• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tafsir Fiqhiy: Potret' Pemikiran AI-]ashshash dalam IIAhkam AI-Qur'an"

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tafsir Fiqhiy: Potret' Pemikiran AI-]ashshash dalam IIAhkam AI-Qur'an""

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Tafsir

Fiqhiy:

Potret' Pemikiran AI-]ashshash

dalam

I I

Ahkam AI-Qur'an"

Lilik Ummi Kaltsum

Abstrak:Ahkam al-Qur'ankarya al-Jashshash sangat diperhitungkan oleh kalangan pemerhati fiqh termasuk mufassir-mufassir sesudahnya baik yang bersifat mendulcung maupun yang berseberangan dengannya. Ahkam al-Qur'an,judul inilah yang dipilih al-Jashshash untuk sebuah karyanya tanpa sebutan katatafsir sebagaimana kitab tafsir lainnya. Surah-surat yang dibahas hanya 81 surah, sedangkan sistem penulisannya adalah tartib mushhafi. Metode penafsirannya lebih dominanbi al-ma'tsur. Al-Jashshash berupaya memasukkan paham-paham mazhabnya pada ayat-ayat yang sedang dibahas sehingga penafsirannya meluas dan melebar dari ayat pokok bahasan serta terkesan sebagai kitab fiqh hanafiyah.

Pendahuluan .

Corak masing-masing karya tafsir merupakan warna pemikiran yang mendominasi para mufassir. Oleh karenanya, lahir karya-karya tafsir dengan berbagai corak dan metodologi yang ditawarkan. Corakfiqhy atau hukum adalah salah satu corak tafsir yang terbilang tua dan terus diminati oleh beberapa mufassir. Salah satu cara yang mereka pergunakan adalah mengelompokkan ayat-ayat hukum (maudhu'i) sehingga mempermudah pemerhati fiqh untuk mendapatkan informasi tentang ayat-ayat hukum.

Ulama yang memulai penafsiran dengan metode tersebut adalah Muhammaq bin Idris al-Syafi'i (w. 204 H). Akan tetapi kitab yang lebih dikenal dengan namaAhkam al-Qur'anadalah karya Abu al-Husein Ali bin Hajar al-Sa'di (w. 224 H). Cara yang telah dilaku-kan oleh kedua tokoh ini kemudian diikuti oleh mufassir pada

(2)

278Lilik Ummi Kaltsum

generasi berikutnya. Sebagian besar mereka cenderung memperlihatkan fanatisme madzhab ketika menafsiri sebuah ayat. Misalnya, Ahkam al-Qur'an karya Ibn al-'Arabi (w. 543 H) terlihat membela madzhab imam Malik.Ahkam al-Qur'ankarya al;.Kiya al-Harasi (w. 450 H) terlihat fanatisme madzhab imam Syafi'i. Begitu juga Ahkam al-Qur'ankarya al-Jashshash (w. 370 H) tampak sekali pembelaannya terhadap madzhab imam Hanafi. Meskipun demikian, pada generasi berikutnya lahir juga beberapa karya tafsir

fiqhiyyang tidak terjebak dalam fanatisme madzhabnya, antara lain tafsiral-Jami' li Ahkam al-Qur'ankarya al-Qurthubi (w. 671 H) dan

Rawai' al-Bayankarya Ali al-Shabuni.

Ahkam al-Qur'ankarya al-Jashshash sangat diperhitungkan oleh kalangan pemerhati fiqh termasuk mufassir-mufassir sesudahnya baik yang bersifat mendukung ataupun yang berseberangan dengannya. AI-Kiya Harasi, misalnya menggunakan karya al-Jashshash sebagai salah satu bahan paham Hanafiyah yang akan djelaskan sisi-sisi perbedaannya dengan paham yang dianutnya, Syafi'i. Begitu juga al-Qurthubi dan Ali al-Shabuni menggunakannya sebagai salah satu kitabrujukandalam menulis karya tafsir mereka. Dalam makalahini,penulis mencoba mengupas lebih jauh apa dan bagaimanaAhkam al-Qur'ankarya al-Jashshash meliputi biografi pengarang, metodologi dan analisa beberapa penafsirannya serta dilengkapi dengan sekilas perbedaan karya al-Jashshash dengan karya tafsirfiqhiy lainnya.

Mengenal Sosok aI-Jashshashl

AI-Jashshash yang berarti tukang plester merupakan julukan

(laqab) yang dimiliki oleh Ahmad bin Ali Abu Bakar al-Razi yang bekerja sebagai tukang plester dan akhirnya menjadi tokoh pemikir mazhab Hanafi pada abad ke 4. Ia dilahirkan di Baghdad tahun 305 H. dan wafat 7 Dzulhijjah tahun 370 H.Beberapa sumber lain menyebutkan ia wafat tahun .315 H.dan yang terkuat pendapat

pertama. .

Setelah 25 tahun menetap

Hi

kota kelahirannya, al-Jashshash mengadakan rihlah ilmiyah ke al-Ahwaz kemudian kembali ke Baghdad. Atas saran guru yang sangat mempengaruhinya, Abi Hasan Karkhi, ia pergi ke Naisaburi bersama aI-Hakim al-Naisaburi. Sepeninggal al-Karkhi di al-Naisabur, ia kembali ke Baghdad tahun 344.

