EVALUASI LIMBAH DARI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG
SIAP RILIS SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG
(The Evaluation of New Release Maize by Product as Beef Cattle Feed)
UUM UMIYASIH danYENNY NUR ANGGRAENY Loka Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan
ABSTRACT
The development of superior variety of maize is one alternative to increase national corn production. The increasing of plantation corn area can increase crop by product such as corn stover. The purpose of this research was to find out the potency and nutrient value of commercial corn stover and the benefit as rhoughage for beef cattle. This reseach was done by Loka Penelitian Sapi Potong and Balai Penelitian
Tanaman Jagung dan Serealia. This research had 8 of new variety of commercial corn stover
(S99TLYQGH-AB, S99TLYQ–(S99TLYQGH-AB, POZARICA 8365, ACROSS 8666, POZARICA 8563, S 98TLWQ–FLD, POP 63 C2 QPMTLV dan MAROS SINTETIK 2). This research use randomized complete design. Parameter observed was corn stover and its nutrient content. The nutrient content was analyzed by proximat (DM, CP, TDN, CF, EE and organic matter), fiber analysis by Van Soest method (ADF and NDF) analiysis of in-sacco digestibility. The results showed that production of DM, CP and TDN was not affected by corn variety, but affected to CF. The highest CF is Maros Sintetik 2 (2,56 ton/Ha) and the lowest is POP63 C2QPMTLV (0,73 ton/Ha). The DM, CP, EE, CF, SK, NDF dan ADF was affected by corn variety (P<0.05), but not to TDN and OM. The DM content of maize straw was 43,24–4,89%; CP content was 4,32–4,89%; TDN content was 47,20–48,08%;CF content was 29,02–34,96%, EE content was 0,55–0,77%; OM content was 83,62-85,14%; ADF content was 39,70–45,18% and NDF content was 55,25–73,58%. Corn maize from POP 63 C2 and MAROS SINTETIK–2 had low DM solubility (12,93%), whilst the corn maize had high DM solubility (19,00%). The lowest DM digestibility was S99TLYQGH–AB (53,75%) and the highest DM digestibility was S 98TLWQ–FLD (58,99%). According to production and nutritive value, It was concluded corn variety of POZARICA 8563, S98TLWQ–FLD and MAROS SINTETIK 2 had low potency as beef cattle rhoghage than those of five variety.
Key Words: Beef Catle, Maize By Product, Varietas ABSTRAK
Pengembangan tanaman jagung unggul varietas baru merupakan salah satu alternatif yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan produksi jagung nasional. Seiring dengan semakin berkembangnya areal penanaman jagung tersebut maka semakin meningkat pula ketersediaan limbahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi produksi limbah jagung varietas baru yang telah siap rilis terutama nilai nutrien dan nilai manfaatnya sebagai pakan sapi potong. Penelitian dilaksanakan bekerjasama dengan Balai Penelitian Jagung dan Serealia (Balitjas) menggunakan materi berupa delapan macam tanaman jagung komersial siap rilis yaitu S99TLYQGH–AB, S99TLYQ–AB, POZARICA 8365, ACROSS 8666, POZARICA 8563, S 98TLWQ–FLD, POP 63 C2 QPMTLV dan MAROS SINTETIK 2; yang telah siap panen (umur 100 hari). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan analisis data dari ANOVA. Parameter yang diamati adalah produksi jerami (batang, daun dan klobot) serta nilai nutriennya. Kandungan zat nutrien dianalisis melalui analisis proksimat meliputi kandungan Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK), Total Digestible Nutrient (TDN), serat kasar (SK), lemak kasar (LK) dan bahan organik (BO); serta analisis serat meliputi kandungan acid detergent fiber (ADF) dan neutral detergent
