 1 Each
7 ……7 Sub Sub Assembly 1 SSA1 1 Each
8 …….8 Baterai BT 1 Each
9 …….8 Kipas Penggerak KP 1 Each
10 ……7 Colokan Charge CC 1 Each
11 …..6 Busa Kepala BK 1 Each
12 ….5 Batok Helm BH 1 Each
13 …4 Busa Kuping BKP 1 Each
14 ..3 Sub Assembly 4 SA4 1 Each
15 …4 Tali Penahan TP 1 Each
16 …4 Klip Tali Penahan KTP 1 Each
17 .2 Penahan Silau PS 1 Each
18 1 Kaca Helm KH 1 Each
Dari hasil-hasil AC, SP, dan BOM, maka dapat diperkirakan biaya-biaya baik biaya tetap maupun biaya variable.
Biaya yang diperhitungkan merupakan biaya produksi sesuai dengan kapasitas produksi / bulan yaitu 4250 unit/bulan. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa pengerjaan satu produk rata-rata memerlukan waktu 1040 detik. Pekerja yang digunakan dalam membuat helm ini secara langsung adalah 10 pekerja. Sehingga, dalam satu hari, satu pekerja dapat menghasilkan 17 unit. Jam kerja sehari adalah 8 jam. Dan hari kerja per bulan adalah 25 hari.
Biaya manufaktur terdiri dari biaya komponen, biaya perakitan, dan biaya overhead. Biaya komponen sendiri terdiri dari biaya komponen standard dan biaya komponen pesanan.
Biaya komponen standard disini yang dimaksud adalah komponen-komponen yang merupakan komponen-komponen yang dipesan pada supplier dalam mendukung pembuatan helm ini. Sedangkan biaya komponen pesanan adalah biaya bahan baku dan bahan lainnya yang mendukung produksi helm ini.
Tabel 4.22 Tabel Biaya Komponen Pesanan
No Komponen
Harga (Rp)
Satuan
per Penggunaan Total (Rp)
1 Plastik ABS 18,500.00 1 Kg 1 18,500.00
2 Thinner 10,000.00 1 L 0.01 100.00
3 Timah 300.00 1 m 0.02 6.00
4 Kabel 500.00 1 m 0.4 200.00
5 Cat Warna 38,000.00 1 Kg 0.02 760.00
Total biaya komponen pesanan per unit 19,566.00
x 4250 unit Total biaya komponen pesanan/bulan 83,155,500.00
124
Tabel 4.23 Tabel Biaya Komponen Standard
No Komponen
Harga (Rp)
Satuan
per Penggunaan Total (Rp)
1 Baterai 10000 buah 1 10,000.00
2 Kipas 25000 buah 1 25,000.00
3 Busa Kepala 15000 buah 1 15,000.00
4 Busa Kuping 5000 buah 1 5,000.00
5 Colokan 1000 buah 1 1,000.00
6 Kaca Helm 10000 buah 1 10,000.00
7 Penahan Silau 4000 buah 1 4,000.00
8 Tali Penahan 2000 buah 1 2,000.00
9 Klip Tali Penahan 3000 buah 1 3,000.00
10 Pasak 600 lusin 0.17 100.00
11 Baut 1000 lusin 0.50 500.00
Total biaya komponen pesanan per unit 75,600.00
x
Total biaya komponen pesanan/bulan 321,300,000.00
Sedangkan biaya perakitan diperoleh dari hasil penanganan pada setiap komponen. Biaya tenaga kerja berdasarkan ketentuan UMR yang berlaku di Tangerang, yaitu sebesar Rp 1.000.000,00 / bulan. Berikut adalah biaya perakitan pada produk helm.
