• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGAH

TRIWULAN III 2011

(2)

Visi Bank Indonesia

maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta

Misi Bank Indonesia

moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinamb

Tugas Bank Indonesia

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi bank

Kantor Bank Indonesia Palu

Rahmat Hernowo : Pemimpin

Wuryanto : Deputi Pemimpin Bidang Ekonomi Moneter

Kamaruddin Nur : Deputi Pemimpin Bidang Sistem Pembayaran, Manajemen Intern dan Pengawasan Bank

M. Aat Fathurohman : Peneliti Ekonomi Muda Senior Rawindra Ardiansah : Analis Muda Senior

Syafiuddin Lahase : Pengawas Bank Muda Senior

I Nyoman Suwana : Kepala Seksi Layanan Nasabah dan Penyelenggaraan Kliring

Yusbir Suin : Kasir Muda Senior

Hengky Perusu : Kepala Seksi Sumber Daya

Kritik, saran, masukan dan komentar dapat disampaikan kepada :

Redaksi :

Kelompok Kajian, Statistik dan Survei Kantor Bank Indonesia Palu

Jl. Dr. Sam Ratulangi No.23 Palu

Telp : 0451 - 421181

Fax : 0451 - 421180

Email : hasudungan_ps@bi.go.id; aat_fathurohman@bi.go.id; wuryanto@bi.go.id

(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke kehadirat Tuhan YME, karena atas perkenan-Nya maka penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Tengah triwulan III-2011 ini dapat diselesaikan. Tujuan dari penyusunan buku KER adalah untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi di Sulawesi Tengah. Secara lengkap, buku buku KER ini meliputi kajian perkembangan

makroekonomi regional, perkembangan inflasi, perkembangan perbankan,

perkembangan sistem pembayaran, perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, perkembangan keuangan daerah serta perkiraan ekonomi dan inflasi ke depan.

Kami sangat berharap agar informasi yang terangkum dalam buku KER ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi pembuat kebijakan, akademisi, masyarakat dan pihak-pihak lainnya yang membutuhkan dan memiliki perhatian terhadap perkembangan ekonomi di Sulawesi Tengah.

Selanjutnya, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini. Dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan kualitas kajian di waktu yang akan datang, sangat diharapkan saran, masukan dan tentunya update data dan informasi terkini dari berbagai pihak.

Semoga Tuhan YME selalu meridhoi upaya kita sekecil apapun dalam berkontribusi untuk ikut memajukan ekonomi di wilayah yang kita cintai ini. Terima kasih.

Palu, November 2011 BANK INDONESIA PALU

ttd

Rahmat Hernowo Pemimpin

(4)

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Tabel ... v

Daftar Grafik ... vii

Ringkasan Eksekutif ... 1-5 BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL ... 6

1.1. Analisis PDRB dari Sisi Penawaran ... 8

1.1.1 Sektor Pertanian ... 9

1.1.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ... 12

1.1.3 Sektor Industri Pengolahan ... 14

1.1.4 Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih ... 16

1.1.5 Sektor Bangunan ... 17

1.1.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 18

1.1.7 Sektor Angkutan dan Komunikasi ... 18

1.1.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa ... 19

1.1.9 Sektor Jasa-Jasa ... 20

1.2. Analisis PDRB dari Sisi Permintaan ... 21

1.2.1 Konsumsi ... 21

1.2.2 Investasi ... 24

1.2.3 Ekspor ... 26

1.2.4 Impor ... 28

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH... 29

2.1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ... 29

2.1.1 Inflasi Bulanan (mtm) ... 29

2.1.2 Inflasi Triwulanan (qtq) ... 31

2.1.3 Inflasi Tahunan (yoy) ... 31

(5)

iii

Boks 1 : Efektivitas Penerapan Fleksibilitas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Oleh BULOG Dalam Memperkuat Cadangan Pangan dan Menciptakan Stabilisasi Harga

Boks 2 : Bank Indonesia Keluarkan Uang Desain Baru

2.1.5 Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas...33

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi ... 34

2.2.1 Fundamental ... 34

2.2.2 Non Fundamental ... 36

2.3. Tim Pengendalian Inflasi Daerah ... 36

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN ... 38

3.1. Kinerja Perbankan di Sulteng (BU & BPR) ... 38

3.2. Intermediasi BU ... 39

3.2.1 Penghimpunan Dana Masyarakat BU ... 40

3.2.2 Penyaluran Kredit BU ... 42

3.3. Perkembangan BPR ... 45

3.4. Kinerja Bank Umum Syariah ... 48

3.5. Kredit UMKM ... 50

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 51

4.1. Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) ... 51

4.2. Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow) ... 53

4.3. Aliran Perkasan Berdasarkan Denominasi ... 54

4.4. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ... 56

BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ... 57

5.1. Ketenagakerjaan ... 57

5.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 62

(6)

iv

BAB 6. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ... 65

6.1. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ... 65

6.2. Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah ... 66

6.2.1 Realisasi Pendapatan APBD ... 67

6.2.2 Realisasi Belanja APBD ... 68

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ... 71

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi ... 71

7.2. Prospek Inflasi ... 74

LAMPIRAN

Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah Daftar Istilah dan Singkatan

(7)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar

Rupiah) ... 8

Tabel 1.2. Stock Operasional Perum BULOG Divre Sulawesi Tengah (Kg) ... 11

Tabel 1.3. Perkembangan Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Provinsi Sulawesi Tengah ... 14

Tabel 1.4. PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) ... 21

Tabel 1.5. Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Rp juta) ... 16

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Bulanan Kota Palu menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ... 30

Tabel 2.2 Perkembagan Inflasi Triwulanan di Kota Palu Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ... 31

Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan Sulawesi Tengah Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ... 32

Tabel 2.4 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ... 33

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum dan BPR Provinsi Sulawesi Tengah (Miliar Rupiah) ... 38

Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah ... 40

Tabel 3.3 Perkembangan Kredit BU Persektor ... 44

Tabel 3.4 Jumlah Kantor Pusat dan Cabang BPR di Provinsi Sulawesi Tengah ... 47

Tabel 4.1. Pangsa Denominasi Uang Outflow ... 54

Tabel 4.2. Pangsa Denominasi Uang Inflow ... 54

Tabel 4.3. Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan (Lembar) ... 55

Tabel 5.1. Penduduk Menurut Jenis Kegiatan Utama ... 56

Tabel 5.2. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama ... 59

Tabel 5.3. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama ... 59

Tabel 5.4. Perkembangan Jumlah Pencari Kerja di Sulawesi Tengah ... 60

Tabel 5.5. Penyaluran Raskin Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011 (Kg) ... 63

Tabel 5.6. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Oleh Perbankan Sulawesi Tengah Berdasarkan Sektor Ekonomi ... 63

(8)

vi Tabel 6.1. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah ... 68 Tabel 7.1. Perkiraan Curah Hujan di Wilayah Sulawesi Tengah ... 73

(9)

vii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan dan Nominal PDRB pro Sulawesi Tengah atas Dasar

Harga Konstan Tahun 2000 ... 6

Grafik 1.2.

Struktur Ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah ... 7

Grafik 1.3.

Kontribusi Pertumbuhan Berdasarkan Sektora ...

9

Grafik 1.4. Perkembangan Produksi Padi Sulawesi Tengah

... 11

Grafik 1.5. Realisasi Pengadaan Beras dan HPP ... 11

Grafik 1.6. Perkembangan Stok Beras BULOG ... 11

Grafik1.7.

Perkembangan Ekspor Kakao, Kopi, Teh dan Bumbu-bumbuan

Sulawesi Tengah ...

12

Grafik 1.8.

Produksi Bahan Galian Golongan C

... 14

Grafik 1.9.

Ekspor Mineral Tambang

... 14

Grafik 1.10.

Volume Ekspor Kayu, Kayu Olahan dan Furniture ... 15

Grafik 1.11.

Volume Ekspor Produk Manufaktur Sulawesi Tengah ... 15

Grafik 1.12.

Realisasi Penyaluran BBM Industri Di Wilayah Sulawesi Tengah ... 15

Grafik 1.13.

Perkembangan Konsumsi Listrik Di Kota Palu ... 17

Grafik 1.14.

Perkembangan Vol. Penjualan Air PDAM Donggala ... 17

Grafik 1.15.

Realisasi Pengadaan Semen Di Sulawesi Tengah ... 17

Grafik 1.16.

Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang ... 18

Grafik 1.17.

Perkembangan Jumlah Tamu Hotel Berbintang ... 18

Grafik 1.18.

Perkembangan Arus Penumpang Pesawat Udara Melalui Bandara

Mutiara Palu

... 19

Grafik 1.19.

Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut Melalui Pelabuhan

Pantoloan ... 19

Grafik 1.20.

