• Tidak ada hasil yang ditemukan

Industrial Management Review Business Model dan Daya Saing Industri Agribisnis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Industrial Management Review Business Model dan Daya Saing Industri Agribisnis"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Industrial Management

Review Business Model dan Daya Saing Industri Agribisnis

M. Hudori

Program Studi Manajemen Logistik, Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi, Bekasi 17520, Indonesia Corresponding Author: 1m.hudori@cwe.ac.id ,+628126523160

Abstrak –

PT. Astra Agro Lestari Tbk. adalah emiten yg menjadi leading saat ini, dimana bisnisnya sangat menarik perhatian pasar, namun sayangnya kekuatan bisnisnya lemah. Hal ini diikuti dengan penurunan laba sebesar 1,8%. Walaupun demikian, laba yang diperoleh perusahaan ini masih yang tertinggi dibandingkan tiga kompetitor utamanya. Dari hasil analisis dengan Canvas Business Model terlihat bahwa perusahaan membutuhkan biaya operasional yang cukup tinggi untuk memperoleh profit yang tinggi. Di samping itu, pengembangan industri hilir juga belum dilakukan secara maksimal. Padahal industri hilir berpotensi untuk meningkatkan laba perusahaan. Jaringan kerjasama secara global juga belum dimaksimalkan. Hal ini terbukti dengan rendahnya komposisi pendapatan dari pasar ekspor. Di sisi lain juga faktor permintaan domestik yang cukup fluktuatif, karena permintaan para pelanggan sangat dipengaruhi harga komoditas di pasaran. Dengan demikian perusahaan akan kesulitan mengontrol pemasaran, sedangkan produksi terus berlangsung tanpa mengikuti tren pasar tersebut. Hal ini disebabkan bahan baku komoditas, yaitu tandan buah segar (TBS) kelapa sawit merupakan zat organik yang tidak memungkinkan untuk tidak diolah, sehingga hasil produksi akan terus menumpuk, walaupun tidak ada permintaan. Copyright © 2015 Department of industrial engineering. All rights reserved.

Kata Kunci: Canvas Business Model, Sektor Industri Agribisnis, Strategi Bisnis

1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kontribusi sektor Abribisnis dalam perekonomian Nasional hanya 13,70% dari Gross Domestic Product (GDP) di tahun 2011. Ini masih sangat kecil bila dibandingkan dengan pekerja di bidang sektor agribisnis sebesar 42 Juta dari total populasi sebesar 215 juta [1]. Sedangkan pada tahun 2012 menyumbang 14,4% atau naik 5,1%. Dengan demikian sangatlah wajar apabila pemerintah menempatkan sektor pertanian menjadi salah satu primadona dalam memacu pembangunan nasional. Peran serta dan konstribusi masyarakat pertanian baik di dalam negeri maupun di luar negeri diberikan ruang dan kesempatan yang luas untuk mendorong laju pembangunan nasional. Kondisi perkembangan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sektor pertanian melalui penanaman modal dalam kurun waktu sejak pasca krisis ekonomi, hingga saat ini, telah menunjukan kinerja yang cukup baik dan cenderung meningkat terutama untuk penanaman modal melalui Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Realisasi investasi (BKPM 2013) di sektor ini selama lima tahun terakhir (2008-2012), secara komulatif mencapai Rp 32,06 triliun (12 % dari total PMDN Nasional). Sedangkan untuk PMA mencapai USD 3,58 miliar (4,17 % dari total PMA Nasional) [2]. Menurut Kadin Indonesia, pertumbuhan nilai ekspor sektor agribisnis tahun 2012 dibanding dengan tahun 2011 tumbuh sebesar 10%. Dari sektor ini, kontribusi terbesar didapatkan dari hasil produk kelapa sawit [3].

