• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SMP N 8 KABUPATEN KAUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SMP N 8 KABUPATEN KAUR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI

KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SMP N 8

KABUPATEN KAUR

Desi Elminiarti SMP Negeri 18 Kabupaten Kaur Email: desielminiarti@yahoo.com

ABSTRAK:

Untuk mengetahui pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMPN 8 Kabupaten Kaur. Untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja guru di SMPN 8 Kabupaten Kaur dan untuk mengetahui pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru di SMPN 8 Kabupaten Kaur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan fokus penelitian. Teknik analisis data dengan menggunakan angket dan dokumentasi. kesimpulan dalam penelitian ini adalah: Pada regresi berganda diperoleh Y= 12,987 + 0,658 X1 + -0,108 X2. Konstanta a sebesar 12,987, hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru akan sebesar 12,987 bila (X1) dan (X2) tidak berubah atau tetap (Pembilang = 0); b1 – Koefisien regresi untuk supervisi kepala sekolah (X1) sebesar 0,658. hal ini menunjukan besar pengaruh perubahan supervisi kepala sekolah (X1) terhadap kinerja guru (Y) bila penempatan (X2) konstan bila supervisi kepala sekolah (X1) berubah sebesar 1 satuan maka kinerja guru (Y) akan berubah sebesar 0,658 kali perubahan supervisi kepala sekolah (X1). b2 – Koefisien regresi untuk motivasi kerja (X2) sebesar -0,108. Hal ini menunjukkan besar pengaruh perubahan motivasi kerja (X2) terhadap kinerja guru (Y) bila motivasi kerja (X2) konstan bila motivasi kerja (X2) berubah sebesar 1 satuan maka kinerja guru (Y) akan berubah sebesar -0,108 kali berubahan motivasi kerja (X2). Korelasi berganda antara variabel supervisi kepa sekolah (X1) dan motivasi kerja (X2) akan ada perubahan bersamaan dengan kinerja guru

sebesar 0,560 artinya variabel-variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Dengan demikian hubungan variabel supervisi kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja (X2) dengan kinerja guru (Y) sedang. Korelasi determinasi R2 = 0,560 menunjukkan besarnya variasi pengaruh perubahan supervisi kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja (X2) terhadap kinerja guru variasi perubahan kinerja guru (Y) sebesar 0,560 atau 56,0% sedangkan sisanya 44% sipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Korelasi parsial diperoleh bahwa nilai korelasi antar supervisi kepala sekolah (X1) dengan kinerja guru (Y) di SMP Negeri 8 Kabupaten Kaur sebesar 0,536 berada pada tingkat hubungan yang sedang. Motivasi kerja (X2) dengan kinerja guru (Y) di SMP Negeri 8 Kabupaten Kaur sebesar -0,140 berada pada tingkat hubungan yang lemah. Nilai signifikan variabel supervisi kepala sekolah X1) = 0,003 < 0,05. Thitung X1 adalah 3,303 sedangkan Ttabel (0,05: 30-2) adalah 0,683. 3,303 > 0,683 dengan demikian maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel independen supervisi secara parsial berpengaruh terhadap variabel kinerja guru. Nilai sig variabel insentif (X2) = 0,468 > 0,05. Thitung X2 adalah 0,737 sedangkan ttabel (0,05: 302) adalah 0,683. -0,737 < 0,683, dengan demikian maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti variabel independen motivasi kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel kinerja guru.

Kata kunci:

ABSTRACT:

The purpose of this study is: To determine the effect of supervision of principals on teacher performance in SMPN 8 Kaur District. To determine the effect of work motivation of teachers on teacher performance in SMPN 8 Kaur District and to determine the effect of supervision of school principals and teachers work motivation on teacher performance in SMPN 8 Kaur District. This study uses a quantitative approach and focus of research. data analysis techniques by using questionnaires and documentation. conclusions of this research are: In the multiple regression obtained Y = 12.987 + 0.658 X1 + X2 -0.108. The constant of 12.987, it indicates that the performance of teachers will amount to 12.987 when (X1) and (X2) or remain unchanged (numerator = 0); b1 - The regression coefficient for the supervision of the school principal (X1) of 0.658. this shows the great influence of changes in the supervision of the school principal (X1) on teacher performance (Y) when a placement (X2) constant when the supervision of the school principal (X1) changes by one unit then the teacher’s performance

will be unchanged at 0.658 times the change in supervision of the school principal (X1). b2 - Regression coefficients for work motivation (X2) is -0.108. This shows the great influence of changes in work motivation (X2) the performance of teachers (Y) when the work motivation (X2) constant when the work motivation (X2) changes by one unit then the teacher’s performance (Y) will be changed by -0.108 times berubahan motivation to work ( X2). Multiple correlation between variables kepa school supervision (X1) and motivation (X2) will be changes along with the teacher’s performance (Y) of 0.560 means