Perkembangan Kredit, DPK, dan NTB Bank Umum Di Sulawesi

Tengah ... 20

Grafik 1.21.

Kontribusi Komponen Permintaan ... 21

Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Konsumsi Di Sulawesi Tengah ... 22

(10)

viii

Grafik 1.24.

Konsumsi BBM Retail di Sulawesi Tengah ... 22

Grafik 1.25.

Volume Pemakaian Air Masyarakat

... 23

Grafik 1.26.

Perkembangan Nilai Tukar Petani ... 23

Grafik 1.27.

Indeks Keyakinan Konsumen ... 23

Grafik 1.28.

Perkembangan Realisasi PMDN di Sulteng ... 25

Grafik 1.29.

Perkembangan Realisasi PMA di Sulteng ... 25

Grafik 1.30

. Kredit Investasi Provinsi Sulawesi Tengah ... 25

Grafik 1.31.

Realisasi Pengadaan Semen Di Sulawesi Tengah ... 25

Grafik 1.32.

Perkembangan Nilai Ekspor Prov. Sulawesi Tengah ... 26

Grafik 1.33.

Perkembangan Volume Ekspor Prov. Sulawesi Tengah ... 26

Grafik 1.34.

Perkembangan Volume Ekspor Hasil Tambang Sulawesi Tengah ... 27

Grafik 1.35.

Perkembangan Volume Ekspor Kakao ... 27

Grafik 1.36.

Perkembangan Volume Muat Barang Melalui Pelabuhan Pantoloan

(Perdagangan Dalam Negeri) ... 28

Grafik 1.37.

Jumlah Barang Yang Keluar Melalui Bandara Mutiara Palu ... 28

Grafik 1.38.

Perkembangan Volume Bongkar Barang Melalui Pelabuhan

Pantoloan (Perdagangan Dalam Negeri) ... 28

Grafik 1.39.

Jumlah Barang Masuk Melalui Bandara Mutiara Palu ... 28

Grafik 2.1.

Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Sulawesi Tengah, Sulampua

dan Nasional ... 30

Grafik 2.2.

Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) Sulawesi Tengah,

Sulampua dan Nasional... 31

Grafik 2.3.

Perbandingan

Inflasi

Tahunan

(yoy)

Sulawesi

Tengah,

Sulampua dan Nasional ... 32

Grafik 2.4.

Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas ... 34

Grafik 2.5. Disagregasi Inflasi Kota Palu (Tahunan) ... 34

Grafik 2.6.

Kontribusi Komponen Disagregasi Inflasi Kota Palu (Tahunan) ... 34

Grafik 2.7.

Ekspektasi Inflasi Konsumen ... 35

Grafik 2.8. Proyeksi Harga Minyak Mentah Dunia Perkembangan Nilai Tukar ... 35

(11)

ix

Grafik 2.10. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar ... 36

Grafik 3.1. Perkembangan DPK Menurut Jenis Simpanan ... 39

Grafik 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan ... 39

Grafik 3.3. Perkembangan DPK BU (giro, deposito & tabungan) ... 41

Grafik 3.4. Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan ... 41

Grafik 3.5. Rasio Rekening Simpanan Terhadap Jumlah Penduduk ... 41

Grafik 3.6. Perkembangan Kredit Bank Umum berdasarkan Jenis Penggunaan ... 43

Grafik 3.7. Proporsi Kredit Bank Umum berdasarkan Jenis Penggunaan ... 43

Grafik 3.8. Rasio Rekening Kredit Terhadap Jumlah Penduduk ... 44

Grafik 3.9. Perkembangan Aset BPR ... 46

Grafik 3.10. Perkembangan DPK BPR Menurut Jenis Simpanan ... 46

Grafik 3.11. Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan ... 46

Grafik 3.12. Perkembangan Aset Bank Syariah ... 48

Grafik 3.13. Perkembangan DPK Bank Syariah ... 49

Grafik 3.14. Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah ... 49

Grafik 3.15. Perkembangan Kredit Mikro, kecil, Menengah Bank Umum ... 49

Grafik 4.1.

Perkembangan Nominal dan Jumlah Warkat Kliring Prov. Sulawesi

Tengah ... 51

Grafik 4.2. Rata-rata Harian Penolakan Cek/BG Kosong ... 51

Grafik 4.3. Perkembangan Transaksi RTGS ... 52

Grafik 4.4. Persentase

Nominal

Outgoing

RTGS

di

masing-masing

kota/kabupaten (Tw III 2011

) ...

52

Grafik 4.5.

Persentase Nominal Ingoing RTGS di masing-masing kota/kabupaten

(Tw III 2011) ... 52

Grafik 4.6. Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow) ... 53

Grafik 4.7. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ... 54

Grafik 5.1. Perkembangan TPAK dan TPT Di Sulawesi Tengah ... 58

Grafik 5.2. Tingkat TPAK dan TPT Pada Beberapa Provinsi Di Sulawesi Posisi

Agustus 2011 ... 58

(12)

x

Grafik 5.3. TPAK dan TPT Di Kabupaten/Kota SeSulawesi Tengah pada Agustus

2011 ... 59

Grafik 5.4. Perkembangan Tingkat UMP Sulawesi Tengah

dan Inflasi Kota Palu .... 61

Grafik 5.5. Perkembangan IPM Sulawesi Tengah dan Nasional ... 62

Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Di Sulteng ... 63

Grafik 5.7. Persentase Penduduk Miskin Menurut Lokasi Tinggal di Sulteng ... 63

Grafik 5.8. Indeks Kedalaman Kemiskinan

63

Grafik 5.9. Indeks Keparahan Kemiskinan Di Sulteng ... 63

Grafik 6.1 Realisasi Penerimaan Pajak APBN di Sulawesi Tengah ... 65

Grafik 6.2. Persentase Realisasi Pendapatan Provinsi Sulawesi Tengah ... 65

Grafik 6.3. Realisasi Belanja APBN di Sulawesi Tengah ... 66

Grafik 6.4. Persentase Realisasi Belanja APBN Provinsi Sulawesi Tengah... 66

Grafik 6.5. Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Sulteng (Per 30 Juni

2011) ... 67

Grafik 6.6. Anggaran dan Realisasi Pendapatan Provinsi Sulteng ... 67

Grafik 6.7.

Persentase Realisasi Pendapatan Provinsi Sulteng ... 67

Grafik 6.8 . Anggaran dan Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Sulteng ... 68

Grafik 6.9 . Persentase Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Sulteng ... 68

Grafik 6.10 Proporsi Realisasi Pendapatan Asli Daerah ... 68

Grafik 6.11 . Proporsi Realisasi Dana Perimbangan ... 68

Grafik 6.12 . Proporsi Realisasi Belanja Tidak Langsung ... 69

Grafik 6.13 . Proporsi Realisasi Belanja Langsung ... 69

Grafik 6.14 . Perkembangan Giro Pemda di Perbankan Sulteng ... 70

Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ... 72

Grafik 7.2. Perkembangan Ekspektasi Konsumen ... 72

Grafik 7.3. Proyeksi Inflasi Kota Palu (Tw III-2011) ... 75

Grafik 7.4. Laju Inflasi Bulanan dan Indeks Ekspektasi Perubahan Harga ... 76

Grafik 7.5. Proyeksi Harga Emas ... 77

Grafik 7.6. Proyeksi Harga Minyak Mentah Dunia ... 77

(13)

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III-2011

PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

Laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah secara tahunan pada triwulan III-2011 mencapai 9,15% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan II-2011 sebesar 8,56% (yoy) maupun pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,74% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan bersumber dari komponen konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor dengan kontribusi masing-masing sebesar 3,92%, 2,72% dan 1,70%. Masih terjaganya daya beli masyarakat, cukup besarnya realisasi PMDN dan PMA di Sulteng pada triwulan laporan serta semakin ekspansifnya kegiatan tambang di Morowali menjadi faktor utama penggerak PDRB di sisi permintaan. Bila dilihat secara sektoral pertumbuhan ekonomi dominan di topang oleh kinerja pada sektor pertanian, diikuti sektor bangunan dan sektor jasa-jasa dengan kontribusi terhadap pertumbuhan masing-masing sebesar 2,63%, 1,80% dan 1,47%. Meningkatnya produksi sawit, maraknya pembangunan properti dan peningkatan realisasi anggaran pemerintah pusat (APBN) dan daerah (APBD) di triwulan III-2011 menjadi faktor utama kinerja pertumbuhan ekonomi di sisi sektoral. Berdasarkan strukturnya, PDRB Sulawesi Tengah masih ditopang oleh sektor primer dengan pangsa sebesar 42,70%, diikuti sektor tersier dan sekunder dengan pangsa masing-masing sebesar 42,51% dan 14,78%.

