• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PERANCANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODE PERANCANGAN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PERANCANGAN

3.1 Konsep Desain

3.1.1 Analisa Data

A. Denah The Sanchaya Resort Hotel

Gambar 3.1 Denah The Sanchaya Resort Hotel

The Sanchaya Resort Hotel berada di Jalan Permaisuri No 5, Tanjung Uban, Riau 29152, Indonesia, memiliki luas lebih dari 1300 hektar di area Teluk Lagoi, Pulau Bintan. The Sanchaya memiliki konsep open space dengan memperlihatkan pesona pantai pasir putihnya. Terdapat 19 vila dan sembilan suite.

(2)

Gambar 3.2 Gerbang The Sanchaya Resort Hotel

(3)

(4)
(5)
(6)

Gambar 3.7 Beach and Tasanee

(7)

B. Denah Restoran

Gambar 3.9 Denah Restoran The Sanchaya Resort Hotel

The Sanchaya Resort Hotel memiliki 3 jenis restoran yaitu all day dining, Tasanee

Grill, dan Library and Bar. Pada perancangan furniture & accessories ini, akan

mengambil area Library and Bar.

C. Denah Library and Bar

Gambar 3.10 Denah Restoran Library and Bar

Library and Bar

1. Lounge Chair

2. Foot Rest

3. Side / Coffee Table

4. Standing Lamp

(8)

3.1.2 Analisa Pemakai

Tamu dan pengunjung berasal dari kalangan menengah keatas dengan karakter dan latar belakang berbeda, baik domestik maupun internasional yang memiliki tujuan untuk istirahat, berlibur, dan berekreasi. Perbedaan latar belakang inilah yang menyebabkan keanekaragaman kebutuhan dan fasilitas yang dapat mendukung kegiatan mereka.

Secara garis besar, target pemakai pada Library and bar hotel resort The Sanchaya adalah dewasa dan merupakan turis mancanegara yang dapat dibedakan antara Tamu (Excursionist), yaitu pengunjung hotel yang datang tidak untuk menginap, namun untuk keperluan lain seperti makan di restaurant atau coffee shop, minum di bar, mengunjungi keluarga, teman, atau rekan kerja yang menginap di hotel (kunjungan kurang dari 24 jam), dan Penghuni (Tourist), yaitu tamu hotel yang datang dengan maksud untuk menggunakan fasilitas kamar maupun fasilitas dan pelayanan lain di dalam hotel (kunjungan lebih dari 24 jam), baik wisatawan lokal maupun internasional.

3.1.2.aPola aktivitas Pemakai

a. Aktifitas sosial (berkumpul, berbincang-bincang antara sesama tamu hotel, dan lain-lain).

b. Makan minum dengan relaks sambil menikmati musik, membaca buku, serta menikmati pemandangan alam.

(9)

3.1.3 Analisa Material

Kriteria material furnitur dan aksesoris yang ideal untuk Library and Bar pada The Sanchaya Resort Hotel:

1. Local Content

2. Biodegradable (dapat diolah alam)

3. Tahan karat, lembab, dan cuaca panas 4. Ringan

5. Kuat, kokoh, dan ergonomis yang mendukung tujuan turis yang datang yaitu untuk bersantai

6. Bahan baku selalu tersedia dan mudah ditemukan

7. High Quality

Berdasarkan kriteria diatas, maka pada perancangan furnitur aksesoris pada The Sanchaya Resort Hotel ini akan menggunakan material rotan yang merupakan bahan baku asal Indonesia.

Rotan memiliki ecological significance, karena dapat tumbuh di hutan terdegradasi atau tanah marjinal serta hutan tropis alami tanpa mengganggu ekosistem yang ada. Hal ini mencakup pohon, melindungi pohon dari penebangan, sehingga menjadikan rotan sebagai material biodegradable yang paling ramah lingkungan.

Biasanya, rotan tumbuh di hutan tropis dan membutuhkan waktu antara 4 sampai 17 tahun untuk panen. Ketika rotan mentah yang dikumpulkan, kulit luar dikelupas dari

(10)

untai, sehingga menunjukkan inti dari rotan dengan tekstur kehijauan. Kulit rotan tersebut dapat digunakan sebagai bahan tenun sedangkan inti yang tersisa dapat dipakai untuk berbagai keperluan dalam membuat potongan-potongan furnitur.

Indonesia memenuhi 80 % kebutuhan rotan dunia (terbesar). Dari 80 % rotan dunia tersebut, 90 % berasal dari hutan alam dan 10 % dari hasil budidaya. Luas areal yang ditumbuhi rotan sebesar 13,2 juta hektar dari 143 juta hektar hutan Indonesia (Inventarisasi Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan) yang tersebar di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dan Jawa. Indonesia memiliki 8 marga rotan yang terdiri dari 306 jenis. Dari 306 jenis ini 51 jenis diantaranya sudah dimanfaatkan.

Di Asia Tenggara terdapat kurang lebih 516 jenis yang berasal dari 8 genre, antara lain : - Calamus sebanyak 333 jenis

- Daemonorops sebanyak 122 jenis - Korthalsia sebanyak 30 jenis - Plectocomia sebanyak 10 jenis - Plectocomiopsis sebanyak 10 jenis - Calopspatha sebanyak 2 jenis - Bejaudia sebanyak 1 jenis - Ceratolobus sebanyak 6 jenis

Dua diantaranya merupakan genre yang bernilai tinggi yaitu Calamus dan Daemonorops. Dari seluruh kebutuhan rotan di pasaran terdapat 68 % rotan berdiameter besar dan 32 % rotan berdiameter kecil.

(11)

Rotan yang dipanen adalah rotan yang masak tebang dengan ciri-ciri bagian bawah batang sudah tidak tertutup lagi oleh daun kelopak atau selundang, sebagian daun sudah mengering, duri dan daun kelopak sudah rontok.

Pemanenan dilakukan dengan memotong pangkal rotan dengan pengaitnya setinggi 10 sampai 50 cm. Dengan pengait, rotan ditarik agar terlepas dari pohon penopangnya. Rotan dibersihkan dari daun dan duri serta dipotong-potong menurut ukuran yang diinginkan. Kemudian diangkut ke tempat pengumpulan sementara atau ke tempat penumpukkan rotan dengan memikul, menggunakan perahu/sampan atau menggunakan bantuan tenaga kuda.

Berikut merupakan sifat dasar rotan.

1. Sifat Anatomi

Struktur anatomi batang rotan yang berhubungan dengan keawetan dan kekuatan antara lain besarnya ukuran pori dan tebalnya dinding sel serabut. Sel serabut merupakan komponen struktural yang memberikan kekuatan pada rotan. Dinding sel yang tebal membuat rotan menjadi lebih kuras dan lebih berat.

2. Sifat Kimia

Secara umum, komposisi kimia rotan terdiri dari holoselulosa (71 – 76 %), selulosa (39 – 56 %), Lignin (18 – 27 %) dan silika (0,54 – 8 %). Holoselulosa merupakan selulosa yang merupakan molekul gula linear berantai panjang. Selulosa berfungsi memberikan kekuatan tarik pada batang karena adanya ikatan kovalen yang kuat dalam cincin piranosa dan antar unit gula penyusun selulosa. Makin tinggi selulosa makin tinggi juga

(12)

keteguhan lenturnya. Lignin adalah suatu polimer yang kompleks dengan berat molekul yang tinggi. Lignin berfungsi memberikan kekuatan pada batang. Makin tinggi lignin makin tinggi juga kekuatan rotan. Tanin dikategorikan sebagai “true artrigen” yang menimbulkan rasa sepat pada rotan. Tanin berfungsi sebagai penangkal pemangsa. Hasil purifikasi tanin digunakan sebagai bahan anti rayap dan jamur. Pati (karbohidrat), terkandung 70 % dan berat basah. Makin tinggi kadar pati makin rentan terhadap serangan bubuk rotan kering.

3. Sifat Fisik

Sifat fisik dari rotan adalah sifat-sifat yang dapat diamati secara kasat mata. Sifat fisik rotan dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

a. Warna

Warna batang rotan selalu bervariasi tidak hanya pada jenisnya saja tetapi pada jenis yang sama juga. Rotan yang baik dan berkualitas adalah batang rotan yang berwarna hijau daun pada saat masih hidup, hal ini menandai bahwa rotan tersebut sudah masak tebang. Batang rotan yang berwarna hijau daun akan berubah menjadi putih setelah selaput silikanya terkelupas dan akan makin putih setelah ada proses pemutihan

(bleaching). Yang dimaksud dengan warna rotan adalah warna setelah dicuci atau

dirunti atau diasapi dengan belerang dan belum mendapat perlakuan pemutihan. Pada umunya rotan berwarna kuning langsat atau kuning keputih-putihan kecuali beberapa jenis seperti Rotan Semambu (coklat kuning) dan Rotan Buyung (kecoklat-coklatan). Selain warna kulit, perlu diperhatikan juga warna hatinya. Seperti Rotan Umbulu (putih bersih) dan Rotan Tohiti (keabu-abuan).

(13)

b. Kilap

Kilap dan suram dapat memberikan ciri yang khusus dari suatu jenis rotan serta dapat menambah keindahan dari rotan tersebut. Kilap rotan tergantung pada struktur anatomi, kandungan zat ekstraktif, sudut datangnya sinar, kandungan air, lemak dan minyak. Makin tinggi kadar air maka makin suram, makin tinggi lemak dan minyak maka makin suram.

c. Bau dan Rasa

Menggambarkan kesegaran dari rotan tersebut, pada rotan segar bau dan rasa tidak mencolok.

d. Berat

Berat rotan tergantung pada kandungan air, zat ekstraktif dan zat infiltrasi dalam rotan. Kadar air dapat dikurangi dengan proses pengeringan yang mampu mengurangi dari 40– 60 % menjadi titik jenuh serat (15 – 30 %).

e. Kekerasan/Elastisitas

Menunjukkan bahwa batang rotan mampu menahan tekanan/gaya tertentu. Sifat ini dipengaruhi oleh kadar air, umur saat dipungut, posisi batang yang digunakan (pangkal, tengah, ujung).

(14)

f. Diameter

Diameter rotan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

• Berdiameter kecil, rotan yang berdiameter kurang dari 18 mm, seperti Rotan Sega, Irit/Jahab, Jermasin, Pulut Putih, Pulut Merah, Lilin, Lacak, Manau Padi, Datuk Merah, Sega Air, Ronti, Sabut, Batu, Tapah, Paku dan Pandan Wangi. • Berdiameter besar, rotan yang berdiameter l8 mm atau lebih, seperti Rotan

Manau, Batang, Mantang, Cucor, Semambu, Wilatung, Dahan, Tohiti, Seel, Balukbuk, Bidai, Buwai, Bambu, Kalapa, Tiga Juru, Minong, Umbulu, Telang dan Lambang.

4. Sifat Struktur

Sifat struktur dari rotan belum banyak diketahui karena belum ada penelitian khusus terhadap sifat-sifat struktur tersebut.

Yang dapat digunakan sebagai petunjuk identifikasi adalah pori. Pori rotan sangat sederhana dan dibedakan dalam beberapa bagian antara lain:

• Ukuran • Bentuk • Susunan

5. Sifat Mekanis

Sifat mekanis rotan berkaitan dengan kemampuan menahan gaya dari luar, antara lain : a. Keteguhan Tekan, Patah, Kekakuan dan Keuletan.

(15)

• Keteguhan Tekan adalah ketahanan terhadap kekuatan yang cenderung menghancurkan.

• Keteguhan Patah adalah ketahanan terhadap kekuatan yang akan mematahkan. • Kekakuan adalah kemampuan untuk mempertahankan bentuk bila

dilengkungkan.

• Keuletan adalah kemampuan rotan untuk menahan kekuatan yang terjadi secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat.

b. Keteguhan Tarik

Keteguhan tarik adalah kemampuan rotan untuk menahan gaya yang cenderung memisahkan bagian-bagian dari rotan.

c. Keteguhan Geser

Keteguhan geser adalah ketahanan terhadap gaya yang menggeser rotan. d. Keteguhan Belah

Keteguhan belah adalah ketahanan terhadap gaya yang membelah rotan.

6. Keawetan dan Keterawetan

a. Keawetan adalah daya tahan sesuatu jenis rotan terhadap berbagai faktor perusak rotan, tetapi biasanya yang dimaksud adalah daya tahan terhadap faktor biologis yang disebabkan oleh organisme perusak rotan yaitu jamur dan serangga.

b. Keterawetan adalah mudah atau tidaknya jenis rotan tersebut ditembus bahan pengawet jika diawetkan dengan proses tertentu sehingga rotan yang sudah diawetkan dengan suatu bahan kimia (pengawet) tahan terhadap serangan organisme perusak sehingga rotan tersebut awet.

(16)

Beberapa jenis rotan penting di Indonesia yang dapat digunakan sebagai bahan baku furnitur, antara lain:

1. Rotan Jernang Besar (Daemonorops draco Blume)

- Nama Daerah : Jernang Besar, Jernang, Beruang (Sumatera Selatan), Getik Badag (Jawa Barat), Getik Warak (Jawa Tengah).

- Penyebaran : Semenanjung Malaya, Sumatera, dataran rendah pada 300 mdpl.

- Batang : Membentuk rumpun, diameter 12 mm, panjang ruas 18 – 35 cm, warna coklat kekuningan dan mengkilat, hati berwarna putih

- Daun : Majemuk menyirip, anak daun berbentuk lanset seperti pita, bagian atas anak daun dan tulang daun tumbuh duri halus, duduk daun berhadapan-hadapan.

- Bunga : Malai tersusun dalam tandan, kuncup diselubungi selundang yang berduri - Buah : Bulat, coklat merah, berbiji tunggal

- Manfaat : Batang untuk bahan baku furnitur, getah buah untuk pewarna dan farmasi (rotan jernang)

2. Rotan Dahanan (Korthalsia flagellaris Miq)

- Nama Daerah : Rotan Dahanan (Sumatera, Kalimantan)

- Penyebaran : Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan. Pada rawa-rawa 50 mdpl. - Batang : Rumpun sampai dengan 20 batang, diameter 15 – 30 mm, panjang ruas 20 –

50 cm, warna coklat sebam dan kasar, keras agak sukar dibelah, panjang batang sampai dengan 50 meter.

- Daun : Majemuk menyirip, anak daun bundar telur lanset sungsang, ujungnya bergerigi, bagian bawah anak dan tulang daun tumbuh duri halus, duduk daun berhadap-hadapan, warna coklat kekuningan.

(17)

- Buah : Bulat, coklat kemerahan, berbiji tunggal - Manfaat : Batang sebagai bahan baku furnitur.

3. Rotan Semambu (Calamus scipionum Lour)

- Nama Daerah : Sumambu (Batak Karo), Simambo (Batak Toba), Simambu (Minangkabau), Semambu (Lampung), Semabu (Kalimantan Barat), Tantuwo (Dayak Kalimantan Tengah).

- Penyebaran : Semenanjung Malaya, Sumatera Kalimantan. Pada 1000 mdpl.

- Batang : Membentuk rumpun, diameter 30 mm, panjang ruas 20 – 30 cm, warna coklat kemerahan kalau kering, panjang batang sampai dengan 20 m, kasar dan ulet.

- Daun : Majemuk menyirip dengan panjang 1 m, anak daun terdapat sulur panjat, pelepah dan tangkai daun berduri, duduk daun berhadapan, warna coklat kekuningan. - Bunga : ada 2 macam, bunga subur dan bunga mandul, bunga subur berbentuk cemeti

dan berduri malai panjang.

- Buah : Lonjong ukuran panjang 1,5 cm, warna coklat kemerahan, berbiji tunggal. - Manfaat : Batang untuk tongkat pendaki gunung, tongkat ski, rangka mebel.

4. Rotan Batang (Daemonorops robustus Warb) - Nama Daerah : Rotan Batang

- Penyebaran : Sulawesi. Pada 10 – 900 mdpl

- Batang : Berumpun sampai dengan 90 batang, warna hijau tua, bila kering warna abu-abu dan kemerahan, diameter 25 – 60 mm, panjang ruas 25 – 60 cm.

(18)

5. Rotan Manau (Calamus manan Miq) - Nama Daerah : Rotan Manau

- Penyebaran : Sumatera dan Kalimantan pada 50 – 600 mdpl, beriklim basah, berpasir, tidak terpengaruh pasang surut.

- Batang : Soliter diameter 25 – 60 mm panjang ruas sampai dengan 35 cm, warna hijau tua, bila kering kekuning-kuningan, kuat dan ulet, panjang sampai dengan 100 m. - Daun : Majemuk menyirip panjang 4 m, anak daun bundar telur lanset, ujung daun ada sulur panjat, duduk daun berhadapan warna hijau tua.

- Buah/Bunga : Tandan, panjang buah sampai dengan 3 cm berbentuk lonjong. - Manfaat : Batang sebagai bahan kerangka mebel.

6. Rotan Irit (Calamus trachycoleus Becc) - Nama Daerah : Rotan Irit

- Penyebaran : Kalimantan. Endemik di Sungai Barito dan Kahayan, rawa tergenang pada 0 – 15 mdpl, beriklim basah.

- Batang : Berumpun sampai dengan 100 batang, diameter 4 – 11 mm, panjang ruas 10 – 15 cm, warna hijau tua dan bila kering kekuningan/kuning telur, kuat dan ulet, panjang batang sampai dengan 50 m.

- Daun : Majemuk menyirip 1,5 m, anak daun bundar telur lanset pada ujung daun terdapat sulur panjat, duduk daun berhadapan, hijau tua.

- Buah/Bunga : Dalam malai 1,5 m, panjang sampai dengan 1,5 cm berbentuk lonjong. - Manfaat : Anyaman, lampit, tirai, kursi antik.

(19)

7. Rotan Taman (Calamus caesius Blume)

- Nama Daerah : Rotan Taman (Kalimantan), Sego (Aceh), Segeu (Gayo), Sego (Sumatera).

- Penyebaran : Pulau Kalimantan dan Sumatera, dataran rendah kering berbukit

- Batang : Rumpun sampai dengan 100 batang diameter 4 – 11 mm, panjang ruas 15 – 30 cm warna hijau tua bila kering kekuningan/kuning telur mengkilap, kuat dan ulet, panjang batang sampai dengan 50 m.

- Daun : Majemuk menyirip 50 – 125 cm, anak daun bundar telur lanset dan di ujung daun ada sulur panjat, duduk daun berhadapan berwarna hijau tua.

- Buah/Bunga : Malai 1,5 m, panjang buah sampai dengan 1,5 cm berbentuk lonjong. - Manfaat : Batang sebagai bahan baku anyaman, lampit, tirai, kursi antik.

8. Rotan Manau Riang (Calamus oxeleyanus T et B)

- Penyebaran : Pulau Sumatera, dataran rendah beriklim basah

- Batang : Berumpun dengan diameter 12 mm, panjang ruas 12 cm warna kekuningan - Daun : Majemuk menyirip panjang 3 m, anak daun bundar telur lanset, ada sulur panjat pada ujung daun, duduk daun berhadapan, hijau tua

9.Rotan Tohiti (Calamus inops Becc) - Nama Daerah : Rotan Tohiti

- Penyebaran : Pulau Sulawesi, dataran rendah sampai pegunungan pada 300 – 600 mdpl beriklim basah

- Batang : Soliter dengan diameter 15 mm, panjang ruas 20 – 35 cm, warna kuning mengkilap, kuat dan keras tidak mudah dibelah

(20)

- Daun : Majemuk menyirip, anak daun bundar telur lanset dan ada sulur panjat pada ujung daun, duduk daun berhadapan, hijau tua.

- Manfaat : Kerangka kerajinan, mebel, kerangka beton, sandaran kapal.

10. Rotan Manau Tikus (Calamus tumindus Furtado) - Penyebaran : Sumatera Barat, Semenanjung Malaysia

- Batang : Soliter, panjang sampai dengan 60 m dengan diameter pangkal 1,2 cm dan ujung 2,5 cm panjang ruas 12 – 30 cm

- Daun : Menyirip majemuk panjang 4 m, sulur panjat 1,5 m, anak daun lanset panjang 40 cm dan lebar 6 cm duduk berhadapan 25 pasang, pelepah berduri panjang tajam sampai dengan 4 cm dan lebar 7 cm

- Manfaat : Sebagai bahan pembuatan mebel rotan.

11. Rotan Manau Padi (Calamus marginatus Mart)

- Nama Daerah : Rotan Manau Padi (Bangka), Rotan Besi (Palembang), Rotan Pehekan (Kalimantan Selatan)

- Penyebaran : Sumatera dan Kalimantan

- Batang : Soliter pada dataran rendah dengan panjang sampai 40 m dengan diameter 10 – 15 mm, panjang ruas 12 – 20 cm, kuning mengkilat, gelang-gelang hitam melingkari buku, inti berwarna kuning gading, padat, keras, kokoh

(21)

Aspek dari mebel rotan yang nampak adalah desain (design). Umumnya mebel rotan dapat dikelompokkan kedalam lima kelompok, yaitu :

1. Antique design, yaitu desain-desain yang nampak secara fisik sudah lama walaupun sebenarnya adalah hasil reproduksi.

2. Modern design, yaitu desain-desain yang sifatnya praktis dan biasanya ada tambahan komponen, sehingga praktis penggunaannya.

3. Country style, yaitu desain-desain yang sudah dikenal sejak jaman dahulu.

4. Contemporary style, yaitu desain-desain yang berhubungan erat dengan kreasi seni perancangnya.

5. Another design, desain ini adalah yang tidak termasuk pada poin 1 sampai 4 atau merupakan campuran dari keempat desain tersebut diatas sehingga dihasilkan suatu desain baru (Supiardi, 2000).

Menurut pengelompokkan tersebut, perancangan furnitur aksesoris pada The Sanchaya Resort Hotel ini masuk kedalam contemporary style.

3.1.4 Analisa Ragam Hias

Pulau Bintan berada di Kepulauan Riau, Indonesia. Di Riau ada kegiatan yang populer sebagai kecintaan membatik, yang dinamai dengan motif batik Riau. Motif Batik Riau memakai motif tempatan. Batik Riau lahir dari jaman Keraton Daek Lingga. Motif batik Riau menyerupai dengan sejumlah negeri Melayu layaknya Singapura dan Malaysia.

(22)

Motif bercorak sangat unik, garis bertambah seperti tria. Corak itu sering ditemukan di sepanjang helai motif batik Riau. Hingga batik Riau lebih populer dengan sebutan batik tabir.

Ada keunikan teknik yang digunakan waktu membatik apabila dibandingkan dengan buatan batik Jawa. Dalam cara pewarnaan, pengrajin lebih condong memakai teknik rendam untuk menghasilkan warna. Sampai untuk mendapatkan warna yang bermacam-macam mereka wajib merendam beberapa kali batiknya.

Ada pula pembatik Batik Riau yang memakai teknik kuas untuk menghasilkan warna yang sesuai. Motif batik Riau memakai motif sulaman tekat, cara ini konon nyaris punah sekarang ini karena budaya membatik di wilayah Melayu Riau tidak seperti di Jawa yang masih menjamur. Biasanya bahan berasal dari kain sutra yang berkualitas tinggi dan dibuat dengan memakai tangan atau secara manual. Konon dulu ada motif batik Selerang yang pernah populer saat tahun 1990 tapi beritanya sekarang sudah sirna.

Hilangnya kecintaan akan kebudayaan membatik di Kepulauan Riau ini yang membuat penulis ingin menampilkan kembali kebudayaan tersebut dalam bentuk karya desain pada Resort Hotel internasional yaitu The Sanchaya.

(23)

Sumber: http://www.riaudailyphoto.com

(24)

Sumber: http://www.riaudailyphoto.com

Gambar 3.12 Motif Batik Riau

Berdasarkan bentuk motif batik Melayu Riau maka bentuk yang digunakan ialah percampuran antara bentuk organik dan geometris, yang akan distilisasi dan

(25)

3.1.5 Analisa Lingkungan

The Sanchaya Resort Hotel terletak di Kepulauan Riau di Indonesia, dengan luas 1.300 hektar, di daerah Teluk terpencil Lagoi Bintan.

Peta 3.1 Peta Pulau Bintan

Pulau : Populasi Penduduk : Bahasa : Iklim : Bandara Udara : Timezone : 1,030 sq km 50 km southeast of Singapore 300,000

Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris untuk bisnis

Tropis dan lembah, 24 – 31oC

Kijang Airport

+7jam waktu GMT -1jam waktu Singapore

(26)

Pulau Bintan adalah pulau di provinsi Kepulauan Riau, dimana terdapat Kota Tanjung Pinang, ibu kota Provinsi Kepulauan Riau. Di Pulau ini memiliki dua Pemerintahan, Pemerintah Kota Tanjung Pinang yang terletak di Senggarang dan Tanjung Pinang, sedang Pemerintah kabupaten Bintan terletak di Bandar Seri Bintan. Pulau ini berdekatan dengan negara Singapura.