Berdasarkan hasil pemetaan [4], ada 4 perusahaan yang mempunyai total prosentase areal tanam sebesar 66,25%, yaitu PT. Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP), PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), PT. London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) dan PT. Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk. (SMAR). Berdasarkan hasil analisa komparasi dengan metode GE-McKinsey Matrix terlihat bahwa PT. Astra Agro Lestari Tbk. adalah emiten yg menjadi leading saat ini, dimana bisnisnya sangat menarik perhatian pasar, namun sayangnya kekuatan bisnisnya lemah. Hal ini diikuti dengan penurunan laba sebesar 1,8% [4].

(2)

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, terlihat bahwa PT. Astra Agro Lestari Tbk. perlu mengkaji kembali model bisnisnya. Oleh karena itu, di dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana model bisnis PT. Astra Agro Lestari Tbk. jika dianalisis dengan Canvas Business Model dan bagaimana prospek perusahaan tersebut di masa mendatang?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk melihat model bisnis PT. Astra Agro Lestari Tbk. jika dianalisis dengan Canvas Business Model dan bagaimana prospek perusahaan tersebut di masa mendatang.

1.4 Batasan Masalah

Analisis Business Model ini dilakukan dengan memperhatikan batasan masalah sebagai berikut: 1. Hanya pada PT. Astra Agro Lestari Tbk.

2. Hanya berdasarkan Laporan Tahunan Perusahaan tahun 2012.

2 Profil Perusahaan

PT. Astra Agro Lestari Tbk. adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit terkemuka di Indonesia yang telah berdiri sejak 33 tahun lalu. Komitmennya untuk selalu menghasilkan produk minyak sawit (CPO) berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar baik di dalam maupun luar negeri. Perusahaan ini telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang kini telah menyatu menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak Desember 1997. Komposisi kepemilikan saham oleh investor publik saat ini sebesar 20,3%. Harga saham AALI juga terus naik dari Rp 1.550 per saham saat penawaran umum saham perdana (InitialPublicOffering/IPO) pada 1997. Saat ini menjadi Rp 19.700 per saham pada penutupan perdagangan tanggal 31 Desember 2012 di Bursa Efek Indonesia [5].

Wilayah operasional perusahaan ini mencakup delapan provinsi, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah dengan total areal tanam seluas 272.994 hektar. Penyebaran areal perkebunan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

PT. Astra Agro Lestari Tbk. membukukan laba bersih sebesar Rp. 2,45 triliun pada tahun 2012. Terjadi penurunan sebesar 1,8% dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp. 2,50 triliun. Laba tersebut masih yang tertinggi dibandingkan tiga kompetitor utamanya, yaitu PT. Salim Ivomas Pratama Tbk. sebesar Rp. 1,52 triliun, PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. sebesar Rp. 1,12

triliun dan PT. Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk. sebesar Rp. 2,18 triliun [6].

Tabel 1 Penyebaran Areal Perkebunan PT. Astra Agro Lestari Tbk. No. Provinsi TM (Ha) TBM (Ha) Total (Ha) 1 NAD 7.928 3.754 11.682 2 Riau 56.876 5.025 61.901 3 Jambi 33.178 - 33.178 4 Kalimantan Tengah 51.755 1.252 53.007 5 Kalimantan Timur 37.004 7.099 44.103 6 Kalimantan Selatan 4.440 15.309 19.749 7 Sulawesi Barat 29.782 1.975 31.757 8 Sulawesi Tengah 13.467 4.150 17.617 Total 234.430 38.564 272.994 Sumber: [5]

Pendapatan dari penjualan minyak sawit (CPO) sebesar 90,2%, inti sawit (PK) sebesar 9,2% dan 0,6% dari komoditas lainnya, berarti terjadi kenaikan sebesar 2,15% dari tahun sebelumnya, yaitu 88,3%. Sedangkan kontribusi pendapatan dari inti sawit (PK) turun 18,58% dari tahun sebelumnya, yaitu 11,58%. Komoditas lainnya mengalami kenaikan kontribusi sebesar 33,33% dari tahun sebelumnya, yaitu 0,4% [6].

Pemasarannya masih didominasi oleh pasar domestik, yaitu 97,1% atau naik sebesar 1,78% dan 2,9% dari pasar ekspor yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 63,04% [6].