fiber (NDF). Dilakukan pula analisis degradasi in sacco dengan lama inkubasi 0,3,6,12,24,48 dan 72 jam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi BK, PK dan TDN tidak dipengaruhi oleh varietas jagung, sedangkan produksi SK dipengaruhi oleh varietas jagung (P≤0,05). Produksi SK tertinggi dihasilkan oleh varietas Maros Sintetis 2 (2,56 ton/ha) dan terendah oleh POP 63 C2QPMTLV (0,73 ton/ha). Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa varietas jagung berpengaruh nyata (P≤0,05) terhadap kandungan BK, PK, LK, SK, NDF dan ADF; namun tidak berpengaruh terhadap kandungan TDN dan BO. Kandungan BK berkisar antara 43,24–49,44%; PK antara 4,32–4,89%; TDN antara 47,20–48,08%; SK antara 29,02–34,96%;
LK antara 0,55–0,77%; BO antara 83,62–85,14%; ADF antara 39,70–45,18% serta kandungan NDF antara 55,25–73,58% Jagung varietas POP 63 C2 dan MAROS SINTETIK–2 memiliki kelarutan BK yang rendah (12,93%), sedangkan varietas yang mempunyai nilai kelarutan tertinggi adalah ACROSS 86 (19,00%). Nilai daya cerna BK terendah adalah S99TLYQGH–AB (53,75%) adapun daya cerna tertinggi adalah S 98TLWQ– FLD (58,99%). Disimpulkan bahwa berdasarkan hasil pengamatan terhadap produksi dan nilai nutriennya maka jerami jagung varietas POZARICA 8563, S98TLWQ–FLD dan MAROS SINTETIK 2 mempunyai potensi yang lebih rendah sebagai pakan sapi potong dibandingkan dengan lima varietas yang lain.
Kata Kunci: Sapi Potong, Limbah Jagung, Varietas
PENDAHULUAN
Semakin berkembangnya usaha pertanian
tanaman pangan merupakan peluang yang
dapat dimanfaatkan sebagai salah satu strategi
dalam pengembangan usaha sapi potong dan
ternak rumunansia yang lain, mengingat limbah
tanaman pangan merupakan jenis limbah yang
cukup potensial sebagai pakan ternak.
Potensi limbah pertanian pada saat ini
masih belum dimanfaatkan sepenuhnya sebagai
pakan ternak, karena sebagian masih ada yang
digunakan sebagai bahan bakar, pupuk organik
maaupun bahan baku industri (C
HUZAEMI,
2002). Dilihat dari potensi jumlah limbah
pertanian, maka apabila dapat dimanfaatkan
seluruhnya sebagai pakan akan dapat
meningkatkan kapasitas tampung ternak di
dalam negeri, yang secara tidak langsung
diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan
konsumen.
Jagung (Zea mays) merupakan salah satu
komoditas pertanian yang memiliki arti
strategis bagi perekonomian masyarakat baik
sebagai pangan maupun bahan baku industri.
Perkembangan industri pengolahan makanan
dan pakan ternak menyebabkan peningkatan
permintaan jagung di Indonesia. Laju impor
biji jagung pada tahun 1995 adalah 60,20%
sedangkan laju impor tepung jagung dan
jagung giling adalah 8,10% (S
OEDARYANTOet
al., 1998). Untuk mengurangi impor jagung
diperlukan upaya mencari sumber-sumber
pertumbuhan baru diikuti dengan upaya
peningkatan produktivitas melalui penggunaan
varietas unggul baru, teknologi budidaya
dengan menerapkan teknologi pascapanen
yang efisien.
Penemuan varietas baru merupakan salah
satu produk utama hasil penelitian untuk
meningkatkan produksi. Untuk itu telah dirilis
beberapa varietas unggul baik komposit
dan Pihak Swasta (R
OESMARKAMet al., 1999).
Sampai saat ini sebagian besar pelepasan
varietas jagung unggul diarahkan pada jagung
kuning yang sesuai untuk pakan, sementara
jagung dengan biji putih belum mendapat
perhatian yang memadai. Hal ini sesuai dengan
analisa K
ASRYNOet al. (2002) yang
menyatakan bahwa selama 20 tahun terakhir
pemanfaatan jagung di Indonesia telah
bergeser dari pangan menjadi bahan industri
terutama pakan.