PERKEMBANGAN INFLASI

Secara tahunan (yoy), laju inflasi kota Palu pada triwulan laporan mencapai 3,09%, lebih rendah dibandingkan periode triwulan II-2011 sebesar 7,20% maupun inflasi nasional 4,61%. Pada triwulan laporan, Kota Palu mengalami inflasi kuartalan sebesar 0,91% (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,69% (qtq). Penyumbang terbesar inflasi dan deflasi yang terjadi sepanjang triwulan III-2011 adalah volatile foods khususnya pada komoditas ikan. Berkurangnya pasokan ikan selama Lebaran sedangkan jumlah permintaan meningkat

(14)

2 mengakibatkan tingginya inflasi yang terjadi di Palu pada bulan Agustus 2011. Kondisi sebaliknya terjadi pada bulan September 2011 dengan jumlah pasokan yang kembali ke titik normal tapi dengan jumlah permintaan yang rendah, mengakibatkan terjadinya deflasi yang tajam hingga mencapai -2,33% (mtm) yang merupakan deflasi tertinggi secara nasional. Sementara itu pada sisi adminstered prices, masih relaltif stabil karena pasokan BBM yang masih mencukupi. Hasil Survei Konsumen pada triwulan laporan menunjukkan bahwa ekspektasi konsumen terhadap harga terlihat cenderung menurun pada akhir triwulan III-2011. Penurunan ekspektasi inflasi konsumen dan pedagang dipengaruhi oleh data historis (backward looking) yang mencatat bahwa harga berbagai barang dan jasa memiliki kecenderungan menurun pasca bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

PERKEMBANGAN PERBANKAN

Perkembangan berbagai indikator perbankan pada triwulan III-2011 menunjukkan adanya pertumbuhan positif dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara industri (gabungan Bank Umum dan BPR), jumlah aset perbankan di Sulawesi Tengah pada bulan September 2011 tercatat sebesar Rp13.516,25 miliar atau tumbuh sebesar 5,87 % (yoy). Sementara jumlah DPK yang dihimpun di triwulan III-2011 tercatat sebesar Rp 8.297,60 miliar atau tumbuh sebesar 16,31% (yoy). Dalam hal penyaluran kredit, secara keseluruhan kinerja perbankan relatif stabil dengan pertumbuhan sebesar 24,62% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi mengalami pertumbuhan tertinggi diikuti kredit konsumsi dan modal kerja.

Per akhir triwulan III-2011, jumlah rekening simpanan di Sulawesi Tengah tercatat sebanyak 847.741 rekening. Dengan jumlah penduduk sebesar 2,6 juta orang ( hasil sensus penduduk 2010) maka diperoleh informasi bahwa baru sepertiga (32,61%) dari jumlah penduduk Sulawesi Tengah yang berhubungan dengan bank, atau telah menanamkan dananya di bank. Di sisi lain jumlah rekening kredit di Sulawesi Tengah sebanyak 200.983 rekening, atau baru 1 dari 13 orang (7,79%) dari jumlah penduduk Sulawesi Tengah yang telah mengakses kredit perbankan.

Sementara itu, kualitas kredit yang diberikan sedikit meningkat yang tercermin dari rasio NPL-gross perbankan pada triwulan III-2011 yang tercatat sebesar 3,19% atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 3,33%. Di sisi lain, tingkat LDR perbankan di Sulawesi Tengah mencapai angka 133,30%. Hal ini menunjukkan intermediasi yang dilakukan perbankan sudah baik.

(15)

3

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Aktivitas kliring dan RTGS di Provinsi Sulawesi Tengah cenderung mengalami peningkatan baik dari segi nominal maupun volume. Nominal kliring di triwulan laporan tercatat sebesar Rp 1.102,46 miliar atau meningkat 7,07% ( qtq). Sementara kualitas kliring di wilayah kerja Bank Indonesia Palu pada triwulan III-2011 cenderung membaik dibandingkan triwulan sebelumnya, sebagaimana tercermin pada penurunan persentase rata-rata harian penolakan cek/BG kosong baik dari sisi nominal maupun volume kliring.

Aliran uang kartal di Bank Indonesia Palu pada triwulan III-2011 berada pada kondisi

net ouflow. Jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Palu dari perbankan

dan masyarakat (inflow) sepanjang triwulan III-2011tercatat Rp Rp 635,27 miliar atau meningkat sebesar 131,40% (qtq), sementara aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia Palu ke perbankan dan masyarakat (outflow) juga meningkat sebesar 24,37% (qtq) hingga menjadi Rp 1.111,92 miliar. Bila dibandingkan dengan angka inflow dan

outflow maka akan diperoleh net-outflow selama triwulan III-2011 sebesar Rp 476,65

miliar. Lebih besarnya outflow dibandingkan inflow pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh adanya kebutuhan uang kartal yang tinggi dalam menghadapi bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah pada Agustus 2011 menunjukkan adanya sedikit perbaikan jika dibandingkan dengan kondisi pada Februari 2011, yang digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk yang bekerja dan penurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja di provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Agustus 2011 tercatat sebanyak 1.313.680 orang, sementara angkatan kerja yang bekerja tercatat 1.260.999 orang dengan tingkat pengangguran yang turun sebesar 6,31% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Terkait kemiskinan, persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada tahun 2011 tercatat sebesar 15,83% atau turun sebesar 2,24% dibandingkan tahun 2010, atau secara absolut jumlah penduduk miskin turun sebesar 51.360 jiwa. Namun demikian tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah masih lebih tinggi dibandingkan tingkat kemiskinan secara nasional yang tercatat sebesar 12,49%.

(16)

4 Berdasarkan data sementara per akhir September 2011, jumlah KUR yang telah disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah mencapai Rp 551,44 milyar. Jumlah tersebut meningkat sebesar 45,65% dari akhir Desember 2010. KUR sebagian besar disalurkan kepada pelaku usaha di sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa mencapai 73,83%. Sementara tingkat NPL gross KUR per September 2011 tercatat masih dalam level aman yakni sebesar 2,42%.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Realisasi anggaran pemerintah pusat triwulan III-2011 di Provinsi Sulawesi Tengah mengalami peningkatan baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran. Hingga akhir triwulan III-2011 total penerimaan pusat di Sulawesi Tengah telah mencapai Rp537,38 miliar, yang didominasi oleh penerimaan perpajakan sebesar 78,12%. Sementara realisasi belanja APBN di Sulawesi Tengah tercatat sebesar Rp1,66 triliun atau meningkat sebesar 1,73% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pada periode triwulan III-2011, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Tengah baik di sisi pendapatan maupun belanja memiliki kinerja yang cukup baik. Hingga akhir September 2011, pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Tengah terealisasi Rp 995,99 miliar atau mencapai 85,26% dari total anggaran sebesar Rp 1.168,20 miliar. Sementara realisasi total belanja APBD di triwulan III-2011 mencapai Rp 739,48 miliar atau 60,00% dari total anggaran sebesar Rp 1.232,56 miliar. Adanya perbedaan tingkat realisasi belanja daerah dengan realisasi pendapatan daerah mengakibatkan terjadinya surplus pada periode akhir triwulan III-2011 sebesar Rp 256,51 miliar.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2011 diperkirakan tumbuh sebesar 6,52% ± 0,50% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2011 sebesar 9,15% (yoy), namun masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 6,33% (yoy). Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi yang positif pada triwulan IV-2011 di dorong oleh membaiknya kinerja pada komponen konsumsi khususnya konsumsi pemerintah. Disamping itu masih adanya beberapa rencana PMDN dan PMA yang belum di realisasikan hingga triwulan III-2011 memicu peningkatan kinerja investasi pada triwulan IV-2011. Secara sektoral

(17)

5 pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2011 diperkirakan bersumber dari sektor pertanian, sektor bangunan, sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-2011 diperkirakan meningkat seiring dengan panen raya yang berlangsung di berbagai sentra produksi beras di Sulteng seperti Parigi, Donggala dan Sigi. Kinerja sektor bangunan diperkirakan meningkat seiring pembangunan hotel bintang di Palu, ruko dan properti lainnya serta proyek konstruksi seperti perluasan Bandara Mutiara dan proyek Donggi Senoro. Adanya siklus musiman peningkatan realisasi APBD di akhir tahun juga diperkirakan berkontribusi positif pada sektor ini. Di sisi lain kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran, diperkirakan akan meningkat seiring dengan kegiatan Festival Poso pada Oktober 2011, Hari Raya Natal dan Tahun Baru.