Tokoh yang dikenal dengan kezuhudannya ini menyibukkan dirinya dengan menimba berbagai ilmu dari beberapa gurunya, antara lain: Abi Sahl aI-Zujaj, Abi Sa'id al-Burda'i, Musa bin Nashir al-Razi dan Abi aI-Hasan al-Karkhi dalam bidang fiqh. Sedangkan

(3)

Tafsir Fiqhiy: Potret Pemikiran AI-Jashshash 279

hadis didapatkan dari 'Abd al-Baqi bin Qani' yang kemudian banyak dimuat dalam kitabnyaAhkam al-Qur'an. Beberapa keahlian yang ia miliki ditimba oleh murid-muridnya, antara lain: Abu 'Abdillah Muhammad bin Yahya al-Jurjani, Abu al-Hasan Muhammad bin Ahmad al-Za'farani.

Al-Jashshash menuangkan ilmunya dalam beberapa karyanya, antara lain Ahkam al-Qur'an, Syarh Mukhtashar al-Karkhi, Syarh Mukhtashar al-Thahawi, Syarh al-Jami' Muhammad bin aI-Hasan, Syarh al-Asma' al-Husna dan Adab al-Qadha' beberapa kitab tentang Ushul Fiqh dan tentang jawaban atas berbagai pertanyaan yang ditujukan kepadanya.

Sistematika Ahkam al-Qur'an

Ahkam al-Qur'an, judul inilah yang dipilih al-Jashshash untuk sebuah karyanya tanpa sebutan katatafsir sebagaimana kitab tafsir lainnya. Dari sini dapat ditangkap suatu informasi bahwa penekanan karya al-Jashshash ini pada hukum-hukum yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur'an bukan pada penafsiran ayat-ayat secara keselu-ruhan.

Surah-surah yang dibahas hanya 81 surah. Surah-surah yang tidak dibahas mayoritas tentang kiamat dan yang terkait dengannya, seperti surah al-Zalzalah, al-Qari'ah dan al-Qiyamah. Setiap surah dibagi menjadi beberapa mathiab yang terdiri dari beberapa bab. Masing-masing bab terdiri dari judul-judul tertentu atau ada juga dengan menggunakan istilahfash!. Penjelasan pada masing-masing ayat tergantung pada makna yang dikandungnya. Jika ayat tersebut, menurut al-Jashshash, dapat dijelaskan dari sisi hukumnya, maka dijelaskan sesuai kebutuhan. Oleh karenanya tidak semua ayat dalam masing-masing surah tertulis dalam kitabnya.

Pemilahan dan pemilihan ayat-ayat tertentu ini menjadikan pembagian yang tidak sarna,. dalam kitabnya yang terdiri dari tiga jilid. Jilid pertama hanya membahas dua surah: Fatihah dan Baqarah, jilid kedua hanya tiga surah: Ali Imran, Nisa' dan al-Ma'idah. Selebihnya masuk dalam jilid ketiga.

Sebelum membahas surah al-Baqarah terlebih dahulu dijelaskan secara panjang lebar beberapa pendapat seputarbasmallah dan al-Fatihah meliputi:Basmallah adalah bagian dari al-Qur'an, Apakah ia termasuk awalFatihah, Apakah ia termasuk awal dari semua surah dan haruskah dibaca dengan keras (jahr) atau tidak. Sebagai pengikut madzhab Hanafi, al-Jashshash menjelaskan bahwabasmallah adalah bagian dari al-Qur'an tetapi bukan awal semua surat termasuk al-Fatihah, karenanya tidak perlujahr (suara keras) ketika membacanya.2

(4)

280Lilik Ummi Kaltsum

Sistematika penafsirannya secara tartib mushhafi dengan tanpa memberi nomer ayat dan nama surah. Sesuai kebutuhan atau kandungan ayat, pembahasan dimulai dengan satu ayat atau lebih dari urutan mushaf dan diberi tanda "kurung tebal". Ide utama dari ayat tersebut ditarik menjadi judul bab, kemudian dikuatkan dengan ayat-ayat lain yang senada dan diberi tanda "kurung tipis". Dengan demikian, al-Jashshash termasuk tokoh yang menanamkan bibit-bibit maudhu'i dalam penafsirannya.3

Penyebutan nama-nama surah pada daftar isi tidak sama dengan nama-nama surah yang biasa disebutkan baik di dalam al-Qur' an itu sendiri ataupun kitab-kitab tafsir lainnya. , antara lain:

- surah al-lnsyiqaq disebut dengan surah ~I \,WI \jl - surah al-A'la disebut dengan surah,~~I ~.J('"""I ~ - surah al-Ma'un disebut dengan surah 0:!..ll~ y~ (,?~I ~i) - surah al-Lahab disebut dengan surah~

AI-Jashshash cenderung memberikan nama surah sesuai dengan kalimat pertama surah tersebut dan perbedaan ini banyak ditemukan dalam juz 30.

