• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci: Proses Produksi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci: Proses Produksi."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS PRODUKSI TEH HITAM JENIS BOP DI PT.

PERKEBUNAN NUSANTARA VIII GOALPARA

KABUPATEN SUKABUMI

Herny Nurhayati

Program Studi Administrasi Bisnis, Politeknik Sukabumi Hernynurhayati@polteksmi.ac.id

Ratna Sari

Program Studi Administrasi Bisnis, Politeknik Sukabumi Abstrak

Proses Produksi adalah jantung dari perusahaan karena dari proses produksi dapat terciptanya suatu produk yang dihasilkan. Produk dapat dikatakan baik apabila memenuhi suatu kebutuhan dan keinginan pelanggan dan produk tersebut dapat diterima oleh pelanggan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses produksi teh hitam jenis BOP, kendala-kendala yang dihadapi selama proses produksi teh hitam jenis BOP, serta solusi yang akan dilakukan saat menghadapi kendala-kendala dalam proses produksi teh hitam jenis BOP. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode wawancara, metode studi kepustakaan, dan metode observasi. Kesimpulan dari penelitian PT. Perkebunan Nusantara VIII Goalpara Kabupaten Sukabumi telah melakukan proses produksi dengan efektif, namun masih terdapat beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya, adapun kendala-kendala yang dihadapi antara lain pendapatan bahan baku yang semakin berkurang, terdapat banyak sampah pada saat proses produksi, dan adanya mesin yang macet dan rusak sehingga dapat menghambat waktu proses produksi. Dan solusi yang dapat dilakukan antara lain dilakukannya quality control pada bahan baku/pucuk teh, sampah diambil secara manual dan ada secara otomatis menggunakan alat, dan mesin sebelum digunakan dilakukan proses pengecekan terlebih dahulu.

Kata Kunci: Proses Produksi.

Abstract

The production process is the heart of the company because of the production process a product can be created. Products can be said to be good if they meet a customer's needs and desires and the product can be accepted by customers. This study aims to find out how the production process of BOP type black tea, the constraints faced during the production process of BOP type black tea, and the solutions that will be carried out when facing obstacles in the production process of BOP type black tea. In this study the authors conducted research using the interview method, the method of library study, and the method of observation. The conclusion of the research of PT. Perkebunan Nusantara VIII Goalpara, Sukabumi Regency has carried out an effective production process, but there are still some shortcomings in its implementation, while the constraints faced include decreasing raw material revenue, there is a lot of garbage during the production process, and the existence of a jammed machine and damaged so that it can hamper the production process time. And solutions that can be done include doing quality control on raw materials/tea shoots, waste is taken manually and there is

(2)

2 automatically using tools, and machines before use, the checking process is done first.

Keywords: Production Process.

I. PENDAHULUAN Era globalisasi ini industri dan teknologi semakin berkembang dengan sangat pesat, persaingan antar perusahaan pun semakin ketat. Setiap perusahaan mengunakan teknologi dalam setiap kegiatan yang berlangsung.

PT. Perkebunan Nusantara VIII Goalpara Kabupaten Sukabumi telah menerapkan sistem kontrol mutu bagi tiap proses produksinya untuk menjaga mutu produk yang dihasilkan. Namun, dalam proses produksi masih terdapat masalah kualitas yaitu terdapat produk gagal seperti pucuk teh yang kurang berkualitas karena beberapa faktor seperti pucuk teh yang terlalu tua serta sampah sehingga dapat mengubah cita rasa dan warna teh hitam tersebut dan juga terdapat mesin-mesin yang dapat menghambat waktu proses produksi.

II. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Sofjan Assauri (2017:17), menjelaskan bahwa produksi diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output).

aliran data (dalam bentuk dokumen keluaran dan masukan).

Berikut simbol-simbol yang digunakan dalam diagram flowmap yaitu:

Tabel 2.1

Menurut Sofjan Assauri ( 2017: 105), proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana) yang ada.

