• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH, EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH, EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH,

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

A. GAMBARAN UMUM DAERAH

1. Aspek Geografis Batas Administrasi

Kabupaten Semarang sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, terletak pada posisi 110° 14’ 54,75” - 110° 39’ 3” Bujur Timur dan 7° 3’ 57”

-7° 30’ 0” Lintang Selatan, dengan batas administratif: Sebelah utara berbatasan dengan Kota Semarang dan Kabupaten Demak. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Grobogan. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Kabupaten Temanggung. Di tengah wilayah Kabupaten Semarang terdapat Kota Salatiga.

a. Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Semarang adalah 95.020,67 Hektar (Ha) atau sekitar 2,92% dari luas Provinsi Jawa Tengah, secara administratif terdiri dari 19 wilayah Kecamatan, 208 Desa dan 27 Kelurahan.

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kabupaten Semarang Menurut Kecamatan

NO KECAMATAN LUAS (Ha) %

1 Getasan 6.579,55 6,92 2 Tengaran 4.729,55 4,98 3 Susukan 4.886,60 5,14 4 Kaliwungu 2.995,00 3,15 5 Suruh 6.401,52 6,74 6 Pabelan 4.797,60 5,05 7 Tuntang 5.624,20 5,92 8 Banyubiru 5.441,45 5,73 9 Jambu 5.163,00 5,43 10 Sumowono 5.563,20 5,85 11 Ambarawa 2.822,10 2,97 12 Bandungan 4.823,30 5,08 13 Bawen 4.657,00 4,90 14 Bringin 6.189,10 6,51 15 Bancak 4.384,55 4,61 16 Pringapus 7.834,70 8,25 17 Bergas 4.733,10 4,98 18 Ungaran Barat 3.596,05 3,78 19 Ungaran Timur 3.779,10 4,00 Jumlah 95.020,67 100,00

Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 2014

b. Topografis

Ketinggian wilayah Kabupaten Semarang berada pada kisaran antara 318 – 1.450 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan ketinggian terendah berada di Desa Candirejo Kecamatan Pringapus dan tertinggi di Desa Batur Kecamatan Getasan. Berdasarkan tingkat kelandaiannya, wilayah Kabupaten Semarang dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok, yaitu meliputi wilayah datar (kemiringan 0-2%) sebesar 6.169 Ha; wilayah bergelombang

(2)

(kemiringan 2-15%) sebesar 57.659 Ha; wilayah curam (kemiringan 15-40%) sebesar 21.725 Ha; dan wilayah sangat curam (kemiringan >40%) sebesar 9.467,67 Ha.

c. Daerah Rawan Bencana Alam

Di Wilayah Kabupaten Semarang terdapat beberapa wilayah yang masuk dalam daerah rawan bencana (daerah yang berpotensi/sering mengalami bencana). Sedangkan berdasarkan data kejadian bencana yang terjadi selama tahun 2014 lalu, maka diperkirakan bencana yang masih akan terjadi kedepan antara lain banjir, tanah longsor, angin puting beliung/angin ribut dan kebakaran.

1) Rawan tanah longsor

Daerah rawan bencana gerakan tanah atau longsor merupakan wilayah dengan kondisi permukaan tanah mudah longsor/bergerak karena pada daerah tersebut terdapat zona tanah bergerak atau wilayah yang kondisi permukaan tanahnya mudah longsor/bergerak akibat patahan atau pergeseran batuan induk pembentuk tanah. Di wilayah Kabupaten Semarang penyebaran kawasan ini tersebar di seluruh Kecamatan dengan konsentrasi terutama pada wilayah Kecamatan Sumowono, Kecamatan Ungaran Barat, Kecamatan Ungaran Timur, Kecamatan Bergas, Kecamatan Bandungan, Kecamatan Bawen, Kecamatan Jambu, Kecamatan Banyubiru, Kecamatan Tuntang, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Getasan, Kecamatan Bringin, Kecamatan Suruh dan Kecamatan Susukan.

2) Rawan banjir

Daerah rawan banjir merupakan kawasan yang berpotensi tinggi/sering mengalami bencana alam berupa banjir atau tempat - tempat yang secara rutin setiap musim hujan mengalami genangan air lebih dari 6 jam pada saat hujan turun dalam keadaan musim hujan normal. Pada wilayah Kabupaten Semarang kawasan perlindungan bahaya banjir terdapat pada sekitar daerah Perumahan Cemara Kecamatan Ungaran Timur, kawasan bantaran sungai disekitar Kecamatan Banyubiru (Desa Bejalen).

3) Rawan kebakaran dan angin puting beliung/angin topan

Bencana kebakaran dapat terjadi di seluruh kecamatan karena penyebabnya sebagian besar diakibatkan karena adanya hubungan arus pendek, namun dilihat dari segi kepadatan populasi penduduk daerah rawan bencana di Kabupaten Semarang terdapat di wilayah Kecamatan Ambarawa, Kawasan perindustrian Pringapus, Bergas dan Bawen. Sedangkan kejadian bencana angin puting beliung/angin topan berdasarkan data Tahun 2014 banyak terjadi di wilayah Kecamatan Tuntang, Kecamatan Pringapus, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Banyubiru, Kecamatan Bergas, Kecamatan Sumowono, Kecamatan Suruh, Kecamatan Banyubiru, Kecamatan Jambu dan Kecamatan Bawen.

(3)

d. Penggunaan Lahan dan Iklim

Dari luas wilayah Kabupaten Semarang sebesar 95.020,67 Ha sampai dengan tahun 2013 tercatat areal lahan pertanian sawah sebesar 25,17% atau 23.919,27 Ha, lahan pertanian bukan sawah sebesar 38,27% atau 36.360,07 Ha sedangkan luas lahan bukan pertanian sebesar 36,56% atau 34.741,09 Ha. Luas lahan sawah sangat tidak merata keterbandingan antar kecamatan. Kecamatan Suruh, Kecamatan Pabelan, Kecamatan Bringin merupakan kecamatan dengan sawah terluas rata - rata diatas 2.000 Ha. Kondisi kontradiksi dengan luas lahan sawah di Kecamatan Getasan yang hanya 26 Ha. Hal ini tentunya berdampak pada produksi padi yang tidak merata antar kecamatan.

Rata - rata curah hujan di Wilayah Kabupaten Semarang selama tahun 2013 cenderung tinggi. Tercatat rata - rata curah hujannya 2.201 mm dengan Kecamatan Getasan sebagai kecamatan bercurah hujan tinggi (3.193 mm) dan Kecamatan Bancak bercurah hujan terendah (742 mm).

2. Aspek Demografi

Penduduk Kabupaten Semarang pada akhir tahun 2014 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Semarang berjumlah 955.481 jiwa dengan 299.566 KK. Dibandingkan dengan kondisi akhir tahun 2013 yang tercatat sebesar 949.815 jiwa terdapat penambahan neto sebanyak 5.666 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 0,60%.

Apabila dibandingkan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah Kabupaten Semarang, dapat diketahui bahwa rata - rata kepadatan penduduk Kabupaten Semarang tahun 2014 sebesar 1.005,5 jiwa/km2, naik dari tahun 2013

yang sebesar 1.000 jiwa/km2. Perkembangan penduduk Kabupaten Semarang selama

kurun waktu tahun 2013 dan 2014 terlihat pada Tabel berikut: Tabel 2.2

Penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2013 - 2014

NO URAIAN TAHUN

2013 2014

1 Jumlah penduduk 949.815 955.481

2 Kepala Keluarga 291.008 299.566

3 Penduduk berdasarkan jenis kelamin:

- Laki-laki 468.328 471.071 - Perempuan 481.487 484.410 4 Mutasi Penduduk - Kelahiran 11.016 10.780 - Kematian 5.926 5.883 - Pindah 9.027 9.001 - Datang 9.475 9.770

5 Kepadatan penduduk (jiwa/km2) 1.000 1.005,5

6 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 0,58 0,60

(4)

Untuk tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Semarang pada Tahun 2014 adalah sebagai berikut: 6,77% penduduk tidak/belum pernah sekolah, belum tamat SD/sederajat 2,39%, Tamat SD/sederajat sebesar 44,04% dan yang memiliki ijazah Sekolah Menengah Pertama/sederajat 19,82%, Sekolah Menengah Atas/sederajat 20,88%, Akademi/Diploma III sebesar 1,77%, Diploma IV/S1 sebanyak 4,06% dan hanya 0,28% yang mempunyai ijazah S2 ke atas. Persentase penduduk Kabupaten Semarang menurut Ijasah atau STTB yang dimiliki seperti Gambar berikut:

Gambar 2.1

Komposisi Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2014

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, 2014

B. EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

1. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

a. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Dalam memacu perkembangan wilayah dengan berbekal potensi yang ada di wilayah kabupaten, Pemerintah Kabupaten Semarang tetap berpegang pada aspek integritas, sinergitas dan kontinuitas di dalam melakukan pembangunan daerah. Untuk itu pembangunan daerah yang dilaksanakan saat ini merupakan kelanjutan dari pembangunan yang telah dilaksanakan pada tahun - tahun sebelumnya dengan upaya terus menggali, mengembangkan dan melestarikan potensi unggulan daerah yang dimiliki.

