1
PROPOSAL
PENELITIAN LABORATORIUM
TAHUN 2020
MODEL PENANGGULANGAN BANJIR PATISIPATIF
DI DAS WELANG KABUPATEN PASURUAN
Tim Peneliti:
Ketua : Dr. Ir. Hendra Wahyudi, MS Anggota 1 : Ir. Edy Sumirman, MT.
Anggota 2 : Ir. Sri Subekti, MT
DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2020
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... 2
I. RINGKASAN ... 3
II. LATAR BELAKANG ... 4
2.1 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 5
2.2 Tujuan... 6
2.3 Relevansi ... 6
2.4 Target Luaran ... 7
III. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
3.1 Paradigma Penanganan Banjir ... 8
3.2 Curah Hujan Wilayah ... 8
3.3 Curah Hujan Rancangan... 10
3.4 Uji Kesesuaian Distribusi ... 13
3.5 Analisa Debit Banjir Rancangan ... 16
3.6 Metode Geolistrik Resistisitas ... 16
3.7 Cekungan Air Tanah ... 18
3.8 Partisipasi Masyarakat... 19
IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 21
4.1 Pemilihan Lokasi Penelitian ... 21
4.2 Metode Penelitian ... 21
V. JADWAL DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ... 24
VI. DAFTAR PUSTAKA ... 26
3
I. RINGKASAN
Banjir, dianggap sebagai bencana yang belakangan ini menghantui disebagian besar wilayah Indonesia, dan Kali Welang yang pada bagian Hilir merupakan daerah rawan banjir, memotong jalan nasional pantura akibat banjir yang menggenangi jalan nasional mengganggu roda perekonomian. Paradigma penangangan banjir adalah melakukan normalisasi sungai, membuat tanggul, membuat waduk, sehingga tidak pernah melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi langsung dalam penanggulangan masalah banjir tersebut, padahal masyarakat adalah pihak yang secara langsung menerima dampak ari penanggulangan banjir tersebut. Dengan perkembangan pola berfikir yang komprehensif dan diera keterbukaan informasi ini serta setiap proses desain itu harus melibatkan masyarakat, maka diperlukan model penanganan banjir yang dapat melibatkan patisipasi masyarakat.
Model penanggulangan banjir partisipatif ini merupakan model penanganan banjir yang melibatkan masyarakat mulai proses perencanaan, proses pelaksanaan dan proses monitoring dan evaluasi sehingga permasalahan sosial yang sering timbul disaat pelaksanaan dapat dihindari dan keberlanjutan pembangunan bangunannya pun dapat terus berangsung namun harus didukung oleh Pemerintah selaku regulator sehingga kearifan masyarakat Indonesia yang senang bergotong royong dapat terus dijaga.
Konsep inilah yang ingin diterapkan pada DAS Welang, supaya penanganan banjir di wilayah ini sekaligus sebagai upaya konservasi air, dan mencegah kekeringan di musim kemarau.
4
II. LATAR BELAKANG
Perekonomian Jawa Timur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mengalami pertumbuhan sebesar 5.5% sehingga menduduki peringkat ke dua setelah Propinsi DKI (BPS, 2018). Namun demikian konisi pertumbuhan yang sangat baik tersebut belum disertai kinerja pengelolaan lingkungan yang memuaskan. Hasil kajian yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memperlihatkan kondisi lingkungan di Jawa Timur termasuk dalam kategori sangat kurang dan berada di peringkat 27 dari 33 propinsi di Indonesia. Indek kualitas lingkungan hidup mempunyai kecenderungan terus menurun. Pada tahun 2011 IKLH Jawa Timur sebesar 60,22 dan terus mengalami penurunan menjadi 57.61 pada tahun 2012 serta menjadi 56.48 pada tahun 2014 (IKLH, 2014) .