Menurut Assauri ( 2017: 39) Sistem produksi dan operasi adalah suatu keterkaitan unsur-unsur yang berbeda secara terpadu, menyatu dan menyeluruh dalam pentransformasian masukan menjadi keluaran, seperti gambar dibawah ini.

Sumber: Sofjan Assauri (2017:39)

Gambar 2.1

Sistem Produksi dan Operasi Menurut Megawati Kadir Ekaputri., dkk (2016:918), sistem diagram prosedur atau yang sering kita sebut dengan flowmap yaitu hubungan antara bagian (pelaku proses), proses (manual atau berbasis komputer) dan Nusantara VIII Goalpara Kabupaten Sukabumi, wawancara yang dilakukan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi secara lengkap.

Kedua, studi kepustakaan, teknik pengumpulan data ini adalah dengan cara mencari, membaca dan mempelajari

(3)

3

Symbol Flowmap

Sumber: Megawati Kadir Ekaputri., dkk

(2016:918)

III. METODE PENELITIAN Dalam rangka pengumpulan data untuk penyusunan tugas akhir ini menggunakan metode deskritif kualitatif yang penulis anggap paling baik dan akurat, yaitu:

Pertama, wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung atau tidak langsung yang dilaksanakan dengan tatap muka dengan pihak PT. Perkebunan

bahan-bahan kepustakaan berupa buku, , dan laporan tugas akhir yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Ketiga, Observasi, Merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh secara langsung dengan cara mengadakan pengamatan objek secara langsung yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII Goalpara Kabupaten Sukabumi.

VI. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Goalpara Kabupaten Sukabumi adalah produk yang dihasilkan harus berkualitas tinggi, memenuhi kepuasan konsumen, dan proses pengolahannya harus dilaksanakan sesuai persyaratan atau peraturan yang berlaku.

PT. Perkebunan Nusantara VIII Goalpara Kabupaten Sukabumi mengolah teh hitam bubuk, dan dibagi menjadi berbagai macam jenis kualitas mutu teh hitam contohnya teh hitam jenis BOP (Broken Orange Pekoe). Perusahaan ini memiliki dua jenis pengolahan yaitu proses pengolahan dengan sistem orthodoks dan proses pengolahan dengan sistem CTC (Crushing-Tearing-Curling).

Adapun proses produksi dari pucuk teh hingga menjadi teh hitam yang dilakukan pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Goalpara Kabupaten Sukabumi terdapat pada flowmap sebagai berikut:

(4)

4 Tabel 4.1

Alur Proses Produksi Teh Hitam Jenis BOP

Sumber: PT. Perkebunan Nusantara VIII Goalpara Kabupaten Sukabumi

Berikut Pengolahan Proses Produksi Teh Hitam Jenis BOP

Pertama, Penerimaan Bahan Baku, Pucuk teh muda diambil dari kebun oleh pemetik teh dan dan dibawa ke pabrik/pengolahan. Kapasitas bahan baku pucuk dari muatan truk maksimal

3000 kg. Setiap pucuk yang sudah

beres dikumpulkan maka dilakukan penimbangan terlebih dahulu dan dibuat laporan pendapatan pucuk teh oleh mandor kebun. Jika truk sudah sampai di pengolahan maka pucuk tersebut harus cepat diturunkan dari truk untuk menjaga kualitas pucuk teh.

Kedua, Pemeberan, Jika pucuk teh sudah tersedia langkah selanjutnya jalankan mesin monorail untuk mengangkut pucuk teh kedalam withering throught, kapasitas 1 withering throught bermuatan 300-750 lebih lembut dan timbul aroma yang khas, maka terbentuklah hasil yang dinamakan pucuk layu.

kg. Pucuk teh yang sudah dimasukan ke dalam withering throught dilakukan proses pemeberan yaitu proses dimana pucuk harus semuanya dalam keadaan merata.