Berdasarkan Survei Konsumen, ekspektasi konsumen pada triwulan IV-2011 masih dalam level optimis dengan penurunan di bulan November dan meningkat kembali di bulan Desember 2011. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha, para pelaku bisnis yang menjadi responden survei memperkirakan pada triwulan IV-2011 akan terjadinya akselerasi pertumbuhan khususnya pada sektor pertanian dan sektor bangunan. Nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi tercatat sebesar 34,81 dengan nilai SBT tertinggi pada responden subsektor tanaman pangan seiring dengan panen raya pada triwulan IV-2011.

Secara triwulanan, inflasi Kota Palu diperkirakan mengalami tren musiman yang meningkat. Di triwulan IV-2011, inflasi triwulanan Kota Palu diproyeksikan pada level 1,67% (qtq). Inflasi tahunan (yoy) pada triwulan IV-2011 diperkirakan mencapai 4,42% + 0,5% atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,40% (yoy). Di sisi penawaran tekanan inflasi pada komoditas beras diperkirakan berkurang seiring dengan panen raya yang terjadi pada triwulan IV-2011. Di sisi lain walaupun stok beras di Sulawesi Tengah saat ini surplus, adanya tren peningkatan harga beras dan harga cabe secara nasional diperkirakan berkontribusi pada meningkatnya harga pembelian pedagang luar daerah yang pada gilirannya dapat meningkatkan harga penjualan di kota Palu. Di sisi permintaan adanya momen Hari Raya Idul Adha, Natal dan Tahun Baru ikut memicu tingginya tingkat konsumsi masyarakat akan barang dan jasa khususnya sembako yang dapat memberikan tekanan harga pada komoditas-komoditas seperti beras, bumbu-bumbuan, daging dan komoditas sandang.

(18)

6

PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI

REGIONAL

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 9,15% (yoy) dan pertumbuhan triwulanan sebesar 4,57% (qtq).

Pada triwulan laporan sektor bangunan dan sektor pertambangan tercatat mengalami kinerja yang menggembirakan dengan rata-rata pertmbuhan tahunan mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Meningkatnya realisasi anggaran pemerintah, masih tingginya tingkat konsumsi rumah tangga serta besarnya realisasi investasi pada triwulan laporan menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah di sisi pengeluaran.

Laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah secara tahunan pada triwulan III-2011 mencapai 9,15% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan II-2011 sebesar 8,56% (yoy) maupun pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,74% (yoy). Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Provinsi Sulawesi Tengah Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 pada triwulan ini mencapai Rp4,84 triliun, lebih tinggi dibandingkan PDRB periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp4,43 triliun. Sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 11,13 triliun.

Rp miliar

Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan dan Nominal PDRB Provinsi Sulawesi Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (yoy)

8,93% 4,92% 8,51% 8,84% 17,89% 6,59% 2,23% 5,35% 7,92% 8,29%8,74% 6,33% 8,87% 8,56% 9,15% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18% 20% 0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2008 2009 2010 2011

Nominal PDRB (Rp miliar) Pert. Ekonomi Prov. Sulteng (yoy)

(19)

7 Dari sisi permintaan, pertumbuhan masih bersumber dari komponen konsumsi rumah tangga, investasi, dan konsumsi pemerintah dengan porsi masing-masing sebesar 55,26%, 22,07% dan 17,66%. Bila dilihat secara sektoral pertumbuhan ekonomi masih dominan di topang oleh kinerja pada sektor pertanian, diikuti sektor jasa-jasa, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa masing-masing sebesar 39,19%, 16,67% dan 13,15%. Di triwulan III-2011, sektor bangunan dan sektor pertambangan dan penggalian tercatat mengalami pertumbuhan yang mengesankan dengan tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 26,43% (yoy) dan 11,37%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 11,52% dan 6,77%. Maraknya pembangunan perhotelan, ruko dan properti lainnya dan pembangunan konstruksi beberapa proyek besar seperti Donggi Senoro dan PLTA Sulewana menjadi faktor utama pendorong kinerja bangunan pada triwulan laporan. Sementara meningkatnya produksi nikel dan bijih besi di Kabupaten Morowali menjadi pendorong utama meningkatnya kinerja pertambangan di sisi suplai. Di sisi lain masih tingginya tingkat permintaan komoditas tambang dari China menjadi pendorong positif kinerja pertambangan di sisi permintaan.

Berdasarkan strukturnya, PDRB Sulawesi Tengah masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 42,70%. Pangsa sektor primer tersebut sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,82%. Penurunan pangsa di sektor primer terutama didorong oleh menurunnya pangsa pertanian dari 40,16% menjadi 39,19%.

Persen (%)

Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Grafik 1.2. Struktur Ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah

4 6 ,1 2 4 5 ,2 1 4 4 ,7 9 4 3 ,8 7 4 4 ,4 1 4 3 ,5 2 4 2 ,7 0 1 3 ,8 2 13 ,76 1 3 ,8 5 1 3 ,9 5 1 3 ,8 3 1 4 ,0 3 14 ,78 4 0 ,0 6 4 1 ,0 2 4 1 ,3 5 4 2 ,1 7 4 1 ,7 6 4 2 ,4 5 4 2 ,5 1 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 2007 2008 2009 2010 Tw I 2011 Tw II 2011 Tw III 2011 Sektor Primer ( Ekstraktif) Sektor Sekunder (Industri) Sektor Tersier ( Jasa )

(20)

8 Sektor sekunder mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya hingga menjadi sebesar 14,78%. Membaiknya kinerja pada subsektor bangunan menjadi pendorong utama meningkatnya porsi sektor sekunder pada triwulan laporan. Porsi sektor bangunan pada triwulan laporan tercatat sebesar 7,89%, meningkat 0,82% dibandingkan triwulan sebelumnya. Seiring dengan sektor sekunder, pangsa sektor tersier juga mengalami peningkatan hingga menjadi 42,51%. Pada sektor ini subsektor perdagangan restoran dan hotel dan subsektor jasa-jasa meningkat masing-masing hingga menjadi 13,15% dan 16,67%.

1.1. ANALISIS PDRB DARI SISI PENAWARAN

Pertumbuhan pada triwulan laporan bersumber dari sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa dengan masing-masing sumbangan sebesar 2,63%, 1,80% dan 1,47%. Berdasarkan data tiga triwulan terakhir, sektor pertanian mengalami tren penurunan kinerja sementara sektor bangunan dan sektor pertambangan justru terus meningkat.

Tabel 1.1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah)

Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

1. Pertanian 1.682,93 1.721,34 1.778,92 1.868,20 1.831,54 1.857,84 1.895,66 2. Pertambangan & Penggalian 143,87 146,63 152,63 155,12 146,97 155,35 169,99 3. Industri Pengolahan 259,89 274,72 284,53 289,35 274,26 288,39 299,40 4. Listrik,Gas & Air Bersih 29,15 30,55 31,81 34,00 32,73 33,34 34,06 5. Bangunan 269,20 287,66 301,90 340,94 309,05 327,25 381,70 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 524,41 560,10 583,14 618,92 570,86 605,26 635,90 7. Angkutan & Komunikasi 312,38 327,07 342,71 350,80 340,76 361,07 376,71 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 201,98 208,22 214,81 223,11 223,96 227,02 237,39 9. Jasa - jasa 668,34 705,04 741,33 771,43 724,86 770,55 806,50

Total PDRB 4.092,16 4.261,32 4.431,78 4.651,87 4.455,00 4.626,07 4.837,30

(21)

9

Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Grafik 1.3. Kontribusi Pertumbuhan Berdasarkan Sektoral

1.1.1. Sektor Pertanian

Pada triwulan III-2011, sektor pertanian tumbuh sebesar 6,56% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 7,93%. Seperti

halnya triwulan sebelumnya, subsektor perikanan mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 8,75% (yoy), disusul subsektor perkebunan dan subsektor peternakan dan hasil-hasilnya dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 8,54% (yoy) dan 5,65% (yoy).

Selain fokus ke perikanan budidaya dan perikanan tangkap, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan juga melakukan program pengembangan rumput laut. Di triwulan III-2011 pengembangan rumput laut di Provinsi Sulawesi Tengah mengalami tren produksi yang positif yang didukung dari banyaknya lahan baru yang dikembangkan untuk budidaya rumput laut baik melalui tambak maupun laut lepas. Melalui program GEMA BIRU (Gerakan Massal Budidaya Rumput Laut) diharapkan tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah juga dapat dikurangi.

