• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kajian tentang globalisasi memang tidak pernah sepi dibahas dalam setiap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kajian tentang globalisasi memang tidak pernah sepi dibahas dalam setiap"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kajian tentang globalisasi memang tidak pernah sepi dibahas dalam setiap kesempatan diskusi.Persoalannya yang kompleks, membuatnya identik, bahkan menjadi frasa yang melengkapi istilah modernisasi.Semua bangsa dan masyarakat di dunia ini senantiasa terlibat dalam proses modernisasi, meskipun kecepatan dan arah perubahannya berbeda-beda antar masyarakat satu dengan masyarakat yang lainya.1Perkembangan yang begitu cepat pada era globalisasi ini, memudahkan semua budaya-budaya yang ada di dunia masuk ke setiap negara lainnya termasuk Indonesia. Menurut Koentjaraningrat, budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada di dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak.2

Remaja Indonesia saat ini mulai kesulitan untuk memaknai pentingnya arti warisan budaya, khususnya kesenian tradisional yang kita miliki. Memaknai sesuatu tersebut lebih penting dari pada kita hanya berbicara atau berkampanye tentang bagaimana menjaga kesenian tersebut. Seringkali masyarakat Indonesia juga terlambat dalam bertindak, ketika apa yang kita miliki mulai diklaim oleh bangsa lain, kita baru menyadari arti penting warisan budaya atau kesenian yang harus benar-benar dijaga seutuhnya. Perbedaan pandangan yang terdapat pada mind atau pikiran setiap individu dalam memaknai arti pentingnya warisan budaya, membuat semakin pudarnya sikap remaja dalam memaknai arti penting sebuah aset bangsa.

1

Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia. Hlm. 170

2

(2)

2 Remaja atau generasi muda yang diharapkan dapat meneruskan atau menjaga suatu kekayaan negara, lambat laun mulai melupakannya. Terdapat suatu pemikiran yang sering kita dengar bahwa apa yang kita miliki ini merupakan suatu yang sudah tertinggal atau hal yang “jadul” untuk dipelajari khususnya para remaja Indonesia. Inilah suatu masalah yang harus dihadapi bangsa Indonesia, yaitu terjadi disfungsi peran pemuda dalam melestarikan dan menjaga kebudayaan Indonesia.

Ancaman-ancaman terhadap lenyapnya budaya tradisional tidak akan terjadi apabila di setiap daerah terdapat suatu komunitas ataupun kelompok yang masih mempertahankan dan mempelajari budaya tersebut. Inilah yang tengah dilakukan oleh komunitas kesenian “Kuda Lumping Bawono Langgeng” yang berada di Dusun Dawung, Desa Pagerwojo, Kec. Kesamben, Kab. Blitar. Komunitas ini mencoba mempertahankan budaya tradisional, khususnya kesenian tari tradisional kuda lumping.

Tahun 1992 di Desa Pagerwojo terdapat dua komunitas kesenian kuda lumping yang telah berdiri lebih dahulu jika dibandingkan dengan komunitas Bawono Langgeng. Komunitas ini juga mengusung semangat melestarikan kesenian tradisional kuda lumping, dengan lahirnya komunitas Bawono Langgeng, maka menambah kekayaan komunitas kesenian yang dimiliki oleh Desa Pagerwojo.Ketiga komunitas ini bersaing dengan sehat untuk menunjukkan eksistensi mereka dalam melestarikan kesenian tradisional kuda lumping. Namun menjadi permasalahan ketika komunitas yang telah berdiri lebih tua justru berguguran dan memilih bubar, hal tersebut diakibatkan oleh berbagai hal, seperti faktor internal dan eksternal komunitas.Sehingga, kini hanya menyisakan satu komunitas Bawono Langgeng yang sampai sekarang masih eksis dalam melestarikan kesenian kuda lumping di Desa Pagerwojo.

