• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara sistematik penelitian ini memiliki alur diagram (flow chart) sebagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara sistematik penelitian ini memiliki alur diagram (flow chart) sebagai"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Secara sistematik penelitian ini memiliki alur diagram (flow chart) sebagai berikut :

Identifikasi dan Perumusan Masalah Perumusan Tujuan

Studi Lapangan Studi Literatur

Tahap Persiapan

Gambar 3.1 Alur Diagram (flow chart) Penelitian

Tahap Pengolahan Data Tahap Pengumpulan Data

Identifikasi Variabel

Pengumpulan data umum Pengumpulan data Organisasi

Penyebaran Kuisioner

UJi Validitas dan Reliabilitas

Analisa Deskriptif

Perhitungan Skor

Regresi Linier Berganda Analisa dan Interpretasi Data Valid / Reliabel

Tidak Valid /

Analisa Inferensial

Tahap Analisa & Kesimpulan

(2)

3.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Peneliti melakukan observasi secara langsung terhadap permasalahan-permasalahan yang terdapat di dalam perusahaan. Selanjutnya dari pengamatan ini didapatkan suatu pokok bahasan penelitian dan dilakukan perumusan masalah untuk dicari penyelesaian maupun usulan yang dianggap terbaik melalui serangkaian kegiatan penelitian yang bersifat ilmiah.

3.3 Perumusan Tujuan

Peneliti menentukan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Tujuan ini hendaknya sesuai dengan harapan perusahaan dan peneliti sehingga terjalin suatu kerjasama dalam membantu mencapai tujuan yang hendak dicapai perusahaan.

3.4 Identifikasi Variabel

Variabel –variabel yang akan diteliti dan diidentifikasi dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel tergantung.

1. Variabel bebas atau independent variable, yaitu variabel yang nilainya tidak tergantung nilai variabel lain.variabel ini diberi simbol X,

2. Variabel tidak bebas atau dependent variable, yaitu variabel yang nilainya tergantung nilai variabel lain. Variabel ini diberi simbol Y

3.5 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini definisi operasional variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X) sebagai berikut :

(3)

3.5.1 Customer Behaviour

Customer behaviour merupakan tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Di sini customer behavior dibagi menjadi beberapa variabel untuk memudahkan pengolahan data dan pemahaman responden saat pengisian kuisioner.

3.5.1.1 Kekuatan Image (X1)

Adanya ikatan emosional yang kuat antara konsumen terhadap produk yang dikonsumsinya. Hal ini semata-mata karena anggapan bahwa produk dengan merek-merek tertentu akan memberikan kebutuhan yang diinginkan atau jaminan kualitas baik, sehingga saat pembelian tanpa memerlukan pertimbangan tinggi (low involvment).

Indikator untuk mengukur variabel kekuatan image (X1), meliputi :

a. Dalam keluarga sebelumnya pernah menggunakan pasta gigi pepsodent b. Konsumen menyukai atau menggunakan produk dengan merek-merek

terkenal terutama untuk keperluan menggosok gigi

c. Produk pasta gigi pepsodent banyak digunakan di sekitar lingkungan konsumen

(4)

e. Pasta gigi pepsodent memiliki persepsi kuat terhadap diri konsumen mengenai hal-hal yang ditawarkan perusahaan baik melalui iklan atau kegiatan perusahaan yang diketahui konsumen

f. Secara pribadi konsumen menggunakan produk pasta gigi pepsodent sejak lama

3.5.1.2 Respon Perusahaan (X2)

Tanggapan perusahaan terhadap keinginan konsumen atau upaya-upaya agar produk memenuhi fungsi-fungsi kelayakan dan dapat diterima secara objektif.

