BAB II
DESKRIPSI LOKASI
A. KPU Kota Surakarta 1. Pengertian KPU Kota
PP RI No. 6 Tahun 2005 Pasal I menyatakan bahwa Komisi Pemilihan Umum Daerah adalah KPU Provinsi dan KPU kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 untuk menyelenggarakan Menurut Hari Moerti (2005:
www.Parlemen.co.id) menyatakan bahwa “KPU Kota merupakan
penyelenggara pemilukada langsung dengan posisi tertinggi di wilayah
kerjanya dan tidak bertanggung jawab secara hukum kepada DPRD dan
Pemerintah Daerah” namun pada pelaksanaannya KPU Kota juga
bertanggung jawab terhadap DPRD tekait penggunaan anggaran dalam
pelaksanaan pemilukada, dikarenakan menggunakan dana dari APBD
wilayah penyelenggaraan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 6 tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan,
pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah
pasal 1 ayat 6 menyatakan bahwa “KPUD terlah diubah nama menjadi
KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota”, namun perubahan istilah ini
tidak berpengaruh banyak kepada hasil dari pemilukada, karena pada
esensinya keberadaan KPU kabupaten/Kota dan KPUD adalah sama dan
hanya berganti sebutan. Sehingga sah-sah saja menyebut KPUD maupun KPU Kabupaten/Kota. Penggantian ini hanya berfungsi untuk memperjelas perbedaan antar KPU tingkat provinsi dan kota/kabupaten.
Namun pada pelaksanaan pemilukada tahun 2010 kota surakarta mengacu pada PP No. 49/2008 dengan menyebut KPU kota Surakarta. Berdasarkan pendapat diatas yang dimaksud dengan KPU kota adalah KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota yang diberi wewenang menyelenggarakan pemilukada langsung dengan posisi tertinggi diwilayah kerjanya.
2. Tugas dan Wewenang Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPU Kota) Untuk menjalankan fungsi penyelenggaraan pemilukada, KPU kota diberi tugas dan wewenang yang memadai. Berdasarkan PP No 6 tahun 2005 pasal 66 ayat (1) disebutkan bahwa sebagai penyelengara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, tugas dan wewenang KPU kota menetapkan segala tata cara mengenai pemilukada serta mengkoordinir sistematis
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Merencanakan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
b. Menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah sesuai dengan tahapan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
c. Mengkordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan semua
tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
d. Menetapkan tanggal dan tata cara pelaksannaan kampanye, serta pemungutan suara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah e. Meneliti persyaratan partai politik atau gabungan partai politik yang
mengusulkan calon
f. Meneliti persyaratan calon kepala darah dan wakil kepala daerah yang diusulkan
g. Menetapkan pasangan calon yang telah memenuhi persyaratan h. Menerima pendaftaran dan tim kampanye
i. Mengumumkan sumbangan dana kampanye
j. Menetapkan hasil rekapitulasi perhitungan suara dan mengumumkan hasil pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
k. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksannaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
l. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur oleh peraturan perundang-undangan.
m. Menetapkan kantor akuntan publik untuk mengaudit dana kampanye dan mengumumkan hasil audit.
Sebagai penyelenggara pemilihan KPU kota tidak hanya memiliki tugas wewenang sebagai pijakan hukum menyelenggarakan Pemilukada.
Lebih dari itu, KPU kota memiliki kewajiban-kewajiban. Menurut PP No.
6 Tahun 2005 diantara kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
KPU kota sebagai penyelenggara pemilihan adalah sebagai berikut:
Memperlakukan pasangan calon secara adil dan setara, menetapkan standarisasi serta kebutuhan jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan berdasaerkan peraturan perundang-undangan, menyampaikan laporan kepada DPD untuk setiap tahap pelaksanaan pemilihan dan menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat, memelihara arsip dan dokumen pemilihan serta mengelola barang inventaris milik KPU kota berdasarkan peraturan perunda ng-undangan, mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran kepada DPRD dan melaksanakan semua tahapan tepat waktu. (Nuansa Aulia, 2007:35).
Untuk menciptakan pemilukada yang jujur dan adil, dibutuhkan banyak pilar. Disamping perlu adanya berbagai aturan main yang jelas dan demokratis, juga dibutuhkan para pelaksana dan kelembagaan yang handal. Penyiapan kelembagaan dan personal pada dasarnya dimaksudkan untuk melaksanakan pemilukada yang jujur dan adil dari sisi proses pelaksanaanya. Dalam menjalankan tugas sebagai penyelenggara pemilihan, KPU kota tidak bejalan sendiri. Ia dibantu oleh para penyelenggara pemilihan tingkat kecamatan dan desa, termasuk penyelenggaraan pemilihan di tingkat TPS yaitu PPK, PPS, dan KPPS.
Hal ini tertuang dalam PP No. 6 Tahun 2005 pasal 7 yang isinya
sebagai berikut “1)Dalan menyelengarakan pemilihan, KPU kabupaten
atau kota membentuk PPK, PPS, dan KPPS, 2) Pembentukan panitia
pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling lama 21 (dua puluh
satu) hari sejak pemberitahuan DPRD”.