(3)

3 Komunitas kesenian ini, beranggotakan para seniman muda sampai tua, yang memiliki kepedulian terhadap kesenian tradisional, khususnya kesenian kuda lumping. Menjaga kelestarian dan memajukan serta mewariskan kesenian tradisional khususnya kuda lumping ini kepada generasi muda adalah harapan dari komunitas ini. Oleh karenanya, pendekatan seni yang dilakukan menggunakan media tradisional dan dikolaborasikan denganmedia modern, khusunya pada gamelan dan koreografi atau gerakan tarinya. Hal tersebut merupakan salah satu cara agar kesenian ini tidak dimaknai sebagai kesenian yang ketinggalan zaman dan mampu beradaptasi dengan unsur lain yang lebih modern.

Komunitas kesenian kuda lumping Bawono Langgeng menjadi salah satu kelompok seni yang ikut terdampak atas berjalannya waktu dan pergeseran budaya, sehingga mengakibatkan komunitas ini sering mengalami vakum atau menghentikan berbagai aktivitas seninya.Bawono Langgeng merupakan satu-satunya komunitas yang tersisa di Desa Pagerwojo, bukan tidak mungkin jika suatu saat nanti komunitas ini juga berpotensi bubar. Oleh sebab itu, komunitas ini berupaya tetap eksis meskipun dengan berbagai ancaman yang datang seperti perkembangan teknologi dan pilihan hiburan di masyarakat yang jauh lebih bervariasi.

Tahun 2013, komunitas ini hidup dan menitih perjalanan seninya kembali.Sebelumnya peneliti telah berkesempatan untuk berbincang langsung dengan pimpinan dari komunitas keseniankuda lumping Bawono Langgeng ini.Peneliti menanyakan alasan mengapa komunitas seni ini dihidupkan kembali.Dan berikut petikan jawaban dari Bapak Mesdi (Pimpinan Komunitas).

“Ya begitulah Mas, Kesenian kuda lumping ini sengaja dihidupkan kembali atas prakarsa dari berbagai pecinta seni Mas, termasuk aktor-aktor lama, ya Mbah-mbah mu itu,ya dorongan dari masyarakat serta dukungan dari pemerintah Desa setempat.Ya,harapannya,kehadiran kesenian ini membawa perubahan-perubahan yang sedikit banyak membawa perbedaan

(4)

4

dibandingkan dengan sebelumnya Mas.Dalam tampilan yang baru ini, sengaja ditambahkan nuansa yang lebih modern dan visi yang lebih jelas Mas.Yakni, berkomitmen menjaga dan melestarikan eksistensi kesenian “Kuda Lumping Bawono Langgeng” terus menjadikannya sarana rekreasi bagi masyarakat.”

Petikan wawancara tersebut, menggambarkan kepedulian dan rasa cinta yang besar terhadap kesenian tradisional. Ada unsur rekreasi atau hiburan bagi masyarakat, merupakan hal baru dalam komunitas ini, karena sebelumnya, hal ini tidak pernah ada dalam komunitas kesenian tradisional kuda lumping Bawono Langgeng.Rekreasi atau pariwisata adalah fenomena kemasyarakatan, yang menyangkut manusia, masyarakat, kelompok, organisasi, kebudayaan dan sebagainya, yang merupakan obyek kajian sosiologi.3Melihat unsur sistem yang ada begitu kompleks, maka visi yang dibuat oleh komunitas ini tentunya juga didukung oleh masyarakat dan pemerintah desa setempat.Sehingga sistem yang terbangun selama ini mampu menjalankan fungsi dan mengakomodir tujuan dari komunitas ini dengan cukup baik.

Komunitas kesenian kuda lumping Bawono Langgeng merupakan sistem yang ada dalam sistem sosial masyarakat.Sistem tersebut didalamnya terdapat struktur dan fungsi masing-masing, sama halnya dengan yang ada pada sistem sosial yang lebih luas, namun diantara keduanya memilki tujuan yang berbeda.Komunitas seni memilki tujuan yang jauh lebih spesifik sedangkan sistem sosial masyarakat tentunya memiliki tujuan dan fungsi yang lebih luas dan kompleks.