Tabel 4.24 Biaya Perakitan Helm Komponen Waktu Penangganan (detik) Waktu perakitan (detik) Waktu Total (detik) Harga/dtk (Rp) Total Harga Batok Helm 440 30 470 2 940.00 Kaca Helm 0 30 30 2 60.00 Penahan Silau 0 30 30 2 60.00 Busa Kepala 0 30 30 2 60.00 Busa Kuping 0 30 30 2 60.00 Tali Penahan 0 30 30 2 60.00
Klip Tali Penahan 0 30 30 2 60.00
Colakan Charge 0 30 30 2 60.00 Kipas 0 30 30 2 60.00 Baterai 0 30 30 2 60.00 Total 1,480.00 x kuantitas 4,250.00 Biaya Rakit 6,290,000.00
Biaya tenaga kerja / detik =
= dtk hari ja Jam bulan ja hari bulan UMR 3600 * / ker * / ker / = 3600 * 8 * 25 000 . 000 . 1 = 1.39 ≈ Rp 2,00/detik
Pada waktu penanganan hanya pada komponen batok helm saja yang memiliki waktu pembuatannya. Sedangkan komponen yang lainnya semuanya dibuat diluar perusahaan dan dipesan pada suplier yang menyediakannya. Waktu yang diperlukan untuk setiap operasi perakitan adalah sebesar 30 detik. Waktu ini berdasarkan waktu total perakitan dan dibagi berdasarkan jumlah
126
komponen. Sehingga 5 menit dibagi dengan 10 komponen, menghasilkan 0.5 menit yang besarnya sama dengan 30 detik. Kebanyakan perusahaan menentukan biaya overhead dengan menggunakan tarif overhead (overhead rates) juga dinamakan tarif pembebanan (burden rates). Tarif overhead digunakan satu atau dua dasar biaya (cost drivers). Biaya overhead terdiri dari biaya pendukung, biaya listrik, biaya air, dan biaya tenaga kerja tak langsung. Biaya pendukung dapat berupa jam operasi mesin, peralatan, dll. Sedangkan biaya listrik dan biaya air merupakan penggunaan listrik untuk menghasilkan kapasitas prosuksi selama 1 bulan. Penentuan harga listrik dan air berdasarkan mesin-mesin yang bekerja.
Tabel 4.25 Biaya Overhead Helm
No Overhead Biaya (Rp)
1 Biaya Pendukung 80,000,000.00
2 Biaya Listrik 3,000,000.00
3 Biaya Air 1,500,000.00
4 Tenaga Kerja Tak Langsung 75,000,000.00
Jumlah 159,500,000.00
Biaya manufaktur merupakan jumlah dari total biaya komponen, biaya perakitan, dan biaya overhead. Biaya manufaktur mengartikan berarti biaya yang dikeluarkan untuk dapat menghasilkan suatu produk baik secara langsung maupun tidak langsung. Berikut adalah biaya manufaktur untuk helm.
Tabel 4.26 Biaya Manufaktur Helm
Biaya Manufaktur
1 Biaya Komponen
Biaya Komponen Standard Rp 321,300,000.00 Biaya Komponen Pesanan Rp 83,155,500.00
Total Biaya Komponen Rp 404,455,500.00
2 Biaya Rakit Rp 6,290,000.00
3 Biaya Overhead Rp 159,500,000.00
Total Biaya Manufaktur Rp 570,245,500.00
Dari tiap jenis biaya kemudian dijumlahkan sehingga mendapatkan biaya manufaktur Rp 570,245,500.00 per bulan. Biaya tersebut masih dapat ditekan dengan meminimasi biaya dan waktu produksi.
Tabel 4.27 Pengurangan Biaya Komponen Pesanan
No Komponen
Harga (Rp)
Satuan
per Penggunaan Total (Rp)
1 Plastik ABS 18,500.00 1 Kg 0.75 13,875.00
2 Thinner 10,000.00 1 L 0.01 100.00
3 Timah 300.00 1 m 0.02 6.00
4 Kabel 500.00 1 m 0.25 125.00
5 Cat Warna 38,000.00 1 Kg 0.02 760.00
Total biaya komponen pesanan per unit 14,866.00
x 4250 unit Total biaya komponen pesanan/bulan 63,180,500.00
Dalam hal ini komponen standard tidak mengalami pengurangan. Hal ini dirasakan sudah cukup pas untuk pembuatan satu buah unit helm dan tidak
128
dapat mengalami pengurangan. Sedangkan pada biaya perakitan, mengalami pengurangan waktu pada masing-masing waktu perakitan sebesar 5 detik. Karena perakitan 30 detik terbilang terlalu besar untuk perakitan helm. Karena perakitan ini tidak memerlukan ketelitian yang tinggi.
