• Tidak ada hasil yang ditemukan

DELINEASI URAT KUARSA MENGANDUNG MINERAL LOGAM DI CIANJUR MENGGUNAKAN PROTON MAGNETOMETER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DELINEASI URAT KUARSA MENGANDUNG MINERAL LOGAM DI CIANJUR MENGGUNAKAN PROTON MAGNETOMETER"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

DELINEASI URAT KUARSA MENGANDUNG MINERAL

LOGAM DI CIANJUR MENGGUNAKAN

PROTON MAGNETOMETER

Agus Nugroho Hendro Supangkat Eko Pujianto Gunawan Asep Bahtiar P Deden Agus H Silti Salinita Dudi Mulyadi

PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA

BALITBANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

(2)

KATA PENGANTAR

Dalam rangka mengembangkan sebanyak-banyaknya sumber daya mineral yang terdapat di wilayah tanah air menjadi cadangan mineral yang siap ditambang serta mengupayakan pemanfaatan sumber daya mineral seoptimal mungkin, maka perlu dilakukan suatu penyelidikan dengan metoda geomagnetik. Metode ini berdasarkan perbedaan / kontras medan magnet yang relatif besar antara medan magnet background dengan medan magnet yang ditimbulkan oleh massa geologi / massa yang menjadi target dan umumnya diterapkan untuk eksplorasi bahan galian yang terdiri atau mengandung unsur logam yang feromagnetik yang berbentuk dome, intrusi, endapan-endapan lensa, urat (vein) dll.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan anomaly medan magnet lokal yang representative sehingga akan dihasilkan penafsiran yang tepat mengenai keadaan tubuh mineralisasinya serta serta pemberdayaan peralatan litbang di Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara. Sasaran dari kegiatan penelitian ini adalah dapat dilokalisirnya endapan mineral mengandung logam yang berupa urat kuarsa dengan kandungan mineral logam feromagnetik (logam-logam feromagnetik ini merupakan unsur / mineral penunjuk adanya unsure atau mineral logam yang berharga) dan dapat diketahuinya kinerja alat magnetometer (uji coba pemakaian peralatan baru).

Mengingat pentingnya penguasaan dan kemampuan dalam menggunakan alat Proton Magnetometer bagi personil Puslitbang Tekmira , maka Puslitbang tekMIRA sebagai lembaga penelitian dan pengembangan, dirasakan perlu melakukan penelitian mengenai delineasi urat kuarsa mengandung mineral logam di Cianjur menggunakan Proton Magnetometer.

Kami menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu koreksi dan saran masih kami perlukan.

Bandung, Desember 2015

Kepala Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara

Ir. Dede Ida Suhendra. M.Sc NIP. 19571226 198703 1 001

(3)

S A R I

Telah dilakukan survey magnetic di kawasan Cimapag, Kabupaten Cianjur untuk mengetahui potensi sumber daya mineral, khususnya keterdapatan mineral logam pada urat kuarsa. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan Proton Precession Magnetometer (PPM) dan

Global Positioning System (GPS) Garmin selama 10 hari dengan luas area 200 meter x 250

meter, spasi antar titik pengukuran 10 meter.

Pengolahan data mentah dilakukan dengan koreksi IGRF (International Geomagnetics Reference

Field) dan koreksi variasi harian untuk mendapatkan data anomali medan magnet total.

Pemodelan awal untuk memperoleh peta anomali magnetik total dilakukan dengan menggunakan program Surfer 10. Untuk memperjelas pengaruh anomali regional pada peta anomaly magnetic total maka dilakukan proses kontinuasi ke atas menggunakan software

Magpick pada ketinggian 100 meter di atas sferoida referensi . reduksi ke kutub dilakukan untuk

mempermudah proses interpretasi.

Hasil interpretasi menunjukkan bahwa zona batuan yang memiliki sifat kemagnetan tinggi (anomali primer ) ditunjukkan dengan warna merah pada Gambar 5.6 dengan nilai suseptibilitas 44921 nT – 44930 nT sedangkan batuan dengan sifat kemagnetan tinggi lainnya (anomali sekunder ) ditunjukkan dengan warna pink pada Gambar 5.6 dengan nilai suseptibilitas 44931 nT – 44935 nT dengan pola penyebaran meluas di bagian Selatan dan Utara daerah penelitian.

(4)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vi DAFTAR LAMPIRAN vi I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Ruang Lingkup Kegiatan 2

1.3. Tujuan Kegiatan 3

1.4. Sasaran Kegiatan 3

1.5. Lokasi Kegiatan 3

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Metode Geomagnet 5

2.2. Prinsip Dasar Magnetik 5

2.2.1. Gaya Magnetik 5

2.2.2. Kuat Medan Magnet 5

2.2.3. Intensitas Magnetik 6

2.2.4. Medan Magnetik Induksi dan Magnetik Lokal 6

2.2.5. Kemagnetan Bumi 7 2.2.6. Kutub Geomagnetik 8 2.2.7. IGRF 9 2.3 Suseptibilitas Batuan 10 2.3.1. Diamagnetik 10 2.3.2. Paramagnetik 11 2.3.3. Ferromagnetik 11 2.4 Kontinuasi Ke Kutub 13 2.5 Reduksi Ke Atas 14

III PROGRAM KEGIATAN LAPANGAN 3.1. Persiapan 16 3.2. Survei Lapangan 16 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. Penyelidikan geologi 16 Pengukuran Geomagnet 16

Pengolahan dan Interpretasi Data 20 Pelaporan dan Pembuatan Karya Tulis 20 IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian 4.2. Peralatan dan Bahan 4.3. Metode Pengambilan Data 4.4. Metode Pengolahan Data 4.4.1. Koreksi Variasi Harian 4.4.2. Koreksi IGRF 4.4.3. Koreksi Alat 4.5. Peta Kontur Anomali Medan Magnet 4.6. Reduksi Ke Kutub 21 21 22 23 iii

(5)

4.7. Kontinuasi Ke Atas

V HASIL DAN PEMBAHASAN 24

5.1. Hasil Penyelidikan 5.1.1. Morfologi 5.1.2. Litologi 5.1.3. Mineralisasi 26 27

5.2. Hasil Pengukuran dan Interpretasi 28

VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 35 6.2. Saran 35 DAFTAR PUSTAKA 36 LAMPIRAN 37 iv

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Lokasi Kegiatan 4

2.1. Induksi Magnetik Pada Bahan Magnetik 6

2.2. Total Anomali Medan Magnet Dihasilkan Dari Body Lokal Magnet 7

2.3. Deklinasi dan Inklinasi 8

2.4. Tujuh Variabel Magnetik 9

2.5. Anomali Magnetik Sebelum dan Sesudah Reduksi ke Kutub 14

2.6. Ilustrasi Kontinuasi ke Atas 15

3.1. Konsep Dasar Pengukuran Base Rover 17

3.2. Peta Lintasan Geomagnet 18

3.3. Kegiatan Pembuatan Grid Lintasan 19

4.1. Peralatan Magnetometer GSM-19T 21

4.2. 4.3. Kurva Pembacaan Alat Magnetometer Diagram Alir Metodologi Penelitian 22

5.1. Morfologi Daerah Penelitian 26

5.2. Litologi Batuan Daerah Penelitian 27

5.3. Kegiatan Pengambilan Data 29

5.4. 5.5. Peta Anomali Medan Magnet Total 31

Peta Anomali Regional Hasil Kontinuasi ke Atas 100 m 32

5.6. Peta Anomali Reduksi ke Kutub Terhadap Hasil Kontinuasi Ke Atas 100 m 33 v

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Suseptibilitas Mineral Diamagnetisme 11 2.2. Suseptibilitas Mineral Paramagnetisme 11 3.1. Suseptibilitas Batuan dan Mineral 12 3.2. Koefisien Kontinuasi ke Atas 15 5.1. Distribusi Hasil Pengukuran Proton Magnetometer 30 5.2. Data Hasil Koreksi Variasi Harian dan IGRF . 31

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Data Medan Magnet Hasil Koreksi Variasi Harian, IGRF dan Koreksi Alat

37 B. Petunjuk Operasional Alat Proton Magnetometer 46

vi

(8)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mengacu pada kebijakan pemerintah melalui Kementerian ESDM untuk mengupayakan pemanfaatan sumber daya alam bahan tambang seoptimal mungkin dan sesuai dengan sasaran Balitbang ESDM, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara maupun visi dan misi kelompok program penerapan teknologi penambangan mineral dan batubara untuk melakukan penelitian dan pengkajian bahan galian dan teknologi penambangan serta pengolahan mineral maka perlu dilakukan suatu penyelidikan untuk melokalisasi dan mengetahui keadaan geologinya dalam rangka mengembangkan sebanyak-banyaknya sumber daya mineral yang terdapat di wilayah tanah air Indonesia menjadi cadangan mineral yang siap ditambang ataupun untuk dilakukan suatu penyelidikan evaluasi cadangan dengan tahapan lebih detil.

Data lokalisasi sumber daya bahan galian dan identifikasi struktur geologi mayor dari penyelidikan ini diharapkan siap digunakan sebagai masukan dan dasar untuk penyelidikan selanjutnya untuk mendapatkan cadangan terukur (dengan metoda geofisika lain ataupun dengan pemboran inti), evaluasi cadangan maupun pembuatan rencana penambangan.