Ketiga, Pelayuan, Proses selanjutnya dari pemeberan kemudian dilakukan proses pelayuan. Pelayuan dilakukan selama 12-22 jam tergantung kualitas pucuk teh dan kerataan layuan minimal 90 %. Pucuk teh harus di balik 1 kali jika cuacanya cukup terang namun apabila cuacanya sedang hujan maka pucuk teh harus di balik 2 kali. Pelayuan dilakukan sehingga pucuk teh menjadi layu, menggulung dan kadar air sedikit menyusut. Hasil pelayuan yang baik ditandai dengan pucuk layu yang berwarna hijau kekuningan, tidak mengering, dan tangkai bunga menjadi lentur serta bila digenggam akan terasa

yang paling penting karena pada saat proses fermentasi bubuk teh menghasilkan bubuk setengah basah dan menentukan unsur-unsur

(5)

5 Keempat, Penggilingan, Jika

pucuk teh sudah layu maka jalankan lagi mesin monorail dan masukan pucuk layu ke dalam mesin open top roller

menggunakan corong. Untuk mutu 1/ jenis BOP hanya berlaku satu kali perlakuan saja yaitu hanya digiling menggunakan mesin open top roller (OTR) dengan lama proses penggilingan hanya 40-60 menit. Karena jika lebih dari satu kali perlakuan maka akan mengakibatkan bubuk menjadi warna merah saat proses fermentasi. Penggilingan pucuk dilakukan dengan suhu ruangan 16 - 22 c, suhu bongkaran 24-36 c dengan ketebalan bubuk 5-12 cm. Jika pucuk

teh sudah selesai digiling, maka terbentuklah hasil menjadi bubuk basah. Kemudian bubuk basah dimasukan ke mesin ayak pemecah gumpalan teh yang berputar horizontal dan dilengkapi dengan conveyor pengisi untuk mengatur kerataan jumlah teh yang diayak. Proses penggilingan bubuk basah dapat juga dikatakan proses sortasi basah, karena bubuk basah akan terbagi menjadi 3 mutu saat proses pengayakan. Kemudian bubuk mutu 1 ditempatkan diatas loyang logam dan dimasukan ke tahap selanjutnya yaitu tahap fermentasi. Sedangkan mutu 2 disimpan dan berlaku penggilingan menggunakan mesin press cup roller (PCR) sedangkan badag disimpan dan harus digiling lebih dari 2 kali perlakuan, untuk perlakuan terakhir badag digiling menggunakan mesin giling rotorvane (RV).

Kelima, Oksidasi Enzimatis atau biasanya disebut dengan proses

proses fermentasi, merupakan tahapan Dryer (FBD), dengan bahan bakar berupa kayu bakar. Satu set alat pengering terdiri dari tungku

pembentukan aroma, rasa, warna bubuk teh, dan warna air seduhan teh hitam. Teh yang sudah digiling kemudian di fermentasikan, yaitu bubuk setengah basah yang tadi ditempatkan dalam loyang logam masukan kedalam oven dengan suhu ruangan 16-22 c dan lama proses oksidasi enzimatis dalam 150-200 menit untuk jenis BOP. Adapun yang harus diperhatikan pada saat proses oksidasi enzimatis yaitu suhu bubuk harus 22-28 c dan ketebalan bubuk harus 5-12 cm. Karena jika tidak bubuk tersebut akan menjadi merah dan artinya jumlah bubuk jenis BOP

semakin berkurang. kondisi dan lama fermentasi harus dikendalikan agar tidak terjadi over fermented atau under fermented, karena dapat menurunkan

kualitas teh hitam kering secara keseluruhan. Pengurangan kadar air dalam bentuk basah dapat menghambat proses oksidasi. Udara dalam ruangan harus segar dan cukup karena proses oksidasi memerlukan oksigen yang cukup pula. Karena teh sangat peka terhadap bau-bauan, maka ruangan dan peralatan harus dijaga agar selalu bersih dan tidak bau. Air yang bersih untuk mencuci peralatan dan lantai ruangan harus cukup tersedia.