Potensi unggulan daerah dapat dilihat dari kontribusi sektoral terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan kontribusi masing - masing sektor PDRB Kabupaten Semarang Tahun 2013-2014 ditunjukkan oleh Tabel berikut: . Tidak/Belum Sekolah; 6,77 Belum Tamat SD/Sederajat; 2,39 Tamat SD/Sederajat; 44,04 SLPT/Sederajat; 19,82 SLTA/Sederajat; 20,88 Diploma I/II; 0,23 Akademi/Diploma III/Sarjana Muda; 1,54 Diploma IV/Strata I; 4,06

Strata II & Strata III; 0,28 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

(5)

Tabel 2.3

Distribusi PDRB Kabupaten Semarang Menurut Sektoral Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2013 - 2014*)

NO SEKTOR DISTRIBUSI ADHB (%)

2013 2014*)

1 Pertanian 14,00 13,90

2 Pertambangan dan Penggalian 0,10 0,10

3 Industri Pengolahan 41,81 41,60

4 Listrik, Gas dan Air Minum 1,34 1,41

5 Konstruksi/Bangunan 4,30 4,69

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 22,37 22,02

7 Pengangkutan dan Komunikasi 2,69 2,84

8 Lemb.Keu, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,25 4,36

9 Jasa – jasa 9,12 9,09

TOTAL PDRB 100 100

Sumber : Data 2014 *) diprediksi oleh Bappeda kerjasama dengan BPS

Tabel 2.4

Distribusi PDRB Kabupaten Semarang Menurut Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2013 - 2014*)

NO SEKTOR DISTRIBUSI ADHK 2000 (%)

2013 2014*)

1 Pertanian 12,03 11,51

2 Pertambangan dan Penggalian 0,10 0,10

3 Industri Pengolahan 45,75 45,84

4 Listrik, Gas dan Air Minum 0,94 0,96

5 Konstruksi/Bangunan 4,13 4,62

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 22,16 22,01

7 Pengangkutan dan Komunikasi 2,18 2,20

8 Lemb.Keu, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,62 3,63

9 Jasa – jasa 9,09 9,13

TOTAL PDRB 100 100

Sumber : Data 2014 *) diprediksi oleh Bappeda kerjasama dengan BPS

Tahun 2014 Distribusi PDRB Menurut Sektoral Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menunjukkan bahwa sumbangan terbesar masih didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar 41,60%, disusul berturut - turut dari sektor perdagangan, hotel dan restoran (22,02%); sektor pertanian (13,90%), sektor jasa- jasa (9,09%) dan sektor lainnya (13,39%). Sedangkan Distribusi PDRB Menurut Sektoral Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 menunjukkan bahwa sumbangan terbesar masih didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar 45,84%. Disusul berturut - turut dari sektor perdagangan, hotel dan restoran (22,01%); sektor pertanian (11,51%), sektor jasa - jasa (9,13%) dan sektor lainnya (11,51%).

Kondisi perekonomian Kabupaten Semarang berdasarkan data PDRB Kabupaten Semarang mengalami fluktuasi. Nilai PDRB Kabupaten Semarang ADHB maupun ADHK 2000 walaupun belum sesuai dengan yang diharapkan, namun selalu mengalami pertumbuhan yang positif.

(6)

PDRB Kabupaten Semarang pada tahun 2014 menurut data sementara dari BPS, ADHB sebesar Rp17.454.225.870.000,00 mengalami kenaikan sebesar 10,83% dibandingkan Tahun 2013 sebesar Rp15.748.752.430.000,00. Sedangkan ADHK 2000, terjadi kenaikan sebesar 5,31% dari Rp6.573.205.410.000,00 menjadi Rp6.921.737.110.000,00. Secara rinci Pertumbuhan PDRB Kabupaten Semarang Tahun 2013-2014 dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2.5

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Semarang Kurun Waktu 2013 - 2014*) TAHUN ADHB ADHK NILAI (Jutaan) PERTUMBUHAN (%) NILAI (Jutaan) PERTUMBUHAN (%) 2013 15.748.752,43 13,74 6.573.205,41 5,62 2014*) 17.454.225,87 10,83 6.921.737,11 5,31

Sumber : Data 2014 *) diprediksi oleh Bappeda kerjasama dengan BPS Tabel 2.6

Perkembangan PDRB Kabupaten Semarang Menurut Sektoral Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2013 - 2014*)

NO SEKTOR PDRB ADHB PERTUM-BUHAN

(%) 2013 2014*)

1 Pertanian 2.205.223,50 2.425.375,48 9,98

2 Pertambangan dan Penggalian 16.306,08 17.036,60 4,48 3 Industri Pengolahan 6.584.290,10 7.260.774,09 10,27 4 Listrik, Gas dan Air Minum 211.680,91 246.884,20 16,63 5 Konstruksi/Bangunan 677.575,69 819.459,17 20,94 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.522.365,69 3.842.767,36 9,10 7 Pengangkutan dan Komunikasi 424.259,31 494.972,42 16,67 8 Lembaga Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan 670.036,62 761.166,09 13,60

9 Jasa – jasa 1.437.014,48 1.585.790,46 10,35

TOTAL PDRB 15.748.752,43 17.454.225,87 10,83 Sumber : Data 2014 *) diprediksi oleh Bappeda kerjasama dengan BPS

Tabel 2.7

Perkembangan PDRB Kabupaten Semarang Menurut Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2013 - 2014*)

NO SEKTOR PDRB ADHK 2000 PERTUM-BUHAN

(%) 2013 2014*)

1 Pertanian 790.651,64 796.856,79 0,78

2 Pertambangan dan Penggalian 6.437,34 6.620,40 2,84 3 Industri Pengolahan 3.007.228,15 3.173.152,68 5,52 4 Listrik, Gas dan Air Minum 62.029,95 66.639,75 7,43 5 Konstruksi/Bangunan 271.365,63 319.577,49 17,76 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.456.922,58 1.523.552,10 4,57 7 Pengangkutan dan Komunikasi 143.330,01 152.269,42 6,23 8 Lembaga Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan 237.756,28 251.427,17 5,74

9 Jasa – jasa 597.483,83 631.641,30 5,72

TOTAL PDRB 6.573.205,41 6.921.737,11 5,31 Sumber : Data 2014 *) diprediksi oleh Bappeda kerjasama dengan BPS

(7)

Angka pertumbuhan ekonomi dan inflasi Kabupaten Semarang dalam kurun waktu 2013-2014 ditunjukkan dalam Tabel berikut:

Tabel 2.8

Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kabupaten Semarang Tahun 2013 - 2014*)

TAHUN PERTUMBUHAN EKONOMI (%) INFLASI (%)

2013 5,62 8,11

2014*) 5,31 8,63

Sumber : Data 2014 *) diprediksi oleh Bappeda kerjasama dengan BPS Gambar 2.2

Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2010 - 2014

Sumber : Data 2014 *) diprediksi oleh Bappeda kerjasama dengan BPS (diolah)

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang pada Tahun 2014 diprediksi sebesar 5,31%, terjadi penurunan sebesar 0,31% bila dibandingkan Tahun 2013 sebesar 5,62%. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang sampai dengan Tahun 2014 masih dibawah Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 5,40%, namun kalau dibandingkan dengan tahun - tahun sebelumnya dengan pertumbuhan Jawa Tengah mapun Nasional sama - sama mengalami perlambatan.

PDRB perkapita ADHB Kabupaten Semarang sebesar Rp16.624.585,00 pada tahun 2013, naik menjadi Rp18.302.319,00 pada tahun 2014. Sedangkan ADHK 2000 PDRB perkapita sebesar Rp6.938.760,10 pada tahun 2013 menjadi Rp7.265.199,40 pada tahun 2014. PDRB perkapita Kabupaten Semarang Tahun 2013–2014 disajikan dalam Tabel berikut:

Tabel 2.9

PDRB Perkapita Kabupaten Semarang Tahun 2013 - 2014*)

TAHUN PDRB PERKAPITA (RP)

ADHB ADHK

2013 16.624.585,00 6.938.760,10

2014*) 18.302.319,00 7.265.199,40

Sumber : Data 2014 *) diprediksi oleh Bappeda kerjasama dengan BPS

Pendapatan perkapita dapat dijadikan salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Pendapatan perkapita ADHB Kabupaten Semarang tahun 2013 sebesar Rp14.343.051,90 naik menjadi Rp15.811.248,40

4,90 5,56 6,02 5,62 5,31 5,84 6,01 6,34 5,81 5,40 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 2010 2011 2012 2013 2014 Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Semarang

(8)

pada tahun 2014. Sedangkan ADHK pada tahun 2013 Rp6.938.760,10 diprediksi menjadi Rp6.227.489,70 pada tahun 2014.

Gambar 2.3

Pendapatan Perkapita Tahun 2010 – 2014*)

Sumber : Data 2014 *) diprediksi oleh Bappeda kerjasama dengan BPS (diolah)

b. Fokus Kesejahteraan Sosial

1) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan parameter yang secara internasional digunakan untuk mengukur tingkat kualitas manusia. IPM dihitung berdasarkan 4 (empat) komponen yaitu: angka harapan hidup, angka melek huruf, rata - rata lama sekolah dan pengeluaran perkapita disesuaikan. Capaian IPM Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun 2012-2013 seperti terlihat dalam Tabel berikut:

Tabel 2.10

Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Semarang Tahun 2012 - 2013

NO KOMPONEN TAHUN

2012 2013

1 Angka harapan hidup (tahun) 72,60 72,90 2 Angka melek huruf (persen) 94,20 94,59 3 Rata - rata lama sekolah (tahun) 8,07 8,07 4 Pengeluaran perkapita disesuaikan 640,67 643,84

IPM Kab. Semarang 74,98 75,48

IPM Prov. Jawa Tengah 73,36 74,05

Sumber : Potret Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Semarang 2014, BPS Kabupaten Semarang, 2014

Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa capaian IPM Kabupaten Semarang dari Tahun 2012-2013 selalu naik dan di atas rata - rata IPM Provinsi Jawa Tengah.

2) Penduduk Miskin dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Penduduk Miskin Kabupaten Semarang ditunjukkan pada Tabel 2.12 dan Gambar 2.4 berikut ini.