Pada dasarnya dalam Rencana Pembangunn Jangka Menengah Daerah 2015 – 2019 menetapkan tujuan pembangunan berkelanjutan namun kenyataannya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Propinsi Jawa Timur (2016) mencatat peningkatan 2.121 kejadian bencana yang terjadi di tahun 2016 dan yang disebabkan oleh bencana banjir sebesar 766 kejadian salah satunya adalah banjir yang terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Welang sehingga kondisi lingkungan hidup di Jawa Timur mengalami tekanan yang sangat berat.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Welang berdasarkan Keputusan Presiden nomer112 tahun 2012 termasuk dalam Wilayah Sungai (WS) Welang Rejoso dan secara administrasi pemerintahan sungai ini merupakan sungai lintas Kota Pasuruan, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Malang sehingga pengelolaan sungai Welang menjadi kewenangan Pemerintah Propinsi Jawa Timur.
Sungai Welang ini merupakan sungai orde 1 dengan anak sungainya sebanyak 21 buah mempunyai luas DAS totalnya sebesar 509,50 km2 dan panjangnya kurang lebih 53 km dengan bentuk karakteristik sungainya berkelok kelok dan bentuk DASnya melebar di bagian hulu serta topografi sehingga sering menimbulkan banjir di daerah hilirnya akibatnya jalur transportasi yang ada sering terjadi terganggu.
5 Perubahan fungsi lahan dari hutan menjadi perumahan dan lahan pertanian mengakibatkan daerah resapan air berkurang serta penanganan banjirnya sendiri yang tidak pernah melibatkan peran serta masyarakat, Sehingga upaya penangulangan banjir yang selama ini dilakukan oleh Pemerintah seolah olah tidak ada hasinya. Penangulangan banjir yang selama ini bersifat komunal perlu dirubah seiring sifat masyarakat yang sudah cenderung mengarah ke individual sehingga perlu dipikirkan metode penanggulangan banjir yang bersifat individual namun karena melibatkan partisipasi masyarakat yang sangat luas maka sifat individunya akan hilang menjadi kegiatan yang bersifat gotong royong dan itu menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
2.1 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
Dari latar belakang seperti yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana kondisi banjir yang terjadi di DAS Welang Kabupaten Pasuruan Bagaimana model penanggulangan banjir yang bersifat partisipatif dan
efektifitasnya sehingga dapat dipergunakan untuk mengatasi banjir yang sering terjadi di DAS Welang Kabupaten Pasuruan.
Penelitian ini merupakan tahapan ketiga dari rangkaian keseluruhan road map penelitian tentang penanggulangan banjir di DAS Welang sehingga ada batasan batasan yang dilakukan karena keterbatasan waktu dan biaya. Adapun batasan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Data yang dipergunakan untuk melakukan anaisis ini adala data sekunder.
Penetapan batasan banjir yang dikendalikan berdasarkan dari kondisi bangunan yang ada di Kali Welang (Dam Selowongko) karena untuk meninjau kondisi pada masing2 penampang melintang dengan melakukan pengukuran tampang melintang tidak memungkinkan dananya.
Penangguangan banjir ini karena bersifat partisipatif dan melibatkan masyarakat yang ada di DAS Kali Welang sehingga keberhasilannya harus didukung oleh
6 Pemerintah Kabupaten Pasuruan dan DPRD Kabupaten Pasuruan dalam bentuk Perda
2.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian tentang “ Moddel Penanggulangan Banjir Partisipatif di DAS Welang Kabupaten Pasuruan” adalah :
Merupakan sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang sumber daya air.
Memberikan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Pasuruan Khususnya dan Pemerintah Propinsi Jawa Timur pada umumnya tentang pengelolaan daerah aliran sungai
Memberikan masukan bagi pengambil kebijakan tentang pengendalian banjir sehingga lebih bermanfaat.
Melestarikan sifat gotong royong masyarakat Indonesia pada umumnya dan Kabupaten Pasuruan khususnya masyarakat DAS Kali Welang dalam partisipasi penangulangan banjir
2.3 Relevansi
Mengatasi permasalahan yang timbul akibat bencana dan perubahan iklim sehingga dapat merubah bencana menjadi peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Peta alan penelitian Laboratorium Hidroteknik dan Sureying dalamtahun 2018 sampai dengan 2022 akan menghasilkan infrastruktur bangunan keairan dengan fungsi utama konservasi air, pencegah banjir dan kekeringan. Dengan target utama infrastruktur yang tanggap dan mampu untuk mengatasi terhadap perubahan iklim, seperti yang tampak pada Gambar 1.1.