Survey geomagnet adalah salah satu metoda eksplorasi geofisika berdasarkan perbedaan / kontras medan magnet yang relatif besar antara medan magnet background dengan medan magnet yang ditimbulkan oleh massa geologi / massa yang menjadi target. Umumnya diterapkan untuk eksplorasi bahan galian yang terdiri atau mengandung unsur logam yang feromagnetik yang berbentuk dome, intrusi, endapan-endapan lensa, urat (vein) dll. Di samping itu juga untuk mengidentifikasi dan memetakan struktur geologi mayor (patahan, sesar, lipatan dll) dan gua-gua bawah tanah yang penting diketahui dalam evaluasi cadangan dan perencanaan tambang. Dilihat dari kegunaannya tersebut maka metoda ini cukup penting peranannya dalam kegiatan eksplorasi mengingat masih banyaknya sumber daya bahan galian, minyak bumi dan obyek-obyek geologi di wilayah Indonesia yang belum dilakukan penyelidikan.

Pada saat ini tekMIRA memiliki 1 unit alat pengukuran geofisika geomagnet yaitu Proton Magnetometer yang baru dibeli, sehingga perlu dimanfaatkan secara optimal karena harganya mahal. Oleh karena itu diperlukan personil yang terlatih untuk mengoperasikan untuk berbagai tujuan membantu proses penambangan khususnya penyiapan data cadangan. Personil tekMIRA sebagian besar belum berpengalaman dalam hal pekerjaan dengan metoda geomagnet sehingga kegiatan ini diharapkan dapat juga menjadi sarana untuk saling belajar meningkatkan kemampuan.

(9)

Pengalaman yang akan diperoleh dan keberhasilan dalam kegiatan ini diharapkan akan meningkatkan kemampuan dan kesiapan personil tekMIRA apabila sewaktu-waktu ada permintaan untuk melaksanakan pekerjaan kerjasama penyelidikan dan penyediaan data cadangan dengan unit penelitian lain maupun pekerjaan jasa teknologi dari pihak luar / perusahaan swasta.

Laporan hasil penyelidikan juga diharapkan akan menjadi sarana untuk mempromosikan kemampuan tekMIRA kepada unit penelitian lain di dalam maupun diluar departemen ESDM serta perusahaan swasta, dalam melaksanakan kerjasama pekerjaan eksplorasi dan evaluasi cadangan sehingga diharapkan kerjasama penelitian dan permintaan jasa teknologi akan meningkat.

Ditinjau dari kaitannya dengan kebijakan Kementerian ESDM yang bertugas dan bertanggung jawab mengelola seluruh sumber daya energi dan mineral termasuk di dalamnya semua jenis mineral, batubara, minyak dan gas bumi, panas bumi dan sumber energi non fossil lainnya dll khususnya untuk mineral dan energi yang bersifat kebumian memerlukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi untuk dapat memanfaatkan semua sumber daya tersebut. Kebijakan pemerintah / KESDM dalam hal sumber daya mineral dan batubara adalah mengembangkan nilai keekonomiannya untuk digunakan sebesar-besarnya untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Kaitan dengan visi dan misi Balitbang ESDM dan Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara sebagai instansi yang berwenang melakukan penelitian dan pengembangan terhadap mineral dan batubara maka bertugas pula untuk melakukan kegiatan eksplorasi mineral maupun batubara karena kegiatan penambangan bahan galian apapun harus didahului dengan kegiatan eksplorasi untuk mendapatkan data cadangan yang akan ditambang.

Kaitan dengan visi, misi dan sasaran Kelompok Program Kelompok program penerapan teknologi ekspoitasi penambangan mineral dan batubara sebagai pelaksana semua kebijakan tersebut di atas diantaranya bertugas mengembangkan teknologi penambangan yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan eksplorasi untuk mendapatkan data cadangan yang lengkap, terukur dan akurat untuk pembuatan disain tambang.

1.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Lingkup pekerjaan yang akan dilakukan dalam kegiatan ini meliputi :  Persiapan

(10)

- Studi literatur yang meliputi studi data sekunder mengenai geologi, stratigrafi, geomorfologi lokal dan regional wilayah penelitian, penentuan lokasi endapan mineral berdasarkan survey geologi dan tatacara pemakaian serta pengambilan data dengan alat Proton Magnetometer, pemrosesan data dan interpretasinya.

- Penyediaan peralatan

- Persiapan administrasi seperti permohonan ijin penelitian ke masyarakat setempat, Pemerintah Daerah serta instansi yang berwenang lainnya

 Survei lapangan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai situasi dan kondisi daerah penelitian.

 Penyelidikan geologi terkait dengan morfologi, litologi dan mineralisasinya.  Pengukuran geomagnet

 Pengolahan dan interpretasi data

 Pelaporan dan pembuatan karya tulis ilmiah

1.3. Tujuan Kegiatan

Tujuannya yaitu mendapatkan anomaly medan magnet lokal yang representative sehingga nantinya diharapkan akan dihasilkan penafsiran yang tepat mengenai keadaan tubuh mineralisasinya dan bila memungkinkan juga untuk memetakan adanya struktur geologi mayor berupa patahan, sesar dll serta pemberdayaan peralatan litbang di Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara.

1.4. Sasaran Kegiatan

Sasaran dari kegiatan penelitian ini adalah dapat dilokalisirnya endapan mineral mengandung logam yang berupa urat kuarsa dengan kandungan mineral logam feromagnetik (logam-logam feromagnetik ini merupakan unsur / mineral penunjuk adanya unsure atau mineral logam yang berharga) dan dapat diketahuinya kinerja alat magnetometer (uji coba pemakaian peralatan baru).

1.5. Lokasi Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan lapangan dalam rangka Penelitian Delineasi Urat Kuarsa Mengandung Mineral Logam di Cianjur Menggunakan Proton Magnetometer

ini dilakukan di Desa Cimapag dan sekitarnya, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

(11)

Gambar 1. 1. Peta lokasi penelitian

(12)

BAB II. DASAR TEORI

2.1. Pengertian Metode Geomagnetik

Metode Geomagnet merupakan salah satu metode geofisika yang paling tua digunakan oleh manusia dalam menemukan jenis-jenis yang tersembunyi di bawah permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat kemagnetan batuan. Bumi dipandang sebagai dipole (kutub utara dan selatan magnetik) yang mempunyai medan magnet tidak konstan, artinya besar medan magnet tersebut berubah terhadap waktu. Hal ini terjadi karena adanya pembalikan kutub magnetik bumi. Pada waktu tertentu kutub positif berubah menjadi kutub negatif. Pada saat perubahan kutub-kutub tersebut dalam selang waktu tertentu harus melalui kondisi netral. Pada metode Geomagnet hasil yang ditunjukkan berupa anomali sisa berupa variasi besaran yang mengandung fraksi mineral magnetik pada batuan dekat permukaan

2.2. Prinsip Dasar Magnetik 2.2.1. Gaya magnetik

Menurut hukum Coulomb untuk kutub magnetik, jika dua buah kutub magnet m1 dan m2

yang terpisah sejauh r, maka akan timbul gaya di antara keduanya sebesar:

F= (m1 m2/µr 2

)r1

Dimana: F = Gaya dalam dyne terhadap m1 dan m2

µ = Permeabilitas magnet

r = Jarak antara dua kutub m1 ke m2

Konstanta µ = permeabilitas tergantung sifat magnet dari medium di mana kutub tadi berada. Satuan kutub magnet m1 dan m2 disebut magnet yang memiliki daya. Satuan daya atau

kekuatan kutub ditentukan F=1 dyne, bila dua satuan kutub dipisahkan oleh jarak 1 cm, dan berada dalam suatu medium yang non magnetic misalkan udara, maka µ = 1

Jika muatan yang berinteraksi lebih dari dua buah, maka gaya magnet totalnya adalah:

Jika kedua benda memiliki arah garis gaya magnet yang berlawanan arah, maka kedua benda akan saling tarik menarik.

2.2.2. Kuat medan magnet (H)

Kuat medan magnet yang dinyatakan dengan (H) di suatu titik di definisiksn sebagai gaya persatuan kutub yang bekerja pada suatu kutub dengan kuat medan magnet pada titik yang berjarak r dari kutub m adalah:

(13)

Medan magnet tersebut umumnya dinyatakan sebagai garis-garis gaya yang menunjukan medan magnet. Besaran H dinyatakan dalam oersted yaitu dyne persatuan kutub dan yang dinyatakan dengan jumlah garis gaya magnet. Jadi makin besar gaya magnet maka makin banyak garis gaya magnet tersebut (dalam CGS).

2.2.3. Intensitas magnetik

Jika suatu benda terinduksi oleh medan magnet H, maka besar intensitas magnetik yang dialami oleh benda tersebut adalah (Reynold, 1995),

M = k.H

dimana, M adalah intensitas magnetisasi, k adalah suseptibilitas magnetik. Suseptibilitas dinyatakan sebagai tingkat termagnetisasinya suatu benda karena pengaruh medan magnet utama, dimana hubungan (k) dalam satuan SI dan emu dinyatakan sebagai berikut:

k = 4n-k′

dimana, k’ adalah suseptibilitas magnetik (emu), k adalah suseptibilitas magnetik (SI).

2.2.4. Medan magnetik induksi dan magnetik total

Adanya medan magnetik regional yang berasal dari bumi dapat menyebabkan terjadinya induksi magnetik pada batuan di kerak bumi yang mempunyai suseptibilitas yang tinggi. Medan magnetik yang dihasilkan pada batuan ini sering disebut sebagai medan magnetik induksi atau medan magnetik sekunder.

Pada Gambar 2.1. mengilustrasikan medan magnet induksi yang timbul pada bahan magnetik yang mana medan magnet induksi (H) masuk melalui kutub positif mengarah ke kutub negatif.

Gambar 2.1. Induksi magnetik pada bahan magnetik (Robinson, dkk, 1988).