(2)

An-Nizom | Vol. 2, No. 1, April 2017

that the independent variables jointly affect the dependent variable. Thus the variable relationship supervision principals (X1) and motivation (X2) with the performance of teachers (Y) being. Correlation of determination R2 = 0.560 showed large variations in the effects of changes in the supervision of the school principal (X1) and motivation (X2) on teacher performance variation changes the performance of teachers (Y) of 0.560 or 56.0% while the remaining 44% sipengaruhi by other factors not examined , Partial correlation is obtained that the correlation between the supervision of the school principal (X1) with the performance of teachers (Y) in SMP Negeri 8 Kaur District of .536 is the level of relationship. Work motivation (X2) with the performance of teachers (Y) in SMP Negeri 8 Kaur District of -0.140 is at a weak level of relationship. Significant value variable supervision of the school principal X1) = 0.003 <0.05. Thitung X1 is 3,303 while Ttabel (0.05: 30-2) is 0.683. 3.303> 0.683 thus the H0 and H1 accepted, which means that the variable partial supervision independ- ent variables affect the performance of teachers. Sig variable incentives (X2) = 0.468> 0.05. T-count X2 is -0.737 while ttabel (0.05: 30-2) is 0.683. -0.737 <0.683, and thus H0 and H1 rejected, which means that the variable partial independ- ent work motivation variable does not affect the performance of teachers.

Keyword:

PENDAHULUAN

Supervisi merupakan bagian dari manajemen khususnya berkaitan dengan kepemimpinan dan controlling sering diterjemahkan sebagai pengawasan. Namun supervisi mempunyai arti yang khusus yaitu membantu dan turut serta dalam usaha-usaha perbaikan dan meningkatkan mutu baik personel maupun lembaga. Kegiatan supervisi yang dilakukan oleh supervisor sebagai bagian dari manajemen kelembagaan yang memainkan peran penting untuk mencapai tujuan lembaga. Dilihat dari konsep manajemen, supervisi yang diterapkan dalam dunia pendidikan memandang guru sebagai bagian penting dari menajemen yang diharapkan

melaksanakan tugas sesuai fungsi-fungsi

manajemen dengan baik dan terukur.

Guru merupakan komponen pendidikan yang

sangat dominan dalam peningkatan mutu

pendidikan. Hal ini disebabkan oleh karena guru adalah orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran disekolah.agar proses pembelajaran berkualitas maka guru harus berkualitas dan profesional. Guru yang profesional adalah: guru

yang mampu mengaplikasikan kompetensi

paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dalam proses pembelajaran baik didalam maupun diluar kelas.1 Disamping itu guru sangat erat kaitannya dengan mutu lulusan sekolah, kadar kualitas guru ternyata dipandang sebagai penyebab kadar kualitas output sekolah.2

Janawi, Kompetnsi Guru, Citra Guru Profesional, (Bandung: Alfabeta, 2012). h. .97

Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP dan sukses dalam

Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 76

Oleh karena itu potensi sumber daya guru harus terus-menerus tumbuh dan ber- kembang agar dapat melakukan fungsinya secara profesional. Salah satu cara menumbuh kembangkan kemampuan- sumber daya guru adalah melalui supervisi. Salah seorang yang diberi tanggung jawab untuk melakukan supervisi adalah kepala sekolah, sehingga kepala

sekolah bertugas memberikan bantuan dan

bimbingan secara profesional kepada guru yang kurang memiliki kemampuan profesional dalam me- ngajar. Hal ini sesuai dengan hakikat supervisi yang merupakan usaha memberi pelayanan agar guru menjadi lebih profesional dalam menjalankan tugas melayani peserta didiknya. Pelayanan profesional kepala sekolah terhadap guru-guru sangat esensial bagi peningkatan kualitas proses belajar-mengajar (PBM). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa supervisi kepala sekolah mempengaruhi kemampuan profesional guru dan kemampuan profesional guru mempengaruhi kualitas PBM.3