7 Gambar 1.1 Peta jalan Penelitian Laboratorium Hidroteknik dan Surveying
2.4 Target Luaran
Penelitian yang diusulkan ini menargetkan akan berkontribusi ke dalam target Penelitian Laboratorium Hidroteknik Dan Surveing tersebut adalah konservasi air, pencegahan banjir dan kekeringan dengan menerapkan pengendalian banjir dengan “Metode Artifisial Storage Recharge”. Dan target luaran wajib berupa Publikasi Jurnal Internasional Terindeks Scopus Q2.
8
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Paradigma Penanganan Banjir
Perkembangan wilayah yang sangat cepat dapat menyebabkan perubahan siklus hidrologi. Akibat perubahan siklus hirologi ini dapat berakibat terjadinya bencana. Frekuensi bencana yang terkait dengan perubahan kondisi hidrologi ini adalah banjir maupun kekeringan.
Paradigma penanganan banjir yang selama ini dilakukan adalah mengalirkan air hujan yang ada kelaut secepat cepatnya dengan meakukan normalisasi sungai dan pembuatan tanggul. Namun seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan air serta disaat musim kemarau sering terjadi kekurangan air maka paradigma penanganan banjir yang selama ini dilakukan tidak pernah melibatkan masyarakat mulai proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi maka upaya yang dilakukan oleh pemerintah tersebut seolah olah tidak ada hasilnya sehingga perlu dibuat suatu model penangulangan banjir yang bersifat partisipatif sehingga permasalahan sosial yang timbul dalam pelaksanaa pembangunan bangunan banjir yang bersifat komunal tidak akan terjadi lagi.
3.2 Curah Hujan Wilayah
Dalam melakukan analisa hidrologi data yang ada merupakan data curah hujan pada suatu titik tertentu sesuai dengan lokasi stasiun pengamatan sedangkan menurut Sosrodarsono (2006) untuk melakukan analisa hidrologi dimulai dari curah hujan wilayah.
Analisa pendukung untuk melakukan perubahan curah hujan titik menjadi curah hujan wilayah dapat dilakukan dengan menggunakan metode aritmatika, metode poligon thiessen dan metode Ishoyet (Hadisusanto, 2011). Adapun pengertian dari ketiga metode dapat dijelaskan sebagai berikut ini :
9 Metode aritmatika/rata rata aljabar dapat dirumuskan sebagai berikut :
= ( + + ⋯ . + )/
... (3.1) Dalam hal ini :
P = hujan wilayah rata rata (mm)
Pi, ..Pn = data hujan dari masing masing stasiun hujan (mm) N = jumlah stasiun curah hujan
Metode Polygon Thiessen
Metode Polygon Thiessen ini masukkan/memperhitungkan luasan daerah pengaruh dari masing masing stasiun curah hujan sehingga bentuk persamaan matematiknya adalah sebagai berikut :
= ( + + ⋯ . + )
... (3.2) Dalam hal ini :
P = hujan wilayah rata rata (mm)
Pi, ..Pn = data hujan dari masing masing stasiun hujan (mm)
A1, . An = Luas daerah yang mewakili tiap tiap stasiun curah hujan A = Luas total dari polygon thiessen A = A1 + A2 +...+An
Metode Ishoyet
Bentuk persamaan matematik dari Metode Ishoyet adalah sebagai berikut :
= ⋯
... (3.3) Dalam hal ini :
P = curah hujan wilayah rata rata (mm)
Pi, .Pn = data curah hujan dari masing masing stasiun hujan (mm) A1, An = Luas daerah Ishoyet yang mewakili stasiun curah hujan Atotal = Luas total daerah Ishoyet
10
3.3 Curah Hujan Rancangan
Curah hujan rancangan merupakan data yang diperlukan untuk analisa debit banjir rancangan. Metode yang dipergunakan untuk melakukan analisa hujan rancangan dengan kala ulang tetentu dapat dilakukan dengan metode berikut ini :
Distribusi Normal
Bentuk persamaan matematik distribusi Normal sebagai berikut :
= +
... (3.4)
Dalam hal ini:
Xt = Curah hujan rencana periode ulang T tahun X = curah hujan rata rata dari data
= (∑ )/ Sx = Deviasi standart
= ∑ ∑
K = variabel reduksi gauss
Distribusi Gumbel
Persamaan matematis untuk Distribusi Gumbel dapat di tuliskan sebagai berikut ini
= + ( )
... (3.5)
Dalam hal ini :
X = Nilai yang diharapkan terjadi dengan kala ulang tertentu (mm) = Nilai rata rata dari data (mm)
11 =
Yt = Reuced mean atau nilai reduksi data dari variabel yang diharapkan terjadi periode ulang tertentu
=
x T 1 x T L L r r n nYn = Nilai rata-rata dari reduksi data, nilainya tergantung dari jumlah data (n) dan dapat dilihat pada Tabel. 2 – 3.