Keenam, Pengeringan, Jika bubuk teh sudah di fermentasikan selanjutnya ke tahap pengeringan, bubuk setengah basah yang sudah di oven dibawa ke ruang pengeringan dengan menggunakan roda tempat tahapan loyang dan masukan bubuk teh ke mesin pengeringan. Pengeringan pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Goalpara menggunakan alat Fluid Bed

mencapai 50 kg maka bisa di masukan ke peti miring dengan merk jenis BOP. Mutu 2 disimpan terlebih dahulu

(6)

6 pembakaran kayu sebagai heater,

blower, heat exchanger, chamber pengeringan, dan cyclone. Kayu bakar yang digunakan dibakar didalam tungku pembakaran, kemudian panas hasil pembakaran akan dihembuskan yang digunakan dibakar didalam tungku pembakaran, kemudian panas hasil pembakaran akan dihembuskan oleh blower menuju heat exchanger untuk selanjutnya dialirkan ke mesin pengering. Proses ini bertujuan untuk menghentikan proses oksidasi enzimatis pada bubuk teh dan menghasilkan bubuk kering. Pada saat proses pengeringan yang harus

diperhatikan yaitu suhu inlet harus 95-120 c sedangkan suhu outlet harus 40-55 c dan lama proses pengeringan antara 20-24 menit. Saat proses pengeringan berlangsung maka kadar air dalam bubuk teh turun menjadi 2,0-3,5 %.

Ketujuh, Sortasi, Bubuk yang sudah kering kemudian dimasukan kedalam mesin conveyor dan disalurkan ke mesin ayak yaitu setiap bubuk dimasukan ke mesin pemilihan bubuk sesuai dengan jenisnya, yaitu ada 3 bagian pengayakan yaitu mutu 1

di ayak dimesin ayak yang paling halus yang pertama, mutu 2 diayak dimesin ayak yang sedang yaitu berada pada bagian kedua, dan badag diayak di mesin ayak yang paling besar lubang ayakannya. Kemudian bubuk disimpan di dalam drum yang berbeda.

Kedelapan, Peti Miring Kemudian mutu 1 terlebih dahulu diambil sample untuk mengklasifikasikan beberapa jenis. Jenis BOP di masukan ke dalam drum dan di bawa menggunakan roda, kemudian di timbang jika sudah

dalam drum dan dilakukan untuk pengambilan sample dan jika sudah diklasifikasikan maka di bawa ditimbang beratnya juga harus 50 kg kemudian dimasukan ke peti miring, dan badag di simpan di tempat sortasi untuk menunggu perlakuan berikutnya. Kemudian badag juga ditimbang dan disimpan dipeti miring. Setiap jenis yang masuk ke dalam peti miring maka harus dimasukan ke dalam catatan laporan peti miring harian yang dibuat oleh mandor sortasi.

Kesembilan, Pengemasan Jenis BOP yang disimpan dalam peti miring harus mencapai standar yaitu 1 chop = 40 paper sack x 50kg = 2000 kg (2 ton), jika sudah 2 ton jenis BOP bisa dilakukan proses pengemasan. Memulai proses pengemasan maka putarkan keran merk BOP pada peti miring, jalankan conveyor maka bubuk BOP akan mengalir ke mesin bulker untuk dikemas menggunakan paper sack dengan berat 50 kg, kemudian paper sack dipindahkan dan dilakukan pemadatan, langkah selanjutnya paper sack dijahit dan ditutup menggunakan lakban coklat. Identitas teh jenis BOP dicetak pada kertas paper sack.

Kesepuluh, Penyimpanan Gudang Paper sack jenis BOP di simpan di penyimpanan gudang dengan cara disusun bertahap, untuk mempertahankan konsistensi mutu harus dijaga suhu dan kelembaban di ruangan gudang.

Kendala-kendala yang dihadapi selama proses produksi teh hitam jenis BOP

Setiap perusahaan atau pun usaha lainnya pasti akan ada titik dimana perusahaan tidak selalu ada

(7)

7 dalam keadaan selalu baik dan

terkendali karena perusahaan tersebut akan memiliki suatu kendala/masalah yang harus dihadapi. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor.