Sementara itu medan magnetik yang terukur oleh magnetometer adalah medan magnet total, yang berupa gabungan antara medan magnetik utama dan medan magnetik induksi,

dimana, μ0 adalah permeabilitas ruang hampa (4π x 10

-7), µ adalah μ

0 (1+k) permeabilitas

magnetik relatif.

Persamaan diatas dapat juga dituliskan,

(14)

Persamaan di atas mengabaikan faktor medan magnet remanen dan medan luar Bumi. Sebagai ilustrasi, hubungan antara medan magnet utama, medan magnetik induksi dan medan magnetik total (yang terukur oleh magnetometer) dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Apabila, F=Famb+Find Sehingga, Find=F-Famb

Maka total anomali ∆F adalah pengurang medan magnet total (F) dengan medan magnet kerak bumi (Famb),

∆F =F-Famb

dimana, F adalah total medan magnet, Famb adalah medan magnet kerak pada lokasi tertentu, Find adalah induksi medan magnet.

Find adalah arahnya sama seperti Famb Find adalah menentang Famb

Gambar 2.2. Total anomali medan magnet dihasilkan dari body lokal magnet, (a). Famb

memiliki harga ribuan nT, (b). Sebuah body memiliki induksi magnet (Find) dengan harga ratusan nT sehingga total medan magnet adalah jumlah (Find) dan (Famb), (c). Profil anomali total ∆(F) dari pengurangan medan magnet total (F) oleh medan magnet kerak (Famb) (Butler, 1992).

2.2.5. Kemagnetan bumi

Medan magnet bumi secara sederhana dapat digambarkan sebagai medan magnet yang ditimbulkan oleh batang magnet raksasa yang terletak di dalam inti bumi, namun tidak berimpit dengan garis utara-selatan geografis Bumi. Sedangkan kuat medan magnet sebagian besar berasal dari dalam bumi sendiri (98%) atau medan magnet dalam (internal field), sedangkan sisanya (2%) ditimbulkan oleh induksi magnetik batuan di kerak bumi maupun dari luar angkasa. Medan magnet internal berasal dari inti bumi (inner core) dan kerak bumi (crustal earth). Beberapa alasan sehingga bumi memiliki medan magnetik, diantaranya;

(15)

2.

Proses konveksi mantel dengan inti luar bumi (bersifat kental).

3.

Inti dalam (padat) yang konduktif, kandungan yang kaya besi.

Pada Gambar 2.3 menjelaskan mengenai medan magnet dinyatakan sebagai besar dan arah (vektor), arahnya dinyatakan sebagai deklinasi (penyimpangan terhadap arah utara-selatan geografis) dan inklinasi (penyimpangan terhadap arah horisontal kutub utara magnet).

Gambar 2.3. (a). Deklinasi adalah besar sudut penyimpangan arah magnet terhadap arah utara-selatan geografis, (b). Inklinasi adalah besar sudut penyimpangan arah magnet terhadap arah horisontal (Reynold, 1995).

2.2.6. Kutub geomagnetik

Geomagnetical pole (kutub geomagnetik/kutub dipole) adalah persimpangan sudut kutub

geografis dari permukaan bumi dengan sumbu magnet batang hipotesis yang ditempatkan di pusat bumi dan diperkirakan sebagai bidang geomagnetik. Ada semacam kutub masing-masing di belahan bumi dan kutub disebut sebagai "kutub utara geomagnetik" dan "kutub selatan geomagnetik". Catatan : Bumi memiliki dua kutub yang sering dikenal sebagai “Geomagnetic Poles” yang merupakan kutub teoritis dimana sumbu magnet membentuk sudut 11,5o dengan sumbu rotasi bumi, yaitu pada,

a.

Kutub utara magnet terletak di Canadian Artic Island dengan lintang : 75,5º BT dan bujur : 100,4o BB.

b.

Kutub selatan magnet terletak di Coast of Antartica South of Tasmania dengan lintang : 66,5o LS dan bujur : 140o BT.

Pada Gambar 2.4 menjelaskan mengenai prinsip metode magnetik yang diilustrasikan menggunakan sebuah objek berbentuk kubus, lalu komponen-komponen yang digunakan pada prinsip metode magnetik yaitu berpatokan untuk sumbu x (utara geografis) dan sumbu y (timur geografis), kemudian ditentukan arah meridian magnetik (H) yang mana untuk mendapatkan nilai sudut yang dibentuk dari arah utara geografis ke arah utara magnetik yaitu dengan menghitung nilai deklinasi, lalu ditentukan arah total intensitas (F)

(16)

yang mana untuk mendapatkan nilai sudut yang dibentuk dari arah meridian magnetik (H) terhadap total intensitas yaitu dengan menghitung nilai inklinasi, dan sumbu z berperan sebagai arah kedalaman.

Gambar 2.4. Tujuh variabel magnetik : (F) adalah total intensitas, (H) adalah Horisontal

Intensitas, (X) adalah North Component, (Y) adalah East component, (Z) adalah Vertical Component, (I) adalah Inklinasi Geomagnetik, (D) adalah Deklinasi Geomagnetik (Reynold, 1995).

2.2.7. The international geomagnetic reference field (IGRF)

IGRF adalah nilai matematis standar dari medan magnet utama bumi

akibat rotasi dan jari–jari bumi. IGRF merupakan upaya gabungan antara pemodelan medan magnet dengan lembaga yang terlibat dalam pengumpulan dan penyebarluasan data medan magnet dari satelit, observatorium, dan survei di seluruh dunia yang setiap 5 tahun diperbaharui. Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :

1.

Medan magnet utama (main field)

Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih dari 106 km2

2.

Medan magnet luar (external field)

Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil ionisasi di atmosfir yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfir, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.

(17)

Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral bermagnet seperti magnetit (Fe7S5), titanomagnetite (Fe2TiO4) dan lain-lain yang berada di kerak bumi.

Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomaly magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25% medan magnet utama bumi (Telford, 1990), sehingga dalam pengukuran medan magnet berlaku:

HT = HM + HL + HA

dimana, HT adalah medan magnet total bumi, HA adalah medan magnet anomali, HM adalah medan magnet utama bumi, HL adalah medan magnet luar.

2.3. Suseptibilitas Batuan

Harga suseptibilitas (k) ini sangat penting di dalam pencarian benda anomali karena sifat ferromagnetik untuk setiap jenis mineral dan batuan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Nilai (k) pada batuan semakin besar jika dalam batuan tersebut semakin banyak dijumpai mineral-mineral bersifat magnetik. Berdasarkan nilai (k) dibagi menjadi kelompok-kelompok jenis material dan batuan penyusun litologi bumi, yaitu;

2.3.1. Diamagnetik

Dalam batuan diamagnetik atom–atom pembentuk batuan mempunyai kulit elektron berpasangan dan mempunyai putaran yang berlawanan dalam tiap pasangan. Jika mendapat medan magnet dari luar orbit, elektron tersebut akan berpresesi yang menghasilkan medan magnet lemah yang melawan medan magnet luar tadi. Mempunyai suseptibilitas (k) negatif dan kecil dan suseptibilitas (k) tidak tergantung dari pada medan magnet luar. Contoh:

bismuth, grafit, gipsum, marmer, kuarsa, garam (Tabel 2.1).

(18)

Mineral Diamagnetisme (x 10-5) Bismut -16.6 Karbon (Berlian) -2.1 Karbon (Grafit) -1.6 Tembaga -1.0 Timbal -1.8 Mercuri -2.9 Perak -2.6 Air -0.91 2.3.2. Paramagnetik

Di dalam paramagnetik terdapat kulit elektron terluar yang belum jenuh yakni ada elektron yang putarannya tidak berpasangan dan mengarah pada arah putaran yang sama. Jika terdapat medan magnetik luar, putaran tersebut berpresesi menghasilkan medan magnet yang mengarah searah dengan medan tersebut sehingga memperkuatnya. Akan tetapi momen magnetik yang terbentuk terorientasi acak oleh agitasi termal, oleh karena itu bahan tersebut dapat dikatakan mempunyai sifat:

 Suseptibilitas k positif dan sedikit lebih besar dari satu.  Suseptibilitas k bergantung pada temperatur.

Contoh: piroksen, olivin, garnet, biotit, amfibolit, dll (Tabel 2.2).

Tabel 2.2. Suseptibilitas mineral paramagnetisme Mineral Paramagnetisme (x10-5) Tungsten 6.8 Cesium 5.1 Aluminium 2.2 Lithium 1.4 Magnesium 1.2 Sodium 0.72 2.3.3. Ferromagnetik

Terdapat banyak kulit electron yang hanya diisi oleh suatu elektron sehingga mudah terinduksi oleh medan luar. Keadaan ini diperkuat lagi oleh adanya kelompok-kelompok bahan berputaran searah yang membentuk dipole-dipole magnet (domain) mempunyai arah sama, apalagi jika didalam medan magnet luar. Mempunyai sifat:

 Suseptibilitas k positif dan jauh lebih besar dari satu.  Suseptibilitas k bergantung dari temperatur.

Contoh: besi, nikel, kobal, terbium, dysprosium, dan neodymium. Ferromagnetik dibagi menjadi dua yaitu;

(19)

1. Antiferromagnetik

Pada bahan antiferromagnetik domain-domain tadi menghasilkan dipole magnetik yang saling berlawanan arah sehingga momen magnetik secara keseluruhan sangat kecil. Bahan antiferromagnetik yang mengalami cacat kristal akan mengalami medan magnet kecil dan suseptibilitasnya seperti pada bahan paramagnetik suseptibilitas k seperti paramagnetik, tetapi harganya naik sampai

dengan titik curie kemudian turun lagi menurut hukum curie-weiss. Contoh: hematit (Fe2O3).