Metode dan Tehnik Penafsiran aI-Jashshash

1. Metode penafsirannya lebih dominan bi al-ma'tsur, yaitu: a. Menafsirkan dengan ayat-ayat lain, contoh ketika menafsiri

keikhlasan bershadaqah dalam QS al-Baqarah: 264 dijelaskan dengan firman Allah QS al-Bayyinah: 5:

4 \'Ub.0.l..J\.u ~,iliII.J~ )tll ...

u ..l

L..J~W JL9.J b. Mengemukakan riwayat-riwayat baik dari Nabi, shahabat

ataupun tabi'in dan tidak menyebutkan sanad secara lengkap sampai mukharrij, contoh ketika menafsiri QS al-Baqarah:273

...~ ~yU... ( ...kamu mengenali mereka dengan tanda-tanda

mereka ... )dijelaskan dengan menyitir sebuah riwayat:

5. ..J=':;;\\~ .JA ..lJ'l-l

·i·

<.Y.&-!)1.JI...j~I JL9 2. Makna lafadz juga didapat dari syair-syair Arab. Contoh QS al-Baqarah: 268 I'~~ ~.JA~..;-juJl ~~ 0~\ kataI't..::..:..ill pada

ayat ini berarti bakhil berdasarkan syair :

6 .:J~\ ~:. \.ill JL.:i..lllc..

* ;

~.JF'~L - . 1·"1F'l:k..J..W .... II

i

. r ' c.$.J

3. Mengemukakan pendapat ulama fiqhiy, dengan redaksi

F

1JA,I JL9 ,V"JiL9 JL9 atau dengan ungkapan yang lebih khusus

~L5:J\ JL9 Pendapat-pendapat ini ditarjih dengan

mengemuka-kan pendapat madzhab al-Hanafiy dengan redaksi antara lain: dari sinilah tampak fanatisme madzhab yang ia lakukan. 4. Jika dibutuhkan lebih detail, penjelasan tentang perbedaan pendapat

inidiberi kolom khusus dengan redaksi ....~ ~)tl...f:.j ... 7 5. Menjelaskan asbab al-nuzul. Contoh QS al ... Nur:61. Said

(5)

Tafsir Fiqhiy: Potret Pemikiran AI-Jashshash 281

meriwayatkan dari Qatadah yang berkata seseorang dari Kinanah bani Khuzaimah melihat salah satu dari mereka yang kelaparan tidak diperbolehkan makan sendirian sampai ada orang lain yang menemaninya makan dan minum, maka turunlah ayat:

\:il:i.Jii Jj ~_. I.>'-'"-Icb .U

i

r .

w.:..

r-:.-

_<.\... U"':!"...1

(Tidak ada dosa bagi kalian makan bersama-sama atau sendirian).8 6. Ayat-ayat hukum yang dimaksud oleh al-Jashshash mencakup

juga etika kehidupan, seperti etika makan, masuk rumah, memanggil Rasulullahd~nlaill-lain yang terkandung dalam ayat-ayat terakhir dari QS al-Nur.9D~ngandemikian,Ahkam al-Qur'an yang dimaksud dalam kitab ini bukan sekedar hukum-hukum fiqhiyyah tetapi mencakup peraturan-peraturan kehidupan yang terkandung dalam al-Qur' an.

7. Tidak ditemukanisrailiyyatdalam penafsirannya. Hal ini karena al-Jashshash tidak menerangkan ayat-ayat tentang akidah dan kisah-kisah.

Memperhatikan sistematika dan metode penafsiran al-Jashshash terdapat sisi-sisi kesamaan dan perbedaaan dengan beberapa karya tafsir ayat-ayat ahkam pada generasi berikutnya, seperti al-Qurthubi (w.671H)lO, Ali al-Shabunj1J, Sebagaimana pada kolom berikut:

No AI-Jashshash (370 H) AI-Qurthubi (671 H) Ali aI-Shabuni 1 Berdasarkan tartib Tartib mushafi Tartib mushafi

mushafi

2 Hanya ayat-ayat Semua ayat dibahas Hanya ayat-ayat

hukum hukum

3 Tidak menjelaskan Menjelasakan qiraat Menjelaskan qiraat perbedaan qiraat

4 Didukung ayat-ayat Didukung ayat-ayat Didukung ayat-ayat lain dan riwayat lain dan riwayat lain dan riwayat 5 Pembagian bab dan Tanpa pembagian pembagian bab dan

sub bab bab dan sub bab sub bab

6 Terdapat judul pada Tanpajudul. Terdapat judul pada

masing-masing bab masing-masing bab

7 'Tidak menjelaskan Menjelaskan segi Menjelaskan segi

segi kebahasaan kebahasaan kebahasaan

8 Mengambil makna Mengambil makna Tanpa menyebut

dari syair-syair kuna dari syair-syair kuna syair

9 Menjelaskan Menjelaskan Menjelaskan

perbedaan pendapat perbedaan pendapat perbedaan pendapat

juqaha juqaha juqaha

10 Tanpa dibubuhi Dijelaskan nama Dijelaskan nama

nama surat dan surat dan nomer ayat surat dan no mer ayat nomer ayat

(6)

282 Li/ik Ummi Kaltsum

Analisis Penafsiran aI-]ashshash a. Bab Ketidakikhlasan dalam Bershadaqah

Pemberian nama bab ini terkait dengan ayat yang akan al-Jashshash tafsirkan, yaitu:

(.S~i '1 Li.. \ •••

;i

L.' ., '1 •"&11.· ...1\

i . .... .

ill

.J ..r- U~ ~ ~

...r

("l"".JA u.Jll-l:l U:!