Sn = Reduced Standar Deviation yang nilainya tergantung dari jumlah data (n). S = Simpangan baku =
1 n X X n 1 i 2 i
n = Jumlah data CS = koefisien kepencengan CK = koefisien kurtosis12 Sumber : CD Soemarto, 1987
Tabel 3. Hubungan antara Deiasi Standart (Sn) dengan Reuksi Data dengan Jumlah Data (n)
Sumber : CD.Soemarto, 1987
Metode log Pearson Type III
Persamaan distribusi Log Pearson Type II dapat dituliskan dalam bentuk persamaan matematik sebagai berikut :
a. Mengubah data hujan sebanyak n buah X1, X2, ...Xi menjadi log X1, X2, .... log Xi
b. Nilai Rata – rata :
n X Log = X Log n l = i i
c. Standar Deviasi :13
1 n X log X log Sd 1 2 i
n i d. Koefisien Skewness : Cs = ( log X - log X ) (n -1) (n - 2) . ( Sd ') i 3 i = l n 3 n
Dalam hal ini :Log X= nilai rata-rata
Log Xi = nilai varian ke i n = banyaknya data Sd’ = standar deviasi Cs = koefisien Skewness
e. Sehingga nilai X bagi setiap tingkat probabilitas dapat dihitung dari persamaan:
LogXt LogX G
Sd
Harga-harga G dapat diambil dari tabel hubungan antara koefisien skewness dengan kala ulang. Sedangkan Nilai
Xt
didapat dari anti log dari log Xt.3.4 Uji Kesesuaian Distribusi
Pemeriksaan uji kesesuaian distribusi ini dilakukan untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa distribusi frekuensi.
Adapun pemeriksaan/pengujian dstribusi frekuensi dipakai dengan 2 metode sebagai berikut :
A. Uji Horizontal dengan Metode Smirnov-Kolmogorof Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov, prosedurnya adalah :
14 a n 5 0.450 0.510 0.560 0.670 10 0.320 0.370 0.410 0.490 15 0.270 0.300 0.340 0.400 20 0.230 0.260 0.290 0.360 25 0.210 0.240 0.270 0.320 30 0.190 0.220 0.240 0.290 35 0.180 0.200 0.230 0.270 40 0.170 0.190 0.210 0.250 45 0.160 0.180 0.200 0.240 50 0.150 0.170 0.190 0.230 1.07 1.22 1.36 1.63 n0,5 n0,5 n0,5 n0,5 0.010 n > 50 0.200 0.100 0.050
a. Data diurutkan dari besar ke kecil dan juga ditentukan masing-masing peluangnya.
X1 P(X1) X2 P(X2) Xm P(Xm) Xn P(Xn)
b. Setelah itu ditentukan nilai masing-masing peluang teoritis dari penggambaran persamaan distribusinya.
X1 P'(X1) X2 P'(X2) Xm P'(Xm) Xn P'(Xn)
c. Selisih kedua nilai peluang dapat dihitung dengan persamaan Δmaks = nilai maksimum [P(Xm) - P(Xn)]
d. Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnov-Kolmogorov test), dapat ditentukan nilai Δkritis. Dimana tabel kritis ini dapat dilihat pada tabel. e. Apabila Δmaks < Δkritis distribusi teoritis diterima.
Δmaks > Δkritis distribusi teoritis ditolak.
