• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan tradisional seperti kerikan. Metode kerikan adalah metode dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pengobatan tradisional seperti kerikan. Metode kerikan adalah metode dengan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Hampir semua orang di Indonesia, sudah tidak asing dengan metode pengobatan tradisional seperti kerikan. Metode kerikan adalah metode dengan cara menggosok pada titik – titik bagian tubuh tertentu dengan menggunakan benda tumpul atau sering disebut kerikan (kerokan : Jawa atau Scraping : Inggris)(Wojowasito dan Wasito, 1980). Biasanya alat yang digunakan dapat berupa uang koin, bawang, potongan jahe dan benda tumpul lainnya. Selain itu pengobatan dengan kerikan juga membutuhkan cairan pelicin seperti minyak telon, minyak zaitun, balsam, minyak kayu putih, minyak kelapa atau bisa juga body lotion. Cairan pelicin ini digunakan agar tidak terjadi iritasi pada kulit atau lecet pada saat dikerik.

Kerikan dapat dikatakan pula sebagai cara tradisional yang digunakan untuk mengatasi gejala masuk angin. Selain masuk angin kerikan ternyata juga dapat melancarkan peredaran darah, mengatasi meriang, demam, pusing, pilek. mengurangi rasa pegal maupun gejala masuk angin lainnya.

Kerikan yang sering disebut dengan cao giodi (Vietnam) dan goh kyol (Kamboja) ini juga digunakan sebagai metode pengobatan tradisional di negara-negara Asia lainnya. Di China yang telah terkenal dengan metode akupunturnya, kerikan ini pun cukup popular dengan sebutan gua sua. Hanya saja orang China memakai batu giok sebagai alat pengerik, bukan kepingan uang logam atau potongan bawang seperti di Indonesia (Tamtomo, 2012 ; Rejeki, 2012 ; Bahar, 2012 )

(2)

Banyak orang percaya bahwa jika setelah dikerik menimbulkan warna merah pada permukaan kulit yang digosokkan, maka hal tersebut pertanda badan telah kemasukan angin secara berlebihan. Makin pekat (gosong) warnanya, menunjukkan banyaknya angin yang masuk di tubuh. Namun hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Saat kulit dikerik, akan terjadi inflamasi yang memiliki ciri warna merah pada kulit yang dikerik. Hal ini menandakan adanya jaringan yang meradang dan pembuluh kapiler darah yang menyempit telah kembali melebar. Karena pada kenyataanya terdapat beberapa badan orang yang sehat pun dapat memerah jika dikerik.

Masih banyak orang yang menyangsikan manfaat dari metode kerikan. Masing – masing dari mereka memiliki alasan yang berbeda dalam menjawab mengenai metode tradisional turun menurun ini. Faktor yang menyebabkan diantaranya kerikan belum teruji secara medis, ilmiah dan hasil yang ditimbulkan berupa bekas merah mengurangi nilai estetika.

Opini yang berkembang dimasyarakat mengatakan bahwa kerikan itu dapat merusak kulit, menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan rusaknya saraf-saraf yang ada di kulit (Tamtomo, 2012). Padahal opini tersebut belum teruji kebenaranya baik dari segi medis maupun ilmiahnya. Kerikan juga mempuyai dampak positif dan negatif, diantaranya kerokan dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah(vasodilatasi), kerikan tidak menyebabkan rusaknya kulit, menyebabkan ketagihan serta kerikan dapat menyebabkan kontraksi dini.

(3)

Alasan masuk anginlah yang kerap di gunahkan masyarakat Indonesia khususnya di Jawa untuk menggambarkan kondisi tubuh yang kurang baik seperti pegal linu, kepala pusing, kembung, meriang, dan pilek. Alasan inilah yang mendasari kebanyakan masyarakat di Jawa untuk melakukan kerikan. Kerikan dianggap sebagai alternatif upaya pengobatan yang praktis murah, murah, efektif, dan manjur ( Tamtomo, 2012). Kerikan juga tidak lepas dari sisi negatif, akan tetapi sisi negatif dari kerikan dapat diminimalisir sehingga pemanfaatan dari kerikan bisa maksimal. Manfaat dan kekurangan kerikan serta saran dalam memanfaatkan kerikan akan lebih dibahas pada pembahasan di dalam karya tulis ini.