Tabel 4.28 Pengurangan Biaya Perakitan Helm
Komponen Waktu Penanganan (detik) Waktu perakitan (detik) Waktu Total (detik) Harga/dtk (Rp) Total Harga Batok Helm 440 25 465 2 930.00 Kaca Helm 0 25 25 2 50.00 Penahan Silau 0 25 25 2 50.00 Busa Kepala 0 25 25 2 50.00 Busa Kuping 0 25 25 2 50.00 Tali Penahan 0 25 25 2 50.00
Klip Tali Penahan 0 25 25 2 50.00
Colakan Charge 0 25 25 2 50.00 Kipas 0 25 25 2 50.00 Baterai 0 25 25 2 50.00 Total 1,380.00 x kuantitas 4,250.00 Biaya Rakit 5,865,000.00
Pada biaya overhead terdapat pengurangan hanya pada biaya pendukung sebesar Rp 10,000,000.00. Hal ini berdasarkan penghematan energi yang dipakai pada mesin.
Tabel 4.29 Biaya Manufaktur Helm Setelah Penggurangan
Biaya Manufaktur
1 Biaya Komponen
Biaya Komponen Standard Rp 321,300,000.00 Biaya Komponen Pesanan Rp 63,180,500.00
Total Biaya Komponen Rp 384,480,500.00
2 Biaya Rakit Rp 5,865,000.00
3 Biaya Overhead Rp 149,500,000.00
Total Biaya Manufaktur Rp 539,845,500.00
Dari pengurangan biaya tersebut, tentu saja akan menyebabkan biaya manufaktur yang lebih murah. Sehingga terjadi pengurangan biaya manufaktur dari Rp 570,245,500.00 per bulan menjadi Rp 539,845,500.00 per bulan. Dari hasil yang diperoleh, maka biaya produksi per unit helm adalah :
= Rp 539,845,500.00 / 4250 unit = Rp 127,022.47 / unit
4.2.7 Prototype Helm
Prototype sebagai sebuah penaksiran produk melalui satu atau lebih dimensi yang menjadi perhatian. Dengan definisi ini, setiap wujud yang memperlihatkan sedikitnya satu aspek produk yang menarik bagi tim pengembangan dapat ditampilkan sebagai sebuah prototype. Definisi ini
130
menyimpang dari penggunaan umumnya, dimana mencakup bermacam bentuk prototype seperti penggambaran konsep, model matematika, dan bentuk fungsional yang lengkap sebelum dibuat dari suatu produk. Pembuatan prototype Helm ini menggunakan bentuk asli dari produk yang akan dibuat. Adapun prototype ini masih bentuk produk yang masih kasar dan masih merupakan perkiraan awal.
4.2.8 Analisis Ekonomi Helm
Tahapan terakhir dari proses pengembangan produk ini adalah memperkirakan gambaran prospek dari penjualan produk ini beberapa periode ke depan. Bila mengalami keuntungan, maka proses pengembangan dapat dilanjutkan atau sebaliknya. Dengan metode kuantitatif dilakukan perkiraan dalam menghitung biaya yang dibutuhkan dari mulai pengembangan, perakitan, pemasaran, sampai ke biaya produksi untuk nantinya dikumulatifkan dengan pendapatan penjualan menjadi aliran kas per periode (Cashflow). Untuk melihat apakah investasi ini menguntungkan atau tidak maka semua nilai cashflow tersebut dihitung dengan metode NPV (Net Present Value) dibawa ke periode awal tahun pertama.