10.299.214,20 11.446.976,50 12.769.810,90 14.343.051,90 15.811.248,40 5.971.787,10 6.270.925,20 6.610.750,10 6.938.760,10 6.227.489,70 - 2.000.000,00 4.000.000,00 6.000.000,00 8.000.000,00 10.000.000,00 12.000.000,00 14.000.000,00 16.000.000,00 18.000.000,00 2010 2011 2012 2013 2014 ADHB ADHK

(9)

Tabel 2.11

Persentase Penduduk Miskin Tahun 2012 - 2013

NO TINGKAT 2012 2013

1 Nasional 11,66 11,47

2 Provinsi Jawa Tengah 14,98 14,44

3 Kabupaten Semarang 9,40 8,51

Sumber : www.bps.go.id., Maret 2015

Gambar 2.4

Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Semarang Tahun 2012 - 2013

Sumber : www.bps.go.id., Maret 2015

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Semarang pada tahun 2012 sebesar 4,88% sedangkan tahun 2013 sebesar 3,89%. Dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012, TPT sebesar 5,63% dan tahun 2013 sebesar 6,02%. Sedangkan ditingkat Nasional, TPT tahun 2012 sebesar 6,14% dan pada tahun 2013 sebesar 6,25%. Hal ini menunjukkan bahwa secara persentase, TPT di Kabupaten Semarang mengalami penurunan sebesar 0,99%.

Tabel 2.12

Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Semarang Tahun 2012 - 2013

NO TINGKAT 2012 2013

1 Nasional 6,14 6,25

2 Provinsi Jawa Tengah 5,63 6,02

3 Kabupaten Semarang 4,88 3,89

Sumber : www.bps.go.id., Maret 2015

c. Fokus Seni, Budaya dan Olahraga

Pencapaian indikator kinerja Urusan Kebudayaan dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Meningkatnya jumlah grup kesenian tahun 2014 sebanyak 2.410 grup kesenian, jika dibandingkan dengan tahun 2013 sebanyak 1.693 grup terjadi peningkatan sebesar 142,35%. Hal ini disebabkan:

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Nasional Provinsi Jawa

Tengah Kabupaten Semarang 11,66 14,98 9,40 11,47 14,44 8,51 2012 2013

(10)

 Semakin berkembangnya teknologi komunikasi dan peran serta pamong budaya yang memberikan pembinaan pada organisasi kesenian untuk mendaftarkan organisasinya di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang;

 Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk membentuk organisasi kesenian baru bagi pengembangan kreativitas kesenian daerah;

 Meningkatnya peran serta masyarakat bagi peningkatan apresiasi bidang kesenian.

2) Realisasi untuk gedung kesenian adalah 1 (satu) buah dengan alasan meskipun belum terbangun gedung kesenian baru namun sudah tersedia gedung kesenian di Kabupaten Semarang yakni dengan melakukan rehab eks rumah dinas Camat Ambarawa untuk difungsikan/dimanfaatkan sebagai gedung kesenian dengan maksud dan tujuan agar ada wadah berupa tempat/gedung sebagai sarana mengespresikan diri para seniman/seniwati di Kabupaten Semarang, namun agar gedung tersebut dapat difungsikan secara lengkap dan optimal maka masih perlu adanya tambahan kelengkapan pendukung.

3) Pada Tahun 2014 telah diselenggarakan kegiatan Festival, pentas - pentas kesenian dan upacara tradisional sebanyak 34 Kali. Selain didanai oleh anggaran APBD II juga partisipasi masyarakat yang ikut berperan aktif untuk menampilkan kegiatan olah-seninya, kegiatan tersebut meliputi:

 Kegiatan Pentas Wayang Kulit dilaksanakan 6 Kali (Kecamatan Ungaran Barat, Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Tengaran, Kecamatan Suruh, Kecamatan Bandungan, Kecamatan Ambarawa) dengan bantuan anggaran APBD II Kabupaten Semarang tahun 2014;

 Melaksanakan Pentas dalam daerah sebanyak 24 Kali (Wilayah Kabupaten Semarang);

 Pengiriman Parade Seni di Kota Semarang untuk Tingkat Jawa Tengah (Group Baruklinting dari SMA 2 Ungaran);

 Mengirim Group Kesenian untuk tampil pada HUT Kabupaten Kendal, HUT Kabupaten Temanggung (Group Kesenian dari Kecamatan Ungaran Barat dan Kecamatan Jambu).

4) Pemberian Dana Hibah (Bantuan Keuangan) untuk Tahun 2014 kepada:  Pepadi (dengan kegiatan pentas Wayang kulit);

 PLKS (dengan kegiatan pentas dan lomba lawak);

 Dewan Kesenian (dengan kegiatan Lomba Tari Kuda Lumping dan Festival Band).

5) Meningkatnya jumlah Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan. Cagar budaya Kabupaten Semarang terdiri dari cagar budaya tidak bergerak dan cagar budaya bergerak. Pada Tahun 2014 jumlah cagar budaya mengalami peningkatan dari 864 buah pada tahun 2013 menjadi 891 buah pada tahun 2014.

(11)

Capaian target indikator kinerja sasaran Urusan Pemuda dan Olah Raga tahun 2014 tercermin dari terealisasi dalam indikator kinerja berupa outcome yang menunjukkan keberhasilan pembangunan melalui pelaksanaan program - program dan kegiatan - kegiatan yang mendukungnya seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.13

Capaian Urusan Pemuda dan Olah Raga Tahun 2013 dan Tahun 2014

NO URAIAN SATUAN CAPAIAN 2013 TAHUN 2014 TARGET REALISASI %

1 Organisasi Pemuda Buah 27 17 21 123,53

2 Organisasi Olah Raga Buah 198 140 154 110,00

3 Kegiatan Kepemudaan Keg 30 12 12 100,00

Lokasi 72 13 13 100,00

Orang 1.007 300 300 100,00 4 Jumlah Kegiatan Olah Raga Cabang 47 32 34 106,25 5 Jumlah Klub Olah Raga Buah 323 1.250 1.173 93,84

6 Jumlah Gedung Olah Raga Buah 2 1 1 100,00

Sumber: Dinas Pemuda, OR, dan Pariwisata, 2014

1) Organisasi Pemuda

 Jumlah organisasi pemuda pada tahun 2014 mencapai target 123,53%, dari 17 yang ditargetkan dapat terealisir sebanyak 21 organisasi pemuda.  Perkembangan sampai dengan tahun 2014, jumlah Organisasi Kelompok

Kepemudaan (OKP) tidak ada pertambahan. Pembinaan OKP diarahkan pada peningkatan mutu kegiatan, kemandirian dan kualitas produksi.  Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan kepemudaan bertambah karena

ada beberapa kegiatan yang didanai oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sehingga Pemerintah Kabupaten Semarang dapat mengikuti even regional seperti penyuluhan pencegahan penggunaan narkoba dan kewirausahaan pemuda.

 Jumlah Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP) tahun 2014 sebanyak 13 kelompok. Dengan semakin meningkatnya pembinaan dan pelatihan di kalangan KUPP terbentuk kelompok usaha pemuda produktif, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan wirausaha mandiri di kalangan generasi muda dalam meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat, dan generasi dalam pengembangan produk - produk olahan dan karya pemuda.

2) Organisasi Olahraga

Jumlah organisasi olahraga di Kabupaten Semarang tahun 2014 sebanyak 154 organisasi, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 yang sebanyak 198 organisasi, namun dapat melebihi target yang telah ditetapkan tahun 2014 adalah 140 organisasi. Hal ini karena Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Semarang bersama KONI Kabupaten Semarang memaksimalkan sosialisasi tentang pentingnya olahraga dan peningkatan pembinaan olahraga menuju peningkatan prestasi olahraga Kabupaten Semarang.

(12)

3) Jumlah Kegiatan Kepemudaan

Kegiatan Kepemudaan tahun 2014 terdapat 3 jenis kegiatan yang dilakukan sebanyak 12 kali di 22 lokasi dengan 271 peserta.

Tabel 2.14

Jumlah Kegiatan Kepemudaan di Kabupaten Semarang Tahun 2013-2014

NO NAMA KEGIATAN KEPEMUDAAN SATUAN 2013 2014 1 Pembinaan Organisasi Kepemudaan Keg. 5 3

Orang 143 75

Lokasi 4 2

2 Pendidikan dan Pelatihan Dasar

Kepemimpinan Orang Keg. 50 1 100 1

Lokasi 1 1

3 Pembinaan Pemuda Pelopor Keamanan

Lingkungan Orang Keg. 600 8 96 8

Lokasi 28 19 4 Monev Keg. 12 - Orang 40 - Lokasi 19 - Jumlah Keg. 26 12 Orang 833 271 Lokasi 52 22 Sumber : Dinas Pemuda,Olah Raga, dan Pariwisata s/d Desember 2014

Pada tahun 2014 telah diberikan bantuan hibah yang diberikan kepada organisasi kepemudaan antara lain: Kwartir Cabang Gerakan Pramuka 11.22 Kabupaten Semarang.