Tabel 3...Harga D kritis Untuk Uji Smirnov-Kolmogorof Test
15 Derajat Bebas (g) 0.200 0.100 0.050 0.010 0.001 1 1.642 2.706 3.841 6.635 10.827 2 3.219 4.605 5.991 9.210 13.815 3 4.642 6.251 7.815 11.345 16.268 4 5.989 7.779 9.488 13.277 18.465 5 7.289 9.236 11.070 15.086 20.517 6 8.558 10.645 12.592 16.812 22.457 7 9.803 12.017 14.067 18.475 24.322 8 11.030 13.362 15.507 20.090 26.125 9 12.242 14.987 16.919 21.666 27.877 10 13.442 15.987 18.307 23.209 29.588 11 14.631 17.275 19.675 24.725 31.264 12 15.812 18.549 21.026 26.217 32.909 13 16.985 19.812 22.362 27.688 34.528 14 18.151 21.064 23.685 29.141 36.123 15 19.311 22.307 24.996 30.578 37.697 16 20.465 23.542 26.296 32.000 39.252 17 21.615 24.769 27.587 33.409 40.790 18 22.760 25.989 28.869 34.805 42.312 19 23.900 27.204 30.144 36.191 43.820 20 25.038 28.412 31.410 37.566 45.315
Uji chi kuadrat digunakan untuk menguji simpangan secara vertikal apakah distribusi pengamatan dapat diterima oleh distribusi teoritis.
Perhitungannya dengan menggunakan persamaan (Shahin, 1976 : 186) :
K i Hit EF OF) (EF ) (X 1 2 2 k n EF Jumlah kelas distribusi dihitung dengan rumus (Harto, 181 : 80) : K = 1 + 3,22 log n
dimana :
OF = nilai yang diamati (observed frequency) EF = nilai yang diharapkan (expected frequency) k = jumlah kelas distribusi
n = banyaknya data
Agar distribusi frekuensi yang dipilih dapat diterima, maka harga X2 < X2cr. Harga X2cr dapat diperoleh dengan menentukan taraf signifikasi dengan derajat kebebasannya (level of significant) seperti yang disajikan pada Tabel 4.17. Tabel Harga X2 Untuk Uji Chi Square Test
16
3.5 Analisa Debit Banjir Rancangan
Hidrograf adalah gambaran dari respon DAS terhadap input yang masuk berupa hujan dalam bentuk gambar grafik aliran. Bentuk dan lengkung hidrograf tergantung pada karakteristik hujan yang mengakibatkan aliran. Sehingga pada grafik debit sungai digambarkan sebagai ordinat dan waktu pengamatan digambarkan sebagai absis (Hadisusanto, 2011).
Hidrograf menunjukkan tanggapan menyeluruh (Integral Response) DAS terhadap masukan tertentu. Sesuai sifat dan perilaku DAS yang bersangkutan, hidrograf aliran selalu berubah sesuai dengan besaran dan waktu terjadinya masukan (Harto , 1993).
Untuk menentukan hidrograf banjir rencana di suatu daerah aliran dapat menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu. Persamaan matematik metode Nakayasu adalah sebagai berikut :
) T T . (0,3 3,6 R . A . C Qp 0,3 p O dimana :
Qp = Debit puncak banjir ( m3/dt ) Ro = Hujan Satuan ( mm )
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit puncak sampai menjadi 30 % dari debit puncak.
3.6 Metode Geolistrik Resistisitas
Metode geolistrik resistivitas merupakan metode pendugaan struktur lapisan batuan bawah permukaan bumi berdasarkan nilai resistivitas setiap jenis batuan yang terukur saat diberikan arus listrik yang dimasukkan ke dalam bumi melalui 2 elektroda arus. Arus listrik yang mengalir melalui 2 elektroda menghasilkan beda potensial yang dapat diukur menggunakan dua elektroda potensial. Hasil pengukuran arus dan beda potensial setiap
17 jarak elektroda menghasilkan variasi harga hambatan jenis masing-masing lapisan batuan di bawah titik ukur.