Berikut adalah data-data yang diperlukan dalam menghitung cashflow dengan metode NPV :
Perhitungan dilakukan dengan periode 4 tahun, dimana dalam setahun dibagi menjadi 4 quartil (3 bulanan). Jadi total periode 16 quartil. Tujuan dari dibagi menjadi dalam kuartil agar bentuk tabel nantinya lebih ringkas dan sederhana.
Biaya pengembangan adalah sebesar Rp 92,000,000.00 (dilihat pada biaya desain industri). Biaya pengembangan ini dilakukan selama 6 bulan. Sehingga terdapat pada kuartal satu dan kuartal dua, masing-masing Rp 46,000,000.00.
Diasumsikan proyek ini masih bersifat industri kecil, biaya perakitan untuk 1 mesin cetak dan beberapa peralatan potong memerlukan biaya + Rp 356,000,000.00
Biaya pemasaran dan penunjang untuk daerah luar Jakarta diperkirakan Rp10,000,000.00 dengan acuan jasa pengiriman truk-truk besar.
Volume produksi per bulannya adalah 4250 unit, maka volume produksi per kuartalnya adalah 12750 unit.
Biaya produksi / unit = Rp 127,022.47 diambil dari perkiraan biaya pada DFM.
Harga penjualan per unit adalah Rp 250,000.00
Tingkat suku bunga pengembalian kredit adalah 0.93% per bulan, berdasarkan tingkat suku bunga di Bank Negara Indonesia.
132
Dari data-data diatas, maka dapat dibuatlah cashflow dengan metode NPV. Berikut adalah perhitungan cashflow dengan metode NPV.
133
Pemberian tanda negatif (-) menandakan perkiraan suatu biaya/beban yang dikeluarkan oleh perusahaan guna memproduksi produk helm.
Biaya Produksi diperoleh dari :
= Volume produksi * biaya produksi/unit Pendapatan Penjualan diperoleh dari :
= Volume penjualan * harga/unit Aliran kas per periode (C) diperoleh dari :
= Biaya pengembangan + Biaya perakitan + Biaya Pemasaran + Biaya produksi + Pendapatan penjualan. Nilai saat (Net Value) ini diperoleh dari :
= t r C ) 1 (
Dimana : C = Aliran kas per periode
r = Tingkat bunga per kuartal (2.79%) t = Period ke- (mulai dari 0)
Sedangkan nilai proyek saat ini (Net Present Value) diperoleh dari : = Total NV (Net Value)
= Rp 15,548,449,380.00
Dari hasil ini, maka dapat dikatakan perusahaan mengalami keuntungan yang cukup tinggi dalam rentang waktu 4 tahun. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengembangan produk helm ini layak untuk diteruskan
4.3 Analisa Data
4.3.1 Analisa Pernyataan Misi
Dari pernyataan misi, maka produk yang akan dikembangkan adalah helm. Adapun helm ini berfungsi sebagai pelindung kepala pada saat berkendaraan sepeda motor. Pemilihan produk helm ini dikarenakan tingginya tingkat penggunaan sepeda motor di Indonesia. Helm yang akan dikembangkan adalah helm yang memiliki kipas sehingga membantu pergerakkan sirkulasi udara di dalam helm. Hal ini membuat pemakai helm ini dapat labih nyaman bila dipakai dalam jarak jauh dan dalam keadaan panas.
Sasaran utama bisnis dari helm ini adalah meningkatkan penggunaan helm full-face bagi para pengendara sepeda motor. Dapat dilihat bahwa masih banyak pengendara yang tidak menggunakan helm full-face karena berbagai alasan. Selain itu ingin memperkenalkan produk helm ini pada masyarakat luas. Diharapkan penjualan produk ini dapat mencapai 40% pada pasar utama. Hal ini berdasarkan tingginya pengguna sepeda motor dan masih banyak yang tidak menggunakan helm full-face. Adapun rencana peluncuran produk ini adalah awal kuartal tahun 2008. Kuartal tahun 2008 memasuki bulan april. Bulan-bulan ini dapat dikatakan sebagai bulan dimana orang-orang mulai tinggi tingkat kesibukannya. Sehingga penggunaan kendaraan motor akan meningkat demikian pula dengan penggunaan helmnya.