2. Aspek Pelayanan Umum

a. Fokus Layanan Urusan Wajib 1) Urusan Pendidikan

Keberhasilan pembangunan pada Urusan Pendidikan dapat dilihat lebih rinci dari indikator kinerja pelayanan yang telah dicapai tahun 2014, sebagai berikut:

Tabel 2.15

Capaian Urusan Pendidikan

Kabupaten Semarang Tahun 2013 - 2014

INDIKATOR KINERJA TAHUN 2013 CAPAIAN TARGET 2014 REALISASI %

1 Angka Partisipasi PAUD 44,90 39,36 47,18 119,87

2 Angka Partisipasi Murni (APM):

- SD/MI 95,09 95,11 95,15 100,04

- SMP/MTs 81,75 81,78 81,80 100,02

- SMA/SMK/MA 40,05 39,90 40,10 100,50

3 Angka Partisipasi Kasar (APK):

- SD/MI 105,02 104,95 105,00 100,05 - SMP/MTs 95,95 96,00 96,00 100,00 - SMA/SMK/MA 57,32 51,00 58,64 114,98 4 Angka Kelulusan: - SD/MI 100,00 99,97 100,00 100,03 - SMP/MTs 99,91 99,60 99,99 100,39 - SMA/SMK/MA 99,97 99,04 99,96 100,93

(13)

INDIKATOR KINERJA TAHUN 2013 CAPAIAN TARGET 2014 REALISASI % 5 Angka Putus Sekolah:

- SD/MI 0,10 0,11 0,10 110,00

- SMP/MTs 0,51 0,45 0,41 109,76

- SMA/SMK/MA 0,85 0,75 0,75 100,00

6 Rasio ketersediaan sekolah/ penduduk usia sekolah:

- SD/MI 0,74 0,78 0,75 96,15

- SMP/MTs 0,30 0,31 0,28 90,32

- SMA/SMK/MA 0,15 0,15 0,15 100,00

7 Angka Melanjutkan dari SD/MI

ke SMP/MTs 92,53 91,50 91,66 100,17

8 Angka Melanjutkan dari

SMP/MTs ke SMA/MA/SMK 74,88 60,80 75,11 123,54

9 Angka Melek Huruf usia > 15 th 99,88 99,97 99,97 100,00 10 Guru yang berpendidikan S1/

D-IV:

- TK/RA, SD/MI 65,14 52,00 73,76 141.85

- SMP/MTs 88,82 90,00 90,37 100,41

- SMA/MA/SMK 97,43 97,00 97,66 100,68

11 Guru bersertifikat pendidik:

- SD/MI 47,74 72,00 60,83 84,49

- SMP/MTs 58,95 74,00 60,49 81,74

- SMA/SMK 38,46 78,00 38,51 49,37

12. Ruang kelas SD/MI sesuai

standar 95,57 82,23 91,18 110,88

13. Ruang kelas SMP/MTs sesuai

standar 86,60 89,75 97,41 108,53

14. Ruang kelas SMA/SMK sesuai

standar 91,14 40,00 97,98 244,96

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, 2014

Secara umum capaian indikator kinerja Urusan Pendidikan di Kabupaten Semarang bisa dikatakan baik. Hal ini tampak dari capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) disemua jenjang pendidikan. Dari capaian APK dan APM pada tahun 2014 menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan pendidikan sudah tinggi, namun pada jenjang SMA/MA/SMK masih harus terus ditingkatkan. Angka putus sekolah dari tahun ke tahun juga mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik, demikian pula pada angka melanjutkan.

1.1) Pemerataan dan akses layanan pendidikan a) Meningkatnya APK dan APM

Jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA/SMK sebagaimana Tabel di atas menunjukkan bahwa APM tahun 2014 mengalami kenaikan untuk jenjang SD/MI sebesar 95,15% atau 100,04% dari target sebesar 95,11%, SMP/MTs sebesar 81,80% atau 100,02% dari target sebesar 81,78% dan jenjang SMA/MA/SMK sebesar 40,10% atau 100,50% dari target sebesar 39,90%. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya tingkat kesadaran masyarakat terhadap pendidikan.

Kenaikan APK tahun 2014 pada jenjang PAUD sebesar 47,18% atau 119,87% dari target sebesar 39,36%, jenjang SD/MI sebesar

(14)

105,00% atau 100,05% dari target sebesar 104,95%, jenjang SMP/MTs sebesar 96,00% sama dengan target dan jenjang SMA/MA/SMK sebesar 58,64% dari target 51,00%.

b) Menurunnya angka putus sekolah

Angka putus sekolah SD/MI melampaui target RPJMD tahun 2014 sebesar 0,10 atau 110,00% dari target sebesar 0,11. Untuk jenjang SMP/MTs tercapai sebesar 0,41 atau 109,76% dari target 0,45. Tercapainya target RPJMD ini didukung dengan adanya peningkatan pemberian beasiswa untuk siswa miskin/tidak mampu serta meningkatnya pemberian Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan BOSDA untuk semua siswa.

Pada jenjang SMA/MA/SMK angka putus sekolah menunjukkan tercapainya target tahun 2014 sebesar 0,75 atau 100% dari target 0,75. Hal ini dikarenakan mulai tahun 2014 pemberian Dana BOS sudah dilaksanakan penuh dan adanya program beasiswa kurang mampu baik dari APBD Kabupaten, Bantuan Provinsi dan APBN. c) Kenaikan Angka Melanjutkan (AM)

Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs tahun 2014 sebesar 91,66 atau 100,17% dari target sebesar 91,50. Sedangkan AM dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA tahun 2014 sebesar 75,11 atau 123,54% dari target sebesar 60,80%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat Kabupaten Semarang akan pentingnya pendidikan.

d) Rasio Ketersediaan Sekolah

Rasio ketersediaan sekolah di Kabupaten Semarang untuk jenjang SD/MI tidak memenuhi target RPJMD dan tidak mengalami peningkatan dari tahun 2013 dikarenakan jumlah SD/MI berkurang sebanyak 1 sekolah yakni SDN Wiru 1 Bringin.

Untuk jenjang SMP/MTs juga tidak memenuhi target RPJMD dan jika dibandingkan tahun 2013 juga tidak mengalami peningkatan karena bertambahnya jumlah anak usia sekolah SMP tidak diimbangi dengan penambahan jumlah SMP. Pada tahun 2014 hanya ada penambahan 1 sekolah baru yaitu SMP Darul Qur’an Ungaran Barat.

Pada jenjang pendidikan SMA/SMK angka ketersediaan sekolah mengalami peningkatan dan di atas target RPJMD dikarenakan bertambahnya 1 sekolah baru yaitu SMK Nusa Persada Tengaran. e) Angka melek huruf

Terdapat peningkatan angka melek huruf sebesar 0,09% dari 99,88% pada tahun 2013 menjadi 99,97% pada tahun 2014. Angka melek huruf ini sama dengan target RPJMD masih dibawah target sebesar 0,06% dari target tahun 2013 sebesar 99,94%.

(15)

Dalam rangka menunjang keberhasilan pencapaian indikator pemerataan dan akses layanan pendidikan, upaya yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 adalah:

a) Peningkatan kuantitas dan kualitas sekolah melalui pembangunan dan rehabilitasi sedang/berat ruang kelas/bangunan sekolah yang antara lain:

 Pembangunan perpustakaan sekolah sebanyak 30 SDN dari Dana Alokasi Khusus (DAK) 2014 dan dilaksanakan secara swakelola;

 Pembangunan pagar, talud untuk SD Gedong 02, SDN Candi 01, SDN Klepu 01, SDN Ungaran 05 dari APBD Kabupaten secara kontraktual;

 Pembangunan perpustakaan SDN Klepu 05 dari APBD Provinsi;  Rehabilitasi ruang kelas untuk 7 SDN dari SiLPA DAK 2011

dilaksanakan secara swakelola;

 Rehabilitasi ruang kelas untuk 33 SDN dari SiLPA DAK 2013 dilaksanakan secara swakelola;

 Rehabilitasi ruang kelas untuk 8 SDN dari dana alokasi khusus 2014 dilaksanakan secara swakelola;

 Rehabilitasi WC siswa sebanyak 106 SDN dari APBD Kabupaten dilaksanakan secara kontraktual;

 Pembangunan ruang laboratorium IPA SDN 01, 03, 06 Ungaran dari APBD Kabupaten dilaksanakan secara kontraktual;

 Rehabilitasi ruang kelas SMP bersumber dari Dana Bantuan Provinsi di SMP 3 Tuntang, SMP 5 Ungaran, SMP 1 Suruh dan SMP 1 Jambu yang dilaksanakan secara kontraktual dan SMP PGRI Bergas dengan cara hibah;

 Pembangunan WC siswa untuk 51 SMP Negeri yang dilaksanakan secara kontraktual dan 41 SMP swasta dengan cara hibah dari APBD Kabupaten;

 Pembangunan WC siswa untuk 13 SDN dari APBD Kabupaten;  Pembangunan pagar dan talud SMP di SMPN 3 Banyubiru,

SMPN 2 Bawen dan SMPN 3 Bringin dilaksanakan secara kontraktual dari APBD Provinsi Jawa Tengah;

 Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) dari DAK 2014 untuk SMPN 3 Getasan, SMPN 1 Tengaran, SMPN 2 Tuntang dan SMPN 1 Bandungan dilaksanakan secara swakelola;

 Pembangunan ruang perpustakaan dari DAK 2014 di SMP IT Nuris Tengaran dengan cara swakelola;

 Rehabilitasi sedang/berat ruang kelas di SMPN1 Ambarawa, SMPN 1 Bawen, SMPN 1 Bringin, SMPN1 Kaliwungu dengan cara swakelola dari DAK 2014;

(16)

 Pembangunan ruang laboratorium bahasa SMP di SMPN 3 Tengaran, SMPN2 Jambu, SMPN1 Bawen, SMPN 2 Pringapus, SMPN 2 Kaliwungu dengan cara swakelola dari DAK 2014;  Rehabilitasi ruang sekolah di SMPN 2 Getasan dari SiLPA DAK

2012 dengan swakelola;

 Rehab ruang kelas di SMPN 1 Jambu, SMPN 1 Sumowono dan SMPN 1 Bancak dari SiLPA DAK 2011 dengan cara swakelola;  Pembangunan ruang kelas SMKN 1 Pabelan dari dana APBD

Kabupaten dilaksanakan secara kontraktual;

 Pembangunan ruang kelas batu untuk 4 SMK negeri dan 6 swasta dari APBD Provinsi dilaksanakan secara kontraktual;  Pembangunan ruang kelas baru untuk 4 SMAN dan 3 SMA

swasta dari DAK SMA 2014 dilaksanakan secara swakeola;  Pembangunan ruang kelas baru untuk 1 SMAN dan 6 SMA

swasta dari DAK SMK 2014 dilaksanakan secara swakelola;  Pembangunan ruang kelas baru di SMKN Tengaran dan SMA

Islam Sudirman Ambarawa dari Bantuan Keuangan Provinsi Jawa Tengah dilaksanakan secara kontraktual;

 Pembangunan ruang praktikum sekolah di 5 SMKN dan 1 SMK swasta dengan cara swakelola dari DAK SMK 2014;

 Pembangunan laboratorium IPA sekolah di SMAN 1 Suruh dari Bantuan Provinsi Jawa Tengah dilaksanakan secara kontraktual. Pembangunan laboratorium IPA di SMKN 1 Bawen dan SMA Kartika III Banyubiru dengan cara swakelola dari DAK SMA 2014;

 Pembangunan perpustakaan sekolah di SMK Dr Djipto Ambarawa dari Bantuan Provinsi Jawa Tengah dengan cara hibah;

 Pembangunan perpustakaan sekolah di SMA Issud Bringin, SMA Muhamadiyah Sumowono dan SMA Virgo Fedelis Bawen dari DAK SMA 2014 dengan cara swakelola;

 Rehabilitasi bangunan sekolah dari Bantuan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 yang dilaksanakan tahun 2014 di SMAN 1 Bringin dengan cara kontraktual dan SMA Muhamadiyah Susukan, SMK SPP Ambarawa, SMK Muhamadiyah Ungaran dengan cara hibah;

 Rehabilitasi bangunan sekolah dari DAK SMA 2014 untuk 10 SMA negeri dan 6 SMA swasta dengan cara swakelola;

 Rehabilitasi bangunan sekolah untuk 5 SMK dari DAK SMK 2015 dengan cara swakelola.

b) Pemenuhan sarana pendukung proses pembelajaran antara lain:  Pengadaan alat praktik dan peraga siswa untuk 19 kelompok

(17)

 Pengadaan mebelair sekolah PAUD untuk 10 Lembaga PAUD formal dari APBD Kabupaten Semarang;

 Pengadaan raport untuk siswa TK dan SMP dari dana APBD Kabupaten Semarang;

 Pengadaan buku perpustakaan SDN Bandarjo 02 Ungaran Barat dari APBD Provinsi Jawa Tengah;

 Pengadaan alat praktek peraga siswa SDN Klepu 03 Pringapus dari APBD Provinsi Jawa Tengah;

 Pengadaan alat praktek dan peraga siswa dari SiLPA DAK 2011 untuk SDN Siwal 02 dan SDN Rogomulyo 02;

 Pengadaan alat praktek dan peraga siswa dari SiLPA DAK 2012 untuk SDN Reksosari 01, SDN Tukang 02, SDN Batur 04;

 Pengadaan alat praktek dan peraga siswa dari SiLPA DAK 2013 untuk 15 SD negeri;

 Pengadaan alat praktek dan peraga siswa dari DAK 2014 untuk 91 SD negeri;

 Pengadaan TIK untuk 6 SDN dari SiLPA DAK 2011;

 Pengadan alat laboratorium IPA SMP di SMP 3 Banyubiru dari Bantuan Provinsi Jawa Tengah;

 Pengadaan mebelair pengganti SMP untuk SMPN 1 Tengaran dari Bantuan Provinsi Jawa Tengah dan SMPN 1 Ungaran dari APBD Kabupaten;

 Pengadaan alat praktek dan peraga siswa IPS dan Matematika untuk 16 SMP Negeri dan 23 SMP swasta dari DAK 2014;

 Pengadaan alat laborat bahasa 13 SMPN dari DAK 2014;  Pengadaan buku mata pelajaran semester II dari DAK 2014;  Pengadaan Alat Olah Raga SMP di SMPN 1 Ambarawa, SMPN 1

Tuntang, SMPN 1 Ungaran, SMPN 1 Bawen dari SiLPA DAK 2013;

 Pengadaan alat Olah raga SMP di SMPN 1 Tengaran dan SMPN 4 Ungaran dari SiLPA DAK 2011;

 Pengadaan bahan percontohan praktek untuk 7 SMKN dari APBD Kabupaten Semarang;

 Pengadaan alat laboratorium IPA Bantuan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 yang dilaksanakan di tahun 2014 di SMA 1 Ungaran dan SMA 1 Pabelan, SMA Virgo Fedelis dan SMA ISSUD Ambarawa;

 Pengadaan komputer di SMA ISSUD Ambarawa dari Bantuan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 yang dilaksanakan tahun 2014;

 Pengadaan alat multimedia SMA dari Bantuan Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 di SMA ISSUD Ambarawa, SMAN 1 Bergas, SMAN 1 Tuntang;

(18)

 Bantuan alat multimedia SMK dari Bantuan Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 di SMK Masehi Ambarawa, SMKN 1 Pabelan dan SMKN 1 Pringapus;

 Pengadaan alat orkes dari DAK SMA 2014 untuk 9 SMA negeri dan 6 SMA swasta;

c) Tersalurkannya BOS kepada siswa SD dan SMP dari Pemerintah Provinsi untuk SD/MI sebanyak 97.663 siswa @Rp30.000,00 dan SMP/MTs sebanyak 41.882 siswa @Rp50.000,00. Sedangkan BOS dari Pemerintah Pusat yang langsung masuk ke rekening untuk SD sebanyak 77.966 siswa dengan unit cost Rp580.000,00 dan SMP sebanyak 41.882 siswa dengan unit cost Rp710.000,00. Sedangkan untuk SMA/SMK sebanyak 25.175 siswa sebesar Rp1.000.000,00 untuk tahun 2014.

d) Tersalurkannya bantuan beasiswa miskin untuk SD sebanyak 23.461 siswa, untuk siswa SMP sebanyak 11.864 siswa dan untuk siswa SMA/SMK sebanyak 2.931 siswa dari Pemerintah Pusat, Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten Semarang.

1.2) Peningkatan mutu dan daya saing pendidikan

a) Meningkatnya angka kelulusan dan nilai Ujian Nasional yang secara umum menunjukkan hasil cukup memuaskan, seperti terlihat pada Tabel berikut:

Tabel 2.16

Tingkat Kelulusan Kabupaten Semarang Tahun 2012/2013 dan 2013/2014

NO. INDIKATOR KINERJA 2012/2013 2013/2014 +/(-)

I. SD/MI/SDLB 1 Tingkat Kelulusan (%) 100 100 0,00 2 Nilai UN 7,64 7,48 (0,16) II. SMP/MTs/SMPLB 1 Tingkat Kelulusan (%) 99.91 99,99 0,08 2 Nilai UN 7.35 6,69 (0,66) III. SMA/MA/SMK/SMALB 1 Tingkat Kelulusan (%) 99,97 99,96 100 2 Nilai UN 7.65 6,51 (1,14)

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, 2014

Dari data tersebut di atas, nilai Ujian Nasional menunjukkan adanya penurunan pada semua jenjang pendidikan. Untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA mengalami penurunan karena adanya kebijakan nasional bahwa persentase soal yang dikategorikan sulit naik 10% dan penurunan paling besar pada satuan pendidikan SMP Terbuka dan MA sehingga nilai Ujian Nasional mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya koordinasi lebih intensif dalam peningkatan mutu dengan Kementerian Agama, peran serta antara siswa, guru, orang tua, sekolah serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

(19)

b) Sampai dengan tahun 2014 jumlah guru yang telah memenuhi kualifikasi D4/S1 sebanyak 9.757 guru SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA/SMK (84,98%) dan yang telah sertifikasi sebanyak 4.599 guru SD, SMP, SMA dan SMK (49,70%). Hal ini menunjukkan belum terpenuhinya kualifikasi S1/DIV sesuai dengan ketentuan Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Sertifikasi Guru.

Tabel 2.17

Persentase Guru Berpendidikan S1/D-IV Kabupaten Semarang Tahun 2013 - 2014

JENJANG CAPAIAN 2013 2014 % +/- TARGET REALISASI

SD/MI 65,14 52 73,76 141,84 8,62

SMP/MTs 88,82 90 90,37 100,41 1,55

SMA/SMK 97,43 97 97,66 100,68 0,23

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, 2014 Tabel 2.18

Persentase Guru Bersertifikat Pendidik Kabupaten Semarang Tahun 2013 - 2014

JENJANG CAPAIAN 2013 2014 % +/- TARGET REALISASI

SD/MI 47,74 72 60,83 84,49 13,36

SMP/MTs 58,95 74 60,49 81,74 1.54

SMA/SMK 38,46 78 38,51 49,37 0,05

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, 2014

Dari dua Tabel di atas, secara umum baik guru berkualifikasi S1/D-IV maupun guru bersertifikat pendidik mengalami peningkatan. Sedangkan jumlah guru bersertifikat pendidik juga menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan Tahun 2012, namun belum sesuai dengan target RPJMD. Hal ini dikarenakan proses sertifikasi tenaga pendidik yang sebelumnya dengan metode portofolio, apabila tidak lulus baru mengikuti PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru) namun saat ini semua harus melalui metode PLPG dan didahului dengan Uji Kompetensi Awal (UKA) secara online, sehingga jumlah guru yang lulus sertifikasi tidak bisa sesuai dengan target.