Seiring dengan kinerja subsektor perikanan, subsektor perkebunan pada triwulan laporan juga menunjukkan kinerja yang cukup baik. Hal ini terutama didorong oleh semakin ekspansifnya beberapa perusahaan pengolahan sawit di daerah Morowali dan Luwuk. Berdasarkan hasil liaison, diperoleh informasi bahwa beberapa pengusaha besar di Luwuk akan melakukan perluasan lahan sawit dan memperluas jangkauan plasma

3,6% 0,1% 0,4% 0,1% 1,0% 1,1% 0,7% 0,5% 1,4% 3,2% 0,2% 0,3% 0,1% 0,9% 1,1% 0,8% 0,4% 1,5% 2,6% 0,4% 0,3% 0,1% 1,8% 1,2% 0,8% 0,5% 1,5% 0,0% 1,0% 2,0% 3,0% 4,0% Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel &

Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan Jasa - jasa

(22)

10 dalam rangka meningkatkan produksi. Di samping itu beberapa perusahaan seperti Astra Agro Lestari mengalami peningkatan jumlah produksi produk olahan sawit pada triwulan III-2011 yang berpengaruh positif pada kinerja subsektor perkebunan.

Ke depan, program pengembangan sawit dapat menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi komoditas ini dapat bermanfaat menjadi sumber pemasukan yang besar bagi perekonomian Sulawesi Tengah tapi di sisi lain program ini juga dapat mengancam keberlangsungan komoditas kakao yang selama ini merupakan salah satu komoditas unggulan Sulawesi Tengah. Di beberapa daerah seperti Parigi dan Donggala, mulai terjadi konversi lahan kakao ke lahan sawit dan lahan sawah sebagai bentuk keputusasaan petani akibat tidak kunjung membaiknya hasil kakao yang mereka peroleh. Belum optimalnya perhatian pemerintah dalam menghadapi beberapa permasalahan seperti hama (penyakit), peningkatan produktivitas, kebijakan bea keluar, mahalnya pupuk, kurangnya penyuluh lapangan menjadi salah satu faktor utama keengganan beberapa petani untuk meneruskan budidaya kakao. Fenomena seperti ini harusnya bisa dicegah mengingat besarnya benefit yang dapat diperoleh. Bila dibandingkan dengan kelapa sawit, budidaya kakao sebenarnya lebih menguntungkan karena lahan kakao banyak dimiliki oleh petani dan manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat banyak. Di samping itu unsur hara dari lahan kakao juga dapat dijaga sustainabilitasnya. Sementara komoditas sawit, selain karena hanya segelintir perusahaan dan pengusaha yang memiliki, lahan sawit yang boros mengkonsumsi unsur hara juga dapat berpengaruh negatif pada kualitas tanah dalam masa mendatang. Kondisi ini mengakibatkan manfaat (benefit) yang diperoleh oleh masyarakat umum lebih sedikit dibandingkan dengan budidaya kakao.

Pada triwulan III-2011, kinerja subsektor tabama cenderung melambat yang terkonfirmasi oleh tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 3,99% atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,29%. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya panen raya padi yang terjadi pada periode tersebut. Pada akhir tahun 2011,berdasarkan Angka Ramalan III (ARAM I) BPS, produksi padi Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2011 diperkirakan mencapai 1.023.720 ton GKG, naik sebesar 66.612 ton (6,96%) dibandingkan dengan produksi tahun 2010.

(23)

11 Ribu Ton

Sumber : BPS & Dinas Pertanian Prov. Sulawesi Tengah

Grafik 1.4. Perkembangan Produksi Padi Sulawesi Tengah

Ton Rp./Kg Stok (Ton) Perub. Stok

Sumber : BULOG Divre Sulawesi Tengah Sumber : BULOG Divre Sulawesi Tengah

Grafik 1.5. Realisasi Pengadaan Beras dan HPP Grafik 1.6. Perkembangan Stok Beras BULOG

Tabel 1.2 Stok Operasional Perum BULOG Divre Sulawesi Tengah (kg)

Stok beras BULOG Divre Sulawesi Tengah pada akhir September 2011 tercatat sebesar 13.548 ton, turun sebesar -24,62% dibandingkan stok pada akhir triwulan sebelumnya. Sementara itu selama triwulan III-2011 BULOG Divre Sulawesi Tengah telah melakukan realisasi pengadaan beras sebesar 9.564 ton dari target yang ditetapkan sebesar 10.000 ton. Adanya kenaikan HPP penyesuaian sebanyak 4 kali yakni dari Rp

857.508 985.418 953.396 957.108 1.023.720 14,92% -3,25% 0,39% 6,96% -5% 0% 5% 10% 15% 20% 750.000 800.000 850.000 900.000 950.000 1.000.000 1.050.000 2007* 2008* 2009* 2010* 2011**

Produksi (ton) Pert. (yoy)

*ATAP **ARAM III

4.600 5.060 5.060 5.310 5.810 6.100 -1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 Tw I Tw II Tw II I Tw IV Tw I Tw II Tw II I Tw IV Tw I Tw II * Tw II I* 2009 2010 2011 Pengadaan (ton) HPP (Rp/kg) HPP Penyesuaian -100% -50% 0% 50% 100% 150% -5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000

Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept

2008 2009 2010 2011

Stok (Ton) Perubahan Stok qtq (%) Perubahan Stok YoY (%)

No Uraian Jul Aug Sept

1 Palu 7.948.894 7.156.514 9.540.694

2 Poso 2.043.850 1.960.740 2.003.820

3 Luwuk 1.450.781 1.342.641 1.662.216

4 Tolitoli 593.069 618.099 341.604

(24)

12 5.060 menjadi Rp 6.100 memberikan sedikit keleluasaan bagi Bulog Divre Sulawesi Tengah untuk bersaing dengan harga pasar ketika melakukan pembelian beras ke petani. Terkait dengan hampir terpenuhinya prognosa beras pada triwulan III-2011, Bulog kemudian merevisi target menjadi 12.000 ton, dan pada akhir Oktober 2011 realisasinya telah melebihi jumlah itu. Mengingat pada periode November-Desember 2011 ini masih ada panen di beberapa sentra produksi beras di Sulawesi Tengah, Bulog kembali menambah target pengadaan menjadi 15.000 ton.

Selain melakukan pengadaan beras domestik, Bulog Divre Sulawesi Tengah juga melakukan melakukan kebijakan impor beras dari luar negeri yakni Vietnam. Untuk selanjutnya akan disalurkan ke masyarakat dalam bentuk Raskin. Hingga akhir triwulan III-2011, realisasi raskin di Provinsi Sulawesi Tengah mencapai 23.118,85 ton atau 100% dari target yang telah ditetapkan.

Vol. Ton y.o.y persen

Sumber : DSM BI

Grafik 1.7. Perkembangan Ekspor Kakao,Kopi, Teh dan Bumbu-bumbuan Sulawesi Tengah

Selain dilihat dari sisi produksi, kinerja sektor pertanian juga dapat dilihat dari jumlah ekspor komoditas pertanian di triwulan laporan. Ekspor komoditas kakao, kopi dan bumbu-bumbuan yang merupakan komoditas unggulan Sulawesi Tengah mengalami kontraksi sebesar -81,54% (yoy). Kurangnya produksi kakao pada triwulan laporan berkontribusi pada cenderung melambatnya kinerja sektor pertanian secara keseluruhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2011 mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 11,37% (yoy), atau kuartalan sebesar 9,42% (qtq).

-100% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 250% 0 5 10 15 20 25 30 Ja n -Fe b A p r-M e i Ju l-A u g O kt -N o v Ja n -Fe b A p r-M e i Ju l-A u g O kt -N o v Ja n -Fe b A p r-M e i Ju l-A u g 2009 2010 2011

(25)

13 Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan triwulan sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 6,77% dan 4,09%. Tingginya pertumbuhan pada sektor ini lebih ditopang oleh pertumbuhan yang signifikan pada subsektor pertambangan tanpa migas dan subsektor penggalian yang masing-masing mencapai 70,97%(yoy) dan 8,58%. Walaupun andil subsektor pertambangan tanpa migas relatif kecil (0,58%) akan tetapi peningkatan nilai tambah pada subsektor ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap membaiknya kinerja sektor pertambangan dan penggalian secara keseluruhan. Meningkatnya kegiatan penambangan biji logam dan hasil tambang lainnya seperti biji emas dan perak, galian C, biji timah, biji nikel, biji tembaga, serta komoditi lainnya di berbagai daerah menjadi faktor utama peningkatan sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan.