Menurut PP No. 6 Tahun 2005 “Lembaga-lembaga yang berada di bawah naungan KPU kota sebagai lembaga penyelenggaraan pemilihan ditingkat kecamatan dan desa, termasuk penyelenggaraan pemilihan di tingkat TPS yaitu PPK, PPS dan KPPS.” dijelaskan sebagai berikut:
a. PPK (Panitia Pemilih Kecamatan)
PPK merupakan perpanjangan dari KPU kota yang berkedudukan di setiap kecamatan. PPK sebagaimana dimaksud mempunyai tugas dan wewenang:
1) Mengumpulkan hasil penghitungan suara dari seluruh TPS dalam wilayah kerjanya, membuat berita acara dan sertifikasi hasil penghitungan suara, dan
2) Membantu tugas-tugas KPU kota dalam melaksanakan pemilihan b. PPS (Panitia Pemungutan Suara)
Satu tingkat dibawah PPK yaitu PPS yang berkedudukan di desa/kelurahan. Menurut pasal 11 PP RI No. 6 Tahun 2005 tugas dan wewenang dari PPS adalah:
1) Melakukan pendaftaran pemilih;
2) Mengangkat petugas pencatat dan pendaftar;
3) Menyampaikan daftar pemilih kepada PPK;
4) Melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara dari seluruh TPS dalam wilayah kerjanya dan membuat berita acara dan sertifikat rekaputulasi hasil penghitungan suara; dan
5) Membantu tugas PPK
c. KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara)
KPPS merupakan tim pelaksana teknis lapangan yang bertugas diseluruh TPS-TPS di wilayah kerjanya. Anggota KPPS sebanyak 7 orang, dan bertugas melaksanakan pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS. KPPS sebagaimana dimaksud berkewajiban membuat berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara untuk disampaikan kepada PPS.
3. Peranan KPU Kota
Menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2007 “peran KPU Kota adalah apa saja yang dapat dilakukan oleh KPU kota dalam masyarakat sebagai organisasi penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan pemilihan.”
Peranan KPU kota dalam setiap tahapan pemilukada ini merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan seperti pada mestinya apabila KPU kota tidak menjalankan salah satu saja maka akan terhambatnya proses pemilukada.
Pada pemilukada segala sesuatu yang berkaitan dengan pengaturan tata pelaksanaan pemilukada diserahkan kepada KPU kota setempat, sedangkan KPU diatasnya hanya bertugas sebagai supervisi.
Dengan begitu, pada pemilukada bupati/walikota, maka KPU kabupaten
atau kota yang memiliki peranan penting untuk membuat aturan main tata
pelaksanaan pemilukada, sementara fungsi supervisi diberikan KPU
provinsi. Untuk pemilukada gubernur, KPU provinsi yang
menyelenggarakan dengan supervisi dari KPU pusat. Ketentuan KPU kota
sebagai penyelenggara Pemilukada ini telah diatur oleh UU No. 32 Tahun 2004 dan PP No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Dalam PP tersebut disebutkan bahwa penyelenggaraan pemilukada adalah KPU kota.
Jadi KPU kota yang memiliki peran dominan dalam penyelenggaraan pemilukada sebagai mana yang termuat dalam pasal 4 ayat (1) berikut:
1) Pemilihan kepala daerah diselenggarakan oleh KPU kota
2) Dalam menyelenggarakan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, KPU provinsi menetapkan KPU kabupaten/kota sebagai bagian pelaksanaan tahap penyelenggaaan pemilihan.
3) Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
4) Dalam pelaksanaan pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 KPU kota/kabupaten bertanggung jawab kepada DPRD.
(Nuansa Aulia, 2007:6)
Fungsi KPUD sebagai suatu stuktur sistem yang digunakan untuk
mensukseskan jalanya pemilukada dalam suatu pemerintahan, seperti
konsep yang dikemukakan Almond dalam Ronald H. Chilcote (2003:222)
bahwa “Konsep yang berkembang melalui beberapa fase menyebutkan
dalam salah satu fasenya yaitu fase yang kedua mengenai fungsi output
dari suatu pemerintahan yakni pembuatan aturan, penerapan aturan, dan
penilaian aturan”, sedangkan fungsi input misalnya sosialisasi politik, artikulasi kepentingan, penggabungan kepentingan dan komunikasi politik.
Bagi KPU kota fungsi output ini dilakukan dalam realisasi kewenangan membentuk kebijakan misalnya dalam pembuatan keputusan- keputusan KPU dan dinyatakan oleh Almond (1999: 25) bahwa
“Sosialisasi politik dapat mendorong orang untuk berpartisipasi dalam budaya politik masyarakat”. Sosialisasi dapat terjadi didalam keluarga, sekolah, kelompok keagamaan, institusi-institusi pemerintah, partai-partai politik, birokrasi dan lain-lain.
Dalam pemilukada sosialisasi seperti yang diutarakan di atas memang sangat diperlukan guna memberikan pendidikan pemilih pada warga masyarakat. Baik dilakukan dalam forum formal maupun informal, tidak ada yang dapat menjadi takaran, yang paling utama adalah pendidikan politik yang diberikan mengena pada sasaranya. Jadi fungsi KPU kota dapat berjalan secara sistematis dan terstruktur sesuai dengan peran dan statusnya sebagai lembaga negara dan lembaga sosial.