Terdapat beberapa kendala yang harus dihadapi dalam proses produksi teh hitam jenis BOP pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Goalpara Kabupaten Sukabumi, yaitu:

Pertama, Kendala yang dihadapi di tempat pengolahan pada saat proses pemeberan dan pelayuan terdapat sampah berupa daun gulma dan ranting pohon yang tercampur dengan bahan baku, mengakibatkan saat proses pelayuan pucuk teh tidak menjadi layu atau menggulung dengan sempurna, serta pada saat penggilingan mesin open top roller yang terkadang mengalami kerusakan pada saat proses produksi, sehingga mengakibatkan proses produksi teh menjadi terhambat. Kedua, Pada saat proses pengeringan sering terjadi kebocoran heat exchanger karena terjadi pemuaian panas dan berubahnya suhu inlet dan outlet sehingga dapat menimbulkan bau asap (smoky) pada bubuk teh hitam.

Ketiga, Pada saat proses sortasi masih terdapat sampah berupa pasir atau serbuk berbahan besi sehingga mudah tercampur dengan bubuk teh yang tentunya berpengaruh dan akan mengubah cita rasa bubuk teh hitam tersebut.

Solusi yang dihadapi selama proses produksi teh hitam jenis BOP

Penyelesaian yang dapat dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII Goalpara dalam

mengatasi kendala yang terjadi selama proses produksi, antara lain: Pertama, Penyelesaian saat proses pemeberan dan pelayuan untuk adanya sampah berupa daun gulma dan ranting pohon, yaitu sampah dipisahkan dengan cara diambil secara manual kemudian sampah daun gulma dan ranting pohon di buang ketempat pembuangan khusus dan diolah menjadi pupuk kompos, sedangkan untuk mesin open top roller (OTR) yang terkadang mengalami kemacetan atau rusak pada saat proses produksi berlangsung, yaitu terlebih dahulu diperiksa saat akan menggunakan mesin tersebut namun jika saat proses produksi berlangsung operator sigap memperbaiki mesin dengan waktu sekitar 5 menit apabila tingkat kerusakan ringan dan apabila tingkat kerusakan berat maka diperbaiki kurang lebih 30-45 menit kemudian apabila tingkat kerusakan lebih berat lagi maka diperbaiki oleh operator saat hari libur.

Kedua, Penyelesaian untuk proses pengeringan sering terjadi kebocoran heat exchanger karena terjadi pemuaian panas dan berubahnya suhu inlet dan outlet, yaitu heat exchanger dalam mesin pengeringan dilakukan upaya-upaya alternatif lain yaitu dengan cara menambal kebocoran heat exchanger, kemudian suhu inlet dan outlet yang berubah harus cepat juga diatur lagi suhunya menjadi suhu normal yang ditentukan, dan jika bubuk sudah terlanjur menjadi bau asap yang dilakukan adalah dengan mencampurkan dengan bubuk yang lain sehingga bau asap tidak akan terasa. dan pada saat terjadi adanya serbuk bubuk kayu bakar menyala yang terbawa angin, penyelesaiannya

(8)

8 yaitu mematikan mesin pengeringan

setiap selesai proses produksi kemudian ruangan selalu dibersihkan untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan dan juga membersihkan lantainya agar terhindar dari bubuk yang menyala yang terbawa angin. Ketiga, Penyelesaian untuk masalah pada saat proses sortasi sampah berupa pasir atau serbuk berbahan besi, yaitu pasir atau serbuk berbahan besi akan dipisahkan secara otomatis menggunakan alat penyaring yang berbahan magnet dalam proses sortasi yang berlangsung sehingga pasir maupun bubuk besi akan menempel pada alat penyaring tersebut dan tidak akan terbawa menuju proses selanjutnya. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan analisa proses produksi teh hitam jenis BOP, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, proses produksi teh hitam jenis BOP saat ini dapat dikatakan lancar, tetapi masih mengalami beberapa kendala dalam menjalankan kegiatan produksi. Kedua, Kendala-kendala saat proses produksi diantaranya adalah pada saat di tempat pengolahan terdapat sampah daun gulma dan ranting pohon pada saat proses pemeberan dan pelayuan, mesin open top roller (OTR) yang terkadang mengalami kemacetan dan rusak pada saat proses penggilingan, saat proses pengeringan terjadi kebocoran heat exchanger, serta pada saat proses pengeringan sudah selesai terjadi adanya serbuk bubuk kayu bakar menyala yang terbawa angin, dan terdapat sampah berupa pasir dan bubuk berbahan besi pada saat proses sortasi.

Ketiga, PT. Perkebunan Nusantara VIII Goalpara Kabupaten Sukabumi mempunyai solusi antara lain perusahaan mengatasinya di tempat pengolahan dengan cara manual untuk mengatasi sampah pada saat proses pemeberan dan pelayuan, sedangkan mengenai mesin selalu mengalami kerusakan pada saat proses penggilingan yaitu perusahaan menyelesaikannya dengan cara memperbaikinya dengan waktu yang cepat, pada saat pengeringan perusahaan selalu memeriksa mesin dan juga selalu menjaga kebersihan ruangan proses produksi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, serta pada saat proses sortasi diselesaikan dengan cara menggunakan alat penyaring otomatis agar tidak mempengaruhi hasil bubuk teh hitam yang dihasilkan.

REFERENSI

Amirullah, “Pengantar Manajemen,” Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015.

Assauri, Sofjan, “Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi 2008,” Jakarta: Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2017.

Badrudin, “Dasar-dasar Manajemen,” Bandung: Alfabeta, 2014.

Fahmi, Irham., “Manajemen Produksi dan Operasi,” Bandung: Alfabeta. 2014.

Febrianti, Astriana., “Teh,” Sukabumi: Pendidikan Biologi UMMI. 2014. Firmansyah, Hilman, Acep Syamsudin.,

“Organisasi Manajemen Bisnis,” Yogyakarta: Ombak, 2016.

Haming, Murdifin, Mahfud Nurnajamuddin., “Manajemen Produksi Modern Edisi 2,” Jakarta: Bumi Aksara, 2014. Haming, Murdifin, Mahfud

(9)

9 Produksi Modern Edisi 3,”

Jakarta: Bumi Aksara, 2014. Haming, Murdifin, Mahfud

Nurnajamuddin., “Manajemen Produksi Modern Edisi 3,” Jakarta: Bumi Aksara, 2017. Karyoto., “Dasar-dasar Manajemen

Teori Definisi dan Konsep,” Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2016.

Santoso, Rainisa M Heryanto., “Perencanaan dan Pengendalian Produksi 1,”Bandung: Alfabeta. 2017.

Tampubolon, Manahan P., “Manajemen Operasi dan Rantai Pemasok,” Jakarta:

Mitra Wacana Media, 2014. Jurnal:

Ekaputri, Megawati Kadir., dkk., “Aplikasi Learning Manajemen Sistem dan Ulangan Online Berbasis Web,” jurnal e-Proceeding of Applied Science, Vol. 2 No.3, pp. 914-932, Desember 2016.

Referensi

Dokumen terkait

ALIENATION IN LEO TOLSTOY’S ANNA KARENINA : A MARXIST APPROACH.. This study investigates how the major character’s alienation is

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko dominan yang signifikan dampaknya terhadap kinerja proyek gedung bertingkat dan mengetahui tingkat pengaruh tindakan

gan baik, dan (4) guru harus lebih memaksimalkan penggunaan media CD pembelajaran interaktif dalam proses pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat lebih meningkat di

Here we describe our 2-stage algorithm for generating DTMs from DSMs. The complete work flow is presented in Figure 1. The data used for developing and testing the algorithm

To gain a complete sense of what the English poets meant to one another, one would have to take stock of the numerous and diverse ways in which the work of one poet is present

It is interesting to study critically because although in general Balinese people oppose the use of cultural elements that are considered sacred for tourism

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui bagaimana kebijakan pengembangan kawasan wisata zona utara kabupaten Gunungkidul yang dilakukan oleh Pemerintah