2) Urusan Kesehatan

Capaian target indikator sasaran Urusan Kesehatan tercermin dari terealisasinya indikator kinerja berupa outcome yang menujukkan keberhasilan pembangunan melalui pelaksanaan program - program dan kegiatan - kegiatan yang mendukungnya dalam tahun 2014. Keberhasilan pembangunan di Urusan Kesehatan dapat dilihat lebih rinci dari indikator kinerja pelayanan yang telah dicapai tahun 2014 seperti terlihat dalam Tabel sebagai berikut:

(20)

Tabel 2.19

Capaian Urusan Kesehatan

Kabupaten Semarang Tahun 2013 - 2014

NO INDIKATOR KINERJA SAT CAPAIAN 2013 TAHUN 2014

TARGET REALISASI %

1 Angka Harapan

Hidup*) Tahun 72,90

72,50 72,92*) 100,58 2 Angka Kematian Bayi Per 1000

KH

11,95 8,06 10,25 78,63 3 Angka Kematian Ibu Per

100.000 KH

120,2 107,00 144,31 74,15 4 Angka Kematian Balita Per 1000

KH

13,44 5,20 10,90 47,71 5 Persentase balita gizi

buruk %

0,08 0,11 0,09 122,22 6 Rasio posyandu per

satuan balita Per 1000 balita

29,09 22,00 22,93 104,23 7 Rasio puskesmas,

poliklinik, pustu per satuan penduduk

Per 1000 penduduk

0,37 0,38 0,30 78,95

8 Rasio Rumah Sakit per

satuan penduduk penduduk Per 1000

0,004 0,004 0,004 100,00 9 Rasio dokter per

satuan penduduk penduduk Per 1000

0,26 0,23 0,34 147,83 10 Rasio tenaga medis per

satuan penduduk penduduk Per 1000

0,31 0,30 0,39 130,00 11 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani % 100,00 100,00 100,00 100,00 12 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan % 95,46 94,50 93,72 99,17 13 Cakupan desa/ kelurahan Universal Child Immunization (UCI) % 100,00 100,00 100,00 100,00

14 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan % 100,00 100,00 100,00 100,00 15 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA % 15,11 60,00 17,87 29,78 16 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD % 100,00 100,00 100,00 100,00 17 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin - Jamkesmas % 45,72 18,91 39,22 207,40 - Jamkesda % 18,72 9,97 30,75 308,43 18 Cakupan kunjungan bayi % 84,14 92,20 93,78 101,93 19 Cakupan puskesmas % 136,84 136.84 136.84 100,00 20 Cakupan Puskesmas Pembantu % 28,94 28,94 28,94 100,00

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2014. *) Angka Sementara

(21)

2.1) Kondisi Mortalitas

Angka mortalitas Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut:

a) Angka Kematian Bayi (AKB) di tahun 2014 sebesar 10,25 per 1.000 Kelahiran Hidup (KH). Angka ini menurun dibandingkan kondisi di tahun 2013 dimana AKB sebesar 11,95 per 1.000 KH. Jumlah kasus kematian bayi usia 0-1 tahun di tahun 2014 sebanyak 142 kasus. Jumlah ini menurun dibandingkan jumlah kematian bayi di tahun sebelumnya, dimana di tahun 2013 jumlah bayi meninggal sebanyak 169 kasus. Dari 142 kasus kematian bayi di tahun 2014, penyebab terbesar adalah BBLR 40,14% dan asfiksia 21,83%, sedangkan sisanya disebabkan penyakit infeksi, aspirasi (tersedak), kelainan kongenital (kelainan bawaan), illeus, diare, pneumonia, dan lain - lain.

Bila dilihat dari umur kematian bayi, terbanyak pada usia 0-7 hari yaitu sebesar 73,94% (105 bayi), usia 29 hari - 1 tahun sebesar 20,42% (29 bayi) dan usia 8-28 hari sebesar 5,63% (8 bayi).

Tabel 2.20 Data Kematian Bayi

Kabupaten Semarang Tahun 2014

NO PENYEBAB KEMATIAN BAYI

JUMLAH BAYI MENINGGAL BERDASARKAN USIA KEMATIAN

JMLH PENYEBAB % 0-7

HARI 8-28 HARI 29 HARI-1 TAHUN

1 BBLR 55 2 0 57 40,14 2 Asfiksia 29 2 0 31 21,38 3 Infeksi 4 0 0 4 2,82 4 Aspirasi 6 1 4 11 7,75 5 Kelainan congenital 5 2 0 7 4,93 6 Ileus 0 0 3 3 2,11 7 Diare 0 0 5 5 3,52 8 DBD 0 0 0 0 0 9 Pneumonia 0 0 1 1 0,70 10 Lain-lain 6 1 16 23 16,20 Jumlah 105 8 29 142 100 % Jumlah kematian

bayi berdasar usia 73,94 5,63 20,42 100 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2014

b) Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2014 sebesar 144,31 per 100.000 KH. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 dimana AKI di tahun 2013 sebesar 120,22 per 100.000 KH. Jumlah kematian ibu hamil/bersalin/nifas pada tahun 2014 sebanyak 20 orang dan di tahun 2013 sebanyak 17 orang. Dari 20 kematian ibu, penyebab kematian terbesar adalah kasus perdarahan sebanyak 8 kasus, hipertensi dalam kehamilan 5 kasus, emboli air ketuban 2 kasus, encepalitis 1 kasus, cardiomyopati post partum 1 kasus, Sepsis 1 kasus, penyakit jantung 1 kasus dan infeksi an-aerob 1 kasus.

(22)

Dalam rangka peningkatan kesehatan ibu, beberapa upaya telah dilakukan di tahun 2014, antara lain:

 Peningkatan kualitas SDM dengan mengikutsertakan bidan pada Pelatihan Penanganan Gawat Darurat Obstetri dan Neonatal, Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, dan Pelatihan Clinical Instructur. Serta peningkatan kompetensi bidan dengan kasus kematian ibu melalui magang di Rumah Sakit Umum Daerah.

 Peningkatan Manajemen dengan melaksanakan jejaring ibu bayi selamat dan Maternal Mortality Meeting (M3) di tingkat kecamatan dan tingkat desa.

Jejaring ibu bayi selamat adalah suatu kegiatan pelayanan kesehatan yang melibatkan semua elemen terkait untuk menyelamatkan ibu hamil, bersalin, dan nifas, beserta bayinya dengan membentuk kemitraan. Strategi yang diterapkan dalam kegiatan jejaring ibu bayi selamat antara lain mengoptimalkan seluruh sumberdaya yang ada secara komprehensif, efektif, dan efisien, mengoptimalkan peran seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung program, dan membangun kemitraan dengan membentuk jejaring komunikasi dan informasi yang efektif dan efisien. Dalam jejaring ibu bayi selamat kegiatan yang dilaksanakan antara lain deteksi dini ibu hamil resiko tinggi, perencanaan persalinan utamanya yang beresiko, penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal, menyusun dan memberlakukan protap rujukan, menentukan jejaring rujukan dengan rumah sakit, dan memanfaatkan teknologi informasi untuk pelaksanaan program.

c) Angka Kematian Balita (AKABA) umur 0-5 tahun di tahun 2014 sebesar 10,99 per 1.000 KH. Angka ini menurun jika dibandingkan tahun 2013 dimana AKABA di tahun 2013 sebesar 13,44 per 1.000 KH. Jumlah balita 0-5 tahun yang meninggal di tahun 2014 sebanyak 151 balita, menurun dibandingkan tahun 2013 dimana jumlah balita meninggal sebanyak 190 balita. Sedangkan kematian balita berumur 1-5 tahun yang meninggal pada tahun 2014 sebanyak 9 balita, menurun dibandingkan tahun 2013 sebanyak 20 balita. Penyebab kematian 9 balita usia 1-5 tahun antara lain: diare 1 balita, gizi buruk 1 balita, gizi buruk dengan down syndrome 1 balita, leukemia 1 balita, kejang demam 1 balita, kecelakaan 1 balita, kelainan jantung bawaan 2 kasus dan kanker lidah 1 balita.

2.2) Kondisi Morbiditas

Angka morbiditas Kabupaten Semarang tahun 2014 dibanding tahun 2013, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel berikut:

(23)

Tabel 2.21

Capaian Indikator Angka Morbiditas Kabupaten Semarang Tahun 2013 - 2014

NO INDIKATOR CAPAIAN 2013 TAHUN 2014 TARGET REALISASI 1 Incident Rate DBD per 10.000

penduduk 3,12

< 2,5 3,41

2 CFR DBD 1,01% 0 0,59%

3 Cakupan penemuan dan

penanganan penderita DBD 100%

100% 100%

296 kasus 100% 337 kasus 4 Cakupan penemuan penderita

TBC BTA (+) 15,11% 60% 13,78% 5 Cakupan penanganan HIV/AIDS 100% 100% 100% (22 HIV/ 17 AIDS) (63 HIV / 19 AIDS) 6 AFP Rate per 100.000

penduduk < 15 thn 6 kasus

> 2 6 kasus 7 Desa/kelurahan mengalami

KLB yang ditangani < 24 jam 100%

100% 100%

8 Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

100% 100% 100%

9 Balita Gizi Kurang 2,70% 4% 3,11%

10 Balita Gizi Buruk 0,08% 0,11% 0,09%

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2014

a) Jumlah kasus DBD pada tahun 2014 sebanyak 337 kasus, meningkat dibandingkan tahun 2013 yang berjumlah 296 kasus. Peningkatan kasus DBD dipengaruhi faktor cuaca. Peningkatan kasus ini menyebabkan Incidence Rate (IR) meningkat dibanding tahun 2013 dan melampaui target <2,5 per 10.000 penduduk. IR DBD tahun 2014 sebesar 3,41 per 10.000 penduduk, meningkat dari tahun 2013 dimana IR DBD sebesar 3,12 per 10.000 penduduk.

b) Jumlah kematian akibat penyakit DBD di tahun 2014 sebanyak 2 orang, menurun dibandingkan tahun sebelumnya karena di tahun 2013 jumlah kematian akibat DBD sebanyak 3 orang. Angka Case Fatality Rate (CFR)/angka kematian DBD tahun 2014 sebesar 0,59%, menurun dibandingkan tahun 2013 sebesar 1,01%.

c) Jumlah penderita baru TBC BTA (+) yang ditemukan dan diobati sebanyak 188 kasus, dengan cakupan Case Detection Rate (CDR) sebesar 17,87% (188 orang jumlah BTA postif/1.052 orang jumlah penduduk perkiraan BTA positif). Cakupan penemuan penderita TBC BTA (+) meningkat dibanding tahun 2013 sebesar 15,11%. Persentase kesembuhan penderita TBC BTA (+) tahun 2014 sebesar 97,38% (jumlah pasien TB yang sembuh 186, dibagi jumlah pasien yang diobati 191 pasien), angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 dimana angka kesembuhan sebesar 87,6%. Peningkatan persentase kesembuhan penderita TBC BTA (+) bisa tercapai berkat kesadaran masyarakat yang secara konsisten menjalani proses pengobatan sesuai standar pengobatan penyakit TBC dengan pendampingan dari Pengawas Minum Obat (PMO).

(24)

d) Jumlah kasus HIV di tahun 2014 sebanyak 63 kasus, meningkat dibanding tahun 2013 sebanyak 22 kasus. Jumlah kasus AIDS di tahun 2014 sebanyak 19 kasus, meningkat dibanding tahun 2013 sebanyak 17 kasus. Seluruh kasus HIV/AIDS yang terdeteksi mendapatkan pelayanan kesehatan. Meningkatnya penemuan kasus HIV/AIDS dikarenakan adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk periksa ke klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT). Klinik VCT merupakan sarana pelayanan HIV yang berkelanjutan, dimana layanan dilakukan berdasarkan kebutuhan klien dan dilakukan tanpa ada paksaan. Saat ini di Kabupaten Semarang terdapat 10 klinik VCT yang siap memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien HIV/AIDS yaitu di RSUD Ambarawa, RSUD Ungaran, BKPM Ambarawa, Puskesmas Bergas, Puskesmas Bawen, Puskesmas Getasan, Puskesmas Tengaran, Puskesmas Suruh, Puskesmas Bringin, dan Puskesmas Duren.

e) Jumlah kasus Acute Flacid Paralysis (AFP) yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 6 kasus, keadaan ini sama dengan tahun 2013. Berdasarkan hasil laboratorium, seluruh kasus AFP yang ditemukan pada tahun 2014 negatif (bukan polio).

f) Jumlah desa/kelurahan yang mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) mengalami penurunan dari tahun 2013 sebanyak 15 desa/kelurahan menurun menjadi 13 desa/kelurahan. Seluruh KLB yang terjadi dapat tertangani < 24 jam.

Tabel 2.22

Kejadian Luar Biasa (KLB) Kabupaten Semarang Tahun 2014

NO. JENIS KLB DESA/KELURAHAN MENGALAMI KLB KASUS JML

JUMLAH PENDERITA MENINGGAL 1 Keracunan Desa Butuh Kec. Tengaran 69 0

Desa Nyemoh Kec. Bringin 60 0 Desa Samban Kec. Bawen 18 0 Desa Ujung-ujung Kec.

Pabelan 14 0

2 AFP Kel. Pringapus Kec.

Pringapus 1 0

Desa Jombor Kec. Tuntang 1 0 Desa Banyubiru Kec.

Banyubiru 2 0

Desa Candirejo Kec.

Pringapus 1 0

Kel. Lodoyong Kec.

Ambarawa 1 0

3 KIPI Kel. Klepu Kec. Pringapus 1 0

4 Tetanus

Neonatorum Desa Rembes Kec. Bringin 1 1 5 Difteri Desa Candirejo Kec.

Pringapus 1 0

6 Diare Desa Kemawi Kec.

Sumowono 8 0

7 Chikungunya Desa Polobogo Kec. Getasan 121 0

Jumlah 299 1

(25)

g) Pada tahun 2014 seluruh desa/kelurahan di Kabupaten Semarang yang berjumlah 235 desa/kelurahan berhasil mencapai Universal Child Immunization (UCI), yaitu tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, Wanita Usia Subur (WUS) dan anak sekolah tingkat dasar. Keadaan ini sama dengan tahun 2013 dimana 235 desa/kelurahan di Kabupaten Semarang berhasil mencapai UCI.

h) Dari hasil kegiatan penimbangan serentak (BB/U) yang dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2014 sejumlah 66.606 balita ditimbang diperoleh hasil persentase balita gizi kurang sebesar 3,11% (2.072 balita), balita gizi baik sebesar 92,88% (61.862 balita), balita gizi lebih sebesar 3,95% (2.633 balita). Dari 71.750 balita yang ada persentase balita dengan gizi buruk sebesar 0,09% (64 balita). Angka ini lebih kecil dari target yang ditetapkan yaitu 0,11%. Seluruh balita dengan kasus gizi buruk mendapatkan perawatan.

i) Jumlah Posyandu di Kabupaten Semarang tahun 2014 sebanyak 1.645 Posyandu. Bila dibandingkan dengan rata - rata jumlah balita dalam 1 tahun sebanyak 71.750 balita diperoleh angka rasio Posyandu sebesar 22,93 per 1.000 balita. Rasio tersebut sudah memenuhi standar nasional Kementerian Kesehatan dimana standarnya adalah 12 sampai dengan 50 posyandu per 1.000 balita.

2.3) Kondisi Sanitasi Lingkungan

Kondisi sanitasi lingkungan tahun 2014 dibandingkan tahun 2013 digambarkan pada Tabel berikut:

Tabel 2.23

Kondisi Sanitasi Lingkungan Kabupaten Semarang Tahun 2013 - 2014

NO INDIKATOR CAPAIAN 2013 TAHUN 2014 TARGET REALISASI

1 Cakupan jamban 82,70% 88,00% 82,84%

2 Cakupan rumah sehat 76,88% 78,00% 77,70% 3 Cakupan sarana air bersih 88,58% 92,00% 81,79% 4 Cakupan pengawasan sanitasi

TTU, industri, TPM, TP3 80,45% 88,00% 88,30%

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2014

a) Cakupan jamban di Kabupaten Semarang mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar 82,7% menjadi 82,84% di tahun 2014. Pencapaian status Open Defecation Free (ODF) tahun 2014 berhasil dideklarasikan pada 2 wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Getasan (13 desa/kelurahan) dan Kecamatan Tengaran (15 desa/kelurahan). ODF merupakan sebuah gerakan masyarakat yang bertujuan mencapai lingkungan yang terbebas dari buang air besar sembarangan. Cakupan rumah sehat mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar 76,88% menjadi 77,70% di

(26)

tahun 2014. Cakupan jamban dan rumah sehat yang meningkat menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat untuk hidup sehat yang semakin meningkat.

b) Cakupan sarana air bersih mengalami penurunan dari tahun 2013 sebesar 88,58% menjadi 81,79% di tahun 2014. Angka ini belum memenuhi target 92% dan menurun capaiannya apabila dibandingkan cakupan tahun 2013. Hal ini disebabkan karena:

 Sebaran sarana air bersih di Kabupaten Semarang belum merata.

 Masih banyak daerah - daerah karena letak geografis yang sulit meningkatkan cakupan air bersihnya (Kecamatan Suruh, Kecamatan Bancak, Kecamatan Bringin dan Kecamatan Susukan)

 Banyak bangunan sarana air bersih yang sudah tua dan berlumut sehingga menyebabkan kualitas air menurun (air menjadi berbau).

c) Cakupan pengawasan sanitasi Tempat Tempat Umum (TTU), industri, Tempat Pengelolaan Makanan (TPM), Tempat Penyimpanan dan Pengelolaan Pestisida (TP3) mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar 80,45% menjadi 88,30% di tahun 2014. Angka tersebut sudah memenuhi target yang diharapkan.

2.4) Kondisi Pelayanan Kesehatan

Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Kabupaten Semarang, Pemerintah Daerah selalu berupaya untuk mengembangkan sarana pelayanan kesehatan baik dari segi kuantitas maupun pengembangan kualitas pelayanan agar tercipta pelayanan prima di setiap institusi pelayanan kesehatan. Capaian indikator pelayanan kesehatan sebagaimana Tabel berikut:

Tabel 2.24

Capaian Indikator Pelayanan Kesehatan Kabupaten Semarang Tahun 2013 - 2014

NO INDIKATOR KINERJA SAT CAPAIAN 2013 TAHUN 2014

TARGET REALISASI % 1 Rasio Rumah Sakit per

satuan penduduk penduduk Per 1000 0,004 0,004 0,004 100,00 2 Rasio puskesmas,

poliklinik, pustu per satuan penduduk

Per 1000

penduduk 0,37 0,38 0,30 78,95

3 Rasio dokter per satuan penduduk (dokter spesialis dan dokter umum)

Per 1000

penduduk 0,26 0,23 0,34 147,83 4 Rasio tenaga medis per

satuan penduduk (dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi) Per 1000 penduduk 0,31 0,30 0,39 130,00 5 Cakupan puskesmas % 136,84 136,84 136,84 100,00 6 Cakupan Puskesmas Pembantu % 28,94 28,94 28,94 100,00

(27)

a) Pada tahun 2014 di Kabupaten Semarang terdapat 4 unit Rumah Sakit, yang terdiri dari 2 rumah sakit pemerintah yaitu RSUD Ungaran dan RSUD Ambarawa, dan 2 rumah sakit swasta yaitu RS Bina Kasih dan RS Ken Saras. Rasio rumah sakit di Kabupaten Semarang sebesar 0,004 per 1.000 penduduk. Jumlah puskesmas tahun 2014 di Kabupaten Semarang sebanyak 26 puskesmas yang tersebar di 19 kecamatan, dengan jumlah puskesmas perawatan sebanyak 12 puskesmas dan non perawatan sebanyak 14 puskesmas. Puskesmas pembantu sebanyak 68 unit, Pos Kesehatan Desa (PKD) sebanyak 157 unit, polindes sebanyak 27 unit. Jumlah klinik sebanyak 23 unit menurun dibandingkan dengan tahun 2013 sebanyak 59 unit (termasuk Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin). Hal ini disebabkan karena pada Tahun 2014 Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klinik dimana semua fasilitas kesehatan yang masih berstatus Balai Pengobatan/Rumah Bersalin harus berubah menjadi klinik.

b) Total jumlah puskesmas, pustu, PKD, polindes, dan klinik sebanyak 295 unit, bila dibandingkan dengan jumlah penduduk 2014 sebanyak 989.399 jiwa diperoleh angka rasio sebesar 0,30 per 1.000 penduduk atau 3 per 10.000 penduduk. Rasio tersebut sudah memenuhi standar yang ditetapkan Kementerian Kesehatan dimana rasio puskesmas, poliklinik dan pustu persatuan penduduk adalah 1 fasilitas kesehatan per 10.000 penduduk. Cakupan puskesmas sebesar 136,84% dan cakupan pustu sebesar 28,94%.

c) Cakupan rawat jalan di Puskesmas Kabupaten Semarang menunjukkan trend kenaikan dari tahun 2013 sebesar 34,29% menjadi 102,58% di tahun 2014, dan persentase cakupan rawat jalan di Kabupaten Semarang di tahun 2014 sudah di atas target Nasional sebesar 15%. Pelayanan kesehatan di puskesmas dan jejaringnya yang bebas biaya dan mudah diakses sehingga tingkat kunjungan di puskesmas cenderung mengalami peningkatan. d) Cakupan rawat inap di Puskesmas rawat inap Kabupaten

Semarang menunjukkan trend kenaikan dari tahun 2013 sebesar 0,56% menjadi 0,70% di tahun 2014. Namun demikian cakupan yang dicapai belum bisa memenuhi target sebesar 1,5%. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat yang sakit dan harus dirawat inap lebih memilih dirawat inap di rumah sakit khususnya rumah sakit milik pemerintah dengan alasan antara lain pelayanan yang diberikan lebih lengkap, disamping itu adanya kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang dimana masyarakat Kabupaten Semarang yang dirawat di kelas tiga tidak dikenakan biaya.