3 Tinjauan Pustaka

3.1 Business Model

Business Model merupakan istilah yang relatif baru. Istilah ini muncul pertama kali pada tulisan Robert Keidel (1984) – Baseball, Football, and Basketball: Models for Business. Jauh sebelumnya, yakni tahun 1970-an, istilah Business Model sesungguhnya sudah dikenal (Stahler, 2001 sebagaimana dikutip oleh Bouwman, 2003). Hanya saja ketika itu konsep Business Model lebih diorientasikan dan digunakan untuk memetakan pola proses bisnis dan sistem informasi dan komunikasi dalam rangka membangun sistem informasi teknologi. Keidel sendiri ketika menyampaikan gagasannya tentang Business Model belum memberikan definisi yang tegas tentang apa itu Business Model. Ia hanya mengatakan bahwa aktivitas olah raga seperti Baseball, Football, dan Basketball bisa menjadi model untuk menjalankan aktivitas organisasi [7].

Dari wikipedia didapatkan bahwa deskripsi formal mengenai bisnis merupakan batu-bata bagi seluruh bangunan kegiatannya. Ada banyak perumusan bisnis yang berbeda-beda; tesis Alexander Osterwalder (2004) mengajukan sebuah model rujukan tunggal

(3)

berdasarkan kesamaan-kesamaan di antara berbagai macam perumusan bisnis. Melalui templat desain model bisnisnya itu, sebuah perusahaan dapat dengan mudah menggambarkan model bisnis mereka [8].

Menurut Wheelen dan Hunger (2010), Business Model adalah metode yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan uang di lingkungan bisnis dimana perusahaan beroperasi. Sedangkan Menurut Rappa (2000) adalah metode yang digunakan untuk menjalankan bisnisnya yang membuat perusahaan untuk bertahan [9].

Menurut Morris, Schindehutte dan Allen (2005), Business Model merupakan gambaran mengenai tantangan substantif untuk pembatasan sifat dan komponen model dan menentukan apa yang merupakan modus yang baik. Sedangkan menurut Stewartz dan Zhao (2000) merupakan pernyataan tentang bagaimana perusahaan akan membuat uang dan mempertahankan aliran keuntungan dari waktu ke waktu [10].

Business Model menurut Alt dan Zimmermann (2001) diartikan sebagai upaya sebuah organisasi/perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi konstituen yang dilayaninya dan menhasilkan income bagi organisasi bersangkutan [7].

Timmers (1998) mengartikannya sebagai arsitektur untuk produk, layanan dan informasi, termasuk deskripsi dari berbagai pelaku usaha dan peran mereka, dan deskripsi potensi manfaat bagi berbagai pelaku usaha, dan deskripsi dari sumber dari pendapatan [11].

3.2 Canvas Business Model

Bagi kita yang akan memulai suatu bisnis baru atau sedang menjalankan bisnis kadang kita sering bertanya pada diri sendiri atau orang lain: “Mengapa saya tidak maju? Apa yang salah dengan bisnis saya? Atau saya mendapatkan hasil yang bagus dari bisnis saya saat ini, tapi bagaimana saya mengembangkan bisnis saya? Apa yang bisa saya lakukan untuk mengembangakan bisnis ini?” Atau bagi yang lebih advance lagi akan bertanya: “Apa strategi bisnis saya yang akan datang? Bagaimana rupa organisasi saya ke depan?”. Pertanyaan-pertanyaan di atas kadang sulit kita jawab karena kita tidak punya alat untuk memotret usaha kita. Untuk mengevaluasi rencana bisnis atau bisnis yang kita sedang jalani kta perlu melihat dari sudut pandang yang jelas dan utuh mengenai model bisnis kita [12].

Canvas Business Model adalah salah satu alat untuk membantu kita melihat lebih akurat bagaimana rupa usaha yang sedang atau kita akan jalani. Dengan alat ini kita seakan melihat bisnis dari gambaran besar namun tetap lengkap dan mendetail tentang apa saja elemen-elemen kunci yang terkait dengan bisnis kita. Dengan demikian kita bisa melihat gambaran utuh yang sangat membantu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar bisnis kita. Dengan mengevaluasi satu demi satu elemen-elemen kunci kita jadi lebih mudah

menganalisis apa yang kurang tepat, dan pada akhirnya kita bisa mengambil langkah untuk mencapai tujuan bisnis kita [12].