Seiring dengan upaya peningkatan produksi
jagung yang telah dicanangkan oleh
pemerintah melalui program Gema Palagung
maka semakin meningkat pula ketersediaan
limbahnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui produksi jerami jagung varietas
baru yang telah siap dirilis terutama nilai
nutrien dan kemungkinan pemanfaatannya
sebagai pakan sapi potong.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan bekerja sama
dengan Balai Penelitian Jagung dan Serealia
(BALITJAS) menggunakan materi berupa
jerami dari 8 varietas tanaman jagung siap rilis
yang dipanen umur 100 hari yaitu
S99TLYQGH “AB”; S99TLYQ-AB; POZA
RICA 8365, Across 8666; S99TLWQ-AW,
POZA RICA 8563; S98TLWQ FLD; POP 63
C2 QPMTL WD dan Maros Sintetik 2.
Parameter yang diamati adalah: (1) Produksi
nutrien dan (2) Kandungan zat nutrien,
meliputi Bahan Kering (BK), Protein Kasar
(PK), Total Digestible Nutrient (TDN), Serat
Kasar (SK), Lemak kasar (LK) dan Bahan
Organik (BO), Neutral Detergent Fiber (NDF)
dan Acid Detergent Fiber (ADF). Sebagai
pelengkap dilakukan pula analisis nilai
kecernaan secara in sacco. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan analisis uji beda
rata-rata dari ANOVA.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi nutrien jerami jagung
Produksi nutrien jerami jagung siap rilis di
tampilkan pada Tabel 1.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
bahwa produksi BK, PK, TDN tidak
dipengaruhi varietas jagung. Produksi BK
berkisar 2,19 ton/ha/panen–2,96 ton/ha/panen,
tertinggi dihasilkan oleh varitas POZARICA
8563 yakni sebesar 2,96 ton/ha/panen. Apabila
dibandingkan dengan varitas Bisma yang
menghasilkan BK sebanyak 3,2 ton/ha/panen
adalah lebih rendah (Y
USRAN, 2000). Dari data
produksi BK yang dihasilkan dan dengan
asumsi bahwa 1 UT membutuhkan BK hijauan
sebesar 1,825 kg/UT/tahun (S
OEMANTOet al.,
2000), maka produksi BK varietas jagung siap
rilis mampu menampung 1,2–1,62
UT/ha/panen tertera pada Tabel 2. Data pada
tahun 2002 luas panen tanaman jagung adalah
3.121.000 ha, sehingga bila diasumsikan luas
tanam jagung tersebut ditanami varietas jagung
sebagaimana tersebut diatas maka akan dapat
ditampung 3.745.000–5.056.020 UT/panen.
Produksi PK berkisar antara 95,93–131,96
kg/ha, terendah pada varitas MAROS
SINTETIK-2 dan tertinggi pada POZARICA
8563. Produksi TDN berkisar antara 1,04–1,42
ton/ha, terendah pada POP 63 C2 QPMTLV
dan tertinggi pada POZARICA 8563.
Tabel 1. Produksi nutrien jerami jagung varietas unggul siap rilis
Produksi Nutrien Varietas BK (ton/ha/panen) PK (kg/ha/ panen) TDN (ton/ha/ panen) SK (ton/ha panen) S99TLYQGH-AB 2,49 ± 0,44 124,56 ± 26,17 1,20 ± 0,23 0,99a S99TLYQ-AB 2,68 ± 0,33 127,80 ± 15,38 1,27 ± 0,15 0,90a POZARICA 8365 2,69 ± 0,37 104,88 ± 17,59 1,32 ± 0,21 1,17a ACROSS 8666 2,70 ± 0,85 126,16 ± 42,14 1,30 ± 0,43 0,94a POZARICA 8563 2,96 ± 0,25 131,96 ± 17,33 1,42 ± 0,16 0,95a S98TLWQ-FLD 2,85 ± 0,42 126,86 ± 27,92 1,35 ± 0,23 0,93a POP 63 C2 QPMTLV 2,19 ± 0,30 104,91 ± 12,02 1,04 ± 0,12 0,73a MAROS SINTETIK 2 2,22 ± 0,33 95,93 ± 15,71 1,07 ± 0,20 2,56b a,b Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)
Tabel 2. Kapasitas tampung varietas jagung siap rilis
Varitas jagung Produksi BK (ton/ha/panen) Kapasitas tampung (UT)
S99TLYQGH–AB 2,49 ± 0,44 1,36 S99TLYQ–AB 2,68 ± 0,33 1,47 POZARICA 8365 2,69 ± 0,37 1,47 ACROSS 8666 2,70 ± 0,85 1,48 POZARICA 8563 2,96 ± 0,25 1,62 S98TLWQ–FLD 2,85 ± 0,42 1,56 POP 63 C2 QPMTLV 2,19 ± 0,30 1,20 MAROS SINTETIK–2 2,22 ± 0,33 1,22
Hasil analisis terhadap produksi SK
menunjukkan berbeda nyata diantara varietas.
Produksi SK tertinggi adalah varietas Maros
Sintetik 2 yakni sebesar 2,56 ton/ha dan
terendah pada POP63 C2QPMTLV sebesar
0,73 ton/ha. Produksi SK yang tinggi pada
varietas Maros Sintetik 2 merupakan potensi
negatif karena SK merupakan salah satu faktor
pembatas pada penggunaan limbah (L
ENGdan
P
RESTON, 1987).
Kandungan zat nutrien jerami jagung
Kandungan zat nutrien meliputi BK, PK,
TDN, SK, LK dan BO serta kandungan serat
meliputi dinding sel (ADF) dan kandungan isi
sel (NDF) Tabel 3.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
bahwa kandungan BK, PK, LK, SK, NDF dan
ADF dipengaruhi oleh varietas jagung dan
sebaliknya, varietas jagung tidak berpengaruh
terhadap TDN dan BO. Kandungan BK
berkisar antara 43,24–49,44%; PK antara
4,32-4,89%; TDN antara 47,20–48,08%, SK antara
29,02–34,96%; LK antara 0,5533–0,7700%;
BO antara 83,62–85,14%; NDF antara 55,25–
73,58% serta kandungan ADF antara 39,70–
45,18%.
Apabila ditinjau dari kandungan PK, BK
dan TDN yang umum digunakan sebagai dasar
untuk menentukan standar kebutuhan;
nampaknya nutrisi terendah terdapat pada
varietas S 98TLWQ–FLD (44,86% BK; 4,41%
PK; 47,20% TDN; 30,00% SK; 0,69% LK,
83,39% BO; 71,20% NDF dan 43,00% ADF)
sedang yang tertinggi adalah Varietas Across
8666 (77,61%; 4,63% PK; 47,64% TDN;
29,14% SK; 0,65% LK; 83,39% BO; 71, 61%
NDF dan 42,30% ADF).
H
ARTADIet al. (1981) melaporkan bahwa
jerami jagung mengandung 27,8% BK; 1,5%
LK; 7,4% PK; 10,8% abu dan 53,1% BETN,
sedangkan D
IRJENB
INAP
RODUKSIP
ETERNAKANdan F
APETU
GM(1988)
melaporkan bahwa kandungan NDF dan ADF
jerami jagung adalah 20,5 dan 79,5%.
Dibandingkan dengan data dari beberapa hasil
penelitian terdahulu nampak bahwa kualitas
nutrien jerami jagung sangat bervariasi. Hal ini
diduga disebabkan karena mutu hijauan
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jenis
tanah, pupuk, ketersediaan air, musim, fase
pertumbuhan, frekuensi pemotongan, varitas
dan strain (R
ANJHAN, 1980); selanjutnya
diterangkan bahwa varietas yang berbeda pada
suatu spesies hijauan pakan menyebabkan
perbedaan kandungan nutrien. Apabila
dibandingkan dengan nutrien rumput tropik
umur potong 60 hari yang mengandung TDN
sebesar 36–57%; NDF sebesar 66%; ADF
sebesar 38–51%; PK sebesar 4,0–6,70% dan
SK antara 30–34% (G
RANT, 1973 disitasi oleh
V
ANS
OEST, 1994) maka nilai kandungan PK
dan TDN tertinggi pada jerami jagung pada
penelitian ini adalah lebih rendah.
Tabel 3. Kandungan zat nutrien jerami jagung varietas unggul siap rilis Varietas BK (%) PK (% BK) TDN (% BK) SK (% BK) LK (% BK) BO (% BK) NDF (% BK) ADF (% BK) S99TLYQGH-AB 43,24a 4,89b 48,03 33,80b 0,5533a 85,04 61,11b 45,18d S99TLYQ-AB 44,68a 4,85b 47,64 29,45a 0,6333b 84,37 55,25a 39,70a POZARICA 8365 46,85b 3,78a 48,72 34,96b 0,6433bc 85,14 62,48b 43,42bc ACROSS 8666 47,61b 4,63b 47,64 29,14a 0,6467bc 83,86 71,61c 42,30abc POZARICA 8563 49,44b 4,44a 47,67 29,14a 0,6767bc 84,11 68,59c 41,35abc S98TLWQ-FLD 44,86a 4,41a 47,20 30,00a 0,6867d 83,39 71,20c 43,00bc POP 63 C2 QPMLTV 46,83 a 4,87b 47,88 29,02a 0,6900d 83,24 71,95c 43,67bc MAROS SINTETIK 48,00 b 4,32a 47,65 29,16a 0,7700e 83,62 73,58c 44,60bc
Nilai kecernaan in sacco
Hasil pengamatan terhadap nilai kecernaan
in sacco BK dan SK pada inkubasi 0, 3, 6, 12,
24, 48 dan 72 jam tertera pada Tabel 3 dan
Tabel 4.
Nilai kelarutan BK pada penelitian ini
berkisar 12,93–29,66%. Jagung varietas POP
63 C2 dan MAROS SINTETIK–2 memiliki
kelarutan yang rendah (12,93%), sedangkan
jagung varietas ACROSS 8666 mempunyai
nilai kelarutan tertinggi (19,00%). Nilai daya
cerna BK pada penelitian ini berkisar
50,07-58,99%. Nilai daya cerna terendah adalah pada
MAROS SINTETIK–2, sedangkan varitas
S98TLWQ–FLD mempunyai nilai daya cerna
yang tertinggi.
Nilai kelarutan SK berkisar antara
6,94-21,77% varietas
MAROS SINTETIK–2
memiliki kelarutan yang rendah (7,86%),
sedangkan jagung varietas S99TLYQGH–AB
mempunyai nilai kelarutan tertinggi (21,77%).
Nilai daya cerna SK pada penelitian ini
berkisar 56,05–71,16%. Nilai daya cerna
terendah adalah pada jagung varitas Maros
Sintetik–2 (56,05%), sedangkan varitas jagung
POZARICA 8365 mempunyai nilai daya cerna
tertinggi yaitu 71,16%. Dibandingkan dengan
nilai kecernaan pada rumput tropik umur 50
hari yang berkisar antara 50–54% maka hasil
penelitian ini adalah lebih tinggi (V
ANS
OEST,
1994).
Tabel 4. Nilai kecernaan in sacco BK jerami jagung varietas unggul siap rilis Masa inkubasi (jam)
Varietas 0 3 6 12 24 48 72 S99TLYQGH–AB 12,96 16,06 17,30 24,39 23,43 46,89 53,75 S99TLYQ–AB 14,94 20,48 19,82 26,53 24,81 44,98 55,10 POZARICA 8365 18,46 21,37 24,24 30,48 29,91 57,84 56,23 ACROSS 8666 19,00 23,92 24,77 32,41 29,99 54,65 55,59 POZARICA 8563 17,59 20,88 22,41 29,23 27,14 56,21 55,66 S98TLWQ–FLD 18,65 23,36 25,10 30,67 26,24 58,85 58,99 POP 63 C2 12,93 18,00 18,97 24,85 20,50 50,11 54,34 MAROS SINTETIK–2 12,93 15,52 16,79 18,36 17,15 45,57 50,07 Tidak dilakukan analisis statistik
Tabel 5. Nilai kecernaan in sacco SK jerami jagung varietas unggul siap rilis Masa Inkubasi (jam)
Varietas 0 3 6 12 24 48 72 S99TLYQGH–AB 21,77 24,45 29,98 31,27 28,86 57,60 64,46 S99TLYQ–AB 15,10 23,61 23,90 24,78 24,25 47,61 60,49 POZARICA 8365 16,16 31,11 34,17 37,50 35,33 63,53 71,16 ACROSS 8666 11,99 14,43 24,88 39,54 29,33 60,05 65,63 POZARICA 8563 19,36 20,57 21,73 28,37 30,19 54,95 59,14 S98TLWQ–FLD 15,91 20,88 27,73 31,53 30,03 62,89 67,57 POP 63 C2 14,93 25,77 25,65 28,08 22,71 53,09 62,06 MAROS SINTETIK–2 7,86 13,81 14,64 18,32 20,78 47,04 56,05 Tidak dilakukan analisis statistik
KESIMPULAN
Varietas jagung berpengaruh secara nyata
(P≤0,05) terhadap produksi SK serta
kandungan BK, PK, LK, SK, NDF dan ADF
namun tidak berpengaruh terhadap produksi
BK, PK, TDN serta kandungan TDN dan BO.
Berdasarkan potensi, kandungan nutrien
dan daya cerna disimpulkan bahwa jerami
jagung varietas POZARICA 8563, S98TLWQ–
FLD dan MAROS SINTETIK 2 menunjukkan
nilai lebih rendah daripada lima varietas jagung
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
CHUZAEMI, S. 2002. Strategi Penelitian Nutrisi. Work Shop Sapi Potong. Lokalit Sapi Potong, Puslitbang Peternakan. hlm. 2–3.
DIREKTORAT BINA PRODUKSI PETERNAKAN dan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA. 1983. Inventarisasi Limbah pertanian. Univerisitas Gadjah Mada. Yogyakarta. HARTADI, SUTRISNO dan REKSOHADIPRODJO. 1981.
Nutritive evaluation of crop residue. In: Beef Cattle and Goat Production. Laporan Akhir Penelitian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
KASRYNO, F. 2002. Perkembangan produksi dan konsumsi jagung dunia selama empat dekade yang lalu dan implikasinya bagi Indonesia. Makalah Diskusi Nasional Agribisnis jagung. Bogor 24 Juni 2002. Badan Litbang Pertanian.
PRESTON, T.P. dan R.A LENG. 1987. Matching RuminantProduction System With Available Resources in the Tropic and Sub Tropic, Penambul Book, Armidale.
RANJHAN, K.S. 1980. Animal Nutrition in Tropics. Vikas Publishing House. PVT.LTD. New Delhi.
ROESMARKAM, S., ROESMIYANTO, E.PURNOMO, S YUNIASTUTI, A. SLAMET, MARJUKI dan HANDOKO, 1999. Pros. Seminar Hasil Penelitian/Pengkajian BPTP Karangploso. PSE. Badan Litbang Pertanian. hlm. 30–31. SUDARYANTO, T., SURYANA, A. dan ERWIDODO.
1998. Penawaran, Permintaan dan Konsumsi Jagung di Indonesia: Pengalaman Pelita VI dan Proyeksi Pelita VII. Badan Litbang Penelitian. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia.
VAN SOEST, J.P. 1994. Nutritional Ekologi of The Ruminant. Elsevier. Amsterdam.
YUSRAN, M.A., A. RASYID, ARYOGI dan U. UMIYASIH. 2000. Pengkajian pertanaman lorong gliricidia dengan jagung: Pengaruh umur panen tanaman jagung terhadap produksi hijauan pakan. Pros. Seminar Hasil Penelitian BPTP Karangploso, Malang.
WARISNO, 1998. Budidaya Jagung Hibrida. Kanisius Yogyakarta.