Komunitas seni ini telah bersinergi dan menjalin kerjasama yang baik dengan masyarakat dan pemerintah DesaPagerwojo. Pada awal didirikan kembali, komunitas seni ini gencar melakukan promosi dan menggelar pementasan di berbagai tempat,

3

(5)

5 hal tersebut sebagai upaya komunitas untuk mengenalkan kesenian kuda lumping ini kepada masyarakat luas agar tetap eksis dan menjadikannya sebagai sarana rekreasi yang bisa dinikmati oleh masyarakat lokal maupun luar daerah.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana eksistensi kesenian kuda lumping di Dusun Dawung, Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar dan bagaimana upaya komunitas dalam melestarikan dan mempertahankan eksistensi kesenian kuda lumping tersebut. Fenomena ini akan dikaji, dideskripsikan dan dianalisis secara sosiologis. Pada dasarnya teori sosiologi memang tidak bisa dilepaskan dari nilai yang terkandung dalam kehidupan masyarakat secara nyata. Dengan demikian diharapkan nantinya akan memunculkan sebuah wacana atau konsep maupun teori baru yang dapat memberikan solusi, kontribusi dan saran dari analisis yang sudah dilakukan oleh peneliti mengenai fenomena yang telah diangkat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran tersebut, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalahBagaimana eksistensi kesenian Kuda Lumping Bawono Langgeng di Dusun Dawung?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendekripsikan eksistensi kesenian Kuda Lumping Bawono Langgeng di Dusun Dawung.(Upaya komunitas Bawono Langgeng dalam melestarikan dan mempertahankan Eksistensi kesenian Kuda Lumping).

(6)

6 1.4 ManfaatPenelitian

1. Secara Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Sosiologi, khususnya mengenai teori fungsionalisme struktural dan implementasinya melalui konsep atau fungsi AGIL yang dilihat dari perpektif komunitas kesenian Bawono Langgeng sebagai sistem dalam melestarikan dan mempertahankan eksistensi kesenian kuda lumping. 2. Secara Praktis

a. Dapat menambah referensi bagi peneliti dan mahasiswa yang akan meneliti dengan tema yang sama.

b. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa masalah–masalah yang selama ini sering terjadi dan menyebabkan kesenian kuda lumping Bawono Langgeng ini sering vakum.

c. Mampu memberikan solusi dan saran kepada Komunitas Kesenian kuda lumping Bawono Langgeng agar tetap eksis dan tetap mempertahankan nilai-nilai dalam kesenian kuda lumping sebagai kesenian tradisional.

1.5 Definisi Konsep 1. Eksistensi

Menurut Martinus Eksistensi adalah hal, hasil tindakan, keadaan, kehidupan semua yang ada.Eksistensi yang dimaksud adalah keberadaan sesuatu yang ada dalam kehidupan.Unsur dari eksistensi tersebut meliputi lahir, berkembang dan mati.4 Sedangkan menurut Save M. Dagun, kata eksistensi berasal dari kata latin

4

Khutniah Nainul. 2013. Upaya Mempertahankan Eksistensi Tari Kridha Jati di Sanggar Hayu

Budaya Kelurahan Pengkol Kec. Jepara, Kab. Jepara. Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari dan

(7)

7 existere yang artinya muncul, ada, timbul, memiliki keberadaan aktual. Existere disusun dari ex yang artinya keluar dan sistere yang artinya tampil atau muncul.

Terdapat beberapa pengertian tentang eksistensi yang dijelaskan menjadi 4 pengertian.Pertama, eksistensi adalah apa yang ada.Kedua, eksistensi adalah apa yang memiliki aktualitas.Ketiga, eksistensi adalah segala sesuatu yang dialami dan menekankan bahwa sesuatu itu ada. Keempat, eksistensi adalah kesempurnaan.5Pengertian yang dimaksud dalam judul penulisan ini adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh sebuah komunitas seni dalam memperoleh kedudukan yang benar-benar tetap ada. Dan keberadaan atau posisinyasebagai wujud upaya dalam mempertahankan apa yang menjadi harapan dari sebuah komunitas keseniankuda lumping Bawono Langgeng.