Indikator untuk mengukur variabel respon perusahaan (X2), meliputi :

a. Konsumen merasa perusahaan memberi perhatian terhadap selera konsumen berkaitan dengan produk pasta gigi pepsodent

b. Konsumen beranggapan bahwa perusahaan mampu memberikan perubahan pada pola menggosok gigi bagi masyarakat dan konsumen c. Konsumen beranggapan bahwa perusahaan mampu bekerjasama dengan

instansi pelayanan umum yang berkaitan dengan kesehatan gigi

d. Perusahaan selalu mempertimbangkan perubahan keinginan dan selera konsumen terhadap produk

e. Perusahaan memiliki divisi khusus terutama dalam hal yang berkaitan dengan riset perilaku konsumen

3.5.1.3 Respon Distributor, Retailer, dan Toko (X3)

Tanggapan distributor, retailer dan toko dalam memberikan respon mengenai produk yang dijualnya kepada konsumen ataupun dalam hal memposisikan dan

(5)

mengkondisikan pemasaran mereka, sehingga hal ini berpengaruh terhadap asumsi konsumen terhadap produk yang ditawarkan.

Indikator untuk mengukur variabel respon distributor, retailer dan toko (X3),

meliputi :

a. Perusahaan memperhatikan keluhan, keinginan maupun harapan konsumen mengenai produk

b. Sirkulasi pengiriman produk atau sistem distribusi pasta gigi di retail sekitar konsumen sesuai dengan yang dikehendaki konsumen

c. Terjadi trend pembelian tertentu pada produk pasta gigi pepsodent di sekitar konsumen

d. Secara emosional retail di sekitar konsumen menawarkan alternatif pemakaian pasta gigi pepsodent jika produk pasta gigi merek lain yang dikehendaki konsumen tidak ada

e. Perilaku konsumen sangat di suatu lingkungan sangat mendukung proses penjualan pasta gigi pepsodent

f. Usaha atau tempat bekerja pengecer atau pemakai berada pada lingkungan kelas sosial menengah ke atas

3.5.2 Customer Value

Customer Value adalah nilai –nilai intrinsik maupun ekstrinsik yang melekat pada produk maupun proses penyampaian produk sehingga konsumen merasakan bahwa produk yang dia beli sebanding dengan biaya atau harga yang dikeluarkan.

(6)

3.5.2.1 Nilai-nilai Intrinsik Produk (X4)

Nilai –nilai yang langsung melekat pada produk dan biasanya tidak berwujud (intangibel), tetapi langsung memiliki manfaat atau kegunaan yang bisa dirasakan konsumen.

Indikator untuk mengukur variabel nilai intrinsik produk (X4), meliputi :

a. Produk pasta gigi pepsodent memiliki kualitas yang paling bagus daripada pasta gigi produk lain

b. Pasta gigi pepsodent memiliki rasa yang sesuai dengan selera konsumen c. Pasta gigi pepsodent memiliki aroma yang sesuai dengan selera

konsumen

d. Pasta gigi pepsodent memiliki busa yang sesuai dengan selera konsumen e. Dalam kemasan produk pasta gigi pepsodent terdapat komposisi bahan

pembentuk produk yang menurut konsumen komposisi tersebut benar-benar memberikan manfaat dan tidak memberikan efek negatif

f. Adanya kemungkinan perusahaan mengganti produk pasta gigi pepsodent dengan produk pasta gigi jenis lain dengan merek yang sama

g. Respon atau perhatian dari perusahaan terhadap keluhan yang disampaikan konsumen atas pengkonsumsian produk

h. Keyakinan konsumen bahwa produk pasta gigi pepsodent dibuat dan diproduksi dengan bahan-bahan pilihan, mesin-mesin canggih dan tenaga kerja yang handal

i. Adanya jaminan dari perusahaan terhadap produk pasta gigi pepsodent yang dikonsumsi konsumen

(7)

3.5.2.2 Nilai Ekstrinsik Produk (X5)

Nilai-nilai yang melekat pada produk dan dapat langsung diamati atau dirasakan tanpa harus melalui proses penggunaan produk.