2. Ferrimagnetik

Pada bahan ferrimagnetik domain-domain tadi juga saling antiparalel tetapi jumlah dipole pada masing-masing arah tidak sama sehingga masih mempunyai resultan magnetisasi cukup besar. Suseptibilitasnya tinggi (Tabel 3) dan tergantung temperatur. Contoh: magnetit (Fe3O4), ilmenit (FeTiO3), pirhotit (FeS), hematit (Fe2O3), ferrite (NiOFe2O3),

yttrium (Y3Fe5O12). Berdasarkan proses terjadinya maka ada dua macam magnet:

 Magnet induksi bergantung pada suseptibilitasnya menyebabkan anomali pada medan magnet bumi.

 Magnet permanen bergantung pada sejarah pembentukan batuan tadi (Jensen and MacKintosh, 1991).

Tabel 2.3. Suseptibilitas batuan dan mineral (Telford, 1990)

Jenis Suseptibilitas X10 3 (SI) Jarak Rata-rata Batuan Sedimen Dolomit 0 – 0,9 0,1 Batugamping 0 – 3 0,3 Batupasir 0 – 20 0,4 Serpih 0,01 – 15 1,6 Batuan Metamorf Amphibolite 0,7 Sekis 0,3 – 3 1,4 Filit 1,5 Gnes 0,1 – 25 Kuarsit 4 Serpentine 3 – 17 Sabak 0 – 35 6 Batuan Beku Granit 0 – 50 2,5 Riolit 0,2 – 35 Dolorit 1 – 35 17 Augite-syenite 30 – 40

(20)

Olivine-diabase 25 Diabase 1 – 160 55 Porfiri 0,3 – 200 60 Gabro 1 – 90 70 Basal 0,2 – 175 70 Diorit 0,6 – 120 85 Piroksenit 125 Peridotit 90 – 200 150 Andesit 160

Jenis Suseptibilitas X103 (SI) Mineral-mineral Jarak Rata-rata

Grapit 0,1 Kuarsa -0,01 Batu garam -0,01 Anhidrit gypsum -0,01 Kalsit -0,001 – -0,01 Batubara 0,02 Lempung 0,2 Kalkofirit 0,4 Siderit 1 – 4 Pirit 0,05 – 5 1,5 Limonit 2,5 Arsenopirit 3 Hematit 0,5 – 35 6,5 Kromit 3 – 110 7 Franklinit 430 Firhotit 1 – 0,006 1500 Ilmenit 300 – 3500 1800 Magnetit 1,2 – 0,00192 6000

2.4. Reduksi ke Kutub (Reduction To The Pole)

Reduksi ke kutub adalah salah satu filter pengolahan data magnetic untuk menghilangkan pengaruh sudut inklinasi magnetic. Filter tersebut diperlukan karena sifat dipole anomaly magnetic menyulitkan interpretasi data lapangan yang umumnya masih berpola asimetrik. Hasil dari reduksi ke kutub menunjukkan anomali magnetic menjadi satu kutub. Hal ini ditafsirkan posisi benda penyebab anomaly medan magnet berada dibawahnya (Indratmoko dkk, 2009). Berikut adalah persamaan untuk reduksi ke kutub berdasarkan Blakely tahun 1995 :

(21)

merupakan reduksi ke kutub, ΔTr adalah anomaly yang akan diukur pada

kutub magnet Utara, dimana induksi magnetisasi dan lapangan ambient keduanya akan diarahkan secara vertical ke bawah (Gambar ….).

Gambar 2.5. Anomali magnetik sebelum dan setelah reduksi ke kutub (Blackely, 1995).

Pada gambar 2.5. di atas memproyeksikan gambaran sebelum dan sesudah di reduksi ke kutub, pada gambar sebelah kiri yaitu sebelum direduksi ke kutub, anomaly dipengaruhi oleh dua acuan yang mengakibatkan penggambaran anomalinya berada pada tengah-tengah antara acuan satu yang ke atas dan acuan kedua yang kea rah bawah. Sedangkan pada gambar sebelah kanan adalah penggambaran anomaly yang sudah direduksi ke kutub dimana anomalinya hanya dipengaruhi oleh satu acuan sehingga dapat mempermudah dalam pemodelan.

2.5. Kontinuasi ke Atas (Upward Continuation)

Suatu proses pengubahan data medan potensial yang diukur pada suatu bidang permukaan, menjadi data yang seolah-olah diukur pada bidang permukaan lebih ke atas disebut kontinuasi ke atas. Metode ini juga merupakan salah satu metode yang sering digunakan karena dapat mengurangi efek dari sumber anomali dangkal, yang diilustrasikan pada Gambar 2.6.

(22)

Gambar 2.6. Ilustrasi kontinuasi ke atas (Telford, 1990)

Perhitungan harga medan potensial di setiap titik observasi pada bidang hasil kontinuasi (Z-) dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut (Telford, 1990):

Dimana, U(x, y, z0 - Δz) adalah harga medan potensial pada bidang kontinuasi

pengangkatan, Δz adalah jarak atau ketinggian pengangkatan, Z(x’, y’, z0) adalah harga

medan potensial pada bidang observasi sebenarnya . Dalam penerapan persamaan-persamaan yang masih dalam bentuk domain spasial sulit untuk diimplementasikan karena harus diketahui dengan pasti harga medan potensial disetiap titik pada bidang hasil pengangkatan.

Tabel 2.4. Koefisien kontinuasi ke atas (Telford, 1990)

i ri K(ri,1) K(ri,2) K(ri,3) K(ri,4) K(ri,5) 0 0 0.11193 0.04034 0.01961 0.01141 0.00742 1 1 0.32193 0.12988 0.06592 0.03908 0.02566 2 √2 0.06062 0.07588 0.05260 0.03566 0.02509 3 √5 0.15206 0.14559 0.10563 0.07450 0.04611 4 √8 0.05335 0.07651 0.07651 0.05841 0.07784 5 √13 0.06556 0.09902 0.10226 0.09173 0.11986 6 5 0.06650 0.11100 0.12921 0.12921 0.16159 7 √50 0.05635 0.10351 0.13635 0.15474 0.14106 8 √136 0.03855 0.07379 0.10322 0.12565 0.09897 9 √274 0.02273 0.04464 0.06500 0.08323 0.09897 10 25 0.03015 0.05998 0.08917 0.11744 0.14458

(23)

III. PROGRAM KEGIATAN

Program kegiatan yang dilaksanakan merupakan penjabaran dari ruang lingkup kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut :

3.1. Persiapan

Kegiatan persiapan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai prospek urat kuarsa yang mengandung logam. Kegiatan ini meliputi studi literature, yaitu mempelajari data dan informasi dari laporan-laporan teknik terkait dan hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya sebagai referensi dan sumber data sekunder untuk bahan kajian dan analisis. Penyediaan peralatan antara lain peta topografi, peta geologi, GPS, palu dan kompas geologi, pita ukur, kamera, peralatan proton magnetometer, alat tulis serta alat pendukung lainnya.

3.1.1. Studi literatur yang meliputi studi data sekunder mengenai geologi, stratigrafi, geomorfologi lokal dan regional wilayah penelitian, penentuan lokasi endapan mineral berdasarkan survey geologi dan tatacara pemakaian serta pengambilan data dengan alat Proton Magnetometer, pemrosesan data dan interpretasinya.

3.1.2. Penyediaan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan antara lain peta topografi, peta geologi, GPS, palu dan kompas geologi, pita ukur, kamera, peralatan proton magnetometer, alat tulis serta alat pendukung lainnya.

3.1.3. Persiapan administrasi

Untuk mengoptimalkan kegiatan yang akan dilaksanakan, maka administrasi pelaksanaan kegiatan harus tertata dengan baik

3.2. Survei Lapangan

Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi dan situasi medan (lapangan) yang akan diteliti serta menentukan lokasi urat kuarsa yang diperkirakan mengandung logam sehingga memudahkan dalam membuat peta lintasan (grid).

3.3. Penyelidikan Geologi

Penyelidikan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sebaran urat kuarsa (daerah mineralisasi emas) maupun batas-batas litologinya yang diperkirakan mengandung mineral logam termasuk pengamatan morfologi, struktur geologi dan stratigrafinya.

3.4. Pengukuran geomagnet

Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama yang digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat medan magnetik di lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah Proton Precission Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur nilai kuat medan magnetik total. Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam survei magnetik adalah

(24)

Global Positioning System (GPS). Peralatan ini digunaka untuk mengukur posisi titik pengukuran

yang meliputi bujur, lintang, ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal satelit karena sinyal satelit menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak terganggu oleh gunung, bukit, lembah dan jurang.

Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam survei magnetik, antara lain : 1. Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan magnet bumi.

2. Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik pengukuran pada saat survei magnetik di lokasi

3. Sarana transportasi

4. Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data

5. PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Magpick, dan MS Exel. .

Metode pengukuran yang digunakan adalah metode base rover yaitu suatu cara survei geomagnetic dengan memanfaatkan suatu titik ikat sebagai base ( titik yang tidak bergerak ) dan titik lain yang bergerak yang disebut rover . Pada metode ini salah satu alat diletakkan pada titik base yang berfungsi sebagai pengontrol sedangkan alat yang lain bergerak sesuai dengan lintasan yang telah ditentukan dan setiap titik dengan jarak yang telah ditentukan dilakukan pengukuran dan pembacaan pada alat. Konsep dari pengukuran ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.1. Konsep dasar pengukuran Base-Roover

Dalam peletakan kedudukan base tidak boleh sembarangan karena harus mencakup seluruh lintasan rover , jika hal ini tidak dilakukan maka data rover yang berada jauh atau diluar area base maka akan sulit diadakan kontrol data. Sebelum melakukan survey magnetik dengan cara ini maka perlu ditentukan lintasan, arah lintasan, dan spasi lintasan (lihat Gambar 3.2).