Mekanisme pemilihan secara langsung ini memang merupakan
suatu tahapan penting dalam pemilukada. Namun, hal tersebut tidak cukup
menjamin semuanya akan berjalan lancar. Dengan demikian peran KPU
kota dalam Pemilukada di masing-masing daerah sangat berat. KPU kota
memiliki suatu posisi atau tempat yang diharapkan ada pada suatu
lembaga negara sesuai dengan tingkah laku dan fungsinya, sesuai dengan
hak serta kewajiban yang harus ditampilkan lembaga tersebut sebagai
pemilik peranan tersebut. Komisi Pemilihan Umum Daerah dalam peranannya ini mengatur semua tahap penyelenggaraan pemilihan dari tahap awal dan harus selalu koordinasi dengan KPU pusat. Sehingga, segala kegiatan yang dilakukan oleh KPU kota pada setiap tingkatan akan berjalan secara konsisten.
B. Pemilihan Kepala Daerah
Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) merupakan salah satu langkah maju dalam mewujudkan demokratisasi di tingkat lokal, dimana demokrasi di tingkat nasional akan tumbuh berkembang dengan mapan dan dewasa apabila pada tingkat lokal, nilai-nilai demokrasi berakar dengan baik terlebih dahulu baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Sehingga untuk mewujudkan pemilihan kepala daerah yang bebas dan adil diperlukan berbagai macam peraturan-peraturan yang mendasari kebijakan ini.
Adapun peraturan perundangan yang mengatur tentang pelaksanaan Pemilukada tersebut antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
2. Peraturan Mahkamah Agung RI No. 2 tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Penetapan Hasil Pemilukada Dan Pilwakada dari KPU Kabupaten/ Kota.
3. Peraturan Pengganti Undang-Undang No. 3 tahun 2005 tentang Perubahan
atas UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Perpu ini berisi
tentang perubahan pada jumlah pemilih maksimum pada tiap TPS dan pelaksanaan Pemilukada dalam situasi genting.
4. PP No. 17 tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah RI No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
5. Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2005 tentang pemilihan, Pengesahan, Daerah Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
6. Peraturan Menteri dalam Negeri No. 9 tahun 2005 tentang Pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. (Kemendagri, 2005: 2)
Peraturan perundang-undangan yang ada pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan pemilukada yang bebas dan adil. Dalam proses pelaksanaanya peraturan perundangan ini mengatur mulai dari lembaga penyelenggara, aturan main dan teknis penyelenggaraan. Teknis penyelenggaraan dari pemilukada menurut Undang –Undang No. 32 Tahun 2004 dan PP No. 6 Tahun 2005, dibagi menjadi dua tahap yaitu “Tahap persiapan dan tahap pelaksanaan”.
Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan meliputi:
a. Pemberitahuan DPRD kepada kepala daerah mengenai berakhirnya
masa jabatan
b. Pemberitahuan DPRD kepada KPU kota/kabupaten mengenai berakhirnya masajabatan kepala daerah
c. Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daearah
d. Pembentukan panitia pengawas, PPK, PPS dan KPPS e. Pemberitahuan dan pendaftaran pemantau
2. Tahap Pelaksanaan meliputi:
a. Penetapan daftar pemilih,
b. Pengumuman pendaftaran dan penetapan pasangan calon, c. Kampanye,
d. Pemungutan suara, e. Perhitungan suara,
f. Penetapan pasangan calon kepala daerah/wakil kepala daeah terpilih, pengesahan, dan pelantikan.
Mekanisme pemilihan secara langsung merupakan suatu tahapan
penting dalam pilkada. Kesuksesan dari setiap tahapan yang ada akan
mempengaruhi keberhasilan pilkada secara keseluruhan. Sehingga setiap
tahapan ini dilaksanakan dengan matang sesuai aturan yang ada. Namun
hal ini tidak cukup menjamin semuanya akan berjalan lancar. Banyak
kendala dan hambatan-hambatan yang mungkin terjadi pada setiap tahapan
demi tahapanya.
a. Daftar Pemilih Tetap (DPT)
Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilukada Surakarta 2015 yang tercatat di KPU Kota Surakarta adalah sebanyak 399.915 orang, yang tersebar di 5 kecamatan di kota Surakarta.
Tabel Daftar Pemilih Tetap (DPT)
Kegiatan pendaftaran pemilih dilaksanakan dengan berlandaskan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang warga negara untuk dapat menggunakan hak pilihnya adalah sebagai berikut :
a) Warga negara Indonesia yang pada hari dan tanggal pemungutan suara telah berumur 17 tahun, atau belum berumur 17 tahun namun sudah berstatus kawin.
NO KECAMATAN DPT
1. LAWEYAN
71.722
2. SERENGAN
38.964
3. PASAR KLIWON
61.295
4. JEBRES
102.494 5. BANJARSARI
125.440
KOTA SURAKARTA399.915