Indikator untuk mengukur variabel nilai ekstrinsik produk (X5), meliputi :

a. Produk pasta gigi pepsodent dapat dibeli atau dikonsumsi dengan harga yang sesuai atau terjangkau

b. Produk pasta gigi pepsodent memiliki kemasan atau bentuk yang menarik dan lebih baik dibandingkan dengan produk lain

c. Produk pasta gigi pepsodent memiliki warna yang lebih menarik dibandingkan dengan produk lain

d. Produk pasta gigi pepsodent memiliki harga yang lebih murah atau bersaing dengan produk pasta gigi merek lain

e. Produk pasta gigi pepsodent memiliki ketahanan yang cukup baik dibandingkan dengan produk lain

f. Konsumen tidak kesulitan dalam memperoleh produk pasta gigi pepsodent g. Perubahan yang dilakukan perusahaan terhadap perusahaan seringkali

susuai dengan harapan konsumen

h. Kegiatan yang dilakukan perusahaan mengenai sosialisasi manfaat produk bermanfaat bagi konsumen

i. Konsumen merasa harga yang telah dibayar sesuai dengan manfaat produk yang diperolehnya

(8)

k. Perusahaan seringkali memberikan apresiasi berupa reward maupun award kepada konsumen yang dianggap loyal.

3.5.3 Strategi Pemasaran (Y)

Strategi pemasaran adalah suatu upaya strategis dalam proses perencanaan dan pelaksanaan konsep, pemberian harga, promosi dan pendistribusian ide-ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan individu dan tujuan organisasi.

Indikator untuk mengukur variabel strategi pemasaran (Y), meliputi :

a. Semua karyawan di perusahaan menggunakan atau mengkonsumsi pasta gigi pepsodent

b. Distribusi pemasaran produk pasta gigi pepsodent menjangkau seluruh lapisan masyarakat Surabaya

c. Jenis-jenis produk pasta gigi pepsodent memiliki pengaruh terhadap alternatif pemilihan produk pasta gigi

d. Produk pasta gigi pepsodent masih memimpin pangsa pasar untuk pasta gigi

e. Perusahaan masih menggunakan cara lama dalam memasarkan produknya f. Pasta gigi pepsodent memiliki kestabilan harga dibandingkan dengan

produk pasta gigi lain

g. Produk pasta gigi pepsodent masih konsisten dengan mutu, rasa atau ukurannya dengan produk sebelumnya

(9)

i. Perusahaan memiliki divisi marketing yang handal dalam memasarkan produk

j. Adanya peningkatan penjualan terhadap produk pasta gigi pepsodent k. Seringkali terjadi inovasi produk untuk meningkatkan penjualan l. Konsumen membeli berdasarkan pilihan merek

m. Konsumen membeli produk pasta gigi pepsodent berdasarkan pilihan manfaat atau kegunaan

n. Konsumen membeli produk pasta gigi pepsodent tanpa pertimbangan tertentu dan hanya mengikuti kebiasaan keluarga atau teman

o. Kegiatan atau even sosial yang diadakan perusahaan berpengaruh terhadap peningkatan penjualan produk

p. Iklan atau promosi perusahaan menarik dan mempengaruhi konsumen untuk membeli peroduk

q. Konsumen tetap mengkonsumsi pasta gigi pepsodent meskipun harganya naik atau lebih mahal dareipada produk lain

r. Konsumen sebelumnya pernah mengkonsumsi produk lain sebelum menggunakan produk pasta gigi pepsodent

s. Produk pasta gigi pepsodent pernah mengalami penurunan penjualan t. Pemotongan harga, pemberian hadiah maupun pengharagaan yang

diberikan perusahaan berpengaruh terhadap loyalitas konsumen

u. Di suatu lingkungan tertentu, penjualan produk pasta gigi pepsodent masih kalah dibanding dengan produk lain

(10)

Pengukuran untuk masing-masing variabel bebas dilakukan dalam bentuk skoring menurut skala Likert. Skala Likert (Likert Scale) merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu yang dijabarkan dalam pernyataan-pernyataan yang ada dalam kuisioner. Metode pengukuran yang paling sering digunakan ini dikembangkan oleh Rensis Likert sehingga dikenal dengan nama Likert Scale.