(25)
(26)

Gambar 3.3. Kegiatan pembuatan grid lintasan

Pengukuran data medan magnetik di lapangan dilakukan menggunakan peralatan PPM, yang merupakan portable magnetometer. Data yang dicatat selama proses pengukuran adalah hari, tanggal, waktu, kuat medan magnetic dan kondisi cuaca.

(27)

3.5. Pengolahan dan Interpretasi Data

Data hasil pengukuran di lapangan merupakan data medan magnet total yang masih dipengaruhi oleh IGRF dan medan magnet luar. Untuk mendapatkan anomali medan magnet, maka pengaruh-pengaruh tersebut dihilangkan terlebih dahulu dengan melakukan koreksi IGRF dan koreksi variasi harian. Koreksi variasi harian dilakukan dengan menambahkan atau mengurangkan besar data variasi harian. Jika variasi harian bernilai positif maka dilakukan operasi pengurangan, dan jika bernilai negatif maka dilakukan operasi penjumlahan. Dari hasil pengolahan data yang diperoleh, dibuat peta anomali medan magnet menggunakan program Surfer versi 10 yang menunjukkan hubungan antara posisi pengukuran dan nilai anomali medan magnet total. Pada peta anomali tersebut nantinya terdapat pasangan kontur dan anomali medan magnet yang terlihat masih dipengaruhi oleh pengaruh lokal. Untuk menghilangkan pengaruh local tersebut dilakukan reduksi ke kutub pada data anomali magnet total. Reduksi ke kutub ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Magpick dengan tujuan membuat respon anomali terlihat monopole, sehingga memudahkan penentuan lokasi benda anomaly. Secara umum, setelah diperoleh anomaly medan magnet total, maka masih perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut terhadap anomaly tersebut. Pengolahan lanjut biasanya dimulai dari pemisahan efek lokal – regional. Salah satu cara yang paling umum digunakan adalah kontinuasi ke atas (upward continuation). Sesudah itu proses lanjutan yang juga sering dilakukan adalah reduksi ke kutub (reduction to pole).

Interpretasi didasarkan pada pola kontur anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi. Selanjutnya pola anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetic, yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang sebenarnya.

3.6. Pelaporan dan pembuatan karya tulis

Pembuatan laporan dan karya tulis ilmiah merupakan tahapan akhir dari kegiatan ini, yang berisikan tahapan pelaksanaan kegiatan serta hasil penelitian yang telah dilakukan.

(28)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Pengambilan Data

Penelitian dilakukan di daerah Cimapag, Kecamatan Sukanegara, Kabupaten Cianjur dari tanggal 09 Maret 2015 sampai dengan tanggal 18 Maret 2015 . Secara geografis, daerah ini terletak antara koordinat 107° 05' 05,4"BT dan 7° 08' 14,6"LS. Luas daerah penelitian berukuran 200 m x 250 m dengan jumlah titik pengukuran yang diperoleh yaitu 320 titik serta spasi antar titik sebesar 10 meter.

4.2. Peralatan dan Bahan

Peralatan dan bahan yang diperlukan antara lain: Proton Precession Magnetometer (PPM) model GSM-19T produk GEM System dengan sensitivitas 0,05 nT, peta geologi, peta topografi, perangkat lunak Surfer ver.10, Magpick, Global Positioning System (GPS), laptop, kamera, dan sebagainya.

Gambar 4.1. Peralatan Magnetometer GSM-19T

4.3. Metode Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan secara grid dengan dimensi 200 m x 250 m sehingga diharapkan sebaran data yang didapat akan mewakili keadaan sebenarnya dilapangan. Teknis pengambilan data dibagi menjadi dua bagian, dimana satu set alat geomagnet ditinggal pada base station untuk pengambilan data variasi harian sedangkan satu set geomagnet yang lain dibawa untuk mengambil data anomaly magnet local . Base station berfungsi sebagai pengamatan medan magnet disatu tempat secara

(29)

berkesinambungan dengan cara menempatkan alat magnetometer di suatu tempat yang relatif rendah dari gangguan dan tidak berpindah-pindah dengan setingan pembacaan waktu tertentu. Di bawah ini merupakan contoh kurva dari pembacaan di base station:

Gambar 4.2. Kurva pembacaan alat magnetometer

Dari hasil pengukuran akan didapatkan dua jenis data yaitu H Obs dan H VH, dimana H Obs adalah hasil

pengukuran medan magnet total bumi dan H VH hasil pengukuran medan magnet luar (variasi harian).

4.4. Metode Pengolahan Data

Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi variasi harian, IGRF dan koreksi alat.

Target dari pengukuran adalah untuk mendapatkan anomaly medan magnetic yang berhubungan dengan kerentanan magnet batuan (k). Beberapa pendekatan yang perlu dilakukan adalah dengan menghilangkan pengaruh medan luar (koreksi variasi harian) dan pengaruh medan magnet utama bumi (koreksi IGRF). Persamaan matematisnya adalah sebagai berikut :

ΔH = H Obs ± H VH – H IGRF

Dimana :

ΔH = medan magnet terukur (medan magnet total bumi) H Obs = medan anomaly magnetic batuan

H VH = medan magnet luar (pengaruh variasi harian)

H IGRF = medan magnet utama bumi

4.4.1. Koreksi Variasi Harian

Koreksi ini dimaksudkan untuk mendapatkan anomaly magnetic yang tidak dipengaruhi efek medan luar (aktifitas matahari). Aktifitas sinar matahari pada siang hari menyebabkan terionisasinya electron-elektron yang ada di atmosfir sehingga akan timbul medan magnet sekunder yang terdeteksi oleh sensor alat saat dilakukan survey magnetic.

(30)

Koreksi variasi harian dilakukan dengan mengurangkan data pengukuran medan magnet dilapangan dengan pengukuran medan magnet di titik ikat yang diukur secara berkala. Harga pembacaan medan magnet pada titik ikat diinterpolasi agar sesuai dengan waktu pembacaan medan magnet di lapangan. Konstanta harga variasi harian ditentukan dengan cara mengambil harga rata-rata dari keseluruhan harga pembacaan di titik ikat.

ΔH = Htotal ± ΔHharian 4.4.2. Koreksi IGRF

Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF.

Koreksi IGRF dilakukan dengan cara mengurangkan data nilai medan magnet utama bumi di daerah penelitian yang didapat melalui pendekatan matematis dari intensitas medan magnet utama bumi atau IGRF (International Geomagnetic Refference Field) terhadap medan magnet bumi total di titik pengamatan.

ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0

Dimana H0 = IGRF

4.4.3. Koreksi Alat

Koreksi ini dilakukan karena berasumsi pembacaan dua buah alat Proton Precetion Magnetometer pada suatu titik pengamatan yang sama dengan waktu bersamaan adalah sama. Koreksi alat ini dilakukan dengan mengurangkan harga pembacaan pada alat yang disimpan pada titik ikat dengan alat yang digunakan dilapangan.

4.5. Peta Kontur Anomali Medan Magnet

Peta Anomali Magnetik dibuat dengan menggunakan software Surfer versi 10 sedangkan untuk perhitungannya dengan menggunakan software Microsoft Excel 2010, hasilnya bisa dilihat pada Gambar 5.4. Dari nilai anomaly H Obs kemudian dikoreksi menggunakan koreksi-koreksi yang telah

diberikan sebelumnya (koreksi IGRF dan koreksi variasi harian) sehingga didapatkan harga ΔH sebagai anomaly magnetic terkoreksi. Dari data ΔH ini kemudian dibuat peta anomaly magnetic terkoreksi dengan menggunakan software Surfer versi 10 .

Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh, dibuat peta anomali medan magnet menggunakan program Surfer version 10 yang menunjukkan hubungan antara posisi pengukuran dan nilai anomali

(31)

medan magnet total. Pada peta anomali tersebut nantinya terdapat pasangan kontur dan anomali medan magnet yang terlihat masih dipengaruhi oleh pengaruh lokal.

4.5.1. Kontinuasi ke Atas

Kontinuasi ke atas dilakukan dengan mengolah data medan magnet total menggunakan perangkat lunak Magpick. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan pengaruh lokal yang berasal dari sumber-sumber di permukaan dan memperjelas pengaruh anomali regional. Semakin tinggi kontinuasi data, informasi lokal semakin hilang dan informasi regional semakin jelas.

4.5.2. Reduksi ke kutub

Reduksi ke kutub dilakukan pada data anomali magnet total. reduksi ke kutub ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Magpick dengan tujuan membuat respon anomali terlihat monopole, sehingga memudahkan penentuan lokasi benda anomaly.

4.6. Interpretasi

Interpretasi didasarkan pada pola kontur anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi. Selanjutnya pola anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetic, yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang sebenarnya.

