• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI TOKOH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DESKRIPSI TOKOH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI TOKOH

A. SEJARAH HIDUP

1. Masa Lalu Bagong

Dari berbagai sumber literatur dan juga dari penuturan keluarga menejelaskan bahwa Bagong Kussudiardja adalah seorang maestro tari yang lahir dan meninggal di Yogyakarta. Beliau lahir pada tanggal 9 Oktober 1928 di keluarga yang miskin dan susah. Bapaknya, RB Tjondro Sentono merupakan pelukis wayang, dan penulis aksara Jawa. Ibunya, Siti Aminah merupakan ibu rumah tangga yang mengurus empat anak.

Bagong Kussudiardja merupakan anak kedua dari empat bersaudara yang lahir dari hasil perkawinan antara RB Tjondro Sentono, dan Siti Aminah. Bagong memiliki satu kakak bernama Kus Sumarbirah, dan memiliki dua adik, di antaranya: Handung Kussudyarsana, dan Lilut Kussudyarto.

Bapak dari Bagong Kussudiardja, RB Tjondro Sentono kurang mampu untuk menopang kehidupan keluarganya, dikarenakan pekerjaannya sebagai pelukis wayang, dan penulis aksara Jawa. Belum lagi ditambah kebiasaan berjudi yang membuat harta benda yang dimiliki keluarga pada saat itu sering dijual hingga nyaris tidak memiliki apa-apa lagi. Itu

(2)

membuat Bagong Kussudiardja memiliki masa kecil yang sulit bahkan hingga dewasa. Bagong harus melakoni berbagai jenis pekerjaan pada saat itu, di antaranya menjadi supir andong, dan tukang tambal ban.

2. Cucu dari Calon Putra Mahkota

Bagong Kussudiardja merupakan cucu dari GPH Djoeminah, putra mahkota yang akan menggantikan Sri Sultan Hamengkubuwana VII, Gusti Raden Mas Murtejo. Namun karena konspirasi berbasis politik yang dilakukan oleh Belanda bersama pihak Keraton pada saat itu, Gusti Djoeminah “digilakan” dan akhirnya dihukum kurantil, yang maksudnya adalah diasingkan atau dibuang, dan segala harta benda yang dimiliki oleh dia dan keluarganya direbut oleh pihak Keraton. Jadi pada saat itu Gusti Djoeminah dan keluarga tidak memiliki apa-apa, dan hidup dalam kemiskinan yang amat parah.

Berdasarkan cerita keluarga, Belanda dan pihak Keraton melakukan konspirasi untuk menggulingkan GPH Djoeminah, karena kondisi Kerajaan Keraton pada waktu itu terkenal selalu menentang aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah Batavia. Dengan kondisi Sri Sultan Hamengkubuwana VII yang sudah tua tersebut, Sri Sultan Hamengkubuwana memutuskan untuk turun takhta, yang di mana itu cukup aneh mengingat biasanya penurunan takhta dilakukan ketika Sri

(3)

seharusnya menggantikan ayahnya, tiba-tiba meninggal dunia dengan penyebab kematian yang belum jelas. Lalu penggantinya GRM Putro, bergelar KGP Adipati Anom Hamengkunegara II, kemudian berganti menjadi bergelar KGP Adipati Djoeminah, kakek Bagong Kussudiardja. Beliau diberhentikan karena konspirasi pihak Batavia yang merasa terancam jika Gusti Djoeminah yang memimpin Keraton, maka Belanda akan keluar dari Yogyakarta pada saat itu, karena sifatnya yang juga sama seperti ayahnya yang menentang Belanda. Maka, pihak Belanda berkonspirasi dengan pihak Keraton dengan cara “menggilakan” GPH Djoeminah.

Maksud dari “menggilakan” adalah membuat seolah-olah GPH Djoeminah itu gila di mata masyarakat. GPH Djoeminah pada waktu itu dikenal sakti, yang oleh pihak Belanda itu dijadikan alasan untuk menggulingkan beliau, karena sakti mandraguna menurut pihak Belanda adalah omong kosong.

Akhirnya GPH Djoeminah dihukum kurantil, dan hidup miskin bersama keluarganya. Hidup mereka sangat susah, bahkan sampai ke anak cucunya. Dan ketika Bagong lahir pun, kemiskinan masih lekat dengan mereka.