Pengukuran menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi Schlumberger ini memakai 4 elektroda, masing-masing 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial. konfigurasi Schlumberger memiliki jarak AB > 3MN. Bertujuan untuk mencatat gradient potensial dimana elektroda potensialnya berjarak pendek. Dalam skema konfigurasi Schlumberger yang ditunjukkan pada gambar 2.8, MN adalah elektroda potensial sedangkan AB adalah elektroda arus dan O adalah titik tengah konfigurasi. Jarak r3 (elektroda potensial N terhadap elektroda arus A) sama dengan jarak r2 (elektroda potensial M ke elektroda B). Sedangkan jarak r1 (elektroda potensial M terhadap elektroda arus A) sama dengan jarak r4 (elektroda potensial N terhadap elektroda arus B). Konfigurasi ini sering digunakan untuk pengukuran vertical sounding karena penerapannya lebih praktis.
Gambar 4.5 Konfigurasi Schlumberger
Tahanan jenis semu medium yang terukur dihitung berdasarkan persamaan (Reynolds, 1997) I V Keterangan:
18 4 3 2 1 1 1 1 1 2 r r r r I V 42 2 MN AB MN I I V K I MN AB MN I K 2 2 4 MN MN AB K 4 2 2
ρ : tahananterukur (apparent resistivity)
ΔV : potensial yang terukurantaraelektroda P1 dan P2
I : aruslistrik yang mengalirketanahmelaluielektroda C1 dan C2 K : faktorgeometrikonfigurasielektroda
Faktor geometri konfigurasi Schlumberger dapat diketahui berdasarkan persamaan ) ( 2 1 1 AB MN r AM , ) ( 2 1 2 AB MN r BM , ) ( 2 1 3 AB MN r AN dan ) ( 2 1 4 AB MN r BN
Faktor geometri dapat diperoleh dengan mengetahui nilai beda potensial (ΔV) konfigurasi schlumberger menggunakan persamaan seperti berikut :
Nilai beda potensial (ΔV) yang telah diperoleh disubstitusikan ke persamaan seperti berikut :
Sehingga didapatkan persamaan faktor geometri konfigurasi Schlumberger adalah :
3.7 Cekungan Air Tanah
Cekungan air tanah yang ada merupakan suatu kondisi geologi yang berikan oleh alam sehingga dapat bersifat sebagai bejana yang mampu menampung air namun seiring dengan perkembangan penduduk dan perubahan cuaca yang tidak menentu ini maka air tanah yang ada hanya dimanfaatkan saja tanpa dipikirkan proses pengisian dan melestarikannya.
19 Kapasitas infiltrasi tanah memegang peranan penting yang menentukan besar kecilnya air dapat masuk ke dalam tanah. Infiltrasi adalah peristia masuknya air tanah ke dalam tanah (Arsyad, 2006). Dua parameter yang berkaitan dengan infiltrasi yaitu laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi.
Lapisan aquifer yang cocok untuk peresapan air hujan buatan tergantung pada beberapa hal antara lain koefisien penyimpanan, ketebalan aquifer dan permeabilitas. Permasalahan yang sering timbul sebagai akibat dari peresapan air tanah buatan terutama berhubungan dengan kualitas air baku sehingga sebelum dilakukan pengisian air tanah maka air baku yang akan direspkan perlu dilakukan beberapajenis pengolahan.
Skema resapan buatan bersifat spesifik pada tempat tertentu sehingga diperlukan informasi dari sumur lokal. Bentuk sumur resapan vertikal dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar Sumur Resapan tanpa injeksi dan sumur resapan dengan injeksi
3.8 Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat alam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi (Isbandi, 2007).
20 Sehingga partisipasi masyarakat ini dapat meningkatkan dan mempercayai program pembangunan jika masyarakat merasa dilibatkan alam proses persiapan dan perencanaannya karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk program tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap kegiatan tersebut.
21
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Pemilihan Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain :
DAS Kali Welang merupakan salah satu daerah aliran sungai di Kabupaten Pasuruan yang sering mengalami banjir setiap tahunnya sehingga sering menimbulkan kerugian baik langsung maupun tidak langsung terhadap masyarakat disekitarnya.
Sebagai satu bentuk keikut sertaan dari perguruan tinggi untuk membantu masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Pasuruan dalam mengatasi masalah banjir sehingga model mengatasi permasalahan banjir dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengatasi banjir di daerah Pasuruan yang lainnya.
Adanya road map yang besar dari program penelitian yang ada di Institut Teknologi Sepuluh Nopember sehingga penelitian ini merupakan bagian dari rencana besar tersebut.