(32)
(33)

LAMPIRAN B

OPERASIONAL ALAT PROTON MAGNETOMETER

INSTRUKSI BEROPERASI

1. Power ON ( Menghidupkan Alat )

1.1. Tekan tombol “ B ” pada Keyboard untuk Menghidupkan GSM - 19 . 1.2. Tunggu dengan selang waktu 2 detik Dan Akan Muncul Display sbb :

Menu diatas dapat dilihat kembali ketika alat beroperasi dengan menekan C-info dan 3-info 1.3. Untuk Mematikan Alat Tekan O dan F

1.4. Untuk Memasuki Ke layar Menu Utama Tekan 1 dan C , maka akan muncul display

• Pilih “A” untuk Melihat Menu Survei

• Pilih “B” Jika akan Melihat atau edit Koreksi Harian (Diurnal) • Pilih “C” Untuk Melihat Informasi Pada Menu

• Pilih “D” Untuk Test

• Pilih “E” untuk Mensinkronkan Waktu / setting Waktu • Pilih “1” untuk Mentransfer Data

• Pilih “F” Untuk Masuk ke menu pengaturan GPS • Pilih “45” untuk Menghapus data yang terekam • Pilih “2” untuk text mode

(34)

2. Tekan Tombol “C” untuk memilih jenis survei, maka akan Muncul Tampilan ;

• Jika Pilih “A” untuk melakukan survei jalan ( rover ) • Jika Pilih “B” untuk melakukan survei Base station • Jika Pilih “C” untuk melakukan survei gradiometers

2.1. Sebelum Melakukan Tahapan selanjutnya samakan dahulu waktu , File nama ,dll .dengan menekan tombol “F”pada tampilan Menu Survei utama sbb ;

• Pilih “C” change untuk mensetting waktu, maka akan muncul Tampilan ;

Sekarang masukan tanggal dan waktu. Jika ada kesalahan ketikan, tekan C .  w - hari kerja, ( 1 Hari Senin, 7 Minggu )

 tahun - yy  bulan - mm  hari - dd

 jam - hh pada 24h sistem  menit - mm

 detik - ss

Ketika semua digit dimasuki unit menayangkan layar berikut:

Tekan Tombol “F” untuk memulai waktu

2.2 Setelah Tampilan layar Kembali ke menu utama pilih Menu File dengan Menekan “F” untuk menggesser kursor seperti tampilan sbb ;

(35)

• Tekan “C” bila akam Mengganti nama file Survey

2.3 Pilih Cycle time dengan menggeser kursor “F”, maka muncul Tampilan ;

C - dan

D. + perbolehkan kamu untuk pengurangan atau kenaikan Waktu siklus

Ada empat group mode survei dengan pembatas berbeda di waktu siklus:

2.4 Setelah selesai menentukan Cycle time pilih menu selanjutnya “tunning”

Tekan C –untuk mengubah semua tiga parameter sebagai berikut:

1. Menyetel initialize. 2. Nada otomatis.

3. Menyetel angka di  T. ( Harga Range Magnetik min/max)

(36)

Tekan “F”-ok jika selesai memilih jenis parameter tunning.

2.5 Pilih AC filter , tekan “C” jika akan merubah periode frekuensi pengambilan data/periode. 2.6 Pilih Display Mode Jika akan mengatur tampilan di layar ketika melakukan pengukuran

3. PENGUKURAN BASE STATION

• Pilih menu Survey mode Tekang Tombol “C” maka akan Tampil di layar ;

• Tekan Tombol “B” untuk pilihan Pengukuran Base station, maka tampilan akan ;

• Tekan Tomnol A-start untuk memulai langkah awal ProsesBase station ; • Tekan/Pilih E –new – mode , untuk memilih tipe pengukuran Base statation, ;

• Jika setelah memilih jenis Survey maka di layar akan Tampil.;

• Pilih/Tekan A-start untuk memulai pengukuran Base Station • Pilih / Tekan 1C untuk menhentikan pengukuran / stop pengukuran

(37)
(38)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penyelidikan

5.1.1. Morfologi

Morfologi daerah penelitian secara umum merupakan perbukitan sedang sampai curam dengan elevasi antara 1100 hingga 1300 meter diatas permukaan laut, yang dibatasi oleh suatu perbukitan yang merupakan Gunung Pondok Jawa (di bagian utara) yang disusun oleh batuan terobosan berupa andesit piroksen yang mengintrusi andesit piroksen Formasi Beser Anggota Cikondang. Sungai Cimapag membujur dari Utara daerah penelitian ke arah Selatan. Topografi yang semula agak curam di bagian Utara daerah penelitian berubah menjadi agak landai ke arah Selatan. Bukit-bukit terjal di daerah ini sangat tahan terhadap proses pelapukan, karena umumnya tersusun oleh breksi andesit dan breksi tuf. Di daerah ini dijumpai lahan bekas penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Gunung Gadung merupakan perbukitan kecil dengan puncak tertinggi ± 700 m di atas permukaan laut, sedangkan dasar bukitnya berada pada ± 650 m di atas permukaan laut, dengan kemiringan lereng antara 20o – 30o. Perbukitan tersebut ditumbuhi semak-semak yang terdiri dari pohon perdu dan alang-alang. Disekitar perbukitan terdapat daerah pesawahan, tegalan dan sejumlah perkampungan penduduk.

Gambar 5.1. Morfologi daerah penelitian

5.1.2. Litologi

Batuan penyusun di daerah penelitian sebagian besar adalah batuan gunungapi (volcanic rocks) berupa breksi tuf dengan komponen batuan beku andesitis dan matriks berupa tuf, breksi vulkanik andesitis berwarna abu-abu tua mengandung oksida besi (iron oxide), setempat telah mengalami alterasi (lihat Gambar 5.2). Sedangkan lainnya berupa endapan-endapan piroklastik dan intrusi batuan beku yang berada di luar lokasi penelitian.

• Breksi tuf berwarna lapuk coklat keabuan, berwarna segar coklat keputihan dengan komponen batuan beku andesitis berukuran cobble hingga boulder, matriks berupa tuf sedang hingga kasar berwarna segar abu-abu keputihan, kandungan semen berupa silika. Terdapat retas-retas berukuran

(39)

< 1 cm yang sudah terisi dengan baik oleh mineral silika tanpa pemineralan. Tersingkap baik disekitar pesawahan dekat Dusun Cimapag Tengah. Menurut kesebandingan peta geologi regional, umur dari satuan breksi tuf ini diperkirakan Miosen Akhir. Satuan breksi tuf ini termasuk ke dalam bagian Formasi Beser yang berumur Miosen Akhir.

• Breksi vulkanik andesitis berwarna lapuk coklat kemerahan, berwarna segar kemerahan dengan komponen batuan beku bersifat andesitis berukuran boulder, secara megaskopis komponen terlihat dominan. Matriks berupa tuf halus hingga sedang berwarna segar coklat keabuan, semen berupa oksida besi dengan kadar kandungan oksida besi tinggi. Singkapan dapat dijumpai di sekitar tebing dekat Sungai Cimapag.

• Batuan intrusif terdiri dari granodiorit dan andesit. Granodiorit memiliki ciri fisik putih, dengan bintik-bintik merah, berbutir kasar (faneritik), mineral penyusun plagioklas, ortoklas, feldspardan biotit.

• Endapan batu andesit di daerah ini merupakan bagian dari pegunungan Batujajar yang memanjang dari Babakan Cikuya sampai akhir Pasir Kuda. Jauh ke sebelah utara terdapat deretan pegunungan diantaranya Gunung Lagadar, sebelah Selatannya terdapat Gunung Selacau.

Gambar 5.2. Litologi batuan daerah penelitian

5.1.3. Mineralisasi

Mineralisasi di kawasan penelitian ditandai oleh penerobosan urat kuarsa pada lava andesit dan tufa, ubahan propilit – argillik dan silisik pada batuan tersebut. Urat kuarsa tebal ± 1 meter menerobos batuan andesit dan tufa terubah, arah urat kuarsa N.350 E/80° warna putin – putih kusan, struktur masif - laminasi, mangan hadir terbatas (warna hitam). Alterasi pada lokasi ini berupa silisifikasi, abu-abu kehitaman, kecoklatan, setempat muncul bintik-bintik clay.

(40)

5.2. Hasil Pengukuran dan Interpretasi

Pemilihan lokasi pengukuran geomagnet didasarkan adanya singkapan-singkapan urat kuarsa (mengandung mineral pirit, kalkopirit dan mangan) pada breksi tuf yang tersebar di daerah ini. Pengukuran dilakukan dari tanggal 09 sampai dengan 18 Maret 2015 di daerah Cimapag, Kecamatan Sukanegara Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Daerah ini terletak antara koordinat 107° 05' 05,4"BT dan 7° 08' 14,6"LS dengan luas area penelitian 200 meter x 250 meter. Jumlah titik pengukuran yang diperoleh yaitu 320 titik dengan spasi antar titik sebesar 10 meter. Pengukuran intensitas medan magnet total dilakukan menggunakan peralatan PPM (Proton Precession Magnetometer) yang dilengkapi dengan alat perekam intensitas medan magnet total. PPM ini juga dilengkapi dengan sensor noise yang akan berbunyi jika terdapat banyak gangguan di sekitar lokasi pengukuran, seperti pengukuran dekat pagar kawat, jaringan listrik, rumah, dan mobil. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan dua buah PPM (lihat Gambar 5.3).