Artinya: Orang-orang yang menafkahkan harta di ja/an Allah kemudian mereka tidak mengiringi apa yang mereka nafkahkan dengan menyebut-nyebut dan tidak menyakiti (perasaan penerima)

Al-Jashshash melengkapi penafsirannya dengan beberapa ayat lain yang terkait, yaitu: al-Baqarah: 263 & 264, aI-Rum: 39, Muhammad: 33, al-Bayyinah: 5 dan al-Syura: 20

Memperhatikan ayat-ayat yang di atas, al-Jashshash tidak membedakan antara kata shadaqah dan nafkah (infaq). Hal ini menunjukkan bahwa al-Jashshash lebih menekankan pada pesan-pesan yang terkandung di dalam ayat, dalam hal ini keikhlasan dalam shadaqahatau infaq bukan perbedaan kosa kata.

Jika ditelaah ulang beberapa ayat yang tersebar dalam al-Qur' an penggunaan kata zakat, shadaqah dan nafkah terdapat sisi-sisi perbedaan. Raghib al-Asfahani dan al-Thabathabai memberikan penjelasan yang senada bahwa kata infaq yang berasal dari n-f-q berarti mengeluarkan atau menghabiskan harta bendanya. Kata ini masih bersifat universal baik yang dikeluarkan berupa harta ataupun lainnya sunnah maupun wajib (zakat). Sedangkan shadaqah berarti mengeluarkan harta untuk mendekatkan diri kepada Allah baik sunnah ataupun wajib. Akan tetapi kata shadaqah lebih diarahkan kepada shadaqah sunnah sedangkan shadaqah wajib biasa disebut dengan zakat. 12

Menurut al-Jashshash ayat di atas mengisyaratkan bahwa ada dua sikap yang disebutkan sebagai penghapus keikhlasan. Fertama, mannayaitu menyebut-nyebutshadaqahyang telah dilakukan, seperti ucapan: "Saya telah berbuat baik kepada seseorang menghidupinya dan menjadikan dia kaya." Kedua, adza yaitu menyakiti hati penerimashadaqah,seperti tingkapan: "Kamu selamanya miskin dan

menyusahkan saya".13 •.~ . ,

Keikhlasan adalah kunci diterimanaya sebuah perbuatan. Shadaqahadalah perbuatan yang bertujuan untuk mendekatkan~i~i kepada Allah, sehingga membutuhkan ~eikhlas~n tanpa sedlklt tergores sikap yang mengarah kepadanya ,sepertimannadanadza. QS al-Syura: 20 menggambarkan bahwa seseorang. yang,berbu~t secara ikhlas, maka dia akan mendapatkan yang lebih dan yang la harapkan dunia dan akhirat sedangakanoran~ yang berbuat hanya karena duniawi (tidak karena Allah) maka dla akan memperoleh

(7)

Tafsir Fiqhiy: Patret Pemikiran Al-Jashshash 283

sebagian dari harapannya dan tidak memperoleh apapun di akhirat kelak.14

Untuk menjaga keikhlasan dalam bersikap, termasuk bershadaqah, ada dua hal yang harus dilakukan oleh mutashaddiq yaitu:pertama,sebagaimana yang diriwayatkan' Amr dari aI-Hasan, orang tersebut harus bersyukur kepada Allah yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan untuk bershadaqah. Kedua, mengucapkan kalimat-kalimat yang menyenangkan hati orang yang menerimashadaqahdan memaafkannya bukan mencaci dan menyakiti hatinya, sebagaimana pesan yang disebutkan dalam QS AI-Baqarah: 263 dan al-lsra': 38.15

t-Dalam ayat ini AI-Jashshash tidak menyertakan sebab turun ayat yang disebutkan oleh kitab-kitab lain, antara lain aI-Wahidi dalam Asbab al-Nuzulnya menyatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan sikap dua sahabat, salah satunya Abd aI-Rahman bin' Auf yang mendatangi Rasul dan mengatakan,"Saya mempunyai 8.000 dirham, 4.000 dirham untuk keluarga dan 4.000 dirham untuk kuhutangkan kepada Allah(kushadaqahkan)." Mendengar kejujuran ini Rasul berdoa, "Semoga Allah memberkahi harta yang kau simpan di rumah dan yang kau nafkahkan.16

Dalam pembahasan ini al-Jashshash sekaligus ingin menerangkan pahamnya mengenai meminta upah (istijar), dengan redaksi sebagai berikut:

JW~I .Y'L....,J U J'".j .~ll ~_.1_".J o~1 ~J --IIC:.~ ~\- .J . "~:lI'.J~.:I:u.,L:...:,i u..,n~

. -(.: .\ ,'"" \ . - . L.\_ ~1 .i:..~1 .~:\.., ·~\I4..:>. 1- \ ,.,

·i

I.L ,. ".11

u.,...., U v- ~...>=":l ~ ...?' U 1.J'" .J ~ U"-'-' U ~Y'J 'S""' IA.Y'lb,jJ wL~1 o~.' j:,:1j,] ;(,. J,~

Kelampak kami berkata, "Tidak baleh meminta upah dari haji, shalat, mengajar al-Quran dan kegiatan-kegiatan lain yang disyaratkan pelaksanaannya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Pengambilan upah tersebut dapat menghapus upaya pendekatan diri kepada Allah (keikhlasan), karena adanya dalil dari ayat-ayat ini.

Maksud~~i di sini adalah kelompok Hanafiyah. Menurut mereka, permintaan upah dari kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah termasuk kategori riya' sebagaiamana shadaqah yang dibarengi dengan manna dan adza. Dengan demikian perbuatan tersebut tidak akan bernilai apapun di mata Allah.