(4)

3. Bagong dan Seni Tari

Sedari kecil Bagong menyukai kesenian tari, tetapi Bagong tidak pernah belajar tari semasa kecilnya. Barulah ketika di akhir ‘40-an, beliau menapakkan kaki ke dalam seni tari dan memulai karirnya di sana, setelah belajar seni tari di Sekolah Tari Kredo Bekso Wiromo yang dipimpin olen GPH Tedjokusumo, seniman tari klasik ternama yang merupakan Pangeran dan juga adik dari kakeknya GPH Djoeminah.

Keseriusan Bagong dalam berkesenian tari tidak main-main, beliau belajar seni tari lain demi memperbanyak referensinya dalam berkesenian. Selain GPH Tedjokusumo, Bagong juga pernah belajar tari Bali, di antaranya berguru kepada Ni Ketut Reneng.

Ketika tahun ’50-an, Bagong dikenal secara luas oleh masyarakat Jogja, dengan Tari Keranya, karena pembawaan Bagong dalam menarikan tarian itu sangat enerjik, dan meledak-ledak. Maka ketika beliau menari kera, orang-orang Jogja heboh.

Pada 5 Maret 1958, Bagong Kussudiardja mendirikan Pusat Latihan Tari (PLT), supaya dia bisa menyebarkan ajaran kreasi gaya barunya dan menumbuhkan minat berkesenian di kalangan masyarakat. Lalu kemudian pada 2 Oktober 1978 beliau mendirikan Padepokan Bagong Kussudiardja. 4. Tari Kreasi Gaya Baru

(5)

menjadi penari tarian klasik yang dikenal, dan juga membuat gurunya GPH Tedjokusumo memberikan dorongan khusus ke Bagong Kussudiardja, agar dia terus melakukan inovasi-inovasi di dalam seni tari. Sampai akhirnya lahirlah apa yang disebut Tari Layang-layang pada tahun ’50-an.

Pada saat itu, jagad tari heboh karena Tari Layang-layang tersebut. Seniman pada waktu itu kaget melihat ada orang yang melakukan hal di luar tradisi yang sudah ada, karena pada saat itu tidak ada orang yang berani berkesenian dan keluar dari tradisi. Tarian itu kemudian dijuluki bergenre Tari Kreasi Gaya Baru dan membuat nama Bagong makin dikenal.

Tidak berhenti sampai di situ saja, Bagong kemudian menciptakan ratusan tari lain dengan gayanya yang kontemporer tersebut seumur hidupnya. Beberapa karyanya menjadi bahan omongan karena sangat luar biasa dan terlalu “berani”, salah satunya seperti: Bedhaya Gendeng, dan Kelahiran Yesus Kristus. Saking berani dan bedanya Bagong dalam berkesenian, bahkan sampai ada satu label yang diberikan oleh masyarakat kepada penari yang menari “tidak biasa”, yaitu Bagongisme. Dikarenakan impresi yang ditinggalkan Bagong Kussudiardja ketika berkesenian menempel sangat kuat di benak masyarakat.

(6)

5. Bagong dan Lukisan

Selain menari, Bagong Kussudiardja juga merupakan seorang pelukis. Seperti gaya dia menari, ketika dia melukis pun dia tidak segan-segan berekspresi secara liar. Pada suatu ketika Bagong melukiskan sosok Yesus berupa Wayang, untuk dihadiahkan kepada Vatican, yang akhirnya membuat dia mendapatkan penghargaan dari Vatican langsung dari Paus Paulus VII pada tahun 1972. Itu pun membuat Indonesia heboh. Nama Bagong sempat jadi bahan pembicaraan di kalangan Gereja Katolik pada saat itu.

B. BAGONG DAN KERATON 1. Dendam Sosial

Ketika kakek Bagong, GPH Djoeminah diusir dari Keraton, hidupnya penuh dengan kesengsaraan, bahkan ketika kakeknya meninggal pun, kakeknya tetap tidak dihargai. Hal itu membuat Bagong Kussudiardja memendam dendam yang teramat sangat kepada pihak keraton. Dendam tersebut yang membuat Bagong bisa berkreasi dengan kreatif.

2. Diakui Keraton

Pada tahun 1985 ketika selesai melakukan pagelaran acara PON di Jerman, rombongan Padepokan Bagong Kussudiardja bertemu dengan Sri

(7)

waktu itu mengajak rombongan padepokan untuk sarapan bersama, padahal di hari mereka akan sarapan, Sri Sultan sudah harus kembali ke Indonesia, tetapi karena itu Sri Sultan mengundurkan waktu sehari.