Skala Likert pada umumnya menggunakan 5 angka penilaian dimana angka 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai angka 5 menunjukkan nilai tertinggi. Untuk menentukan nilai variabel bebas diukur secara skoring berdasarkan skala Likert, dari masing-masing skor jawaban responden tersebut kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah pertanyaan atau pernyataan. Selanjutnya untuk mengubah data kualitatif menjadi kuantitatif, agar dapat dengan mudah diukur, ditentukan dengan memberikan nilai untuk indikator-indikator variabel dengan kategori yang didasarkan dengan skala nilai sebagai berikut :

Jawaban A diberi nilai / skor = 1 Jawaban B diberi nilai / skor = 2 Jawaban C diberi nilai / skor = 3 Jawaban D diberi nilai / skor = 4 Jawaban E diberi nilai / skor = 5

3.6 Prosedur Penentuan Sampel

Singarimbun dan Effendi (1989 : 45) mengemukakan bahwa jumlah sampel apabila dianalisis dengan statistik non-parametrik, maka jumlahnya harus besar dan

(11)

berdistribusi normal. Sampel yang tergolong besar dan berdistribusi normal adalah sampel dengan jumlah lebih besar dari 30 kasus yang diambil secara random. Suparmoko (1998 : 13) menyatakan bahwa besarnya sampel hendaknya jangan kurang dari 30 sampel. Sampel dalam penelitian diambil sebanyak 50 sampel yaitu 50 konsumen produk dari perusahaan PT. Unilever di wilayahSurabaya. Penelitian ini disebut juga studi populasi atau studi sensus karena semua populasi dijadikan sampel penelitian (Arikunto, 1992 : 102).

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen di beberapa retail, toko atau jalur distribusi produk dari PT. Unilever 200 orang dari produk pasta gigi medium yang diteliti dan dianggap mewakili kelayakannya. Arikunto (1992 : 56) menyatakan “…. Bila subyeknya kurang dari seratus lebih baik diambil semua …. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih …”. Oleh karena responden lebih dari seratus orang maka pengambilan sampel adalah jumlah sampel yang diambil sebanyak 25% dari jumlah total populasi sebanyak 200 orang. Jadi jumlah sampel adalah 200 x 25% = 50 orang.

3.7 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini jenis dan sumber data yang digunakan terdiri dari: A. Data primer

Adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari lokasi penelitian, yaitu dengan penyebaran kuesioner, wawancara dan observasi kepada konsumen pengguna produk dari PT. Unilever.

(12)

B. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dari pihak intern yang berupa dokumen atau data intern perusahaan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

3.8 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dengan dilakukan beberapa teknik tertentu yaitu :

1. Survei awal

Survey awal dilakukan sebagai pengamatan awal terhadap kondisi organisasi yang menjadi objek penelitian dan menggali masalah yang ada di dalamnya guna memperoleh data-data yang terkait dengan penelitian serta sebagai dasar bagi penyusunan kuisioner.

Diadakan pengamatan yang dilakukan secara langsung ke konsumen di daerah Surabaya dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan yang diharapkan secara lengkap dan jelas.

2. Angket (kuesioner atau daftar pertanyaan )

Merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan angket kepada responden untuk diisi. Angket (kuesioner atau daftar pertanyaan) tersebut akan diberikan kepada karyawan, yang akan diisi dengan keadaan yang sebenarnya, dan hasil dari pengisian angket (kuesioner atau daftar pertanyaan) itu akan diolah dengan metode stastitik.

(13)

3. Wawancara

Dalam peneltian ini akan dilakukan wawancara dengan para responden (yaitu yang terdiri dari pimpinan dan beberapa karyawan yang terkait) hal ini dilakukan untuk melengkapi data- data yang diperoleh.