Dari penafsiran diatas terlihat bahwa upaya aI-Jashshash memasukkan ayat ini dalamAhkam al-Qur'an-nyakarena keikhlasan sangat mempengaruhi diterima tidaknya suatu perbuatan sehingga dapat dikategorikan sebagai ayat ahkam sekaligus ingin memasukkan pendapatnya berkaitan dengan permintaan upah dari kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada

(8)

284Lilik Ummi Kaltsum

Allah. Sernentara Ibn Arabi dan al-Kiya al-Harasi dalarn kitabnya yang sarna Ahkam al-Qur'an tidak rnernbahas ayat 262 surah aI-Baqarah ini. Mereka tidak rnernasukkan keikhiasanshadaqahdalarn kategori ahkarn.Y

Pendapat Hanafiyah ini berbeda dengan pendapat jurnhur ularna. Riwayat yang diketengahkan terkait dengan rnasalah ini adalah riwayat Ibn Abbas yang rnenceritakan diperboIehkan rnengarnbil (rnenerirna bukan rnerninta) upah dari upaya pengobatan dengan ayat-ayat aI-Qur' an(ruqyah). Riwayat ini sekaIigus dijadikan hujjah oleh jurnhur ularna diperboIehkan rnenerirna upah -bukan rnerninta - baik dari pengajaran aI-Qur' an ataupun ruqyah.

Sedangk~nHanafiyah hanya rnenjadikan riwayat ini sebagai hujjah

diperbolehkan rnenerirna upah dari ruqyah tidak terrnasuk

pengajaran al-Qur' an. 18 •

b. Babal-Mukasabah (Pekerjaaiz)

Pernbahasan ini berawal daTi penafsiran sebuah ayat 267 surah al-Baqarah:

\~ J~.J..;; . ~\.c...)-Qr-(\u.:,..y:...

i \...,.., -';,.,,(

J r:-- L,wLub'... I ••

'ii

I .

i .

ill I.·ill

(j" ~ ..JlA U:! ~ ..

~ ,~.&1

'i

I ..1_\ <US \ . ..' .

i

;;1 4.JhL -';,.\ . nllIi.u... Wu:J1

'., ~ U . r - -J .. ~

u

. . '

r-J

u~

."

Hai orang-orang yang beriman najkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu, Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk untuk kamu najkahkan padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan memicingkan mata terhadapnya. Katahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Dalarn syariat Islam, ada dua rnacarn rnukasabah: pertarna, pekerjaan yang digaji (rnernperoleh upah) dengan uang dan rnendapat laba, seperti jual beli. Allah telah rnenghalalkan jual beli dan rnenghararnkan riba (al-Baqarah: 275 )dan beberapa ayat, antara lain: al-Muzarnrnil: 20, al-Baqarah: 195. Kedua, pekerjaan yang rnendapat upah dengan rnepgarnbil rnanfaat dari sesuatu atau istilah lain pekerjaan jasa, seperti s~9rangwanita yang bekerja rnenyusui bayi, sebagairnana digarnbatkan dalarn QS al-Thalaq: 6, atau seo-rang yang bekerja dengan upah dikawinkan dengan seoseo-rang wani-ta, sebagairnana yang diperlakukan nabi Syu'aib kepada nabi Musa, QS al-Qashash: 27:19

'W . L·j 1_ . "\A .,.\ h i ~i

·i.lJ

i

'\

~ c.F c.F..?' U ~ lJ:!-l ~ LS U ...J c.F

"Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini atas dasar kamu bekerja denganku selama delapan tahun,"

Terkait dengan ayat di atas, ada beberapa hal yang in gin dijelaskan oleh al-

J

ashshash.Pertama,adanya kesepakatan upah yang akan diterirna oleh pekerja. Kedua, bekerja lebih baik daripada

(9)

Tilfsir Fiqhiy: Potret Pemikiran AI-Jilshshilsh 285 meminta-minta. Salah satu riwayat yang disitir adalah:

ofi'i ~ \~i fi'\.:i....,\ 0-0 maksudnya sebelum memperkerjakan seseorang haruslah dijelaskan dulu upah yang akan diterima.20

Pesan inilah yang ingin diberikan oleh al-Jashshash, dia berusaha menyelipkan idenya (pendapat madzhabnya) dalam beberapa ayat yang in gin ditafsirkan, sehingga pembahasan terkesan meluas. Hanya al-Jashshash yang mencantumkan penjelasan tentang upah ini dalam bab al-mukasabah. Mufassir ayat ahkam lainnnya, seperti al-Kiya al-Harasi, Ibn Arabi, al-Qurthubi dan Ali Shabuni tidak memasukkannya dalam penafsiran QS al-Baqarah: 267. Penjelasan detail tentang upah (ijarah) banyak ditemukan dalam kitab-kitab fiqh misalnya, Wahbah al-Zuhaili menjelaskan bahwa dalam kasus tenagakerja ini, paling tidak, ada tiga unsur yang harus disepakati antara pemilik harta dan pekerja, yaitu:

1. Jenis pekerjaan

2. Waktu yang ditentukan. 3. Upah kerja.2

!