Ke depan, kinerja sektor pertambangan di Sulawesi Tengah diperkirakan tumbuh positif seiring dengan masih tingginya permintaan komoditas tambang dari China dan adanya tren peningkatan investasi pertambangan baik PMA maupun PMDN. Salah satunya adalah kegiatan penambangan yang akan dilakukan PT INCO. Perusahaan tambang nikel PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) akan mengembangkan blok Bahodopi di Morowali, Sulawesi Tengah untuk eksploitasi bijih nikel pada tahun ini. Saat ini INCO sedang mempersiapkan proses penambangan di Morowali dan mengembangkan infrastruktur untuk mendukung kegiatan pertambangan bijih nikel. Pengembangan tambang Bahodopi akan menelan biaya sekitar USD.135 juta. Investasi ini berasal dari dana pengeluaran barang modal pada 2011 yang mencapai USD.232 juta, dengan alokasi sekitar USD.97 juta untuk belanja modal untuk pertumbuhan proyek Karebbe. INCO tengah memulai membangun jalan dari area deposit bijih nikel di Bahodopi menuju Sorowako (80 km). Selain itu, INCO juga menyiapkan konstruksi untuk pabrik pengeringan dan screening station di Bahodopi. Proyek-proyek ini akan diimplementasikan dalam jangka waktu dekat dengan bergantung pada persetujuan dari pemerintah.

(26)

14

Meter Kubik growth (%) Ton growth (%)

Sumber : Distamben Kab. Donggala Sumber : DSM BI

Grafik 1.8. Produksi Bahan Galian Golongan C

Grafik 1.9. Ekspor Mineral Tambang

1.1.3. Sektor Industri Pengolahan

Pada triwulan III-2011, sektor industri pengolahan mengalami sedikit pelambatan sebesar 5,22% (yoy) namun secara kuartalan mengalami pertumbuhan 5,15% (qtq). Dari survei yang dilakukan BPS diperoleh informasi bahwa

pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) Provinsi Sulawesi Tengah di triwulan III-2011 mengalami kontraksi baik secara triwulanan maupun tahunan masing-masing sebesar -2,72% (qtq) dan -4,22% (yoy). Seiring dengan kontraksi produksi IBS, perkembangan produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) di Sulawesi Tengah pada triwulan III2011 juga mengalami kontraksi sebesar -8,14% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq).

Tabel 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Provinsi Sulawesi Tengah

-200% -100% 0% 100% 200% 300% 400% 500% 600% 700% -100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tr III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2008 2009 2010 2011

Produksi (m3) Growth (y-o-y) Growth (q-t-q)

-10000% 0% 10000% 20000% 30000% 40000% 50000% 0 100 200 300 400 500 600 700 Ja n -Fe b A p r-M e i Ju l-A u g O kt -N o v Ja n -Fe b A p r-M e i Ju l-A u g O kt -N o v Ja n -Fe b A p r-M e i Ju l-A u g 2009 2010 2011

Volume Ekspor (ribu ton) pert.(qtq) pert. (yoy)

Tw IV 2010) Tw I 2011 Tw II 2011 *) Tw III 2011 **) Tw I 2011 Tw II 2011 **) Tw III 2011 **)

15 Makanan dan Minuman 8,58 3,32 -0,26 0,25 26,87 13,21 12,17 20 Kayu, Barang-Barang dari Kayu (tidak

termasuk furniture), dan Barang-Barang Anyaman

0,33 -3,95 -9,64 -3,08 -5,25 -8,22 -15,61

36 Furniture dan Pengolahan Lainnya -4,58 4,9 3,28 4,81 -8,28 4,13 8,37

3,26 -1,12 -3,57 -2,72 9.81 -1,26 -4,22 2,77 -1,69 1,61 2,87 5,68 4,85 5,6

*) Angka Perbaikan **) Angka Sangat Sementara

KBLI Jenis Industri

Pertumbuhan(q-to-q) IBS Sulawesi Tengah (%)

Pertumbuhan (y-on-y) IBS Sulawesi Tengah (%)

IBS Sulawesi Tengah IBS Nasional

(27)

15 Kinerja subektor barang kayu dan hasil hutan lainnya pada triwulan III-2011 tercatat sebesar 4,18% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan Tw III-2010 sebesar 6,01% (yoy). Kinerja ini sejalan dengan pertumbuhan Industri Besar dan Sedang (IBS) Sulawesi Tengah khususnya pada industri kayu, barang-barang dari kayu dan barang-barang anyaman yang mengalami kontraksi secara tahunan sebesar -15,61% (yoy). Penurunan kinerja ini disebabkan oleh pasokan bahan baku untuk industri kayu di Sulawesi Tengah yang terus merosot menyusul seretnya produksi dari perusahaan pemegang izin usaha pengelolaan hasil hutan. Di sisi lain, kualitas kayu yang dihasilkan juga mulai banyak dikeluhkan karena tidak memenuhi standar ekspor. Produksi kayu olahan selama ini diekspor ke sejumlah negara di Asia dan Eropa seperti Jepang, Korea Selatan, Belgia dan Perancis.

Meter Kubik growth (%) Ton growth (%)

Sumber : DSM BI Sumber : web dsm

Grafik 1.10. Volume Ekspor Kayu, Kayu Olahan dan

Furniture Grafik 1.11. Volume Ekspor Produk Manufaktur Sulawesi Tengah

Kilo liter

Sumber : Pertamina Region VII, Wilayah Sulawesi Tengah

Grafik 1.12. Realisasi Penyaluran BBM Industri Di Wilayah Sulawesi Tengah -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1.000 Ja n -Fe b A p r-M e i Ju l-A u g O kt -N o v Ja n -Fe b A p r-M e i Ju l-A u g O kt -N o v Ja n -Fe b A p r-M e i Ju l-A u g 2009 2010 2011

Volume Ekspor (ton) pert.(qtq) pert. (yoy)

-150% -100% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 250% 300% 350% 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Ja n -Fe b A p r-M e i Ju l-A u g O kt -N o v Ja n -Fe b A p r-M e i Ju l-A u g O kt -N o v Ja n -Fe b A p r-M e i Ju l-A u g 2009 2010 2011

Volume Ekspor (ton) pert.(qtq) pert. (yoy)

-30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% -10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2009 2010 2011

Minyak Solar (kl) Minyak Tanah (kl) Premium (kl) g. total industri (qtq) g. total industri (yoy)

(28)

16 Konsumsi BBM untuk sektor industri selama triwulan III-2011 tumbuh sebesar 11,03% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 22,80% (yoy) Secara keseluruhan konsumsi BBM Industri mencapai 43.897 kiloliter. BBM jenis solar yang tercatat paling banyak digunakan oleh kalangan industri dengan pangsa sebesar 98,91%. Perlambatan pertumbuhan konsumsi BBM Industri yang umumnya digunakan untuk memasok kebutuhan pembangkit listrik mengkonfirmasi terjadinya perlambatan pada sektor industri.

1.1.4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Sektor listrik dan air bersih pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 7,06% (yoy) atau 2,15% (qtq). Konsumsi listrik masyarakat di Kota Palu pada triwulan laporan

tumbuh sebesar 19,82% (yoy), atau tumbuh sebesar 13,12% (qtq). Secara umum kondisi kelistrikan di Sulawesi Tengah membaik, setelah adanya tambahan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel di Kabupaten Buol, Poso dan Kota Palu. Kondisi ini berdampak positif pada penambahan jumlah pelanggan yang mendorong peningkatan konsumsi listrik pada triwulan laporan.

Di samping itu adanya program layanan tambah listrik (tambah daya) tanpa dipungut biaya yang dilakukan oleh PT PLN (Persero), juga diindikasikan ikut berkontribusi positif pada kinerja sektor ini. Layanan ini hanya bisa dinikmati bagi pelanggan 450 VA (Volt-Ampere) dan 900 VA yang naik daya ke 1300 VA atau 2.200 VA. Berdasarkan data pemakaian listrik pelanggan, terlihat banyak sekali pelanggan 450 VA dan 900 VA yang pemakaian listriknya tinggi sekali akibat semakin banyaknya peralatan listrik rumah tangga yang harganya relatif murah yang menggunakan daya listrik yang besar, misalnya Air Conditioner (AC). Program ini sendiri sebagai bentuk respon terhadap keluhan dari masyarakat yang menganggap bahwa biaya tambah daya listrik masih relatif mahal. Bila dari 900 VA, diperlukan biaya Rp 300.000 untuk bisa menjadi 1.300 VA, sedangkan untuk menjadi 2.200 VA di perlukan biaya Rp 975.000.

Ke depan kondisi kelistrikan Prov. Sulawesi Tengah diperkirakan semakin membaik seiring dengan rencana PT PLN yang akan segera membangun jaringan transmisi 150 kV dari PLTA Sulewana Poso ke wilayah Kabupaten Sigi dan Kota Palu. PLN berencana membangun 520 tower dengan panjang bentangan sekitar 170 km dari Sulewana.