(41)

(42)

Satu unit PPM dioperasikan di base camp, secara otomatis akan merekam data medan magnet total dengan selang waktu dua menit. Tujuan perekaman data dengan selang dua menit ini adalah untuk mendapatkan data variasi harian. Satu unit PPM yang dioperasikan di lapangan akan merekam intensitas medan magnet total. Distribusi hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1. Distribusi hasil pengukuran Proton Magnetometer

/Gem Systems GSM-19T 2045224 v7.0 1 XI 2011 M t-e2l.v7o /ID 1 file 02lgun .m 11 III15

/X Y elevation nT sq cor-nT sat time picket-x picket-y line 000000 0731328.09 9224516.01 000970 45100.46 99 000000.00 09 S 031932.0 00001E 0000001 E 0731327.73 9224516.72 000968 45100.59 99 000000.00 09 S 032222.0 00002E 0000002 E 0731347.33 9224514.82 000962 45104.94 99 000000.00 08 S 032432.0 00003E 0000003 E 0731366.16 9224514.58 000960 45081.59 99 000000.00 07 S 032712.0 00004E 0000004 E 0731390.11 9224515.52 000962 45143.84 99 000000.00 06 S 032952.0 00005E 0000005 E 0731411.00 9224530.80 000975 45153.29 99 000000.00 06 S 033802.0 00006E 0000006 E 0731390.16 9224533.01 000973 45135.59 99 000000.00 08 S 034212.0 00007E 0000007 E 0731370.82 9224534.58 000967 45090.53 99 000000.00 09 S 034522.0 00008E 0000008 E 0731406.21 9224551.66 000978 45148.93 99 000000.00 09 S 034852.0 00009E 0000009 E 0731429.29 9224570.04 000983 45111.39 99 000000.00 08 S 035132.0 00010E 0000010 E

Data medan magnetik total yang didapat dari pengukuran di lapangan merupakan data yang masih mentah (masih tercampur dengan medan magnetik utama bumi dan efek magnetik harian). Untuk memperoleh data anomali medan magnetik total yang menjadi target penelitian, maka perlu dilakukan koreksi yang terdiri atas koreksi harian dan koreksi IGRF (International Geomagnetic Reference Field). Koreksi harian bertujuan untuk mereduksi efek magnetik harian, sedangkan koreksi IGRF untuk menghilangkan efek medan magnetik utama bumi. Data anomali magnetik total yang diperoleh setelah dilakukan koreksi-koreksi (dapat dilihat pada Tabel 5.2.) selanjutnya dikonturkan menggunakan Program Surfer 10, seperti ditunjukkan pada Gambar 5.4

(43)

Tabel 5.2. Data hasil koreksi variasi harian dan IGRF

Stasion X Y Z Field Diurn TMI (nT)

L 1-1 731184.30 9224603.33 871.10 44923.02 20.51 44902.51 L 1-2 731206.07 9224604.41 879.08 44919.96 18.98 44900.98 L 1-3 731226.74 9224603.87 886.82 44918.18 18.09 44900.09 L 1-4 731248.51 9224604.96 896.11 44913.86 15.93 44897.93 L 1-5 731271.90 9224606.49 906.47 44912.44 15.22 44897.22 L 1-6 731293.67 9224607.58 914.91 44912.94 15.47 44897.47 L 1-7 731314.35 9224607.03 922.82 44914.96 16.48 44898.48 L 1-8 731336.11 9224608.12 930.75 44919.56 18.78 44900.78 L 1-9 731355.81 9224608.60 938.53 44925.36 21.68 44903.68 L 1-10 731377.58 9224609.68 947.05 44930.82 24.41 44906.41 …….… ……….. ………. ………. ………. ………. …………

(44)

Gambar 5.4. menampilkan peta anomali magnetik total hasil pengolahan data awal. Secara kualitatif peta anomali magnetik memberikan gambaran bahwa pada daerah penyelidikan terdapat variasi sifat kemagnetan batuan bawah-permukaan secara lateral. Warna kontur menunjukkan besaran relatif antara nilai minimum (warna biru) dan nilai maksimum (warna merah). Anomali magnetik di daerah survei berada disebelah barat bagian selatan, mempunyai pola sebaran berarah Utara -Selatan.

Untuk menghilangkan pengaruh lokal yang berasal dari sumber-sumber di permukaan, dan memperjelas pengaruh anomali regional pada peta anomaly magnetic total maka dilakukan proses kontinuasi ke atas menggunakan software Magpick . Tingkat proses kontinuasi dilakukan menurut target yang diinginkan yaitu bergantung pada kedalaman target itu sendiri. Proses kontinuasi dengan uji

trial and error dilakukan dengan melihat kecenderungan pola kontur hasil kontinuasi pada ketinggian

tertentu di atas sferoida referensi. Kontinuasi ke atas yang digunakan adalah pada ketinggian 100 m di atas steroida referensi, dengan asumsi bahwa pada ketinggian ini anomali lokal sudah dapat dihilangkan dan sudah mencakup area pengukuran. Hasil proses kontinuasi ke atas dapat dilihat pada Gambar 5.5 berikut ini.

(45)

Pada gambar 5.5. memperlihatkan bahwa batuan yang memiliki sifat kemagnetan lebih tinggi (jika dibandingkan dengan batuan sekitarnya) menghasilkan anomali rendah (warna biru). Hasil reduksi ekuator semakin memperjelas pola anomali magnetik di daerah penyelidikan berada di sebelah Barat bagian Selatan dengan pola sebaran Utara-Selatan.

Setelah dilakukan proses kontinuasi kemudian dilakukan proses reduksi ke kutub dengan tujuan untuk mempermudah dalam proses interpretasi. Reduksi ke kutub digunakan untuk melokalisasi daerah dengan anomali maksimum atau minimum tepat berada di atas tubuh benda penyebab anomali yaitu dengan cara mentransformasi kenampakan dipole menjadi kenampakan monopole dimana posisi benda anomali menjadi tepat di bawah klosur utama. Data yang direduksi ke kutub yaitu data anomali regional yang telah dikontinuasi ke atas pada ketinggian 100 meter. Reduksi ke kutub dilakukan dengan cara membawa posisi benda ke kutub utara. Proses ini akan mengubah parameter medan magnet bumi pada daerah penelitian yang memiliki deklinasi 0.9333330 dan inklinasi. -33.966670 menjadi kondisi di kutub yang memiliki deklinasi 00 dan inklinasi 900. Hasil proses reduksi ke kutub dapat dilihat pada Gambar 5. 6. berikut ini.

(46)

Secara umum hasil reduksi ke kutub menunjukkan pola anomali yang berkebalikan dari pola anomali hasil kontinuasi ke atas, dengan kata lain batuan yang memiliki sifat kemagnetan lebih tinggi (jika dibandingkan dengan batuan sekitarnya) menghasilkan anomali tinggi (warna merah) seperti ditunjukkan pada Gambar 5.6. Dari hasil anomali magnetik reduksi ke kutub dapat terlihat jelas pengelompokan batuan yang memiliki sifat kemagnetan tinggi (warna merah/pink) di daerah penyelidikan dengan penyebaran meluas di sebelah Selatan dan Utara area survey dengan pola Barat-Timur .

Dari anomali magnetik tinggi yang ada pada gambar 5.6, dengan mempertimbangkan kondisi sebaran pada gambar 5.4 dan gambar 5.5, maka dapat didelineasi bahwa zona anomali magnetik tinggi dapat dianggap sebagai anomali utama atau anomali primer (warna merah dengan nilai suseptibilitas 44921 nT – 44930 nT) sedangkan anomali magnetik tinggi lainnya dapat dianggap sebagai anomali sekunder (warna pink dengan nilai suseptibilitas 44931 nT – 44935 nT) , hal ini berguna untuk mengetahui batasan (liniasi) sebaran batuan prospek untuk dieksplorasi lebih lanjut dengan metode geofisika lainnya seperti geolistrik (dipole-dipole) dan Induced Polarization, untuk mengetahui sebaran vertikal dan horizontal cebakan mineralisasi bijih.

(47)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan.

Dari hasil penyelidikan dan pengukuran menggunakan Proton Magnetometer di daerah Cimapag, Kabupaten Cianjur, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

1. Morfologi daerah penelitian berupa perbukitan yang terjal, tersusun oleh batuan gunungapi (volcanic

rocks) berupa breksi tuf dengan komponen batuan beku andesitis dan matriks berupa tuf, breksi

vulkanik sehingga sangat tahan terhadap proses pelapukan.

2. Adanya urat kuarsa (mengandung mineral pirit, kalkopirit dan mangan) pada breksi tuf yang tersebar di daerah menjadi dasar pemilihan lokasi pengukuran geomagnet.

3. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa zona batuan yang memiliki sifat kemagnetan tinggi (anomali primer ) ditunjukkan dengan warna merah pada Gambar 5.6 dengan nilai suseptibilitas 44921 nT – 44930 nT sedangkan batuan dengan sifat kemagnetan tinggi lainnya (anomali sekunder ) ditunjukkan dengan warna pink pada Gambar 5.6 dengan nilai suseptibilitas 44931 nT – 44935 nT dengan pola penyebaran meluas di bagian Selatan dan Utara daerah penelitian.

6.2. Saran.

Untuk memperbaiki hasil yang telah didapatkan, maka disarankan beberapa hal, antara lain:

1. Dilakukan analisis dengan beberapa metode lainnya, misalkan SVD (Second Vertical Derivative), FHD (First Horizontal Derivative), yang umumnya digunakan untuk memperjelas keberadaan anomaly medan magnet.

2. Software Magpick merupakan software yang cukup komprehensif dan lengkap untuk melakukan analisis data magnetik. Untuk itu direkomendasikan penggunaan software ini untuk analisis data magnetik pada kasus-kasus yang lain.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

A. Zainudin, R.J. Tamba, dan M. R. Sule, Eksplorasi Bijih Besi (iron ore) dengan Metoda Magnetik,

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II. Universitas Lampung. 17 November 2008.

Blakely, R.J. , Potential theory in applied geophysics, Chambridge University Press, 1995.

Budi, E.N., Penelitian audiomagnetikotelurik (AMT) di Gunungapi Merapi, Skripsi S-1, Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Gadjah Mada, Indonesia, 1991.

DSDM, Subdit Geofisika Eksplorasi, Pengamatan Geologi Sepintas Di Daerah Tambang Emas Cikondang, Cianjur, Jawa Barat, 1981.