A. Rumusan Masalah

1. Bagaimana metode kerikan dilihat dari patofisiologinya? 2. Apa fakta-fakta unik yang ditemukan mengenai kerikan?

B. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui metode kerikan dilihat dari patofisiologi 2. Mengkaji fakta – fakta unik yang ditemukan pada kerokan

C. Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diambil dalam penulisan karya tulis ini meliputi manfaat praktis dan manfaat teoritis. Secara praktis, diharapkan karya tulis ini bermanfaat bagi masyarakat sebagai bahan referensi alternatif pengobatan

(4)

tradisional. Adapun secara teoritis, karya tulis ini diharapkan bermanfaat bagi pengkaji, dan medis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerikan

Kerikan merupakan media yang sering digunakan masyarakat Jawa pada umumnya, yaitu dengan menggosok-gosok bagian tubuh dengan benda tumpul seperti koin yang dimaksudkan untuk mengusir masuk angin. Dengan cara meningkatkan kalor dalam tubuh mengakibat sirkulasi darah meningkat. Masuk angin adalah suatu penyakit yang disebabkan karena berkumpulnya gas yang tidak merata di dalam tubuh (Anonim, 2012). Masuk angin ditandai dengan gejala seperti perut kembung, meriang, sakit kepala, dan bersin-bersin sering disepelekan. Padahal, kondisi ini bisa memburuk dan mengundang datangnya penyakit.

Gaya hidup sangat mempengaruhi terjadinya masuk angin, diantaranya: 1. Kurang tidur.

Banyak pekerjaan, pulang malam, bisa membuat waktu beristirahat jadi lebih sedikit. Tak heran bila stamina men jadi turun. Ini terbukti dari studi yang diadakan Carnegie Mellon University. Menurut pernyataan para peneliti yang dimuat di jurnal Archives of Internal Medicine, kekurangan tidur bisa mengganggu sistem kekebalan tubuh dan kemampuannya melawan virus penyebab penyakit.

(5)

Kini, hampir semua gedung perkantoran dan rumah dilengkapi penyejuk udara. Agar dinginnya terasa, ruangan dikondisikan selalu tertutup. Hal ini ternyata malah bisa membuat kualitas udara di ruangan memburuk sehingga memengaruhi kesehatan kita. Penelitian yang dilakukan Dr. Dan Teculescu di Inggris, Italia, dan Skandinavia menemukan, terlalu lama berada di ruangan ber-AC bisa menimbulkan berbagai keluhan kesehatan. Dari yang berat, seperti infeksi pernapasan, hingga yang ringan, seperti sakit kepala. Kebanyakan responden juga mengeluh sering bersin-bersin karena sensitif terhadap sirkulasi udara yang kurang baik.

3. Sering terlambat makan.

Padatnya kesibukan bisa menyebabkan kita lupa makan. Padahal, kebiasaan melewatkan waktu bersantap bisa membuat perut kita jadi mudah kembung dan menyimpan banyak gas. Sebagai solusi, Ara Der Marderosian, PhD, pakar di bidang pangan alami di University of the Sciences, Philadelphia, menganjurkan untuk membiasakan diri makan teratur agar terhindar dari berbagai gangguan kesehatan yang lebih berat.( Dini, 2012)

Bagian-bagian yang dikerik diantaranya yaitu punggung, leher belakang, dada atas, dan lengan. Namun kerikan pada bayi hendaknya dihindari, karena struktur kulit bayi masih lembut dan mudah untuk terjadi luka, begitu juga kerikan pada kulit yang iritasi, luka, alergi, dan luka bakar.