4.2 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu rangkaian tahapan yang dilaksanakan untuk mencapai suatu hasil yang maksimal, sehingga memudahkan bagi peneliti untuk melakukan evaluasi perkembangan rencana kerjanya, disamping itu jika terjadi kesalahan dapat dengan mudah dilakukan perbaikan tanpa mengulanginya dari awal. Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan alir berikut ini
22 Gambar Bagan Alir Penelitian
Mulai Orientasi Lapangan Pemetaan Kondisi Sosek Pemetaan Air Tanah Mencari Data Sekunder Analisa Data Sekunder (Hujan) Analisa Banjir keinginan
Masyarakat Kualitas Air
Model Penangulangan Banjir
Gambar Desain
23
Daftar Tim Peneliti
No. Nama dan pendidikan terakhir Departemen / Fakultas Jabatan
/kompetensi Tanggung Jawab
1 Dr. Ir. Hendra Wahyudi, MS Teknik Infrastruktur Sipil / Fakultas Vokasi Ketua Tim/ahli air tanah dan hidroteknik
Bertanggung jawab terhadap seluruh proses
penelitian sampai dari awal sampai akhir
2 Ir. Srie Subekti, MT. Teknik Infrastruktur Sipil / Fakultas Vokasi Anggota 1/ahli drainase Analisis Hidrologi, pengumpulan data-data sekunder, inventarisasi lokasi-lokasi 3 Ir. Edy Sumirman, MT Teknik Infrastruktur Sipil / Fakultas Vokasi Anggota 2/hidroteknik dan PLTMH Menghitung dan menganalisis potensi PLTMH, desain biopori dan sumur resapan.
24
V. JADWAL DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA
Rencana anggaran biaya yang diusulkan untuk melaksanakan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :
No Item Volume Satuan Harga
Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 1 Bahan Habis ATK 1 Paket 960.000 960.000 Tinta Printer 6 Pcs 200.000 1.200.000 Flashdisk 4 pcs 120.000 480.000 2 Peralatan Penunjang
Sewa Alat Sounding 25 hari
150.000
3.750.000 Sewa Alat Geolistrik 25 hari
150.000 3.750.000 Sewa GPS 25 hari 25.000 625.000 3 Perjalanan
Transport Survey 15 Kali
600.000
9.000.000 Akomodasi Survey (3 orang) 15 kali
300.000 4.500.000 4 Honorarium
Pembantu Peneliti 200 Jam
20.000 4.000.000 Surveyor 3 orang 2.000.000 6.000.000 5 Lain-Lain
Publikasi Jurnal Intenasional 1 Kali
15.000.000 15.000.000 Konsumsi 8 Kali 92.000 735.000 TOTAL (Rp) 50.000.000
25 Rencana Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini
No Kegiatan 2020
Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
1 Persiapan
2 Pengumpulan Data Sekunder
3 Survey Geolistrik
4 Survey Sumur
5 Survey Kualitas Air
6 Analisa Data Hidrologi
7 Analisa Data Geolistrik
8 Analisa Data Sumur
9 Analisa Potensi Aquifer
10 Analisa Kualitas Air
11 Penempatan ASR
12 Desain Pengolahan Air
13 Desain Artificial Storage Recharge
14 Pembuatan Laporan dan Publikasi
26
VI. DAFTAR PUSTAKA
Achlil, Kadaroesman. 1981. An Approach to Defined Loss Rate Distribution in Watershed Hydrologic Modelling. Tesis Master of Science. Utah State University. Logan. USA.
Arsyad, Sintanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB (IPB Press). Bogor.
Arsyad, Sintanala. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Asdak, 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sugai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Bassoffil, P. 2002. Impact of Human Activities on Soil Loss, Direct and Indirect Evaluastion Sustainable Land Management-Enviromental Protection, A Soil Physical Approach. Advances in Geology 35. International Union of Soil Science (IUSS). Catena Verlag. Reinkirchen.
Baver, L. D., W. H. Grardner and W. R. Gardner. 1961. Soil Physics. Fourth Edition. Wiley Elastern Limited. New Delhi.
Bisri, Mohammad. 2009. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. CV. Asrori Malang. Chow,1964, Handbook of Applied Hydrology, New York: Mc. Graw-Hill Book Company.