Bintan adalah pulau terbesar di Kepulauan Riau, yang terdiri dari hampir 3.000 pulau besar dan kecil, terbentang di sebrang Singapura dan Johor Baru, Malaysia. Pulau ini melebar dari Malaka ke Laut Cina Selatan. Tanjung Pinang merupakan ibu kota provinsi ini, terletak di pantai barat selatan Bintan. Secara strategis terletak di semenanjung selatan Malaysia di mulut Selat Malaka, kepulauan Riau, dahulu pada abad pertama masehi, merupakan tempat favorit bagi kapal dagang India dan Cina.

Tujuan wisata teratas di sini adalah Bintan Resort, destinasi wisata berupa pantai yang spektakuler di utara pulau, dengan luas 23,000 hektar diatas pasir putih yang menghadap ke Laut Cina Selatan. Pulau ini juga memiliki riwayat yang menarik di Tanjung Pinang dan Penyengat, yang menawarkan kesempatan untuk surfing, bertualang dan ekowisata untuk pelajar dan keluarga, tapi juga ideal untuk bersantai dan kesehatan.

Sementara, bagi mereka yang suka menyelam kepulauan Anambas di Laut Cina Selatan menawarkan lokasi menyelam yang masih alami, dapat dijangkau dari bandara Tanjung Pinang. Sedangkan, kepulauan Natuna dapat dijangkau dari Batam.

(27)

Tidak heran lagi, pada abad ke-18, pedagang dari Eropa, Portugis, Belanda dan Inggris saling bertarung memperebutkan pulau ini. Pada waktu itu, pulau ini bagian dari Semenanjung Melayu dikuasai oleh Kesultanan Johor-Riau, yang diduduki secara berganti antara Johor – berada di Malaysia saat ini - dan pulau Bintan, berada di Indonesia saat ini.

Pada 1884 Inggris dan Belanda menutup pertentangan mereka di pulau ini dengan menandatangani Treaty of London, yang kemudian semua wilayah teritoris utara Singapura diberikan pada Inggris, sementara wilayah teritoris selatan Singapura diserahkan pada Belanda.

Sejak saat itu takdir dan sejarah wilayah utara dan selatan Singapura dipisahkan. Singapura menjadi pusat perkembangan dagang Inggris, sedangkan Belanda berkonsentrasi di Jakarta dan Jawa, meninggalkan kepulauan Bintan.

Dalam beberapa dekade, dengan hubungan bersahabat antara Indonesia dan Singapura, sebuah persetujuan ditanda tangani antara kedua belah pihak untuk membangun kepulauan Bintan secara bersama-sama yang akan menguntungkan kedua negara dalam Zona Perdagangan Bebas Batam, Bintan dan kepulauan Batam.

Bentuk pertama dari perjanjian ini adalah pembangunan Bintan Resort, destinasi wisata pantai, seluas 23,000 hektar diatas pasir putih Bintan nan indah yang menghadap Laut Cina Selatan.

(28)

Keindahan Pulau Bintan, Indonesia dapat dengan mudah dicapai, hanya 45 menit menggunakan perahu feri dari Singapura Terminal Tanah Merah Ferry, serta mudah diakses dari Bandara Changi, gerbang internasional utama. Pulau Bintan terkenal karena pasir putihnya yang murni, lumba-lumba dan kura-kura bermain-main di laut, hutan hujan megah dan silver-leaf monkey bermain di hutan bakau. Iklim tropis di pulau ini dengan suhu rata-rata sepanjang tahun 26°C, warna-warni warisan sejarah, hidangan laut dan pulau yang dapat dengan mudah diakses, membuatnya menjadi salah satu tujuan wisata yang paling dicari di dunia.

3.1.6 Analisa Sistem

Sistem finishing rotan untuk interior maupun eksterior tidak jauh berbeda dengan finishing kursi dari kayu. Hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan

finishing rotan adalah:

a. Membersihkan permukaan rotan dari debu, minyak, wax dan lain sebagainya.

b. Mengurangi kandungan air pada rotan dengan cara pemanasan (oil bathing

treatment)

Sistem finishing rotan yaitu sebagai berikut.

1. Natural Coating

(29)

coating (cat transparan) dari jenis nitrocellulose (NC). Serat-serat rotan akan

tampak lebih alami. Warna rotan yang putih kekuningan atau kuning kecoklatan akan muncul dengan pesona naturalnya.

Gambar 3.13 Finishing Natural Coating Pada Rotan

2. Fancy Colour

Fancy adalah ragam produk pengecatan yang dapat menciptakan efek unik

pada hasil finishing rotan untuk interior maupun eksterior. Produk-produk yang termasuk dalam kelompok fancy adalah fancy sealer yang memberi efek warna pastel semi transparan, fancy pearl yang memberi efek kilauan mutiara dan

fancy glitter yang memberi efek metalik.

(30)

3. Water Based Glaze

Water Based Glaze adalah pewarna pori-pori kayu berbahan dasar air yang

tidak berbau (ramah lingkungan), dan cepat kering. Karena mewarnai pori-pori, produk ini dapat mengekspos keindahan serat atau tekstur dari substrat yang digunakan. Bila Water Based Glaze ini diaplikasikan pada lekukan-lekukan ukiran atau sela-sela anyaman, dapat memberikan kesan antik atau klasik yang disebabkan oleh kedalaman nuansa warna gelap-terang yang diciptakannya. Produk ini diaplikasikan dengan cara dikuas, kemudian dibal (wipping). Water

Based Glaze memiliki warna dark brown (coklat tua) dan black (hitam).

Penggunaan Water Based Glaze pada permukaan licin seperti rotan berkulit, pandan, eceng gondok, dan sejenisnya, sebaiknya didahului oleh pengaplikasian Water Based Stain pada bahan-bahan kursi tersebut di atas agar memiliki daya rekat yang baik.

(31)

4. Stain

Bila kursi rotan ingin berwarna gelap seperti coklat tua dapat dilakukan proses finishing dengan menggunakan stain. Rotan akan mendapatkan warna yang sama, senada, atau seragam dan merata jika dicampurkan dengan sanding-sealer. Kemudian kursi rotan diberi cat pelapis (top coating) transparan dari jenis nitrocellulose (NC). Pewarnaan dengan menggunakan stain ini sangat beragam pilihannya, seperti warna teak (jati),

mahony red, dark mahagony, brown, black dan lain sebagainya.

(32)

3.1.7 Analisa Konstruksi

Gambar 3.17 Rotan Siap Diolah

Proses pengolahan rotan batang setengah jadi adalah pengerjaan lanjutan dari rotan asalan menjadi barang setengah jadi yang siap digunakan untuk keperluan pembuatan barang, furniture atau perabot. Tahapan pengolahan rotan ini sering juga disebut merunti yang prosesnya adalah sebagai berikut.

1. Penggorengan

Bertujuan untuk menurunkan kadar air dan untuk mencegah terjadinya serangan jamur. Cara penggorengannya adalah potongan batang rotan diikat menjadi suatu bundelan, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berbentuk sedemikian rupa (pada bagian bawahnya terdapat tungku untuk memanaskan

(33)

2. Penggosokan dan pencucian

Rotan yang telah digoreng, ditiriskan beberapa menit lalu digosok dengan kain perca (sabut kelapa) yang dicampur dengan serbuk gergaji dan tanah atau pasir, agar sisa kotoran terutama getah yang masih menempel pada kulit rotan dapat dilepaskan, sehingga kulit rotan menjadi bersih dan akan dihasilkan warna rotan yang bewarna cerah dan mengkilap.

3. Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan menjemur rotan pada panas matahari sampai kering dengan kadar air berkisar 15% – 19%. Pada rotan manau dan rotan semambu, menunjukkan bahwa lama pengeringan secara alami dari kedua jenis rotan tersebut berkisar 22 hari sampai 65,3 hari. Dalam tahap ini rotan sudah dapat dipergunakan sebagai bahan baku dengan istilah rotan asalan. Akan tetapi kebanyakan rotan jenis batang / cane diproses untuk dipoles demngan menghilangkan kulit luarnya dan menyeragamkan ukuran.

4. Pengupasan dan pemolesan

Pengupasan dan pemolesan umumnya dilakukan pada rotan batang dalam keadaan kering, dengan menggunakan alat poles berupa kain amplas berbentuk selendang yang berputar gunanya adalah untuk menghilangan kulit rotan tersebut, sehingga diameter dan warna menjadi lebih seragam dan merata.

5. Pengawetan

Proses perlakuan kimia atau fisis terhadap rotan yang bertujuan meningkatkan masa pakai rotan merupakan hal yang terjadi saat pengawetan rotan. Selain

(34)

berfugsi untuk mencegah atau memperkecil kerusakan rotan akibat oganisme perusak, juga memperpanjang umur pakai rotan. Bahan pengawet yang digunakan harus bersifat racun terhadap organisme perusak (pada rotan basah maupun rotan kering), permanen dalam rotan, aman dalam pengangkutan dan penggunaan, tidak bersifat korosif, tersedia dalam jumlah banyak dan murah. Serangan bubuk rotan dapat dikenal karena adanya tepung halus bekas gerekan bubuk tersebut. Serangga ini paling banyak ditemukan menyerang rotan antara lain Dinoderus minutus Farb., Heterobostrychus aequalis Wat., dan Minthea sp.

6. Pelurusan

Dilakukan dengan menekuk rotan pada dua buah tonggak agar batang rotan menjadi lurus dan mudah untuk disusun / diikat dalam satu ikatan yang siap untuk didistribusikan.

Proses pembuatan furnitur dengan material rotan, pertama-tama adalah Steaming, proses ini dilakukan kurang lebih selama 15 menit agar rotan menjadi lunak dan dapat dibentuk. Bertujuan untuk menurunkan kadar air, mencegah terjadinya serangan jamur, membuat rotan menjadi lunak dan dapat dibentuk. Caranya ialah potongan batang rotan diikat menjadi suatu bundelan, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berbentuk sedemikian rupa (pada bagian bawahnya terdapat tungku untuk memanaskan campuran solar dan minyak kelapa).

(35)

Gambar 3.18 Proses Steaming Rotan

Rotan yang telah melalui proses ditiriskan beberapa menit lalu digosok dengan kain perca (sabut kelapa) yang dicampur dengan serbuk gergaji dan tanah atau pasir, agar sisa kotoran terutama getah yang masih menempel pada kulit rotan dapat dilepaskan, sehingga kulit rotan menjadi bersih dan akan dihasilkan warna rotan yang bewarna cerah dan mengkilap. Selanjutnya ialah proses Bending, yaitu pembentukan rotan sesuai dengan bentuk desain furnitur yang diinginkan.

(36)

Gambar 3.19 Proses Bending Rotan

Setelah membuat bentuk yang diinginkan, proses selanjutnya ialah Flaming. Proses ini untuk menghasilkan furnitur yang presisi disesuaikan dengan skala milimeter sampai mencapai sudut yang sempurna. Flaming adalah proses yang rumit, karena memerlukan suhu panas dan waktu pemanasan yang tepat.

(37)

Drilling (pengeboran), merupakan tehnik yang membutuhkan pengukuran yang akurat.

Pengeboran juga harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak inti rotan. Menggunakan precision tools, agar setiap lubang yang dibuat sesuai dan pas.

Gambar 3.21 Proses Drilling Rotan

Gluing & Doweling yaitu proses produksi menggunakan lem dan dowel. Proses ini

tanpa menggunakan paku atau sekrup.

(38)

Joining the poles. Ketika rotan telah dibentuk sesuai desain yang diinginkan, dan setiap

lyubang telah dibor serta dihaluskan, langkah berikutnya adalah perakitan furniture dengan penggabungan kutub. Proses ini memerlukan penempatan yang akurat, setelah itu diperkuat dengan lem. Konstruksi yang digunakan dapat berupa mortise tenon, dan lainnya sesuai kebutuhan.

Gambar 3.23 Proses Joining the Poles Rotan

(39)

3.2 Kriteria Desain

Berdasarkan kebutuhan dan target market, maka kriteria desain furnitur dan aksesoris yang ideal untuk Library and Bar pada The Sanchaya Resort Hotel:

1. Fungsional

2. Kuat, kokoh, dan ergonomis yang mendukung tujuan turis yang datang yaitu untuk bersantai

3. Estetis dari segi bentuk, material, dan warna

4. Transformasi desain kebudayaan Asia yang tradisional menjadi modern

5. Local Content

6. Material yang biodegradable (dapat diolah alam) 7. Tahan karat, lembab, dan cuaca panas

8. Bahan baku selalu tersedia dan mudah ditemukan

9. High Quality

10.Dari segi teknis dan packing dalam pengiriman tidak mengeluarkan biaya terlalu besar

3.2 Proses Desain

The Sanchaya Resort hotel memiliki makna “collections”, yaitu perpaduan antara budaya Asia tenggara, seperti wat Thailand, keramik Vietnam, batik Indonesia. Setiap ruang di The Sanchaya memiliki keunikan masing-masing. The Sanchaya memiliki konsep desain kolonial dengan pengaruh dari Eropa, serta esensi keunikan budaya Asia Tenggara yang kaya dengan warna, rasa, pemandangan dan suara. Dari mulai keajaiban arsitektur Angkor sampai decorative wats of Thailand, intricate ceramics dari Vietnam dan batik cloth Indonesia.

(40)

Tema dari perancangan ini ialah “reflecting the region’s art”. Berdasarkan lokasi The Sanchaya Resort Hotel yang terletak di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, maka perancangan desain ini mengambil esensi dari motif batik Riau, Bunga Kiambang.

Berdasarkan survei wisatawan yang mempunyai keinginan dan tujuan datang untuk mencari kesegaran dan ketenangan, melepas kejenuhan serta merelaksasikan diri dengan keindahan Pulau Bintan, maka suasana yang ditampilkan adalah suasana natural dengan sentuhan culture. Wisatawan yang berkunjung ke resort ini akan merasakan

‘home-away-from-home’.

Gambar

Gambar 3.1 Denah The Sanchaya Resort Hotel
Gambar 3.2 Gerbang The Sanchaya Resort Hotel
Gambar 3.4  Mali Villa at Lawan Village - Bedroom
Gambar 3.5 The Great House Suite
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah membuat form barang, langkah berikutnya adalah membuat form perkiraan berikut codingnya yang dapat anda lihat pada bagian dibawah ini...

1) Peracikan, merupakan kegiatan menyiapkan menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat rasio kesehatan bank yang diukur dengan BOPO, FDR dan NPF terhadap peningkatan

Sistem dokumentasi pengiriman barang berhubungan erat dengan subsistem lainnya yang ada di perusahaan forwarding , sehingga dapat digunakan untuk mendukung

Combined Mutation Operators of Genetic Algorithm for the Travelling Salesman problem .Department of Mathematics, Indian Institute of Technology, Roorkee, India International

kesempatan yang sama dengan para pengusaha nasional dalam melakukan kegiatan. usahanya// Vita dan Tomi melaporkan untuk Apa kabar

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa perpustakaan tidak mungkin digabungkan dengan unit-unit kerja yang lain di dalam satu ruangan, tetapi

Dengan mengunakan sistem pakar kita bisa mendiagnosa penyakit telinga, hidung, tenggorokan dengan melihat ciri–ciri yang dapat menjelaskan dan menggambarkan apakah seseorang