(28)

e) Jumlah kunjungan peserta Jamkesmas di Puskesmas (pelayanan kesehatan strata 1) dimana pada tahun 2014 ini telah bergabung menjadi peserta BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) mengalami penurunan dari tahun 2013 sebanyak 123.830 menjadi 111.317 kunjungan di tahun 2014. Penurunan kunjungan ini dikarenakan adanya peningkatan status kesehatan masyarakat Kabupaten Semarang.

f) Pelayanan kesehatan pasien miskin melalui kegiatan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) tahun 2014 telah melayani sebanyak 11.517 pasien, meningkat dibandingkan dengan tahun 2013 sebanyak 8.308 pasien.

g) Selain UPTD Puskesmas, Dinas Kesehatan memiliki UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan sampel bakteriologi lingkungan, parasitologi lingkungan, kimia lingkungan dan sampel klinis. Kinerja UPTD Labkesda pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2.25

Capaian Kinerja Labkesda

Kabupaten Semarang Tahun 2013 - 2014

NO PEMERIKSAAN JENIS INDIKATOR KINERJA SAT CAPAIAN 2013 TAHUN 2014 TARGET REALISASI 1 Pemeriksaan Bakteriologi Lingkungan Jumlah sampel MPN coliform dan atau E Coli air yang diperiksa sampel 1472 330 1436 Jumlah sampel MPN coliform dan atau E Coli makanan yang diperiksa sampel 66 220 75 2 Pemeriksaan Parasitologi Lingkungan Jumlah sampel tanah yang diperiksa sampel 0 2 0 3 Pemeriksaan Kimia Lingkungan Jumlah sampel

air yang diperiksa sampel 1200

120 1067 Jumlah parameter yang diperiksa Para-meter 4418 360 3093 4 Pemeriksaan klinis Jumlah pasien

per tahun orang 564

550 689 Jumlah sampel klinis yang diperiksa sampel 586 660 737 Jumlah parameter yang diperiksa Para-meter 1387 1980 2387

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2014

Dari 8 indikator kinerja Labkesda, target yang tidak tercapai adalah jumlah pemeriksaan sampel tanah, pemeriksaan sampel makanan dan pemeriksaan sampel klinis. Tidak adanya pemeriksaan sampel tanah dikarenakan UPTD Labkesda tidak mempunyai program khusus yang secara aktif melakukan pengambilan dan pemeriksaan sampel tanah. Pemeriksaan sampel tanah memang jarang dilakukan kecuali ada

(29)

kejadian luar biasa misalnya wabah kecacingan atau ada kegiatan penelitian. Pemeriksaan sampel makanan yang ditargetkan 220 sampel hanya tercapai 75 sampel, hal ini dikarenakan ijin laik sehat yang merupakan penyumbang utama pemeriksaan sudah tidak lagi ditargetkan pendapatannya, sehingga mempengaruhi jumlah pemeriksaan sampel makanan.

2.5) Kinerja Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin di Rumah Sakit pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel berikut:

a) RSUD Ungaran

Tabel 2.26

Capaian Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Miskin RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2013 - 2014

NO INDIKATOR KINERJA SAT CAPAIAN

2013 TAHUN 2014 TARGET REALISASI % 1 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin - Jamkesmas Pasien 6.685 - BPJS Pasien - 29.505 29.221 99,04 - Jamkesda Pasien 1.425 1.458 944 64,75

Sumber : RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, 2014

Pada Tahun 2014 pasien Jamkesda 944 pasien menurun dibandingkan tahun 2013 sebanyak 1.425 pasien, hal ini dikarenakan:

 Dengan adanya program BPJS pada tahun 2014 maka banyak masyarakat yang beralih ke BPJS baik yang mandiri maupun masuk dalam jaminan pemerintah dengan demikian masyarakat di Kabupaten Semarang yang berobat di RSUD Ungaran yang menggunakan Jamkesda menjadi sedikit.

 Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai peserta jaminan kesehatan.

 Secara bertahap peserta jamkesda sudah didaftarkan oleh pemerintah daerah menjadi peserta jaminan pelayanan kesehatan yang preminya dibebankan pada pemerintah daerah.

 Peserta Jamkesda hampir 25% kepesertaannya dilimpahkan ke BPJS dan dibayar dengan anggaran pemerintah daerah. Untuk indikator pelayanan selama tahun 2014 sebagai berikut:

Tabel 2.27

Indikator Pelayanan RSUD Ungaran Tahun 2013 - 2014

NO INDIKATOR

PELAYANAN SAT TAHUN 2013

TAHUN 2014 KETERANGAN TARGET REALISASI Menurut Barber Johnson 1 Bed Occupation Rate (BOR) % 78,4 76,8 75,9 BOR: 75%-80%

(30)

NO PELAYANAN INDIKATOR SAT TAHUN 2013 TAHUN 2014 KETERANGAN TARGET REALISASI

2 Lenght of Stay

(LOS) hari

4,5 4,0 4,3 LOS: 3-12 hari 3 Turn Over Interval

(TOI) hari

1,0 1,2 1,1 TOI: 1-3 hari 4 Bed Turn Over

(BTO) kali

79,2 73,0 69,2 BTO: 35-45 kali 5 Gross Death Rate

(GDR) ‰

20,3 20,0 21,2 GDR: ≤ 45 ‰ 6 Net Death Rate

(NDR) ‰

11,3 11,0 11,1 NDR: ≤ 25 ‰

Sumber: RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, 2014

Dalam pencapaian indikator pelayanan di RSUD Ungaran menggunakan standar dari Barber Johnson karena bisa diketahui apakah mutu pelayanan di rumah sakit itu sudah baik atau belum, sudah efisien atau belum, jika indikator pelayanan (BOR, LOS, BTO, TOI) masuk dalam daerah efisien berarti mutu pelayanan di RSUD Ungaran sudah baik (dengan cara melihat dari grafik Barber Johnsonnya) sebagai berikut:

Bed Ocupancy Rate (BOR) yaitu adalah jumlah hari perawatan di bandingkan jumlah tempat tidur dalam satu tahun. Angka BOR di RSUD Ungaran bila di bandingkan dengan tahun 2013 mengalami penurunan dari 78,4% menjadi 75,9% pada tahun 2014 dikarenakan pada Bulan September s.d. Bulan November 2014 ada banyak ruangan pelayanan yang tidak bisa dipakai karena ada renovasi ruangan pelayanan.

Average Length of Stay (LOS) adalah rata - rata lamanya dirawat, dihitung dari perbandingan jumlah lamanya di rawat dengan jumlah pasien yang keluar hidup dan mati. Angka LOS di RSUD Ungaran menurun dari 4,5 hari pada tahun 2013 menjadi 4,3 hari pada tahun 2014, hal ini disebabkan karena karena pasien yang dirawat dengan khusus memerlukan perawatan lebih lama.

Turn Over Interval (TOI) yaitu jumlah interval pemakaian tempat tidur, dihitung dari selisih hari perawatan maksimum dan hari perawatan riil bila dibandingkan dengan jumlah pasien keluar hidup dan mati. Angka TOI di RSUD Ungaran bila dibandingkan dengan tahun 2013 mengalami kenaikan, dari 1,0 hari pada tahun 2013 menjadi 1,1 hari pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan interval pemakaian tempat tidur di RSUD Ungaran bertambah lama, namun demikian angka tersebut masih dalam kisaran angka standar.

Bed Turn Over (BTO) yaitu angka kematian umum di rumah sakit pada periode waktu tertentu. Angka BTO di RSUD Ungaran tahun 2013 sebanyak 79,2 kali sedangkan tahun 2013 sebanyak 69,2 kali.

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran berbasis prezi dilakukan oleh 2 orang ahli materi, 2 orang ahli media, guru mata pelajaran geografi serta siswa SMA Negeri 1 Kubung kelas X IPS

Berangkat dari pemikiran umum tentang kenyataan dan tantangan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam dan realitas empirik yang terjadi pada lembaga-lembaga MTs di

Secara sintaktis, penggunaan kata tanya apakah dalam konstruksi interogatif retorik memiliki struktur yang hampir sama dengan konstruksi interogatif tertutup, yaitu

Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di SMA Islam Harapan Ibu bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat mengenai dampak dan pencegahan cyber

Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi masalah, tetapi lebih dari itu

t test and F test result with α = 10%, the effect is variable level of education, bussines duration, labor force, and capital, while the F-test indicates that the

Dengan menggunakan antena mikrostrip multilayer parasitic dapat menjadikan dimensi antena berkurang namun tetap menghasilkan gain yang besar jika

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, semua media perlakuan yang dicobakan pada media MS dengan penambahan zat pengatur tumbuh mampu mendorong organogenesis eksplan