Chow, V. T. , David, R. M., Larry, W. M. 1998. Applied Hydrology. New York Cordery, I. 1991. Estimation of Design Hydrograph for Small Rural Catchments. Journal of Hydrology No 13.
Darmadi. 1990. Analisis Hidrograf Satuan Berdasarkan Parameter Fisik DAS. Disretasi Doktor (Tidak dipublikasikan), Program Pascasarjana IPB. Bogor.
Departemen Kehutanan, 1998. Pedoman Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Teknik Lapangan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Dyah A. W., Suripin, Syafrudin (2004) Evaluasi Penggunaan Lengkung Laju Debit-Sedimen (Sediment-Discharge Rating Curve) Untuk Memprediksi edimen Layang. Master Thesis Univeritas Diponegoro (Tidak dipublikasikan)
Fan, J. and Morris, G. L. 1995. Reservoir Sedimentation Handbook: Design and Management of Dams, Reservoir and Watersheds for Sustainable Use. New York: McGraw-Hill.
Frevert, R.K. 1959. Soil and Water Conservation Engineering. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Ginting, A. N. 1981. Aliran Permukaan dan Erosi dari Tanah yang Tertutup Tanaman Kopi dan Hutan Alam di Sumber Jaya Lampung Utara. Tesis Magister Sains. Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor (tidak dipublikasikan).
Gordon, N. D., T. A. McMahon and B. L. Finalyson. 1992. Stream Hydrology An Introduction for Ecologist. John Wiley & Sons Ltd. New York.
27 Gray, D. M. 1961. Synthetic Unit Hydrograhs for Small Watersheds. Journal of Hydroulic Div. ASCE. July. HY 4.
Gray, D.M. 1970, Handbook on Principles of Hydrology. The Iowa State University Press, Ames, Iowa.
Gregory, K. J. and D. E. Walling. 1977. Drainage Basin Storm and Process. Edward Arnold Publishing. Ltd. London.
Gupta, S. N., A. P. Battacharya, S. R. Jindal. 1967. Statistical Correlation of Himalayan and Bundelkhand Basin Characteristics With Flood Flows, Floods and Their Computations, Proceeding of Leningrad Symposium, IASH, Unesco, WMO, Geneva.
Haan, C.T., H.P. Johnson, and D. L. Brakenseik. 1982. Hydrologic Modelling of Small Watersheds. American Society of Agricutural Engineers
Hadisusanto, N. 2011. Aplikasi Hidrologi. Malang: Jogja Mediautama.
Jacques W. Delleur,2006, The Handbook of Groundater Engineering, CRC Pres Taylor & Francis Group London, 2nd.ed
Jiri Krasni, John M, Sharp, 2003, Ground Water in Fracture Rocks, Taylor and Francis, London
Seyhan, 1977. Dasar-dasar Hidrologi. Subagyo S, penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta: Gajah Mada University. Terjemahan dari: Fundamentals of Hydroloy. Strahler, A. N. 1964. Quantitative Geomorphology of Drainage Basins and Channel Networks, in Handbook of Applied Hydrology, Ven Te Chow (ed). Mc Graw Hill. New York.
Soemarto, CD. 1986. Hidrologi Teknik. Usaha Nasional. Surabaya.
Suripin. 2002. Pengelolaan Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Suripin, 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi. Yogyakarta. Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data.
Bandung Nova.
Sosrodarsono dan Takeda, 1980. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: PT Pradnya Paramitra.
Sri Harto, 1985. Pengkajian Sifat Dasar Hidrograf Satuan Sungai-sungai di Pulau Jawa untuk Perkiraan Banjir. Disertasi Doktor UGM (Tidak dipublikasikan). Yogyakarta
Viessman, W., J. W. Knapp, G. L. Lewis, and T. E. Harbaugh. 1972. Introduction to Hydrology, Harper & Row Publishers, New York.
Walpole, R.E., Myers, R.H., Myers, S.L., and Ye, K. 2007. Probability and Statistics for Engineers and Scientists. Eighth Edition. London: Pearson Education.
Ward, R. S. 1974. Priciples of Hydrology. Second Edition. McGraw-Hill Book Company, Limited. London.
28