Sasaran utama penggunaan produk ini adalah para pengendara sepeda motor sehari-hari. Hal ini dilihat dari karena produk yang akan diperkenalkan
135
lebih kepada kenyamanan pada saat berkendaraan dalam keadaan panas dan jarak yang cukup jauh. Sedangkan pasar sekundernya adalah penumpang sepeda motor. Terkadang penumpang sepeda motor dirasakan memerlukan helm yang nyaman agar perjalanan tidak merusak penampilan penumpang.
Sebagian besar helm ini terbuat dari termoplastik. Selain itu pula produk ini dibuat dengan berbagai ukuran agar pemakai dapat merasa puas dan nyaman. Penggunaan sistem yang ada dipakai secara manual dan sangat mudah pemakaiannya. Produk ini dikembangkan dari produk helm full-face yang telah ada sebelumnya.
Orang-orang yang terlibat didalam pembuatan produk ini adalah pembeli, pengguna produk ini, operasional manufaktur, produk developmentnya sendiri, serta distributor dan penjualnya.
4.3.2 Analisa Hasil Kusioner Ke-2
Pemasukkan tingkat bobot kepentingan rata-rata dilihat pada tabel 4.5 menggunakan skala 1 – 1.8 – 2.6 – 3.4 -4.2 – 5. Jika rata-rata memasuki rentang 1 – 1.8 maka bobot kepentingan yang digunakan adalah 1, dan seterusnya. Dari hasil perhitungan validitas dan reliabel, maka semua kebutuhan valid dan kebenarannya dapat dipercaya. Sehingga semua kebutuhan dimasukkan dalam penyusunan konsep pengembangan produk helm ini.
4.3.3 Analisa Spesifikasi Produk Helm
Daftar metrik kebutuhan diperoleh berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dari pelanggan yang diperoleh dari hasil identifikasi kebutuhan pelanggan. Selain itu daftar metrik kebutuhan berdasarkan ciri-ciri produk yang ingin dikembangkan. Ciri-ciri tersebut harus terdapat kebutuhan pelanggan di dalamnya. Seperti menahan beban berhubungan dengan kebutuhan keamanan dan tahan lama. Bila dapat menahan beban dalam kekuatan tertentu maka pemakai dapat merasa aman pada saat menggunakan helm tersebut meskipun adanya beban yang jatuh pada kekuatan tertentu. Dan tahan lama karena meskipun terkena beban jatuh, helm tidak akan mudah pecah dan rusak. Adanya tambahan rangkaian elektronik adalah pada sistem udara bergerak, yang menggunakan kipas dan baterai.
Pengisian bobot kepentingan pada kompetitor berdasarkan hasil keputusan dari team work pengembangan produk. Adapun tim ini terdiri dari lima orang. Dan dari pendapat-pendapat yang ada diperoleh bobot kepentingan pada masing-masing kompetitor.
Tingkat penjualan pada kebutuhan keamanan, kenyamana, desain menarik, dan sirkulasi udara memiliki tingkat yang tinggi. Hal ini dikarenakan dalam helm, hal-hal tersebut yang diperhatikan oleh pelanggan dalam fungsi dan kegunaannya. Hubungan engineering characteristic dengan customer requirement berdasarkan hubungan kekuatannya. Seperti menahan beban dengan keamanan dinilai hubungan yang kuat, karena helm sangat
137
membutuhkan keamanan yang tinggi pada saat dipakai. Sedangkan hubungan menahan beban dengan tahan lama dinilai sedang, karena helm yang menahan beban tidak menjamin bahwa helm tersebut dapat tahan lama tetapi tidak membuat helm tersebut cepat rusak.
Hasil akhir yang diperoleh dari target value dipakai pada penggunaan spesifikasi akhir produk helm.