3.9 Teknik analisis

3.9.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Data primer yang diperoleh melalui kuisioner perlu dilakukan pengujian, karena seringkali data tersebut tidak sesuai dengan yang diinginkan. Dari pengujian data ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas data yang hendak diolah dan dianalisis. Pengujian yang dilakukan adalah uji validitas dan uji reliabilitas, dalam penelitian ini uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 10.00 under windows.

3.9.1.1 Uji Validitas

Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa kuat suatu alat tes melakukan fungsi ukurnya. Apabila validitas yang didapatkan semakin tinggi, maka tes tersebut akan mengenai sasaran dan semakin menunjukkan apa yang seharusnya ditunjukkan. Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengukur atau menguji apakah suatu indicator (instrument) mengukur konstruk sesuai dengan dengan yang diharapkan peneliti, sehingga akan digunakan pendekatan construct validity dengan pengujian melalui discriminant validity dimana masing-masing item tiap variabel dikorelasikan dengan nilai total yang diperoleh dari koefisien product moment, dan validitas suatu

(14)

instrumen ditentukan berdasarkan rendahnya korelasi dengan instrumen lain yang digunakan untuk mengukur konstruk lain (Indrianto dan Supomo, 1997 : 184).

Menurut Sugiyono (1997) hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Valid tidaknya suatu item instrumen dapat diketahui dengan membandingkan indeks korelasi product moment pearson dengan level of significant 5% terhadap nilai korelasinya. Bila signifikansi hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 maka dinyatakan valid dan sebaliknya jika hasil korelasinya lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan tidak valid. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS Versi 10.0.

3.9.1.2 Uji Reliabilitas

Uji keandalan (reliabilitas) digunakan untuk menguji kekonstanan dan ketepatan hasil pengukuran kuisioner yang erat hubungannya dengan masalah kepercayaan (Nazir, 1999 : 234). Suatu taraf tes dikatakan mempunyai kepercayaan bila tes tersebut memberikan hasil yang tepat.

Apabila Alpha Cronbach (α) lebih besar dari 0,60 maka data penelitian diangap cukup baik dan reliabel untuk digunakan sebagai input dalam proses penganalisaan data guna menguji hipotesis penelitian (Maholtra, 1995 : 56). Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 10.0.

(15)

3.9.2 Analisa Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk menganalisis data yang terkumpul dan dipergunakan untuk mengidentifikasi karakteristik dari masing-masing responden dan tanggapan responden atas variabel penelitian yaitu seluruh variabel-variabel strategi pemasaran yang terdiri dari : kekuatan image, respon perusahaan, respon distributor, retailer, toko, nilai-nilai instrinsik produk serta nilai-nilai ekstrinsik produk terhadap produk tertentu, dideskripsikan dengan menggunakan distribusi frekuensi dan rata-rata hitung.

3.9.3 Teknik Analisis Inferensial / Kuantitatif

Uji hipotesis dilakukan dengan analisis statistik inferensial atau kuantitatif yang meliputi : uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, uji F, dan uji t.

1. Uji Asumsi Klasik

Dalam regresi berganda terdapat beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi, agar dapat menghasilkan estimator linier yang akurat dan mendekati atau sama dengan kenyataan. Asumsi-asumsi dasar tersebut dikenal sebagai asumsi klasik (Hasan, 1999 : 268).

A. Tidak Terjadi Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diurutkan menurut waktu (time series) atau ruang (cross sectional). Hal ini mempunyai arti bahwa suatu tahun tertentu dipengaruhi oleh tahun sebelumnya atau dipengaruhi oleh series dan cross

(16)

sectional menyebabkan uji F dan uji t menjadi tidak akurat. Gejala autokorelasi mengakibatkan hasil analisis regresi tidak lagi efisien atau varian tidak lagi maksimum. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi, dapat dilakukan uji “Durbin Watson” dengan ketentuan berikut (Algifari, 2000 : 89) :