Pada bagian punggung dikerik dengan dengan arah sejajar garis tulang belakang, hal ini dilakukan karena pada bagian tersebut terdapat titik-titik utama akupuntur yang berhubungan dengan organ-organ penting tubuh. Selanjutnya menyamping dari tengah ke tepi. Pengerikan bagian leher belakang dilakukan dari atas ke bawah, sedangkan pada bagian dada atas dilakukan dari tengah ke tepi mengikuti garis-garis tulang rusuk. Dengan arah gerakan dan tekanan yang

(6)

tepat, efek kerikan seperti layaknya pijat refleksi atau teknik akupuntur sederhana (Tamtomo, 2012)

Akupuntur awalnya telah dipopulerkan oleh bangsa Cina kuno yang bergantung pada titik tertentu untuk membebaskan energi yang terperangkap dalam tubuh dan berguna juga untuk memulihkan kesehatan. Saat ini, praktek akupuntur sudah banyak ditemui di berbagai wilayah . Banyak toko yang menjual perangkat kesehatan seperti peta titik akupuntur untuk tubuh manusia. Peta ini menggambarkan berbagai titik pada tubuh manusia di mana energi dari tubuh, yang dikenal sebagai Qi, biasa terakumulasi. Pada kenyataannya, ada lebih dari 2.000 titik yang menyalurkan energi ke seluruh tubuh (Rio, 2011).

B. Pengobatan Tradisional

Tradisional berasal dari kata Tradisi (Bahasa Latin : traditio, “diteruskan”) yaitu adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya informasi ini, suatu tradisi dapat punah (Jalius, 2009). Dalam pengertian lain tradisi adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang turun temurun yang masih dijalankan oleh masyarakat. Sedangkan pengobatan merupakan suatu metode dalam menyembuhkan penyakit. Sehingga dapat dipahami bahwa pengobatan tradisional adalah metode dalam menyembuhkan penyakit dengan cara meneruskan tradisi dari orang - orang terdahulu yang telah ada, contohnya kerikan, meracik tumbuh – tumbuhan alami sebagai jamu, akupuntur, bekam, totok dan pijat.

(7)

BAB III

METODE PENULISAN

A. Pendekatan Penulisan

Karya tulis ini menggunakan metode deskriptif kualitatif sebagai pendekatan penulisan dan kajian pustaka. Menurut Begdan dan Taylor dalam Moleong (2003: 3), metode kualitatif memanfaatkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Artinya permasalahan yang akan dibahas dalam karya tulis ini tidak berkenaan dengan angka-angka melainkan uraian-uraian berupa kajian pustaka dan digunakan untuk membahas permasalahan yang dikaji.

B. Sasaran Penulisan

Karya tulis ini mengkaji masalah pengobatan tradisional khususnya mengenai kerikan. Penulisan karya tulis ini ditujukan kepada masyarakat Indonesia pada umumnya guna menepis isu-isu negatif kerikan dan menambah keyakinan masyarakat mengenai pengobatan tradisional.

C. Sumber Data

Sumber penulisan karya tulis ini merupakan kajian pustaka yang diperoleh dari buku, surat kabar, internet dan berbagai sumber yang relevan.

(8)

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, metode yang digunakan antara lain adalah dengan dengan kajian pustaka yang diperoleh dari buku, surat kabar, browsing dari internet dan sumber lain yang mendukung.

BAB IV PEMBAHASAN A. Patofisiologi Kerikan

Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari gangguan fungsi pada organisme yang sakit meliputi asal penyakit permulaan perjalanan dan akibat. Penyakit adalah suatu kondisi abnormal yang menyebabkan hilangnya kondisi normal yang sehat. Ditandai oleh tanda dan gejala, perubahan secara spesifik oleh gambaran yang jelas morfologi dan fungsi. (Anonim, 2011).

Gesekan antara alat kerik dengan permukaan kulit pada mekanisme kerikan menimbulkan adanya kalor. Hal ini terbukti oleh teori yang di ungkapkan oleh Einstein e=mc² tentang energi atau panas muncul diakibatkan gesekan dua benda. Kerikan ini digunakan meningkatkan suhu tubuh naik sekitar 0,5-2,5 C. Peningkatan panas dalam tubuh berefek pada melebarnya pembuluh darah(vasodilatasi) dalam kulit.

Pada saat kerikan inilah terlihat jejak merah hasil gesekan antara alat kerik dengan kulit. Jejak merah dari kerikan timbul oleh adanya reaksi inflamasi. Secara alami tubuh mempuyai sistem kekebalan terhadap gangguan mikroorganisme maupun benda asing dengan suatu bentuk perlawanan yang bermacam-macam, salah satunya inflamasi. Inflamasi yang diakibatkan oleh kerikan berupa panas, bengkak, nyeri serta timbulnya jejak merah. Jejak merah yang timbul setelah kerikan bukan pecahnya pembuluh darah akan tetapi bentuk reaksi inflamasi ringan.

(9)

Menurut Tamtomo (2005) Kerikan dapat menyebabkan melebarnya pembuluh darah yang dikelilingi oleh serbuk sel-sel inflamasi. Pelebaran pembuluh darah mengakibatkan darah mampu beredar secara lancar sampai kapiler-kapiler di seluruh tubuh. Sehingga darah yang mengandung banyak karbondioksida maupun oksigen mampu beredar dengan mudah. Terpenuhinya pasokan oksigen dapat meningkatkan proses metabolisme dalam tubuh, nutrisi untuk jaringan otot dan mempercepat proses regenerasi sel. Melebarnya pembuluh darah menyebabkan lancarnya aliran darah serta pasokan oksigen dalam darah bertambah. Dengan demikian proses peredaran oksigen serta karbondioksida menjadi lancar yang biasanya di tandai dengan adanya sendawa dan buang angin.

Kerikan tidak merusak kulit

Kerikan erat kaitanya dengan kulit, karena pada bagian inilah terlihat jejak merah hasil gesekan antara alat kerik dengan kulit. Menurut Soedjono dkk, dalam buku Histologi I fakultas kedokteran UNDIP menjelaskan bahwa kulit merupakan lapisan yang terdiri dari epitel skuamus komplek berkeratin. Secara anatomi kulit manusia tersusun atas lapisan yaitu:

1. Epidermis

Lapisan jaringan epitel squamous kulit tipis, bertanduk(keratin) yang terdiri dari:

a. Stratum corneum, lapiasan terluar kulit yang sel-selnya berkeratin dan terjadi pengelupasan (desquamasi) setiap 15-30 hari.

b. Stratum lusidum, berupa lapisan tipis, biasanya terlihat pada kulit tebal sedangkan pada lapisan kulit tipis lapiasan ini tidak terlihat.

(10)

d. Stratum spinosum, tersusun dari beberapa lapis sel stratum germinativum, sel-sel pada lapisan ini dapat melakukan mitosis dan pigmen melanin.

e. Stratum germinativum, lapisan memiliki aktivitas mitosis yang tinggi dan terapat melanosit. Stratum germinativum membelah kemudian mengisi lapisan diatasnya.

2. Dermis

Sedangkan dermis tersusun atas jaringan ikat yang sebagai pendukung epidermis. Dalam dermis terdiri dari lapisan:

a. Startum papillare, lapisan ini banyak mengandung pembuluh darah, sel-sel fibroblast, makrofag, chromatofor, limfosit, sel-sel mast, dan leukosit. b. Stratum retikuller, merupakan bagian dalam demis. Lapisan ini lebih

tebal dibandingkan Startum papillare. Lapisan ini terdiri dari serabut kolagen, elastin, sedikit reticular dan sel lemak.