Alexander Osterwalder dalam bukunya Business Model Generation menciptakan sebuah framework yang sederhana dan mudah dimengerti untuk menggambarkan bisnis kita, yaitu Canvas Business Model. Pada Canvas Business Model ini ada sembilan kotak yang merepresentasikan elemen-elemen kunci yang secara umum akan ada pada semua model bisnis. Kesembilan hal tersebut adalah [12]:

1. Customer segments 2. Value proposition 3. Channel 4. Customer relationship 5. Revenue stream 6. Key resource 7. Key activities 8. Key partners 9. Cost

Kesembilan elemen tersebut secara visual terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Canvas Business Model [12]

Yang akan kita lakukan adalah mengisi kesembilan kotak di bawah dan mulai menganalisis Business Model kita. Canvas Business Model Template terlihat pada Gambar 2.

(4)

Menurut wikipedia, Canvas Business Model adalah sebuah templat manajemen strategis untuk mengembangkan model bisnis baru atau mendokumentasikan model bisnis yang ada. Juga merupakan grafik visual dengan unsur menggambarkan proposisi nilai perusahaan, infrastruktur, pelanggan, dan keuangan. Grafik ini dapat membantu perusahaan dalam menyelaraskan kegiatan mereka dengan menggambarkan potensi trade-off [13].

Menurut Osterwalder dan Pigneur (2011), Canvas Business Model merupakan bahasa bersama untuk menjelaskan, memvisualisasikan, menilai, dan mengubah model bisnis. Masing-masing blok bangunan sembilan dari Canvas Business Model dijelaskan secara rinci bergambar dan narasi [14].

Sedangkan menurut Wallin, Cimuralla dan Thompson (2013), Canvas Business Model merupakan alat yang digunakan untuk memahami manfaat potensial dan tantangan memasuki area bisnis yang tidak diketahui serta menjelajahi elemen bisnis terkait di seluruh area bisnis yang tidak diketahui [15].

4 Analisis dan Pembahasan

4.1 Deskripsi Elemen-elemen Bisnis

Dari hasil analsis Laporan Tahunan PT. Astra Agro Lestari Tbk. 2012, didapatkan variabel-variabel yang merupakan elemen-elemen bisnis yang akan dikaji dengan menggunakan templat seperti pada Gambar 3.

Gambar 3 Canvas Business Model Template PT. Astra Agro Lestari Tbk.

Masing-masing elemen akan dikomparasikan sehingga dapat dilihat apakah antara satu dengan lainnya saling mendukung atau tidak. Komparasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 – 12.

Gambar 4 Value Proposition PT. Astra Agro Lestari Tbk.

Gambar 5 Value Proposition – Target Customer PT. Astra Agro Lestari Tbk.

Gambar 6 Value Proposition – Distribution Channel – Target Customer PT. Astra Agro Lestari Tbk.

(5)

Gambar 7 Value Proposition – Customer Relationship – Target Customer PT. Astra Agro Lestari Tbk.

Gambar 8 Value Proposition – Revenue Stream – Target Customer PT. Astra Agro Lestari Tbk.

Gambar 9 Core Capabilities – Value Proposition PT. Astra Agro Lestari Tbk.

Gambar 10 Core Capabilities – Value Configuration – Value Proposition PT. Astra Agro Lestari Tbk.

Gambar 11 Core Capabilities – Partner Network – Value Proposition PT. Astra Agro Lestari Tbk.

Gambar 12 Core Capabilities – Revenue Stream – Value Proposition PT. Astra Agro Lestari Tbk.

4.2 Existing Business Model

Dari hasil deskripsi elemen-elemen bisnis tersebut, maka dapat dibuat Existing Business Model PT. Astra Agro Lestari Tbk. seperti terlihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Existing Business Model PT. Astra Agro Lestari Tbk.