D – W < 1,08 = terdapat autokorelasi 1,08 ≤ D – W ≤ 1,66 = tanpa kesimpulan

1,66 ≤ D – W ≤ 2,34 = tidak terdapat autokorelasi 2,34 ≤ D – W ≤ 2,92 = tanpa kesimpulan

D – W > 2,92 = terdapat autokorelasi

B. Tidak Terjadi Heterokedastisitas

Gejala heterokedastisitas terjadi sebagai akibat ketidaksamaan data, atau bervariasinya data yang diteliti. Salah satu cara untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya gejala tersebut adalah dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman (Hasan, 1999 : 268) dengan teknik pengujian menggunakan uji t. Apabila nilai t hitung lebih kecil daripada t tabelnya, berarti tidak terjadi gejala heterokedastisitas. Sebaliknya apabila t hitung lebih besar dari t tabelnya berarti terjadi heterokedastisitas.

Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat juga dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot diagram, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang

(17)

telah di-studentized. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan scatterplot diagram adalah :

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik atau poin-poin yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi heterokedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

c) Tidak Terjadi Multikolinieritas

Multikolinierasitas menunjukkan korelasi antar variabel bebas dalam persamaan regresi yang menyebabkan standard error menjadi tinggi dan sensitif terhadap perubahan data, sehingga koefisien regresi menjadi kurang teliti dan tingkat signifikansi yang salah juga semakin besar. Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikoliniearitas antara lain dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF), apabila nilai VIF kurang dari 10 maka dinyatakan tidak terjadi multikoliniearitas (Gujarati, 1997).

2. Analisa Regresi Liniear Berganda

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari variabel-variabel faktor strategi pemasaran yang meliputi : kekuatan image, respon perusahaan, respon distributor, retailer dan took, nilai-nilai instrinsik produk dan nilai-nilai ekstrinsik produk PT. Unilever Indoneasia Tbk maka digunakan analisis regresi linear berganda. Dimana persamaan yang dihasilkan dari regresi linear berganda, adalah sebagai berikut :

(18)

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b4X5 + ε

Keterangan :

Y = Strategi pemasaran perusahaan

b1, … b4 = Koefisien regresi masing-masing variabel

a = Konstanta

X1 = faktor kekuatan image

X2 = faktor respon perusahaan

X3 = faktor respon distributor, retailer, toko

X4 = faktor nilai-nilai instrinsik produk

X5 = faktor nilai-nilai ekstrinsik produk

ε = Estimate of error dari masing-masing variabel

3. Uji F (Pengujian Hipotesis Pertama)

Uji F dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat atau tidak bebas, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menentukan rumusan hipotesis :

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, berarti faktor posisi perusahaan dalam pangsa pasar,

diversifikasi dan pengenalan produk baru, pengembangan dan perluasan pangsa pasar, pembukaan jalus distribusi baru, posisioning, segmentasi dan targeting terhadap produk tertentu secara bersama-sama (simultan) tidak berpengaruh signifikan terhadap strategi perusahaan PT. Unilever.

(19)

H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0, berarti faktor Posisi perusahaan dalam pangsa pasar,

diversifikasi dan pengenalan produk baru, pengembangan dan perluasan pangsa pasar, pembukaan jalus distribusi baru, posisioning, segmentasi dan targeting terhadap produk tertentu secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap strategi perusahaan PT. Unilever.

b. Menentukan tingkat signifikansi (level of significant) 95% atau α = 5. F-tabel ditentukan dengan derajat, V1 = k dan V2 = n – k – 1

c. Menentukan besarnya F – observasi atau F- hitung dengan rumus Kerlinger dan Pedhazur (1987 : 201) sebagai berikut ;

(

1 2

)

( 1) 2 − − − = k n R k R F Keterangan :

R2 = Koefisien Determinasi Berganda n = Jumlah Sampel

k = Jumlah Variabel Bebas

d. Menentukan daerah penerimaan dan penolakan H0

Gambar 3.2

Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 (Uji F)

F - Tabel Daerah Penerimaan H0 Daerah Penolakan H0

(20)

e. Kriteria Pengujian

Bila F – observasi ≤ F-tabel, maka H0 diterima berarti H1 ditolak

Bila F – observasi > F-tabel, maka H0 ditolak berarti H1 diterima

4. Uji t (pengujian Hipotesis Kedua)

Uji t dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel bebas secara parsial (individu), dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menentukan rumusan hipotesis :

H0 : βi = 0, berarti Xi secara parsial tidak berpengaruh terhadap Y.