Anggapan orang bahwasanya keriakan itu merusak kulit ternyata dalam kenyataan salah. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Jaringan biopsi kulit orang setelah kerikan yang dilakukan di laboraturium patologi anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Surakarta menunjukan:

1. Pada stratum korneum pada epidermis dijumpai lesi berupa celah dan sebagian erosi.

2. Lapisan epidermis dibawah stratum korneum intak. 3. Jaringan sub epitel sembab dengan kapiler yang melebar.

4. Dijumpai serbukan ringan sel limfosit, monosit, dan eritrosit ekstravaskuler. 5. Dijumpai debris dari kompinen sel yang mati.( Tamtomo, 2012)

Dari uji laboraturium tersebut menunjukkan bahwasanya kerikan tidak menyebabkan kerusakan pada kulit baik lapisan epidermis maupun dermis.

(11)

Kerikan hanya menyebabkan mengelupasnya stratum korneum. Hal ini merupakan suatu yang biasa karena stratum korneum mempuyai siklus mengelupas(desquamasi) setiap 15-30 hari. Rasa sakit yang didapat ketika kerokan sangatlah wajar karena kulit mengalami gesekan serta tekanan.

B. Fakta-fakta unik dari kerikan

Kerikan menyebabkan ketagihan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tamtomo (2012), menjelaskan bahwa kadar β-endorfin orang setelah kerikan lebih tinggi dari pada orang yang tidak kerikan. Gesekan antara alat kerik dengan kulit menyebabkan inflamasi dalam tubuh. Gesekan tersebut membuat sel-sel keratinosit dan sel-sel endotel meningkatkan aktivitas pemecahan pro-hormon POMC (proopiomelanocortin) yang akan merangsang glandula pituitary untuk mengsekresi β-endorfin.

β-endorfin adalah suatu hormon yang dihasilkan hipotalamus, yang berguna untuk menekan pusat rasa rasa sakit di otak, dan merangsang penggetahan hormon dari bagian posterior hipofisa(Yatim, 2007). Susunan endorfin mengandung asam amino dan berefek lebih besar dari pada morfin. β-endorfin dapat berfungsi sebagai hormone perifer dan neurotransmitte Analgesik β-endorfin zat ini menyebabkan rasa nyaman dan segar. β-endorfin bersifat seperti morfin akan tetapi diproduksi oleh tubuh. Hal inilah yang membuat banyak orang ketagihan melakukan kerikan karena sensasi yang di dapat setelahnya.

Kerikan dapat mengakibatkan kontraksi dini

Ketika tubuh dikerik, maka akan terjadi inflamasi. Inflamasi ini akan terjadi reaksi penolakan oleh tubuh. Saat terjadi inflamasi, maka mediator anti-inflamasi akan mengeluarkan suatu zat yang disebut “Cytokines” yang

(12)

merupakan sel yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh. Zat ini akan memicu pelepasan Prostaglandin(PG) (Indah,2011). Prostaglandin adalah derivat asam lemak, disintesa dalam sel-sel khusus oleh alat kelamin terutama prostat, vesikula seminalis dan testis. Pekerjaan: vasodilatasi, anti radang, menghambat aktifitas sel T yang cytotoxic, dan mengatur metabolisme dan fungsi kelenjar kelamin. PG juga dipakai untuk mempermudah kehamilan, dan obat lemah syahwat (impotensi). (Yatim, 2007)

Menurut Fard (1998) dalam Nuada et al. (2004), kelahiran prematur akibat infeksi terjadi karena adanya endotoksin yang merangsang produksi prostaglandin sehingga menyebabkan terjadinya kontraksi miometrium dan juga adanya respon infeksi yang mengakibatkan kerusakan struktur uterus dan pembuluh darah plasenta. Prostaglandin yang diproduksi pada stadium kehamilan akan menimbulkan kontraksi-kontraksi otot uterus dan aborsi atau kelahiran janin (Cunningham et al.,1997). Produksi prostaglandin yang berlebih sebelum puncak kehamilan akan menyebabkan kelahiran prematur/ pres term. Pada ibu hamil terjadi vasodilatasi pembuluh darah diseluruh tubuh karena penambahan cairan jaringan, darah dan plasenta. Reaksi imun dan reaksi inflamasi pada ibu hamil cenderung lebih hebat dari pada pada orang yang tidak hamil.