Di saat sarapan bersama itu, Sri Sultan mengatakan “Ojo kepaten

obor” yang artinya jangan sampai mati api obor ini. Yang maksudnya

adalah permintaan Sri Sultan agar tali persaudaraan mereka jangan sampai hilang. Setelah itu Sri Sultan meminta Bagong Kussudiardja untuk mengurus kembali Surat Kekancingan. Surat Kekancingan Keratoon adalah surat yang menyatakan keturunan kerajaan.

Di dalam Keraton ada yang namanya pohon hayat, yang menjelaskan keturunan-keturunan kerajaan Keraton. Dari GPH Djoeminah turun ke keturunannya tidak ada sama sekali. Namun semenjak Sri Sultan Hamengkubuwana IX meminta untuk mengurusnya, baru keluar hayat dari keturunan GPH Djoeminah.

Namun dendam Bagong tidak hilang. Beliau menghargai perlakuan Sri Sultan tersebut, dan berterimakasih atas itu. Namun Bagong selalu mengingatkan kepada anak cucunya bahwa jangan ikut campur urusan di pusat kekuasan Keraton, jangan sekalipun memberikan saran atau apa pun ke dalamnya. Bagong mewasiatkan hal tersebut dan mengajak keturunannya untuk membuktikan kalau mereka bisa berjalan sendiri di bidang kebudayaan, dan membuktikan kalau keturunan dari kakeknya yang dianggap gila itu bisa menghasilkan sesuatu berupa karya.

(8)

C. PAMONG BAGONG 1. Keras Dalam Mengajar

Sifat Bagong Kussudiardja dalam mengajar anak-anaknya maupun murid-muridnya terkenal sangat keras. Kedisiplinan beliau untuk urusan berkesenian tidak main-main. Masalah waktu juga beliau sangat disiplin. Itu adalah hal pertama yang diucapkan oleh mantan muridnya. Para mantan muridnya beranggapan sifat kerasnya itu dia lakukan karena menurutnya berkesenian itu membutuhkan kedisplinan yang tinggi. Jika tidak, kesenian yang dihasilkan tidak jauh dari hanya sekadar main-main saja.

2. Ki Hadjar Dewantara

Bagong Kussudiardja selalu bangga menjadi lulusan Taman Siswa dan murid Ki Hadjar Dewantara. Beliau terinspirasi atas cara didik Ki Hadjar Dewantara yang mengayomi semua muridnya. Itu yang membuat Bagong dalam mengajarkan sesuatu atau membuat suatu karya yang melibatkan muridnya, dia mengajak semua murid tarinya tanpa terkecuali, dengan alasan seorang pendidik akan mengajari orang tanpa terkecuali.

Pernah ada satu muridnya yang tidak bisa berbuat apa-apa namanya Tini, menarinya buruk. Lalu Bagong membuat satu tarian, dan Tini disuruh untuk menarikan tarian orang gila, akhirnya Tini berimprovisasi,

(9)

menari dengan bagus, bahkan menjadi murid kesayangan Bagong, dan sekarang menjadi guru di Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja.

Referensi

Dokumen terkait

Implikasi dari kebijakan itu yakni fusi partai politik, Golkar kemudian menjelma menjadi organisasi politik dengan kekuatan yang tidak bisa disaingi oleh dua kekuatan

Tindak pidana pelecehan seksual yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang bukan isterinya merupakan delik aduan yang maksudnya adalah bahwa hanya

1) Perbuatan manusia, yaitu perbuatan dalam arti luas, artinya tidak berbuat yang termasuk perbuatan dan dilakukan oleh manusia. dalam artian bahwa sesuatu akan

Teknologi informasi yang berbasis sistem otomasi perpustakaan dalam menelusur dan menyebarluaskan informasi dinilai sangat penting pada perpustakaan dan bermanfaat

Masalah prajurit Keraton yang diinginkan oleh pemerintah Hindia Belanda menjadi satu legiun yang secara hirarkis struktural berada di bawah komando KNIL (pasukan atau

Peran Operations Communication ini adalah menjadi penghubung antara manajemen dengan pihak karyawan hingga di tingkat bawah dan membuat seluruh kegiatan komunikasi diarahkan

Hino di Indonesia menyediakan lapangan kerja secara langsung kepada sekitar 4500 orang dan secara tidak langsung kepada lebih banyak pihak lain karena produk

Penilaian tersebut terbagai atas dua yakni penilaian terhadap kinerja karyawan yaitu semakin baik kinerjanya sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan pihak manajemen