H1 : βi ≠ 0, berarti Xi secara parsial berpengaruh terhadap Y.

b. Menentukan tingkat signifikansi (level of significant) 95% atau α = 5% dan besarnya t-tabel dengan derajat kebebasan :

df = n – k –1, n adalah jumlah sampel yang digunakan

c. Menentukan besarnya t – observasi atau t – hitung dengan rumus (Supramono dan Sugiarto, 1993 : 216) sebagai berikut :

Sb t i obs β = Keterangan :

βi = Koefisien regresi dari variabel Xi

(21)

d. Menentukan daerah penerimaan dan penolakan H0 t - tabel Daerah Penerimaan H0 Daerah Penolakan H0 t - tabel Gambar 3.3

Daerah Penerimaan Dan Penolakan H0 (Uji t)

e. Kriteria Pengujian

- Bila t-tabel ≤ t-observasi atau t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan H1

ditolak.

- Bila t-hitung < t-tabel atau t-hitung > t-tabel, maka H0 ditolak dan H1

diterima.

5. Menentukan Koefisien Determinasi Ganda (R2)

Menghitung koefisien determinasi berganda untuk kemampuan model regresi dalam menjelaskan perubahan variabel tergantung akibat variasi variabel bebas. R2 diukur dengan persamaan sebagai berikut :

(

)

2 2 2 ) (Y Y Y Y R i i − Σ − Σ =

(22)

Dimana : Yi = Nilai Y yang diobservasi

Yi = Nilai duga Y

Y = Rata-rata Y

Bila nilai R2 makin mendekati 1 atau 100% berarti semakin baik model regresi tersebut dalam menjelaskan variabilitas variabel tertentu. Besarnya koefisien determinasi (R2) adalah dari 0 sampai 1. Apabila nilai koefisien determinasi berganda suatu persamaan mendekati nol, maka semakin kecil pula pengaruh semua variabel bebas terhadap nilai variabel terikat, sebaliknya semakin mendekati satu nilai koefisien determinasi berganda suatu variabel bebas terhadap variabel terikat maka semakin besar pengaruh variabel bebas terhadap nilai variabel terikat.

Sedangkan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas secara bersama-sama terhadap nilai variabel terikat dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi (R) dari persamaan regresi berganda yang dirumuskan sebagai berikut :

2

R R=

Gambar

Gambar 3.1  Alur Diagram (flow chart) Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. 7 Pada penelitian ini akan diolah dan dibandingkan

Hasil pengambilan data dilakukan analisis deskriptif untuk variabel karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan lama

Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan mengidentifikasi jenis famili Arecaceae yang ditemukan berdasarkan Tjitrosoepomo (2016), Tjitrosoepomo (2013), Steenis

Analisis kebutuhan adalah sebuah proses untuk mendapatkan informasi, model, spesifikasi tentang perangkat lunak yang diinginkan klien atau pengguna.. Kedua belah pihak,

Dalam penelitian ini, untuk menganalis data yang sudah terkumpul, peneliti menggunakan teknik analisa deskriptif, artinya peneliti berupaya menggambarkan kembali

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, yaitu analisis data penelitian untuk menguji generalisasi

Analisis statistik deskriptif merupakan analisis data penelitian dengan mendeskripsikan data yang telah terkumpul yang berguna untuk memahami setiap variabel yang

Selanjutnya data yang telah terkumpul kemudian dikodekan (codding) serta diolah menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui tanggapan responden terhadap setiap