Kahfi, R.A. dan Yulianto, T, Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut, Jawa Barat, Jurnal Berkala Fisika, Vol. 11, No. 4, hal 127, 2008.

Talwani, M., Worzel, J.L., and Landisman, M., Geophysics, vol.64, page. 49-59, 1965.

Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E. dan Keys, D.A., Applied geophysics, Chambridge University Press, 1990.

Van Bemmelen, R.W., The geologi of Indonesia, v.IA, General Geologi, Government publisher, The Hague, 1949.

(49)

LAMPIRAN A

DATA MEDAN MAGNET HASIL KOREKSI VARIASI HARIAN, IGRF DAN KOREKSI ALAT

Stasion X Y Z Field Diurn TMI (nT)

L 1-1 731184.30 9224603.33 871.10 44923.02 20.51 44902.51 L 1-2 731206.07 9224604.41 879.08 44919.96 18.98 44900.98 L 1-3 731226.74 9224603.87 886.82 44918.18 18.09 44900.09 L 1-4 731248.51 9224604.96 896.11 44913.86 15.93 44897.93 L 1-5 731271.90 9224606.49 906.47 44912.44 15.22 44897.22 L 1-6 731293.67 9224607.58 914.91 44912.94 15.47 44897.47 L 1-7 731314.35 9224607.03 922.82 44914.96 16.48 44898.48 L 1-8 731336.11 9224608.12 930.75 44919.56 18.78 44900.78 L 1-9 731355.81 9224608.60 938.53 44925.36 21.68 44903.68 L 1-10 731377.58 9224609.68 947.05 44930.82 24.41 44906.41 L 1-11 731398.25 9224609.14 954.43 44935.68 26.84 44908.84 L 1-12 731420.02 9224610.23 960.87 44941.82 29.91 44911.91 L 1-13 731436.55 9224609.12 966.78 44945.48 31.74 44913.74 L 1-14 731458.32 9224610.21 973.78 44948.88 33.44 44915.44 L 1-15 731478.99 9224609.67 979.33 44950.46 34.23 44916.23 L 1-16 731500.76 9224610.75 985.57 44948.14 33.07 44915.07 L 1-17 731519.40 9224610.71 990.53 44948.20 33.10 44915.10 L 1-18 731541.17 9224611.79 996.83 44950.46 34.23 44916.23 L 1-19 731565.37 9224611.46 1002.45 44951.66 34.83 44916.83 L 2-1 731183.82 9224585.27 872.61 44929.86 23.93 44905.93 L 2-2 731205.59 9224586.36 881.00 44925.40 21.70 44903.70

(50)

L 2-3 731224.63 9224588.53 888.26 44921.90 19.95 44901.95 L 2-4 731246.40 9224589.62 897.25 44917.68 17.84 44899.84 L 2-5 731267.08 9224589.07 906.16 44916.70 17.35 44899.35 L 2-6 731288.84 9224590.16 914.79 44916.86 17.43 44899.43 L 2-7 731307.79 9224589.09 922.13 44918.60 18.30 44900.30 L 2-8 731329.55 9224590.18 930.03 44921.64 19.82 44901.82 L 2-9 731350.23 9224589.63 937.74 44927.96 22.98 44904.98 L 2-10 731372.00 9224590.72 945.72 44932.98 25.49 44907.49 L 2-11 731391.70 9224589.09 952.68 44937.12 27.56 44909.56 L 2-12 731413.46 9224590.18 959.62 44941.24 29.62 44911.62 L 2-13 731434.14 9224589.63 966.15 44944.98 31.49 44913.49 L 2-14 731455.90 9224590.72 972.77 44947.34 32.67 44914.67 L 2-15 731476.13 9224589.62 978.33 44947.32 32.66 44914.66 L 2-16 731497.90 9224590.71 983.94 44945.82 31.91 44913.91 L 2-17 731518.57 9224590.16 989.08 44944.02 31.01 44913.01 L 2-18 731540.34 9224591.25 994.34 44943.96 30.98 44912.98 L 2-19 731565.37 9224591.02 1000.14 44942.90 30.45 44912.45 L 3-1 731180.15 9224570.24 872.68 44937.42 27.71 44909.71 L 3-2 731199.19 9224572.42 880.06 44932.36 25.18 44907.18 L 3-3 731220.96 9224573.50 888.83 44927.04 22.52 44904.52 L 3-4 731241.63 9224572.96 897.50 44923.44 20.72 44902.72 L 3-5 731263.40 9224574.05 906.35 44920.94 19.47 44901.47 L 3-6 731283.98 9224575.32 914.38 44920.54 19.27 44901.27 L 3-7 731298.26 9224572.78 920.09 44923.26 20.63 44902.63 L 3-8 731314.97 9224571.87 926.39 44926.26 22.13 44904.13 L 3-9 731334.11 9224571.87 933.29 44929.96 23.98 44905.98 L 3-10 731354.17 9224571.57 940.38 44934.98 26.49 44908.49

(51)

L 3-11 731374.00 9224571.00 947.24 44939.80 28.90 44910.90 L 3-12 731394.00 9224572.00 953.86 44941.70 29.85 44911.85 L 3-13 731413.00 9224570.00 959.92 44943.60 30.80 44912.80 L 3-14 731431.00 9224572.00 965.40 44944.48 31.24 44913.24 L 3-15 731450.50 9224571.87 971.20 44944.66 31.33 44913.33 L 3-16 731465.39 9224571.87 975.42 44943.32 30.66 44912.66 L 3-17 731482.46 9224571.17 979.91 44941.62 29.81 44911.81 L 3-18 731504.23 9224572.25 985.02 44939.82 28.91 44910.91 L 3-19 731524.90 9224571.71 989.74 44939.82 28.91 44910.91 L 3-20 731546.67 9224572.80 994.74 44939.92 28.96 44910.96 L 3-21 731569.03 9224572.05 1000.08 44937.52 27.76 44909.76 BASE 731329.00 9224528.00 934.60 44968.66 43.33 44925.33 L 4-1 731170.90 9224550.67 870.96 44948.78 33.39 44915.39 L 4-2 731193.75 9224553.39 879.88 44942.42 30.21 44912.21 L 4-3 731215.51 9224554.48 888.96 44937.74 27.87 44909.87 L 4-4 731236.19 9224553.93 897.78 44934.98 26.49 44908.49 L 4-5 731257.96 9224555.02 906.45 44932.88 25.44 44907.44 L 4-6 731276.05 9224557.60 913.10 44931.78 24.89 44906.89 L 4-7 731291.57 9224556.37 919.03 44934.60 26.30 44908.30 L 4-8 731308.28 9224553.63 925.42 44938.74 28.37 44910.37 L 4-9 731331.38 9224553.33 933.75 44941.78 29.89 44911.89 L 4-10 731352.00 9224553.00 940.72 44944.48 31.24 44913.24 L 4-11 731375.00 9224553.00 948.19 44947.74 32.87 44914.87 L 4-12 731389.00 9224553.00 952.66 44947.24 32.62 44914.62 L 4-13 731407.00 9224552.00 958.29 44946.12 32.06 44914.06 L 4-14 731427.71 9224551.50 964.56 44943.22 30.61 44912.61 L 4-15 731447.76 9224552.42 970.37 44940.32 29.16 44911.16

Gambar

Gambar 1. 1.  Peta lokasi penelitian Lokasi  Penelitian
Gambar 2.1. Induksi magnetik pada bahan magnetik (Robinson, dkk, 1988).
Gambar 2.4. Tujuh variabel magnetik : (F) adalah total intensitas, (H) adalah Horisontal  Intensitas, (X) adalah North Component, (Y) adalah East component, (Z)  adalah  Vertical Component, (I) adalah Inklinasi Geomagnetik, (D) adalah  Deklinasi Geomagneti
Tabel 2.2. Suseptibilitas mineral paramagnetisme  Mineral  Paramagnetisme (x10 -5 )  Tungsten  6.8  Cesium  5.1  Aluminium  2.2  Lithium  1.4  Magnesium  1.2  Sodium  0.72  2.3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan terdapat korelasi positif antara asupan energi mahasiswa fakultas kedokteran terhadap massa lemak tubuh dan lingkar

Pada pukul 19.12 WITa mulai dilakukan pengambilan sampel plankton yang dilanjutkan dengan CTD- casting dan water sampling hingga kedalaman 1000 m. Usai melakukan pengukuran,

Video profil kota bekasi yang dibuat dengan tujuan untuk mengenalkan Kota Bekasi ini, dari survey di dapatkan bahwa 67,7% responden menilai video ini mampu untuk

Kesimpulan Pengaplikasian sistem PV dengan kedua converter DC-DC tipe buck adalah semakin tinggi nilai duty cycle maka akan semakin tinggi nilai keluaran tegangan dan arus pada

Setelah diberikan izin, penelitian dimulai dengan menyebar kuesioner dukungan sosial dan skala BDI II pada individu lansia yang telah dipilih secara random atau acak dari daftar

Model S ini mampu mengekstraksi daya yang lebih besar dan juga aliran fluida yang melewati ujung hilir bentuk S pada sudu pertama turbin sebelum masuk ke hilir

Menurut panduan terbaru, pemantauan TIK direkomendasikan pada pasien dengan cedera kepala berat (GCS &lt;9) dan hasil CT Scan yang abnormal (hematoma, kontuksi, edema,

Mengkonsolidasi kan unit usaha perhotelan yaitu PT Suryalaya Anindita International 2008 2006 Memulai pengembangan resor eksklusif Banyan Tree Resort di Ungasan, Bali Tercatat