Dari Gambar 13 terlihat bahwa PT. Astra Agro Lestari Tbk. membutuhkan biaya operasional yang cukup tinggi untuk memperoleh profit yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan investasi yang tinggi guna mendukung kegiatan operasional, di antaranya peremajaan tanaman, peremajaan mesin dan peralatan

(6)

serta masih adanya unit usaha yang belum beroperasi secara ekonomis.

Di samping itu, pengembangan industri hilir juga belum dilakukan secara maksimal. Padahal industri hilir berpotensi untuk meningkatkan laba perusahaan.

Jaringan kerjasama secara global juga belum dimaksimalkan. Hal ini terbukti dengan rendahnya komposisi pendapatan dari pasar ekspor.

Di sisi lain juga faktor permintaan domestik yang cukup fluktuatif, karena permintaan para pelanggan sangat dipengaruhi harga komoditas di pasaran. Dengan demikian perusahaan akan kesulitan mengontrol pemasaran, sedangkan produksi terus berlangsung tanpa mengikuti tren pasar tersebut. Hal ini disebabkan bahan baku komoditas, yaitu tandan buah segar (TBS) kelapa sawit merupakan zat organik yang tidak memungkinkan untuk tidak diolah, sehingga hasil produksi akan terus menumpuk, walaupun tidak ada permintaan.

4.3 New Concept Business Model

Untuk memperbaiki kondisi yang ada sekarang, maka dapat dibuat konsep baru yang bisa dijadikan sebagai solusi alternatif untuk memperbaiki kinerja perusahaan saat ini. Konsep baru dari Business Model dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 New Concept Business Model PT. Astra Agro Lestari Tbk.

5 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan Canvas Business Model PT. Astra Agro Lestari Tbk. di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk memanfaatkan fundamental industri yang kokoh ekspansi perlu dilakukan baik di bisnis hulu maupun hilir. Namun terkait kebijakan kelestarian lingkungan, untuk bisnis hulu fokus ekspansi sebaiknya dilakukan pada pengembangan organik dan mencari kesempatan strategis untuk mengakuisisi perkebunan kelapa sawit maupun lahan yang sudah ada dan memiliki posisi baik dan berkualitas tinggi. Industri hilir dinilai

sangat prospektif ke depannya, karena menghasilkan produk turunan yg bernilai ekonomis tinggi. Namun untuk melihat produk turunan yang paling bernilai ekonomis tinggi, perlu dikaji sebagai target ekspansi industri hilir. Untuk itu, perlu adanya penguatan penelitian dan pengembangan kelapa sawit melalui peningkatan anggaran dan investasi di bidang tersebut, dengan melakukan kerjasama penelitian dan pengembangan antara perusahaan dan lembaga penelitian termasuk perguruan tinggi. Peningkatan kerjasama dengan network transportasi secara global.

Daftar Pustaka

[1] Anonim, (2012), http://pphp.deptan.go.id/disp_informasi/ 1/1/0/160/kontribusi_sektor_pertanian_dalam_perekonomian.h tml, diakses 18 Juli 2013. [2] Anonim, (2013), http://www.setkab.go.id/artikel-8545-.html, diakses 18 Juli 2013. [3] Anonim, (2013), http://jaringnews.com/ekonomi/sektor- riil/32302/kadin-dorong-kontribusi-agribisnis-capai-target-pertumbuhan-ekonomi, diakses 18 Juli 2013.

[4] Hudori, M., & Muhammad, (2014), Pemetaan Daya Saing Industri Pada Sektor Industri Agribisnis, Malikussaleh Industrial Engineering Journal, 3(2), 40-46.

[5] Manajemen PT. AAI Tbk., (2013), Laporan Tahunan PT. Astra Agro Lestari Tbk., Jakarta.

[6] Hudori, (2013), Analysis of Competitiveness of the Agribusiness Sector Companies Using Porter’s Five Forces, Proceeding of 2nd International Conference on Adaptive and Intelligent Agroindustry (ICAIA), Bogor, Indonesia, 63-72.