4.3.4 Analisa Penyusunan Konsep
Perancangan konsep memerlukan tabel kombinasi konsep. Adapun tabel kombinasi konsep yang dipakai hanyalah 3 kriteria, yaitu posisi charge, posisi kipas, dan jenis baterai. Ketiga criteria ini dipilih berdasarkan konsep baru yang ditanamkan adalah sirkulasi udara bergerak dengan bantuan kipas. Sehingga yang menjadi kombinasi yang berhubungan dengan sirkulasi udara.
Posisi charge yang ditentukan hanyalah pada posisi samping dan belakang. Hal ini berdasarkan kemudahan pengoperasiannya. Posisi di belakang dan di samping helm dinilai sudah cukup memudahkan dalam mengisi energi, seperti halnya pada alat-alat pengisian energi pada benda-benda lain. Posisi kipas terdiri dari tiga bagian yaitu atas, samping, dan belakang. Hal ini yang paling memungkinkan agar udara dapat mudah bergerak secara teratur. Jenis baterai yang digunakan adalah baterai yang dapat diisi ulang dengan jenis AA HRG Ni-Mh dan Li-ion 12 v. Penggunaan baterai AA HRG Ni-Mh membutuhkan 10 buah, karena satu kipas digerakan dengan energi 12 v.
Pada konsep 1, posisi charge berada disebelah samping helm (kiri). Demikian pula pada posisi kipasnya yang berada di samping berdekatan dengan baterai. Jenis baterai yang digunakan adalah AA HRG Ni-Mh. Pada konsep 2, posisi charge berada disebelah samping helm (kiri). Posisi kipasnya yang berada di atas helm. Jenis baterai yang digunakan adalah AA HRG Ni-Mh. Pada konsep 3, posisi charge berada disebelah belakang helm (bawah). Demikian pula pada posisi kipasnya yang berada di belakang berdekatan dengan baterai. Jenis baterai yang digunakan adalah Li-ion 12v.
4.3.5 Analisa Penyaringan Konsep
Pada proses penyaringan ketiga konsep yang telah dihasilkan, digunakan tujuh buah kriteria yang dapat menyaring setiap konsep ini. Ketujuh kriteria ini dinilai sudah cukup untuk dapat menyaring konsep helm yang berkualitas. Pada penempatan posisi, konsep 1 dinilai kurang baik karena posisi kipas yang hanya disatu sisi (samping kiri) sehingga sirkulasi udara hanya di satu sisi saja. Pada konsep 2 dianggap sama dengan refrensi karena posisi kipas yang berada di atas helm. Shoei Helmet sistem sirkulasi udaranya terdapat diatas helm. Sedangkan pada konsep 3 dinilai lebih baik karena posisi kipas yang dibelakang bawah helm. Penempatan ini membuat udara dapat berputar ke segala arah dari bawah ke atas.
Kemudahan penggunaan pada konsep 1 dinilai lebih buruk karena sulitnya pemakaian helm karena adanya posisi kipas di samping sehingga agak sedikit
139
mengganggu daerah kuping. Sedangkan pada konsep 2 dan 3 dinilai sama dengan refrensi karena penempatan yang ada dinilai tidak mengganggu penggunaan helm.
Besarnya ukuran pada semua konsep sama dengan refrensi. Karena pembuatan ukuran berdasarkan ukuran rata-rata dan dihasilkan dengan ukuran yang berbeda-beda. Sama seperti Shoei Helmet yang memiliki beberapa ukuran.
Kemudahan pembuatan pada konsep 1 dinilai sama. Hal ini dilihat dengan rumitnya pemasangan posisi sirkulasi udara sama dengan halnya pemasangan komponen helm pada Shoei Helmet. Sedangkan pada konsep 2 dan konsep 3 dinilai lebih baik karena mudahnya pemasangan pada komponen helm.
Bahan yang digunakan pada semua konsep sama dengan refrensi. Yaitu penggunaan bahan plastik. Demikian pula dengan kemudahan dibawa dinilai semua konsep sama. Karena membawa helm berdasarkan berat helm tersebut. Dan Sheoi Helmet tidak terlalu berat.
Kemudahan diperbaiki pada konsep 1 dan 3 lebih baik. Karena mengganti kipas lebih mudah karena posisinya. Sedangkan pada konsep 2 mengganti kipasnya sulit karena terletak di atas helm.
4.3.6 Analisa Penilaian Konsep
Hasil yang diperoleh dari penyaringan konsep adalah konsep 2 dan 3. kriteria yang memiliki bobot tertinggi adalah kemudahan penggunaan. Karena
kemudahan penggunaan merupakan proses yang membuat pelanggan merasa nyaman penggunaannya.
Pada konsep 2 penempatan posisi, kemudahan penggunaan, bahan yang digunakan, dan besar ukuran sama dengan refrensi. Karena kipas yang terletak diatas merupakan peletakan sirkulasi udara yang sudah sama dengan refrensi. Sedangkan kemudahan pembuatan lebih baik dari refrensi karena tidak memerlukan kerumitan pengabungan tiap komponen. Sedangkan mudah diperbaiki dan dibawah dinilai lebih buruk dari refrensi karena tidak peletakkan posisi kipas yang cukup jauh dan penggunaan baterai yang tergolong banyak.
Pada konsep 3, rata-rata setiap kriteria dinilai sama dengan refrensi dan diatasnya. Karena pada konsep 3 sudah dinilai sangat efesien dan ergonomis.
4.3.7 Analisa Pengujian Konsep
Pada kusioner ke 3 diprediksikan harga jual per unit nya berkisar Rp 200,000.00 sampai dengan Rp 300,000.00. Perkiraan ini berdasarkan harga jual yang beredar dimasyarakat Indonesia yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Sedangkan hasil kuisioner menunjukkan adanya minat responden untuk membeli produk yang ditawarkan lewat kuisioner yang hampir mencapai 50%. Hal ini menandakan bahwa target pasar sebesar 40% telah tercapai.
141
4.3.8 Analisa Arsitektur Produk Helm
Pada helm ini terdapat sepuluh elemen fisik yang memiliki fungsi yang berbeda-beda. Elemen-elemen itu adalah kipas, baterai, colokan charge, kaca helm, batok helm, penahan silau, busa kepala, busa kuping, tali penahan, dan klip tali penahan.
Pada skema produk dapat dilihat pada colokan charge memberikan energi pada baterai dan baterai memberikan energi pada kipas. Sedangkan colokan charge mendapatkan energi dari sumber listrik. Dan hubungan elemen-elemen yang lain dilihat dari aliran sinyalnya. Yang mengartikan elemen tersebut dapat bekerja bila adanya hubungan dengan elemen yang lain.
Dari elemen-elemen inilah dikelompokkan berdasarkan masing-masing fungsi yang saling mendukung, sehingga menghasilkan 3 chunk, yaitu sirkulasi udara, bagian kerangka helm, dan bagian tali penahan helm.
4.3.9 Analisa Desain Industri Helm
Biaya langsung terdiri dari biaya konsultan, biaya tim pengembang, dan biaya material. Biaya konsultan merupakan biaya pada jasa untuk dapat mengkonsultasikan produk dan lebih terpercaya dalam perbandingan dengan produk yang lain. Biaya pengembangan terdiri dari team work sebanyak 5 orang yang bertugas untuk mengembangkan konsep-konsep dari helm. Biaya material terdiri dari biaya untuk bahan-bahan membuat helm dalam pembuatan prortotype. Biaya manufaktur hanya terdiri dari biaya desain yang
termasuk dalam biaya pemotongan, penghalusan, pengeboran, pelobangan, dan pelengkungan untuk pembuatan prortotype ini. Dalam hal ini perkiraan biaya desain industri diasumsikan sebagai pembuatan prototype dengan ukuran yang sesungguhnya.
Penilaian kualitas ergonomic dan estetis berdasarkan penilaian pada tema work. Sedangkan pemberian dimensi akhir menggunakan data anthropometri kepala manusia laku-laki dengan persentil 95. Penggunaan persentil ini berdasarkan ukuran terbesar yang ada. Penilaian kualitas DI ini dilakukan berdasarkan dengan wawancara pengguna dan tim pengembang itu sendiri.