Salah satu peran utama kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan adalah membantu atau membina guru agar lebih profesional dalam

melaksanakan- proses pembelajaran melalui

pelaksanaan fungsi supervisi dalam bentuk penelitian, penilaian, perbaikan dan peningkatan, sehingga kualitas pembelajaran menjadi lebih baik.4

Pelaksana supervisi oleh kepala sekolah se-

Doni Juni Priansa,Rismi Somad, Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 83-84

Doni dan Somad, Manajemen Supervisi dan kepemimpinan Kepala Sekolah, h. 93

(3)

Desi Elminiarti | Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru

baiknya dilakukan secara kontinyu mengingat peningkatan kompetensi profesional guru tidak bisa dilakukan secara instan, selain itu kepala sekolah hendaknya dapat merencanakan, me- laksanakan dan membuat tindak lanjut dari hasil pelaksanaan supervisi.

Salah satu upaya Kepala Sekolah dalam memajukan- sekolah agar berkinerja baik yaitu dengan memberikan motivasi kepada guru. Moti tersebut dilakukan agar guru melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, efektif, dan efisien.

Sebagai supervisor, kepala sekolah diharapkan mampu bertindak sebagai konsultan, sebagai fasilitator yang memahami kebutuhan dari guru dan juga mampu memberi alternatif pe- mecahannya. Disamping itu, kepala sekolah juga diharap dapat memotivasi guru-guru agar lebih kreatif dan inovatif. Dalam kerangka pembinaan kompetensi guru melalui supervisi perlu di- cermati bahwa kegiatan tersebut bukan hanya memfokuskan pada

peningkatan pengetahuan dan ketrampilan

mengelola pembelajaran, tetapi juga mendorong

pengembangan motivasi untuk melakukan

peningkatan kualitas kinerjanya.5

Bertitik tolak dari pendapat diatas, dapat penulis simpulkan bahwa masalah supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja dalam pe- ningkatan kinerja guru pada proses pendidikan merupakan salah satu faktor yang harus di perhatikan.

Untuk mengungkapkan keadaan yang se- benarnya maka penulis merasa tertarik dan merasa perlu untuk meneliti,“Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Dan Motivasi

Kerja Terhadap Kinerja Guru Di SMP N 8

Kabupaten Kaur”

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah ditetapkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah terdapat pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja guru di SMPN 8 Kabupaten Kaur.

Anni, Tri Chatarina. Psikologi Belajar. (Semarang: UNNES, 2006), h. 90

Apakah terdapat Pengaruh Motivasi kerja Guru terhadap Kinerja guru di SMPN 8 Kabupaten Kaur.

Apakah terdapat Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi kerja Guru secara bersama-sama terhadap Kinerja guru di SMPN 8 Kabupaten Kaur.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: Untuk mengetahui pengaruh supervisi kepala sekolah Terhadap kinerja guru di SMPN 8 Kabupaten Kaur.

Untuk mengetahui pengaruh Motivasi Kerja Guru Terhadap kinerja guru di SMPN 8 Kabupaten Kaur.

Untuk mengetahui pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja Guru Terhadap kinerja guru di SMPN 8 Kabupaten Kaur.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dan fokus penelitian diidentifikasi sebagai proses kerja yang berlangsung ringkas, terbatas, dan memilah-milah permasalahan menjadi bagian yang dapat diukur dan dinyatakan dalam angka-angka. Penelitian ini dilaksanakan untuk, menentukan kuasalitas dari variabel, menguji teori, dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif.

Penelitian ini menggunakan metode ex post facto (noneksperimen) dengan rancangan korelasional kausalitas. Artinya hanya menggali fakta-fakta dengan menggunakan angket yang berisi sejumlah pertanyaan yang merefleksi persepsi mereka terhadap variabel yang diteliti. Penelitian ini menempatkan- supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru sebagai variabel independen dan kinerja guru sebagai variabel dependen.

LANDASAN TEORI 1. Pengertian Pengaruh

Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut

(4)

An-Nizom | Vol. 2, No. 1, April 2017

membentuk watak, kepercayaan atau perbuataan- seseorang. Menurut W.J.S. Poewadarminta, dalam

Kamus Umum Bahasa Indonesia, defenisi

„pengaruh‟ adalah “Suatu daya yang ada dalam sesuatu yang sifatnya dapat memberi perubahan kepada yang lain.6 Menurut Badudu Zain, „pengaruh‟ adalah: “Daya menyebabkan sesuatu terjadi, dalam arti sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain dengan kata lain pengaruh merupakan penyebab sesuatu terjadi atau dapat mengubah sesuatu hal ke dalam bentuk yang kita inginkan.”7

2. Supervisi

Salah satu fungsi yang harus diwujudkan dalam

kegiatan kepala sekolah untuk memberikan

pelayanan pada masyarakat dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan adalah supervisi. Supervisi dilakukan oleh kepala sekolah untuk melihat jalannya proses pendidikan yang sedang berlangsung. Apabila dilihat kurang tepat menurut pandangan kepala sekolah akan cepat dapat ditangani untuk dilakukan perubahan-perubahan yang lebih baik.

Supervisi pendidikan merupakan serangkaian

kegiatan membentuk guru mengembangakan

kemampuannya, maka dalam melaksanakan

supervisi terhadap guru perlu diadakan kemampuan guru, sehingga dapat ditetapkan aspek mana yang perlu dikembangkan dan bagaimana cara yang tepat dalam proses mengembangkannya. Artinya kepala sekolah dapat memberikan penilaian performasi guru dalam mengelola proses belajar mengajar sebagai suatu proses dalam mengelola penampilan guru dalam proses belajar mengajar.8Namun, satu hal yang harus ditegaskan, bahwa setelah melakukan penilaian penampilan guru bukan berarti selesai tentang kegiatan supervisi, tetapi harus dilanjutkan

dengan perancangan dan pelaksanaan

pengembangan kemampuannya.

Ā Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ᜀĀ ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ W

.J.S. Poewadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 1996), h. 664

Ā Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ᜀĀ ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ B

adudu Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesisa, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1996), h.1031

Ā Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ᜀĀ ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ I

brahim Bafadal, Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya dalam

Membina Profesional Guru (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 2

Pengertian Supervisi

Istilah supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris Supervision”artinya Pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata “supervisi” diartikan sebagai penglihatan dari atas.9 Supervisi berarti melihat atau meninjau dari atas atau melihat dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan (orang yang memiliki kelebihan) terhadap perwujudan kegiatan dan hasil kerja bawahan.10

Karakteristik Supervisi

Menurut Mulyasa salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan.

Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.

Instrumen dan metode observasi dikembang- kan bersama oleh guru dan kepala sekolah.

Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pe- ngamatan dengan mendahulukan interpretasi guru

Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru dari pada memberi saran dan pengarahan. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan dan umpan balik.

Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.

Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah.11

Is Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), Cet ke-1, h 1380

Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta. PT. Gunung Agung, 1997) Cet ke-4, h. 104

Mulyasa, E.., Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h .112

(5)
(6)

Desi Elminiarti | Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru

Motivasi

Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidan dapat diamati secara langsung, tetapi dapat di- interprestasikan dalam tingkah laku, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya sesuatu tingkah laku tertentu.12 Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang- untuk melakukan aktivitas tertentu, demi tercapainya tujuan tertentu.13 Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

Tujuan Motivasi

Ada beberapa tujuan daripada motivasi yang dikemukakan oleh yaitu:

Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.

Meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan.

Meningkatkan kedisiplinan karyawan. Mengefektifakan pengadaan karyawan. Menciptakan suasana dan hubungan kerja karyawan.

Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan.

Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugasnya.

10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

Dari tujuan tujuan motivasi diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi memiliki peranan yang sangat penting bagi karyawan dan dalam pencapaian tujuan perusahaan.14

Isbandi Rukminto Adi, psikologi, pekerjaan Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial: Dasar-dasar Pemikiran, (Jakarta: Grafindo Persada, 1994), h. 154.

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grafindo, 1990), h. 151.

Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 147

Jenis-jenis Motivasi

Jenis-jenis motivasi adalah sebagai berikut; Motivasi Positif

Motivasi positif yaitu motivasi yang diberikan manajer untuk memotivasi atau merangsang karyawan bawahan dengan memberikan hadiah kepada yang berprestasi, sehingga meningkatkan semangat untuk bekerja.

Motivasi Negatif

Motivasi negatif yaitu motivasi yang diberikan manajer kepada karyawan bawahan agar mau

bekerja dengan sungguh-sungguh dengan

memberikan hukuman. Hal ini dalam jangka waktu pendek akan meningkatkan semangat kerja karena karyawan takut mendapat hukuman. Namun dalam jangka waktu panjang hal tersebut akan menimbulkan dampak kurang baik.

Aspek-aspek Yang Mempengaruhi Motivasi

Aspek-aspek yang memperngaruhi motivasi adalah sebagai berikut:

Rasa aman dalam bekerja.

Mendapatkan gaji yang adil dan kompetitif. Lingkungan kerja yang menyenangkan. Penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan yang adi dari manajemen.15

Dengan melibatkan karyawan dalam pe-

ngambilan keputusan, pekerjaan yang menarik dan menantang, kelompok dan rekan-rekan kerja yang menyenangkan, kejelasan akan standar keberhasilan, output yang diharapkan, serta bangga terhadap pekerjaan dan perusahaan dapat menjadi faktor pemicu kerja karyawan.

4. Kinerja Guru

Istilah kinerja guru berasal dari kata job performance/actual performance (prestasi kerja atau

prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh

seseorang).16 Jadi kinerja bisa diartikan se- bagai prestasi yang nampak sebagai bentuk ke-berhasilan kerja pada diri seseorang. Dalam

Usman, M. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Cet. Ke-20. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006), h, 456

A.A Anwar Prabu Mangkunegara. Evaluasi Kinerja SDM. (Bandung:Refika Aditama.2010), h. 9

(7)

An-Nizom | Vol. 2, No. 1, April 2017

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja di- artikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan seseorang.17

Menurut Hadari Nawawi, kinerja adalah

kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu pekerjaan, sehingga terlihat prestasi pekerjaannya dalam menggapai tujuan.18 Sedangkan menurut Suryo Subroto kinerja guru dalam prestasi belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan siswa yang mencakup segi afektif, kognitif dan psikomotorik sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran.19

Kinerja seseorang merupakan kemampuan, usaha yang ditunjukkan sehingga dapat dilihat dari pikiran, sikap, dan perilakunya.Kinerja dalam hal ini adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga terlihat prestasi pekerjaannya dalam usaha penerapan ide dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam suatu organisasi lembaga pendidikan, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap guru dalam bidangnya merupakan sesuatu yang sangat diharapkan. Dengan adanya keterampilan dan kemampuan ini akan dapat

mempengaruhi pula kinerja dalam lembaga

pendidikan.

PEMBAHASAN

Guru atau pendidik memiliki peran yang strategis dalam bidang pendidikan ,bahkan sumber daya pendidikan lain yang memadai sering kali kurang berarti apabila tidak disertai dengan kualitas guru yang memadai.

Tinggi rendahnya mutu pendidikan banyak dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Untuk itu peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di sekolah menjadi tanggungjawab kepala sekolah sebagai supervisor, Pembina dan

WJS. Purwadarminta, Kamus Besar …, h. .56 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan…, h. 15 Suryosubroto, Proses Belajar …, h. 15

atasan langsung. Sebagaimana yang kita pahami bersama bahwa masalah profesi akan selalu ada dan terus berlanjut seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga bimbingan dan pembinaan yang profesional dari kepala sekolah selalu dibutuhkan guru secara berkesinambungan. Pembinaan tersebut disamping untuk meningkatkan kinerja guru, juga diharapkan dapat member dampak positif terhadap munculnya sikap professional guru.

Salah satu faktor yang menjadi tolak ukur keberhasilan sekolah adalah kinerja guru dalam mengajar. Kinerja guru adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Kinerja mengajar guru akan baik jika guru telah melakukan unsur-unsur yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran,

kerjasama dengan semua warga sekolah,

kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur dan objektif dalam membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, untuk menjamin kualitas layanan belajar mengajar atau kinerja guru yang baik, Maka supervisi kepala

sekolah menjadi hal yang penting dalam

memberikan bantuan arahan, bimbingan dan juga pengawasan kepada guru. Supervisi ini penting untuk di-lakukan, karena supervisi pendidikan ini pada umumnya mengacu kepada usaha perbaikan situasi belajar mengajar yang akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik.

Kemudian dari hasil penelitian juga di- temukan indikasi yang menunjukkan bahwa kinerja sebagian guru masih kurang maksimal, hal ini ditunjukan seperti: kedatangan terlambat, tidak memberitahu ketidakhadiran, datang ke sekolah tanpa persiapan mengajar, guru hanya sebatas mengajar sebagai kewajibannya tanpa ada bimbingan moral kepada

siswa dan juga antara guru dan kepala

sekolah/madrasah

(8)

Desi Elminiarti | Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru

berkomunikasi hanya pada waktu penanda-- tanganan Dp3, RPP, Silabus dan administrasi pendidikan lainnya. Banyak guru kurang berhasil dalam mengajar dikarenakan mereka kurang termotivasi untuk mengajar sehingga berdampak terhadap menurunnya kinerja guru. Untuk itu diperlukan peran kepala sekolah sebagai supervisor dapat memberi bantuan, bimbingan, ataupun layanan kepada guru dalam menjalankan tugas maupun dalam memecahkan hambatannya dan memotivasi para guru untuk meningkatkan kinerjanya.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa supervisi dan motivasi kerja baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Dengan demikian hipotesis penelitian yang dirumuskan teruji dan dapat diterima, dapat juga di jelaskan seperti di bawah ini:

Pada regresi berganda diperoleh Y= 12,987 + 0,658 X1 + -0,108 X2. Konstanta a sebesar

12,987, hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru akan sebesar 12,987 bila (X1) dan (X2) tidak berubah atau tetap (Pembilang = 0); b1 – Koefisien regresi untuk supervisi kepala sekolah (X1) sebesar 0,658. hal ini menunjukan besar pengaruh perubahan supervisi kepala sekolah (X1) terhadap kinerja guru (Y) bila penempatan (X2) konstan bila supervisi kepala sekolah (X1) berubah sebesar 1 satuan maka kinerja guru (Y) akan berubah sebesar 0,658 kali perubahan supervisi kepala sekolah (X1). b2 – Koefisien regresi untuk motivasi kerja (X2) sebesar -0,108. Hal ini menunjukkan besar pengaruh perubahan motivasi kerja (X2) terhadap kinerja guru (Y) bila motivasi kerja (X2) konstan bila motivasi kerja (X2) berubah sebesar 1 satuan maka kinerja guru (Y) akan berubah sebesar -0,108 kali berubahan motivasi kerja (X2).

Korelasi berganda antara variabel supervisi kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja (X2) akan ada perubahan bersamaan dengan kinerja guru (Y) sebesar 0,560 artinya variabel-

variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Dengan demikian hubungan variabel supervisi kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja (X2) dengan kinerja guru (Y) sedang. Korelasi determinasi R2 = 0,560 menunjukkan besarnya variasi pengaruh perubahan supervisi kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja (X2) terhadap kinerja guru variasi perubahan kinerja guru

sebesar 0,560 atau 56,0% sedangkan sisanya 44% sipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

Korelasi parsial diperoleh bahwa nilai korelasi antar supervisi kepala sekolah (X1) dengan kinerja guru (Y) di SMP Negeri 8 Kabupaten Kaur sebesar 0,536 berada pada tingkat hubungan yang sedang. Motivasi kerja (X2) dengan kinerja guru (Y) di SMP Negeri 8 Kabupaten Kaur sebesar -0,140 berada pada tingkat hubungan yang lemah. Nilai signifikan variabel supervisi kepala sekolah X1) = 0,003 < 0,05. Thitung X1 adalah 3,303 sedangkan Ttabel (0,05: 30-2) adalah 0,683. 3,303 > 0,683 dengan demikian maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel indevenden supervisi secara parsial berpengaruh terhadap variabel kinerja guru. Nilai sig variabel insentif (X2) = 0,468 > 0,05. T-hitung X2 adalah -0,737 sedangkan ttabel (0,05: 30-2) adalah 0,683. -0,737 < 0,683, dengan demikian maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti variabel indevenden motivasi kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel kinerja guru.

DAFTAR PUSTAKA

Adeyemi, T.O. 2010. Principals leadership styles and Teachers job performance in Senior Secondary Schools in Ondo State, Nigeria. Journal of Education Administration and Policy Studies, Vol.2 No.6, pege: 83-91.

Ahmadi, A. dan Supriyono, W. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Anni, Tri Chatarina. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES

Anwar Prabu Mangkunegara, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: Remaja Rosdakarya

(9)

An-Nizom | Vol. 2, No. 1, April 2017

Arikunto Suharsimi, 2004. Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian- Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi, 2005, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Jakarta

Asrori Mohammad, 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

Badudu, 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, Cet ke-1 Badudu, Muhammad Zaen Sultan, 1996. Kamus

Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka

Bahri dan Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Barinto. 2012. Hubungan kompetensi guru dan Supervisi Akademik dengan Kinerja Guru SMP Negeri Sekecamatan Percut Sei Tuan. Jurnal Tabularasa PPS Unimed Vol.9, No.2, Hal: 201-214. Medan: Universitas Medan

Brannen Julia, 1996. Memadu Metode Penelitian (Kualitatif & Kuantitatif), Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Budiyono. 2000. Statistika Dasar untuk Penelitian. Surakarta: FKIP UNS Press

Chaplin, J.P. 2001. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Chasbiansari, Dyas. 2007. Kompetensi Sosial dan Kewirausahaan (Studi Korelasi Pada Anggota

Perkumpulan Wirausahawan Mahasiswa

Universitas Diponegoro Semarang). Skripsi: Semarang: Universitas Diponegoro.

Darmadi, Hamid, 2010. Kemampuan Dasar

Mengajar. Bandung: Alfabeta, Cet, Ke-2 Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran.

Semarang: IKIP Semarang Press

Daryanto S.S, 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya: Apollo

Departemen agama RI, Al-Quran dan terjemah- nya Jakarta: Tim Penyusun dan Penafsir Alqur‟an Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002.

Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

_____, 2008. Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT. Rineka Cipta.

_____, 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Doni Juni Priansa, Rismi Somad, 2014. Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bandung: Alfabeta,

DrHamzah B. Uno, 2008. Teori motivasi dan pengukuran, Jakarta: Bumi Aksara,

Faturochman, 1996, Dinamika Psikologis dan Sosial Kepercayaan, Yogyakarta: Yayasan Pembina Fakultas Psikologi.

Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Hadari Nawawi, 1997. Administrasi Pendidikan, Jakarta. PT. Gunung Agung

Hadi, Sutrisno. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset

Henry Simamora, 1995. Manajemen Sunber Daya Manusia, Jakarta: STIE YKPN,

Herman. 2011: Hubungan Kompetensi Dengan Kinerja Guru Ekonomi SMA. Jurnal Ekonomi Bisnis, vol.16, no.1, Hal: 17-24. Makasar: Universitas Negeri Makasar.

Ibrahim Bafadal, 1992. Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru (Jakarta: Bumi Aksara

Imron, 1995. Pembinaan Guru di Indonesia, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya

Isbandi Rukminto Adi, 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial, Dan Ilmu Kesejahteraan Sosial:

Dasar-Dasar Pemikiran, (Jakarta: Grafindo Persada,

W.S. Winkel, 1990. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grafindo,

Iswati Sri. 2008. Pengaruh Komitmen Profesional, Tipe kepribadian, Gender Terhadap Kepuasan Kerja Kkuntan Publik . Jurnal. Ekuitas vol.12 no.1 maret 2008: hal: 37–52. Universitas Airlangga

Janawi, 2012. Kompetnsi Guru, Citra Guru Profesional, Bandung: Alfabeta

Kartono, Kartini. 1990. Psikologi anak Dan Psikologi perkembangan. Bandung: Mandar Maju.

Kunandar, 2007. Guru Profesional Implementasi KTSP dan sukses dalam Sertifikasi Guru,

(10)

Desi Elminiarti | Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Made Pidarta, 2009. Supervisi Pendidikan

Kontekstual Jakarta: Rineka Cipta

Malayu Hasibuan, 2000. Manajemen Sumber..., Jakarta:Bina Aksara

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2007. Evaluasi Kinerja. Bandung: PT. Refika Aditama.

Mathis, Robert L. dan John H. Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Migdol, Flores. 2012. Hubungan Kepribadia Tipe A, Kepribadian Tipe B dan Etos Kerja Dengan Kepuasan Kerja Guru Guru SD UPTD Kulawi, Kab. Sigi, Sulawesi Tengah. Tesis. Salatiga: UnivesitasKristen Satya Wacana.

Moh. Uzer Usman, 2003. Menjadi Guru

Profesional, Bandung: PT Remaja Rosda Karya Moleong, 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif,

Bandung: Remaja Roda karya

Mukhtar Mukhneri, 2011. Supervision: Improving Performance and Development Quality in Education, Jakarta: Prodi Manajemen Pendidikan

Mulyasa, 2002. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosda Karya

_____, 2007. Standard Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya

_____, 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya

_____, 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet, Ke-8

_____, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosda Karya.

Muslich, Masnur, 2007. Sertifikasi Guru munuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Mustaqim, Wahib. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurhayati Siti, 2013. Hubungan Kinerja Supervisor dengan Tingkat Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kota Malang. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Vol 1, No 2, Juli 2013, Hal: 194-202

P. Arifin, Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam Era Globalisasi. (Simposium Nasional Pendidikan di

Universitas Muhammadiyah Malang, 2000 Pantiwati, Upaya Peningkatan Profesionalisme

Guru Melalui Program Sertifikasi Guru Bidang Studi (untuk Guru MI dan MTs). Makalah Dipresentasikan, Malang: PSSJ PPS Universitas Malang, 2001

Prasetyo, Bambang. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Husada Purwanto, M.Ngalim. 2004. Administrasi dan

Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya

_____, 2009. Evaluasi Hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Riduawan, 2004, Dasar-Dasar Statistika, Bandung, Alfabeta

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian. Surabaya: SIC

Robbins, Stephen, P., Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. ed. 12. Jakarta: Salemba Empat.

Robinson, S, dkk. 2004. Desain Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Rusmini, 2003, Kompetensi Guru Menyongsong Kurikulum Berbasis Kompetensi, http://www. Indonesia. Com/bpost/042003/22 opini

Sagala, 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta Sahertian, Piet A. Dan Ida Aleida Sahertian, 2000.

Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Inservice education, (Jakarta: Rineka Cipta

Santoso, Veronika.S. 2009. Prokrastinasi Pada Mahasiswa Yang Sedang Menempuh Skripsi Ditinjau Dari Kepribadian Tipe A Dan Tipe B. Skripsi. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.

Sriwidodo, untung dan Budi, H., Agus. 2010. Pengaruh Kompetensi, Motivasi, Komunikasi Dan Kesejahteraan Terhadap Kinerja Pegawai

Dinas Pendidikan. Jurnal Manajemen

Sumberdaya Manusia Vol. 4 No. 1 48 Juni 2010, Hal: 47–57. Surakarta: Universitas Slamet Riyadi

Subana-Rohadi Moerstyo, 2005. Statistik

Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia

Sudarsono, 2004. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Makalah Lokakarya Penyusunan Proposal Penelitian TP FIP UNY. FX

(11)

An-Nizom | Vol. 2, No. 1, April 2017

Sudianto, Asep. 2007. Hubungan Antara Yamin, Martinis dan Maisah. 2010. Standarisasi

Kompetensi Sosial Dengan Prestasi Akademik Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Uin Malang.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Antrian yang terlalu panjang mengakibatkan nasabah meninggalkan antrian, dalam teori antrian hal ini disebut dengan istilah balking Dengan menggunakan data jumlah kedatangan

In this paper, the writer tries to translate a text; entitled News and Entertainment Media. This is a story about news and entertainment media which is growing fast

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN MENELITI PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) BIOLOGI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Multimedia yang digunakan adalah Flash 5.0 yang merupakan salah satu software multimedia keluaran Macromedia yang dapat menggabungkan suara, animasi grafik, dan video, sehingga

2.Untuk mengetahui langkah-langkah penerapan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak TK kelompok B di TK Al-Huda Kecamatan Cangkuang Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh market timing ability , stock selection skill, expense ratio dan tingkat risiko terhadap kinerja reksa dana saham di

bahwa dengan adanya pengalihan dana Bantuan Operasional Sekolah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,

yang tepat agar return portofolio reksa dana menjadi lebih baik dibandingkan. dengan return pasar atau benchmark yang biasa dilihat dari