2. Kesenian Kuda Lumping 2.1 Kesenian

Kesenian berasal dari kata dasar seni (art) yang berarti penggunaan imajinasi dan kreatifitas manusia dalam menerangkan, memahami dan menikmati kehidupan. Kesenian merupakan salah satu cara manusia memandang dunianya. Pandangan dunia dapat diartikan sebagai konsepsi yang eksplisit, suatu masyarakat atau individu tentang batas-batas serta tata kerja dunia seseorang.6 Kesenian merupakan hasil karya manusia. Dari sudut pandang yang lain, cara kesenian sebagai ekspresi hasrat manusia akan keindahan, maka terdapat beberapa ruang lingkup kesenian yang bersifat universal. Koentjaraningrat membagi kesenian dalam dua lapangan besar, yaitu (1) seni rupa, atau kesenian yangdinikmati oleh manusia dengan mata, dan (2)

5

Ibid. Hlm. 7

6

(8)

8 seni suara, atau kesenian yang dinikmati manusia dengan telinga. Seni yang merupakan gabungan dari seni rupa dan seni suara adalah seni tari.7

Kesenian adalah manifestasi keindahan manusia yang diungkapkan melalui penciptaan suatu karya seni. Seni lahir bersama dengan kelahiran manusia. Keduanya erat berhubungan dan tidak bisa dipisahkan. Dimana ada manusia disitu ada kesenian. Faktanya, kesenian merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak terpisahkan,karena kesenian sebagai pembentuk peradaban manusia, kesenian sebagai kebutuhan hidup, kesenian untuk kebahagiaan. Secara historis perkembangan zaman boleh saja mengalami perubahan yang dahsyat namun, peran kesenian tidak akan pernah berubah dalam tatanan kehidupan manusia. Sebab, melalui media kesenian, makna harkat menjadi citra manusia berbudaya semakin jelas dan nyata.8

2.2 Kuda Lumping

Kuda lumping merupakan properti kesenian tari yang berbentuk kuda, biasanya terbuat dari bambu yang dianyam, dicat serta dihiasi dengan kain sehingga menyerupai kuda. Kesenian Kuda Lumping ini juga identik dengan hal mistis, dimana para pemain atau penari kuda lumping bisa kesurupan, karena kemasukan roh, maka tindakan pemain bisa diluar kendali seperti memakan beling, mengupas kelapa tanpa alat bantu, sehingga permainan kuda lumping selalu dikendalikan oleh seorang pawang yang bisa menyembuhkan para pemain yang kerasukan tersebut.9

Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan.Kesenian ini merupakan tarian tradisional Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit tengah

7

Ibid. Hlm. 103

8

Sulismadi dan Ahmad Sofani. 2011.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Malang : UMM Press. Hlm. 90

9

http://senitarikudalumping.blogspot.co.id/2015/07/perkembangan-seni-tari-kuda-lumping.html. Diakses pada 11 Februari 2016, Pukul 13.00 WIB

(9)

9 menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu atau bahan lainnya yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda, dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya menampilkan adegan prajurit berkuda yang menari dengan atraktif, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut (cambuk) atau benda-benda tajam lainnya.

Kesenian kuda lumping menggambarkan kisah seorang pasukan pemuda cantik bergelar Jathil penunggang kuda putih berambut emas, berekor emas, serta memiliki sayap emas yang membantu pertempuran kerajaan bantarangin melawan pasukan penunggang babi hutan dari kerajaan lodaya pada serial legenda reog abad ke 8.

Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, kesenian tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.

1.6 Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, karena dalam penelitian ini berusaha menelaah fenomena sosial khususnya fenomena tentang eksistensi kesenian Kuda Lumping. Selain itu penelitian kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

(10)

10 orang-orang dan perilaku yang diamati.10 Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.11

Metode yang digunakan dalam penulisan dan penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.Metode kualitatif deskriptif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada penelitian ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan informan, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Metodologi kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data desktiptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data dan meneliti sejarah perkembangan.12

Deskriptif kualitatif merupakan motode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada.13Oleh sebab itu, peneliti ingin mengkaji fenomena eksistensi kesenian kuda lumpingdengan fokus studi pada komunitas kesenian Kuda Lumping di Dusun Dawung, Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar.