Jika diteliti lebih lanjut dalam jilid III al-Jashshash juga menyebut ulang ayat 27 surah al-Qashash ini. Akan tetapi, sebagaimana mufassir lain, penjelasannya terkait dengan masalah pernikahan. Menurut al-Jashshash, sekaligus menepis pendapat yang bersebe-rangan, bahwa al-Qashash: 27 ini adalah hujjah diperbolehkan akad nikah (sah) tanpa menyebutkan mahar tertentu dan diperbolehkan waH memperkerjakan calon menantunya sesuai dengan perjanjian.22 Dengan demikian, menurutnya al-Qashash: 27 juga terkait dengan masalah upah tenaga kerja sehingga masuk dalam pembahasan mukasabah.

Lafadz ~ La (apa yang kamu usahakan) dalam ayat di atas, mengisyaratkan wajibshadaqahpada semua hasil usaha meski harta tersebut belum dapat memenuhi. kebutuhan pokok. Ayat tersebut dapat dijadikan hujjah wajib shadaqah pada kuda sekaligus menggugurkan pendapat yang mengatakan tidak wajib shadaqah pada semua harta benda.

~J:l1 0-0 ~4..?i L...J kalimat yang universal inilah yang

dijadikan hujjah bagi imam Hanafi untuk menetapkan bahwa sedikit ataupun banyak segala hasil bumi harus dizakati sepersepuluh.

Selain golongan Hanafi mengatakan bahwa ayat tersebut tidak mengisyaratkan shadaqah wajib (zakat) tetapi shadaqah sunnah.23 Mensikapi hal ini al-Jashshash menjawab:

- Lafadz 1~i adalah kalimat perintah, sedangkan bagi Hanafiyah

setiap kalimat perintah menunjukkan wajib kecuali jika daIil yang menunjukkan sunnah.

(10)

286 Lilik Ummi Kaltsum

~ Kalimat 4...l.9

..

I . .- .\~

u

'XI <\.J~L

...

r - J

-': .

..1 u.JU-U... .u...~I... I~.. 'XJ

tidak mengisyaratkan shadaqah sunnah, karena larangan menshadaqahkan sesuatu yang buruk hanya ada pada shadaqah wajib bukan padashadaqah sunnah. Diibaratkan seperti membayar hutang. Tidak diperbolehkan berhutang barang baik dibayar dengan sesuatu yang buruk (padahal mempunyai yang lebih baik dari itu).

Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa ayat 0.#Ii.u... ~\ \~':I.

turun berkenaan dengan sikap kebanyakan manusia yang cenderung bershadaqah buah-buahan yang jelek-jelek. Sedangkan

~ \~ 0\ 'X\ "-:!~4 ~J terkait dengan riwayat lain yang menyebutkan bahwa semua harta manusia tidak ada yang buruk kecuali wi.ng-uang yang palsu. Jika seseorang yang telah memberi hutang dibayar dengan uang-uang palsu, niscaya dia tidak akan mau menerimanya.24

~ I~ 0\ 'XI potongan ayat ini, bagi Hanafiyah sekaligus menjadi hujjah diperbolehkan jual beli barang yang berkuantitas sarna tetapi kualitas beda, contoh perak bagus 2 gram ditukar dengan perak jelek 2 gram. Paham inilah yang diketengahkan ketika menjelaskan suatu riwayat ~ )l..J.., 1..;-lA~~ 1..;-lA~1

Berdasarkan nash ini pula diperbolehkan melunasi hutang dengan sesuatu yang lebih baik secara sukarela(ridha) sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah ketika melunasi hutang kepada Jabir bin Abdillah. Dalam hal ini Rasul berpesan:

~ -<: ...

-1

_< .25

~

r -

r-»=>-c. Bab Bershadaqah kepada Musyrik

Pembahasan ini berawal dari penafsiran sebuah ayat 272 surah al-Baqarah:

. -< ...,)tj ' . I

.ie·"

1.4 ~L..:;u' .",.,.&\ '.<1 ~1~.lli1c ...\

.. r - -»=>- (..}'" ~ J .. (..}'"'?""<r.: c...>-"'J " .. l.>":!'

Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allahlah yang memberi petunjuk (taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan haria apa saja yang kamu najkahkan (di jalan Allah) maka pahalimya untuk kamu sendiri ....

Lafadz ~I~ dipahami oleh al-JashshasD sebagai memberikan shadaqah kepada kaum musyrik, dengan alasan:

- Ayat sebelumnya menjelaskan tentang menampakkan shadaqah di depan orang lain.

- Ayat sesudahnya juga menjelaskanshadaqah ~ ~l.JA 1.JW:i 1.4J

Pemaknaan lafadz ~\~ ini sangat berbeda dengan mufassir-mufassir lain yang menafsirkan bahwa Nabi SAW tidak mempunyai kekuatan sedikitpun untuk memberi hidayah al-taufik kepada siapapun termasuk orang-orang beliau cintai, sebagaimana

(11)

Tafsir Fiqhiy: Potret Pemikiran AI-Jashshash 287

dijelaskan dalam ayat lain QS al-Qashash: 56

... "'~ U.o Lj~ ~\

USJ..,

~i U.o Lj~'J, c!lil (Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi hidayah taufik kepada siapapun yang kamu

cintai tetapi Allahlah yang memberi petunjuk kepada siapapun yang Dia kehendaki .. ).26

Meskipun berbeda dalam mengartikan satu kalimat, tetapi kandungan makna yang mereka maksud sarna. Bertolak dari sebab turun ayat yang sarna yaitu pada awal Islam kaum muslim sering bershadaqah kepada kerabat non muslim, tetapi ketika pemeluk Is-lam semakin banyak Rasulullah melarangnya, sebagaimana riwayat

~~ J,t.i ~'J,I 1.,§..l..I...::>J'J,(BershadaqaJ.zlah hanya kepada orang-orang seagamamu). Sikap Rasul teisebtif ditegur dengan ayat ini yang menjelaskan bahwa tidak ada gunariya Rasul melarang bershadaqah kepada non muslim toh beliau tidak memiIiki kemampuan untuk memberi hidayah kepada mereka, sebagaimana riwayat:

04~'il J,t.i ~ \.,§..l..I...::>J (Shadaqahlah kepada semua pemeluk agama). 27 Penjelasan ini didukung dalil naqli lain, yaitu:

- QS al-Insan: 8: \~i..,

l...A!..,

~ ~ ~

w..

~

..J:.,!.J

(Dan mereka memberi makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan tawanan). Yang dimaksud tawanan dalam ayat ini adalah kaum non muslim atau musyrik.

- QS al-Mumtahanah:8:

Artinya: Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berprilaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak juga mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

- Ucapan Nabi SAW:

-<~I ;.~ .j I.A~ 1 -<'·wei· . 4.i~1 hi .

i

w

1

\ ..r-c.,r J .., \ .. 0'" 0'" U Y' - Sabda Nabi SAW kepada Mu'adz: .

28~\.;i9 ~ ~J:!.J ~l#-I CJ.ohy, ~I-""I ~ lb. ~ va.) ~l 0\ Sebagai pengikut Hanafiyah, al-Jashshash menilai bahwa dalil-dalil di atas berlaku secara umum. Artinya semua shadaqah termasuk zakat fitri, zakat harta atau ternak maupun" kafarat yang pengambilannya tidak diambil oleh imam, maka boleh diberikan kepada kaum non muslim. Pendapat ini sekaligus menepis golongan yang menggunakan daHl yang sarna di atas sebagai petunjuk kekhususan bahwa zakat mal tidak boleh dibagikan kepada non muslim, sebagaimana sikap Nabi yang telah mengambil harta or-ang kaya dan membagikannya kepada kaum muslim yor-ang miskin (fuqaraikum).29

Potongan ayat ~~ ~~ ~I U.o ",~i J,t.WI ~ (orang yang tidak tahu· menyangka mereka adalah orang kaya karena menjaga diri dari meminta-minta. kamu mengenali mereka dengan melihat

(12)

288Lilik Ummi Kaltsum

tanda atau sifat mereka). Dlama sepakat bahwa ayat ini

memperbolehkan bershadaqah kepada seseorang yang secara dhahir mempunyai pakaian dan harta setelah mengenali keadaan sebenarnya (menahan untuk tidak meminta-minta). Perselisihan terjadi ketika menentukan berapa besar yang bolehdishadaqahkan

kepada mereka:

- Abu Hanifah, sebagaimana yang ditulis al-Jashshash menyatakan bahwa sebanyak ukuran zakat.

- Malik menentukan sampai 40 dirham

- Syafi'I memperbolehkan memberi mereka makanan. pokok sampai satu tahun.30

Penutup

Mencermati sistematika dan metode penafsiran al-Jashshash dapat disimlmlkan bahwaAhkam al-Qur'anmerupakan kitab tafsir yangbercorakfiqhiyyangHanafiy.Sistem penulisan(tartib)nya adalah

tartib mushhafitetapi tidak semua ayat dijelaskan. Ayat-ayat hukum

yang dimaksud oleh al-Jashshash mencakup peraturan-peraturan

kehidupan, seperti etika makan, mengucap salam, masuk rumah dan lain-lain. Langkah penafsirannya dijadikan rujukan oleh mufassir-mufassirfiqhiy pasca Jashshash seperti Ibn aI-Arabi, al-Kiya al-Harasi, al-Qurthubi,.Ali al-Shabuni dan lain-lain.

Di samping itu, Abi aI-Hasan al-Karkhi merupakan salah seorang tokoh Hanafiyah sekaligus guru al-Jashshash yang sangat berpengaruh, sehingga al-Jashshash tidak dapat mengelak dari sikap fanatisme madzhabnya. Itulah sebabnya, Al-Jashshash berupaya memasukkan paham-paham madzhabnya pada ayat-ayat yang sedang dibahas sehingga penafsirannya meluas dan melebar dari ayat pokok bahasan serta terkesan sebagai kitabfiqh hanafiyah.

Karya apapun yang dihasilkanoleh tokoh-tokoh terdahulu tidak terkecuali karya tafsir adalah hasHijtihadiyang harus dihargai tetapi tidak harus diyakini sebagai suatu kebenaran mutlak. Oleh karenanya, tidak dibenarkan adanya klaim "terbaik dan terbenar" dalam menilai sebuah karya. Semoga kajian ini mendorong kreativitas intelektual kita 'agar terlahir mufassir-mufassir baru dengan tawaran metodologi;baru yang lebih membumi.

(13)

Tafsir Fiqhiy: Potret Pemikiran Al-Jashshash 289

Catatan Akhir:

1 Abu Bakar Ahmad bin Ali Razi Jashshash (kemudian ditulis dengan

al-Jashshash),Ahkam al-Quran (Beirut:Dar al-Kutub al-Ilmiyah,Uh), jilid I, h. 4. Ahmad bin Muhammad al-Adnarawiy, Thabaqat al-Mufassirin (al-Madinah al-Munawwarah, Maktabah al-'Ulum wa al-Hikmah, 1997 M ), jilid I, h. 84. Muhammad Ali Iyazi, al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum (Teheran: Irsyad Islamiy, 1333 H), h. 109-110.

2 Ibid.,jilid I, h. 8-12.

3 Perbedaan tanda kurung ini hanya da.pat dicek dalam kitab al-Jashshash

cetakan pertama. Cetakanber1kutny~sudah ada usaha muhaqqiq untuk memberi nomer ayat dan tanda kurung "tidak dibedakan.

4 Ibid,jilid I, h. 623. .

5 Ibid,h. 631

6 Ibid.,h. 627.

7 Sedikit dan banyaknya penjelasan tergantung kebutuhan. Ada yang cuma

setengah halaman, tetapi ada juga yang menghabiskan beberapa halaman, seperti ketika menerangkan tentang masa sud haid. Lihat.Ibid.h. 345-355.

8 Ibid.Jilid III, h. 336.

9 Ibid. 334-337.

10Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi,al-Jami' Ii Ahkam al-Quran

(Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Uh.)

11Muhammad Ali al-Shabuni,Rawai' al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Quran

Uakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1999).

12Raghib al-Asfahani,al-Mufradat fi Gharib al-Qur'an(Beirut: Dar al-Ma'rifah,

t.th.), h. 278 dan 502. Lihat juga Muhammad Husein al-Thabathaba'I, ,

al-Mizan fi Tafsir al-Qur'an (Beirut: Muassasah al-A'lamiy, 1991), jilid II, h. 387.

13AI-Jashshash, jilid I, h. 623. 14Ibid.

15Ibid.

16Ali bin Ahmad al-Wahidi,Asbab al-Nuzul(Beirut: Dar al-Fikr, 1988), h. 55-56. 17'Imad aI-Din bin Muhammad al-Thabari (al-Kiya al-Harasi),Ahkam al-Quran

(Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1983), ceet.I. Muhammad bin Abdullah (Ibn Arabi),Ahkam al-Quran(Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1988), cet. 1.

18Lebih jelas lihat Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahihal~Bukhari,bab

ma yu'tha

fi

al-ruqyah ... ,hadis no. 2115.

19Ibid,h. 624

20Ibid.

21Wahbah al-Zuhaili,al-Fiqh al-Islami(Beirut: Dar al-Fikr, 1997), cet. IV, jilid V,

h.3801-3806.

22Penjelasan lebih detaillihat. Al-Jashshash,op.cit.,jilid III, h. 349

23Penjelasan yang berseberangan dengan al-Jashshash dapat dilihat lebih

de-tail dalarn. Ibn al-'Arabi,op.cit.dan al-Kiya al-Harasi,op.cit. 24Ibid,jilid I, h. 626.

25Ibid.,h., 627.

26Penafsiran ayat ini selain al-Jashshash dapat dicek lebih jelas antara lain: Ibn

Jarir al-Thabari,Jami' al-Bayan 'an Ta'wil Ayy al-Qur'an (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), jilid II, h. 123. Ismail bin Umar al-'Ijiliy,al-Futuhat al-Ilahiyah(Beirut:Dar al-Fikr, 1994), jilid I,h. 371-372. MuhammadHuseinal-Thabathaba'I,al-Mizan

fi Tafsir al-Qur'an (Beirut: Muassasah al-A'lamiy, 1991), jilid II, h. 400.

(14)

290 Lilik Ummi Kaltsum

27Al-Jashshash,op.cit.,h. 629-630. Ismail bin Vmar al-'Ijiliy,al-Futuhat.. .jilid I, h. 371. Akan tetapi al-Wahidi tidak mencantumkan sebab turun ayat ini. 28Ibid.,h. 630.

29Ibid.Pendapat selain Hanafi lebaih detail dapat dilihat al-Kiyaal-Harasi,op.cit.,

h. 229. Wahbah al-Zuhaili,op.cit.,jilid III, h. 2556.

30Al-Kiya al-Harasi,op.cit.h.231. Danal-Jashshash,op.cit.',h. 631.

Lilik Ummi Kaltsum adalah dasen Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

...

Referensi

Dokumen terkait

yang terlibat dalam proses perumusan, pembelajaran dan pengawasan pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP. Indikator Sumber daya , faktor ini sangat berpengaruh implementasi

Akankah esok kembali ,aku masih kau beri kehidupan yang berarti?. Wahai dunia dan

Penilaian terhadap dimensi kurikulum aktual artinya menilai pelaksanaan kurikulum apakah telah sesuai dengan kurikulum ideal. Kriteria keberhasilan dalam penilaian ini

Saat ini kerap terjadi pelanggaran privasi di media sosial berbasis ojek online, timbulnya pelanggaran privasi pada ojek online ini karena aplikasi

SDIT AL uswah Surabaya is one unified Islamic elementary school that has problems ranging from frequent mistake inputting data, loss of data that has been collected, the data is not

Fakta diatas menunjukkan bahwa pemahaman ibu yang cukup merupakan suatu kemampuan dalam hal pemahaman rehidrasi oral pada balitadiare, ibu yang memiliki pemahaman cukup tentang

[r]

Berdasarkan hasil penelitian di atas, bahwa dengan penerapan pembelajaran kontekstual melalui cooking class dapat meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak