• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengmas Magister Keperawatan UNAIR Tingkatkan Caring Perawat RS PHC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengmas Magister Keperawatan UNAIR Tingkatkan Caring Perawat RS PHC"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Pengmas Magister Keperawatan

UNAIR Tingkatkan ‘Caring’

Perawat RS PHC

UNAIR NEWS – Bidang pengabdian masyarakat Fakultas Keperawatan

(FKp) Universitas Airlangga mencatat sejarah baru. Didukung 19 mahasiswa angkatan perdana peminatan jiwa pada Program Magister Keperawatan FKp UNAIR, mereka melaksanakan pengabdian masyarakat di RS Primasatya Husada Citra (PHC), Kamis (24/11). Kegiatan ini merupakan rintisan pengmas pertama mahasiswa peminatan jiwa angkatan pertama dari sembilan angkatan Program Magister Keperawatan di FKp UNAIR.

Tema pengmas Program Magister Keperawatan UNAIR di RS PHC ini “Meningkatkan Caring Perawat Melalui Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Psikososial pada Penyakit Kronis di Rumah Sakit”. Seminar ini diikuti perawat RS PHC, dan dibuka oleh Kepala RS PHC Dr. Drg. Dwi Aryani, MARS. Hadir dalam acara ini adalah Dekan Fakultas Keperawatan UNAIR Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons).

Prof. Nursalam mengatakan sangat mendukung dengan seminar yang dilaksanakan bekerjasama dengan RS yang sudah bertipe B ini. Topik caring dalam penanganan psikososial dipilih yang dijadikan topik, menurutnya, karena semua ners harus mempunyai jiwa caring (perduli).

Caring yang dimaksudkan Prof. Nursalam, bahwa perawat itu

harus memiliki tiga hal. Pertama, kaya hati (golden heart), kedua harus kaya ilmu supaya bisa memberi keopada orang lain. Yang ketiga harus kaya secara benar-benar, supaya kita juga benar-benar bisa memberi.

”Itu yang harus kita bangun untuk perawat, sehingga dalam

caring ini ada nuansa tanggungjawab, care/perduli, perhatian

(2)

aspek yang harus diperhatikan untuk dirawat, jadi bukan hanya aspek biologisnya tetapi juga psikologis dan aspek sosial. Itu semua yang harus disentuh,” kata Prof. Nursalam, Guru Besar FKp UNAIR ini.

Dalam seminar dan pelatihan di PHC dengan tema diatas, disampaikan oleh Rustafariningsih, S.Kep.NS., serta oleh Dr. H a n i k E n d a n g N i h a y a t i , S . K e p . N s . , M . K e p . , s e l a k u penanggungjawab Peminatan Jiwa Program Magister Keperawatan FKp UNAIR.

PERAWAT PHC Surabaya dilatih deep breathing (pernafasan dalam), teknik untuk mengurangi rasa cemas, stres, atau depresi pada pasien. (Foto: Bambang Bes)

“Kamis Ilmiah”

Sementara Kepala RS PHC Dr. drg. Dwi Aryani, MARS., berharap kerjasama ini bisa berlanjut dan saling membawa manfaat untuk kedua pihak, yang intinya untuk meningkatkan caring ners, baik keilmuan dan keterampilannya. Bagi PHC, hal demikian sesuai dengan komitmen dan nilai-nilai lembaga yaitu professional,

(3)

care, dan accountable.

”Jadi ilmu tentang caring ini harus selalu di-update supaya nanti aplikasi dalam pelayanan keperawatan pada pasien menjadi lebih baik. Harapan kami seperti itu, karena RS PHC ini tipe B, makin besar, disini ada 247 kamar, pasiennya makin banyak. Jadi agar nilai-nilai tadi bisa dicapai dengan memberikan pelayanan yang caring,” tambah Dwi Aryani.

Kerjasama dengan FKp UNAIR ini merupakan yang pertama. Karena itu kedepan diharapkan bisa berlanjut. Apalagi, kata Dwi, secara informal Prof. Nursalam ingin ”menitipkan” mahasiswa S2 FKp UNAIR untuk residen di PHC. Karena fasilitasnya dinilai sudah memenuhi syarat, maka pihaknya juga akan mendorong nanti diadakan MoU.

”Sebab disini juga dipakai PKL mahasiswa keperawatan PTS dan praktik dokter muda dari suatu PTS. Kalau nanti ada residen mahasiswa S2 Keperawatan UNAIR maka akan semakin memberi nilai tambah bagi perawat disini. Intinya kerjasama itu akan menguntungkan kedua pihak,” katanya.

Sekarang pun, perawat atau paramedis di PHC diminta untuk senantiasa meningkatkan ilmu dan keterampilannya. Caranya, setiap Kamis diadakan kegiatan bersifat edukatif, ”Kamis Ilmiah.” Karena itu ketika ada tawaran kerjasama dengan UNAIR pihaknya langsung menerima. Sekarang juga sudah ada lima ners PHC yang lulus D3 dikirim studi lanjut S1 Keperawatan di FKp UNAIR.

”Yang studi lanjut ke S-2 belum, tetapi sudah dalam perencanaan,” kata Dwi Aryani, yang kini membawahi 543 keryawan itu, 284 diantaranya perawat. (*)

(4)

Pengmas FF UNAIR, Membangun

Masyarakat Sehat bersama

Apoteker

UNAIR NEWS – Sudah dua tahun ini, sivitas akademika Fakultas

Farmasi (FF) Universitas Airlangga (UNAIR) menjalankan program Pengabdian Masyarakat (Pengmas) di wilayah Bangkalan, Pamekasan, dan Sidoarjo. Dimulai sejak tahun 2014 hingga sekarang, pengmas tersebut merupakan rangkaian kegiatan Dies Natalis FF UNAIR ke-53.

Menurut Dekan FF UNAIR Dr. Dra. Hj. Umi Athijah, M.S., Apt, program tersebut melibatkan seluruh mahasiswa dan dosen seluruh departemen. Kelima departemen itu adalah Farmakognosi dan Fitokimia, Farmasetika, Farmasi Klinis, Farmasi Komunitas, dan Kimia Farmasi.

“Dengan adanya program ini, kami berharap masyarakat bisa mengatasi permasalahannya sendiri terkait barang-barang dan produk kefarmasian,” terang Umi.

Program “Membangun Masyarakat Sehat bersama Apoteker” itu terdiri dari berbagai kegiatan. Kegiatannnya cukup variatif. Masyarakat diberi penyuluhan tentang zat-zat tambahan yang aman pada makanan, seperti pewarna, dan pemanis buatan. Selain itu, ada juga kegiatan menanam tanaman obat untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan warga setempat, seperti pembuatan jamu dan masker.

“Kami juga mengajari bagaimana masyarakat menyimpan obat dengan benar. Bagi mereka yang memiliki sakit kronis, misalnya, mereka kan selalu menyetok obat-obatan di rumah. Karena obat ini kan menyimpannya tidak boleh sembarangan.

(5)

Jadi, selama disimpan juga harus dijaga stabilitasnya,” imbuh Umi.

Setiap daerah memiliki kegiatan yang berbeda-beda. Di Pamekasan dan Bangkalan, sivitas FF lebih spesifik tentang pengelolaan obat. “Masyarakat Madura itu unik, ya. Uniknya, ya sudah obat ditaruh di tempat-tempat yang sembarang karena juga terkendala bahasa. Sehingga, kami menganggap literasi kesehatan relatif bermasalah di sana,” tutur Umi. Kunjungan ke Pamekasan sendiri dilakukan pada Minggu (4/9) lalu.

Dari penyuluhan tersebut, masyarakat merespon dengan baik. “Sejauh ini, progresnya positif. Masyarakat sudah mengetahui caranya bikin jamu sendiri, mulai cara merebus, menyalakan api, termasuk pancinya. Minimal itu yang sudah diketahui masyarakat. Tujuannya, adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sendiri. Mereka juga mengetahui cara menyimpan obat dengan benar,” tutur Umi.

Dalam menjalankan program itu, pimpinan FF UNAIR bekerja sama dengan RSUD Bangkalan, Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Pamekasan, Ikatan Apoteker Indonesia cabang Pamekasan. (*)

Penulis: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan

UNAIR Bedah Warung Warga

Sekitar Kampus

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga adalah bagian dari

masyarakat. Sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat sekitar, Direktorat Kemahasiswaan UNAIR dan Kementerian Pengabdian Masyarakat, Badan Eksekutif Mahasiswa UNAIR

(6)

membedah warung warga. Sebanyak 12 pemilik warung menerima bantuan secara simbolis dari Direktur Kemahasiswaan UNAIR, Senin (30/5), di Aula Student Center.

Pemilik warung itu berasal dari berbagai kelurahan sekitar kampus, seperti Mulyorejo, Airlangga, Gubeng, Jojoran, dan Mulyosari. Untuk mensukseskan program itu, UNAIR membentuk tim Airlangga Peduli. Rosyid Akbar selaku Ketua Tim Airlangga Peduli menjelaskan, ia dan 28 rekannya telah mempersiapkan program tersebut selama satu setengah bulan, mulai dari survei lokasi hingga eksekusi di lapangan.

Mahasiswa Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya UNAIR juga menjelaskan, donasi yang diberikan kepada penerima tidak dalam bentuk uang melainkan pemugaran warung dan produk barang untuk dijual kembali.

“Donasi yang kami berikan tidak dalam bentuk uang, melainkan untuk memperbaiki warung dan barang-barang yang siap untuk dijual di toko. Jadi, dengan ini hal yang kita berikan bisa berkelanjutan,” jelas Rosyid.

Dr. M. Hadi Shubhan., S.H., M.H., CN., pada sambutannya menjelaskan bahwa bentuk kegiatan sosial ini adalah bagian dari pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Ia juga menegaskan kepada para penerima bantuan agar tidak merasa canggung dengan UNAIR.

“Bapak ibu sekalian saya harap tidak canggung dengan UNAIR. Kita semua ini sama, kami kebanyakan juga dari desa, di UNAIR ini hanya diamanahi negara,” jelas Hadi. Dra. Trijas Sarwendah selaku Kepala Bagian Kesejahteraan Mahasiswa Dirmawa UNAIR mengatakan, warung yang direnovasi harus milik pribadi.

Salah satu penerima bantuan, Tami mengaku sangat bersyukur, dengan sedikit terbata-bata pihaknya berterima kasih kepada UNAIR yang telah memperbaiki warungnya. “Saya tidak bisa banyak ngomong, terima kasih dan saya sangat bersyukur,” ungkapnya. (*)

(7)

Penulis : Nuri Hermawan

Editor : Defrina Sukma S.

Cerita Nurmalasari, Alumni

Yang Abdikan Diri di Mentawai

UNAIR NEWS – Bermula dari banyaknya ide segar yang hanya

tertuang dalam karya tulis ilmiah namun tanpa implementasi, Nurmalasari S. KM., tergugah untuk terjun mengabdikan diri, deretan teori dan ilmu yang dipelajarinya pun ia abdikan pada program Pencerah Nusantara. Mala, sapaan akrabnya, rela menunda mengikuti prosesi wisuda dan mengabdikan diri di Kecamatan Sikakap, Kepulauan Mentawai, selama satu tahun lamanya.

Dalam pengabdiannya alumni program bantuan pendidikan Bidikmisi angkatan 2010 tersebut mengabdikan diri bersama lima orang yang berbeda bidang kesehatan. Mereka terdiri dari dokter, perawat, bidan, ahli gizi. Dalam timnya, Mala memberanikan diri mengajukan menjadi ketua tim, person yang akan memetakan alur kerja selama satu tahun pengabdian.

Pengabdian yang ia lakukan tidak bermula dengan mudah, di awal pengabdian, Mala belum juga menemukan kontribusi apa yang bisa ia lakukan. Mala memiliki kesulitan untuk mengaplikasikan keilmuannya. Namun sebulan berjalan, melalui berbagai pendekatan Mala kemudian mendapatkan celah dimana ia harus memulai pengabdiannya.

“Ada titik balik yang mana ada hal-hal yang tidak dikuasai mereka (non SKM, -red) namun dikuasai bidang kami. Epidemologi, statistika kesehatan, manajemen data dan info kesehatan, kesehatan lingkungan, pengambilan assesment. SKM

(8)

lebih jeli akan hal itu,” ujar perempuan kelahiran Lumajang, 1 Mei 1992 ini.

Mala memiliki celah dimana ia bisa mengaplikasikan keilmuannya. Namun, sekitar dua bulan masa assesment dan interfensi yang ia jalani, Mala kembali mendapatkan kendala ketika harus berhadapan dengan para pemegang program kesehatan di puskesmas.

“Saya dianggap anak baru yang belum menguasai apa-apa. Kemudian sambil belajar, saya mengikuti seluruh program yang dijalankan mereka,” kata Mala.

Suatu ketika, ada permasalahan puskesmas yang tidak bisa mereka hadapi. Dengan tidak menunjukkan sikap menggurui, Mala datang dengan memberikan berbagai masukan kepada para petugas kesehatan di puskesmas. Ide-ide yang diusulkan Mala membawa dampak positif bagi kepercayaan tenaga kesehatan terhadap dirinya. Kemudian, Mala dipercaya untuk mengerjakan hal yang mulanya dianggap tidak bisa dikerjakan tersebut.

“Pada mulanya pemerintah setempat tidak percaya dengan saya. Saya dianggap anak baru yang belum bisa apa-apa. Namun setelah saya menunjukkan bukti-bukti kegiatan yang telah saya lakukan, mereka kemudian percaya. Akhirnya mereka percaya dengan apa yang saya presentasikan, dan mereka mau memberi dana lebih untuk bidang kesehatan di wilayah Mentawai,” imbuhnya.

Setelah beberapa bulan pengabdian dilakukan, Mala perlahan-lahan melihat ada perubahan yang tampak pada masyarakat, utamanya mengenai kesadaran mereka tentang pentingnya menjaga kesehatan secara bersama-sama.

“Mereka kemudian menyadari bahwa kesehatan bukan hanya tanggungjawab pemerintah. Mereka bahu membahu mengusulkan permasalahan kesehatan yang ada di sana.

Toloh ukur yang digunakan untuk mengukur keberhasilan program yang telah Mala dan tim lakukan di sana ialah tingkat

(9)

partisipasi masyarakat dalam program perumusan program kesehatan menjadi meningkat.

Perlahan, Mala mulai mendapati perubahan di daerah tempatnya melakukan pengabdian. Ada seorang anak Mentawai yang kemudian dinobatkan menjadi Duta Anak Nasional. Ialah yang kemudian didapuk Pencerah Nusantara untuk memicu anak-anak yang lain untuk semakin melakukan perubahan di segala bidang. Di Kepulauan Mentawai juga mulai rutin diadakan kegiatan oleh anak-anak dan remaja. Seperti prakarsa kampung bebas rokok, penanaman terumbu karang, serta pembentukan organisasi Sahabat Remaja Mentawai.

Usaha Mala dalam memupuk kepedulian masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dan lingkungan yang mulai berhasil, membawa kepuasan tersendiri baginya. Dari program Pencerah Nusantara, ia mendapatkan pelajaran penting tentang eksistensi diri seorang SKM.

“Seorang SKM, harus sangat dekat dengan masyarakat. Jika ia ingin mengubah pola perilaku masyarakat, terlebih dahulu ia harus mampu mendekati dan “mengambil hati” masyarakat. Yang lebih penting, jangan menganggap kita paling pintar ketika berhadapan dengan masyarakat,” kata Mala.

Saat ini, Mala bekerja di Kantor Pencerah Nusantara Pusat yang ada di Jakarta, dan menjadi tim programming di sana. Sehari-hari, ia melakukan riset dan pengembangan, serta menganalisis hasil penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tim lapangan Pencerah Nusantara.

Motto hidupnya ialah, ”Kesehatan itu bukan berbicara tentang aku atau kamu, tapi kita semua yang bertanggungjawab”. (*)

Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Nuri Hermawan

(10)

Rumah

Sakit

UNAIR

Deklarasikan Tekad Menuju

Akreditasi Paripurna

UNAIR NEWS – Sebagai komitmen untuk menjadi truly teaching hospital dan menjalankan Tri Darma Perguruan Tinggi, Rumah

Sakit Universitas Airlangga (RSUA) terus melakukan perbaikan di segala bidang. Diantaranya dengan mengembangkan kualitas kinerja rumah sakit untuk mencapai akreditasi paripurna.

Untuk tujuan akreditasi itulah, RSUA mendeklarasikan “Komitmen Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien”, hari Minggu, (10/4) pagi, di halaman Kantor Manajemen (Rektorat) UNAIR. Deklarasi dihadiri para pejabat direktorat, jajaran direktur, pimpinan fakultas, pimpinan unit dan lembaga, semua tenaga RSUA, termasuk masyarakat sekitar kampus.

“Dalam rangka mengembangkan kualitas kinerja rumah sakit maka diadakan akreditasi rumah sakit. Salah satu syarat akreditasi itu ialah menyelenggarakan deklarasi mengenai peningkatan mutu dan keselamatan pasien,” ujar Prof. Dr. Nasronudin, dr., Sp.PD-KPTI, Direktur RSUA.

Pada deklarasi tersebut disosialisasikan pula budaya kerja dan budaya melayani masyarakat sebagai prinsip RSUA menjadi rumah sakit percontohan. Pada deklarasi tadi, juga dilakukan penandatanganan spanduk berukuran 2×10 meter yang ditandatangani pimpinan RSUA, pimpinan universitas, pimpinan fakultas dan lembaga, serta seluruh staf RSUA, beberapa pengawas, dan tokoh masyarakat.

“Hasil tanda tangan ini akan diabadikan secara permanen di RSUA. Ini merupakan bagian dari sejarah pengembangan RSUA,

(11)

agar visi untuk menjadi rumah sakit terkemuka di tingkat nasional dan internasional, nanti betul-betul dapat terealisasikan,” kata Guru Besar FK UNAIR itu.

Saat ini RSUA termasuk kategori RS kelas C. Padahal, kata Prof Nasron, RSUA tidak sesuai jika masih masuk dalam kategori kelas C. Karena berdasarkan kenyataan yang ada, bangunan fisik dan fasilitas yang ada sudah layak masuk kategori kelas B.

“Kita berharap naik ke kelas B supaya tingkat rujukan semakin tinggi. Karena faktanya, yang datang di RSUA banyak sekali. Kita masih kelas C, tapi pasien yang datang dengan kualifikasi kelas B. Untuk masuk kategori B sebenarnya sudah layak,” katanya.

Berbagai upaya yang dilakukan misalnya menyiapkan 15 bab kelompok kerja (Pokja). Ada 1.218 elemen dari 15 bab Pokja yang harus lolos penilaian. Sebanyak 15 Pokja itu diantaranya meliputi Pokja mengenai kepemimpinan, akses penerimaan dan pelayanan pasien, fasilitas dan perawatan, juga pelayanan medik. Semua usaha itu untuk mencapai akreditasi paripurna. Proses akreditasi akan dilakukan pada 17-19 Mei 2016. Penilaian akan dilakukan oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit Nasional (KARS), lembaga independen yang diberi kepercayaan oleh Kementerian Kesehatan RI.

Pihaknya kini terus berupaya mengembangkan kualitas RSUA menjadi lebih baik. Bersama staf, ia senantiasa membangun komitmen bersama untuk terus maju dan berkembang. Berbagai hal yang akan terus dibenahi, seperti struktur organisasi, tupoksi tata kelola rumah sakit, perawatan alat-alat, serta perbaikan lingkungan fisik di semua unit pelayanan. Selain itu, pihaknya juga terus menggerakkan mindset staf untuk bergerak lebih cepat menuju akreditasi. (*)

Penulis : Binti Q. Masroroh Editor : Bambang Bes.