(13)

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Dari uraian diatas kita dapat menarik kesimpulan berikut :

1. Gesekan antara alat kerik dengan permukaan kulit pada mekanisme kerikan menimbulkan adanya kalor. Peningkatan panas dalam tubuh ini berefek pada melebarnya pembuluh darah (vasodilatasi) dalam kulit. Melebarnya pembuluh darah menyebabkan lancarnya aliran darah serta pasokan oksigen dalam darah bertambah. Dengan demikian proses peredaran oksigen serta karbondioksida menjadi lancar yang biasanya di tandai dengan adanya sendawa dan buang angin. Proses akan meninggalkan jejak merah pada kulit yang timbul karena adanya

(14)

reaksi inflamasi. Kerikan tidak menyebabkan kerusakan pada kulit baik lapisan epidermis maupun dermis.

2. Kadar β-endorfin orang setelah kerikan lebih tinggi dari pada orang yang tidak kerikan. β-endorfin bersifat seperti morfin akan tetapi diproduksi oleh tubuh. Hal inilah yang membuat banyak orang ketagihan melakukan kerikan karena sensasi yang di dapat setelahnya. Kerikan mengakibatkan kontraksi dini karena kadar prostaglandin pada seseorang setelah dikerik meningkat.

B. Saran

Untuk meminimalisir dampak negatif kerikan dapat dilakukan hal sebagai berikut:

1. Bila mengalami gejala masuk angin tidak salahnya untuk mencoba metode pengobatan tradisional kerikan.

2. Menghindari kerikan pada ibu hamil untuk mencegah bayi lahir prematur.

3. Menghindari kerikan pada daerah leher bagian depan serta samping, karena terdapat banyak saraf-saraf kecil yang sangat penting dan pembuluh darah, dikhawatirkan tertekannya saraf yang menyebabkan nafas tersumbat yang berujung pada kematian. (Tamtono,2012)

4. Menghindari kerikan pada bayi, karena struktur kulit bayi masih lembut dan mudah untuk terjadi luka.

5. Menghindari kerikan pada kulit yang iritasi, luka, alergi, dan luka bakar

Referensi

Dokumen terkait

Potensial korosi baja tulangan beton yang ditentukan setelah 4 jam dari arus proteksi dimatikan menghasilkan nilai potensial terendah/paling negatif dan nilai laju

Dalam adegan ini digunakan prinsip animasi secondary action dimana ketika pedang ditarik keluar dari sarungnya, tangan kiri dan pakaiannya juga ikut bergerak sedikit

• Punggung jari harus menyentuh bucooklusal gigi yang terakhir, lalu jarumdimasukkan kira- kira pada pertengahan lengkung kuku dari sisi rahang yang tidak dianestesi yaitu

2) Penyuluhan Bimbimbing Jabatan adalah kegiatan pemberian informasi tentang jabatan dan dunia kerja kepada pencari kerja dan/atau masyarakat serta proses membantu

Penerbitan berasal dari dua sektor dengan jumlah penerbitan tertinggi berasal dari sektor Banks sebesar Rp 4 triliun, sedangkan sektor lainnya adalah Financial Companies sebesar

Secara garis besar, target pemakai pada Library and bar hotel resort The Sanchaya adalah dewasa dan merupakan turis mancanegara yang dapat dibedakan antara Tamu

Meskipun Mbah Ridin adalah sesepuh, tetapi kesederhanaan sebagai orang jawa yang memiliki ilmu sangat menyatu dengan dirinya.. Hasil wawancara yang dilakukan dengan

Hasil diameter batang terendah pada perlakuan A2D1 (minggu ke-8 setelah tanam) dengan nilai rerata yaitu 15 helai, hal ini diduga karena pupuk terletak menyebar sehingga