[7] Sobirin, A., (2007), Membangun Business Model: Sebuah Telaah Konseptual dan Pengalaman Praktis, Sinergi: Kajian Bisnis dan Manajemen, 9(2).

[8] Anonim, (2013), http://id.wikipedia.org/wiki/Model_bisnis, diakses tanggal 18 Juli 2013.

[9] Tim PPM Manajemen, (2012), Business Model Canvas: Penerapan di Indonesia, PPM Manajemen, Jakarta.

[10] Morris, M., Schindehutte, M., & Allen, J., (2005), The Entrepreneur’s Business Model: Toward a Unified Perspective, Journal of Business Research, 58(6), 726-735.

[11] Jin-Li Han, Hsiang-Tzu Wan, & Hang Zu, (2001), The Business Model of a Shanzhai Mobile Phone Firm in China, Australian Journal of Business and Management Research, 1(3), 52-56. [12] Anonim, (2012),

http://www.techforedu.org/2012/10/business-model-canvas-jangan-mulai.html, diakses tanggal 18 Juli 2013. [13] Anonim, (2013), http://en.wikipedia.org/wiki/

Business_Model_Canvas, diakses tanggal 18 Juli 2013.

[14] Osterwalder, A., & Pigneur, Y., (2011), Business Model Generation: A Handbook for Visionaries, Game Changers and Challengers, African Journal of Business Management, 5(7), 1-3. [15] Wallin, J., Chimuralla, K., & Thompson, A., (2013), Developing PSS

Concepts from Traditional Product Sales Situation: The Use of Business Model Canvas, Springer-Verlag Berlin Heidelberg, http://www.bth.se/tek/mspi.nsf, 1-12.

Gambar

Tabel 1   Penyebaran Areal Perkebunan PT. Astra Agro  Lestari Tbk.  No.  Provinsi  TM  (Ha)  TBM (Ha)  Total (Ha)  1  NAD  7.928   3.754   11.682   2  Riau  56.876   5.025   61.901   3  Jambi  33.178   -   33.178   4  Kalimantan Tengah  51.755   1.252   53
Gambar 2 Canvas Business Model Template [12]
Gambar 3 Canvas Business Model Template PT. Astra  Agro Lestari Tbk.
Gambar 14  New Concept Business Model  PT. Astra  Agro Lestari Tbk.

Referensi

Dokumen terkait

Solusi yang ditawarkan ini adalah: (1) memberikan pelatihan dan pendampingan bagi tenaga pengajar/guru/kader Pos PAUD dalam bintek untuk mewujudkan profesionalisme

Untuk item 18, peratusan responden yang “setuju” bahawa amali Fizik membantu mereka dalam usaha memahami konsep Fizik ialah sebanyak 56.8 % (25 orang) manakala peratusan

Satu-satunya sifat pada Teorema Perron yang tidak dapat dipertahankan adalah sifat (f) di halaman 41 yang menyatakan bahwa adalah satu-satunya nilai karakteristik pada

Rencana Aksi/Rencana Tindaklanjut Pemanfaatan Rekomendasi Kebijakan Hasil Kajian B12: Evaluasi atas Implementasi Rencana Aksi/Rencana Tindaklanjut Pemanfaatan Rekomendasi

kecil pada awal kehidupannya atau kepala semut. Ada juga yang menyatakan dia adalah debu yang terlihat berterbangan di celah cahaya matahari yang masuk melalui lubang

Sebelum 1 Januari 2015, suatu pengendalian atas entitas anak dianggap ada bilamana Perusahaan menguasai secara langsung atau tidak langsung lebih dari 50% (lima puluh persen) hak

menyiapkan baik fisik maupun mental ibu di dalam masa kehamilan dan kelahiran serta menemukan kelainan dalam kehamilan dalam waktu dini sehingga dapat ditangani

Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian antara lain: (a) waktu pelaksanaan observasi diperpanjang, sehingga meningkatkan tingkat kepercayaan data yang