10

Moleong, 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm. 3

11

Nasution, 1988. Metode Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Hlm. 5

12

Moleong, 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm. 3

13

(11)

11 2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana peneliti melihat keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti. Yaitu, berada di Dsn. Dawung, Desa Pegerwojo, Kec. Kesamben, Kab. Blitar. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian tersebut karena peneliti melihat bahwa komunitas kesenian kuda lumping ini cukup unik, komunitas ini menjadi satu-satunya komunitas kesenian tradisional kuda lumping yang sampai sekarang tetap eksis di Desa Pagerwojo.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan peneliti adalah anggota dari komunitas kesenian Kuda Lumping Bawono Langgeng yang memahami sebuah fenomena sosial tentang eksistensi kesenian kuda lumping serta secara langsung terlibat dalam penyelenggaran dan aktivitas kesenian ini. Diantaranya, Ketua Komunitas, pengurus dan anggota. Serta beberapa informan yang terdiri dari pemerintah DesaPagerwojo dan juga masyarakat setempat, dengan jumlahinforman atau narasumber sebanyak 10 orang.

4. Teknik Penentuan Informan

Penelitian ini menggunakan teknik purposive untuk menentukan informan.Teknik purposive yaitu teknik penentuan informan dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses penentuan informan dengan menentukan terlebih dahulu jumlah informan yang hendak diambil, kemudian pemilihan informan dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan dan karakteristik tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri informan yang ditetapkan.14Dalam penentuan informan, peneliti membaginya kedalam 2 bagian.Yakni, key informan

14

(12)

12 atau informan kunci, yakni orang yang dianggap paling memahami kondisi komunitas, atau obyek yang diteliti dan juga informan yang menurut peneliti mampu mendukung kelengkapan data yang dibutuhkan.

Dengan demikian karakter atau ciri – ciri keyinforman yang digunakan peneliti untuk memperoleh data yang peneliti butuhkan adalah sebagai berikut : 1. Ketua Komunitas Kesenian Kuda Lumping Bawono Langgeng

2. Pelaku seni dan sekaligus pengurus komunitas kesenian kuda lumping yang berjumlah 2 orang

3. Anggota yang termasuk penari dan pemusik yang berjumlah 2 orang

Serta untuk mendukung kelengkapan data yang dibutuhkan oleh peneliti, maka peneliti juga mewawancarai :

1. PemerintahDesaPegerwojo (Kepala Urusan Peerintahan)

2. Masyarakat setempat yang biasanya ikut mendukung acara pagelaran kesenian kuda lumping Bawono Langgeng yang berjumlah 2 orang

5. Sumber Data a. Data Primer

Data Primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer dapat diperoleh dari sumber yang asli dan dikumpulkan secara khusus untuk menjawab penelitian. Data Primer didapat dengan melakukan observasi dan wawancara pada komunitas kesenian kuda lumping Bawono Langgeng secara langsung.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau melalui media perantara. Data sekunder diperoleh dari

(13)

13 buku, skripsi, jurnal, dan media internet. Data sekunder juga berupa foto-foto yang dihasilkan sendiri dengan kamera. Foto-foto tersebut terkait dengan aktifitas komunitas kesenian kuda lumping. Yakni, latihan rutin yang selama ini telah terjadwal, wawancara dengan informan, dan pementasan kuda lumping.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari informan (wawancara) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dll.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini ialah mengamati lokasi penelitian, aktivitas bekerja, komunikasi dan perilaku antar anggota komunitas, dan juga masyarakat yang datang untuk melihat atau menonton sesi latihan atau waktu pementasan kesenian kuda lumping.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (Interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu15. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam

15

Lexy J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.. Hlm. 135

(14)

14 suatu topik tertentu.16 Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau informan dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini ialah mewawancarai ketua komunitas kesenian kuda lumping Bawono Langgeng, pengurus, dan anggota.Serta untuk mendukung kelengkapan data, maka peneliti juga akan mewawancarai aparatur Desa dan masyarakat setempat. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti difokuskan pada pembahasan, untuk mendukung hasil yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah dibuat.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi yang berbentuk tulisan misalnya cacatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini ialah mendokumentasikan momen seperti saat peneliti melakukan wawancara dengan informan, aktivitas komunitas kesenian kuda lumping Bawono Langgeng, draft atau catatan – catatan penting selama bekerja di lapangan, serta data-data dari komunitas yang mendukung penyusunan laporan penelitian.