(29)

17

KwH growth (%) Meter Kubik growth (%)

Sumber : PT PLN Cabang Palu Sumber PDAM Donggala

Grafik 1.13. Perkembangan Konsumsi Listrik Di Kota Palu

Grafik 1.14. Perkembangan Vol. Penjualan Air PDAM Donggala

1.1.5. Sektor Bangunan

Pada triwulan III-2011 sektor bangunan mengalami akselerasi pertumbuhan

sebesar 26,43% (yoy), atau 16,64% (qtq). Maraknya pembangunan perhotelan, ruko

dan properti lainnya, proyek pembangunan terminal dan perluasan landasan bandara Mutiara serta pembangunan konstruksi beberapa proyek besar seperti Donggi Senoro dan PLTA Sulewana menjadi faktor utama pendorong kinerja bangunan pada triwulan laporan. Di sisi lain adanya peningkatan realisasi belanja pemerintah di triwulan III-2011 menjadi faktor positif lain membaiknya kinerja sektor ini. Realisasi belanja daerah pada triwulan III-2011 mencapai 60% atau sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 61,42%.

Ton

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.15. Realisasi Pengadaan Semen Di Sulawesi Tengah

-10% -5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% -10.000.000 20.000.000 30.000.000 40.000.000 50.000.000 60.000.000 70.000.000 80.000.000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2007 2008 2009 2010 2011

Pemakaian Listrik YoY QtQ

-20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% -100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 Ja n F e b Mar Ap r M e i Ju n Jul A g u st S e p O k t N o p D es Jan F e b M a r A p r M e i Ju n i Ju li A g s S e p O k t N o v D es Jan F e b M a r A p r M e i Ju n Jul A g u st S e p 2009 2010 2011

Volume Air Tersalur (m3) g. yoy

115.666 (30,00) (20,00) (10,00) -10,00 20,00 30,00 40,00 -20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 Tr .I Tr .II Tr .II I Tr

.IV Tr.I Tr.II Tr.II

I

Tr

.IV Tr.I Tr.II Tr.II

I Tr .IV Tr.I Tr.II Tr .II I 2008 2009 2010 2011

(30)

18

1.1.6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Pada triwulan III-2011 kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 9,05% (yoy) atau 5,06% (qtq). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada subsektor

perdagangan besar dan eceran yang tercatat sebesar 9,19%(yoy) disusul subsektor hotel dan subsektor restoran masing-masing sebesar 6,87% dan 6,52%. Adanya momen bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri menjadi faktor utama meningkatnya kinerja subsektor perdagangan besar dan eceran. Di sisi lain semakin tingginya geliat ekonomi di wilayah Sulawesi Tengah serta semakin banyaknya pendatang dari luar Provinsi Sulawesi Tengah memicu semakin tingginya kebutuhan hotel dan restoran yang memberikan dampak positif pada kinerja sektor ini.

Persen Orang

Sumber : BPS Sulawesi Tengah Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Grafik 1.16. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang

Grafik 1.17. Perkembangan Jumlah Tamu Hotel Berbintang

Rerata TPK hotel berbintang selama triwulan III-2011 mencapai 53,62%, lebih rendah dibandingkan rerata triwulan II-2011 yang mencapai 71,71% maupun rerata

triwulan III-2010 sebesar 65,83%. Pada saat yang bersamaan jumlah tamu hotel

sepanjang triwulan III-2011 mencapai 9.150 orang yang didominasi oleh tamu domestik. Jumlah tersebut mengalami koreksi sebesar -34,84% (yoy) atau -26,13% (qtq).

1.1.7. Sektor Angkutan dan Komunikasi

Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan III-2011 tumbuh 9,92% (yoy), atau 4,33% (qtq). Subsektor komunikasi tercatat memiliki pertumbuhan tahunan

tertinggi yaitu 14,45% (yoy), sedangkan subsektor pengangkutan tumbuh sebesar 9,53% (yoy). Membaiknya kinerja komunikasi ditengarai disebabkan oleh bertambahnya -40 -20 0 20 40 60 80 100

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

TPK 2009 (%) TPK 2010 (%) TPK 2011 (%) D perubahan % (2011 ke 2010) -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% -2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2009 2010 2011

(31)

19 pelanggan telepon dan handphone baru serta semakin besarnya tingkat konsumsi jasa telekomunikasi yang belakangan memiliki tarif yang murah.

Di subsektor angkutan, adanya musim libur Hari Raya Idul Fitri pada triwulan III-2011 diperkirakan membawa implikasi positif pada penambahan jumlah kedatangan penumpang baik angkutan udara maupun angkutan laut. Dari data yang diperoleh dari pengelola Bandara Mutiara Palu, jumlah arus penumpang pesawat udara yang datang dan pergi melalui Bandara Mutiara selama triwulan II-2011 tercatat berjumlah 200.366 penumpang. Jumlah tersebut meningkat sebesar 11,33% (yoy) atau 3,29% (qtq). Jumlah penumpang angkutan udara tertinggi tercatat pada bulan September 2011 yang didorong peningkatan arus mudik dan arus balik terkait Idul Fitri.

Orang Orang

Sumber : BPS Sulawesi Tengah Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Grafik1.18. Perkembangan Arus Penumpang Pesawat Udara Melalui Bandara Mutiara Palu

Grafik 1.19 Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut Melalui Pelabuhan Pantoloan

Jumlah penumpang kapal laut pada triwulan III-2011 mencapai 31.777 orang, meningkat drastis sebesar 95,71% (qtq). Meningkatnya jumlah penumpang laut pada periode ini sesuai siklus musiman Hari Raya Idul Fitri. Masih banyaknya masyarakat yang menggunakan angkutan laut selain disebabkan oleh harga tiketnya yang relatif murah juga karena besarnya kapasitas bagasi barang yang dapat diangkut.

1.1.8. Sektor keuangan, persewaan dan jasa

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III-2011

tumbuh 10,51% (yoy) atau sebesar 4,57% (qtq).Subsektor bank tercatat mengalami

pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 14,62% (yoy). Hal ini disebabkan oleh semakin ekspansifnya perbankan dalam menghimpun dana dan menyalurkan kredit di Sulawesi Tengah. Penambahan beberapa bank baru serta bertambahnya jaringan kantor cabang

-20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% -20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 Tw I 09 Tw II 09 Tw III 09 Tw IV 09 Tw I 10 Tw II 10 Tw III 10 Tw IV 10 Tw I '11 Tw II '11 Tw III '11

Penumpang Datang Penumpang Berangkat

Penumpang Total (qtq) Penumpang Total (yoy)

-80% -60% -40% -20%0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140% 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2008 2009 2010 2011 Turun Berangkat

(32)

20 pada triwulan III-2011 seperti BRI unit Lakea,KCP Bank Mandiri Sigi, BDI Morowali, BSM Sigi, BSM Tolitoli dan KC BPR Binarta Luhur juga ikut mengangkat kinerja subsektor bank pada triwulan laporan.

Rp juta

Sumber : DSM BI

Grafik 1.20. Perkembangan Kredit, DPK, dan NTB Bank Umum Di Sulawesi Tengah

Nilai tambah bruto (NTB) bank umum pada akhir triwulan III-2011 tumbuh 5,47%

(yoy). Peningkatan NTB tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan

kredit yang mencapai 23,87% (yoy). Kondisi tersebut didukung oleh cukup lebarnya

spread suku bunga dan kualitas kredit yang baik dengan NPL nett < 5 %.

1.1.9. Sektor Jasa-Jasa

Pada triwulan III-2011 kinerja sektor jasa tumbuh sebesar 8,79% (yoy), atau 4,67% (qtq). Pertumbuhan pada sektor ini dominan ditopang oleh kinerja subsektor

pemerintahan umum yang pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 10,68% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan subsektor swasta sebesar 4,52% (yoy). Sektor jasa yang masih didominasi oleh jasa pemerintahan mengakibatkan realisasi belanja pemerintah akan berpengaruh terhadap kinerja sektor ini. Adanya peningkatan realisasi belanja pemerintah di triwulan III-2011 tentu akan berpengaruh positif pada kinerja sektor jasa-jasa.

0 50 100 150 200 250 300 350 400 0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2010 2011

(33)

21

1.2. ANALISIS PDRB DARI SISI PERMINTAAN

Pada triwulan III-2011, perekonomian Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan sebesar 9,15% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan II-2011 sebesar 8,56% (yoy). Komponen konsumsi rumah tangga masih memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 3,92%.

Tabel 1.4. PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah)

Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Grafik 1.21. Kontribusi Komponen Permintaan

1.2.1 Konsumsi

Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tumbuh sebesar 6,95% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,84% (yoy) maupun periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,59% (yoy). Cukup tingginya

Tw I Tw II Tw III Tw II Tw I Tw II Tw III

1. Konsumsi Rumah Tangga 2.406,85 2.414,64 2.499,45 2.556,45 2.536,93 2.603,89 2.673,25 2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 49,40 51,38 55,01 57,89 67,60 63,48 65,70 3. Konsumsi Pemerintah 761,05 794,78 841,03 900,63 808,58 830,67 854,06 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 843,65 888,08 947,37 1.014,98 905,78 957,17 1.067,82 5. Ekspor 695,45 630,60 684,39 658,73 679,21 717,37 759,66 6. Impor(-) 664,25 518,15 595,47 536,80 543,11 546,51 583,20 Total PDRB 4.092,16 4.261,32 4.431,78 4.651,87 4.455,00 4.626,07 4.837,30 Kelompok Pengeluaran 2010 2011 3,18% 0,44% 1,16% 1,52% -0,40% -2,96% 4,44% 0,28% 0,84% 1,62% 2,04% 0,67% 3,92% 0,24% 0,29% 2,72% 1,70% -0,28% -4,0% -3,0% -2,0% -1,0% 0,0% 1,0% 2,0% 3,0% 4,0% 5,0%

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Nirlaba Konsumsi Pemerintah PMTB Ekspor Impor Tw III 2011 Tw II 2011 Tw I 2011

(34)

22 konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan erat kaitannya dengan momen bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri . Di samping itu adanya panen raya kakao pada triwulan III-2011juga berkontribusi positif pada kinerja komponen pengeluaran ini. Di sisi lain pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditopang oleh pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 25,32% hingga mencapai Rp 5,45 triliun. Pendaftaran kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat pada triwulan laporan tercatat sebesar 11.429 kendaraan atau mengalami kontraksi pertumbuhan tahunan sebesar -15,79% (yoy) namun secara triwulanan tumbuh sebesar 27,41% (qtq). Sementara pada konsumsi BBM retail dan volume pemakaian air masyarakat masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 12,29% (yoy) dan 1,79% (yoy).

miliar Unit

Sumber : LBU Sumber : Kantor Samsat Kota Palu

Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Konsumsi

Di Sulawesi Tengah Grafik 1.23. Jumlah Pendaftaran Kendaraan Baru Di Kota Palu

Kiloliter Meterkubik

Sumber : Pertamina Region VIII, Sulawesi Tengah Sumber : PDAM Kab. Donggala

Grafik 1.24. Konsumsi BBM Retail di Sulawesi Tengah Grafik 1.25. Volume Pemakaian Air Masyarakat 5.449 25,32% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 M ar Jun Se p De s M ar Ju n i Se p t De s M ar Ju n i Se p t De s M ar Ju n i Se p t 2008 2009 2010 2011

N. Kredit % g. kredit kon (yoy)

-40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% -2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2009 2010 2011

Roda 2 Roda 4 qtq (%) yoy (%)

-10% -5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% -10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2009 2010 2011

Premium (kl) Minyak Tanah (kl)

Minyak Solar (kl) g. total retail+industri (qtq)

g. total retail + industri (yoy)

-15% -10% -5% 0% 5% 10% 15% 20% -200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 1.400.000 1.600.000 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2008 2009 2010 2011

(35)

23 Nilai Tukar Petani (NTP) selama triwulan laporan sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata NTP selama triwulan III-2011 tercatat 99,46%, lebih tinggi dari rata-rata triwulan sebelumnya sebesar 99,36%. Walaupun terjadi peningkatan, nilai NTP yang masih berada di bawah 100 menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat masih belum dalam taraf yang menggembirakan. Bahkan bila dibandingkan dengan provinsi lain di wilayah timur Indonesia, NTP Sulawesi Tengah ini merupakan NTP terendah. Ke depan, pemerintah khususnya SKPD terkait perlu lebih menggali program-program terobosan untuk meningkatkan produktivitas para petani dan meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan yang nantinya akan meningkatkan pendapatan para petani dan pada gilirannya dapat meningkatkan NTP Sulawesi Tengah.

Persen perubahan % Persen

Sumber : BPS Sulawesi Tengah Sumber : Survei Konsumen KBI Palu

Grafik 1.26. Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 1.27. Indeks Keyakinan Konsumen

Berdasarkan hasil Survei Konsumen pada periode Juli-September 2011, rata-rata indeks keyakinan konsumen mencapai 135,74 atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 120,82. Hal ini menjadi indikator bahwa daya beli masyarakat masih terjaga yang diperkuat optimisme masyarakat bahwa tingkat penghasilan masyarakat yang dianggap masih lebih baik dibandingkan periode 6 bulan sebelumnya.

Konsumsi lembaga swasta nirlaba pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 19,44% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 23,56%. Di sisi lain konsumsi pemerintah pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 1,55% (yoy) atau 2,82% (qtq). Pertumbuhan pada komponen konsumsi

pemerintah erat kaitannya dengan realisasi belanja pemerintah provinsi Sulawesi Tengah yang telah terealisasi sebesar 60% pada triwulan III-2011.

-1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 94 95 96 97 98 99 100 101 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009 2010 2011

Perubahan NTP (mtm) nilai tukar petani (NTP) 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00 M ar Ap r M ei Ju n Jul Ag u st Sep Okt No p

Des Jan Feb Mar Ap

r M ay Jun Jul Au g Sep Oct No v

Dec Jan Feb Mar Ap

r M ay Jun Jul Ag u st Sep t O kt 2009 2010 2011

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Keyakinan Konsumen

(36)

24

Tabel 1.5. Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Rp juta)

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Tengah, data diolah.

Tingkat realisasi belanja pemerintah pada triwulan laporan sudah cukup baik dengan tingkat realisasi belanja mencapai 60% atau sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan tingkat realisasi sebesar 61,42%.

1.2.2 Investasi

Secara tahunan komponen investasi pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 11,56% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 5,67% (yoy). Pertumbuhan investasi pada triwulan laporan terutama didorong oleh

investasi swasta baik yang sifatnya baru maupun penggantian barang modal. Berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diperoleh informasi bahwa realisasi investasi PMDN di Sulawesi Tengah selama triwulan III-2011 mencapai Rp 1,38 triliun atau terbesar ke-5 secara nasional. Sementara realisasi investasi PMA tercatat sebesar US$ 157,4 juta. Kondisi ini tentu sangat menggembirakan di tengah keinginan Pemda Provinsi Sulawesi Tengah untuk meningkatkan kinerja investasi kedepan. Adanya penghargaan dari BKPM kepada Provinsi Sulawesi Tengah sebagai salah satu dari 7 provinsi terbaik bidang penanaman modal selain provinsi Aceh, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Sumatera Barat menjadi modal yang berharga untuk mendorong pertumbuhan investasi secara progresif dan berkesinambungan di daerah ini.

URAIAN ANGGARAN REALISASI SD TW

III 2011 ( % ) REALISASI

PENDAPATAN 1.168.203,13 995.990,50 85,26%

Pendapatan Asli Daerah 325.623,12 353.890,31 108,68%

Dana Perimbangan 839.180,01 627.519,22 74,78%

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 3.400,00 14.580,98 428,85%

BELANJA 1.232.556,93 739.482,34 60,00%

Belanja Operasi 951.869,03 585.882,94 61,55%

Belanja Modal 175.504,28 82.979,13 47,28%

Transfer 100.183,63 68145,701 68,02%

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH) Belanda tingkat Sekolah Dasar Tahun Pelajaran 2020/2021 dapat disimpulkan bahwa

Puasa minimal dalam setahun adalah Hari Rabu Abu dan Jumat Agung, namun bagi yang dapat melakukan lebih, silakan juga berpuasa dalam ketujuh hari Jumat dalam masa Prapaska,

Jadi, semakin banyak pemesanan reguler yang harus dilakukan setelah pemesanan spesial, maka biaya yang harus ditanggung oleh buyer semakin besar, sehingga untuk

Konsumen dalam sistem berfungsi untuk proses input data konsumen dan data ulasan dan konsumen dapat memberikan ulasan terhadap perusahaan sesuai yang diinginkan Admin dalam

Saya selalu memakai celana dalam yang dapat menyerap keringat dan tidak ketat, untuk menjaga daerah kewanitaan saya... Bagi saya memakai pembalut atau pantyliner sepanjang hari

4 Tahun 2015 beserta petunjuk teknisnya, tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Dokumen Pemilihan dan Berita Acara Hasil Evaluasi administrasi dan Teknis Nomor

Dalam waktu 1 (satu) tahun Widyaiswara wajib mengumpulkan Angka Kredit dari sub unsur pelaksanaan Dikjartih, evaluasi dan pengembangan Diklat, dan pengembangan profesi

dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Efektivitas Penggunaan Alat Bantu Tali dan Baskom Sebagai Model Pengembangan Ketepatan Servis Pada Siswa Kelas IV SDN 2