(12)

Diskusi Gayeng dan Gerrr

Antara UNAIR dan Elemen

Masyarakat Surabaya

UNAIR NEWS – Suasana hangat melingkupi ajang diskusi bertajuk Silaturahmi Rektor Universitas Airlangga Bersama Komunitas Rek Ayo Rek (RAR), Tokoh Masyarakat, dan Media di selasar lantai 4

gedung Rektorat Rabu (30/3). Rektor, didampingi jajaran dan para dekan, tampak bersahabat saat berinteraksi dengan Ketua RAR Herman Riva’i, Ketua DPRD Surabaya Armudji, dan semua masyarakat yang ada di sana. Termasuk, para awak media yang antusias mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir. Perwakilan dan pengurus Ikatan Alumni UNAIR juga datang untuk menyemarakkan diskusi.

Acara tersebut tambah terasa akrab karena dipandu oleh pakar komunikasi Drs Suko Widodo MSi. Pria yang juga Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) tersebut acap melontarkan joke segar di hadapan puluhan hadirin yang duduk melingkar di hadapan meja-meja bundar. Tak ayal, atmosfer gerrr-gerrr-an pun mewarnai suasana.

Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak., CMA. mengaku senang bisa berkumpul dengan semua elemen masyarakat lintas bidang. Ada yang memiliki latar belakang akademisi, politisi, birokrat, polisi, tentara, pengusaha, dan lain sebagainya. “Ini langkah awal. Setelah ini, pasti akan ada diskusi dan pertemuan lain yang tujuannya mencari solusi tiap masalah,” ungkap guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis itu.

(13)

Khususnya, bagi mereka yang ingin mendapat saran dan masukan dari perspektif ilmiah tentang ragam topik. “Kami punya pakar di segala bidang. Yang kami tidak punya cuma uang. Makanya, kalau butuh uang jangan datang pada kami. Datang saja pada Pak Jamhadi (Pengusaha yang juga Ketua Kadin Surabaya, Red),” seloroh Rektor yang disambut tawa para hadirin. Kebetulan, Jamhadi waktu itu tepat duduk di hadapannya. Ditegaskan Nasih, Surabaya tidak hanya punya Tugu Pahlawan, Kenjeran, dan

tetenger lainnya. Namun juga, ada UNAIR yang berlokasi di

pusat kota. Maka itu, sudah sepantasnya para wakil rakyat dan pemkot memaksimalkan potensi UNAIR.

Sementara itu, Herman berharap, komunitas RAR dan UNAIR dapat memberi perubahan pada kondisi sosial di Surabaya. “Segala masalah hanya bisa terselesaikan bila kita bersinergi. Di RAR ada banyak pakar atau “dekan”. Ada “dekan” urusan Pasar Turi seperti Pak Kemas, ada “dekan” urusan bisnis seperti Pak Jamhadi. Ada “dekan” urusan politik dan pemerintahan seperti Pak AH Thony. Makanya, sinergi kita bisa komplit,” urai dia diiringi tepuk tangan hadirin.

Event ini diapresiasi oleh pemerintah pusat. Kasubbag

Komunikasi dengan Lembaga Biro Kerjasama & Kompublik Setjen Kemristekdikti Neni Herlina mengaku kagum dengan gagasan dicetuskannya diskusi ini. “Apa yang dilakukan UNAIR mematahkan persepsi yang banyak beredar dan menyebut kalau kampus adalah menara gading. Hari ini, terbukti jelas kalau kampus benar-benar bisa menyatu dengan masyarakat,” ungkap dia.

Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, dr., Sp.PD-KGH., Ph.D., FINASIM mengatakan, kampus memang harus memberi sumbangsih kongkret di masyarakat. Kegiatan kali ini hanyalah satu di antara sekian banyak program UNAIR untuk bisa menyentuh semua elemen. “Percuma ada universitas di suatu kota bila kota itu tidak merasakan manfaatnya,” tegas Djoko. (*) Penulis: Rio F. Rachman

(14)

Gandeng Semua Elemen, UNAIR

Gelar Diskusi Lintas Lapisan

Masyarakat

UNAIR NEWS – Pada Rabu 30 Maret 2016, UNAIR akan menggelar

diskusi dan silaturahmi dengan tokoh masyarakat. Termasuk, dengan Camat, Kapolsek, dan semua elemen yang selama ini sudah bekerjasama dengan kampus tersebut. Kegiatan itu sedianya dilaksanakan di Kampus C, lantai 4, pukul 09.00 sampai 12.00. “Banyak pihak yang selama ini sudah membantu UNAIR di bidang keamanan, ketertiban, sosialisasi, dan lain-lain. Silaturahmi kali ini pasti akan mengakrabkan hubungan yang sudah terjalin baik. Insya Allah Pak Rektor (Prof Moh. Nasih, Red) beserta jajaran akan hadir,” kata Drs Suko Widodo MSi, ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH).

Yang menarik, akan hadir pula Komunitas Peduli Surabaya Rek

Ayo Rek (RAR), pejabat pemerintah, ketua serta anggota DPRD

Surabaya, para awak media, dan eksponen lainnya. Diharapkan, hasil dari pertemuan ini akan berdampak positif bagi kampus. Bakal ada banyak masukan, saran, dan kritik yang sifatnya membangun untuk UNAIR. “Seperti yang sudah sering kami dengungkan selama ini, kami sedang berupaya mengejar mimpi menjadi 500 kampus terbaik di dunia. Menjadi World Class

University,” urai Suko.

Tak hanya itu, yang tak kalah penting adalah menjadikan pertemuan ini solusi dari segala problem baik di tingkat kota maupun nasional. Harapannya, akan dilangsungkan diskusi rutin semacam ini. Dengan tujuan, mencari penyelesaian masalah-masalah lintas bidang.

(15)

Nantinya, akan diambil topik atau tema yang sesuai dengan isu terkini. Pihak eksekutif, legislatif, akademisi, dan lain-lain, akan diminta hadir dan urun rembug. Selanjutnya, dapat dihasilkan rekomendasi yang bisa dibuat sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan.

Sementara itu, Ketua Komunitas RAR Herman Rifa’I mengatakan, pihaknya selama ini sangat bangga dengan UNAIR. ”Kampus ini bisa menjadi contoh baik dalam membangun sikap egaliter dan peduli lingkungan sekitar. Terbukti, dalam acara dialog yang digelar kali ini, Pak Rektor UNAIR akan menghadirkan seluruh jajarannya untuk bisa bertemu dan berdialog dengan masyarakat,” kata dia.

RAR sendiri berisi orang-orang dari ragam latar belakang. Mulai tokoh masyarakat, tokoh agama, pengusaha, pecinta lingkungan, pengamat pendidikan, dan lain sebagainya.

Moch Machmud, anggota DPRD dari fraksi Demokrat mengungkapkan, apa yang dilakukan UNAIR nantinya pasti menjadi modal penting bagi pembangunan. Sebab, ada upaya menyatukan akademisi, kalangan bisnis, dan pemerintah. “Silaturahmi dan diskusi semacam ini mesti selalu dilangsungkan dengan istikomah,” ungkap dia. (*)

Penulis: Rio F. Rachman

Atasi Problem Kesehatan,

(16)

Mengabdi ke Masyarakat

UNAIR NEWS – Sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi,

para mahasiswa program studi Profesi Pendidikan Ners, Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga melakukan pengabdian masyarakat pada warga di wilayah Kecamatan Mulyorejo. Kegiatan pengabdian itu diikuti oleh 55 mahasiswa dan dilakukan selama tujuh minggu.

Para mahasiswa peserta pengabdian masyarakat ini dilepas oleh pimpinan Fakultas Keperawatan yang diwakili oleh Setho Hadisuyatmana, S.Kep., Ns., M.NS, selaku penanggung jawab program profesi Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga FKep UNAIR, pada Senin (7/3). Peserta diterima oleh Camat Mulyorejo, Drs. H. M. Syafik, M.Si, dan Kepala Puskesmas Mulyorejo, dr. Riana Restuti.

“Mereka dilepas ke masyarakat untuk belajar mengenai keperawatan komunitas. Bagaimana mereka menjalankan program promosi kesehatan sebagaimana rekomendasi dari World Health Organization (WHO), yaitu kebijakan publik yang berorientasi pada kesehatan, pemberdayaan individu, pergerakan komunitas, penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan, dan reorientasi dari layanan kesehatan,” tutur Setho.

Selama tujuh minggu ke depan, para mahasiswa akan terjun langsung ke warga di tiga RW di Kecamatan Mulyrejo. Pada minggu-minggu awal, mahasiswa akan melakukan pengkajian awal, observasi lingkungan, dan juga wawancara dengan masyarakat, termasuk tokoh setempat. Mereka juga akan mengadakan mini lokakarya yang digelar bersama dengan masyarakat sekitar. Pada lokakarya tersebut, akan ada dialog antarmahasiswa dengan masyarakat untuk merumuskan dan menguraikan problem secara bersama-sama.

Praktik profesi mahasiswa keperawatan telah rutin dilaksanakan setiap tahun. Pada tahun 2016, praktik profesi ini difokuskan

(17)

untuk memberantas penyakit yang ada di masyarakat.

“Tahun ini kita mulai fokus ke pengendalian penyakit yang ditularkan melalui hewan perantara, penyakit degeneratif (stroke, diabetes mellitus, dan hipertensi). Namun, ini jugabergantung dari laporan, praktik, serta situasi dan kondisi masyarakat sasaran,” tutur Setho.

Menanggapi kegiatan praktik profesi mahasiswa Keperawatan UNAIR, Camat Mulyorejo berharap agar para mahasiswa bisa membantu program kerja kecamatan, khususnya di bidang kesehatan. Syafik meminta kepada para mahasiswa untuk memberikan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kesehatan, pemberantasan sarang nyamuk, diare, kesehatan ibu hamil, perbaikan gizi, dan profesi keperawatan.

Kepala Puskesmas Mulyorejo, Riana, memiliki harapan serupa. Ia berharap agar mahasiswa mampu bekerjasama dengan tim, dan berbaur dengan masyarakat mengentaskan masalah kesehatan yang dihadapi.

Setelah kegiatan praktik profesi berakhir pada minggu ketujuh, laporan praktik mahasiswa akan disampaikan ke Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Surabaya. Laporan tersebut akan menjadi bahan evaluasi untuk mengambil kebijakan selanjutnya di bidang kesehatan masyarakat.

Pada hari Selasa (8/3), sekitar 30 dari 55 mahasiswa profesi Keperawatan UNAIR turut membantu pelaksanaan pekan imunisasi nasional (PIN) Polio di Kecamatan Mulyorejo. Mereka diterjunkan untuk membantu pelaksanaan PIN di seluruh taman kanak-kanak dan posyandu di sekitar Mulyorejo. (*)

Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S

Referensi

Dokumen terkait

ZAKARIA SYAFE'I, M.Pd.. IDA

Saskia Lydiani Dosen Dosen Dosen Dosen Dosen Dosen Dosen Dosen 8.4.4 8.3.6 4.2.2 4.2.2 4.4.1 5.4.3 6.2.4 5.4.2 Ruang Ruang Ruang Ruang Ruang Ruang Ruang Ruang Selasa Senin Rabu

Hanya karena Hidayah Allah SWT skripsi dengan judul Pengaruh Struktur Kepemulikan, Leverage dan Profitabilitas dalam Pilihan Perusahaan Terhadap Akuntansi Konservatif ini dapat

permasalahan yang ada dalam LKS. Siswa yang mempunyai kemampuan akademik kurang tidak berani mengungkapkan pendapatnya serta siswa yang memiliki kemampuan akademik

Beberapa nyamuk Anopheles yang masuk rumah untuk mencari darah, beristirahat di dalam rumah selama beberapa jam setelah mengisap darah, kemudian keluar mencari

(3) terdapat perbedaan signifikan prestasi belajar Geografi antara siswa dengan kemampuan awal tinggi dan rendah pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu

DAN JENJANG JABATAN DITETAPKAN SESUAI DENGAN JUMLAH ANGKA KREDIT YANG DITETAPKAN OLEH PEJABAT YANG BERWENANG MENETAPKAN ANGKA KREDIT DARI UNSUR UTAMA DAN UNSUR

Kemudian langkah yang terakhir yang di lakukan adalah operasi XOR k dengan plaintext nilai k yang sudah didapatkan dari langkah di atas