16

(15)

15

Pengumpulan Data Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan dan

verifikasi data Reduksi Data

7. Teknik Analisa Data

Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan lain sebagainya17. Teknik analisa data dalam penelitian dilakukan dengan model interaktif, yaitu dimulai dari lapangan atau fakta empiris yang diperoleh dengan cara terjun ke lapangan. Teknik analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi melalui cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, mengklasifikasikan hal-hal penting yang di pelajari, serta membuat kesimpulan yang mudah dipahami oleh peneliti ataupun pembaca.

Komponen dalam analisis data (interactive model).18

17

Ibid. Hlm. 190

18

(16)

16 1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh melalui observasi pada komunitas kesenian kuda lumping Bawono Langgeng yang menggambarkan adanya upaya dalam mempertahankan eksistensi kesenian Kuda Lumping sebagai kesenian tradisional. Data ini berupa data sekunder yang berupa foto-foto serta pengamatan terhadap aktifitas komunitas kesenian Kuda Lumping ini.

2. Reduksi Data

Pada tahap ini dilakukan pemilihan tentang relevansi atau tidaknya data dengan tujuan penelitian. Pada tahap ini, analisis data dilakukan dengan mengumpulkan data dari wawancara dan dokumentasi yang merupakan hasil turun lapangan. Data masih berupa bahan mentah yang harus diringkas, disusun lebih sistematis serta ditonjolkan pokok – pokok yang penting sehingga lebih mudah dikendalikan. Peneliti menggolongkan hasil penelitian sesuai sub permasalahan yang sudah dijabarkan pada rumusan masalah. Penjabaran tersebut dikelompokkan sesuai dengan fokus penelitian yang terdapat pada rumusan masalah, yakni tentang bagaimana eksistensi kesenian kuda lumping dengan fokus studi pada komunitas Bawono Langgeng.

3. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dengan cara hasil dari reduksi data yang telah dilakukan. Pada tahap ini juga peneliti berupaya mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan yang diawali dengan pengkodean pada setiap subpokok permasalahan secara mendetail. Peneliti mengklasifikasikan data yang diperoleh dari lapangan, seperti hasil

(17)

17 wawancara, observasi maupun dokumentasi terhadap komunitas kesenian kuda lumping Bawono Langgeng. Sesuai dengan tanda-tanda yang telah dibuat sejak awal untuk memudahkan proses pengklasifikasian data.

4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.19 Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara membandingkan kesesuaian pernyataan dari subyek penelitian dengan makna yang terkandung dengan konsep – konsep dasar dalam penelitian tersebut. Verivikasi Data dimaksudkan agar penilaian tentang kesesuaian data dengan maksud yang terkandung dalam konsep – konsep dasar dalam penelitian tersebut lebih tepat dan obyektif. Oleh sebab itu, data dari lapangan harus disesuaikan atau diverivikasi dengan konsep dasar penelitian atau rumusan masalah yang telah ditentukan. Atau dengan kata lain, Kesimpulan yang ada dapat menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal.

19

Referensi

Dokumen terkait

Sampel salep asam benzoat dilarutkan terlebih dahulu ke dalam kloroform, kemudian dimasukkan kedalam corong pisah dan ditambahkan larutan NaOH untuk memisahkan

pendidikan rumah tangga miskin di Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh Kota Padang, 2) Pekerjaan rumah tangga miskin di Kelurahan Binuang Kampung Dalam

Pemantauan dan evaiuasi atas capaian output Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b, dapat dilakukan oleh aparat pengawas internal pemerintah (APIP)

Komposisi tari yang demikian biasanya apabila garapan cengkok kendangnya lemah, maka terinya dirasakan sangat lemah, (coba menarilah gambyong atau ngremo tanpa kendang

Hasil dari penelitian ini adalah terumuskan 5 strategi dan kebijakan IS/IT yang sebaiknya diterapkan di FIT Tel-U berdasarkan pertimbangan 3 hal, pertama kebutuhan

Terkait dengan hal tersebut di atas, maka telaah kurikulum menjadi salah satu parameter akademik yang senantiasa perlu dilakukan sehingga tingkat kompetensi mahasiswa

Ratifikasi UNCAC 2003 oleh pemerintah Indonesia yang secara politis menempatkan posisi Indonesia sebagai salah satu negara di Asia yang memiliki komitmen pemberantasan korupsi

Segala puja dan puji kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia, kenikmatan, kesehatan, hidayah dan taufiq-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan